laporan tutorial skenario b blok 13 b6

59
LAPORAN TUTORIAL BLOK 13 SKENARIO B Disusun Oleh: KELOMPOK B6 Anggota Kelompok: Garina Rioska Savella 04111401050 Yuda Lutfiadi 04111401051 Maya Rentina 04111401055 Alhafiz Utama 04111401058 Ni Made Restianing Rimadhanti 04111401064 Muhammad Reyhan 04111401068 Anna Adika Putri 04111401075 Quaratul Aiman 041114010 Sharanjit Kaur Aufar singh 041114010 Tutor: dr. Phey Liana, Sp.PK PENDIDIKAN DOKTER UMUM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSTAS SRIWIJAYA 1

Upload: ni-made-restianing-rimadhanti

Post on 12-Aug-2015

209 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

LAPORAN

TUTORIAL BLOK 13 SKENARIO B

Disusun Oleh:

KELOMPOK B6

Anggota Kelompok:

Garina Rioska Savella 04111401050

Yuda Lutfiadi 04111401051

Maya Rentina 04111401055

Alhafiz Utama 04111401058

Ni Made Restianing Rimadhanti 04111401064

Muhammad Reyhan 04111401068

Anna Adika Putri 04111401075

Quaratul Aiman 041114010

Sharanjit Kaur Aufar singh 041114010

Tutor: dr. Phey Liana, Sp.PK

PENDIDIKAN DOKTER UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSTAS SRIWIJAYA

TAHUN 2012

1

Page 2: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

KATA PENGANTAR

Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing

yang telah membimbing tutorial pada blok 13 ini sehingga proses tutorial dapat berlangsung

dengan sangat baik.

Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang

tua, yang telah memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlah

nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario B di blok 13 ini hingga

selesai.

Ucapan terima kasih juga kepada para teman-teman sejawat di Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya atas semua semangat dan dukungannya.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh

karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan

sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Desember 2012

Penyusun Kelompok 6

2

Page 3: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………………. 2

Daftar Isi ………………………………………………………………………………..… 3

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 4

1.2 Maksud dan Tujuan……………………………………………….….. 4

BAB II : Pembahasan

2.1 Data Tutorial…………………………………………………………. 5

2.2 Skenario Kasus ……………………………………………………..... 6

2.3 Paparan

I. Klarifikasi Istilah. ............…………………………………........ 7

II. Identifikasi Masalah...........………………………………….... 8

III. Analisis Masalah ...............................…………………….......... 9

IV. Learning Issues ...………………...……………………...............18

V. Kerangka Konsep..................………………………………......34

BAB III : Penutup

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................35

DAFTAR

PUSTAKA ..............................................................................................................36

3

Page 4: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok indikator laboratorium dan seluler stres merupakan blok 13 pada semester 3 dari

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran

untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis

memaparkan kasus yang diberikan mengenai

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan

pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari

skenario ini.

4

Page 5: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Phey Liana, Sp. PK

Moderator : Anna Adika Putri

Sekretaris Papan : Muhammad Reyhan

Sekretaris Meja : Garina Rioska Savella

Hari, Tanggal : Selasa, 26 Desember 2012

Kamis, 27 Desember 2012

Rule Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat (aktif)

3. Dilarang makan dan minum

5

Page 6: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

2.2 Skenario Kasus

Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic with chief complaint of

weakness and palpitation. She is having symptom of nauseous and need medication to

relieve it. She has had suffererd from prolonged and excessesive menstruation (twice in a

month) since 1,5 years ago. She likes planting and taking care of flowers in her garden.

Physical examination :

General appearance : pale, fatigue

HR : 110x/ minute, RR : 22x/minute, Temperature : 36,6OC, BP : 120/80 mmHg.

Liver and spleen non palpable, no lympadenopathy, no epigastric pain.

Cheilitis positive, tongue : papil atrophy.

Koilonychia positive.

Laboratory :

Hb : 6.2 g/dl, Ht : 18 vol%, RBC : 2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3.

Trombosit : 386.000 mm3, Diff.count : 0/2/5/63/26/4, MCV : 72 fL, MCH : 25 pg,

MCHC : 30%

Fecal Occult Blood : Negative, Hookworm’s eggs : positive.

6

Page 7: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

2.3 Paparan

I. Klarifikasi Istilah

1.Weakness : Lemah.

2.Palpitation : Perasaan berdebar-debar atau denyut jantung tidak teratur

yang sifatnya subjektif. (Dorland hal : 805)

3.Nauseous : Sensasi yang tidak menyenangkan yang samar pada

epigastrium dan abdomen dengan kecenderungan untuk

muntah. (Dorland hal : 729)

4.Pale :Pucat.

5.Fatique :Keadaan meningkatnya ketidaknyamanan dan

menurunnya efisiensi akibat kerja yang berkepanjangan

atau berlebihan.

6.Lymphadenopathy : Penyakit pada kelenjar limfa disertai biasanya dengan

pembengkakan (Dorland hal : 639)

7.Cheilitis : Peradangan pada bibir dimana bibir terlihat kering dan

pecah-pecah. (Dorland saku hal 201 )

8.Koilonychia :Distrofi kuku jari dengan kuku menjadi tipis dan cekung,

dengan tepi meninggi. (Dorlan saku hal 600)

9.Papil atrophy : Permukaan lidah licin & mengkilat karena papil lidah

menghilang.

10.Fecal Occult Blood : Pemeriksaan dengan analisis tinja / tes darah samar pada

feses.

11.Hookworm’s egg : telur cacing tambang

7

Page 8: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

8

Page 9: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

II. Identifikasi Masalah

No. Masalah Konsen Kesesuaian

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic

with chief complaint of weakness and palpitation.

She is having symptom of nauseous.

She has had suffererd from prolonged and

excessesive menstruation (twice in a month) since 1,5

years ago.

She likes planting and taking care of flowers in her

garden.

Physical examination :

General appearance : pale, fatigue

HR : 110x/ minute, RR : 22x/minute, Temperature :

36,6OC, BP : 120/80 mmHg.

Liver and spleen non palpable, no lympadenopathy,

no epigastric pain.

Cheilitis positive, tongue : papil atrophy.

Koilonychia positive.

