laporan tutorial skenario blok 12barusegini

81
LAPORAN TUTORIAL BLOK 12 Disusun Oleh: KELOMPOK L2 Anggota Kelompok: 1. Suci Fahlevi Masri (04111001001) 2. Febri Wijaya (04111001002) 3. Maulia Wisda Era Chresia (04111001010) 4. Nisrina Ariesta Syaputri (04111001011) 5. M. Reza Fahlevi (04111001032) 6. Arasy Al Adnin (04111001044) 7. Hajrini Andwiarmi Adfirama (04111001047)

Upload: risha-meilinda-marpaung

Post on 16-Apr-2015

112 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

LAPORAN

TUTORIAL BLOK 12

Disusun Oleh:

KELOMPOK L2

Anggota Kelompok:

1. Suci Fahlevi Masri (04111001001)

2. Febri Wijaya (04111001002)

3. Maulia Wisda Era Chresia (04111001010)

4. Nisrina Ariesta Syaputri (04111001011)

5. M. Reza Fahlevi (04111001032)

6. Arasy Al Adnin (04111001044)

7. Hajrini Andwiarmi Adfirama (04111001047)

8. Wira Dharma Utama (04111001048)

9. Adiguna Darmanto (04111001064)

10. Vhandy Ramadhan (04111001070)

11. Fatimah Shellya (04111001123)

12. Feddy Febriyanto Manurung (04111001128)

Tutor: dr. Arisman MB, M. Kes

PENDIDIKAN DOKTER UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2012

Page 2: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya

laporan tutorial skenario blok 12 ini dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang didapat dari proses belajar

tutorial, yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran

Universitas Sriwijaya.

Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang terlibat

dalam pembuatan laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota kelompok L2 tutorial,

dan juga teman- teman lain yang sudah ikut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan

ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik akan sangat bermanfaat bagi

revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.

Penyusun

2

Page 3: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................2

Daftar Isi.................................................................................................................3

Hasil Tutorial dan Belajar Mandiri.........................................................................4

I. Klarifikasi Istilah....................................................................................4

II. Identifikasi Masalah...............................................................................5

III. Analisis Masalah....................................................................................6

IV.Hipotesis.................................................................................................25

V. Keterkaitan Antar Masalah...................................................................26

VI.Identifikasi topik pembelajaran.............................................................27

VII. Kerangka Konsep...............................................................................28

VIII.Sintesis................................................................................................29

IX. Kesimpulan..........................................................................................50

X. Daftar Pustaka ..…………………………………...……………..51

3

Page 4: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

SKENARIO A BLOK 12

Seorang lelaki gendut (mild obesity), berusia 35 tahun, sudah satu tahun mengalami disfungsi

ereksi (DE). Penyuka makanan terolah sejak sekolah dasar ini terdiagnosis hipertensi ketika

berumur 33 tahun. Mulai saat ini, dia secara rutin mengkonsumsi bukan hanya preparat

antihipertensi (atenolol), tetapi juga diuretika (furosemide) serta obat pereduksi lemak

darah(statin). Sebelum ketiga jenis obat itu dimakan, kehidupan seksual bersama istrinya

baik-baik saja. Sementara, pengganggu berlatar masalah psikososial bisa diabaikan.

Riwayat Pangan (Makanan yang biasa disantap selama 3 bulan terakhir)

Pagi: mie instan 2 bungkus dan kopi 1 gelas

Snack pukul 10.00: crackers 2 porsi

Makan siang: nasi dan ayam goreng KFC 2 porsi, soft drink dua kaleng

Snack pukul 16.00: Dunkin Donat dan 1 kaleng soft drink

Makan malam: Pizza (ukuran medium), satu kaleng soft drink

Tugas:

Lakukan eksplorasi untuk mencari pelatar-belakang DE ini

I. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Mild obesity : Peningkatan berat badan melampaui batas kebutuhan

fisik dan skeletal akibat penimbunan lemak yang

berlebihan.

2. Disfungsi ereksi(DE) : Kekurangan tenaga pada pria, tidak mampu memulai

dan mempertahankan ereksi hingga ejakulasi

3. Hipertensi : Tekanan darah arterial yang tetap tinggi yang sebabnya

tidak diketahui atau berkaitan dengan penyakit lain.

4. Makanan terolah : Makanan yang diolah dari bahan baku ditambah atau

diubah dengan bahan tambahan makanan dan atau bahan

penolong.

5. Atenolol : Agen penyekat adrenergik beta 1 kardioselektif dalam

pengobatan hipertensi, angina pectoris, infark, dan

aritmia jantung.

4

Page 5: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

6. Furosemide : Obat diuretika yang dipakai dalam pengobatan edema

yang berkaitan dengan gagal jantung kongestif atau

penyakit hati,ginjal dan juga pada pengobatan hipertensi.

7. Statin : Obat yang menghambat aksi hidroksi metil glutaril

koenzim A reductase (enzim yang termasuk kolesterol

produksi hati)

8. Diuretika : Meningkatkan ekskresi urin atau jumlah urin; agen

yang merangsang sekresi urin.

9. Psikososial : Hubungan antar psikologis dan sosial

10. Soft drink : Minuman berkabonasi yang diberi tambahan berupa

bahan perasa dan pemanis seperti gula.

11. Crackers : Biskuit

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Seorang lelaki gendut (mild obesity), berusia 35 tahun, sudah satu tahun mengalami

disfungsi ereksi (DE).

2. Penyuka makanan terolah sejak sekolah dasar ini terdiagnosis hipertensi ketika

berumur 33.

3. Mulai saat ini, dia secara rutin mengkonsumsi bukan hanya preparat antihipertensi

(atenolol), tetapi juga diuretika (furosemide) serta obat pereduksi lemak darah (statin).

4. Riwayat pangan (Makanan yang biasa disantap selama 3 bulan terakhir)

Pagi: mie instan 2 bungkus dan kopi 1 gelas

Snack pukul 10.00: crackers 2 porsi

Makan siang: nasi dan ayam goreng KFC 2 porsi, soft drink dua kaleng

Snack pukul 16.00: Dunkin Donat dan 1 kaleng soft drink

Makan malam: Pizza (ukuran medium), satu kaleng soft drink

No. Kenyataan Kesesuaian Konsen

1. Seorang lelaki gendut (mild obesity), berusia 35

tahun, sudah satu tahun mengalami disfungsi ereksi

(DE).

TSH √√√

5

Page 6: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

2. Penyuka makanan terolah sejak sekolah dasar ini

terdiagnosis hipertensi ketika berumur 33.

TSH √√

3. Mulai saat ini, dia secara rutin mengkonsumsi

bukan hanya preparat antihipertensi (atenolol),

tetapi juga diuretika (furosemide) serta obat

pereduksi lemak darah (statin).

TSH √√

4. Riwayat pangan(Makanan yang biasa disantap

selama 3 bulan terakhir)

Pagi: mie instan 2 bungkus dan kopi 1 gelas

Snack pukul 10.00: crackers 2 porsi

Makan siang: nasi dan ayam goreng KFC 2 porsi,

soft drink dua kaleng

Snack pukul 16.00: Dunkin Donat dan 1 kaleng soft

drink

Makan malam: Pizza (ukuran medium), satu kaleng

soft drink

TSH √

III. ANALISIS MASALAH

Masalah 1

1. Bagaimana patofisiologi dari disfungsi ereksi (DE)?

Jawab :

a. Hipertensi -----> aliran darah ke penis menurun ----->penurunan kemampuan

arteri penis untuk berdilatasi saat perangsangan seksual.

b. Pada lelaki obesitas, terjadi hyperestrgenemia (peningkatan serum estradiol dan

estron) -----> menurunkan amplitudo pulsatif LH -----> penghambatan pusat

produksi androgen.

Penurunan produksi androgen dapat menyebabkan:

6

Page 7: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

1. Atrofi jaringan penis dan perubahan struktur saraf penis

2. Penurunan ekspresi protein endotel dan neuronal nitric oxide synthases (Enos

dan nNOS), fosfodietrase tipe-5. Nah penurunan ketiga komponen yang

memperngaruhi proses fisiologis ereksi dapat menyebabkan disfungsi ereksi.

c. Pengaruh obat-obatan antihipertensi (metildopa, alfa blocker, beta blocker,

reserpine), diuretika (thiazide, sprinolactone, furosemid), antidepresan

(amitryptilin, imipramin), antipsikotik (chlorpromazine, haloperidol,

fluphenazine, trifluoperazine), antiandrogen (estrogen, flutamid), H2-blockers

(cimetidine), simpatomimetik yang sering digunakan untuk pengobatan asma, flu,

obesitas.

Selain itu juga, Disfungsi ereksi (DE) dapat disebabkan dari tiga mekanisme dasar

ini:

(1) kegagalan menginisiasi (psikogenik, endokrinologik, atau neurogenic);

(2) kegagalan pengisian (arteriogenik); atau

(3) kegagalan untuk menyimpan volume darah yang adekuat didalam jaringan

lacunar (disfungsi venooklusif).

Pada kasus ini, pria obesitas dengan hipertensi mengkonsumsi obat-obatan

antihipertensi dimana, obesitas dan hipertensi saja sudah mempunyai resiko untuk

terjadinya Disfungsi Ereksi.

Penggunaan obat anti-hipertensi seperti atenolol akan berpengaruh pada

penggunaan obat diuretic contohnya Furosemide pada kasus ini akan membuat

diuresis yang menyebabkan volume plasma menurun akibatnya aliran darah menurun

sehingga darah yang masuk kedalam pembuluh darah pada Corpus cavernosum tidak

adekuat sehingga lacuna-lacuna tidak dapat terisi maka terjadilah difungsi ereksi.

2. Apa hubungan umur dan disfungsi ereksi (DE)?

Jawab :

Disfungsi ereksi merupakan gangguan yang dapat menyerang semua lingkup

umur. Tetapi, prevalensi dan indikasinya meningkat sejalan dengan bertambahnya

usia. Hasil survey Massachusets Male Aging Study (MMAS), yang dilakukan pada pria usia

40 sampai 70 tahun mendapatkan 52% responden menderita DE derajat tertentu, yaitu DE

total diderita sebesar 9,6%, sedang 25,2% dan minimal sebesar 17,2%. Prevalensi dan

keparahannya pun meningkat sesuai dengan usia: 30 dari 1000 orang mengalami DE di usia

50-59 tahun; 47 dari 1000 orang mengalami DE di usia 60-69 tahun.

7

Page 8: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

3. Apa hubungan obesitas dan disfungsi ereksi (DE)?

Jawab :

Menurut Dr Motwani, "Kemampuan untuk mempertahankan ereksi dari saraf

sensorik dan pembuluh darah yang rusak sering terjadi berurutan pada pria yang

mengalami kelebihan lemak pada sel-sel tubuh."

Dia menambahkan, pria obesitas memiliki kelebihan sel-sel lemak yang

memproduksi estrogen. Pria dengan sel lemak berlebih memproduksi hormon

estrogen lebih tinggi dibandingkan dengan pria berberat badan normal. Mereka juga

memproduksi jumlah sperma yang lebih sedikit ketimbang pria dengan berat ideal.

Selain itu, kelebihan berat badan terutama di daerah perut dengan lemak

berlebih dapat mempengaruhi fungsi seksual dalam berbagai cara, mengganggu

kemampuan tubuh untuk memasok darah ke penis, dan dapat menyebabkan produksi

testosteron menurun.

Ereksi terjadi ketika pembuluh darah menuju penis membesar, dan darah

memenuhi pembuluh darah sampai terjadi ereksi. Proses ini dimulai ketika lapisan

dalam pembuluh (dikenal sebagai endothelium) melepaskan oksida nitrat, sebuah

molekul yang memberi sinyal pada otot-otot sekitarnya untuk bersantai. (Viagra dan

obat-obatan serupa bekerja dengan meningkatkan jumlah oksida nitrat dalam

endotelium). Obesitas menyebabkan kerusakan endotelium. Dan ketika endotelium

tidak bekerja dengan benar, penis mungkin tidak mendapatkan cukup darah untuk

memproduksi atau mempertahankan ereksi.

Obesitas secara langsung akan mengganggu pembuluh darah sehingga

mengurangi aliran darah dari dan menuju penis. Hal ini menyebabkan penis sulit

ereksi dan kalaupun penis berhasil ereksi akan sulit dipertahankan tetap keras sampai

hubungan seks selesai.

Masalah 2

1. Apa hubungan makan terolah dan hipertensi?

Jawab :

Makanan terolah merupakan makanan yang diproduksi oleh suatu

perusahaaan. Makanan terolah disini contohnya fried chicken KFC, burger, pizza,

crackers, dan Dunkin donuts. Dimana kandungan dari makanan terolah antara lain :

8

Page 9: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Tinggi kalori, rata - rata makanan fast food mengandung sebanyak 50% dari jumlah

kalori yang diperlukan sehari, berkisar antara 400 kalori sampai 1500 kalori.

Hamburger yang besar, kentang goreng, milk shake mengandung 1.200 kalori, yang

merupakan total kalori perhari yang diperlukan tubuh untuk seorang yang sedang

menjalani diet. Mengurangi asupan makanan

Tinggi lemak, berkisar antara 40 - 60% kalori dalam fast food berasal dari lemak.

Bahan seperti keju, mayonaise, kream dan metode deep frying mengandung tinggi

lemak dalam makanan ini. Makanan yang diolah dengan cara deep frying adalah

lemak sapi dan mengandung telur yang juga mengandung tinggi kolesterol.

Tinggi garam. beberapa jenis makanan mengandung tinggi natrium. Misalnya cheese

burger mengandung 1.400 mg Natrium, yang merupakan lebih dari 1/3 gram

maksimum yang dianjurkan perhari yang besarnya 3.300 mg atau 1.5 sendok teh

garam perhari.

Tinggi kandungan gula. Asupan gula terbesar dari minuman dan desert. Misalnya

sekaleng minuman ringan mengandung 8 sendok teh gula, doughnut mengandung 6

sendok teh gula. Kandungan gula yang cukup tinggi ini memberikan kontribusi yang

cukup besar pada jumlah kalori yang dimakan.

