laporan tutorial skenario 5

Upload: anitacharis

Post on 16-Jul-2015

720 views

Category:

Documents


64 download

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIAL BLOK DMS SKENARIO 5 Kelompok 5 Advisedly Gina Sonia Bintara M. Novsandri Suhar Laili Hasanah Abdi Nusa Persada Amanda Samurti Pertiwi Anita Nur Charisma Rizni Fitriana Dian Kencana Putri Harun Akbar Phartozy Silaen 1018011003 1018011010 1018011019 1018011013 1018011032 1018011038 1018011040 1018011097 1018011117 1018011120 1018011125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2011

KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wataala karena dengan rahmat serta karunianya kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial untuk scenario 5 Korban Perkelahian pada blok DMS ini sebagai salah satu tugas yang harus dipenuhi. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada tim kelompok 5 yang telah bekerja keras untuk menyelesaikan laporan ini, Para Dokter dan Dosen yang telah bersedia membimbing kami dalam kegiatan tutorial. Tak ada gading yang tak retak, tak ada sesuatu yang sempurna, semoga laporan tutorial kasus ini dapat dimanfaatkan dengan sebagaimana mestinya. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya laporan ini .

Bandar Lampung, 30 Desember 2011 Penyusun Kelompok 5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI SKENARIO ................................................................................................... 1 HASIL DISKUSIA. Step 1 ................................................................................................. 2 B. Step 2 ................................................................................................. 2 C. Step 3 ................................................................................................. 3 D. Step 4 ................................................................................................. 6 E. Step 5 ................................................................................................. 13 F. Step 6 ................................................................................................. 13 G. Step 7 ................................................................................................. 14

MIND MAP ................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA

SKENARIO Korban Perkelahian

Muskel, berusia 15 tahun, datang ke UGD diantar polisi dengan membawa surat permintaan dilakukan visum. Setelah dilakukan anamnesis, ternyata ia adalah seorang korban pengeroyokan yang dilakukan pelajar suatu sekolah. Ia mengeluhkan nyeri hebat pada bagian lengan kakannnya. Tampak lengan bawahnya bengkak, deformitas, dan sulit digerakkan. Demikian juga pada lengan kirinya terlihat luka memanjang serta sendi bahu yang terlihat membengkak. Menurut Muskel, bahu kirinya menjadi bengkak dan nyeri setelah ditarik-tarik dengan paksa dan pada saat lengan kanannya terbentur, ia mendengar bunyi krek. Selain itu pada wajahnya tampak memar sebesar kepalan tangan.Anda memprediksi lengan kanan Muskel patah dan Anda memutuskan untuk melakukan pemeriksaan penunjang. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan, selanjutnya Anda memberikan terapi atas keluhan tersebut.

STEP 1

Visum

Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik atau pelapor terhadap keadaan fisik pelapor. Hal ini biasannya dilakukan pada korban penyiksaan, pemerkosaan, atau pada mayat yang diduga meninggal dengan cara yang tidak wajar.

STEP 2 1. Jenis-jenis luka? 2. Jenis-jenis fraktur?3. Diagnosis terhadap bahu kiri dan lengan kanan Muskel?

4. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan? 5. Penatalaksanaan terhadap keluhan Muskel? 6. Visum?

STEP 3

1. Jenis-jenis luka? Luka adalah diskonjungtivitasnya jaringan pada kulit atau suatu organ lain karena adanya pengaruh dari factor mekanik, fisik, maupun kimiawi. Berdasarkan bentuknya, luka dibagi menjadi: Luka lecet Luka robek Luka gores Luka sayat Luka geser Luka tekanan Luka gesek Luka derajat 1 Luka derajat 2 Luka derajat 3

Berdasarkan hokum, luka dibagi menjadi:

2. Jenis-jenis fraktur? Berdasarkan interaksi dengan dunia luar Fraktur tertutup Fraktur terbuka Berdasarkan sudut patahan Fraktur obliq Fraktur transversal Fraktur spiral Berdasarkan lengkap/tidak lengkapnya patahan Fraktur lengkap Fraktur tak lengkap Fraktur Multipel pada Satu Tulang Fraktur segmental Fraktur kominuta Fraktur Impaksi/ kompresi Fraktur Patologik

Fraktur Beban Fraktur Greenstick Fraktur Avulsi Fraktur Sendi 3. Diagnosis terhadap bahu kiri dan lengan kanan Muskel? Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang Dislokasi sendi-sendi bahu Sterno-clavicular Acromio-clavicular Gleno-humeral 4. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan? Pemeriksaan fisik Range Of Motion Pemeriksaan radiologi AP-Lateral Pemeriksaan Arterinografi Melihat ada arteri yang rusak atau tidak 5. Penatalaksanaan terhadap keluhan Muskel? Pengenalan fraktur/bukan Posisi dibenarkan Imobilisasi Rehabilitasi Pembidaian : Bidai Rigid Bidai Soft Bidai Traksi Debridemen Antibiotik untuk fraktur terbuka Pemberian obat analgetik

Diagnosis banding:

6. Visum? Unsur-unsur visum: Pro Justisia Pendahuluan Pemberitahuan Kesimpulan Penutup

STEP 4 1. Jenis-jenis Luka? Lecet Karena gesekan benda keras ke kulit. Lukanya biasanya superficial. Luka gesek Biasanya terjadi pada orang yang bunuh diri dengan cara gantung diri akibat jeratan tali pada leher

Memar Luka pada bagian dalam Biru : Karena rekasi konversi hemoglobin menjadi bilirubin Cokelat : Karena reaksi konversi bilirubin menjadi hemosibelin Luka bakar Karena paparan sinar matahari; iritasi oleh zat asam kuat atau basa kuat Luka berdasarkan hukum yaitu:

Luka derajat 1 Tidak mempengaruhi sang penderita dalam pekerjaannya Luka derajat 2 Sudah mempengaruhi sang penderita dalam pekerjaannya Luka derajat 3 Sudah termasuk dalam kategori luka berat pada KUHP

2. Jenis-jenis fraktur: Berdasarkan interaksi dengan dunia luar

Fraktur tertutup fraktur yang tidak menembus kulit dan tidak kontak dgn dunia luar Fraktur terbuka fraktur dengan kulit ekstremitas yang terlibat telah ditembus Fraktur obliq Fraktur yang garis patahannya membentuk sudut terhadap tulang Fraktur transversal Fraktur yang garus patahannya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang Fraktur spiral Timbul akibat torsi pada ekstremitas. Fraktur jenis ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar

Berdasarkan sudut patahan

Berdasarkan lengkap/tidak lengkapnya patahan

Fraktur lengkap Fraktur yang melibatkan seluruh bagian tulang Fraktur tak lengkap Fraktur yang tidak melibatkan seluruh bagian tulang Fraktur segmental Dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya Fraktur kominuta Serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang

