laporan tutorial kulit skenario 2

38
LAPORAN TUTORIAL BLOK KULIT SKENARIO 2 BERCAK MERAH DI PIPI KELOMPOK 2 ABDURRAHMAN AFA G 0013001 AHMAD LUTHFI G 0013011 ARLINDAWATI G 0013039 ASMA AZIZAH G 0013043 AYATI JAUHAROTUN NAFISAH G 0013051 CICILIA VIANY G 0013065 FHANY GRACE LUBIS G 0013095 HANA INDRIYAH DEWI G 00013105 KHANIVA PUTU YAHYA G 0013129 RADEN ISMAIL G 0013193 SANTI DWI CAHYANI G 0013213 SHENDY WIDHA MAHENDRA G 0013217 TUTOR : Penggalih Mahardhika Herlambang, dr.

Upload: hana-indriyah

Post on 30-Jan-2016

141 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

laporan tutorial

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

LAPORAN TUTORIAL

BLOK KULIT SKENARIO 2

BERCAK MERAH DI PIPI

KELOMPOK 2

ABDURRAHMAN AFA G 0013001

AHMAD LUTHFI G 0013011

ARLINDAWATI G 0013039

ASMA AZIZAH G 0013043

AYATI JAUHAROTUN NAFISAH G 0013051

CICILIA VIANY G 0013065

FHANY GRACE LUBIS G 0013095

HANA INDRIYAH DEWI G00013105

KHANIVA PUTU YAHYA G 0013129

RADEN ISMAIL G 0013193

SANTI DWI CAHYANI G 0013213

SHENDY WIDHA MAHENDRA G 0013217

TUTOR : Penggalih Mahardhika Herlambang, dr.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

TAHUN 2015

Page 2: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

BAB I

PENDAHULUAN

SKENARIO II

BERCAK MERAH DI PIPI

Seorang perempuan berusia satu tahun datang berobat diantar oleh

ibunya berobat ke poloklinik kulit dengan keluhan bercak merah pada wajah.

Berdasarkan aloanamnesis, keluhan itu mulai diperhatikan oleh ibunya sejak dua

minggu yang lalu. Bercak kemerahan muncul di pipi kanan dan kiri disertai

sedikit sisik halus. Penyakit ini sering kambuh. Anggota keluarga lainnya belum

pernah menderita keluhan seperti ini, tetapi kakaknya menderita asma yang

berat dan sering dirawat di rumah sakit. Sejak muncul bercak tersebut si anak

sering rewel dan suka mengusap pipinya dengan tangannya.

Pada pemeriksaan fisik dijumpau bercak eritem dengan skuama halus

pada pipi kanan dan kiri. Oleh dokter kemudian diberikan obat berupa krim

yang dioleskan dua kali per hari.

1

Page 3: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

BAB II

DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa

istilah dalam skenario

Dalam skenario pertama ini kami mengklarifikasi beberapa istilah sebagai

berikut:

1. Eritem: bercak kemerahan pada kulit yang diakibatkan oleh vasodilatasi

kapiler dan bersifat reversible.

2. Skuama: lapisan hasil keratinisasi yang terkelupas

3. Alloanamnesis: adalah anamnesis yang dijawab orang terdekat yang tahu

kondisi pasien ketika pasien gawat darurat atau tidak bisa bicara.

B. Langkah 2: Menetapkan atau mendefinisikan masalah

1. Adakah hubungan usia dengan keluhan pasien?

2. Apa hubungan keluhan pasien dengan kakaknya yang asma?

3. Bagaimana mekanisme becak merah dan kebiasaan mengusap pipi?

4. Apa saja yang menyababkan kekambuhan pada keluhan pasien?

5. Apa saja bentuk lesi kulit?

6. Bagaimana mekanisme sisik halus pada pipi kanan dn kiri pasien?

7. Mengapa dokter memberikan obat dalam bentuk krim?

8. Apa saja diagnosis banding dan patofisiologi keluhan pasien?

9. Bagaimana prognosis, komplikasi dan edukasi pasien?

10. Apa saja pemeriksaan penunjng untuk menegakkan diagnosis?

C. Langkah III: Menganalisis permasalahan dan membuat pertanyaan

sementara mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah II)

1. Hubungan usia dengan keluhan pasien

Dari keluhan yang dialami pasien, ujud kelainan kulit, dan riwayat

penyakit, pasien diduga mengalami dermatitis atopi (DA). Di Amerika Serikat,

Eropa, Jepang, Australia, dan negara industri lain, pravelensi D.A pada anak

2

Page 4: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

mencapai 10 sampai 20 persen, sedangkan pada dewasa kira-kira 1 sampai 3

persen.