Rendah kandungan serat. Makanan fast food biasanya mengandung rendah serat,

kecuali salad. Makanan khas fried chicken sekali makan yang biasanya terdiri dari 2

potong ayam, mashed potatoes dan soft drink, total mengandung kurang dari 1 gram

serat makanan, yang jumlahnya tak berarti dibanding dengan anjuran serat sebanyak

40 gram per hari.

Tingginya kadar garam dalam makanan terolah dapat memicu terjadinya

hipertensi. Sedangkan kandungan gula yang tinggi akan terakumulasi dalam darah dan

membentuk plak pada dinding pembuluh darah , sehingga menyebabkan

atherosclerosis. Lumen pembuluh darah pun semakin sempitnya akibat adanya plak,

sehingga jantung memompa darah lebih kuat. Dan tekanan darah meningkat menuju

hipertensi.

2. Apa hubungan hipertensi dan disfungsi ereksi (DE)?

9

Page 10: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Jawab :

Anatomi dari proses ereksi

Pada penis ada dua Corpora cavernosa dan Corpus spongiosum adalah tiga

jaringan ereksi yang bisa mengembang sepanjang batang penis yang diisi dengan

darah saat ereksi. Kedua Corpora cavernosa terletak di sepanjang batang penis,

dari tulang kemaluan hingga menyatu di kepala penis, dan dibawahnya ada

Corpus spongiosum, yang mana dilewati uretra yang membawa semen dan urin.

Corpora cavernosa dibentuk oleh arteri dan vena kecil, serat otot polos, dan

ruang kosong. Pada saat istirahat (tanpa aktivitas seksual), pembuluh-pembuluh

darah arteri di daerah Corpora Cavernosa, serta otot-otot polos di trabekel yakni

sekitar sinusoid akan mengalami kontraksi (penciutan) sehingga darah yang

masuk ke penis sangat sedikit. Rongga-rongga sinusoid di Corpora Cavernosa

hanya terisi sedikit darah sehingga penis dalam keadaan lembek.

Ketika tubuh menerima rangsangan seksual baik melalui penglihatan,

perabaan, penciuman, fantasi (khayalan) dan sebagainya, maka penerima stimulasi

seksual akan segera bereaksi dan mengirim pesan kepada sistem syaraf yang

dilanjutkan ke hipotalamus kemudian turun ke bawah melalui medulla spinalis

atau sumsum tulang belakang.

Selanjutnya melewati nucleus atau inti-inti syaraf otonom di S2-4 (vertebra

sacralis) diteruskan ke jaringan-jaringan erektil di Corpora Cavernosa. Di dalam

jaringan erectil ini, dihasilkan bermacam-macam neurotransmitter (penghantar

impuls syaraf).

Salah satu yang amat berperan untuk membuat penis ereksi ialah NO (nitrogen

oksida). NO dihasilkan dari oksigen dan L-Arginin di bawah kontrol sintase nitrik

oksida. Sesudah terbentuk, NO dilepaskan dari neuron dan endotel sinusoid di

Corpora Cavernosa. NO menembus sel otot polos yang mengaktifkan enzim yang

disebut guanilyl cyclase.

Guanilyl cyclase selanjutnya mengubah guanosin triphosphat (GTP) menjadi

siklik guanosin Monophosphat (cGMP). Melalui beberapa proses kimiawi, cGMP

membuat otot-otot polos dalam Corpora Cavernosa di dalam trabekel-trabekel

dan di dalam arteriol-arteriol mengalami relaksasi sehingga seluruh pembuluh

darah di Corpora Cavernosa serta sinusoid akan mengalami pelebaran atau

pembesaran.

10

Page 11: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Selanjutnya rongga-rongga (sinusoid) penuh dengan darah sehingga penis

mulai membesar. Rongga-rongga yang terisi itu kemudian menekan pembuluh

darah balik (vena) di dekatnya sehingga darah tidak bisa ke luar dari Corpora

Cavernosa dan darah terperangkap di Corpora Cavernosa dan penis tambah besar

sampai keras.

Selama proses itu terjadi, impuls seksual terus timbul di dalam otak dan terjadi

relaksasi otot-otot polos di dinding pembuluh darah dan trabekel-trabekel

sehingga terjadi dilatasi (pelebaran) pembuluh darah serta pembesaran sinusoid

maka penis akan terus mengeras.

Detumescensi (Menurunkan Ereksi). Untuk menjaga supaya ereksi tidak

terjadi terus-menerus, maka cGMP harus dikurangi sehingga tidak terjadi relaksasi

otot-otot polos terus menerus. Di dalam sel otot polos di dalam Corpora

Cavernosa ada mekanisme tersendiri, yakni adanya 5 yang mengubah cGMP

menjadi 5 guanosine wonophospbat (SGMP), sehingga jumlah cGMP berkurang.

Bila cGMP tinggal sedikit maka relaksasi otot polos akan hilang kemudian

mengkerut (kontraksi) sehingga penis menjadi kecil atau kembali ke fase istirahat.

Kemudian bila ada stimulasi seks, NO akan dibentuk lagi dan akhirnya cGMP

akan meningkat dan otot polos akan mengalami relaksasi dan penis ereksi lagi.

Selama tidak ada stimulasi seks, penis akan tetap istirahat. NO tidak

diproduksi sehingga cGMP tidak terbentuk dan penis akan tetap lembek.

Demikian mekanisme ereksi, istirahat, ereksi dan istirahat dari penis manusia.

Hubungan hipertensi dan disfungsi ereksi

Kerusakan endotel menyebabkan penurunan nitric oxide. Kemudian juga jejas

endotel ini dapat memudahkan penumpukan plak lemak, terjadi aterosklerosis,

terjadi vasospasme, terjadi konstriksi pembuluh darah dan terjadi hipertensi

Jika makanan yang dimakan banyak mengandung lemak, dapat menyebabkan

penimbunan lemak di sepanjang pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah

ini menyebabkan aliran darah menjadi kurang lancer, sehingga mengganggu

suplai oksigen dan zat makanan ke organ tubuh. Penyempitan dan sumbatan

lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi, agar dapat

memasok kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya tekanan darah menjadi

meningkat, maka terjadilah hipertensi.  

11

Page 12: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Tekanan darah tinggi adalah penyebab utama masalah ereksi. Tekanan darah

tinggi menjaga arteri yang membawa darah ke penis dari dilatasi ketika akan

ereksi. Hal ini juga menyebabkan otot polos pada penis kehilangan

kemampuannya untuk berelaksasi. Hasilnya, aliran darah tidak cukup ke penis

untuk menimbulkan ereksi.

3. Apa hubungan hipertensi dan obesitas?

Jawab

Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terdapat jaringan adipose dalam

proporsi yang abnormal dalam tubuh. Hubungan obesitas dengan hipertensi telah

diketahui sejak lama. Diduga timbulnya hipertensi pada obesitas adalah berkaitan

dengan meningkatnya volume plasma dan curah jantung akibat berbagai  perubahan

hormonal, metabolik, neurologi dan hemodinamik yang terjadi pada obesitas.

Obesitas juga dapat meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan reabsorpsi

tubulus ginjal, menggangu ekskresi natrium, dan menimbulkan peningkatan volume

akibat aktivasi sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin aldosteron, serta

tekanan fisik pada ginjal oleh obesitas itu sendiri, terutama jika terdapat obesitas

visceral.

Penanganan terhadap hipertensi pada obesitas adalah meliputi usaha 

menurunkan berat badan dan penggunaan obat anti hipertensi. Penyekat EKA,

angiotensin reseptor bloker, kalsium antagonis dan alfa bloker merupakan obat anti

hipertensi yang dapat diberikan pada keadaan ini. Diuretik dan beta bloker walaupun

memiliki efektifitas yang baik untuk mengontrol tekanan darah, tetapi memiliki

beberapa efek yang kurang mnguntungkan pada obesitas.

4. Bagaimana efek dari mengkonsumsi makanan terolah dalam jangka panjang?

Jawab :

Mengkonsumsi makanan terolah dalam jangka waktu panjang dapat

mengakibatkan timbulnya obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit

kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke. Selain itu penggunaan bahan-

bahan tertentu dalam makanan terolah dapat juga memicu terjadinya karsinogenesis

yang dapat menimbulkan kanker.

5. Apa kriteria dari makanan terolah?

12

Page 13: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Jawab :

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor :

382/Menkes/Per/VI/1989 tentang Pendaftaran Makanan, Yang dimaksud dengan

makanan terolahadalah barang yang dimaksudkan untuk dimakan atau diminum oleh

manusia serta semua bahan yang digunakan pada produksi makanan dan minuman.

1. Makanan terolah adalah makanan yang diolah dari bahan baku ditambah atau tidak

dengan bahan tambahan makanan dan/atau bahan penolong

2. Makanan yang wajib didaftarkan adalah makanan terolah baik produksi dalam

negeri maupun yang berasal dari impor yang diedarkan dalam kemasan eceran dan

berlabel.

3. Makanan terolah produksi dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam point 2

adalah makanan yang diproses oleh perusahaan

Masalah 3

1. Bagaimana mekanisme kerja dari atenolol?

Jawab :

- Atenolol (kardioselektif)

Beta-1 receptors ditemukan di jantung, otak, mata, neuron adrenergik perifer,

dan ginjal. Reseptor β1 merupakan reseptor yang bertanggung jawab untuk

menstimulasi produksi katekolamin yang akan menstimulasi produksi renin.

Atenolol (Tenormin) termasuk beta-blocker. Atenolol adalah beta-adrenergik

(beta-1 selektif) agen yang memblok beta reseptor pada jantung dan

juxtoglomerular apparatus. Atenolol bersaing dengan neurotransmitter

sympathomimetik seperti cathecolamine (norepinephrine dan epinephrine) untuk

berikatan dengan reseptor beta(1)-adrenergik. Mekanisme kerja Simpatolitik β –

blocker seperti atenolol akan bekerja di susunan saraf pusat dengan mengurangi

tonus simpatis. Atenolol yang memblok aktivitas pada beta-adrenergik ini dapat

menyebabkan penurunan istirahat dan kerja dari jantung, penurunan cardiac

output, penurunan tekanan darah pada fase istirahat dan setelah kerja jantung

(tekanan sistolik dan diastolik) karena menghambat pelepasan renin di ginjal yang

menyebabkan vasodilatasi, peningkatan resistensi perifer meningkatkan tekanan

darah, menghambat takikardi (denyut jantung yang cepat) dan mengurangi

takikardi ortostatik (peningkatan denyut jantung setelah berdiri cepat), dan

13

Page 14: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

penurunan volume darah. Pada kelenjar saliva akan mempengaruhi produksi

saliva menjadi sedikit dan lebih kental.

Dosis yang lebih tinggi pada pemberian atenolol secara kompetitif akan

memblok beta (2)-adrenergik dan memberikan respon terhadap bronkus dan otot

polos pembuluh darah.

Jika dikaitkan dengan disfungsi ereksi. Beta blocker membuat cardiac output

menurun, sehingga aliran darah ke penis lambat. Beta blocker menyebabkan renin

menurun, mengakibatkan vasodilatasi dan volume plasma turun karena tidak

terjadi retensi. Beta blocker meningkatkan resistensi perifer menyebabkan

peningkatan tekanan darah. Beta blocker juga mengganggu impuls saraf dan

menyebabkan disfungsi ereksi, (memang beta blocker menekan tonus simpatis,

tapi parasimpatis yang teraktivasi di perifer penis terjadi kekacauan fungsi

sehingga pembuluh darah tetap sulit melebar untuk terisi darah, dan fungsinya

kurang baik), serta dapat menimbulkan efek sedasi dan depresi (pikiran

memainkan peran besar dalam gairah seksual).

2. Bagaimana mekanisme kerja dari furosemide?

Jawab :

Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan mendeplesi simpanan

natrium tubuh. Mula-mula, diuretik menurunkan tekanan darah dengan mengurangi

volume darah dan curah jantung; tahanan vaskular perifer mungkin meningkat.

Setelah 6-8 minggu, curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan vaskuler

perifer menurun. Natrium diduga berperan dalam tahanan vaskular dengan

meningkatkan kekakuan pembuluh darah dan reaktivitas saraf, kemungkinan

berhubungan dengan peningkatan pertukaran natrium-kalsium yang menghasilkan

suatu peningkatan kalsium intraseluler. Efek-efek tersebut dilawan oleh diuretik atau

oleh pembatasan natrium.

Beberapa diuretic memiliki efek vasodilatasi langsung di samping kerja

diuretiknya. Diuretik efektif menurunkan tekanan darah sebesar 10-15 mmHg pada

sebagian besar penderita, dan diuretik sendiri sering memberikan hasil pengobatan

yang memadai bagi hipertensi esensial ringan dan sedang.

Selain itu, Obat hipertensi furosemide ini juga dapat menyebabkan penurunan

jumlah zink dalam tubuh, sedangkan zink diperlukan tubuh untuk pembentukan

14

Page 15: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

hormon testosterone (suatu hormon pria yang berperan dalam peningkatan gairah

seksual).

3. Bagaimana mekanisme kerja dari statin?

Jawab :

Statin saat ini merupakan hipolipidemik yang paling efektif dan aman. Obat

ini terutama efektif untuk menurunkan kolesterol. Pada dosis tinggi statin juga dapat

menurunkan trigliserida yang disebabkan peninggilan VLDL.

Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol di hati, dengan

menghambat enzim HMG CoA reduktase. Akibat penurunan sintesis kolesterol ini,

maka SREBP yang terdapat pada membran dipecah oleh protease, lalu diangkut ke

nukleus. Faktor-faktor transkripsi kemudian akan berikatan dengan gen reseptor LDL,

sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor LDL. Peningkatan jumlah reseptor LDL

pada membran sel hepatosit akan menurunkan kadar kolesterol darah lebih besar lagi.

Selain LDL, VLDL, dan IDL menurun, HDL akan meningkat.

4. Bagaimana hubungan mengkonsumsi ketiga obat tersebut dengan disfungsi ereksi

(DE)?

Jawab :

Obat antihipertensi golongan beta bloker

Obat antihipertensi golongan beta bloker mengurangi impuls saraf yang akan

menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi. Obat golongan ini juga dapat menebabkan

pembuluh darah arteri susah untuk melebar supaya darah dapat masuk.

Interaksi Obat.Indometasin menurunkan efek diuretiknya. Efek ototoksik

meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama

asam etakrinat. Toksisitas salisilat meningkat bila diberikan bersamaan.

