laporan tutorial skenario b blok 13 b6
TRANSCRIPT
LAPORAN
TUTORIAL BLOK 13 SKENARIO B
Disusun Oleh:
KELOMPOK B6
Anggota Kelompok:
Garina Rioska Savella 04111401050
Yuda Lutfiadi 04111401051
Maya Rentina 04111401055
Alhafiz Utama 04111401058
Ni Made Restianing Rimadhanti 04111401064
Muhammad Reyhan 04111401068
Anna Adika Putri 04111401075
Quaratul Aiman 041114010
Sharanjit Kaur Aufar singh 041114010
Tutor: dr. Phey Liana, Sp.PK
PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSTAS SRIWIJAYA
TAHUN 2012
1
KATA PENGANTAR
Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada Dosen pembimbing
yang telah membimbing tutorial pada blok 13 ini sehingga proses tutorial dapat berlangsung
dengan sangat baik.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang
tua, yang telah memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlah
nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario B di blok 13 ini hingga
selesai.
Ucapan terima kasih juga kepada para teman-teman sejawat di Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya atas semua semangat dan dukungannya.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan
sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua.
Palembang, Desember 2012
Penyusun Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………. 2
Daftar Isi ………………………………………………………………………………..… 3
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 4
1.2 Maksud dan Tujuan……………………………………………….….. 4
BAB II : Pembahasan
2.1 Data Tutorial…………………………………………………………. 5
2.2 Skenario Kasus ……………………………………………………..... 6
2.3 Paparan
I. Klarifikasi Istilah. ............…………………………………........ 7
II. Identifikasi Masalah...........………………………………….... 8
III. Analisis Masalah ...............................…………………….......... 9
IV. Learning Issues ...………………...……………………...............18
V. Kerangka Konsep..................………………………………......34
BAB III : Penutup
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................35
DAFTAR
PUSTAKA ..............................................................................................................36
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok indikator laboratorium dan seluler stres merupakan blok 13 pada semester 3 dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran
untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis
memaparkan kasus yang diberikan mengenai
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. Phey Liana, Sp. PK
Moderator : Anna Adika Putri
Sekretaris Papan : Muhammad Reyhan
Sekretaris Meja : Garina Rioska Savella
Hari, Tanggal : Selasa, 26 Desember 2012
Kamis, 27 Desember 2012
Rule Peraturan : 1. Alat komunikasi di nonaktifkan
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat (aktif)
3. Dilarang makan dan minum
5
2.2 Skenario Kasus
Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic with chief complaint of
weakness and palpitation. She is having symptom of nauseous and need medication to
relieve it. She has had suffererd from prolonged and excessesive menstruation (twice in a
month) since 1,5 years ago. She likes planting and taking care of flowers in her garden.
Physical examination :
General appearance : pale, fatigue
HR : 110x/ minute, RR : 22x/minute, Temperature : 36,6OC, BP : 120/80 mmHg.
Liver and spleen non palpable, no lympadenopathy, no epigastric pain.
Cheilitis positive, tongue : papil atrophy.
Koilonychia positive.
Laboratory :
Hb : 6.2 g/dl, Ht : 18 vol%, RBC : 2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3.
Trombosit : 386.000 mm3, Diff.count : 0/2/5/63/26/4, MCV : 72 fL, MCH : 25 pg,
MCHC : 30%
Fecal Occult Blood : Negative, Hookworm’s eggs : positive.
6
2.3 Paparan
I. Klarifikasi Istilah
1.Weakness : Lemah.
2.Palpitation : Perasaan berdebar-debar atau denyut jantung tidak teratur
yang sifatnya subjektif. (Dorland hal : 805)
3.Nauseous : Sensasi yang tidak menyenangkan yang samar pada
epigastrium dan abdomen dengan kecenderungan untuk
muntah. (Dorland hal : 729)
4.Pale :Pucat.
5.Fatique :Keadaan meningkatnya ketidaknyamanan dan
menurunnya efisiensi akibat kerja yang berkepanjangan
atau berlebihan.
6.Lymphadenopathy : Penyakit pada kelenjar limfa disertai biasanya dengan
pembengkakan (Dorland hal : 639)
7.Cheilitis : Peradangan pada bibir dimana bibir terlihat kering dan
pecah-pecah. (Dorland saku hal 201 )
8.Koilonychia :Distrofi kuku jari dengan kuku menjadi tipis dan cekung,
dengan tepi meninggi. (Dorlan saku hal 600)
9.Papil atrophy : Permukaan lidah licin & mengkilat karena papil lidah
menghilang.
10.Fecal Occult Blood : Pemeriksaan dengan analisis tinja / tes darah samar pada
feses.
11.Hookworm’s egg : telur cacing tambang
7
8
II. Identifikasi Masalah
No. Masalah Konsen Kesesuaian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic
with chief complaint of weakness and palpitation.
She is having symptom of nauseous.
She has had suffererd from prolonged and
excessesive menstruation (twice in a month) since 1,5
years ago.
She likes planting and taking care of flowers in her
garden.
Physical examination :
General appearance : pale, fatigue
HR : 110x/ minute, RR : 22x/minute, Temperature :
36,6OC, BP : 120/80 mmHg.
Liver and spleen non palpable, no lympadenopathy,
no epigastric pain.
Cheilitis positive, tongue : papil atrophy.
Koilonychia positive.
Laboratory :
Hb : 6.2 g/dl, Ht : 18 vol%, RBC : 2.480.000/mm3,
WBC : 7.400/mm3.
Trombosit : 386.000 mm3, Diff.count : 0/2/5/63/26/4,
MCV : 72 fL, MCH : 25 pg, MCHC : 30%
Fecal Occult Blood : Negative, Hookworm’s eggs :
positive.
TSH
TSH
TSH
TSH
TSH
TSH
VVV
V
VV
V
V
VV
9
III. Analisis Masalah
1. Mrs. Mona, a 41 years old woman came to the clinic with chief complaint of weakness
and palpitation.
1.1. Bagaimana patofisiologi :
A. Weakness
Defisiensi Fe menyebabkan penurunan fungsi mioglobin, enzim sitokrom, dan
gliserofosfat oksidase yang menyebabkan gangguan glikolisis dan berakibat
penumpukan asam laktat sehingga otot cepat lelah.