Dermatitis atopi dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu: D.A infantil (terjadi

pada usia 2 bulan sampai 2 tahun; D.A anak (2 sampai 10 tahun); dan D.A pada

remaja dan dewasa.

D.A infantil (terjadi pada usia 2 bulan sampai 2 tahun):

D.A paling sering muncu pada tahun pertama kehidupan, biasanya setelah

usia 2 bulan Biasanya anak mulai menggaruk setelah berumur 2 bulan. Rasa

gatal yang timbul sangat menggangu sehingga anak gelisah, susah tidur, dan

sering menangis. Sekitar usia 18 bulan mulai tampak likenifikasi. Pada

sebagian besar penderita sembuh setelah usia 2 tahun, mungkin juga

sebelumnya, sebagian lagi berlanjut menjadi bentuk anak. Pada saat itu

penderita tidak lagi mengalami eksaserbasi, bila makan makanan yang

sebelumnya menyebabkan kambuh penyakitnya. (Djuanda Adhi, 2007)

2. Hubungan keluhan pasien dengan kakaknya yang asma

Dari keluhan yang dialami pasien, ujud kelainan kulit, dan riwayat

penyakit, pasien diduga mengalami dermatitis atopi (DA). DA adalah

peradangan kulit kronis residif disertai gatal sering terjadi pada bayi dan anak-

anak. Berhubungan dengan peningkatan IgE dan riwayat atopi keluarga.

Dermatitis atopik merupakan penyakit yang pertama kali muncul dalam

serangkaian penyakit alergi seperti alergi pada makanan, asma, rhinitis

alergika, dan biasanya dimulai sejak tahun pertama kelahiran. Hal ini

menunjukkan bahwa dermatitis atopik adalah entry point dari penyakit alergi

berikutnya (Kim, 2015).

Dalam suatu penelitian yang menguji hubungan dermatitis atopik pada

bayi, sekitar 70% bayi yang mengalami dermatitis atopik pada 3 bulan pertama

sejak lahir di kemudian hari tersensitisasi oleh aeroalergen dalam jangka waktu

5 tahun. Tingkat sensitisasi meningkat hingga 77% pada anak yang kedua

orangtuanya mempunyai riwayat positif dermatitis atopik. Anak dengan

dermatitis atopik yang memiliki riwayat asma dalam keluarganya akan

berkembang menjadi penyakit pernapasan alergi saat anak-anak hingga 80%

3

Page 5: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

dan 40-50% di antaranya bermanifestasi sebagai asma. Diperkirakan 15-25%

pasien dengan dermatitis atopik mengalami asma yang menetap. Anak dengan

dermatitis atopik menetap mengalami asma yang lebih buruk daripada anak

yang asma namun tidak mengalami dermatitis atopik .

Pasien asma tanpa dermatitis atopik hingga 41% dalam keadaan baik, 52%

mengalami asma ringan, dan 5% mengalami asma berat. Sebaliknya, di antara

pasien asma dengan dermatitis atopik, 34% dalam keadaan baik, 54%

mengalami asma ringan, dan 11% mengalami asma berat atau meninggal.

Sensitisasi alergen melalui kulit pada pasien dengan dermatitis atopik juga

menimbulkan respon sistemik yang kuat, ditandai dengan kenaikan IgE,

eosinofil, makrofag, dan sel T. Penanda biologi dari aktivitas leukosit telah

terbukti berhubungan dengan keparahan dermatitis atopik dan juga berperan

dalam alergi respiratorik pada individu yang secara genetis mempunyai

predisposisi alergi (Eichenfield et al, 2010).