Mengantagonis tubokurarin, dan meningkatkan efek suksinilkolin dan obat

antihipertensi.

Contoh obat hipertensi beta bloker : acebutolol, atenolol, alprenolol

Obat hipertensi golongan diuretik

Obat hipertensi golongan diuretik adalah obat pilihan pertama yang digunakan

dokter untuk menurunkan tekanan darah tinggi apabila tekanan darah tinggi tidak

dapat diturunkan hanya dengan olahraga attaupun pola makan saja.

15

Page 16: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Konsumsi furosemide menyebabkan sejumlah mineral terekskresi dalam urin.

Salah satunya adalah zinc. Zinc berperan dalam memicu pembentukan ion NO dari

endotel dinding pembuluh darah penis. NO ini lah yg berperan dalam menimbulkan

ereksi. Dan apabila ion NO berkurang maka kemampuan ereksi pun semakin

berkurang.

Obat hipertensi golongan diuretik dapat menyebabkan terjadinya disfungsi

ereksi karena dapat menurunkan tekanan darah termasuk ke penis. Obat hipertensi

golongan ini juga dapat menyebabkan penurunan zinc dalam tubuh, sedangkan zinc

dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hormon testosteron (hormon pria untuk

meningkatkan gairah seksual)

Interaksi Obat. Efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin.

Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat

bila diberi bersama alkaloid ergot. Indometasin menurunkan efek antihipertensi.

Simetidin menurunkan bersihan atenolol.

Contoh obat hipertensi golongan diuretik : hydrochlorothiazide,

spironolactone, furisemide

Obat hipertensi golongan statin

Obat golongan penghambat 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase

(HMG CoA reductase), atau statin merupakan obat penurun lipid andalan karena

khasiatnya yang mapan dalam mengurangi resiko morbiditas penyakit kardiovaskular.

Secara umum, terapi statin dianggap aman karena efek samping merugikan berat yang

jarang terjadi.

Mengenali obat yang akan anda konsumsi adalah hal yang sangat baik. Ada

beberapa Efek samping obat anti-kolesterol golongan statin yang harus anda ketahui,

yaitu dapat menimbulkan nyeri otot dan kerusakan otot, meningkatkan kadar gula

dalam darah, menyebabkan gangguan pencernaan, dan menyebabkan kebingungan

mental dan lupa ingatan.

Contoh obat golongan statin : atorvastatin (Lipitor), fluvastatin (Lescol),lovastatin

(Mevacor), pravastatin (Pravachol), rosuvastatin (Crestor), dan simvastatin (Zocor).

5. Bagaimana efek samping obat tersebut?

Jawab :

16

Page 17: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Efek samping statin yang berpotensial berbahaya adalah tangan dingin dan

fatique , provokasi asma, blok konduktansi, miopati, dan rabdomiolisis.

Efek samping atenolol (beta-blokers) dapat menyebabkan bradykardia,

blokade AV, hambatan nodus SA, dan menurunkan kekuatan kontaksi miokard

Efek samping Furosemide (diuretika) dapat menyebabkan gangguan cairan

dan elektrolit, ototoksisitas, hipotensi, efek metabolik (hiperurisemia, hiperglikemia,

peningkatan LDL dan trigliserida, serta penurunan HDL), reaksi alergi, dan nefritis

interstisialis alergik

6. Bagaimana pengaruh makan terolah dengan ketiga obat ini?

Jawab :

Pada dasarnya ada 3 cara interaksi makanan atau minuman dengan obat yang

dikonsumsi, yaitu:

1. Mengganggu penyerapan dan pencernaan obat

Makanan tinggi lemak dan serat memperlambat pengosongan perut sehingga

dosis obat yang diserap lebih sedikit dari yang diharapkan.

2. Menghambat metabolisme dari obat baik di usus atau hati

Makanan dapat meurunkan bioavailabilitas dan efek diuretic furosemid

3. Meniru aksi atau tindakan dari obat

Beberapa makanan atau minuman bisa membesar-besarkan efek obat

sehingga seolah-olah dosis yang dikonsumsi lebih tinggi dan berisiko

menimbulkan efek samping. Misalnya kafein meningkatkan efek

vasokonstriksi.

Agen-agen hidrofilik (atenolol) tidak langsung direabsorbsi, tidak di

metabolism secara luas, dan mempunyai waktu paruh dalam plasma yang

relatif lama. Sedangkan, Furosemide ini pada makanan dapat menurunkan

bioavaolabilitas

Masalah 4

1. Bagaimana hubungan zat yang terkandung dalam makan pagi dengan disfungsi ereksi

(DE)?

Jawab :

Mie instan

17

Page 18: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Kandungan dalam mie instant itu sendiri ada beberapa zat yang kurang baik

bagi tubuh yaitu:

1. Kandungan MSG dapat mengakibatkan : penyumbatan pada otak, saraf &

pembuluh darah sehingga berpotesi menimbulkan penyakit sepertiAlzheimer,

Multiple Sclerosis, Stroke, Parkinson, kanker, rambut sering rontok, kanker usus, batu

ginjal, gagal ginjal, dsb.

2. kandungan natriumnya yang tinggi, mengakibatkan : maag dan hipertensi

3. Kandungan pewarna kuning (tartrazin), asthma, kanker dan penyakit lambung

lainnya

Kebanyakan zat tersebut mengendap ditubuh dan sulit untuk dinetralisir, untuk

mengurangi efek dari MSG disarankan untuk memperbanyak minum air putih

sehingga kerja ginjal menjadi lebih mudah, dan mengurangi resiko batu ginjal dan

gagal ginjal.Sehingga dari efek mengkonsumsi mie instant secara berlebihan dalam

kurun waktu tertentu tersebut, ya setidaknya kurngi mengkonsumsi makanan yang

instant karena bagaimanapun juga mencegah lebih baik daripada mengobati.

Kopi (Kafein)

Kafein adalah salah satu zat yang terkandung dalam banyak jenis minuman

seperti kopi dan teh. Zat ini bekerja secara langsung pada otak sehingga mampu

membuat seseorang tetap terjaga (alert) karena telah menggantikan peran adenosin

yang berfungsi untuk mengistirahatkan tubuh. Hal ini dapat terjadi karena struktur

kafein yang menyerupai struktur adenosin. Selain itu, reseptor adenosin cenderung

lebih peka untuk mengikat kafein dibanding adenosin. Cara kerja kafein dalam tubuh

melalui beberapa tahapan. Berawal dari masuknya kafein dalam tubuh, diserap oleh

usus halus kemudian dibawa oleh darah menuju otak yang akan menggantikan posisi

adenosin yang bertugas untuk mengistirahatkan tubuh. Kafein bekerja berlawanan

dengan adenosin, yaitu dengan merangsang kelenjar adrenal untuk mensekresi

adrenalin. Adrenalin mengubah glikogen menjadi glukosa yang nantinya akan diubah

menjadi energi. Adrenalin juga menyebabkan peningkatan denyut jantung dan

tekanan darah. Sehingga membuat peminum merasakan mempunyai banyak energi.

Kafein sendiri memiliki dosis tertentu untuk dikonsumsi.

Namun bila kafein dikonsumsi dalam jumlah besar berdampak negatif pada

kehidupan seksual. Kebanyakan kafein membanjiri otak dan tubuh dengan hormon

18

Page 19: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

stress, yang akan mempengauhi kinerja dan menurunkan dorongan seksual.Selain itu

juga dapat menyebabkan iritabilitas, depresi, dan kegelisahan yang semuanya

merupakan faktor yg menurunkan libido seksual

2. Bagaimana hubungan zat yang terkandung dalam snack pukul 10.00 dengan disfungsi

ereksi (DE)?

Jawab :

Biskuit Crackers

Crackers adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras, melalaui proses

fermentasi atau pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya mengarah ke asin dan

renyah, serta bila dipatahkan penampang potongannya berlapis-lapis.

Bahan- bahan dalam Pembuatan Biskuit Crackers dan Fungsinya:

1) Tepung Terigu

Untuk menghasilkan biscuit crackers yang bermutu tinggi, yang sangat ideal

atau cocok digunakan adalah tepung terigu keras atau hard wheat. Tepung terigu

keras mempunyai kadar protein 10%-11%, dihasilkan dari penggilingan 100%

gandum hard. Jenis tepung ini digolongkan sebagai tepung terigu yang mengandung

protein tinggi, mudah dicampur dan diragikan, dapat menyesuaikan dengan suhu yang

diperlukan, berkemampuan menahan udara atau gas dan mempunyai daya serap

tinggi (Munandar,1995).

Tepung terigu keras dapat membentuk adonan yang mengembang karena

adanya pembentukan gluten pada saat proses fermentasi atau pemeraman yang

dibutuhkan dalam proses pembuatan biskuit crackers. Tepung terigu dalam

pembuatan biskuit crackers berfungsi sebagai pembentuk adonan, memberi kualitas

dan rasa yang enak dari hasil produknya serta warna dan tekstur yang bagus

(Sondakh dkk,1999).

2) Ragi

Fungsi ragi dalam pembuatan biskuit crackers yaitu sebagai pembentuk gas

dalam adonan sehingga adonan mengembang, memperkuat gluten, menambah rasa

dan aroma. Pada saat adonan diistirahatkan, ragi tumbuh baik pada kondisi lembab

dan sedikit udara sehingga pada waktu diistirahatkan adonan harus ditutup rapat

(Munandar, 1995).

19

Page 20: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

3) Gula

Gula dapat mempercepat proses peragian adonan yaitu sebagai sumber energi

bagi kegiatan ragi sehingga adonan akan cepat mengembang (U. S Wheat

Asosisiation,1983).

4) Lemak

Lemak merupakan komponen penting dalam pembuatan biskuit crackers,

karena berfungsi sebagai bahan untuk menimbulkan rasa gurih, manambah aroma dan

menghasilkan tekstur produk yang renyah. Ada dua jenis lemak yang biasa digunakan

dalam pembuatan biskuit crackers yaitu dapat berasal dari lemak susu (butter) atau

dari lemak nabati (margarine) atau campuran dari keduanya (U. S Wheat

Asociation,1983).

5) Air

Biskuit keras memerlukan air sekitar 20% dari berat tepung. Air dalam

pembuatan biskuit crackers berfungsi sebagai pelarut bahan secara merata,

memperkuat gluten, mengatur kekenyalan adonan dan mengatur suhu adonan

(Munandar,1995).

6) Bahan Pengembang

Bahan pengembang merupakan bahan pengembang hasil reaksi asam dengan

natrium bicarbonat. Ketika pemanggangan berlangsung baking powder menghasilkan

gas CO2 dan residu yang tidak bersifat merugikan pada biskuit crackers. Fungsi

baking powder dalam pembuatan biskuit crackers adalah mengembangkan adonan

dengan sempurna (Munandar, 1995).

7) Garam

Pada pembuatan biskuit crackers penambahan garam berfungsi memberi rasa

dan aroma, mengatur kadar peragian, memperkuat gluten dan memberi warna lebih

putih pada remahan (Munandar,1995).

8) Susu Skim

Susu yang digunakan dalam pembuatan biskuit crackers adalah susu skim

yang merupakan hasil pengeringan (dengan spray dryer) dari susu segar. Susu ini

memiliki reaksi mengikat terhadap protein tepung. Pada pembuatan biskuit crackers

susu berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma biskuit serta menambah nilai

gizi produk (U. S Wheat Asociation,1983).

20

Page 21: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Dari bahan-bahan tersebut dapat disimpulkan bahwa crackers mengandung

garam yang dapat meningkatkan osmolaritas sehingga mengakibatkan tingginya

tekanan darah (hipertensi), karena dia hipertensi dia minum antidiuretik, jadi

kekurangan Na dan Ca, kalau kontraksi otot memerlukan Ca jadi otot penisnya juga

susah untuk berkontraksi, dan mengandung lemak yang bila dikonsumsi secara terus-

menerus akan berdampak obesitas. Pria gemuk memproduksi lebih sedikit testosteron,

hormon yang diperlukan untuk menghasilkan ereksi. Mekanisme penurunan

testoteron terjadi akibat konversi testosteron menjadi estrogen dalam jaringan

lemak perifer yang berlebihan dapat menyebabkan hipogonadisme. Beberapa studi

telah menunjukkan terjadinya gangguan pada sumbu hipotalamus-hipofisis-gonad

pada pria obesitas dengan depresi signifikan yang dihasilkan dalam testosteron

total dan testosteron terikat SHBG. Kegemukan juga memicu pengerasan (fibrosis)

arteri, yang menyebabkan darah yang mengalir ke penis berkurang.

3. Bagaimana hubungan zat yang terkandung dalam makan siang dengan disfungsi

ereksi (DE)?

Jawab :

Berikut adalah kandungan dari :

a. Nasi :

Kandungan nutrisi nasi banyak mengandung karbohidrat & air, sehingga

manfaat nasi putih menjadi sumber tenaga utama yang cepat karena mudah diserap

tubuh, serat tidak banyak. Nasi putih mudah dicerna dengan cepat dan dapat

menaikkan gula darah secara cepat pula. Dalam 100 gram beras putih mentah

terkandung sekitar 80 gram karbohidrat, namun dalam 100 gram nasi putih hanya

terkandung sekitar 28 gram karbohidrat karena beratnya bertambah besar dengan air

sewaktu proses memasak. Walaupun kandungannya kecil namun nasi putih tetap

mengandung protein sekitar 2 gram per 100 gram nasi putih. Keunggulan nasi putih

adalah kecilnya kandungan lemak jenuh, kolesterol dan sodium, bahkan tidak ada

sama sekali. Nasi putih juga merupakan sumber yang baik untuk zat Mangan.

b. Ayam goreng KFC :

Ayam segar direndam dengan garam, sodium fosfat, monosodium glutamat

Ayam dibalut dengan tepung gandum, natrium klorida, trikalsium fosfat (sebagai anti-

pengerakan), susu kering tanpa lemak, putih telur yang dikeringkan, bahan perasa

21

Page 22: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

resep rahasia Colonel Sanders, susu, gandum dan telur. Untuk minyak menggoreng

ayam, digunakan hydrogenated vegetable oil, hydrogenated soybean oil, minyak

sayuran. Minyak ini adalah lemak trans yang bisa menyebabkan penumpukan lemak

di dalam pembuluh darah (aterosklerosis) dan menyebabkan masalah pada jantung.