Fraktur Multipel pada Satu Tulang

Fraktur Impaksi/ kompresi Terjadi ketika dua tulang menumbuk tilang ketiga yang

berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. Fraktur ini dapat didiagnosis dengan radiogram. Pandangan lateral dari vertebra menunjukkan

pengurangan tinggi vertical dan sedikit membentuk sudut pada satu atau beberapa vertebra. Fraktur Patologik Terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh

karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang sering kali menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering adalah tumor primer atau tumor metastasis. Fraktur Beban Terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas

mereka, seperti baru diterima untuk berlatih di angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru mulai latihan lari.Pada saat awitan gejala timbul, radiogram mungkin tidak menunjukkan adanya fraktur. Tetapi biasanya, setelah dua minggu, timbul garis-garis radioopak linier tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Fraktur semacam ini akan sembuh dengan baik jika diimobilisasi selama beberapa minggu. Fraktur Greenstick Fraktur ini adalah fraktur tidak sempurna yang sering terjadi pada

anak-anak. Korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Frakturfraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami remodeling ke bentuk dan fungsi normal. Fraktur Avulsi Fraktur ini memisahkan satu fragmen tulang pada tempat insersi

tendon ataupun ligament. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang tersebut Fraktur Sendi Catatan khusus harus dibuat untuk fraktur yang melibatkan sendi,

terutama apabila geometri sendi terganggu secara bermakna. Jika tidak ditangani secara tepat, cedera semacam ini akan menyebabkan osteoarthritis pasca trauma yang progresif pada sendi yang cedera tersebut. 3. Diagnosis terhadap bahu kiri dan lengan kanan Muskel? Anamnesis, hal paling pertama yang dilakukan untuk mengetahuin etiologi dari keluhan Muskel Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika ditemukan: Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi krek Ekstrimitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami angulasi abnormal

Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera Posisi ekstremitas yang abnormal Memar Bengkak Perubahan bentuk Nyeri gerak aktif dan pasif Nyeri sumbu Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitas yang mengalami cedera (krepitasi) Fungsiolesa Perdarahan (bisa ada/bisa tidak) Hilangnya denyut nadi pada distal lokasi cedera Kram otot di sekitar lokasi cedera Diagnosis banding dapat berupa dislokasi sendi, terutama cedera yang terjadi di bahu kiri Muskel. Hal ini dikarenakan bahwa cedera terjadi setelah adanya penarikan pada tangan Muskel. 4. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan?

Pemeriksaan fisik Range Of Motion Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya keterbatasan gerak pada sendi-sendi dan otot. Tetapi selama pemeriksaan kenyamanan pasien tetap harus diutamakan. Ketika pasien mulai merasakan nyeri ketika menggerakkan ekstremitasnya maka dokter harus peka ketika meminta pasien berhenti melakukan gerakan tersebut. Biasanya pada pasien dengan keluhan fraktur tulang tidak dapat menggerakkan bagian ekstremitasnya yang cedera.

Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiologi harus dimulai dari yang paling murah, yaitu rontgen. Posisi yang digunakan adalah AP-Lateral. Ketika pengambilan foto pun harus cermat, karena pada pasien fraktur bagian yang cedera harus minimal dalam melakukan gerakan untuk mencegah trauma yang semakin parah. Bila diperlukan, pemeriksaan radiologi dapat pula menggunakan CT-Scan ataupu MRI.

Pemeriksaan Arterinografi Melihat ada arteri yang rusak atau tidak Pemeriksaan ini menggunakan alat yang bernama arteriogram. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat apakan ada pembuluh darah yang rusak karena fraktur tersebut atau tidak. Sebelumnya dokter dapat memeriksa secara manual, yaitu dengan meraba denyut nadi pada pembuluh darah di bagian distal lokasi cedera.

5. Penatalaksanaan terhadap keluhan Muskel? Bidai Tipe-tipe bidai:

Bidai Rigid bidai yang terbuat dari bahan keras; seperti kayu, plastic, dll. Bidai Soft bidai yang terbuat dari bahan-bahan lunak; seperti bantal, selimut, handuk, dll. Bidai Traksi Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur femur sehingga dapat terhindar kerusakan yang lebih lanjut.

Prinsip Pembidaian: Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalami cedera Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang , jika tidak perlu harus dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang Melewati minmal dua sendi yang berbatasan Komplikasi Pembidaian terjadi apabila pembidaian tidak sesuai dengan standar tindakan. Komplikasi yang dapat terjadi, di antaranya: Cedera pembuluh darah, syaraf, atau jaringan lain di sekitar fraktur oleh ujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai Gangguan sirkulasi atau syaraf akibat pembidaian yang terlalu ketat Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita menunggu terlalu lama selama proses pembidaian. Rehabilitasi Medik (Fisioterapi) Pada pasien dengan keluhan fraktur maupun dislokasi sendi, peranan fisioterapi sangat penting karena bagian tubuh yang cedera harus diberikan latihan agar tidak terjadi

atrofi otot-otot sekitar ataupun kontraktur dari sendi yang bersangkutan. Tetapi di sisi lain, aktivitas yang diberikan tidak boleh berlebihan karena dapat memperparah cedera yang sudah ada. Pada pemasangan gips pasien yang mengalami fraktur terutama ekstremitas, gips harus diganti paling tidak dua minggu sekali. Sedangkan pada anak-anak, pergantian gips ini dapat dilakukan dalam rentang waktu yang lebih singkat lagi. Hal ini dikarenakan gips yang rigid ditakutkan menekan pertumbuhan dari ekstremitas yang cedera, dan hal tersebut tidak baik untuk pasien. Pemberian obat-obatan analgetik dan anestesi Obat-obatan analgetik yang biasanya digunakan adalah dari golongan OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non Steroid). Obat-obatan ini bersifat simptomatis, yaitu berfungsi menekan rasa nyeri. 6. Visum? Penegak hukum mengartikan Visum et Repertum sebagai laporan tertulis yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atas permintaan yang berwajib untuk kepentingan peradilan tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya. Meskipun tidak ada keseragaman format, namun pada umumnya Visum et Repertum memuat hal-hal sebagai berikut: Visum et Repertum terbagi dalam 5 bagian: 1. Pembukaan: Kata Pro justisia untuk peradilan Tidak dikenakan materai Kerahasiaan 2. Pendahuluan: berisi landasan operasional ialah obyektif administrasi: Identitas penyidik (peminta Visum et Repertum, minimal berpangkat LETDA) Identitas korban yang diperiksa, kasus dan barang bukti Identitas TKP dan saat/sifat peristiwa Identitas pemeriksa (Tim Kedokteran Forensik) Identitas saat/waktu dan tempat pemeriksaan 3. Pelaporan/inti isi: Dasarnya obyektif medis (tanpa disertai pendapat pemeriksa)

Semua pemeriksaan medis segala sesuatu/setiap bentuk kelainan yang terlihat dan diketahui langsung ditulis apa adanya (A-Z) 4. Kesimpulan: landasannya subyektif medis (memuat pendapat pemeriksa sesuai dengan pengetahuannya) dan hasil pemeriksaan medis (poin 3) Ilmu kedokteran forensic Tanggung jawab medis 5. Penutup: landasannya Undang-Undang/Peraturan yaitu UU no.8 tahun 1981 dan LN no.350 tahun 1937 serta Sumpah Jabatan/Dokter yang berisi kesungguhan dan kejujuran tentang apa yang diuraikan pemeriksa dalam Visum et Repertum tersebut. Dalam operasional penyidikan, dapat dilaporkan berbagai penemuan dalam pemeriksaan barang bukti/kasus, diungkapkan dalam: Visum et Repertum sementara, atau Visum et Repertum sambungan/lanjutan, atau Surat keterangan medis