Etiopatogenesis:

a) Sitokin TH2 pada orang atopi lebih banyak dibanding orang normal,

dan TH1nya menurun

b) Sel T yang teraktivaso di kulit akan menginduksi apoptosis keratinosit

sehingga terjadi spongiosis. Proses ini diperantarai IFN-gama yang dilepaskan

sel T

c) Pada kasus DA kronis ekspresi IL-5 akan mempertahankan eosinofil

hidup lebih lama dan meningkatkan fungsinya

d) garukan kronis dapat memicu terlepasnya TNF-a dan sitokin

proinflamasi yang lain dari epidermis sehingga mempercepat timbulnya

peradangan di kulit DA

e) Sel mononuklear penderita DA meningkatkan aktivitas cAMP sehingga

sel B mensintesis IgE lebih banyak

d) Sel langerhans abnormal di kulit DA mampu menstimulasi sel TH

walopun tanpa adanya antigen. Sel langerhans ini juga mampu bermigrasi ke

kelenjar getah bening dan mensinsitisasi TH naive menjadi TH2.

Gejala:

• Kulit kering, pucat, lipid di epidermis berkurang

4

Page 6: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

• Pruritus hilang timbul sepanjang hari, memberat saat malam hari

• Garukan dapat memicu munculnya papul, eritema, likenifikasi, eksudasi

dan krusta

(Djuanda Adhi, 2007)

3. Mekanisme bercak merah dan kebiasaan mengusap pipi

Pada dermatitis atopi, biasanya anak mulai menggaruk setelah berumur 2

bulan. Rasa gatal yang timbul sangat menggangu sehingga anak gelisah, susah

tidur, dan sering menangis. (Djuanda Adhi, 2007). Rasa gatal ini yang

membuat anak sering menusap pipinya.

4. Dijadikan LO

5. Apa saja bentuk lesi kulit?

Lesi Primer :

• Makula – Pergantian warna permukaan kulit tanpa elevasi atau depresi.

Ukuran 5hingga 10 mm

• Patch – Merupakan makula tetapi pada ukuran yang lebih luas. Ukuran

lebih luas dari 10 mm

• Papul- Merupakan elevasi solid tanpa tampak suatu cairan. Diameter lesi

kurang dari 5 mm

• Plak – Plak dideskripsikan sebagai lesi papul yang luas. Biasanya ukuran

lesi lebih dari 1 cm.

• Nodul – Secara morfologis sama dengan papul, bedanya adalah pada

ukuran yang berkisar, tetapi lebih luas dari 5 hingga 10 mm, dan letak lesinya

di dermis

• Vesikel – Vesikel merupakan elevasi yang berisi cairan dengan ukuran

lesi di antara 5 hingga 10 mm

• Bulla – Bulla merupakan lesi vesikel yang luas dengan ukuran lebih dari

10 mm dan berisi cairan serous atau seropurulen

• Pustul – pustul merupakan elevasi kecil pada kulit yang berisi material

purulen yang berawan.

5

Page 7: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

• Kista – Merupakan ruang berbatas epitel yang berisi material cair, solid

atau semi-solid

• Erosi – Erosi merupakan diskontinuitas pada kulit yang memperlihatkan

hilangnya epidermis, lesi berbatas tegas dan permukaanya terdepresi

• Ulkus – Ulkus merupakan diskontinuitas kulit yang memperlihatkan

hilangnya epidermis, dermis, bahkan jaringan subkutan.

• Fissura – Fissura merupakan lesi yang sempit tetapi dalam

• Telangiektasia – telangiektasia merepresentasikan dilatasi pembuluh

darah superfisial hingga terlihat di kulit. (Fitzpatrick, et al., 2005)

Lesi sekunder :

• Likenifikasi

Sebuah penebalan kulit yang khas yang ditandai dengan accentuated skin-

fold markings.

• Sisik (scale)

Akumulasi berlebihan dari stratum korneum.

• Krusta

Eksudat dari cairan tubuh yang dapat berwarna merah atau kuning.

• Ulkus

Terkelupas / hilangnya epidermis dan sedikit bagian dermis.