Bahan rahasia Colonel Sanders masih tidak diberitahukan pihak KFC, karena itu

bersifat rahasia. Kemudian digunakan Monosodium glutamat (MSG) sebagai

penyedap KFC. MSG memiliki index glikemik tinggi yang bisa menyebabkan

obesitas.

c. Soft Drink :

Komposisi soft drink umumnya terdiri atas air, CO2, gula/pemanis, bahan

pengawet, bahan pewarna, dan flavor buatan. Selain itu, untuk soft drink jenis

tertentu, seperti Cola dan Coffee Cream juga ditambahkan kafein. Bahan pengawet,

bahan pewarna, dan flavor buatan termasuk dalam kategori BTP. Bahan pengawet

sengaja ditambahkan ke dalam pangan dengan tujuan menghambat kerusakan oleh

mikroorganisme (bakteri, kapang, dan khamir) sehingga proses pembusukan atau

pengasaman dapat dicegah. Dalam soft drink bahan pengawet yang sering digunakan

adalah asam benzoat. Asam ini biasa ditambahkan dalam bentuk garamnya, yaitu

natrium benzoat, potasium benzoat, atau kalsium benzoat.

Jadi, nasi dan soft drink memiliki kadar gula yang tinggi dan cepat dalam

penyerapannya, yang mana hal ini dapat menyebabkan hiperglikemia dalam darah.

Sedangkan ayam goreng KFC banyak mengandung lemak yang dapat menyebabkan

penumpukan plak lemak pada pembuluh darah.

Hiperglikemi kronik dapat menyebabkan disfungsi endotel melalui berbagai

mekanisme antara lain :

- Hiperglikemi kronik menyebabkan glikosilasi non enzimatik dari protein dan

makromolekul seperti DNA, yang akan mengakibatkan perubahan sifat antigenik dari

protein dan DNA. Keadaan ini akan menyebabkan perubahan tekanan intravaskuler

dan mengganggu reaktivitas serebrovaskuler akibat gangguan keseimbangan NO dan

prostaglandin

- Hiperglikemi meningkatkan aktivasi PKC intraseluler sehingga akan

menyebabkan gangguan NADPH pool yang akan menghambat produksi NO.

22

Page 23: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

- Hiperglikemi akan meningkatkan sintesis diacylglyerol (DAG) melalui jalur

glikolitik. Peningkatan kadar DAG akan meningkatkan aktivitas PKC. Baik DAG

maupun PKC berperan dalam memodulasi terjadinya vasokonstriksi.

- Sel endotel sangat peka terhadap pengaruh stres oksidatif. Keadaan

hiperglikemi akan meningkatkan tendensi untuk terjadinya stres oksidatif dan

peningkatan oxidized lipoprotein, terutama small dense LDL-cholesterol (oxidized

LDL) yang lebih bersifat aterogenik. Peningkatan kadar asam lemak bebas dan

keadaan hiperglikemi dapat meningkatkan oksidasi fosfolipid dan protein.

- Hiperglikemi akan disertai dengan tendensi protrombotik dan aggregasi

platelet. Keadaan ini berhubungan dengan beberapa faktor antara lain penurunan

produksi NO dan penurunan aktivitas fibrinolitik akibat peningkatan kadar PAI-1.

Adanya hiperglikemi yang lama akan memicu reaksi non-enzimatik yang

menghasilkan produk yang merupakan mediator inflamasi dan ini banyak menumpuk

pada jaringan kolagen tunika dan korpus kavernosum. Salah satunya makrofag, yang

dalam dinding arteri dapat teraktivasi secara abnormal, menyebabkan suatu tipe reaksi

inflamasi lambat, yang akhirnya menghasilkan plak lanjut dan berbahaya secara klinis

Hal ini akan mengakibatkan hambatan produksi nitric oxide yang berfungsi

meningkatkan cyclic GMP jaringan, faktor yang berperan untuk terjadinya relaksasi

jaringan kavernosum penis. Selain nitric oxide, “Advanced Glycosileted Ends

Product” (AGEs) juga merangsang produksi endotelin I meningkat yang berakibat

terjadinya vasokontriksi, radikal bebas, amiloid, bahan peradangan lain (inflamatory

respon agent) yang merusak endotel, DNA, mitokondria otak, sehingga mengganggu

fungsi neurotransmitter. Hal tersebut mengakibatkan hipertensi dan disfungsi ereksi

akibat tidak bisa berelaksasinya pembuluh darah penis.

Hiperglikemia akan menyebabkan hiperinsulinemia. Toksisitas insulin

(hiperinsulinemia / hiperproinsulinemia) dapat menyertai keadaan resistensi insulin/

sindrom metabolic dan awal dari DM tipe 2. Insulin meningkatkan jumlah reseptor

AT-1 (angiotensin II reseptor tipe 1) tempat Ang-II bekerja dan mengaktifkan Renin

Angiotensin Aldosterone System (RAAS) sehingga terjadi vasokonstriksi, dan

aldosteron menyebabkan retensi Na. Jadi, hiperinsulinemia mempunyai hubungan

dengan Ang-II dengan akibat akan terjadi peningkatan stress oksidatif didalam pulau2

23

Page 24: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Langerhans pankreas akibat peningkatan kadar insulin, proinsulin dan amilin, dan

terjadi vasokonstriksi. Hal ini menyebabkan aliran darah meningkat dan hipertensi.

Kerusakan endotel ini menyebabkan lemak mudah menumpuk di pembuluh

darah. Meningkatnya konsumsi lemak dari KFC meningkatkan penumpukan lemak

yang dipermudah oleh krusakan endotel, bahkan penumpukan lemak yang kronik itu

sendiri juga menyebabkan jejas pada endotel pembuluh darah dan menyebabkan

disfungsi endotel. Hal ini menyebabkan pembuluh darah menyempit dan

menyebabkan vasokonstriksi yang berakibat pada peningkatan tekanan darah,

akibatnya juga disfungsi ereksi.

Lalu mengapa pasien ini selama hipertensi tidak mengalami disfungsi ereksi?

Kebiasaannya memakan makanan terolah dan soft drink yang mengandung

karbohidrat tinggi menyebabkan ia hiperglikemia dan hiperinsulinemia, terjadi

pengaktifan system RAAS menyebabkan volume untuk pasokan aliran darah menjadi

meningkat, jadi walaupun vasokonstriksi, tidak terjadi disfungsi ereksi.

4. Bagaimana hubungan zat yang terkandung dalam snack pukul 16.00 dengan disfungsi

ereksi (DE)?

Jawab :

Pada pukul 16.00, lelaki ini mengkonsumsi Dunkin donuts dan soft drink.

a. Dunkin donuts mengandung 12 gram lemak dan 200 kalori.

Jumlah lemak dan kalori yang tinggi ini dapat menyebabkan obesitas dan peningkatan

lemak tubuh. Nah, obesitas ini dapat menyebabkan DE dengan mekanisme sebagai

berikut:

Pada lelaki obesitas, terjadi hyperestrgenemia (peningkatan serum estradiol dan

estron) -----> menurunkan amplitudo pulsatif LH -----> penghambatan pusat

produksi androgen.

Nah, penurunan produksi androgen dapat menyebabkan:

3. Atrofi jaringan penis dan perubahan struktur saraf penis

4. Penurunan ekspresi protein endotel dan neuronal nitric oxide synthases (Enos

dan nNOS), fosfodietrase tipe-5. Nah penurunan ketiga komponen yang

memperngaruhi proses fisiologis ereksi dapat menyebabkan disfungsi ereksi.

24

Page 25: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

d. Soft drink mengandung kadar gula dan kafein yang tinggi. Kafein memblok

hormon yang berperan menjaga agar arteri tetap melebar atau kafein dapat

menyebabkan kelenjar adrenal untuk memproduksi lebih banyak adrenalin yang

dapat meningkatkan tekanan darah naik. Hipertensi -----> aliran darah ke penis

menurun ----->penurunan kemampuan arteri penis untuk berdilatasi saat

perangsangan seksual.

5. Bagaimana hubungan zat yang terkandung dalam makan malam dengan disfungsi

ereksi (DE)?

Jawab :

Pizza mengandung keju dan daging yang jelas merupakan sumber lemak yang

menyebabkan obesitas dan hipertensi yang dapat disebabkan penumpukan plak lemak

pada pembuluh darah dan soft drink memiliki kadar gula yang tinggi dan cepat dalam

penyerapannya, yang mana hal ini dapat menyebabkan hiperglikemia dalam darah.

IV. HIPOTESIS

Seorang lelaki berusia 35 tahun mengalami Disfungsi ereksi (DE) disebabkan karena

hipertensi dan pengonsumsian makanan yang tidak sehat.

25

Page 26: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

V. KETERKAITAN ANTAR MASALAH

26

Lelaki berusia 35 tahun

Penyuka makanan terolah sejak sekolah

Hipertensi

Mengkonsumsi obat

Mild obesity

Atenolol

(antihipertensi)

Diuretika

(furosemide)

Statin

(pereduksi lemak darah)

Page 27: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

VI. IDENTIFIKASI TOPIK PEMBELAJARAN

Pokok Bahasan What I knowWhat I don’t

knowWhat I have to prove

How I will

learn

Disfungsi ereksi Definisi Patofisiologi

Hubungan disfungsi

ereksi dengan obesitas

dan

hipertensi,hubungan

disfungsi ereksi dengan

umur

Internet,

textbook,

journal.

Obesitas Definisi Patofisiologi

Hubungan Obesitas

dengan hipertensi dan

disfungsi ereksi

Hipertensi Definisi Patofisiologi

Hubungan makanan

terolah dengan

hipertensi dan

hubungan hipertensi

dengan obesitas dan

disfungsi ereksi

Farmakodinamik DefinisiNasib tubuh

terhadap obat

Nasib tubuh terhadap

obat

furosamide,atenolol

dan statin

Farmakokinetik Definisi Cara kerja obat

Mekanisme kerja obat

furosamide,atenolol

dan statin

Interaksi obat

dan makanan

Definisi Hubungan obat

dan makanan

Hubungan zat yang

terkandung pada

makanan terhadap obat

27

Page 28: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

VII. KERANGKA KONSEP

28

Penyuka makanan terolah

Reseptor AT-1 ,

RAAS aktif

Retensi Na & air

NO

obesitas

Tinggi karbohidrat Tinggi lemak dan protein

Garam,kafein dan zat lain

hiperglikemiaa

Kerusakan endotelhiperinsulinemia

vasokonstriksi

hipertensi

Mengkonsumsi obat

artherosklerosis

Interaksi obat

atenolol furosemide statin

Kolesterol Reseptor LDL

Artherosklerosis dihambat(tidak begitu bermakna Karena selalu mengkonsumsi kolesterol tin ggi

Volume plasma rendah

Aliran darah rendah

Zinc rendah

Testosteron rendah

Libido rendah

Gangguan impuls syaraf

Disfungsi ereksi

Page 29: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

VIII. SINTESIS

1. DISFUNGSI EREKSI

Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan

ereksi penis untuk waktu yang cukup sehingga tercapai kepuasan dalam melakukan aktivitas

seksual. Disfungsi ereksi terdiri dari dua macam yaitu disfungsi ereksi primer adalah penis

sejak semula tidak dapat ereksi yang cukup untuk dapat melakukan intromision (penetrasi)

pada vagina yang berarti penderita tidak pernah berhasil melakukan hubungan seksual.

Disfungsi ereksi sekunder menjelaskan penderita sebelumnya pernah berhasil melakukan

intercourse, tetapi kemudian gagal karena suatu sebab yang menganggu ereksi. Disfungsi

ereksi merupakan salah satu disfungsi seksual  pria yang banyak dijumpai, selain ejakulasi

dini.

Ereksi penis terjadi bila aliran darah ke dalam korpus kavernosus dan spongiosus

penis eningkat sebagai akibat vasodilatasi arteri uretral, arteri di dalam bulbus penis dan arteri

dorsalis penis sebagai akibat stimulasi psikogenik dan sensorik yang diteruskan ke system

limbik. Stimulasi tersebut kemudian dikembalikan melalui saraf otonom torakolumbal dan

sacral sehingga terjadi pelepasan asetilkolin, peptida intestinal vasoaktif dan endothelial cell-

derived nitric oxide, yang mengaktifkan guanilil siklase dan mengakibatkan relaksasi otot-

otot arteri dan sinusoid trabekula kavernosal. Setelah sinusoid terisi penuh, maka plexus

venosus subtunika akan tertekan oleh tunica albugenia, sehingga mencegah alirn darah balik

dari penis. Kontraksi otot bulbokavernosus akan merangsang saraf pudendal sehingga

tekanan intrakavernosal makin meningkat, sehingga penis semakin tegang dan kaku.

Banyak faktor yang berhubungan dengan terjadinya DE ini. Walaupun secara garis

besar faktor penyebabnya dibagi menjadi penyebab psikogenik dan organik, tetapi belum

tentu salah satu faktor tersebut menjadi penyebab tunggal DE. Yang termasuk penyebab

organik adalah (i) penyakit kronik (misalnya aterosklerosis, diabetes dan penyakit jantung);

(ii) obat-obatan, contoh antihipertensi (terutama diuretik thiazid dan penghambat beta),

antiaritmia (digoksin), antidepresan dan antipsikotik (terutama neuroleptik), antiandrogen,

antihistamin II (simetidin), (alkohol atau heroin); (iii) pembedahan/ operasi misal operasi

daerah pelvis dan prostatektomi radikal; (iv) trauma (misal spinal cord injury) dan (v)

radioterapi pelvis. Di antara sekian banyak penyebab organik, gangguan vascular adalah

penyebab yang paling umum dijumpai, sedangkan faktor psikogenik meliputi depresi, stress,

kepenatan, kehilangan, kemarahan dan gangguan hubungan personal.