STEP 5 Learning Object: 1. Visum; syarat-syarat dan cara pengajuannya? 2. Jenis-jenis fraktur ekstremitas atas? 3. ORIF? 4. Komplikasi fraktur; sindrom kompartemen? 5. Terapi pasca trauma? STEP 6 Belajar Mandiri

STEP 7 1.Visum et repertum Defenisi visum et repertum adalah suatu laporan tertulis dari dokter yang telah di sumpah tentang apa yang dilihatdan ditemukan dari hasil pemeriksaan atas barang bukti medis,yang di buat berdasarkan suratpermintaan tertulis dari penyelidik, serta memuat pula kesimpulan dari pemeriksaan tersebut guna kepentingan peradilan ( modifikasi dari idries 1997) Di dalam pengertian secara hukum visum et repertum (VR) ,adalah: suatu keterangan seorang dokter yang memuat kesimpulan tentang sautu pemeriksaan yang telah dilakukan nya ,misalnya atas mayang seseora una kepentinggng untuk menentukan sebeb kematian dan nlain n laporan dari ahli untuk pengadilan ,khusubya dai pemeriksaan oleh dokter ,dandi dalam pidana

surat keterangan tertulis yang di buat oleh dokter atas sumpah /janji (jabatan / khusus) ,tentang apa yang dilihat pada benda yang diperiksanya. suatu lapora tertulis dari dokter yang telah di sumpah tentang apa yang dilihat dan di temukan pada barang bukti yang di periksanya serta memuat pula kesimpulan dari pemeriksaan tersebut guna kepentingan peradilan. DASAR HRUKUM DARI VISUM ET REPERTUM Baik di dalam kita stb hukum acara pidana yang lama ,yaitu RIB maupun kitab hukum acara pidana yang lama ( KUHAP) tidak ada satu pasalpun yang memuat perkataan VR .hanya di dalam lembaraban Negara tahun 1973 No.350 pasal 1 dan 2 yang menyatakan bahwa visum et repertum adalah suatu keterangan yang di buat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang yang dilihat Di dalam KUHAP terdapat pasal-pasal yang berkaitaan dengan kewajiban dokter ,untuk membantu peradilan ,yaitu dalam bentuk : keteranagan ahli ,ahli kedokteran kehakiman;dokter dan surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahlianny mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang di minta secara resmi dari padanya( KUHAP: pasal 187 butir c). Bila kita lihat perihal apa yang dimaksudkan dengan alat bukti yang sah menurut KUHAP pasal 184 ayat 1; yaitu: a.keterangan saksi; b.keterangan ahli ; c.surat; d.petunjuk; e.keterangan terdakwa. Maka VR diartikan sebagai keterangan ahli maupun sebagai surat. Pasal 186 KUHAP Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di siding pengadilan . Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang di tuangkan dalam suatu bentuk laporan dan di buat dengan mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.

Bandar Lampung, Tanggal Bulan Tahun No Perihal : ------------------------------------------------------------------------------------------------------: Hasil Pemeriksaan atas korban bernama XXXXXX ----------------------------------------

CONT OH

Lampiran :-------------------------------------------------------------------------------------------------------

PRO JUSTISIA VISUM ET REPERTUM

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Dokter Pemeriksa, dokter (jabatan) pada Rumah Sakit xxxxxx menerangkan bahwa berdasarkan surat permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Sektor Kota XXXX, tertanggal bulan, tahun (ditulis huruf), nomor : R/XX/Bulan/Tahun/ RESKRIM, identitas penyidik yang meminta (nama,NRP,pangkat,unit/satuan kerja) maka pada tanggal bulan tahun (huruf), pukul (jam, menit dalam huruf) Waktu Indonesia Barat bertempat di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit XXX XXX XXX, telah dilakukan pemeriksaan (jenis pemeriksaan) terhadap korban dengan nomor registrasi XXX, yang menurut surat tersebut adalah : ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Nama Jenis Kelamin Umur Warganegara Pekerjaan Alamat : XXX XXX bin XXX-------------------------------------------------------------------: Laki-laki/ Perempuan-------------------------------------------------------------------: XX tahun---------------------------------------------------------------------------------: Indonesia---------------------------------------------------------------------------------: Pekerjaan---------------------------------------------------------------------------------: Jl. XXX XXXX XXXX

--------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN---------------------------------------1. Korban datang dalam keadaan sadar dengan keadaan umum baik, Tanda Vital (TD, N, RR,

Suhu) Keluhan subjektif dan biomekanika/mekanisme----------------------------------------------2. Pada korban ditemukan : --------------------------------------------------------------------------------a. Urut dari atas ke bawah b. Semua c. Semua

bagian/regio kelainan dicatat dan

diperiksa dideskripsikan

d. Contoh : Pada bagian xx (regio), koordinat luka (aksis = lokasi dari sumbu tubuh,

ordinat jarak terdekat ke titik anatomis) ditemukan luka xx (jenis luka) Ukuran (ditulis huruf pxlxdalam), dengan karakteristik luka (tepi,sudut,dasar & sekitar luka)3. Pada korban dilakukan/tidak pemeriksaan penunjang-----------------------------------------------4. Pada korban dilakukan (tindakan/perawatan/terapi serta tindak lanjut apa)----------------------5. Korban dipulangkan dalam keadaan baik---------------------------------------------------------------

KESIMPULAN-----------------------------------------------------------------------------------------------Telah diperiksa seorang korban (laki-laki/perempuan) berumur xx tahun, pada pemeriksaan ditemukan luka xx (jenis luka) pada (region) akibat kekerasan xx (kemungkinan penyebab)--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Luka tersebut telah menimbulkan/ tidak penyakit/halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan/pencaharian untuk sementara waktu/menetap/kecacatan (Kualifikasi Luka; ringan, berat, sedang)----------------------------------------------------------------------------------------------------------Demikianlah sudah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya dan menggunakan keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai KUHP.-------------------------------------------------Dokter tersebut diatas,

Tanda Tangan & Cap Instansi

Nama Terang SIP/NIK

2.FRAKTUR a.Pengertian Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Penyebab :

Trauma ( Rudapaksa ) Tekanan yang berlebihan dan berulang Patologik akibat kelemahan tulang misalnya terdapat tumor