Pendarahan yg terus menerus menyebabkan pengikatan oksigen oleh
hemoglobin yg ada di darah berkurang → aliran oksigen yg dibawa darah ke
sel atau jaringan berkurang → sel atau jaringan kekurangan oksigen →
metabolisme sel terganggu → energi yg dihasilkan sedikit → tubuh terlihat
lemas.
B. Palpitation pada kasus ini?
Anemia merupakan salah satu penyebab palpitasi ( jantung. berdebar )
Mekanisme yg terjadi adalah suatu kondisi dimana hemoglobin dalam darah
penderita, tidak benar2 sempurna dalan membawa oksigen ke seluruh
sistem saraf di tubuh. karena tubuh kekurangan zat besi pada darah.
Maka keadaan itu menyebabkan irama jantung menjadi abnormal atau jantung
berdebar-debar.
1.2. Bagaimana etiologi weakness dan palpitation pada kasus ini?
Palpitasi dapat terjadi disebabkan dari 3 akibat utama, yaitu :
1. Hyperdynamic circulation (inkompetensi katup, tirotoksikosis, hypercapnia,
pireksia, anemia, kehamilan)
2. Cardiac dysrythmia (kontraksi atrial prematur, junctional escape beat,
kontraksi ventrikuler prematur, atrial fibrilasi, supraventricular tachycardia,
ventricular tachycardia, ventrikuler fibrilasi, blok jantung)
3. Sympathetic overdrive (gangguan panik, hipoglikemi, hipoksia,
antihistamin levocetirizine , anemia, gagal jantung )
10
Etiologi Kelelahan (weakness)
Gejala umum berkurangnya curah jantung, pasien dengan gagal jantung
kongestif, dan penyakit katup mitral, tetapi tidak spesifik untuk penyakit
jantung. Penyebab tersering kelelahan adalah ansietas dan depresi Namun
pada kasus ini, ada kaitan antara palpitasi dan weakness.
2. She is having symptom of nauseous.
2.1. Bagaimana patofisiologi dari nausea berdasarkan kasus?
Adanya infeksi hookworm di gastrointestinal menyebabkan banyak darah yang
berkurang, akibatnya terjadi defisiensi Fe di lambung. Defisiensi Fe di lambung
akan menyebabkan kegagalan produksi gastric juice dan dari kegagalan produksi
gastric juice menyebabkan katup pilorus tidak dapat dibuka, menyebabkan
makanan tertahan di lambung dan peningkatan rasa mual yang mengaktifkan
pusat muntah di medula oblongata dan pengaktifan saraf kranialis ke wajah,
kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan
diafragma sehingga menyebabkan muntah (nausea).
2.2. Apa etiologi dari nausea pada kasus ini?
Etiologi dari nausea :
1. Infeksi gastroenteritis
2. Keracunan makanan
3. Stres, gugup, atau masalah mental lainnya seperti depresi atau gangguan panik
4. Obat-obatan seperti antibiotic, pil penunda kehamilan, dan obat jantung
5. Migrain / sakit kepala sebelah
6. Serangan jantung
7. Stroke
8. Cedera kepala
9. Alkohol, penyalahgunaan obat atau putus obat
10. Gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia
11. Efek samping terapi radiasi
12. Malabsorbsi
13. Diare
11
3. She has had suffererd from prolonged and excessesive menstruation (twice in a
month) since 1,5 years ago.
3.1. Bagaimana patofisiologi dari excessive menstruation ( Menstruasi yang
berlebihan )?
Excessive menstruation terjadi pada siklus ovulasi (pengeluaran sel telur/ovum
dari indung telur), tanpa ovulasi maupun keadaan lain, misalnya pada wanita
premenopause (folikel persisten).
Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan rahim) terjadi tanpa
ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.
Pada siklus ovulasi.
Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun
bersamaan dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya
kadar hormon estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.
Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa
reproduksi. Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen
berlebihan sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim
(endometrium) mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti
penyangga (kaya pembuluh darah dan kelenjar) yang memadai. Nah, kondisi
inilah penyebab terjadinya perdarahan rahim karena dinding rahim yang rapuh.
Di lain pihak, perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di
satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah
perdarahan rahim berkepanjangan.
3.2. Apa dampak dari excessive menstruation dalam jangka waktu yang lama?
Dampak dari excessive menstruation dalam jangka waktu yang lama :
1. Anemia,menorrhagia sering menyebabkan anemia pada wanita menjelang
menopause.Diperkirakan sekitar 10 % dari wanita usia produktif dalam resiko
tinggi terkena anemia.problem makin berat karena pendarahan menstruasi
yang berlebihan Mayoritas kasus anemia hanya dalam kondisi ringan,tapi
walaupun ringan ,anemia dapat menyebabkan kelemahan dan keletihan pada
tubuh.anemia stadium lanjut menyebabkan nafas pendek-pendek ,detak
12
jantung cepat ,nyeri kepala telinga berdenging dan ketidak seimbangan
mental.anemia yang tidak dapat tindakan medis dalam jangka panjang
mengarah kemasalah jantung.
2. Infertilitas,banyak kondisi terkait ketidak normalan menstruasi,termasuk
pendarahan hebat,ketidak normalan ovulasi,endometriosis ,adalah mayoritas
yang mempunyai konstribusi pada infertilitas pada wanita.Siklus menstruasi
yang tidak teratur dapat mempersulit usaha wanita untuk hamil.
3. Nyeri hebat
4. She likes planting and taking care of flowers in her garden.
4.1. Apa akibat berkebun tanpa menggunakan sarung tangan ( secara klinis ) pada
kasus?
Larva filariaform dengan mudah dapat menembus kulit tangan pasien akibat
berkebun tanpa menggunakan sarung tangan.
5. Physical examination :
General appearance : pale, fatigue
HR : 110x/ minute, RR : 22x/minute, Temperature : 36,6OC, BP : 120/80 mmHg.
Liver and spleen non palpable, no lympadenopathy, no epigastric pain.
Cheilitis positive, tongue : papil atrophy.
Koilonychia positive.
5.1. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan mekanisme nilai pemeriksaan
fisik yang abnormal?