Laboratory :

Hb : 6.2 g/dl, Ht : 18 vol%, RBC : 2.480.000/mm3,

WBC : 7.400/mm3.

Trombosit : 386.000 mm3, Diff.count : 0/2/5/63/26/4,

MCV : 72 fL, MCH : 25 pg, MCHC : 30%

Fecal Occult Blood : Negative, Hookworm’s eggs :

positive.

TSH

TSH

TSH

TSH

TSH

TSH

VVV

V

VV

V

V

VV

9

Page 10: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

III. Analisis Masalah

1. Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic with chief complaint of weakness

and palpitation.

1.1. Bagaimana patofisiologi :

A. Weakness

Defisiensi Fe menyebabkan penurunan fungsi mioglobin, enzim sitokrom, dan

gliserofosfat oksidase yang menyebabkan gangguan glikolisis dan berakibat

penumpukan asam laktat sehingga otot cepat lelah.

Pendarahan yg terus menerus menyebabkan pengikatan oksigen oleh

hemoglobin yg ada di darah berkurang → aliran oksigen yg dibawa darah ke

sel atau jaringan berkurang → sel atau jaringan kekurangan oksigen →

metabolisme sel terganggu → energi yg dihasilkan sedikit → tubuh terlihat

lemas.

B. Palpitation pada kasus ini?

Anemia merupakan salah satu penyebab palpitasi ( jantung. berdebar )

Mekanisme yg terjadi adalah suatu kondisi dimana hemoglobin dalam darah 

penderita, tidak benar2 sempurna dalan membawa oksigen ke seluruh 

sistem saraf di tubuh. karena tubuh kekurangan zat besi pada darah. 

Maka keadaan itu menyebabkan irama jantung menjadi abnormal atau jantung

berdebar-debar.

1.2. Bagaimana etiologi weakness dan palpitation pada kasus ini?

Palpitasi dapat terjadi disebabkan dari 3 akibat utama, yaitu :

1. Hyperdynamic circulation (inkompetensi katup, tirotoksikosis, hypercapnia,

pireksia, anemia, kehamilan)

2. Cardiac dysrythmia (kontraksi atrial prematur, junctional escape beat,

kontraksi ventrikuler prematur, atrial fibrilasi, supraventricular tachycardia,

ventricular tachycardia, ventrikuler fibrilasi, blok jantung)

3. Sympathetic overdrive (gangguan panik, hipoglikemi, hipoksia,

antihistamin levocetirizine , anemia, gagal jantung )

10

Page 11: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Etiologi Kelelahan (weakness)

Gejala umum berkurangnya curah jantung, pasien dengan gagal jantung

kongestif, dan penyakit katup mitral, tetapi tidak spesifik untuk penyakit

jantung. Penyebab tersering kelelahan adalah ansietas dan depresi Namun

pada kasus ini, ada kaitan antara palpitasi dan weakness.

2. She is having symptom of nauseous.

2.1. Bagaimana patofisiologi dari nausea berdasarkan kasus?

Adanya infeksi hookworm di gastrointestinal menyebabkan banyak darah yang

berkurang, akibatnya terjadi defisiensi Fe di lambung. Defisiensi Fe di lambung

akan menyebabkan kegagalan produksi gastric juice dan dari kegagalan produksi

gastric juice menyebabkan katup pilorus tidak dapat dibuka, menyebabkan

makanan tertahan di lambung dan peningkatan rasa mual yang mengaktifkan

pusat muntah di medula oblongata dan pengaktifan saraf kranialis ke wajah,

kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan

diafragma sehingga menyebabkan muntah (nausea).

2.2. Apa etiologi dari nausea pada kasus ini?

Etiologi dari nausea :

1. Infeksi gastroenteritis

2. Keracunan makanan

3. Stres, gugup, atau masalah mental lainnya seperti depresi atau gangguan panik

4. Obat-obatan seperti antibiotic, pil penunda kehamilan, dan obat jantung

5. Migrain / sakit kepala sebelah

6. Serangan jantung

7. Stroke

8. Cedera kepala

9. Alkohol, penyalahgunaan obat atau putus obat

10. Gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia

11. Efek samping terapi radiasi

12. Malabsorbsi

13. Diare

11

Page 12: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

3. She has had suffererd from prolonged and excessesive menstruation (twice in a

month) since 1,5 years ago.

3.1. Bagaimana patofisiologi dari excessive menstruation ( Menstruasi yang

berlebihan )?

Excessive menstruation terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel telur/ovum

dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada wanita

premenopause (folikel persisten).

Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa

ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.

Pada siklus ovulasi.

Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun

bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya

kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.

Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)

Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa

reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen

berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim

(endometrium) mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti

penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi

inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh.

Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di

satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah

perdarahan rahim berkepanjangan.

3.2. Apa dampak dari excessive menstruation dalam jangka waktu yang lama?

Dampak dari excessive menstruation dalam jangka waktu yang lama :

1. Anemia,menorrhagia sering menyebabkan anemia pada wanita menjelang

menopause.Diperkirakan sekitar 10 % dari wanita usia produktif dalam resiko

tinggi terkena anemia.problem makin berat karena pendarahan menstruasi

yang berlebihan Mayoritas kasus anemia hanya dalam kondisi ringan,tapi

walaupun ringan ,anemia dapat menyebabkan kelemahan dan keletihan pada

tubuh.anemia stadium lanjut menyebabkan nafas pendek-pendek ,detak

12

Page 13: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

jantung cepat ,nyeri kepala telinga berdenging dan ketidak seimbangan

mental.anemia yang tidak dapat tindakan medis dalam jangka panjang

mengarah kemasalah jantung.

2. Infertilitas,banyak kondisi terkait ketidak normalan menstruasi,termasuk

pendarahan hebat,ketidak normalan ovulasi,endometriosis ,adalah mayoritas

yang mempunyai konstribusi pada infertilitas pada wanita.Siklus menstruasi

yang tidak teratur dapat mempersulit usaha wanita untuk hamil.

3. Nyeri hebat

4. She likes planting and taking care of flowers in her garden.

4.1. Apa akibat berkebun tanpa menggunakan sarung tangan ( secara klinis ) pada

kasus?