Vulnus : perdarahan di dermis a. Inflamasi : akibat antigen yang terusik, mucul ketika cedera hingga hari ke 5

b. Proliferasi : fibroblas untuk perbaikan kerusakan jaringan, terjadi dari hari ke 6-9 c. Maturasi : remodeling sel dari hari ke 9-21 Manifestasi fraktur Nyeri Bengkak Deformitas Kaku sendi Perbedaan panjang pada ekstremitas

b.Klasifikasi 1.Menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar : - Patah tulang terbuka (Compound fraktur) Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yang memungkinkan/potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luardapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah. 2. Derajat patah tulang terbuka : 1. Derajat I Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokal fragmen minimal. 2. Derajat II Laserasi > 2 cm, kontusi otot dan sekitarnya., dislokasi fragmen jelas. 3. Derajat III Luka lebar, rusak hebat, atau hilangnya jaringan sekitar. Fraktur komunitif, segmental, fragmen tulang ada yang hilang. 3Patah tulang tertutup (Simple fraktur) Fraktur tidak meluas melewati kulit/jaringan kulit tidak robek. 2. Menurut derajat kerusakan tulang :

1. Patah tulang lengkap (Complete fraktur) Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan lainnya, atau garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubah tempat. 2.Patah tulang tidak lengkap (Incomplete fraktur) Bila antara patahan tulang masih terjadi hubungan sebagian. Salah satu sisi patah yang lainnya biasanya hanya bengkok yang sering disebutgreen stick. a.Menurut garis patah tulang (Deskriptif fraktur) 1.Fraktur transversal Fraktur yang arahnya langsung melintas tulang (patah tulang melintang). 2.Fraktur Oblik/miring Garis patah membentuk sudut terhadap sumsum tulang. 3.FrakturSpiral Garis fraktur berbentuk spiral diakibatkan karena terpilinnya ekstremitas fraktur. 4.Fraktur Segmental Dua fraktur yang berdekatan yang mengisolasi segmen sentral dari suplai darah. 5.Fraktur Kominutif Garis patah saling berpotongan dan terjadi di fragmen-fragmen tulang atautulang dalam keadaan remuk. 6.Fraktur Kompresi Terjadi apabila permukaan tulang terdorong ke arah permukaan lain. 7.Fraktur Patologis Terjadi melalui daerah-daerah tulang yang telah melemah akibat infeksi,tumor, osteoporosis, atau proses patologis lainnya. 8.Dislokasi Adalah berpindahnya ujung tulang patah disebabkan oleh berbagai kekuatan seperti : cedera otot, tonus atau kontraksi otot dan tarikan. 3. PENYEBAB FRAKTUR 1.Trauma direk (langsung) Trauma langsung menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya kekerasan/trauma itu misalnya : trauma akibat kecelakaan. 2.Trauma indirek (tidak langsung) Menyebabkanpatah tulang ti tempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan,yang patah biasanya bagian yang paling lemah dalam jalur hantaranvektor kekerasan. 3.Patologis

Disebabkan oleh adanya proses patologis misalnya tumor, infeksi atau osteoporosis tulang karena disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang dan disebut patah tulang patologis. 4.Kelelahan/stress Misalnya pada olahragawan mereka yang baru saja meningkatkan kegiatan fisik misalnya pada calon tentara. Dimana ini diakibatkan oleh beban lamaatau trauma ringan yang terus menerus yang disebut fraktur kelelahan. 4. DIAGNOSIS PATAH TULANG 1.Anamnesis Misalnya adanya trauma tertentu seperti jatuh, tertumbuk dan berapa kuatnya trauma tersebut, keluhan nyeri, dsb. 2.Pemeriksaan fisis Inspeksi : Terlihat pasien kesakitan, terdapat pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, berputar, pemendekan, dll. Palpasi : Nyeri objektif yaitu nyeri yang berupa nyeri tekan. 3.Pemeriksaangerak persendian : aktif/pasif 4.Pemeriksaanklinis Untuk mencari akibat trauma seperti pneumothoraks atau cedera otak serta komplikasi vaskuler dan neurologis dari patah tulang yang bersangkutan. Hal ini penting karena komplikasi tersebut perlu penanganan segera. 5.Pemeriksaan radiologis : Foto rontgen. 5. PENATALAKSANAAN/PENANGANAN PATAH TULANG Pengelolaanpatah tulang secara umum mengikuti prinsip pengobatan kedokteran pada umumnya yaitu : 1. Diagnosis tepat 2. Pengobatan yang tepat dan memadai 3. Bekerjasama dengan hukum alam 4. Memilih pengobatan dengan memperhatikan setiap pasien secara individu Untuk patah tulangnya sendiri prinsipnya adalah : 1. Mengembalikan bentuk tulang seperti semula (reposisi). 2. Mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi).

3. Mobilisasi berupa latihan-latihan seluruh sistem gerak untuk mengembalikan fungsi anggota badan seperti sebelum patah. Ada 4 konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur (4 R Fraktur) : 1. Rekognisi (Pengenalan) Riwayat kecelakaan, parah tidaknya, jenis kekuatan yang berperanan dan deskriptif tentang kejadian tersebut oleh pasien itu sendiri, menentukan kemungkinan tulang yang patah yang dialami dan kebutuhan pemeriksaan spesifik untuk fraktur. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas integritas rangka perkiraan diagnosis fraktur pada tempat kejadian dapat dilakuk sehubungan dengan adanya rasa nyeri dan bengkak lokal, kelainan bentuk, dan ketidakstabilan. 2. Reduksi Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.Fraktur tertutup pada tulang panjang seringkali ditangani dengan reduksit ertutup. Sebelum dilakukan reposisi beri dahulu anestesi/narkotika intravena, sedativ atau anastesi blok syaraf lokal. Ini seringkali dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat darurat atauruang pembalut gips. 3. Retensi reduksi (mempertahankan reduksi) 1. Pemasangan gips Tepung gips terdiri dari garam kapur sulfat berupa bubuk halus berwarna putih dan mempunyai sifat mudah menarik air (hygroskopis). Bila diberi air, tepung gips akan membentuk semacam bubur yang beberapa saat kemudian akan mengeras dengan mengeluarkan panas. Untufiksasi luar patah tulang dipasang gips spalk atau gips sirkulair. Perban gips spalk biasanya dipakai pada patah tulang tungkai bawah karena biasanya akan terjadi oedema. Setelah edema menghilang baru diganti dengan gips sirkulair.Biasanya gips baru dibuka setelah terjadi kalus (bersambung), untuk lengan memerlukan waktu 4 6 minggu sedangkan tungkai 6 10 minggu. Makin muda umur pasien makin cepat penyembuhannya. 2. Traksi Traksi adalah usaha untuk menarik tulang yang patah untuk mempertahankan keadaan reposisi secara umum traksi didapatkan dengan penempatan beban berat sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang fraktur. Biasanyalebih disukai traksi rangka dengan dengan baja steril dimasukkan melalui fragmen distal atau tulang yang lebih distal melalui pembedahan dibanding dengan traksi kulit.