No Pemeriksaan Fisik Interpretasi Mekanisme abnormal
1. HR : 110x/menit Tidak normalNilai normal : 60 -100 x/menit
Akibat anemia, jantung harus bekerja lebih cepat untuk memenuhi suplai darah ke jaringan dalam tubuh (gejala kardiorespiratori )
2 RR : 22x/menit Normal (16-24x/menit) -
3 Temperature : 36,6 derajat celcius
Normal ( 35,7 -37,2 derajat celcius
-
4 BP : 120/80 mmHg Normal -
5 Liver dan limpa : tidak Normal -
13
teraba
6. Keadaan umum : Pucat dan sangat kelelahan
Tidak normal Pucat : karena anemia parah yang bertahan lama menyebabkan pengurangan suplai darah ke perifer seperti kulit agar suplai darah ke organ vital dapat tercukupi.Kelelahan : zat besi diperlukan pada sintesis Hb dan Mb dan sejumlah besar enzim yang mengandung zat besi seperti sitokrom dan flavoprotein . Sehingga pd saat terjadi anemia def. Fe terlihat kelelahan akibat aliran darah yg kurang ke seluruh sistem tubuh.
7. Cheilitis : positive Tongue : papil atrophy
Tidak normal Manifestasi oral akibat defisiensi nutrisi ( Fe) menyebabkan gangguan fungsi epitel
8 Koilonychia : positive Tidak normal Tubuh berkompensasi untuk meningkatkan volume plasma dengan menarik cairan-cairan dari sela-sela jaringan
6. Laboratory :
14
Hb : 6.2 g/dl, Ht : 18 vol%, RBC : 2.480.000/mm3, WBC : 7.400/mm3.
Trombosit : 386.000 mm3, Diff.count : 0/2/5/63/26/4, MCV : 72 fL, MCH : 25 pg,
MCHC : 30%
Fecal Occult Blood : Negative, Hookworm’s eggs : positive.
6.1. Bagaimana interpretasi hasil dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaaan
laboratorium?
NO:Jenis
pemeriksaaanNilai Normal Interpretasi Penyebab jika abnormal
1.
Q Hb : 6.2 g/dl
Wanita : 13 –
15 g/dl
Rendah
(abnormal)
Zat besi (Fe) diperlukan untuk
pembentukan heme dan
hemoglobin sehingga rendahnya
Hb diakibatkan adanya defisiensi
Fe pada Mrs. Mona akibat
menstruasi yang terus menerus dan
terkena infeksi oleh cacing
tambang yang menyebabkan darah
banyak berkurang.
2. Ht : 18 vol%
Wanita : 37-
43%
Pria : 40-48%
Rendah
(abnormal)Hematokrit eritrosit menjadi
mikrositer, sehingga volume nya
menyusut. Hematocrit
berhubungan dengan persentase
volum dari semua eritrosit.
3.
RBC :
2.800.000/m
m3
Wanita : 4-5
juta.
Pria : 4,5-5,5
juta.
Rendah
(abnormal)
Akibat menstruasi yang panjang
dan terus menerus dan adanya
cacing tambang dalam tubuh mrs.
Mona yang menghisap darah mrs.
Mona sehingga menyebabkan
banyaknya darah yang hilang.
4.
WBC :
7.400/mm3
5.000 –
10.000/mikrol
iter darah.
Normal -
5. Trombosit : 150.000- Normal -15
386.000 mm3 450.000/
mikroliter
darah
6
Diff.count :
0/2/5/63/26/4
1. Basofil : 0-
1%
2. Eosinofil
1-3%
3. Batang : 2-
6%
4. Segmen :
50-70%
5. Limfosit :
20-40%
6. Monosit :
2-8%
Normal -
7.
MCV : 72 fL 82-92 fL Rendah
(Tidak
normal)
enzim penentu kecepatan yaitu
enzim ferokelatase memerlukan
besi untuk menghentikan sintesis
heme. Padahal besi pada anemia
defisiensi besi tidak tersedia
sehingga pembelahan sel tetap
berlanjut selama beberapa siklus
tambahan namun menghasilkan sel
yang lebih kecil (mikrositik). Hal
ini ditandai dengan menurunnya
MCV (mean corpuscular volume)
< 80 fl.
MCH : 25 pg 27-31 pg Rendah
(Tidak
normal)
. MCHC : 30% 32-37% Rendah
(Tidak
normal)
Dalam tubuh manusia, sintesis
eritrosit atau eritropoesis terus
berlangsung dengan memerlukan
16
besi yang akan berikatan dengan
protoporfirin untuk membentuk
heme. Pada anemia defisiensi besi,
besi yang dibutuhkan tidak tersedia
sehingga heme yang terbentuk
hanya sedikit dan pada akhirnya
jumlah hemoglobin yang dibentuk
juga berkurang. Dengan
berkurangnya Hb yang terbentuk,
eritrosit pun mengalami
hipokromia (pucat). Hal ini
ditandai dengan menurunnya
MCHC (mean corpuscular
Hemoglobin Concentration) <
32%.
6.2. Apa DD banding berdasarkan kasus ini?
Normal ADB Anemia penyakit kronik
Thalasemia
MCV 80 – 90 fl Menurun <70 fl Menurun/N MenurunMCH 27 – 31 pg Menurun Menurun/N MenurunBesi serum 50 – 150 μg/dL Menurun
<50 μg/dLMenurun Normal
TIBC 240 – 360 μg/dL Meningkat >360 μg/dL
Menurun Normal/Meningkat
Saturasi transferin
30 – 35% Menurun < 15%
Menurun/N10-20%
Meningkat>20%
Besi sumsum tulang
Positif Negatif Positif Positif kuat
FEP 15 – 18 μg/dL Meningkat >100 μg/dL
Meningkat Normal
Feritin serum
20 – 250 μg/dL Menurun <20 μg/dL
Normal Meningkat>50 μg/dL
Elektrofoesis Hb
Normal Normal Hb A2Meningkat
6.3. Bagaimana klasifikasi dan siklus hidup hookworm dalam tubuh manusia?
17
Cacing ini memiliki dua jenis yaitu Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale. Disebut cacing tambang karena dahulunya banyak ditemukan pada
buruh tambang di Eropa. Necator americanus menyebabkan penyakit nekatoriasis
dan Ancylostoma duodenale menyebabkan penyakit ankilostomiasis. Kedua jenis
cacing ini banyak menginfeksi orang-orang di sekitar pertambangan dan
perkebunan. N. americanus dan A. duodenale hidup di rongga usus halus dengan
mulut melekat pada daging dinding usus.