Larva filariaform dengan mudah dapat menembus kulit tangan pasien akibat

berkebun tanpa menggunakan sarung tangan.

5. Physical examination :

General appearance : pale, fatigue

HR : 110x/ minute, RR : 22x/minute, Temperature : 36,6OC, BP : 120/80 mmHg.

Liver and spleen non palpable, no lympadenopathy, no epigastric pain.

Cheilitis positive, tongue : papil atrophy.

Koilonychia positive.

5.1. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan mekanisme nilai pemeriksaan

fisik yang abnormal?

No Pemeriksaan Fisik Interpretasi Mekanisme abnormal

1. HR : 110x/menit Tidak normalNilai normal : 60 -100 x/menit

Akibat anemia, jantung harus bekerja lebih cepat untuk memenuhi suplai darah ke jaringan dalam tubuh (gejala kardiorespiratori )

2 RR : 22x/menit Normal (16-24x/menit) -

3 Temperature : 36,6 derajat celcius

Normal ( 35,7 -37,2 derajat celcius

-

4 BP : 120/80 mmHg Normal -

5 Liver dan limpa : tidak Normal -

13

Page 14: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

teraba

6. Keadaan umum : Pucat dan sangat kelelahan

Tidak normal Pucat : karena anemia parah yang bertahan lama menyebabkan pengurangan suplai darah ke perifer seperti kulit agar suplai darah ke organ vital dapat tercukupi.Kelelahan : zat besi diperlukan pada sintesis Hb dan Mb dan sejumlah besar enzim yang mengandung zat besi seperti sitokrom dan flavoprotein . Sehingga pd saat terjadi anemia def. Fe terlihat kelelahan akibat aliran darah yg kurang ke seluruh sistem tubuh.

7. Cheilitis : positive Tongue : papil atrophy

Tidak normal Manifestasi oral akibat defisiensi nutrisi ( Fe) menyebabkan gangguan fungsi epitel

8 Koilonychia : positive Tidak normal Tubuh berkompensasi untuk meningkatkan volume plasma dengan menarik cairan-cairan dari sela-sela jaringan

6. Laboratory :

14

Page 15: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Hb : 6.2 g/dl, Ht : 18 vol%, RBC : 2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3.

Trombosit : 386.000 mm3, Diff.count : 0/2/5/63/26/4, MCV : 72 fL, MCH : 25 pg,

MCHC : 30%

Fecal Occult Blood : Negative, Hookworm’s eggs : positive.

6.1. Bagaimana interpretasi hasil dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaaan

laboratorium?

NO:Jenis

pemeriksaaanNilai Normal Interpretasi Penyebab jika abnormal

1.

Q Hb : 6.2 g/dl

Wanita : 13 –

15 g/dl

Rendah

(abnormal)

Zat besi (Fe) diperlukan untuk

pembentukan heme dan

hemoglobin sehingga rendahnya

Hb diakibatkan adanya defisiensi

Fe pada Mrs. Mona akibat

menstruasi yang terus menerus dan

terkena infeksi oleh cacing

tambang yang menyebabkan darah

banyak berkurang.

2. Ht : 18 vol%

Wanita : 37-

43%

Pria : 40-48%

Rendah

(abnormal)Hematokrit eritrosit menjadi

mikrositer, sehingga volume nya

menyusut. Hematocrit

berhubungan dengan persentase

volum dari semua eritrosit.

3.

RBC :

2.800.000/m

m3

Wanita : 4-5

juta.

Pria : 4,5-5,5

juta.

Rendah

(abnormal)

Akibat menstruasi yang panjang

dan terus menerus dan adanya

cacing tambang dalam tubuh mrs.

Mona yang menghisap darah mrs.

Mona sehingga menyebabkan

banyaknya darah yang hilang.

4.

WBC :

7.400/mm3

5.000 –

10.000/mikrol

iter darah.

Normal -

5. Trombosit : 150.000- Normal -15

Page 16: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

386.000 mm3 450.000/

mikroliter

darah

6

Diff.count :

0/2/5/63/26/4

1. Basofil : 0-

1%

2. Eosinofil

1-3%

3. Batang : 2-

6%

4. Segmen :

50-70%

5. Limfosit :

20-40%

6. Monosit :

2-8%

Normal -

7.

MCV : 72 fL 82-92 fL Rendah

(Tidak

normal)

enzim penentu kecepatan yaitu

enzim ferokelatase memerlukan

besi untuk menghentikan sintesis

heme. Padahal besi pada anemia

defisiensi besi tidak tersedia

sehingga pembelahan sel tetap

berlanjut selama beberapa siklus

tambahan namun menghasilkan sel

yang lebih kecil (mikrositik). Hal

ini ditandai dengan menurunnya

MCV (mean corpuscular volume)

< 80 fl.

MCH : 25 pg 27-31 pg Rendah

(Tidak

normal)

. MCHC : 30% 32-37% Rendah

(Tidak

normal)

Dalam tubuh manusia, sintesis

eritrosit atau eritropoesis terus

berlangsung dengan memerlukan

16

Page 17: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

besi yang akan berikatan dengan

protoporfirin untuk membentuk

heme. Pada anemia defisiensi besi,

besi yang dibutuhkan tidak tersedia

sehingga heme yang terbentuk

hanya sedikit dan pada akhirnya

jumlah hemoglobin yang dibentuk

juga berkurang. Dengan

berkurangnya Hb yang terbentuk,

eritrosit pun mengalami

hipokromia (pucat). Hal ini

ditandai dengan menurunnya

MCHC (mean corpuscular

Hemoglobin Concentration) <

32%.