Disfungsi ereksi psikologis dapat terjadi akibat faktor psigenik, yaitu adanya aktivasi

impuls – impuls inhibitorik desendens yang berasal dari korteks serebrum. Keadaan

29

Page 30: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

psikologis yang berkaitan dengan ED adalah stress, rasa marah, rasa cemas, kejenuhan,

perasaan bersalah, takut tidak bisa memuaskan pasangan (depresi), hilangnya daya tarik

pasangan. Dalam garis besarnya, DE dapat diakibatkan oleh factor psikogenik maupun

organic. Beberapa kelainan yang berhubungan dengan DE antara lain DM, hipertensi,

depresi, merokok. Disfungsi ereksi akibat obat-obatan dapat disembuhkan dengan

menghentikan obat-obatan penyebabnya.

Penyebab

Penyebab disfungsi ereksi dapat fisik (organik), psikologis (psikogenik) atau

keduanya. Faktor fisik menyebabkan sekitar 60-80% kasus DE. Kemungkinan penyebab

fisik:

Inflamasi prostat (prostatitis)

Penyakit parah (anemia, tuberkulosis, pneumonia, dll)

Penyakit jantung, hipertensi, aterosklerosis, diabetes

Operasi (mis. operasi kanker prostat)

Efek kecelakaan

Gangguan hormonal

Multiple sclerosis dan penyakit saraf lainnya

Konsumsi jangka panjang obat tertentu.

Gangguan hormonal (kelenjar tumor hipofisis; tingkat rendah atau abnormal tinggi

hormon testosteron).

Arteri Gangguan (perifer penyakit hipertensi, pembuluh darah; aliran darah ke penis

berkurang).

Kebocoran vena

Cavernosal Gangguan (penyakit Peyronie.)

Psikologis menyebabkan: stress, gangguan mental (depresi klinis, skizofrenia,

penyalahgunaan zat, gangguan panik, gangguan kecemasan umum, gangguan

kepribadian atau sifat.), Masalah psikologis, perasaan negatif.

Bedah (terapi radiasi, operasi usus besar, prostat, kandung kemih, atau rektum dapat

merusak saraf dan pembuluh darah yang terlibat dalam ereksi prostat dan bedah

kanker kandung kemih seringkali memerlukan menghapus jaringan dan saraf

sekitarnya tumor, yang meningkatkan risiko impotensi..)

Penuaan.

Gaya Hidup:.. Alkohol dan obat-obatan, obesitas, merokok (Insiden impotensi adalah

sekitar 85 persen lebih tinggi pada perokok laki-laki dibandingkan non-perokok,

30

Page 31: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Merokok merupakan penyebab utama disfungsi ereksi Merokok menyebabkan

impotensi karena mempromosikan penyempitan arteri.

Overtraining

Pasien yang memiliki DE psikogenik mungkin dapat ereksi normal selama jam tidur

atau di pagi hari, sementara di lain waktu sulit mempertahankan ereksi.

Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia, sedangkan

masalah psikis lebih sering terjadi pada pria yang lebih muda. Semakin bertambah umur

seorang pria, maka impotensi semakin sering terjadi, meskipun impotensi bukan merupakan

bagian dari proses penuaan tetapi merupakan akibat dari penyakit yang sering ditemukan

pada usia lanjut. Sekitar 50% pria berusia 65 tahun dan 75% pria berusia 80 tahun mengalami

impotensi.

Agar bisa tegak, penis memerlukan aliran darah yang cukup. Karena itu penyakit

pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) bisa menyebabkan impotensi. Impotensi juga bisa

terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat pembedahan pembuluh darah yang

menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke penis.

Kerusakan saraf yang menuju dan meninggalkan penis juga bisa menyebabkan impotensi.

Kerusakan saraf ini bisa terjadi akibat:

Cedera Diabetes melitus

Sklerosis multiple

Stroke

Obat-obatan Sekitar 25% kasus impotensi disebabkan oleh obat-obatan (terutama

pada pria usia lanjut yang banyak mengonsumsi obat-obatan).

Obat-obat yang bisa menyebabkan impotensi adalah: Anti-hipertensi, Anti-psikosa,

Anti-depresi, Obat penenang, Simetidin, Litium, Alkohol

Penyakit tulang belakang bagian bawah

Pembedahan rektum atau prostat.

Kadang impotensi terjadi akibat rendahnya kadar hormon testosteron. Tetapi

penurunan kadar hormon pria (yang cenderung terjadi akibat proses penuaan), biasanya lebih

sering menyebabkan penurunan gairah seksual (libido).

Beberapa faktor psikis yang bisa menyebabkan impotensi:

Depresi

Kecemasan

Perasaan bersalah

Perasaan takut akan keintiman

31

Page 32: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Kebimbangan tentang jenis kelamin.

Untuk membedakan penyebab fisik atau psikis, dapat dilihat dari ereksi tidur yang

biasanya dijumpai pula saat bangun pagi/morning erection. jika saat penderita masih

mengalami morning erction, berarti impotensinya disebabkan oleh masalah psikis dan

sebaliknya, jika penderita tidak mengalami morning erection maka penyebab impotensinya

adalah masalah fisik.

Untuk mengetahui adanya kelainan pada arteri di panggul dan selangkangan (yang

memasok darah ke penis), dilakukan pengukuran tekanan darah di tungkai.

Sedangkan untuk memastikan ada atau tidaknya disfungsi ereksi, maka kita dapat

melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang sebagai berikut:

a. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda hipogonadisme (termasuk testis kecil,

ginekomasti dan berkurangnya pertumbuhan rambut tubuh dan janggut) memerlukan

perhatian khusus. Pemeriksaan penis dan testis dikerjakan untuk mengetahui ada tidaknya

kelainan bawaaan atau induratio penis. Bila perlu dilakukan palpasi transrektal dan USG

transrektal. Tidak jarang ED disebabkan oleh penyakit prostat jinak ataupun prostat ganas

atau prostatitis.

Pemeriksaan rektum dengan jari (digital rectal examination), penilaian tonus sfingter

ani, dan bulbo cavernosus reflek (kontraksi muskulus bulbokavernous pada perineum setelah

penekanan glands penis) untuk menilai keutuhan dari sacral neural outflow. Nadi perifer

dipalpasi untuk melihat adanya tanda-tanda penyakit vaskuler. Dan untuk melihat komplikasi

penyakit diabetes ( termasuk tekanan darah, ankle bracial index, dan nadi perifer ).

b. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang diagnosis ED antara lain: kadar

serum testosteron pagi hari (perlu diketahui, kadar ini sangat dipengaruhi oleh kadar

luteinizing hormone). Pengukuran kadar glukosa dan lipid, hitung darah lengkap (complete

blood count), dan tes fungsi ginjal.

Sedangkan pengukuran vaskuler berdasarkan injeksi prostaglandin E1 pada corpora

penis, duplex ultrasonography, biothesiometry, atau nocturnal penile tumescence tidak

direkomendasikan pada praktek rutin/sehari-hari namun dapat sangat bermanfaat bila

informasi tentang vascular supply diperlukan, misalnya, untuk menentukan tindakan bedah

yang tepat.

32

Page 33: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Prinsip penatalaksanaan dari disfungsi seksual pada pria dan wanita adalah sebagai

berikut:

1. Membuat diagnosa dari disfungsi seksual

2. Mencari etiologi dari disfungsi seksual tersebut

3. Pengobatan sesuai dengan etiologi disfungsi seksual

4. Pengobatan untuk memulihkan fungsi seksual, yang terdiri dari pengobatan bedah dan

pengobatan non bedah (konseling seksual dan sex theraphy, obat-obatan, alat bantu

seks, serta pelatihan jasmani).

Pada kenyataannya tidak mudah untuk mendiagnosa masalah disfungsi seksual. Diantara

yang paling sering terjadi adalah pasien tidak dapat mengutarakan masalahnya semua kepada

dokter, serta perbedaan persepsi antara pasien dan dokter terhadap apa yang diceritakan

pasien. Banyak pasien dengan disfungsi seksual membutuhkan konseling seksual dan terapi,

tetapi hanya sedikit yang peduli. Oleh karena masalah disfungsi seksual melibatkan kedua

belah pihak yaitu pria dan wanita, dimana masalah disfungsi seksual pada pria dapat

menimbulkan disfungsi seksual ataupun stres pada wanita, begitu juga sebaliknya, maka

perlu dilakukan dual sex theraphy. Baik itu dilakukan sendiri oleh seorang dokter ataupun

dua orang dokter dengan wawancara keluhan terpisah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa terapi atau penanganan disfungsi seksual pada kenyataanya tidak mudah dilakukan,

sehingga diperlukan diagnosa yang holistik untuk mengetahui secara tepat etiologi dari

disfungsi seksual yang terjadi, sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat pula.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen disfungsi ereksi menyangkut terapi

psikologi, terapi medis dan terapi hormonal yaitu:

Terapi psikologi yaitu terapi seks atau konsultasi psikiatrik, percobaan terapi (edukasi,

medikamentosa oral / intrauretral, vacum contricsi device).

Terapi medis yaitu terapi yang disesuaikan dengan indikasi medisnya

Terapi hormonal yaitu jika tes laboratoriumnya abnormal seperti kadar testoteron

rendah , kadar LH dan FSH tinggi maka diterapi dengan pengganti testoteron. Jika

Prolaktin tinggi, maka perlu dipertimbangkan pemeriksaan pituitary imaging dan

dikonsulkan.

Pengobatan

Nutrisi yang dibutuhkan : Calcium I, Zinc, Cordyceps, Beneficial dan Vitality

Berikut adalah beberapa terapi DE modern:

Meminum tablet berbahan aktif yang meningkatkan fungsi ereksi secara kimiawi,

termasuk Cialis, Levitra, Staxyn, dan Viagra. Semua bekerja dengan meningkatkan

33

Page 34: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

aliran darah ke penis sehingga ketika seorang pria terangsang secara seksual, dia bisa

mendapatkan ereksi. Perbedaan di antara mereka hanya berapa lama dan seberapa

cepat kerjanya. Levitra bekerja sedikit lebih lambat dibandingkan dengan Viagra.

Keduanya mulai berdampak sekitar 30 menit. Efek Levitra berlangsung selama sekitar

5 jam sedangkan Viagra sekitar 4 jam. Cialis bekerja sedikit lebih cepat (sekitar 15

menit), dan efeknya berlangsung lebih lama, bisa sampai 36 jam. Staxyn mengandung

bahan aktif yang sama seperti Levitra tetapi tidak dipertukarkan dengan tablet Levitra.

Menggunakan pompa vakum bertekanan negatif. Perangkat ini terdiri dari

reservoir, yang terbentuk oleh tekanan negatif, yang mendorong aliran darah ke penis

untuk menimbulkan ereksi. Metode ini tidak menimbulkan rasa sakit atau efek

samping tetapi memerlukan beberapa kali latihan.

Menggunakan suntikan obat khusus langsung ke korpus cavernosum penis atau

sebagai supositoria ke uretra. Metode ini memungkinkan Anda untuk mencapai ereksi

lama, namun tidak cocok untuk semua pasien. Pilihan obat dan suntikan hanya atas

petunjuk dokter.

Jika semua terapi lain gagal, prosedur bedah dapat dipilih untuk mengoreksi

kesulitan ereksi.

Untuk pengobatan DE yang disebabkan faktor psikologis, pasien memerlukan

konseling dengan terapis psikologi seksual.

Diagnosis Disfungsi Ereksi

Ada beberapa cara yang disfungsi ereksi dianalisis:

Mendapatkan ereksi penuh pada beberapa kali, seperti saat tidur (ketika masalah

pikiran dan psikologis, jika ada, kurang ada), cenderung menunjukkan struktur fisik

secara fungsional bekerja. Namun, kasus sebaliknya, kurangnya''''ereksi nokturnal,

tidak berarti sebaliknya, karena proporsi yang signifikan dari seksual pria fungsional

tidak secara rutin mendapatkan ereksi nokturnal atau mimpi basah.

Mendapatkan ereksi yang baik tidak kaku atau penuh (''''ereksi malas), atau hilang

lebih cepat dari yang diharapkan (sering sebelum atau selama penetrasi), bisa menjadi

tanda kegagalan mekanisme yang menjaga darah yang diselenggarakan di penis, dan

mungkin menandakan sebuah kondisi klinis yang mendasari, sering kardiovaskular

pada asal.

Faktor-faktor lain yang menyebabkan disfungsi ereksi adalah diabetes mellitus

(menyebabkan neuropati) atau hipogonadisme (penurunan kadar testosteron karena

penyakit yang mempengaruhi testis atau kelenjar pituitari).

34

Page 35: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Masalah ereksi sangat umum. Asosiasi Disfungsi Seksual memperkirakan bahwa 1

dari 10 pria di Inggris mengalami masalah berulang dengan ereksi mereka di beberapa titik

dalam hidup mereka.)

Pencegahan

1. Perhatikan apa yang Anda makan Diet yang buruk mengakibatkan penurunan

kemampuan pria untuk ereksi. Penelitian menunjukkan, pola makan yang buruk dapat

menyebabkan serangan jantung dengan cara menghambat aliran darah pada pembuluh arteri. 

Minimnya asupan buah dan sayuran serta kegemaran menyantap makanan berlemak dan

makanan olahan dapat menghambat aliran darah menuju penis.

"Segala sesuatu yang tidak baik untuk jantung seorang pria juga buruk bagi

penisnya," kata Andrew McCullough, MD, Profesor Urologi Klinis dan Direktur Program

Kesehatan Seksual Laki-laki di New York University Medical Center Langone.

Penelitian terbaru menunjukkan, ED relatif jarang terjadi pada mereka yang melakukan diet

Mediterania yang mengutamakan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan makanan sahabat

jantung seperti kacang-kacangan, minyak zaitun, ikan, dan anggur.

"Hubungan antara diet Mediterania dan fungsi seksual sudah dibuktikan secara ilmiah," kata

Irwin Goldstein, MD, direktur pengobatan seksual di Alvarado Hospital di San Diego.

2. Menjaga bobot ideal Kelebihan berat badan membawa banyak masalah kesehatan,

termasuk diabetes tipe 2, yang dapat menyebabkan kerusakan saraf di seluruh tubuh yang

mempengaruhi penis.

3. Hindari kenaikan tensi dan kolesterol Kolesterol tinggi atau tekanan darah tinggi dapat

merusak pembuluh darah, termasuk pembuluh yang mengalirkan darah ke penis.

Akhirnya, ini dapat menyebabkan DE.