Tubuh Necator americanus mirip huruf S. Panjang cacing betina kurang lebih 1
cm. Setiap satu cacing dapat bertelur 9000 ekor per hari. Sementara itu panjang
cacing jantan kurang lebih 0,8 cm. Ancylostoma duodenale lebih mirip dengan
huruf C. Setiap ekor Ancylostoma duodenale dapat menghasilkan 28.000 telur per
hari.
Telur cacing tambang keluar bersamaan dengan feces. Dalam waktu 1-1,5 hari,
telur akan menetas menjadi larva, yang disebut larva rhabditiform. Tiga hari
kemudian larva berubah lagi menjadi larva filarifom dimana larva ini dapat
menembus kulit kaki dan masuk ke dalam tubuh manusia. Di tubuh manusia,
cacing tambang bergerak mengikuti aliran darah, menuju jantung, paru-paru,
tenggorokan, kemudian tertelan dan masuk ke dalam usus. Di dalam usus, larva
menjadi cacing dewasa yang siap menghisap darah. Setiap ekor cacing N.
americanus akan menghilangkan 0,005-1 cc darah per hari sedangkan setiap ekor
cacing A. duodenale akan menyebabkan manusia kehilangan 0,08-0,34 cc per
hari. Oleh karena itulah, cacing tambang menjadi berbahaya karena dapat
menyebabkan anemia pada manusia.
Adapun daur hidup dari cacing ini adalah Usus manusia – cacing – telur keluar
bersama feses – tempat becek – menetas – hidup lama – menempel pada kaki
manusia – menembus kaki – aliran darah – jantung – paru-paru – kerongkongan –
tertelan – usus manusia – cacing dewasa
Di Indonesia, insiden akibat cacing tambang tinggi pada daerah pedesaan,
terutama perkebunan. Infeksi cacing ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat
desa yang BAB di tanah dan pemakaian feces sebagai pupuk. Selain lewat kaki,
cacing tambang juga bisa masuk ke tubuh manusia melalui makanan yang masuk
ke mulut.
6.4. Bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan untuk kasus ini?
18
Penatalaksanaan
a. Preventif
Pendidikan kesehatan, yaitu kesehatan lingkungan dan penyuluhan gizi.
Pemberantasan infeksi cacing tambang sebagai sumber perdarahan kronik
paling sering di daerah tropik.
Suplementasi besi.
Fortifikasi bahan makanan dengan besi.
b. Kuratif
Terapi kausal yaitu dengan mengatasi terlebih dahulu penyebab utamanya
Pemberian preparat Fe
- Ferrous sulphat 3 x 325 mg per oral dalam keadaa perut kosong
- Ferrous gluconate 3 x 200 mg per oral setelah makan
- Iron dextran (mengandung Fe 50 mg/ml) IM, mula-mula 50 mg kemudian
100-200 mg setiap 1-2 hari. Bisa juga secara IV, mula-mula 0,5 ml sebgai
dosis percobaan, dan bila 3-5 menit tidak ada reaksi diberikan 250-500 mg
Transfusi PRC
Vitamin C 3 x 100 mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi
Diet makanan bergizi dengan tinggi protein
Obat terapi untuk menoragia dapat meliputi:
1. Suplemen zat besi
2. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)
3. Kontrasepsi oral
4. Progesteron oral
5. Para hormonal IUD (Mirena)
6.5. Bagaimana prognosis untuk kasus ini?
19
Prognosis baik apabila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja
dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat.
Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu dipertimbangkan beberapa
kemungkinan sebagai berikut :
- Diagnosis salah
- Dosis obat tidak adekuat
- Preparat Fe tidak tepat atau kadaluarsa
- Perdarahan yang tidak teratasi atau perdarahan yang tidak tampak berlangsung
menetap
- Disertai penyakit yang mempengaruhi absorpsi dan pemakaian besi (infeksi,
keganasan, penyakit hati, penyakit ginjal,penyakit tiroid,penyakit defisiensi
vitamin B12, asam folat ).
- Gangguan absorpsi saluran cerna
20
IV. Learning Issues
1. Anemia Defisiensi dan Anemia Hypochrome Microcyter
Defisiensi Besi
Adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein
pengangkut oksigen) dalam sel darah berada dibawah normal, yang disebabkan
karena kekurangan zat besi.
Terdapatnya zat Fe dalam darah baru diketahui setelah penelitian oleh Lemery dan
Goeffy (1713), kemudian Pierre Blaud (1831) mendapatkan bahwa FeSO4 dan
K2CO3 dapat memperbaiki keadaan krorosis, anemia akibat defisiensi Fe.
Farmakokinetik
Absorbsi fe melalui saluran cerna terutama berlangungsung di duodenum, makin ke
distal absorbsinya makin berkurang. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi
dan kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih banyak Fe diubah menjadi feritin.
Bila cadangan rendah atau kebutuhan meningkat, maka Fe yang baru diserap akan
segera diangkut dari sel mukosa ke sumsum tulang tulang untuk eritropoesis.
Makanan yang mengandung ± 6 mg fe/1000 kilokalori akan diabsorbsi 5-10% pada
orang normal. Absorbsi dapat ditingkatkan oleh kobal, inosin, etionin, vitamin c, HCl,
suksinat dan senyawa asam lain. Sebaliknya absorbsi Fe akan menurun bila terdapat
fosfat atau antasida misalnya kalsium karbonat, alumnium hidroksida dan magnesium
hidroksida.
Setelah diabsorbsi fe dalam darah akan diikat oleh tranferin (suatu beta-1-globulin
glikoprotein) kemudian diangkut ke berbagai jaringan, terutama ke sumsum tulang
dan depot Fe.
Bila tidak digunakan dalam eritropoesis, fe akan disimpan sebagai cadangan, dalam
bentuk terikat sebagai feritin.