6.2. Apa DD banding berdasarkan kasus ini?

Normal ADB Anemia penyakit kronik

Thalasemia

MCV 80 – 90 fl Menurun <70 fl Menurun/N MenurunMCH 27 – 31 pg Menurun Menurun/N MenurunBesi serum 50 – 150 μg/dL Menurun

<50 μg/dLMenurun Normal

TIBC 240 – 360 μg/dL Meningkat >360 μg/dL

Menurun Normal/Meningkat

Saturasi transferin

30 – 35% Menurun < 15%

Menurun/N10-20%

Meningkat>20%

Besi sumsum tulang

Positif Negatif Positif Positif kuat

FEP 15 – 18 μg/dL Meningkat >100 μg/dL

Meningkat Normal

Feritin serum

20 – 250 μg/dL Menurun <20 μg/dL

Normal Meningkat>50 μg/dL

Elektrofoesis Hb

Normal Normal Hb A2Meningkat

6.3. Bagaimana klasifikasi dan siklus hidup hookworm dalam tubuh manusia?

17

Page 18: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Cacing ini memiliki dua jenis yaitu Necator americanus dan Ancylostoma

duodenale. Disebut cacing tambang karena dahulunya banyak ditemukan pada

buruh tambang di Eropa. Necator americanus menyebabkan penyakit nekatoriasis

dan Ancylostoma duodenale menyebabkan penyakit ankilostomiasis. Kedua jenis

cacing ini banyak menginfeksi orang-orang di sekitar pertambangan dan

perkebunan. N. americanus dan A. duodenale hidup di rongga usus halus dengan

mulut melekat pada daging dinding usus.

Tubuh Necator americanus mirip huruf S. Panjang cacing betina kurang lebih 1

cm. Setiap satu cacing dapat bertelur 9000 ekor per hari. Sementara itu panjang

cacing jantan kurang lebih 0,8 cm. Ancylostoma duodenale lebih mirip dengan

huruf C. Setiap ekor Ancylostoma duodenale dapat menghasilkan 28.000 telur per

hari.

Telur cacing tambang keluar bersamaan dengan feces. Dalam waktu 1-1,5 hari,

telur akan menetas menjadi larva, yang disebut larva rhabditiform. Tiga hari

kemudian larva berubah lagi menjadi larva filarifom dimana larva ini dapat

menembus kulit kaki dan masuk ke dalam tubuh manusia. Di tubuh manusia,

cacing tambang bergerak mengikuti aliran darah, menuju jantung, paru-paru,

tenggorokan, kemudian tertelan dan masuk ke dalam usus. Di dalam usus, larva

menjadi cacing dewasa yang siap menghisap darah. Setiap ekor cacing N.

americanus akan menghilangkan 0,005-1 cc darah per hari sedangkan setiap ekor

cacing A. duodenale akan menyebabkan manusia kehilangan 0,08-0,34 cc per

hari. Oleh karena itulah, cacing tambang menjadi berbahaya karena dapat

menyebabkan anemia pada manusia.

Adapun daur hidup dari cacing ini adalah Usus manusia – cacing – telur keluar

bersama feses – tempat becek – menetas – hidup lama – menempel pada kaki

manusia – menembus kaki – aliran darah – jantung – paru-paru – kerongkongan –

tertelan – usus manusia – cacing dewasa

Di Indonesia, insiden akibat cacing tambang tinggi pada daerah pedesaan,

terutama perkebunan. Infeksi cacing ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat

desa yang BAB di tanah dan pemakaian feces sebagai pupuk. Selain lewat kaki,

cacing tambang juga bisa masuk ke tubuh manusia melalui makanan yang masuk

ke mulut.

6.4. Bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan untuk kasus ini?

18

Page 19: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Penatalaksanaan

a. Preventif

Pendidikan kesehatan, yaitu kesehatan lingkungan dan penyuluhan gizi.

Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber perdarahan kronik

paling sering di daerah tropik.

Suplementasi besi.

Fortifikasi bahan makanan dengan besi.

b. Kuratif

Terapi kausal yaitu dengan mengatasi terlebih dahulu penyebab utamanya

Pemberian preparat Fe

- Ferrous sulphat 3 x 325 mg per oral dalam keadaa perut kosong

- Ferrous gluconate 3 x 200 mg per oral setelah makan

- Iron dextran (mengandung Fe 50 mg/ml) IM, mula-mula 50 mg kemudian

100-200 mg setiap 1-2 hari. Bisa juga secara IV, mula-mula 0,5 ml sebgai

dosis percobaan, dan bila 3-5 menit tidak ada reaksi diberikan 250-500 mg

Transfusi PRC

Vitamin C 3 x 100 mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi

Diet makanan bergizi dengan tinggi protein

Obat terapi untuk menoragia dapat meliputi:

1. Suplemen zat besi

2. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)

3. Kontrasepsi oral

4. Progesteron oral

5. Para hormonal IUD (Mirena)

6.5. Bagaimana prognosis untuk kasus ini?

19

Page 20: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Prognosis baik apabila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja

dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat.

Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu dipertimbangkan beberapa

kemungkinan sebagai berikut :

- Diagnosis salah

- Dosis obat tidak adekuat

- Preparat Fe tidak tepat atau kadaluarsa

- Perdarahan yang tidak teratasi atau perdarahan yang tidak tampak berlangsung

menetap

- Disertai penyakit yang mempengaruhi absorpsi dan pemakaian besi (infeksi,

keganasan, penyakit hati, penyakit ginjal,penyakit tiroid,penyakit defisiensi

vitamin B12, asam folat ).

- Gangguan absorpsi saluran cerna

20

Page 21: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

IV. Learning Issues

1. Anemia Defisiensi dan Anemia Hypochrome Microcyter

Defisiensi Besi

Adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein

pengangkut oksigen) dalam sel darah berada dibawah normal, yang disebabkan

karena kekurangan zat besi.

Terdapatnya zat Fe dalam darah baru diketahui setelah penelitian oleh Lemery dan

Goeffy (1713), kemudian Pierre Blaud (1831) mendapatkan bahwa FeSO4 dan

K2CO3 dapat memperbaiki keadaan krorosis, anemia akibat defisiensi Fe.

Farmakokinetik

Absorbsi fe melalui saluran cerna terutama berlangungsung di duodenum, makin ke

distal absorbsinya makin berkurang. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi

dan kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih banyak Fe diubah menjadi feritin.

Bila cadangan rendah atau kebutuhan meningkat, maka Fe yang baru diserap akan

segera diangkut dari sel mukosa ke sumsum tulang tulang untuk eritropoesis.