Pastikan  Anda mengecek koresterol  dan tekanan darah secara rutin atau Anda dapat

membeli monitor tekanan darah juga dijual untuk digunakan di rumah. Namun hati-hati, obat

penurun tekanan darah dapat membuat sulit ereksi. Namun, dokter mengatakan banyak kasus

ED yang berhubungan dengan obat sebenarnya disebabkan kerusakan arteri akibat hipertensi.

4. Minum alkohol secukupnya atau tidak sama sekali. "Tidak ada bukti yang

menyebutkan konsumsi alkohol secukupnya berakibat buruk bagi fungsi ereksi, "kata Sharlip

Tapi mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar dapat menyebabkan kerusakan hati,

kerusakan saraf, dan kondisi yang dapat menyebabkan DE.

5. Olahraga teratur. Penelitian membuktikan, gaya hidup sehat dapat mencegah disfungsi

ereksi. Olahraga seperti: lari, berenang, dan bentuk-bentuk latihan aerobik dapat membantu

mencegah ED.

35

Page 36: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Namun, hati-hati terhadap olahraga yang memberikan tekanan berlebihan pada perineum,

yang merupakan daerah antara skrotum dan anus. Goldstein berkata, "Bersepeda dapat

menyebabkan DE."

Bersepeda jarak dekat mungkin tidak masalah. Tetapi orang-orang yang menghabiskan

banyak waktu bersepeda harus memastikan sepeda yang mereka gunakan tepat, memakai

celana bersepeda yang empuk, dan sering berdiri saat mengayuh.

6. Jangan mengandalkan Kegel Salah satu bentuk latihan yang tampaknya tidak bermanfaat

adalah latihan kegel, yang menyebabkan kontraksi dan relaksasi otot-otot di panggul berulang

kali. Latihan Kegel dapat membantu pria dan wanita penderita inkontinensia (tidak dapat

menahan berkemih). Tapi tidak ada bukti bahwa mereka mencegah disfungsi ereksi.

7. Pertahankan kadar testosteron Bahkan pada pria sehat, kadar testosteron seringkali

menurun tajam pada usia 50 tahun. Setiap tahun setelah usia 40 tahun, kadar testosteron pria

biasanya jatuh sekitar 1,3%.

Wapadalah pada gejala seperti dorongan seks rendah, kemurungan, kurang stamina, atau

kesulitan membuat keputusan karena bisa jadi anda kekurangan testosteron.

8. Hindari anabolic steroid. Obat-obatan, yang sering disalahgunakan oleh atlet dan

binaragawan, dapat mengecilkan testis dan menurunkan kemampuan memproduksi

testosteron.

9. Stop merokok Merokok dapat merusak pembuluh darah dan membatasi aliran darah ke

penis. Nikotin akan memicu menyempitkan pembuluh darah, yang dapat menghambat aliran

darah ke penis.

10. Hindari seks berisiko Beberapa kasus disfungsi ereksi berasal dari cedera penis yang

terjadi selama aktivitas seks. Untuk mencegah cedera penis, lakukan penetrasi setelah yakin

vagina terlumasi dengan baik. Pastikan penis Anda tidak terpeleset keluar vagina sehingga

Anda tidak akan menabrak bagian tubuh yang keras. Jika pasangan Anda bergerak

sedemikian rupa sehingga menyakiti penis Anda, jangan membungkuk, tapi segera minta

pasangan menghentikan aksinya. Jika pasangan sedang melakukan posisi "woman on top"

dan bergerak ke bawah, sementara penis tidak masuk vagina, kelebihan beban akan

"menyakiti" penis."

11. Kendalikan stres. Stres akibat faktor psikologis dapat meningkatkan kadar hormon

adrenalin, yang membuat pembuluh darah berkontraksi. Itu bisa menjadi kabar buruk

bagi ereksi. Apapun yang dapat dilakukan pria untuk meredakan stresnya dan merasa 

hubungan emosional berjalan baik, maka hal itu dapat membantu kehidupan seksualnya.

 

36

Page 37: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Incident / Angka Kejadian

          DE, merupakan salah satu gangguan fungsi seksual pada pria usia diatas 40 tahun.

Hampir 39% pada pria usia 40 - 70 tahun menderita dengan tingkat keparahan ( gradasi )

sedang dan berat, atau 52 % dengan tingkat keparahan ringan sampai berat. Dari study yang

dilakukan di Boston ( AS ) didapatkan kasus baru DE sebanyak 24 orang per 1000 pria.

Meningkatnya kasus dan bertambah beratnya kondisi DE seiring dengan bertambahnya usia,

pola hidup yang tidak teratur serta adanya penyakit sistemik seperti : sindrom metabolik

( diabetes melitus disertai penyakit hipertensi, hiperkolesterol dan obese / kegemukan ).

          Saat ini kecenderungan angka kejadian DE terjadi pada usia relatif lebih muda, akibat

dari stress yang berlebihan dan berkesinambungan yang didapat baik ditempat kerja maupun

di lingkungan rumah tangga, pola hidup yang tidak teratur serta kurangnya aktivitas olah raga

akibat dari kesibukan kerja yang dapat menimbulkan obese. Pria obese mempunyai resiko

terjadinya DE tiga kali dibandingkan non obese.

          Dengan ditemukannya obat-obatan terbaru secara medis dan ilmiah untuk memperbaiki

fungsi ereksi serta telah berkembangnya bidang spesialisasi Andrologi, maka DE tidak

seharusnya menjadi momok / sesuatu yang menakutkan lagi pada pria untuk dapat

memberikan kebutuhan nafkah aktivitas seksual kepada pasangannya.

2. OBESITAS

Menurut Gibson (1990), status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakanhasil akhir

dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya.

ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akanmenimbulkan masalah gizi,

baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizikurang. Status gizi dapat ditentukan melalui

pemeriksaan labiratorium ataupunsecara antropometri. Antropometri merupakan cara

penentuan status gizi yangpaling mudah dan murah.Untuk mengukur berat lemak di tubuh

amatlah sulit dan tidak praktis.Berat lemak dapat diukur dengan beberapa metode (skin-fold

thickness,bioelectrical impedance, dan underwater weighting). Sesuai dengan persentaseberat

lemak, seorang pria dapat dinyatakan obesitas apabila berat lemaknya 25%atau lebih

sedangkan pada wanita apabila berat lemaknya 35% atau lebih(Grundy, 2004). Peningkatan

jumlah lemak biasanya, tapi tidak selalu, sebanding dengan peningkatan berat badan.

Misalnya pada individu yang kurus namun sangat berotot, dapat tergolongkan overweight

tanpa ada peningkatan sel adiposit (Flier, 2005). Pengukuran berat lemak dapat menggunakan

body mass index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk menentukan berat badan lebih

37

Page 38: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

dan obesitas pada orang dewasa. IMT dapat ditentukan dengan membagi berat badan dalam

kilogram (kg) dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (m2).

Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Lebih

dan Obesitas pada Orang Dewasa

Berdasarkan IMT Menurut WHO

Klasifikasi

IMT (kg/m2)

Berat Badan Kurang < 18,5

Kisaran Normal 18,5 – 24,9

Berat Badan Lebih > 25

Pra-Obes 25,0 – 29,9

Obes Tingkat I 30,0 – 34,9

Obes Tingkat II 35,0 – 39,9

Obes Tingkat III > 40

Penyebab gagalnya ereksi secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni faktor fisik dan

non fisik. Faktor non fisik atau psikis antara lain trauma masa kecil, stres, dan kecemasan.

Apa pun yang membuat seorang lelaki stres dan tidak bisa rileks, dapat membuat vitalitas

seksualnya padam.

Sementara itu, kondisi lain yang dapat menyebabkan penis tidak bisa berfungsi adalah

komplikasi penyakit. Misalnya gangguan saraf akibat diabetes, kelainan pembuluh darah,

obat-obatan tertentu atau gangguan hormonal.

Obat darah tinggi dalam jangka panjang misalnya, juga bisa membuat penis loyo. Oleh

karena itu, usahakanlah untuk menurunkan tekanan darah tanpa meminum obat.

Penyakit penyebab penis tidak bisa mengeras bukan hanya diabetes, melainkan juga

obesitas atau kegemukan.

Menurut pakar andrologi, Prof. dr. Wimpie Pangkahila, secara umum obesitas akan

menyebabkan perubahan pada total jumlah darah dan fungsi dari jantung. Distribusi lemak di

sekitar dada dan daerah perut dapat membatasi proses pernapasan dan peredaran darah, yang

pada akhirnya akan mengubah fungsi dari respiratori.

Perubahan ini, kata Wimpie, akan menurunkan fungsi dari organ-organ yang berkaitan

dengan fungsi seksual yang pada akhirnya menghasilkan gangguan ereksi.

38

Page 39: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Sementara itu menurut corporate health trainer dr.Phaidon L.Toruan obesitas dapat

menurunkan produksi hormon pria atau testosteron dan free testosteron (bentuk aktif dari

hormon testosteron). Kondisi ini, menurut Phaidon dapat meningkatkan peluang terjadinya

disfungsi ereksi.

"Obesitas meningkatkan berbagai faktor risiko yang berhubungan dengan turunnya

testosteron seperti obstructive sleep apnea (penyumbatan saluran nafas waktu tidur),

resistensi insulin (diabetes), dan penyakit sindroma metabolik. Pernyataan tentang ini dibuat

Andret Guay dari Harvard Medical School yang dipublikasikandi Journal Andrology tahun

2009," ujarnya.

Solusi untuk mengatasi kelebihan lemak yang memicu obesitas, kata Phaidon, adalah

dengan melakukan olahraga secara teratur dan mengatur diet. Penggunaan tambahan hormon,

seperti hormon testosteron pada pria adalah salah satu alternatif untuk mempermudah usaha.

3. HIPERTENSI

Hipertensi dan obesitas merupakan suatu keadaan yang sering dihubungkan dengan

peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Prevalensi kedua keadaan ini adalah cukup tinggi

dan makin meningkat dari tahun ke tahun. Swedish Obese Study melaporkan angka kejadian

hipertensi pada obesitas adalah sekitar 13,6 % dan Framingham study mendapatkan

peningkatan insidens hipertensi, diabetes mellitus dan angina pektoris pada organ dengan

obesitas dan resiko ini akan lebih tinggi lagi pada obesitas tipe sentral.

Banyak penelitian  membuktikan adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan

kejadian hipertensi dan diduga peningkatan berat badan memainkan peranan penting pada

mekanisme timbulnya hipertensi pada orang dengan obesitas. Mekanisme terjadinya hal

tersebut belum sepenuhnya dipahami, tetapi pada obesitas didapatkan adanya peningkatan

volume plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah. Hal ini mungkin

berkaitan dengan  beberapa perubahan gaya hidup, latihan jasmani, diet dan pemakaian obat

anti obesitas, sedangkan  untuk obat anti hipertensi sampai saat ini belum ada rekomendasi

mengenai obat antihipertensi utama  yang dianjurkan untuk keadaan ini. Rekomendasi Joint

national Committee-VI (JNC-IV) untuk penanganan pasien hipertensi dengan obesitas lebih 

memfokuskan penanganan non farmakologi untuk menurunkan berat badan. Rekomendasi

World Health Organisation/ International Society of Hypertension (1999) untuk hipertensi

juga memfokuskan pada penurunan berat badan sebagai penanganan utama untuk pasien

obesitas tanpa memberikan rekomendasi yang spesifik untuk obat anti hipertensi sebagai

penanganan farmakologi. Padahal umumnya pasien obesitas tersebut sering mengalami

39

Page 40: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

kesulitan dan kegagalan untuk menurunkan berat badannya, oleh sebab itu pada tulisan ini

akan dibahas mengenai hubungan, patogenesis dan penanganan hipertensi dengan obesitas.

Obesitas dan kejadian hipertensi

Obesitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak yang

berlebihan di jaringan lemak tubuh, dan dapat mengakibatkan terjadinya beberapa penyakit.

Parameter yang umum digunakan untuk menentukan keadaan tersebut adalah indeks massa

tubuh seseorang 25-29,9 kg/m2.

Pada dekade terakhir prevalensi obesitas makin meningkat. Di USA prevalensi

obesitas pada dewasa muda adalah sekitar  17,9 % dan overweight > 60% untuk laki-laki dan

55% untuk wanita. Pada populasi dan etnik tertentu (Mexican-American dan Afrikan-

American) prevalensi lebih tinggi lagi yaitu lebih dari 65%. Pada anak-anak angka kejadian

ini juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Di beberapa area seperti Amerika utara

dan tengah, Australia,  Afrika, Asia tenggara termasuk Indonesia yang sebelumnya memiliki

prevalensi obesitas yang rendah, terjadi kecenderungan peningkatan angka prevalensi. Hal ini

mungkin berhubungan dengan peningkatan urbanisasi penduduk, perubahan pola makanan

dan aktifitas yang terjadi  didaerah tersebut.

Obesitas terutama tipe sentral/ abdominal sering dihubungkan dengan beberapa

keadaan seperti diabetes melitus, hiperlipidemia, penyakit jantung, hipertensi, penyakit

hepatobiliar dan peningkatan resiko mortalitas dan morbiditas. Swedish Obese Study (1999)

mendapatkan kejadian hipertensi pada 13,6% populasi obesitas sedangkan Tromo study

membuktikan adanya hubungan antara peningkatan indeks massa  dengan peningkatan

tekanan darah baik pada laki-laki dan wanita. Peningkatan risiko ini juga seiring dengan

peningkatan waist -hip- ratio (WHR) dan waist circumference dimana dikatakan risiko tinggi

bila memiliki WHR >  0,95 untuk laki-laki dan  > 0,85 untuk wanita, serta waist

circumference > 102 cm untuk laki-laki dan > 88 cm untuk wanita. Laki-laki memiliki resiko 

angka kejadian penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi dibanding wanita, karena obesitas

tipe sentral ini lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita. Hal ini disebabkan

adanya perbedaan distribusi lemak tubuh antara laki-laki dan wanita. Pada laki-laki distribusi

lemak tubuh terutama pada daerah abdomen sedangkan wanita lebih banyak pada daerah

gluteal dan femoral.