Keuntungan pemasangan traksi : 1. Metode nyata yang dapat mempertahankan reduksi. 2. Traksi menjamin bahwa ekstremitas dapat diangkat sehingga mengurangi pembengkakan dan meningkatkan penyembuhan jaringan lunak. 3. Ekstremitas yang cedera dapat diamati dengan mudah kemungkinan gangguan sirkulasi neurovaskuler. Kerugian pemasangan traksi, tergantung dari jenis traksi yang dipasang misalnya pemasangan traksi kulit dapat menyebabkan banyak komplikasi mengganggu sirkulasi akibat pemasangan ban perban elastis, alergi kulit terhadap plester, traksi yang berlebihan akan membuat kulit rapuh pada orang yang sudah lanjut usia. 3. Tindakan pembedahan Reposisi terbuka dilakukan melalui operasi/pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka (ORIF : Open Reduction Internal Fixation). Insisi dilakukan pada tempat yang terjadi cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomis menuju tempat yang mengalami fraktur. Fraktur kemudian direposisi ke kedudukan normal secara manual. Sesudah reduksi fragmen-fragmen fraktur kemudian distabilisasi dengan menggunakan peralatan ortopedis yang sesuai seperti pin, skrup, plat dan paku. Keuntungan perawatan fraktur dengan operasi antara lain: 1. Ketelitian reposisi fragmen-fragmen fraktur 2. Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf di sekitarnya. 3. Stabilitas fiksasi yang cukup memadai dapat dicapai. 4. Perawatan di RS yang relatif singkat pada kasus tanpa komplikasi. 5. Potensi untuk mempertahankan fungsi sendi yang mendekati normal serta kekuatan otot selama perawatan fraktur. Kerugian yang potensial juga dapat terjadi antara lain :

1. Setiap anastesi dan operasi mempunyai resiko komplikasi bahkan kematian akibat dari tindakan tersebut. 2. Penanganan operatif memperbesar kemungkinan infeksi dibandingkan pemasangan gips atau traksi. 3. Penggunaan stabilisasi logam interna memungkinkan kegagalam alat itu sendiri. 4. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak, dan struktur yang sebelumnya tak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi. 4. Rehabilitasi Rencana program rehabilitasi yang paling rasional sudah harus dimulai sejak permulaan perawatan di rumah sakit dan oleh karena itu bila keadaan memungkinkan, harus segera dimulai melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan mobilisasi. 6. PROSES PENYEMBUHAN TULANG Prosespenyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap patah tulang. pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar fraktur, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost. Fase ini disebut fase hematom. Hematoma ini akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dan vaskule hingga hematom berubah menjadi jaringanfibrosis dengan kapiler di dalamnya. Jaringan ini yang menyebabkan fragmen tulang saling menempel. Fase ini disebut fase jaringanfibrosis dajaringan yangmenempelkan fragmen patahan tulangtersebut dinamakan kalus fibrosa. Kedalam hematom dan jaringan fibrosis ini kemudian juga tumbuh sel kondroblast yang membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Sedangkan di tempat yang jauh dari patahan tulang yang vaskularisasinya relatif banyak, sel ini berubah menjadi osteoblast dan membentuk osteoid yang merupakan bahan dasar foto rontgen. Pada tahap selanjutnya terjadi penulangan atau ossifikasi, kesemua ini menyebabkan kalus fibrosaberubah menjadi kalus tulang. fase ini disebut fase penyatuan klinis. Selanjutnya terjadi pergantian sel tulang secara berangsur-angsuroleh sel tulang yang mengatur diri sesuai dengan garis tekanan dan tarikan yang bekerja pada tulang. akhirnya sel tulang ini mengatur diri secara lamelar seperti tulang normal, kekuatan kalus ini samadengan kekuatan tulang biasa dan fase ini disebut fase konsolidasiJadi berdasarkan stadium-stadium penyembuhan terdiri dari : 1. Stadium penyatuan : absorbsi energi pada tempat fraktur. 2. Stadium inflamasi : hematoma, nekrosis tepi fraktur, pelepasan sitokin, jaringan granulasi dalam celah-celah berlangsung sekitar 2 minggu. 3. Stadium reparatif : kartilago dan tulang berdiferensiasi dari periost atau

sel-sel parenkim, kartilago mengalami klasifikasi endokondral, dan tulang membranosa yang dibentuk oleh osteoblas pada perifer dini kalus, secara bertahap mengganti kartilago yang berklasifikasi dengan tulang berlangsung selama satu sampai beberapa bulan. 4. Stadium remodelling : tulang yang berongga-rongga berubah menjadi lamelar melalui resorpsi dan pembentukan ganda. Tulang cenderung untuk mempunyai bentuk aslinya melalui remodelling dibawah pengaruh dari stress mekanik berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Gangguan pada proses penyembuhan : 1. Malunion ; adalah suatu keadaan dimana fraktur ternyata sembuh dalam posisi yang kurang sesuai, membentuk sudut atau posisinya terkilir. 2. Delayed union : merupakan istilah yang menyatakan proses penyembuhan yang terus berlangsung tetapi kecepatannya lebih rendah daripada biasanya. 3. Non union : adalah fraktur yang gagal untuk mengalami kemajuan ke arah penyembuhan, ini disebabkan karena pergerakan yang berlebihan, distraksi yang berlebihan, infeksi dan jaringan lunak terpisah secara parah. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan tulang tergantung dari : 1. Banyaknya tulang yang rusak. 2. Daerah tulang yang patah. 3. Persediaan pembuluh darah/vaskularisasi di sekitar fraktur untuk pembentukan kalus. 4. Faktor lain seperti : imobilisasi yang tidak cukup, infeksi, interposisi dan gangguan perdarahan setempat ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR 1. PENGKAJIAN Data dasar pengkajian pasien : 1. Aktivitas istirahat

Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena Tanda : (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri). 2. Sirkulasi Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas) Tanda : Hipotensi (kehilangan darah) Takikardia (respon stress, hypovolemia) Penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena.Pembengkakan jaringan atau massa hematom pada sisi cedera. 3. Neurosensori Gejala : Hilang gerakan/sensasi, spasme otot. Tanda : Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi, agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain. 4. Nyeri/kenyamanan Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi) tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf. Spasme/kram otot (setelah imobilisasi). 5. Keamanan Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan lokal. Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba). 6. Penyuluhan/pembelajaran Gejala : Lingkungan cedera. Memerlukan bantuan dan transportasi, aktivitas perawatan dini dan tugas pemeliharaan/perawatan rumah. 2. PERENCANAAN 1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan sekunder terhadap fraktur. Intervensi :

1. Pantau vital sign, intensitas nyeri dan tingkat kesadaran 2. Pertahankan tirah baring sampai fraktur berkurang 3. Bantu pasien untuk posisi yang nyaman 4. Pakai kompres es atau kompres panas (jika tidak ada kontraindikasi) 5. Berikan istirahat sampai nyeri hilang 6. Berikan obat analgetik sesuai dengan nyeri yang dirasakan pasien. Rasionale : 1. Untuk mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 2. Nyeri dan spasme otot dikontrol oleh immobilisasi. 3. Posisi tubuh yang nyaman dapat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan. 4. Dingin mencegah pembengkakan dan panas melemaskan otot-otot dan pembuluh darah berdilatasi untuk meningkatkan sirkulasi. 5. Istirahat menurunkan pengeluaran energi 6. Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh klien. 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan traksi atau gips Intervensi : 1. Berikan latihan gerak pasif tiap 2 jam. 2. Anjurkan pasien untuk latihan sebanyak mungkin untuk dirinya. 3. Bila pasien sudah dapat berjalan, berikan bantuan yang dibutuhkan. 4. Berikan diet tinggi serat