Makanan yang mengandung ± 6 mg fe/1000 kilokalori akan diabsorbsi 5-10% pada

orang normal. Absorbsi dapat ditingkatkan oleh kobal, inosin, etionin, vitamin c, HCl,

suksinat dan senyawa asam lain. Sebaliknya absorbsi Fe akan menurun bila terdapat

fosfat atau antasida misalnya kalsium karbonat, alumnium hidroksida dan magnesium

hidroksida.

Setelah diabsorbsi fe dalam darah akan diikat oleh tranferin (suatu beta-1-globulin

glikoprotein) kemudian diangkut ke berbagai jaringan, terutama ke sumsum tulang

dan depot Fe.

Bila tidak digunakan dalam eritropoesis, fe akan disimpan sebagai cadangan, dalam

bentuk terikat sebagai feritin.

Bila Fe diberikan IV, cepat sekali diikat oleh apoferitin (protein yang membentuk

feritin) dan disimpan terutama dalam hati, sedangkan setelah pemberian oral terutama

akan disimpan di limpa dan sumsum tulang.

21

Page 22: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Jumlah Fe yang diekskresi tiap hari sedikit sekali, biasanya sekitar 0.5-1 mg sehari.

Ekskresi terutama berlangsung melalui saluran sel epitel kulit dan saluran cerna yang

terkelupas, selain itu juga melalui keringat, urin, feses, serta kuku dan rambut yang

dipotong.

Pada Wanita usia subur dengan siklus haid 28 hari, jumlah Fe yang diekskresi

sehubungan denga haid diperkirakan sebanyak 0.5- 1 mg sehari.

Penyebab

Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terjadi pada

wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan

peningkatan kebutuhan besi selama hamil.

Penyebab lain defisiensi besi adalah:

Asupan besi yang tidak cukup misalnya pada bayi yang diberi makan susu belaka

sampai usia antara 12-24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan

sayur- sayuran saja

Gangguan absorpsi seperti setelah gastrektomi.

Kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan saluran cerna yang lambat

karena polip, neoplasma, gastritis varises esophagus, makan aspirin dan hemoroid.

Terjadinya anemia karena kekurangan zat besi

Anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara bertahap, melalui

beberapa stadium, gejalanya baru timbul pada stadium lanjut.

Stadium 1. Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan

cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin (protein yang

menampung zat besi) dalam darah berkurang secara progresif.

Stadium 2. Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan

untuk pembentukan se darah merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan

jumlahnya lebih sedikit.

Stadium 3. Mulai terjadi anemia.Pada awal stadium ini, sel darah merah tampak

normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit.Kadar hemoglogin dan hematokrit menurun.

22

Page 23: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Stadium 4. Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan

mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang

sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan zat besi.

Stadium 5. Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka

akan timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan gejala-gejala karena anemia

semakin memburuk.

Gejala

Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala

lainnya.

Kekurangan zat besi memiliki gejala sendiri, yaitu:

Pika : suatu keinginan memakan zat yang bukan makanan seperti es batu, kotoran

atau kanji

Glositis : iritasi lidah

Keilosis : bibir pecah-pecah

Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.

Sediaan dan Dosis

Untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk berbagai garam fero dari sulfat, fumarat,

glukonat, suksinat, glutamat dan laktat.

Sediaan yang banyak digunakan dan murah ialah hidrat sulfas Ferous (FeSO4.7H2O)

300 mg yang mengandung 20% fe. Untuk anemia berat biasanya diberikan 3 kali 300

mg sulfas ferosus sehari selama 6 bulan.

Fero sulfat dan fero fumarat dosis efektifnya 600-800 mg/hari dalam dosis terbagi.

Fero glukonat, fero laktat, fero karbonat dosis efektifnya sama dengan fero sulfat.

Untuk suntikan IM atau IV hanya dibenarkan bila pemberian oral tidak mungkin,

misalnya penderita intoleran terhadap sediaan oral. Iron dextran (imferon)

mengandung 50 mg fe setiap ml (larutan 5%) untuk penggunaan IM atau IV. Dosis

total yang diperlukan dihitung berdasarkan beratnya anemis, yaitu 250 mg Fe untuk

setiap gram kekurangan Hb. Pada hari pertama disuntikan 50 mg, dilanjutkan dengan

100-250 mg setiap hari atau beberapa hari sekali.

23

Page 24: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Untuk memperkecil reaksi toksis pada pemberian IV, dosis permulaan tidak boleh

melebihi 25 mg, dan diikuti dengan peningkatan bertahap untuk 2-3 hari sampai

tercapai dosis 100 mg/hari. Obat harus diberikan perlahan-lahan yaitu dengan

menyuntikan 20-50 mg/menit.

Efek samping

Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan oral.

Gejala yang timbuk dapat berupa mual dan nyeri lambung (± 7-20%), konstipasi (±

10%) , diare (± 5%) Dan kolik. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat dikurangi

dengan mengurangi dosis atau dengan pemberian sesudah makan, walaupun dengan

cara ini absorbsi dapat berkurang.

Pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat suntikan yaitu

berupa rasa sakit, warna coklat pada tempat suntikan, peradangan lokal dengan

pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan lokal lebih sering terjadi pada pemakaian

IM dibandingkan IV. Reaksi yang dapat terjadi dalam 10 menit setelah suntikan

adalah sakit kepala, nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardia, flushing, berkeringat,

mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi. Sedangkan

reaksi yang lebih sering timbul dalam ½ -24 jam setelah suntikan misalnya sinkop,

demam, menggigil, rash, urtikaria, nyeri dada, perasaan sakit pada seluruh badan dan

ensefalopatia.

Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa, kebanyakan terjadi pada

anak akibat menelan terlalu banyak tablet FeSO¬4 yang mirip gula dan dapat terjadi

setelah menelan Fe sebanayak 1 gr. Kelaianan utama terdapat pada saluran cerna,

mulai dari iritasi, korosi, sampai terjadi nekrosis. Gejala yang terjadi seringkali berupa

mual, muntah, hematemesis, serta feses berwarna hitam karena perdarahan pada

saluran cerna, syok dan akhirnya kolaps kardiovaskuler dengan bahaya kematian.

Efek korosif dapat menyebabkan stenosis pilorus dan terbentuknya jaringan parut

berlebihan dikemudian hari.

24

Page 25: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Gejala keracunan dapat timbul dalam waktu 30 menit atau setelah beberapa jam

meminum obat.