Bila Fe diberikan IV, cepat sekali diikat oleh apoferitin (protein yang membentuk
feritin) dan disimpan terutama dalam hati, sedangkan setelah pemberian oral terutama
akan disimpan di limpa dan sumsum tulang.
21
Jumlah Fe yang diekskresi tiap hari sedikit sekali, biasanya sekitar 0.5-1 mg sehari.
Ekskresi terutama berlangsung melalui saluran sel epitel kulit dan saluran cerna yang
terkelupas, selain itu juga melalui keringat, urin, feses, serta kuku dan rambut yang
dipotong.
Pada Wanita usia subur dengan siklus haid 28 hari, jumlah Fe yang diekskresi
sehubungan denga haid diperkirakan sebanyak 0.5- 1 mg sehari.
Penyebab
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terjadi pada
wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan
peningkatan kebutuhan besi selama hamil.
Penyebab lain defisiensi besi adalah:
Asupan besi yang tidak cukup misalnya pada bayi yang diberi makan susu belaka
sampai usia antara 12-24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan
sayur- sayuran saja
Gangguan absorpsi seperti setelah gastrektomi.
Kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan saluran cerna yang lambat
karena polip, neoplasma, gastritis varises esophagus, makan aspirin dan hemoroid.
Terjadinya anemia karena kekurangan zat besi
Anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara bertahap, melalui
beberapa stadium, gejalanya baru timbul pada stadium lanjut.
Stadium 1. Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan
cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin (protein yang
menampung zat besi) dalam darah berkurang secara progresif.
Stadium 2. Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan
untuk pembentukan se darah merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan
jumlahnya lebih sedikit.
Stadium 3. Mulai terjadi anemia.Pada awal stadium ini, sel darah merah tampak
normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit.Kadar hemoglogin dan hematokrit menurun.
22
Stadium 4. Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan
mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang
sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan zat besi.
Stadium 5. Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka
akan timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan gejala-gejala karena anemia
semakin memburuk.
Gejala
Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga dan gejala
lainnya.
Kekurangan zat besi memiliki gejala sendiri, yaitu:
Pika : suatu keinginan memakan zat yang bukan makanan seperti es batu, kotoran
atau kanji
Glositis : iritasi lidah
Keilosis : bibir pecah-pecah
Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.
Sediaan dan Dosis
Untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk berbagai garam fero dari sulfat, fumarat,
glukonat, suksinat, glutamat dan laktat.
Sediaan yang banyak digunakan dan murah ialah hidrat sulfas Ferous (FeSO4.7H2O)
300 mg yang mengandung 20% fe. Untuk anemia berat biasanya diberikan 3 kali 300
mg sulfas ferosus sehari selama 6 bulan.
Fero sulfat dan fero fumarat dosis efektifnya 600-800 mg/hari dalam dosis terbagi.
Fero glukonat, fero laktat, fero karbonat dosis efektifnya sama dengan fero sulfat.
Untuk suntikan IM atau IV hanya dibenarkan bila pemberian oral tidak mungkin,
misalnya penderita intoleran terhadap sediaan oral. Iron dextran (imferon)
mengandung 50 mg fe setiap ml (larutan 5%) untuk penggunaan IM atau IV. Dosis
total yang diperlukan dihitung berdasarkan beratnya anemis, yaitu 250 mg Fe untuk
setiap gram kekurangan Hb. Pada hari pertama disuntikan 50 mg, dilanjutkan dengan
100-250 mg setiap hari atau beberapa hari sekali.
23
Untuk memperkecil reaksi toksis pada pemberian IV, dosis permulaan tidak boleh
melebihi 25 mg, dan diikuti dengan peningkatan bertahap untuk 2-3 hari sampai
tercapai dosis 100 mg/hari. Obat harus diberikan perlahan-lahan yaitu dengan
menyuntikan 20-50 mg/menit.
Efek samping
Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan oral.
Gejala yang timbuk dapat berupa mual dan nyeri lambung (± 7-20%), konstipasi (±
10%) , diare (± 5%) Dan kolik. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat dikurangi
dengan mengurangi dosis atau dengan pemberian sesudah makan, walaupun dengan
cara ini absorbsi dapat berkurang.
Pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat suntikan yaitu
berupa rasa sakit, warna coklat pada tempat suntikan, peradangan lokal dengan
pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan lokal lebih sering terjadi pada pemakaian
IM dibandingkan IV. Reaksi yang dapat terjadi dalam 10 menit setelah suntikan
adalah sakit kepala, nyeri otot dan sendi, hemolisis, takikardia, flushing, berkeringat,
mual, muntah, bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi. Sedangkan
reaksi yang lebih sering timbul dalam ½ -24 jam setelah suntikan misalnya sinkop,
demam, menggigil, rash, urtikaria, nyeri dada, perasaan sakit pada seluruh badan dan
ensefalopatia.
Intoksikasi akut sangat jarang terjadi pada orang dewasa, kebanyakan terjadi pada
anak akibat menelan terlalu banyak tablet FeSO¬4 yang mirip gula dan dapat terjadi
setelah menelan Fe sebanayak 1 gr. Kelaianan utama terdapat pada saluran cerna,
mulai dari iritasi, korosi, sampai terjadi nekrosis. Gejala yang terjadi seringkali berupa
mual, muntah, hematemesis, serta feses berwarna hitam karena perdarahan pada
saluran cerna, syok dan akhirnya kolaps kardiovaskuler dengan bahaya kematian.
Efek korosif dapat menyebabkan stenosis pilorus dan terbentuknya jaringan parut
berlebihan dikemudian hari.
24
Gejala keracunan dapat timbul dalam waktu 30 menit atau setelah beberapa jam
meminum obat.