Perubahan berat badan juga merupakan salah satu faktor penting pada survival rate

penderita hipertensi. Perubahan berat badan merupakan sebanyak 5 kg (meningkat ataupun

menurun) pada kurun waktu 10-15 tahun akan meningkatkan angka mortalitas sebesar 1,5 - 2

kali lebih tinggi. Pada satu studi prospektif- epidemiologi didapatkan angka mortalitas

40

Page 41: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

penyakit kardiovaskular lebih rendah pada populasi dengan berat badan yang stabil selama

kurun waktu tertentu. Pada obesitas biasanya sering didapatkan adanya fluktuasi peningkatan

dan penurunan berat badan secara periodik ini akan meningkatkan resiko mortalitas pada

obesitas.

Patogenesis hipertensi pada obesitas

Meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan, akan tetapi patogenesis hipertensi

pada obesitas masih belum jelas benar. Beberapa ahli berpendapat peranan faktor genetik

sangat menentukan kejadian hipertensi pada obesitas, tetapi yang lainnya berpendapat bahwa

faktor lingkungan mempunyai peranan yang lebih utama. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya

peningkatan prevalensi obesitas dari tahun ke tahun tanpa adanya perubahan genetik, selain

itu pada beberapa populasi/ ras dengan genetik yang sama mempunyai angka prevalensi yang

sangat berbeda. Mereka berkesimpulan walaupun faktor genetik berperan tetapi faktor

lingkungan mempunyai andil yang besar. Saat ini dugaan yang mendasari timbulnya

hipertensi pada obesitas adalah peningkatan volume plasma dan peningkatan curah jantung

yang terjadi pada obesitas berhubungan dengan hiperinsulinemia, resistensi insulin dan sleep

apnea syndrome, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini terjadi pergeseran konsep, dimana

diduga terjadi perubahan neuro-hormonal yang mendasari kelainan ini. Hal ini mungkin

disebabkan karena kemajuan pengertian tentang obesitas yang berkembang pada tahun-tahun

terakhir ini dengan ditemukannya leptin.

Leptin sendiri merupakan asam amino yang disekresi terutama oleh jaringan adipose

dan dihasilkan oleh  gen ob/ob. Fungsi utamanya adalah pengaturan nafsu makan dan

pengeluaran energi tubuh melalui pengaturan pada susunan saraf pusat, selain itu leptin juga

berperan pada perangsangan saraf simpatis, meningkatkan sensitifitas insulin, natriuresis,

diuresis dan angiogenesis. Normal leptin disekresi kedalam sirkulasi darah dalam kadar yang

rendah, akan tetapi pada obesitas umumnya didapatkan peningkatan kadar leptin dan diduga

peningkatan ini berhubungan dengan hiperinsulinemia melalui aksis adipoinsular.

Pada penelitian perbandingan kadar leptin pada orang gemuk (IMT > 27) dan orang dengan

berat badan normal (IMT < 127) didapatkan kadar leptin pada orang gemuk adalah lebih

tinggi dibandingkan orang dengan berat badan normal ( 31,3 + 24,1 ng/ml versus 7,5 + 9,3

ng/ml). Hiperleptinemia ini mungkin terjadi karena adanya resistensi leptin. Beberapa teori

menjelaskan resistensi leptin ini telah dikemukakan, diantaranya adalah karena adanya

antibodi terhadap leptin, peningkatan protein pengikat leptin sehingga leptin yang masuk ke

otak berkurang, adanya kegagalan mekanisme transport pada tingkat reseptor untuk melewati

sawar darah otak dan kegagalan mekanisme signal. Hal ini didukung oleh penelitian

41

Page 42: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Villareal, dkk yang membandingkan efek leptin pada binatang percobaan dengan berat badan

normal, obesitas dan hipertensi. Dimana didapatkan adanya kegagalan fungsi leptin pada

obesitas dan hipertensi. Secara klinis efek resistensi  leptin ini tergantung dari lokasi dan

derajat keparahan resistensi tersebut. Resistensi pada ginjal akan menyebabkan gangguan

diuresis dan natriuresis, menimbulkan retensi natrium dan air serta berakibat meningkatnya

volume plasma dan cardiac output, selain itu adanya vasokonstriksi pembuluh darah ginjal

perangsangan saraf simpatis akan mengaktivasi jalur RAAS dan menambah retensi natrium

dan air. Pada obesitas cenderung terjadi hal yang sama, adanya peningkatan volume plasma

akan meningkatkan curah jantung yang berakibat meningkatnya tekanan darah, sedangkan

resistensi pembuluh darah sistemik pada obesitas umumnya normal dan tidak berperan pada

peningkatan  tekanan darah.

Penangan hipertensi pada obesitas

Sampai saat ini belum ada satupun rekomendasi dan guidelines yang secara khusus

membahas mengenai penanganan hipertensi pada obesitas. Rekomendasi Joint National

Committee-IV (JNC-VI) untuk penanganan pasien hipertensi dengan obesitas lebih

memfokuskan penanganan untuk menurunkan berat badan, sedangkan rekomendasi World

Health Organisation/ International Society of Hypertension (1999)  untuk hipertensi tidak

memberikan rekomendasi yang spesifik obat anti hipertensi yang digunakan pada obesitas.

Beberapa publikasi menganjurkan upaya menurunkan berat  badan sebagai langkah pertama

yang harus dilakukan sebelum  memulai terapi  obat antihipertensi. Tetapi ahli  lain

berpendapat hipertensi pada obesitas haruslah diterapi dengan lebih agresif mengingat pada

pasien obesitas umumnya mengalami kegagalan untuk  menurunkan berat badannya,  juga

pada obesitas sering disertai  dengan kelainan metabolik lainnya seperti diabetes,

hiperlipidemia, dan lain-lain dengan akibat kerusakan organ target seperti hipertrofi ventrikel,

hiperfiltrasi glomerulus dan mikroalbuminaria.

Upaya menurunkan berat badan

Penurunan berat badan merupakan upaya pertama yang harus dilakukan pada

penderita hipertensi dengan obesitas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada

penurunan berat badan 1 kg akan diikuti dengan penurunan tekanan darah sebesar 0,3 - 1

mmHg, selain itu penurunan ini akan memberikan perbaikan dari profil lipid, terjadi reversal

process dari hipertrofi ventrikel, penurunan risiko terjadinya diabetes dan perbaikan kualitas

hidup dari pasien.

Beberapa upaya untuk menurunkan berat badan adalah melalui perubahan gaya hidup,

latihan jasmani, diet yang umumnya diberikan pada pasien obesitas. Diet kalori sangat rendah

42

Page 43: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

(800 kcal/hari) pada individu dengan BMI > 30 kg/m2 akan menurunkan berat badan sekitar

2 kg/ minggu dan bila dilanjutkan akan menurunkan berat badan sekitar 20 kg/4 bulan, tetapi

hal ini akan membahayakan karena terjadi gangguan metabolisme tubuh dan keseimbangan

elektrolit. Program untuk menurunkan berat badan yang dianjurkan haruslah meliputi diet

rendah kalori (1200-1800 kcal/hari), latihan jasmani dan modifikasi gaya hidup. Dengan

pelaksanaan yang tepat, program ini akan menurunkan berat badan sebanyak 9- 14 kg dalam

5-6 bulan. Tetapi hal ini bukanlah suatu yang mudah untuk dilaksanakan oleh seorang pasien

obesitas. Masalah yang umum terjadi adalah ketidakpatuhan pasien untuk melaksanakan

program yang ditetapkan dan naiknya kembali berat badan pada sebagian pasien apabila tidak

lagi menjalankan program diatas.

Pada keadaan tertentu dimana berat badan yang diinginkan tidak tercapai

diperlukan pemakaian obat anti-obesitas. Orlistat adalah suatu obat penghambat absorbsi

lemak dan merupakan obat yang cukup banyak dipakai. Mekanisme kerja obat ini adalah

melalui hambatan kerja enzim lipase pankreas pada usus dan menghasilkan penurunan

absorbsi lemak oleh tubuh. Golongan obat lain adalah obat penekan nafsu makan dimana obat

ini merupakan golongan yang paling banyak diresepkan pada penanganan obesitas. Beberapa

obat yang termasuk  golongan ini meliputi golongan serotonin  agonis, simpatomimetik dan

terakhir adalah leptin. Sampai saat ini hanya sibutramin, suatu serotonin reuptake inhibitor

yang direkomendasikan  penggunaannya untuk pemakaian jangka panjang. Pada suatu

penelitian  yang membandingkan efek sibutramin dengan plasebo  pada pasien obesitas

didapatkan penurunan berat badan  yang lebih banyak pada penggunaan  sibutramin

dibanding  placebo ( 4,9 kg versus 0,45 kg).

Obat anti hipertensi

Obat anti hipertensi umumnya diberikan pada pasien  obesitas  dengan hipertensi 

yang gagal menurunkan berat badannya atau pada hipertensi derajat sedang-berat. Pilihan

obat anti hipertensi yang akan diberikan pada paaien obesitas haruslah mempertimbangkan 

efeknya terhadap berat badan dan efek metabolisme yang mungkin terjadi. Beberapa ahli

menganjurkan golongan penyekat enzim konverting antagonis (EKA), angiotensin reseptor

bloker (ARB), kalsium antagonis dan alfa bloker sebagai pengobatan lini pertama. Hal ini

didasarkan pada efektifitasnya untuk mengontrol tekanan darah dan tidak didapatkannnya

gangguan metabolisme lipid dan glukosa selama pemberian obat tersebut.

Penyekat EKA merupakan obat anti hiprtensi utama pada pasien obesitas, karena

selain dapat mengontrol tekanan darah obat ini dapat memperbaiki metabolisme glukosa.

Salah satu teori yang menjelaskan hal tersebut adalah aktivitas jalur kinin  yang timbul pada

43

Page 44: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

pemberian penyekat EKA, akan meyebabkan peningkatan blood flow pada tingkat jaringan,

terjadi perbaikan sensitifitas insulin dan ambilan glukosa oleh jaringan. Reisin, dkk

membandingkan efektifitas lisinopril dan hydrochlorothiazide pada pasien obesitas dengan

hipertensi. Didapatkan efektifitas yang sama dari kedua obat dalam mengontrol tekanan

darah, tetapi diperlukan dosis yang cukup besar untuk Hydrochlorothiazide (50mg) untuk 

menyamai efektifitas lisinopril dalam dosis kecil (10 mg). Selain itu didapatkan peningkatan

gula darah dan penurunan kalium serum pada pemberian hidrochlorothiazide, dimana hal ini

tidak didapatkan pada lisinopril.

Kalsium antagonis adalah obat alternatif lain yang dapat diberikan pada obesitas. Obat

ini memiliki efektifitas sama dengan penghambat EKA untuk mengontrol tekanan darah dan

tidak mempengaruhi metabolisme lipid dan glukosa.

 Beta bloker merupakan obat yang biasanya diberikan sebagai terapi utama hipertensi

pada pasien jantung koroner, gagal jantung dan usia lanjut, tetapi penggunaan beta bloker

pada obesitas akan menimbulkan beberapa kendala karena akan mempersulit usaha

penurunan berat badan. Pada satu studi metaanalisis dari 8 artikel tentang hubungan beta

bloker dan berat badan, didapatkan kesimpulan adanya peningkatan berat badan pada pasien

yang mendapat beta bloker, dengan peningakatan rata-rata sebesar 1,2 kg dan terutama

terjadi  pada bulan-bulan awal. Selain itu pemberian beta bloker akan menurunkan 

sensitifitas insulin dan meningkatkan trigliserida serta menurunkan  HDL  kolesterol. Oleh

karena itu beberapa ahli menganjurkan pada obesitas  beta bloker diberikan jika ada indikasi

yang  tepat, karena pemberian jangka panjang akan memberikan beberapa efek yang kurang

menguntungkan.

Hubungan hipertensi dan disfungsi ereksi

Kerusakan endotel menyebabkan penurunan nitric oxide. Kemudian juga jejas endotel

ini dapat memudahkan penumpukan plak lemak, terjadi aterosklerosis, terjadi vasospasme,

terjadi konstriksi pembuluh darah dan terjadi hipertensi

Jika makanan yang dimakan banyak mengandung lemak, dapat menyebabkan

penimbunan lemak di sepanjang pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini

menyebabkan aliran darah menjadi kurang lancer, sehingga mengganggu suplai oksigen dan

zat makanan ke organ tubuh. Penyempitan dan sumbatan lemak ini memacu jantung untuk

memompa darah lebih kuat lagi, agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan.

Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat, maka terjadilah hipertensi.  

44

Page 45: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Tekanan darah tinggi adalah penyebab utama masalah ereksi. Tekanan darah tinggi

menjaga arteri yang membawa darah ke penis dari dilatasi ketika akan ereksi. Hal ini juga

menyebabkan otot polos pada penis kehilangan kemampuannya untuk berelaksasi. Hasilnya,

aliran darah tidak cukup ke penis untuk menimbulkan ereksi.

4. FARMAKODINAMIK

Farmakodinamik adalah fase saat obat terikat ke suatu reseptor untuk bisa

menimbulkan suatu efek. Terdapat 2 macam interaksi antara reseptor dan obat. Obat agonis

terikat dengan reseptor dan mengaktivasinya dengan, sehingga secara langsung maupun tidak

langsung akan menimbulkan suatu efek. Obat antagonis farmakologik terikat pada

reseptornya, lalu mencegah reseptor tersebut untuk bisa berikatan dengan molekul-molekul

lain.

Terminasi kerja obat di tingkat reseptor merupakan hasil dari serangkaian proses. Ada

efek kerja obat yang hanya berlangsung selama obat menempati reseptornya, sehingga

lepasnya obat dari reseptor efek akan secara otomatis menghentikan efek kerja obat. Tetapi,

ada beberapa obat yang masih menimbulkan efek walaupun sudah terdisosiasi dari

reseptornya, karena beberapa molekul masih ada dalam bentuk aktifnya.

Agar bisa berfungsi sebagai reseptor, suatu molekul endogen pertama-tama harus

selektif memilih ligannya untuk diikat. Hal ini dimaksudkan agar sebuah reseptor tidak

terikat ke sembarang ligan sehingga dapat teraktivasi secara terus menerus. Selain itu, suatu

molekul endogen harus mengubah fungsinya sedemikian rupa sehingga fungsi sistem

biologic berubah, dan menimbulkan suatu efek farmakologik.