• Ekskoriasi

Erosi linear-angular yang dapat diselimuti oleh krusta. Ekskoriasi biasanya

disebabkan karena garukan.

• Atrofi

Kehilangan substansi yang didapat (acquired). Pada kulit, atrofi ini dapat

muncul sebagai depresi dengan epidermis yang intak.

• Skar

Perubahan pada kulit secara sekunder akibat trauma dan inflamasi. Area

skar dapat eritema, hipopigmentasi, atau hiperpigmentasi tergantung usia dan

karakter area yang terkena. Skar pada hair-bearing dikarakteristikkan dengan

destruksi folikel rambut. (Fauci et al, 2008)

Wujud kelainan kulit selain dilihat dari morfologinya juga bisa dilihat dari

ukuran dan penyebarannya: Berdasarkan ukurannya dibagi menjadi miliar:

6

Page 8: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

Sebesar kepala jarum pentul, Lentikular: sebesar biji jagung, numular: sebesar

uang logam 5 atau 1000 rupiah, plakat : lebih besar dari numular.

Berdasarkan penyebarannya, sirkumskrip: berbatas tegas, difus: tidak

berbatas tegas, konfluens: dua atau lebih lesi yang menjadi satu, serpiginosa:

proses yang menjalar ke satu jurusan diikuti oleh penyembuhan pada bagian

yang ditingglkan, iriformis: eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel

warna yang lebih bulat ditengahnya (Djuanda,2011).

D. Langkah IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan

pernyataan sementara mengenai permasalahan pada langkah III

7

Bercak eritem

Skuama halus

Pmx penunjang

Pmx fisik

Medikamentosa

Non-medikamentosa

Edukasi, preventif

Terapi

Dermatitis atopi

Dermatitis kontak toksik

Dermatitis kontak alergiDiagnosis Banding

Prognosis

RPK: kakak

menderita asma

Sisik halus

KeluhanPatofisiologiBercak merah

Pemeriksaan Eosinofil darah tepi, IgE, prick test, patch tes, scratch test

Page 9: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

E. Langkah V: Merumuskan tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran (learning objectives) pada skenario kedua ini adalah:

1. Menyebutkan dan menjelaskan diagnosis banding dari kasus skenario.

2. Menjelaskan prognosis, komplikasi, dan tatalaksana dari diagnosis

banding.

3. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk kasus

skenario.

4. Menjelaskan mekanisme terjadinya sisik halus pada skenario.

5. Menjelaskan alasan mengapa pasien diberikan obat berbentuk krim.

F. Langkah VI: Mengumpulkan informasi baru

Masing-masing anggota kelompok kami telah mencari sumber – sumber

ilmiah dari beberapa buku referensi maupun akses internet yang sesuai dengan

topik diskusi tutorial ini secara mandiri untuk disampaikan dalam pertemuan

berikutnya.

G. Langkah VII: Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi

baru yang diperoleh

1. Menjelaskan diagnosis banding dari kasus pada skenario

a. Dermatitis Atopik

Definisi

Adalah dermatitis yang timbul pada individu dengan riwayat atopi pada

dirinya sendiri ataupun keluarganya, yaitu riwayat asma bronkial, rinitis

alergi dan reaksi alergi terhadap serbuk-serbuk tanaman.

Penyebab dan epidemiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi faktor keturunan

merupakan dasar pertama untuk timbulnya penyakit.

Umur:

Bentuk bayi : 2 bulan-2 tahun

8

Page 10: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

Bentuk anak : 3-10 tahun

Bentuk dewasa : 13-30 tahun

Jenis kelamin: lebih banyak pada wanita.

Etiologi:

Disebabkan karena penurunan fungsi barier kulit yang disebabkan

oleh mutasi protein barier kulit yaitu filaggrin dan loricrin

menyebabkan kulit mudah dimasuki agen eksogen. Barier kulit bisa

juga dirusak oleh protease exogen yang terdapat pada tungau debu

dan Staphyloccocus aureus ditambah lagi dengan penurunan

inhibitor protease endogen yang ada pada kulit atopik.

Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit

Bangsa/ras : semua bangsa. Namun negara industri lebih banyak

daripada negara tropis.