Terapi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : pertama-tama diusahakan agar
penderita muntah, kemudian diberikan susu atau telur yang dapat mengikat Fe sebagai
kompleks protein Fe. Bila obat diminum kurang dari 1 jam sebelumnya, dapat
dilakukan bilasan lambung dengan menggunakan natrium bikarbonat 1%. Akan tetapi
bila masuknya obat lebih dari 1 jam maka terjadi nekrosis sehingga bilasan lambung
dapat menyebabkan perforasi
Anemia Mikrositik Hipokrom
Anemia mikrositik hipokrom dapat disebabkan karena
a. Kehilangan besi (perdarahan menahun)
b. Asupan yang tidak adekuat / absorbsi besi yang kurang
c. Kebutuhan besi yang meningkat (pada masa kehamilan dan prematuritas)
Kemungkinan yang terjadi pada anemia mikrositik hipokrom adalah
a. anemia defisiensi besi (gangguan besi)
b. anemia pada penyakit kronik (gangguan besi)
c. thalasemia (gangguan globin)
d. anemia sideroblastik (gangguan protoporfirin)
Patofisiologi anemia mikrositik hipokrom
Tergantung dari penyebabnya
1. Anemia defisiensi besi terjadi dalam 3 tahap
Tahap 1 (tahap prelaten), dimana yang terjadi penurunan hanya kadar feritin
(simpanan besi)
Tahap 2 (tahap laten), dimana feritin dan saturasi transferin turun (tetapi Hb masih
normal)
Tahap 3 (tahap def. besi), dimana feritin, saturasi transferin dan Hb turun (eritrosit
menjadi mikrositik hipokrom)
25
2. Anemia pada penyakit kronis
Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam arti ada penyakit primer yang
mendasarinya. Perbedaan anemia ini dengan anemia defisiensi besi tampak pada
feritin yang tinggi dan TIBC yang rendah
3. Anemia sideroblastik
Terjadi karena adanya gangguan pada rantai protoporfirin. Menyebabkan besi yang
ada di sumsum tulang meningkat sehingga besi masuk ke dalam eritrosit yang baru
terbentuk dan menumpuk pada mitokondria perinukleus.
4. Thalasemia
Terjadi karena gangguan pada rantai globin. Thalasemia dapat terjadi karena sintesis
hb yang abnormal dan juga karena berkurangnya kecepatan sintesis rantai alfa atau
beta yang normal.
Epidemiologi
Anemia defisiensi besi di Indonesia hampir sama prevalensinya antara laki-laki,
wanita dan wanita hamil.Sedangkan di negara barat, anemia defisiensi besi paling
banyak terjadi pada wanita hamil.
Thalasemia. Frekuensi gen thalasemia di Indonesia berkisar 3-10% . Kelainan ini
kebanyakan di daerah tropis dan subtropis. Namun sekarang sudah menyebar secara
herediter ke seluruh dunia.
Sintesa, Fungsi, dan Cara Kerja Hb
Hb (hemoglobin) terdiri dari Heme dan Globin.
Heme terdiri dari Fe dan protoporfirin sedangkan Globin terdiri dari sepasangang
rantai a dan non-a.
Fungsi dan cara kerja Hb adalah berikatan dengan O2 membentuk oksihemoglobin
untuk dikirim ke jaringan.
Reduce hemoglobin (hemoglobin yang melepaskan ikatannya dengan O2) merupakan
bentuk ikatan hemoglobin yang normal. Ikatan hemoglobin yang abnormal misalnya
sulfhemoglobin, methemoglobin, carboksihemoglobin.
26
Pemeriksaan Laboratorium yang mendukung
Untuk anemia mikrositik hipokrom, dilakukan pemeriksaan NER (Nilai eritrosit rata-
rata) yang terdiri dari VER, HER, KHER
1. VER (Volume Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hematokrit dengan
jumlah eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya fL. Nilai normalnya 80-98 fL.
Jika lebih besar dari pada normal : eritrositnya makrositer
Jika lebih kecil dari pada normal : eritrositnya mikrositer.
2. HER (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin
dengan jumlah eritrosit (dalam juta ) x 10 . Satuannya pg. Nilai normalnya 27-32 pg
Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom.
3. KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai
hemoglobin dengan nilai hematokrit x 100. Satuannya g/dL. Nilai normalnya 31-35
g/dL.
Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom.
Kalau perhitungan sudah menunjukan bahwa eritrosit mikrositik hipokrom, maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan apus darah tepi untuk melihat morfologi darah tepi.
Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan ialah SI, TIBC, Saturasi transferin, feritin
serum dan elektroforesis Hb.
Biasanya elektroforesis Hb lebih menunjukan untuk sindrom talasemia.
Penatalaksanaan Anemia Mikrositik Hipokrom
1. Anemia defisiensi besi
a. terapi besi oral
Ferro sulfat, mengandung 67mg besi
Ferro glukonat, mengandung 37 mg besi.
b. terapi besi parenteral
biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi penggunaan besi oral.
27
Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuscular.
Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara injeksi intravena lambat atau infuse.
c. Pengobatan Lain
Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein
hewani.
Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi.
Transfusi darah, pada anemia def. Besi dan sideroblastik jarang dilakukan (untuk
menghindari penumpukan besi pada eritrosit)
2. Anemia pada penyakit kronik. Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati
penyakit ini, sehingga pengobatan ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika
anemia menjadi berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian eritropoietin.
3. Anemia sideroblastik. Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan
veneseksi dan pemberian vit b6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang pada
veneseksi mengandung 200-250 mg besi.
4. Thalasemia. Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10
g/dL.
Tetapi transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi,
sehingga perlu dilakukan terapi kelasi besi.
Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah:
Kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah, sakit kepala, dan mudah marah tidak
mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi pada anemia yang kronis
menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh, pecah-pecah pada sudut mulut,
lidah lunak dan sulit menelan.
Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi
kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat
yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa mulut
serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
28
Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah
yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat.
Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner,
dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat
menimbulkan payah jantung kongesif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen
tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea
(kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani
merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing,
kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala
saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala
ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan
mulut).
2. Pemeriksaan laboratorium penunjang anemia
Diagnosis anemia meliputi berikut analisis laboratorium dan tes (1-5):
Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah
hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal.
Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel
mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan
anemia.
Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel
mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut
macrocytic anemia.
Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah
menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi
kekurangan anemia.
Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah merah
(RDW).
Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat
normal.29
Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika
karena kekurangan vitamin ini.
Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang
terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum
tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan anemia.
Sumsum tulang diperoleh dengan memasukkan jarum berongga ke tulang dada atau
tulang pinggul dan menarik jumlah kecil sumsum. Sampel kemudian ditempatkan
pada sebuah slide kaca dan bernoda pewarna khusus. Ini diperiksa di bawah
mikroskop.