5. Jaga ekstremitas pada posisi atau postur yang tepat. Rasional : 1. Gerak pasif membantu memelihara fleksibilitas sendi dan kesehatan otot. 2. Melakukan perawatan sendiri membantu melatih sendi, otot dan perasaan tidak tergantung pada orang lain. 3. Demineralisasi tulang terjadi karena tidak digunakan, yang merupakan predisposisi tulang untuk fraktur. 4. Serat meningkatkan sisa yang akan membantu merangsang pengeluaran faeces. 5. Ketegangan otot menurun bila bagian tubuh dipelihara dalam postur yang tepat. 3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan pemasangan traksi atau gips pada ekstremitas. Intervensi : 1. Bantu pasien memenuhi kebutuhan sehari-harinya. 2. Dekatkan barang-barang yang diperlukan oleh klien. 3. Berikan pujian terhadap prestasi dan kemajuan yang dicapai 4. Rujuk ke bagian terapi, jika terjadi kerusakan yang permanen atau jangka waktu yang lama. Rasional : 1. Perawatan diri membantu memelihara harga diri dan kembali untuk hidup tanpa tergantung pada orang lain (mandiri). 2. Agar pasien mudah menjangkaunya dengan aman. 3. Untuk memotivasi agar mematuhi program rehabilitasi secara kontinu. 4. Ahli terapi dapat membantu pasien belajar bagaimana menyesuaikan kebiasaan-kebiasaan hidup dengan keadaan fisik yang terbatas.

4. Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi sekunder terhadap fraktur. Intervensi : 1. Monitor status neurovaskuler dari ekstremitas yang sakit tiap 2 jam kemudian tiap 4 jam. 2. Pertahankan ekstremitas yang fraktur pada posisi tinggi dan berikan kompres es. Rasional : 1. Untuk mendeteksi manifestasi dini dari sindrom kompartemen 2. Untuk mengurangi pembengkakan 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perubahan sirkulasi sekunder terhadap fraktur. Intervensi : 1. Observasi suhu tiap 4 jam, kondisi luka selama setiap penggantian balutan. Rasional : 1. Untuk mendeteksi tanda dini infeksi. 6. Gangguan eliminasi bab berhubungan dengan imobilisasi fisik Intervensi : 1. Pantau setiap hari pasase dan konsistensi faeces. 2. Beri obat laksatif bila tidak ada defekasi selama 3 hari. 3. Beri diet tinggi serat (buah-buahan segar, sayur-sayuran). Rasional :

1. Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 2. Laksantif dapat membantu meningkatkan pengeluaran faeces. 3. Serat meningkatkan sisa yang akan membantu merangsang pengeluaran faeces. 3.ORIF( penanganan pasca open reduction internal fixation) Definisi Beberapa defenisi dari orif yaitu: a. Terapi latihan Terapi latihan adalah salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaannya menggunakan latihan gerakan tubuh, baik secara aktif maupun pasif (Priatna, 1985). b. Pasca Pasca berarti setelah (Ramali, 1987). c. Open Reduction Internal Fixation Apabila diartikan dari masing-masing kata adalah sebagai berikut; Open berasal dari bahasa Inggris yang berarti buka, membuka, terbuka (Jamil,1992), Reduction berasal dari bahasa Inggris yang berarti koreksi patah tulang (Ramali, 1987), Internal berasal dari bahasa Inggris yang berarti dalam (Ramali, 1987), Fixation berasal dari bahasa Inggris yang berarti keadaan ditetapkannya dalam satu kedudukan yang tidak dapat berubah (Ramali, 1987). Jadi dapat disimpulkan sebagai koreksi patah tulang dengan jalan membuka dan memasang suatu alat yang dapat membuat fragmen tulang tidak dapat bergerak. d. Plate and screw Plate berarti struktur pipih atau lapisan (Dorland,1998). Screw berarti silinder padat (Dorland,2002). Plate and screw berarti suatu alat untuk fiksasi internal yang berbentuk struktur pipih yang disertai alat berbentuk silinder padat untuk memfiksasi daerah yang mengalami perpatahan. b. penanganan pasca open reduction internal fixation (ORIF) tanpa disertai adanya komplikasi. Biasanya masalah fisioterapi yang muncul segera setelah operasi open reduction internal fixation (ORIF), pasien telah sadar dan berada di bangsal adalah oedem atau bengkak, nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot serta penurunan kemampuan fungsionalnya yaitu berjalan dikarenakan luka bekas operasi dan luka bekas trauma. Oleh karena itu fisioterapis bekerja untuk mengatasi masalah-masalah itu secara tepat dan cepat agar dapat menurunkan atau menghilangkan derajat permasalahan dan pasien dapat kembali ke aktivitas semula. Salah satu modalitas yang digunakan fisioterapis adalah terapi latihan. Terapi latihan merupakan salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaannya menggunakan latihan gerak aktif maupun pasif (Priatna, 1985). Modalitas terapi

latihan yang diberikan berupa static contraction yang disertai dengan positioning yang dapat membantu mengurangi oedema, dengan oedem berkurang maka dapat membantu mengurangi rasa nyeri. Passive movement dan hold relax diharapkan dapat membantu meningkatkan dan memelihara lingkup gerak sendi. Active movement diharapkan dapat membantu meningkatkan nilai kekuatan otot. Selain itu, fisioterapis juga harus memberikan latihan transfer dan ambulasi, terutama latihan jalan untuk mengembalikan kemampuan fungsionalnya. ORIF digunakan untuk perawatan periarticular fractures. Ada beberspa indikasi penggunaan ORIF : Fraktur yang tidak sembuh atau bahaya avaskular tinggi. Misalnya : Frsktur tallus, fraktur collum femur Faktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya : Faktur avulsi, Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya : fraktur monteggia, fraktru galeazzi, fraktur antebrachii, fraktur pergelangan kaki. Fraktur yang berdasarkan penglaman memberikan hasil yang lebih baik, Misalnya : fraktur femur Jenis jenis orif 1. Tension Bands 2. Pins and Screw 3. Plate 4. Intermedullary nails Pins and screws

Tension Bands

4.Komplikasi dari fraktur dan syndrome kompartemen ( strain dan sprain) Komplikasi Dini Kerusakan Arteri Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan. Kompartement Syndrom Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat. Fat Embolism Syndrom Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam. Infeksi System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

Shock Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur. Avaskuler Nekrosis Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkmans Ischemia. Komplikasi Lanjut Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang. Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang. Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik. Pada jaringan lunak : Ulkus Dekubitus , tendinitis , terjepitnya saraf. Pada sendi : kaku sendi

1)

tSprain Menurut Sadoso (1995: 11-14) sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga. Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. Berdasarkan berat ringannya cedera Giam & Teh (1992: 195) membagi sprain menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a) Sprain Tingkat I Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut. b) Sprain Tingkat II Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut. c) Sprain Tingkat III Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakangerakan yang abnormal.