Terapi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : pertama-tama diusahakan agar

penderita muntah, kemudian diberikan susu atau telur yang dapat mengikat Fe sebagai

kompleks protein Fe. Bila obat diminum kurang dari 1 jam sebelumnya, dapat

dilakukan bilasan lambung dengan menggunakan natrium bikarbonat 1%. Akan tetapi

bila masuknya obat lebih dari 1 jam maka terjadi nekrosis sehingga bilasan lambung

dapat menyebabkan perforasi

Anemia Mikrositik Hipokrom

Anemia mikrositik hipokrom dapat disebabkan karena

a. Kehilangan besi (perdarahan menahun)

b. Asupan yang tidak adekuat / absorbsi besi yang kurang

c. Kebutuhan besi yang meningkat (pada masa kehamilan dan prematuritas)

Kemungkinan yang terjadi pada anemia mikrositik hipokrom adalah

a. anemia defisiensi besi (gangguan besi)

b. anemia pada penyakit kronik (gangguan besi)

c. thalasemia (gangguan globin)

d. anemia sideroblastik (gangguan protoporfirin)

Patofisiologi anemia mikrositik hipokrom

Tergantung dari penyebabnya

1. Anemia defisiensi besi terjadi dalam 3 tahap

Tahap 1 (tahap prelaten), dimana yang terjadi penurunan hanya kadar feritin

(simpanan besi)

Tahap 2 (tahap laten), dimana feritin dan saturasi transferin turun (tetapi Hb masih

normal)

Tahap 3 (tahap def. besi), dimana feritin, saturasi transferin dan Hb turun (eritrosit

menjadi mikrositik hipokrom)

25

Page 26: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

2. Anemia pada penyakit kronis

Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam arti ada penyakit primer yang

mendasarinya. Perbedaan anemia ini dengan anemia defisiensi besi tampak pada

feritin yang tinggi dan TIBC yang rendah

3. Anemia sideroblastik

Terjadi karena adanya gangguan pada rantai protoporfirin. Menyebabkan besi yang

ada di sumsum tulang meningkat sehingga besi masuk ke dalam eritrosit yang baru

terbentuk dan menumpuk pada mitokondria perinukleus.

4. Thalasemia

Terjadi karena gangguan pada rantai globin. Thalasemia dapat terjadi karena sintesis

hb yang abnormal dan juga karena berkurangnya kecepatan sintesis rantai alfa atau

beta yang normal.

Epidemiologi

Anemia defisiensi besi di Indonesia hampir sama prevalensinya antara laki-laki,

wanita dan wanita hamil.Sedangkan di negara barat, anemia defisiensi besi paling

banyak terjadi pada wanita hamil.

Thalasemia. Frekuensi gen thalasemia di Indonesia berkisar 3-10% . Kelainan ini

kebanyakan di daerah tropis dan subtropis. Namun sekarang sudah menyebar secara

herediter ke seluruh dunia.

Sintesa, Fungsi, dan Cara Kerja Hb

Hb (hemoglobin) terdiri dari Heme dan Globin.

Heme terdiri dari Fe dan protoporfirin sedangkan Globin terdiri dari sepasangang

rantai a dan non-a.

Fungsi dan cara kerja Hb adalah berikatan dengan O2 membentuk oksihemoglobin

untuk dikirim ke jaringan.

Reduce hemoglobin (hemoglobin yang melepaskan ikatannya dengan O2) merupakan

bentuk ikatan hemoglobin yang normal. Ikatan hemoglobin yang abnormal misalnya

sulfhemoglobin, methemoglobin, carboksihemoglobin.

26

Page 27: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Pemeriksaan Laboratorium yang mendukung

Untuk anemia mikrositik hipokrom, dilakukan pemeriksaan NER (Nilai eritrosit rata-

rata) yang terdiri dari VER, HER, KHER

1. VER (Volume Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hematokrit dengan

jumlah eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya fL. Nilai normalnya 80-98 fL.

Jika lebih besar dari pada normal : eritrositnya makrositer

Jika lebih kecil dari pada normal : eritrositnya mikrositer.

2. HER (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin

dengan jumlah eritrosit (dalam juta ) x 10 . Satuannya pg. Nilai normalnya 27-32 pg

Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom.

3. KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai

hemoglobin dengan nilai hematokrit x 100. Satuannya g/dL. Nilai normalnya 31-35

g/dL.

Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom.

Kalau perhitungan sudah menunjukan bahwa eritrosit mikrositik hipokrom, maka

dilanjutkan dengan pemeriksaan apus darah tepi untuk melihat morfologi darah tepi.

Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan ialah SI, TIBC, Saturasi transferin, feritin

serum dan elektroforesis Hb.

Biasanya elektroforesis Hb lebih menunjukan untuk sindrom talasemia.

Penatalaksanaan Anemia Mikrositik Hipokrom

1. Anemia defisiensi besi

a. terapi besi oral

Ferro sulfat, mengandung 67mg besi

Ferro glukonat, mengandung 37 mg besi.

b. terapi besi parenteral

biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi penggunaan besi oral.

27

Page 28: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuscular.

Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara injeksi intravena lambat atau infuse.

c. Pengobatan Lain

Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein

hewani.

Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi.

Transfusi darah, pada anemia def. Besi dan sideroblastik jarang dilakukan (untuk

menghindari penumpukan besi pada eritrosit)

2. Anemia pada penyakit kronik. Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati

penyakit ini, sehingga pengobatan ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika

anemia menjadi berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian eritropoietin.

3. Anemia sideroblastik. Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan

veneseksi dan pemberian vit b6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang pada

veneseksi mengandung 200-250 mg besi.

4. Thalasemia. Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10

g/dL.

Tetapi transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi,

sehingga perlu dilakukan terapi kelasi besi.

Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah:

Kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah, sakit kepala, dan mudah marah tidak

mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi pada anemia yang kronis

menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut,

lidah lunak dan sulit menelan.

Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi

kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat

yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa mulut

serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.

28

Page 29: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah

yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat.

Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner,

dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat

menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen

tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea

(kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani

merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing,

kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya

oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala

saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala

ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan

mulut).