Mengikat besi kapasitas. Kapasitas rendah mengikat besi menunjukkan besi
kekurangan anemia.
Pada wanita keturunan Afrika, Mediterania atau Asia Tenggara, anemia ringan yang
tidak menanggapi besi terapi mungkin karena talasemia kecil atau sifat sel sabit.
Ini dapat dideteksi dengan tes genetik dan Elektroforesis darah. Hemoglobin
Elektroforesis mengidentifikasi berbagai hemoglobins yang tidak normal dalam
darah. Hal ini digunakan untuk mendiagnosa anemia sel sabit, thalassemias, dan
bentuk-bentuk warisan anemia.
Karya lengkap up termasuk penilaian tersembunyi fokus untuk pendarahan di perut
atau usus. Fungsi hati dan ginjal dievaluasi untuk memeriksa apakah anemia karena
hati kronis atau penyakit ginjal.
Tes laboratorium untuk diagnosis anemia
Diagnosis anemia meliputi berikut analisis laboratorium dan tes (1-5):
Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai untuk darah
hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal.
Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel
mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan
anemia.
30
Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel
mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut
macrocytic anemia.
Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah
menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi
kekurangan anemia.
Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah merah
(RDW).
Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat
normal.
Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika
karena kekurangan vitamin ini.
Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang
terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum
tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan anemia.
Sumsum tulang diperoleh dengan memasukkan jarum berongga ke tulang dada atau
tulang pinggul dan menarik jumlah kecil sumsum. Sampel kemudian ditempatkan
pada sebuah slide kaca dan bernoda pewarna khusus. Ini diperiksa di bawah
mikroskop.
Mengikat besi kapasitas. Kapasitas rendah mengikat besi menunjukkan besi
kekurangan anemia.
Pada wanita keturunan Afrika, Mediterania atau Asia Tenggara, anemia ringan yang
tidak menanggapi besi terapi mungkin karena talasemia kecil atau sifat sel sabit.
Ini dapat dideteksi dengan tes genetik dan Elektroforesis darah. Hemoglobin
Elektroforesis mengidentifikasi berbagai hemoglobins yang tidak normal dalam
darah. Hal ini digunakan untuk mendiagnosa anemia sel sabit, thalassemias, dan
bentuk-bentuk warisan anemia.
31
Karya lengkap up termasuk penilaian tersembunyi fokus untuk pendarahan di perut
atau usus. Fungsi hati dan ginjal dievaluasi untuk memeriksa apakah anemia karena
hati kronis atau penyakit ginjal.
3. Hookworm / cacing tambang
1.1 PengertianCacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale
dan Necator americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas,
sedangkan telurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur
akan menetas menjadi larva di luar
tubuh manusia, yang kemudian masuk
kembali ke tubuh korban menembus
kulit telapak kaki yang berjalan tanpa
alas kaki. Larva akan berjalan jalan di
dalam tubuh melalui peredaran darah
yang akhirnya tiba di paru paru lalu
dibatukan dan ditelan kembali. Gejala
meliputi reaksi alergi lokal atau
seluruh tubuh, anemia dan nyeri
abdomen.
Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus
halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan
9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm,
cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C
dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah
sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam
tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform.
Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang
dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur
cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40 mikron, berbentuk bujur dan
mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform
panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya
32
kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larva ikut aliran darah ke
jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh darah masuk ke
bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut tertelan dan masuk
ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva
filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan
Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan
tingkat kebersihan yang buruk. Ancylostoma duodenale ditemukan di daerah
Mediterenian, India, Cina dan Jepang. Necator americanus ditemukan di daerah
tropis Afrika, Asia dan Amerika
Gambar : Daur
Hidup Cacing
Tambang (Necator
americanus dan
Ancylostoma duodenale.
2.1 Siklus Hidup
Cacing tambang atau cacing cambuk adalah cacing parasit(nematoda) yang
hidup pada usus kecil, yang dapat berupa mamalia seperti kucing, anjing
ataupun manusia. Ada dua spesies cacing tambang yang biasa menyerang
manusia, Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Necator americanus
banyak ditemukan di Amerika,Sub-Sahara Afrika, Asia Tenggara, Tiongkok,
and Indonesia,Ankylostoma duodenale lebih banyak di Timur Tengah, Afrika
Utara, India, dan Eropa bagian selatan. Sekitar seperempat penduduk dunia
33
terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang
hangat dan lembab,dgn tingkat kebersihan yg buruk.
3.1 Patofisiologi
Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan
giginya pada dinding usus dan menghisap darah. Infeksi cacing tambang
menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan
sehingga penderita mengalami kekurangan darah
(anemia) akibatnya dapat menurunkan gairah kerja
serta menurunkan produktifitas. Tetapi kekurangan
darah (anemia) ini biasanya tidak dianggap sebagai
cacingan karena kekurangan darah bisa terjadi oleh
banyak sebab
4.1 Penyebab
Penyebabnya adalah cacing gelang usus, yaitu Ancylostoma duodenale
dan Necator americanus. Telur dari kedua cacing tersebut ditemukan di dalam
tinja dan menetas di dalam tanah setelah mengeram selama 1-2 hari. Dalam
beberapa hari, larva dilepaskan dan hidup di dalam tanah. Manusia bisa
terinfeksi jika berjalan tanpa alas kaki diatas tanah yang terkontaminasi oleh
tinja manusia, karena larva bisa menembus kulit. Larva sampai ke paru-paru
melalui pembuluh getah bening dan aliran darah. Lalu larva naik ke saluran
pernafasan dan tertelan. Sekitar 1 minggu setelah masuk melalui kulit, larva
akan sampai di usus. Larva menancapkan dirinya dengan kait di dalam mulut
mereka ke lapisan usus halus bagian atas dan mengisap darah.