2) Strain Menurut Giam & Teh (1992: 93) strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan. Berdasarkan berat ringannya cedera (Sadoso, 1995: 15), strain dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu: a) Strain Tingkat I Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan muscula tendineus.

b) Strain Tingkat II Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit musculo tendineus. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan berkurang. c) Strain Tingkat III Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan. Menurut Depdiknas (1999: 632) otot merupakan urat yang keras atau jaringan kenyal dalam tubuh yang fungsinya untuk menggerakkan organ tubuh. Pengertian tendo menurut Hardianto Wibowo (1995: 5) adalah jaringan ikat yang paling kuat (ulet) berwarna keputih-putihan, bentuknya bulat seperti tali yang memanjang. Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE. Artinya:a. R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera. b. I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit. c. C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan bahan yang elastis,

balut tekan di berikan apabila terjadi pendarahan atau pembengkakan.d. E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang

cedera. Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut:a. Sprain/strain tingkat satu (first degree).

Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya. b. Sprain/strain tingkat dua (Second degree). Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu. c. Sprain/strain tingkat tiga (Third degree).

Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali. 3. Kram Otot Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. (Hardianto Wibowo, 1995: 31) penyebab kram adalah otot yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang. Penyebab terjadinya kram:1. otot terlalu lelah pada waktu berolahraga terjadi proses pembakaran yang

menghasilkan sisa metabolik yang menumpuk berupa asam laktat kemudian merangsang otot/ saraf hingga terjadi kram.2. kurang pemanasan (Warming Up) serta pendinginan (Cooling Down).

3. Kekurangan vitamin, misalnya tiamin (B1), asam pantotenat (B5), dan piridoksin (B6). Kram yang mungkin terjadi yaitu: a. Otot Perut (Abdominal) b. Otot betis (Gastrocnenius) c. Otot paha belakang (Hamstring) d. Otot telapak kaki

Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo, (1995: 33) adalah sebagai berikut: 1. Atlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk menghilangkan rasa nyeri/sakit yang bersifat lokal, atau digosok dengan obat-obatan pemanas seperti conterpain, dan salonpas gell untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah tidak terganggu karena kekuatan/kekejangan otot pada terjadi kram.2. Pada saat otot kejang sampai kejangnya hilang. Menahan otot waktu berkontraksi

sama artinya dengan kita menarik otot tersebut supaya myiosin filament dan actin myosin dapat menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada waktu ditahan dapat disemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri. Agar tidak terkena kram otot, atau setidak-tidaknya tidak terserang untuk kesekian kalinya, sebaiknya lakukan :

1. Pemanasan yang cukup sebelum berolah raga atau aktivitas tertentu yang melibatkan otot. Kemudian jangan lupa pendinginan / pelemasan sesudahnya. 2. Minum lebih banyak cairan, terutama yang mengandung elektrolit, saat berolahraga. 3. Olah raga dengan intensitas ringan lebih dahulu, kemudian berangsur-angsur lebih berat. Jika mesti duduk lama (menggunakan otot panggul) atau menulis lama (menggunakan otot jari), selang beberapa lama sebaiknya diselingi pelemasan dan peregangan

Penatalaksanaan Terapi Masase Untuk Mengobati Strain dan Sprain pada Lutut dan Pergelangan Kaki (Engkel)

1. Masase Terapi pada Rehabilitasi Cedera Lutut Masase terapi yang dilakukan pada rehabilitasi cidera lutut yaitu menggunakan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara menggabungkan teknik gerusan (friction) dengan teknik gosokan (effleurage) yang menggunakan ibu jari untuk merilekkan atau menghilangkan ketegangan otot. Setelah itu dilakukan penarikan (traksi) dan pengembalian (reposisi) sendi lutut pada tempatnya (Ali:2004)

a. Posisi Tidur Terlentang

Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (effluarage). Pada otot quadriceps femoris ke arah atas.

Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (effleurage), pada samping lutut/ligamen lutut pada bagian dalam dan luar.

Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara menggabungkan teknik terusan (friction) dan gosokan (effleurage), pada otot-ototfleksor/otot fastrocnenius bagian depan ke arah atas.

b. Posisi Tidur Telungkup

Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara menggabungkan teknik terusan (friction) dan gosokan (effleurage), pada otot hamstring ke arah atas.

Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (effleurage), pada ligamen sendi lutut bagian belakang ke arah atas.

Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (effleurage), pada otot gastrocnemius ke arah atas.

c. Posisi Traksi dan Reposisi pada Lutut dengan Posisi Tidur Terlentang

Lakukan traksi dengan posisi kedua tangan memegang satu pergelangan kaki. Kemudian traksi/tarik ke arah bawah secara pelan-pelan dan putar tangkai setengah lingkaran ke arah samping dalam dan samping luar dengan kondisi tangkai dalam keadaan tertarik.

2. Masase Terapi pada Rehabilitasi Cedera Pergelangan Kaki (Engkel)

Masase terapi yang dilakukan pada rehabilitasi sendi pergelangan kaki (engkel) yaitu menggunakan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara menggabungkan teknik gerusan (friction) dengan teknik gosokan (effleurage) yang menggunakan ibu jari untuk merilekkan atau menghilangkan ketegangan otot. Setelah itu dilakukan penarikan (traksi) dan pengembalian (reposisi) sendi pergelangan kaki (engkel) pada tempatnya.

a. Posisi Tidur Terlentang

Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (effluarage), pada otot-otot fleksor/otot gastrocnemius bagian depan ke arah atas.

Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (effluarage), pada otot punggung kaki atau otot fleksor pada kaki bagian muka kearah atas.

Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (effluarage), pada ligament sendi pergelangan kaki ke arah atas.

b. Posisi Tidur Telungkup

Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (effluarage), pada otot gastrocnemius ke arah atas.

Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (effluarage), pada otot di belakang mata kaki atau tendo achilles ke arah atas.

c. Posisi Traksi dan Reposisi pada Pergelangan Kaki dengan Posisi Badan Tidur

Terlentang. Lakukan traksi dengan posisi satu tangan memegang tumit dan satu tangan yang lain memegang punggung kaki. Kemudian traksi/tarik kearah bawah secara pelanpelan dan putarkan kaki (engkel) dengan kondisi pergelangan kaki dalam keadaan tertarik.