2. Pemeriksaan laboratorium penunjang anemia

Diagnosis anemia meliputi berikut analisis laboratorium dan tes (1-5):

Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah

hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal.

Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel

mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan

anemia.

Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel

mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut

macrocytic anemia.

Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah

menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi

kekurangan anemia.

Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah merah

(RDW).

Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat

normal.29

Page 30: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika

karena kekurangan vitamin ini.

Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang

terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum

tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan anemia.

Sumsum tulang diperoleh dengan memasukkan jarum berongga ke tulang dada atau

tulang pinggul dan menarik jumlah kecil sumsum. Sampel kemudian ditempatkan

pada sebuah slide kaca dan bernoda pewarna khusus. Ini diperiksa di bawah

mikroskop.

Mengikat besi kapasitas. Kapasitas rendah mengikat besi menunjukkan besi

kekurangan anemia.

Pada wanita keturunan Afrika, Mediterania atau Asia Tenggara, anemia ringan yang

tidak menanggapi besi terapi mungkin karena talasemia kecil atau sifat sel sabit.

Ini dapat dideteksi dengan tes genetik dan Elektroforesis darah. Hemoglobin

Elektroforesis mengidentifikasi berbagai hemoglobins yang tidak normal dalam

darah. Hal ini digunakan untuk mendiagnosa anemia sel sabit, thalassemias, dan

bentuk-bentuk warisan anemia.

Karya lengkap up termasuk penilaian tersembunyi fokus untuk pendarahan di perut

atau usus. Fungsi hati dan ginjal dievaluasi untuk memeriksa apakah anemia karena

hati kronis atau penyakit ginjal.

Tes laboratorium untuk diagnosis anemia

Diagnosis anemia meliputi berikut analisis laboratorium dan tes (1-5):

Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah

hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal.

Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel

mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan

anemia.

30

Page 31: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel

mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut

macrocytic anemia.

Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah

menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi

kekurangan anemia.

Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah merah

(RDW).

Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat

normal.

Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika

karena kekurangan vitamin ini.

Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang

terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum

tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan anemia.

Sumsum tulang diperoleh dengan memasukkan jarum berongga ke tulang dada atau

tulang pinggul dan menarik jumlah kecil sumsum. Sampel kemudian ditempatkan

pada sebuah slide kaca dan bernoda pewarna khusus. Ini diperiksa di bawah

mikroskop.

Mengikat besi kapasitas. Kapasitas rendah mengikat besi menunjukkan besi

kekurangan anemia.

Pada wanita keturunan Afrika, Mediterania atau Asia Tenggara, anemia ringan yang

tidak menanggapi besi terapi mungkin karena talasemia kecil atau sifat sel sabit.

Ini dapat dideteksi dengan tes genetik dan Elektroforesis darah. Hemoglobin

Elektroforesis mengidentifikasi berbagai hemoglobins yang tidak normal dalam

darah. Hal ini digunakan untuk mendiagnosa anemia sel sabit, thalassemias, dan

bentuk-bentuk warisan anemia.

31

Page 32: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Karya lengkap up termasuk penilaian tersembunyi fokus untuk pendarahan di perut

atau usus. Fungsi hati dan ginjal dievaluasi untuk memeriksa apakah anemia karena

hati kronis atau penyakit ginjal.

3. Hookworm / cacing tambang

1.1 PengertianCacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale

dan Necator americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas,

sedangkan telurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur

akan menetas menjadi larva di luar

tubuh manusia, yang kemudian masuk

kembali ke tubuh korban menembus

kulit telapak kaki yang berjalan tanpa

alas kaki. Larva akan berjalan jalan di

dalam tubuh melalui peredaran darah

yang akhirnya tiba di paru paru lalu

dibatukan dan ditelan kembali. Gejala

meliputi reaksi alergi lokal atau

seluruh tubuh, anemia dan nyeri

abdomen.

Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus

halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan

9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm,

cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C

dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah

sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam

tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform.

Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang

dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur

cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan

mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform

panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya

32

Page 33: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke

jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke

bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk

ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva

filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan

Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan

tingkat kebersihan yang buruk. Ancylostoma duodenale ditemukan di daerah

Mediterenian, India, Cina dan Jepang. Necator americanus ditemukan di daerah

tropis Afrika, Asia dan Amerika

Gambar : Daur

Hidup Cacing

Tambang (Necator

americanus dan

Ancylostoma duodenale.

2.1 Siklus Hidup

Cacing tambang atau cacing cambuk adalah cacing parasit(nematoda) yang

hidup pada usus kecil, yang dapat berupa mamalia seperti kucing, anjing

ataupun manusia. Ada dua spesies cacing tambang yang biasa menyerang

manusia, Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Necator americanus

banyak ditemukan di Amerika,Sub-Sahara Afrika, Asia Tenggara, Tiongkok,

and Indonesia,Ankylostoma duodenale lebih banyak di Timur Tengah, Afrika

Utara, India, dan Eropa bagian selatan. Sekitar seperempat penduduk dunia

33

Page 34: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang

hangat dan lembab,dgn tingkat kebersihan yg buruk.

3.1 Patofisiologi

Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan

giginya pada dinding usus dan menghisap darah. Infeksi cacing tambang

menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan

sehingga penderita mengalami kekurangan darah

(anemia) akibatnya dapat menurunkan gairah kerja

serta menurunkan produktifitas. Tetapi kekurangan

darah (anemia) ini biasanya tidak dianggap sebagai

cacingan karena kekurangan darah bisa terjadi oleh

banyak sebab

4.1 Penyebab

Penyebabnya adalah cacing gelang usus, yaitu Ancylostoma duodenale

dan Necator americanus. Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di dalam

tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari. Dalam

beberapa hari, larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah. Manusia bisa

terinfeksi jika berjalan tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh

tinja manusia, karena larva bisa menembus kulit. Larva sampai ke paru-paru

melalui pembuluh getah bening dan aliran darah. Lalu larva naik ke saluran

pernafasan dan tertelan. Sekitar 1 minggu setelah masuk melalui kulit, larva

akan sampai di usus. Larva menancapkan dirinya dengan kait di dalam mulut

mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah.