34
(Gambar : Necator americanus) (Ancylostomaduodenale)
(Ancylostoma duodenale egg)
5.1 Gejala
Gejala klinik penyakit cacing tambang berupa anemia yang diakibatkan
oleh kehilangan darah pada usus halus secara kronik. Jumlah darah yang hiIang
setiap hari tergantung pada (1) jumlah cacing, terutama yang secara kebetulan
melekat pada mukosa yang berdekatan dengan kapiler arteri; (2) species cacing :
seekor A. duodenaleyang lebih besar daripada N. americanus mengisap 5x lebih
banyak darah; (3) lamanya infeksi. Terjadinya anemia tergantung pada
keseimbangan zat besi dan protein yang hilang dalam usus dan yang diserap dari
makanan. Kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan terhadap infeksi 35
parasit. Beratnya penyakit cacing tambang tergantung pada beberapa faktor,
antaza lain umur,"wormload," lamanya penyakit dan keadaan gizi penderita.
Penyakit cacing tambang menahun dapat dibagi dalam tiga golongan :
I. Infeksi ringan dengan kehilangan darah yang dapat diatasi tanpa gejala,
walaupun penderita mempunyai daya tahan yang menurun terhadap penyakit
lain.
II. infeksi sedang dengan kehilangan darah yang tidak dapat dikompensasi dan
penderita kekurangan gizi, mempunyai keluhan pencernaan, anemia, lemah,
fisik dan mentaI kurang baik.
III. infeksi berat yang dapat menyebabkan keadaan fisik buruk dan payah jantung
dengan segala akibatnya.
Gejala lainnya adalah Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch)
bisa muncul di tempat masuknya larva pada kulit. Demam, batuk dan bunyi
nafas mengi (bengek) bisa terjadi akbiat berpindahnya larva melalui paru-paru.
Cacing dewasa seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas. Anemia
karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di dalam darah bisa
terjadi akibat perdarahan usus. Kehilangan darah yang berat dan berlangsung
lama, bisa menyebabkan pertumbuhan yang lambat, gagal jantung dan
pembengkakan jaringan yang meluas pada anak-anak.
6.1 Epidemiologi
Kejadian penyakit (Incidens) ini di Indonesia sering ditemukan pada
penduduk yang bertempat tinggal di pegunungan, terutama di daerah pedesaan,
khususnya di perkebunan atau pertambangan. Cacing ini menghisap darah hanya
sedikit namun luka-luka gigitan yang berdarah akan berlangsung lama, setelah
gigitan dilepaskan dapat menyebabkan anemia yang lebih berat. Kebiasaan
buang air besar di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun sangat
penting dalam penyebaran infeksi penyakit ini (Srisasi Gandahusada, 2000:15).
Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva adalah tanah gembur (pasir, humus)
dengan suhu 16 optimum 32oC-38oC. Untuk menghindari infeksi dapat dicegah
dengan memakai sandal atau sepatu bila keluar rumah.
7.1 Cara penularan
36
Cara penularan penyakit cacing tambang adalah melalui larva cacing yang
terdapat di tanah yangmenembus kulit (biasanya diantara jari-jari kaki), cacing
ini akan berpindah ke paru kemudian ke tenggorokan dan akan tertelan masuk
saluran cerna.
8.1 Diagnosa
Jika timbul gejala, maka pada pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan
telur cacing tambang. Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu, maka
telur akan mengeram dan menetaskan larva.
9.1 Pengobatan
Pengobatan penyakit cacing tambang dapat dilakukan dengan berbagai
macam anthelmintik, antara lain befenium hidroksinaftoat, tetraldoretilen,
pirantel pamoat dan mebendazol. Bila cacing tambang telah dikeluarkan,
perdarahan akan berhenti, tetapi pengobatan dengan preparat besi (sulfas
ferrosus) per os dalam jangka waktu panjang dibutuhkan untuk memulihkan
kekurangan zat besinya. Di samping itu keadaan gizi diperbaiki dengan diet
protein tinggi
10.1 Cara pencegahan
Hati-hati bila maka makanan mentah atau setengah matang terutama pada
tempat-tempat dimana sanitasi masih kurang
Masak bahan makanan sampai matang
Selalu mencuci tangan setelah dari kamar mandi/WC atau sebelum memegang
makanan
Infeksi cacing tambang bisa dihindari dengan selalu mengenakan alas kaki.
Gunakan desinfektan setiap hari di tempat mandi dan tempat buang air besar.
11.1 Faktor resiko
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Prevalensi infeksi cacing tambang
adalah 61,2%. Sedangakn Prevalensi infeksi cacing tambang berdasarkan
kebiasaan BAB yaitu 78,6% untuk yang BAB di sembarang tempat dan 58,4
untuk yang BAB di kakus. Prevalensi berdasarkan munum obat dalam waktu 3
bulan terakhir yaitu 63,5% untuk yang tidak minum obat dan 28,6% untuk yang
minum obat. Prevalensi berdasarkan kebiasaan memakai alaskaki yaitu 69,7%
37
untuk yang tidak biasa memakai alas kaki dan 37,1% untuk yang biasa memakai
alas kaki. Besarnya faktor resiko terinfeksi berdasarkan kebiasaan memakai alas
kaki adalah 1,88 artinya kebiasaan memakai alas kaki merupakan faktor resiko
yang kuat untuk terjadinya infeksi cacing tambang.
Dari hasil tersebut diharapkan adanya upaya untuk melakukan
penyuluhan tentang pentingnya kegunaan pemakaian alas kaki/sepatu but pada
waktu bekerja dan membiasakan untuk selalu buang air besar dikakus. Untuk
penelitian lebih lanjut dapt dikembangkan dan pemeriksaan besarnya derajat
infeksi, pemeriksaan kadar Hb, pemeriksaan sampel tanah danpembiakan telur
cacing tembang untuk indentifikasi dan membedakan antara larva cacing Necato
americanus dan Ancylostoma duodenale
38
V. Kerangka Konsep
39
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Mrs.Mona 41 tahun menderita Anemia Hypochrome Microcyter dikarenakan infeksi
hookworm’s yang sudah berlangsung lama dan excessesive dan prolonged
menstruation selama 1,5 tahun yang lalu.
40
DAFTAR PUSTAKA
o Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta : EGC
o Kamus Kedokteran Dorland. 2011. Jakarta: EGC.
o doctoryamod.blog.uns.ac.id/files/2010/04/laporan-resmi.docx diakses pada
tanggal 26 Desember 2012
o Hoffbrand. A. V dan Pettit. J.E. 2005. Kapita Selekta Hematologi Edisi : 4.
Jakarta : EGC.
41