5.terapi pasca trauma (luka) JENIS LUKA DAN PERAWATANNYA Definisi : Luka adalah keadaan dimana terdapat diskontinuitas dari kulit. Sebagai penyebab dari perlukaan adalah trauma mekanis,termis,listrik dsb. Pada umumnya yang diterima sebagai penyebab luka adalah trauma mekanis. Trauma mekanis ini dapat truma tajam maupun tumpul. Luka dapat dibagi atas : I. Menembus tidaknya : A.Tidak menembus suatu rongga (vulnus non penetrans) B.Menembus suatu rongga (vulnus penetrans) II. Adanya infeksi :

A. Tidak ada infeksi B. Ada infeksi (vulnus infectum) III. Menurut bentuk morfologis : A. Hematoma Hematoma adalah keadaan terdapatnya penimbunan darah dalam suatu rongga abnormal, dalam hal ini dibawah kulit. Ada yang menganggap hematoma tidak termasuk didalam luka. B. Abrasi : Abrasi adalah keadaan dimana terdapat kerusakan epidermis. C. Ekskoriasi Ekskoriasi adalah perlukaan dimana terdapat kerusakan dari epidermis dan dermis. D. Vulnus Punctum (ictum) Perlukaan yang terjadi berupa suatu luka yang kecil (luka tusuk). E. Vulnus Scissum Perlukaan yang terjadi berupa suatu luka yang berbentuk garis.Sebagai penyebabnya adalah suatu trauma tajam. F. Vulnus Laceratum (luka compang camping) Sebagai penyebab adalah trauma tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa garis (seperti pada v.scissum) atau memang berbentuk compang camping. Apabila berbentuk garis, maka perbedaannya dengan v.scissum adalah adnya jembatan jaringan,tepi yang tak rata, pinggir yang tak rata dsb. G. Luka tembak (v.sclopetorum) Luka tembak terbagi atas luka tembak masuk dan luka tembak keluar.

Perawatan luka secara umum : ____________________________ 1. Pada setiap perlukaan perhatikan keadaan umum terlebih dulu. Apabila keadaan umum buruk usahakan terlebih dulu perbaikan keadaan umum.Apabila perdarahan tampak terus berlanjut dan merupakan penyebab dari keadaan umum yang buruk maka perdarahan dan keadaan umum buruk diatasi secara bersama-sama. 2. Saat terjadinya perlukaan :

a. Luka kurang dari 6 jam : luka ini dianggap luka bersih (clean wound) . Luka seperti ini diharapkan akan sembuh per-primam (dengan tindakan yang adekwat) dan dapat dilakukan tindakan primer / penjahitan primer. b. Luka terkontaminasi: Yang termasuk luka terkontaminasi adalah : = luka antara 6-12 jam = luka kurang dari 6 jam akan tetapi kontaminasi yang terjadi adalah banyak. = luka kurang dari 6 jam akan tetapi ditimbulkan karena daya / enersi yang besar (misalnya luka tembak atau terjepit mesin). Luka ini diragukan untuk dapat sembuh secara primer karena itu diberikan tindakan ekspektatip (kompres zat antiseptika dan diberikan antibiotika. Apabila pada hari ke-3-7 tidak timbul radang bila perlu dapat dilakukan tindakan penjahitan ; penjahitan disini disebut jahitan primer tertunda (delayed primary suture). Bila antara hari ke-3-7 timbul pus maka luka dianggap luka terinfeksi. c.Luka terinfeksi : setiap luka diatas 12 jam dianggap luka terinfeksi. Pada luka ini diberi kompres dan antibiotika sambil menunggu hasil kultur dan resistensi test untuk pemberianantibiotika yang sesuai.. Apabila kemudian proses radang sudah tenang dan timbul jaringan granulasi sehat dapat dilakukan jahitan sekunder. Perkecualian untuk penanganan ini: a. Luka lebih lama dari 6 jam tanpa tanda-tanda radang dan sudah diberi zat antiseptika sebelumnya dapat dilakukan tindakan primer. b. Luka terkontaminas didaerah wajah tetap dilakukan penjahitan primer. c. Luka kurang dari 6 jam didaerah perineum tetap dianggap luka terkontam,inasi. d. Perlukaan lebih dari 6 jam tetap dapat dilakukan eksplorasi. 3. Profilaksis tetanus :

Dapat diberikan dalam bentuk Toksoid,ATS atau imunoglobulin. ATS diberikan 1500U,Toksoid 1cc atau imunoglobulin 250U (pada orang dewasa). 4. Medikamentosa : Sebaiknya diberikan antibiotika profilaksis. 5. Pembukaan jahitan : Pada daerah wajah jahitan dibuka hari ke-4 untuk menghindari terjadinya "railroad track" yang akan sangat sulit untuk dikoreksi. Apabila pada saat kontrol tampak adanya pus, maka jahitan segera dibuka pada dimana tampak pernanahan. Perawatan luka khusus : _______________________ 1. Perlukaan pembuluh darah : Apabila terdapat perlukaan pada pembuluh darah sebagai tindakan sementara dapat dilakukan tindakan penekanan daerah luka atau penekanan pada nadi proksimal dari luka.Sebagai tindakan definitip adalah ligasi atau repair dari perlukaan pembuluh darah. 2. Perlukaan syaraf perifer : Pada luka bersih, maka repair syaraf dapat dilakukan secara primer, pada luka terkontaminasi atau terinfeksi dilakukan secara sekunder. 3. Perlukaan tendo : Bila luka dijahit primer maka tendo juga diusahakan untuk dijahit secara primer. Perkecualian adalah pada daerah "no mans land" pada tangan dimana dimana repair dilakukan secara sekunder. 4. Perlukaan daerah toraks dan abdomen : Harus selalu ditentukan apakah luka tembus atau tidak. 5. Perlukaan daerah wajah dan kepala : Apabila terdapat luka pada daerah kepala maka rambut harus dicukur terlebih dahulu. Alis tidak diperbolehkan

untuk dicukur. Apabila terdapat perdarahan maka langsung dilakukan penjahitan tanpa hemostasis kecuali bila terkena pembuluh darah sedang atau besar. Perlukaan pada daerah pipi harus dipastikan bahwa tidak terdapat kerusakan pada n.VII ataupun ductus Stenoni. 6. Perlukaan daerah leher : Apabila luka dalam dan ada kemungkinan terkena organ penting (pembuluh darah dsb) maka perlu eksplorasi.

a. Berdasarkan Kategori 1. Luka Accidental Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak, luka bakar; tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril 2. Luka Bedah Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle introduction; tepi luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan dengan asepsis bedah b. Berdasarkan integritas kulit 1. Luka terbuka Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan perdarahan disertai kerusakan jaringan; risiko infeksi 2. Luka tertutup Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan jaringan lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan c. Berdasarkan Descriptors 1. Aberasi Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur dermatologik untuk pengangkatan jaringan skar 2. Puncture Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh akibat alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah kulit 3. Laserasi Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi; risiko infeksi 4. Kontusio Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul; memar d. Klasifikasi Luka Bedah

1. Luka bersih Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, , pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi rendah 2. Bersih terkontaminasi Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system genitourinary, risiko infeksi 3. Kontaminasi Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk; risiko tinggi infeksi 4. Infeksi Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi Klasifikasi luka a.Berdasarkan penyebab 1) Luka pembedahan atau bukan pembedahan 2) Akut atau kronik b.Kedalaman jaringan yang terlibat 1) Superficial Hanya jaringan epidermis 2) Partial thickness Luka yang meluas sampai ke dalam dermis 3) Full thickness Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan jaringan subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan struktur yang dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang

DEFINISI

JENIS BERDASARKAN LETAK

JENISJENIS

LUKA

DISLOKA SI

TRAUMA

DEFINISI

FRAKTUR

JENISJENIS

DIAGNOSIS & PEMERIKASAAN

PENATALAKSAN AAN

DEFINISI

CARA PENULISAN

VISUM

TUJUAN

UNSUR-UNSUR