Atenolol

Atenolol merupakan suatu β1-blocker yang sangat selektif, sangat sedikit

dimetabolisme dan diekskresikan dalam jumlah cukup di urin. Atenolol kurang menimbulkan

efek-efek yang berhubungan dengan susunan saraf pusat dibandingkan dengan antagonis β

lainnya yang lebih larut dalam lemak.

Β-blocker mengurangi curah jantung atau menurunkan tahanan vaskular perifer dalam

berbagai derajat, tergantung adanya selektivitas terhadap jantung dan aktivitas agonis parsial.

Β-blocker dapat juga bekerja pada adrenoreseptor β prasinaps perifer untuk mengurangi

aktivitas saraf simpatis penyebab vasokonstriktor.

Furosamide

Furosamide tergolong obat diuretik loop. Obat ini menghambat NKCC2, yakni

transporter Na+/ K+/ 2Cl- di lumen, dalam cabang asenden tebal ansa Henle. Dengan

45

Page 46: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

menghambat transporter ini, diuretik loop menurunkan reabsorpsi NaCl dan juga mengurangi

potensial positif di lumen akibat siklus kembali K+. Potensial positif ini normalnya memicu

reabsorpsi kation divalent di ansa Henle, dan dengan menurunkan potensial ini, diuretik loop

meningkatkan eksresi Mg+ dan Ca2+. Penggunaan yang berkepanjangan dapat menyebabkan

hipomagnesium yang signifikan pada beberapa pasien. Karena absorpsi Ca2+ usus yang dipicu

vitamin D dapat ditingkatkan dan Ca2+ aktif direabsorpsi di TCD, diuretik loop umumnya

tidak menyebabkan hipokalsemia. Diuretik loop juga memicu sintesis prostaglandin di ginjal

yang berperan dalam kerja diuretic ini di ginjal.

Selain aktivitas diuretiknya, agen loop juga mempunyai efek langsung pada aliran

darah melalui beberapa dasar vaskular, seperti furosamide yang dapat meningkatkan aliran

darah ginjal. Furosamide juga terbukti menurunkan kongesti paru dan tekanan pengisian

ventrikel kiri pada gagal jantung, sebelum terjadi peningkatan keluaran urin yang nyata, dan

pada penderita anefrik.

Statin

Senyawa ini merupakan analog struktural HMG-KoA (3-hidroksi-3-metilglutaril-

koenzim A), yang efektif menurunkan LDL. Efek lain meliputi penurunan stres oksidatif dan

inflamasi vaskular dengan peningkatan stabilitas lesi aterosklerotik.

HMG-KoA reduktase memerantai tahap khusus pertama dalam biosintesis sterol.

Bentuk aktif penghambat reduktase merupakan analog structural perantara HMG-KoA yang

dibentuk oleh HMG-KoA reduktase dalam sintesis mevanolat. Analog ini menyebabkan

inhibisi parsial enzim. Belum diketahui apakah hal ini bermakna secara biologis. Akan tetapi,

penghambat reduktase memamng memicu peningkatan jumlah reseptor LDL berafinitas

tinggi. Efek ini meningkatkan laju katabolic fraksional LDL dan ektraksi prekursor LDL (sisa

VLDL) oleh hati dari darah sehingga menurunkan LDL. Oleh karena ekstraksi hepatic lintas-

46

Page 47: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

pertama yang nyata, efek utamanya terjadi di hati. Penurunan sedang kadar trigliserida

plasma dan sedikit peningkatan kadar HDL juga terjadi.

5. FARMAKOKINETIK

Farmakokinetik pada obat golongan statin adalah, pada manusia pemberian

per oral obat golongan ini akan diabsorbsi kira-kira 30%. Sesudah lintasan pertama melalui

hati, obat ditemukan dalam bentuk plasma asal metabolisme aktif atau inaktif.Sembilan puluh

lima persen obat ini dan metabolitnya terikat protein plasma. Semua statin, kecuali lovastatin

dan simvastatin berada dalam bentuk asam beta-hidroksi. Kedua statin tersebut merupakan

prodrug dalam bentuk lakton dan harus dihidrolisis lebih dahulu menjadi bentuk aktif asam

beta-hidroksi. Statin diabsorpsi sekitar 40-75% kecuali fluvastatin yang diabsorpsi hampir

sempurna. Semua obat mengalami metabolisme lini pertama di hati. Waktu paruhnya berkisar

1-3 jam, kecuali atorvastatin(14 jam) dan rosuvastatin (19 jam). Obat-obat ini sebagian besar

dieksresi oleh hati ke dalam cairan empedu dan sebagian kecil lewat ginjal.

Sebagian besar produg degradasi diekskresikan melalui feses dan kurang dari 10%

dari urin. Kadar puncak obat golongan ini dalam plasma terlihat sekitar 2-4 jam sesudah

pemberian oral tunggal. Sesudah 3 hari dengan pemberian 1 X sehari, mantap akan tercapai

kadar plasma 1 ½ X kadar pucak pada pemberian tunggal. Kadar lebih tinggi didapat bila

diberikan bersama makanan.

Farmakokinetik pada obat golongan diureti (furosemide) adalah, furosemide

mempunyai derajat bioavailabilitas 65%. Diuretik kuat terikat pada protein plasma secara

ekstensif, sehingga tidak di filtrasi di glomerulus tetapi cepat sekali di sekresi melalui

mekanisme transport asam organik ditubuli proksimal. Dengan cara ini obat terakumulasi

diciran tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja didaerah yang lebih distaal lagi. Probenesid

dapat menghambat sekresi furosemide. Sebagian besar furosemide di ekskresikan melalui

hati, hanya sebagian kecil dalam bentuk glukuronid.

Diuretik kuat (furosemid) mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang

agak berbeda-beda. Bioavailabilitas furosemid 65%. Obat golongan ini terikat pada protein

plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi

melalui sistem transpor asam organik ditubuli proksimal. Dengan cara ini obat terakumulasi

dicairan tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja didaerah yang lebih distal lagi, Probenesid

dapat menghambat sekresi furosemid, dan interaksi antara keduanya ini hanya terbatas pada

tingkat sekresi tubuli, dan tidak pada tempat kerja diuretik.

47

Page 48: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Sedangkan farmakokinetik pada golongan B-bloker (atenolo) adalah, atenolol

merupakan golongan b-bloker yang larut dalam air, atenolol mempunya sifat kurang baik

saat di adsorbsi melalui saluran cerna yaitu 40-60 %, tetapi obat ini tidak mengalami

metabolisme lintas pertama dihati. Dieliminasikan secara utuh melalui ginjal. Obat ini

mempunyai waktu paruh 6-8 jam dan mempunyai afinitas untuk mengikat protein plasma <

5.

6. INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN

Pengaruh makanan terhadap efek obat sering tidak diperhatikan, dapat

menimbulkan efek merugikan, efek samping atau berkurangnya efek. Secara

umum makanan dapat berinteraksi dengan : obat, lemak, karbohidrat, protein,

asam, alkohol, dsb. Makanan dapat mempengaruhi obat pada tahap ADME (Absorbsi,

Distribusi, Metabolisme, Elimnasi). Kekurangan protein, berpengaruh pada

biotransformasi dan toksisitas obat.

Beberapa obat yang strukturnya mirip asam amino à berkompetisi pada absorpsi

gastrointestinal

Makanan berlemak à meningkatkan absorpsi obat yang larut dalam lemak

Makanan yang bersifat asam à menguraikan obat yang tidak tahan asam

Obat analeptik dapat meningkat efeknya dengan minum kopi.

Beberapa obat (glikosida jantung, antihistamin, alkaloid, logam ) à mengendap oleh

tanin

Konsumsi alkohol, kangkung à meningkatkan efek sedatif dan depresan SSP.

Beberapa obat (glikosida jantung, antihistamin, alkaloid, logam ) à mengendap oleh

tanin

Konsumsi alkohol, kangkung à meningkatkan efek sedatif dan depresan SSP.

Umumnya interaksi obat-makanan berupa turunnya derajat absorpsi à melalui

pembentukan kompleks, perubahan pH, perubahan motilitas, perubahan fungsi

mukosa dan perubahan mekanisme transport.

Pencegahan à gunakan obat saat lambung kosong (kecuali obat yang mengiritasi

lambung à gunakan saat lambung isi)

Pada dasarnya ada 3 cara interaksi makanan atau minuman dengan obat yang

dikonsumsi, yaitu:

1. Mengganggu penyerapan dan pencernaan obat

48

Page 49: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Makanan tinggi lemak dan serat memperlambat pengosongan perut sehingga dosis obat

yang diserap lebih sedikit dari yang diharapkan.

2. Menghambat metabolisme dari obat baik di usus atau hati

Makanan dapat meurunkan bioavailabilitas dan efek diuretic furosemid

3. Meniru aksi atau tindakan dari obat

Beberapa makanan atau minuman bisa membesar-besarkan efek obat sehingga seolah-

olah dosis yang dikonsumsi lebih tinggi dan berisiko menimbulkan efek samping. Misalnya

kafein meningkatkan efek vasokonstriksi.

Agen-agen hidrofilik (atenolol) tidak langsung direabsorbsi, tidak di metabolisme

secara luas, dan mempunyai waktu paruh dalam plasma yang relatif lama.

Atenolol dan multivitamin dengan mineral

Penatalaksanaan bersamaan dengan garam kalsium dapat menurunkan bioavailabilitas

oral atenolol dan kemungkinan lain beta-blocker. Mekanisme yang tepat dari interaksi tidak

diketahui. Dalam enam orang sehat, kalsium 500 mg (sebagai laktat, karbonat glukonat, dan)

mengurangi konsentrasi plasma rata-rata puncak (Cmax) dan area di bawah kurva

konsentrasi-waktu (AUC) dari atenolol (100 mg) masing-masing sebesar 51% dan 32%.

Eliminasi paruh meningkat sebesar 44%. Dua belas jam setelah kombinasi, aktivitas beta-

blocking (seperti yang ditunjukkan oleh penghambatan takikardia latihan) berkurang

dibandingkan dengan atenolol saja. Namun, selama pengobatan 4-minggu pada enam pasien

hipertensi, tidak ada perbedaan nilai tekanan darah antara perawatan. Para peneliti

berpendapat bahwa perpanjangan eliminasi paruh disebabkan oleh penggunaan bersama

kalsium dapat menyebabkan penumpukan atenolol selama jangka panjang dosis, yang

kompensasi untuk mengurangi bioavailabilitas

Kolesterol tinggi (Hyperlipoproteinemia, Hypertriglyceridemia, Sitosterolemia)

Beta-blocker dapat mengubah profil lipid serum. Peningkatan VLDL serum dan

kolesterol LDL dan trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL, telah dilaporkan dengan

beberapa beta-blocker. Pasien dengan hiperlipidemia yang sudah ada sebelumnya mungkin

memerlukan pemantauan lebih dekat selama terapi beta-blocker, dan penyesuaian dibuat

sesuai dalam lipid-lowering regimen mereka.

49

Page 50: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

Lasix (Furosemide) and Alcohol (Ethanol)

Banyak psikoterapetik dan agen aktif SSP (misalnya, anxiolitik, sedatif, hipnotik,

antidepresan, antipsikotik, opioid, alkohol, relaksan otot) menunjukkan efek hipotensi,

terutama selama inisiasi terapi dan dosis eskalasi. Koadministrasi dengan agen antihipertensi,

dalam vasodilator tertentu dan alpha-blocker, dapat mengakibatkan efek aditif pada tekanan

darah dan orthostasis.

Statin

24 juta orang Amerika setiap hari mengonsmsi obat penurun kolesterol yang disebut statin.

Anda mungkin sudah tahu bahwa statin kadang-kadang dapat menyebabkan nyeri otot.

Dikombinasikan dengan resep yang salah (RX), pengonsumsian bersama (OTC) dengan obat-

obatan lain atau makanan, statin juga dapat menyebabkan kerusakan otot yang berbahaya.

IX. KESIMPULAN

Seorang lelaki gendut (mild obesity) 35 tahun menyukai makanan terolah sejak

sekolah dasar. Makanan terolah banyak mengandung karbohidrat, lemak, protein, dan ada

beberapa yang mengandung garam, kafein, dan zat lain. Zat yang terkandung dalam makanan

olahan ini dapat memicu timbulnya hipertensi. Kemudian ia mengalami disfungsi ereksi

setelah mengkonsumsi 3 macam obat, yaitu antihipertensi (atenolol), diuretika (furosemide),

serta obat pereduksi lemak darah (statin). Atenolol dapat menurunkan cardiac output,

menghambat pelepasan renin (vasodilatasi tidak maksimal akibat penurunan NO),

menyebabkan efek sedasi dan depresi serta gangguan impuls saraf yang. Furosemide

menurunkan cardiac output dan menurunkan volume plasma yang menyebabkan penurunan

aliran darah, serta menurunkan jumlah zinc dalam tubuh yang berakibat pada turunnya

testosteron. Statin menghambat sintesis kolesterol yang dapat menurunkan produksi

testosterone, serta dapat meningkatkan reseptor LDL yang dapat menghambat

atherosclerosis. Kesemuanya dapat memicu timbulnya disfungsi ereksi.

50

Page 51: Laporan Tutorial Skenario Blok 12barusegini

X. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Disfungsi Ereksi. (http://www.news-medical.net/health/Impotence-

%28Erectile-Dysfunction%29-Symptoms-%28Indonesian%29.aspx).

Anonim, 2012. Penyebab Disfungsi Ereksi. (http://majalahkesehatan.com/penyebab-dan-

terapi-disfungsi-ereksi/).

Baron, D. N. 1990. Kapita Selekta: Patologi Klinik ed. 14. EGC: Jakarta.

Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik ed. 10. EGC: Jakarta.

Quyyumi, AA. 1998. Endothelial function in health and disease: new insights into the

genesis of cardiovascular disease. Am J Med 105:32S-39S Mansjoer, Arief. et.

al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, jilid I. Jakarta: Media

Aesculapius.

Setiabudi,Riyanto. 2007. Farmakologi dan Terapi FK UI. Badan Penerbit FK UI:Jakarta.

Wofford MR, Hall JE. 2004. Pathophysiology and treatment of obesity hypertension.Curr

Pharm ; 10: 3621–3637

51