34

Page 35: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

(Gambar : Necator americanus) (Ancylostomaduodenale)

(Ancylostoma duodenale egg)

5.1 Gejala

Gejala klinik penyakit cacing tambang berupa anemia yang diakibatkan

oleh kehilangan darah pada usus halus secara kronik. Jumlah darah yang hiIang

setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing, terutama yang secara kebetulan

melekat pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri; (2) species cacing :

seekor A. duodenaleyang lebih besar daripada N. americanus mengisap 5x lebih

banyak darah; (3) lamanya infeksi. Terjadinya anemia tergantung pada

keseimbangan zat besi dan protein yang hilang dalam usus dan yang diserap dari

makanan. Kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan terhadap infeksi 35

Page 36: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

parasit. Beratnya penyakit cacing tambang tergantung pada beberapa faktor,

antaza lain umur,"wormload," lamanya penyakit dan keadaan gizi penderita.

Penyakit cacing tambang menahun dapat dibagi dalam tiga golongan :

I. Infeksi ringan dengan kehilangan darah yang dapat diatasi tanpa gejala,

walaupun penderita mempunyai daya tahan yang menurun terhadap penyakit

lain.

II. infeksi sedang dengan kehilangan darah yang tidak dapat dikompensasi dan

penderita kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan, anemia, lemah,

fisik dan mentaI kurang baik.

III. infeksi berat yang dapat menyebabkan keadaan fisik buruk dan payah jantung

dengan segala akibatnya.

Gejala lainnya adalah Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch)

bisa muncul di tempat masuknya larva pada kulit. Demam, batuk dan bunyi

nafas mengi (bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru.

Cacing dewasa seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas. Anemia

karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di dalam darah bisa

terjadi akibat perdarahan usus. Kehilangan darah yang berat dan berlangsung

lama, bisa menyebabkan pertumbuhan yang lambat, gagal jantung dan

pembengkakan jaringan yang meluas pada anak-anak.

6.1 Epidemiologi

Kejadian penyakit (Incidens) ini di Indonesia sering ditemukan pada

penduduk yang bertempat tinggal di pegunungan, terutama di daerah pedesaan,

khususnya di perkebunan atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya

sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah

gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan

buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat

penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini (Srisasi Gandahusada, 2000:15).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus)

dengan suhu 16 optimum 32oC-38oC. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah

dengan memakai sandal atau sepatu bila keluar rumah.

7.1 Cara penularan

36

Page 37: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

Cara penularan penyakit cacing tambang adalah melalui larva cacing yang

terdapat di tanah yangmenembus kulit (biasanya diantara jari-jari kaki), cacing

ini akan berpindah ke paru kemudian ke tenggorokan dan akan tertelan masuk

saluran cerna.

8.1 Diagnosa

Jika timbul gejala, maka pada pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan

telur cacing tambang. Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu, maka

telur akan mengeram dan menetaskan larva.

9.1 Pengobatan

Pengobatan penyakit cacing tambang dapat dilakukan dengan berbagai

macam anthelmintik, antara lain befenium hidroksinaftoat, tetraldoretilen,

pirantel pamoat dan mebendazol. Bila cacing tambang telah dikeluarkan,

perdarahan akan berhenti, tetapi pengobatan dengan preparat besi (sulfas

ferrosus) per os dalam jangka waktu panjang dibutuhkan untuk memulihkan

kekurangan zat besinya. Di samping itu keadaan gizi diperbaiki dengan diet

protein tinggi

10.1 Cara pencegahan

Hati-hati bila maka makanan mentah atau setengah matang terutama  pada

tempat-tempat dimana sanitasi masih kurang

Masak bahan makanan sampai matang

Selalu mencuci tangan setelah dari kamar mandi/WC atau sebelum memegang

makanan

Infeksi cacing tambang bisa dihindari dengan selalu mengenakan alas kaki.

Gunakan desinfektan setiap hari di tempat mandi dan tempat buang air besar.

11.1 Faktor resiko

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prevalensi infeksi cacing tambang

adalah 61,2%. Sedangakn Prevalensi infeksi cacing tambang berdasarkan

kebiasaan BAB yaitu 78,6% untuk yang BAB di sembarang tempat dan 58,4

untuk yang BAB di kakus. Prevalensi berdasarkan munum obat dalam waktu 3

bulan terakhir yaitu 63,5% untuk yang tidak minum obat dan 28,6% untuk yang

minum obat. Prevalensi berdasarkan kebiasaan memakai alaskaki yaitu 69,7%

37

Page 38: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

untuk yang tidak biasa memakai alas kaki dan 37,1% untuk yang biasa memakai

alas kaki. Besarnya faktor resiko terinfeksi berdasarkan kebiasaan memakai alas

kaki adalah 1,88 artinya kebiasaan memakai alas kaki merupakan faktor resiko

yang kuat untuk terjadinya infeksi cacing tambang.

Dari hasil tersebut diharapkan adanya upaya untuk melakukan

penyuluhan tentang pentingnya kegunaan pemakaian alas kaki/sepatu but pada

waktu bekerja dan membiasakan untuk selalu buang air besar dikakus. Untuk

penelitian lebih lanjut dapt dikembangkan dan pemeriksaan besarnya derajat

infeksi, pemeriksaan kadar Hb, pemeriksaan sampel tanah danpembiakan telur

cacing tembang untuk indentifikasi dan membedakan antara larva cacing Necato

americanus dan Ancylostoma duodenale

38

Page 39: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

V. Kerangka Konsep

39

Page 40: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan

Mrs.Mona 41 tahun menderita Anemia Hypochrome Microcyter dikarenakan infeksi

hookworm’s yang sudah berlangsung lama dan excessesive dan prolonged

menstruation selama 1,5 tahun yang lalu.

40

Page 41: Laporan Tutorial Skenario B Blok 13 B6

DAFTAR PUSTAKA

o Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.

Jakarta : EGC

o Kamus Kedokteran Dorland. 2011. Jakarta: EGC.

o doctoryamod.blog.uns.ac.id/files/2010/04/laporan-resmi.docx diakses pada

tanggal 26 Desember 2012

o Hoffbrand. A. V dan Pettit. J.E. 2005. Kapita Selekta Hematologi Edisi : 4.

Jakarta : EGC.

41