Daerah : yang panas (banyak keringat) lebih sering terkena. Panas

dan lembap memudahkan timbulnya penyakit sedangkan daerah

yang kurang panas malah memperberat penyakit.

Diduga diturunkan secara autosomal resesif dan dominan. Yang

banyak mengandung sensitizer, iritan serta yang mengganggu emosi

lebih mudah menimbulkan penyakit.

Gejala singkat penyakit

Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan

penyakit: dasar penyakit adalah faktor herediter yang oleh faktor luar

menimbulkan kelainan kulit dimulai dengan eritema, papula-papula, vesikel

sampai erosi dan likenifikasi. Penderita tampak gelisah, gatal dan sakit

berat.

Pemeriksaan kulit

Lokalisasi :

- Bentuk bayi : kedua pipi, kepala, badan, lipat siku, lipat lutut.

- Bentuk anak : tengkuk, lipat siku, Iipat 1utut.

- Bentuk dewasa : tengkuk, lipat lutut, lipat siku, punggung kaki.

9

Page 11: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

Efloresensi/sifat-sifatnya : eritema berbatas tegas, papula/vesikel

miliar disertai erosi dan eksudasi serta krusta.

- Bentuk anak : papula-papula miliar, likenifikasi, tidak eksudatif .

- Bentuk dewasa : biasanya hiperpigmentasi, kering, dan

likenifikasi.

Efloresensi/sifat-sifatnya : eritema numular sampai dengan plakat,

papula dan vesikel berkelompok disertai erosi numular hingga

plakat. Terkadang hanya berupa makula hiperpigmentasi dengan

skuama halus.

Gambaran histopatologi : tidak khas.

Pemeriksaan pembantu/ laboratorium

1. Pemeriksaan eosinofil darah tepi.

2. Pemeriksaan imunoglobulin E:

- uji tempel (patch test)

- uji gores (scratch test)

- uji tusuk (prick test)

Diagnosis banding

Dermatitis kontak (dengan tipe bayi): biasanya lokalisasi sesuai dengan

tempat kontaktan, lesi berupa papula miliar dan erosif.

Dermatitis numuloris; biasanya pada orang dewasa, eksudatif; lokalisasi

di ekstremitas inferior, tidak ada stigmata atopik.

Penatalaksanaan Umum

Hindari semua faktor luar yang mungkin menimbulkan manifestasi

klinis.

Menjauhi alergen pencetus.

Hindari pemakaian bahan yang merangsang seperti sabun keras dan

bahan pakaian dari wol.

Sistemik:

-Antihistamin golongan H, untuk mengurangi gatal dan sebagai

penenang.

10

Page 12: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

-Kortikosteroid jika gejala klinis berat dan sering mengalami

kekambuhan.

-Jika ada infeksi sekunder diberi antibiotik seperti eritromisin,

tetrasiklin.

Topikal:

-Pada bentuk bayi diberi kortikosteroid ringan dengan efek samping

sedikit, misahya krim hidrokortison 7-7.5%.

-Pada bentuk anak dan dewasa dengan likenifikasi dapat diberi

kortikosteroid kuat seperti betametason dipropionat 0,05% atau

desoksimetason 0,25%. Untuk efek yang lebih kuat, dapat

dikombinasi dengan asam salisilat 11% dalam salep.

Prognosis

Baik

Gambar 1. Predileksi dermatitis atopik. Gambar 2. Dermatitis atopik pada bayi.

Eritema dan erosi pada kedua pipi.

b. Dermatitis Kontak Toksik

Definisi

Adalah suatu dermatitis yang timbul setelah kontak dengan kontaktan

eksterna melalui proses toksis.

11

Page 13: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

Penyebab dan epidemiologi

Penyebab : Iritan primer seperti asam dan basa kuat, serta pelarut

organik.

Umur : Semua umur.

Jenis kelamin : Frekuensi yang sama pada pria dan wanita.

Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit

Kebersihan/higiene : yang kurang lebih, besar kemungkinan terkena

penyakit.

Lingkungan : yang banyak mengandung basa atau asam kuat lebih besar

kemungkinan terkena.

Gejala singkat penyakit

Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan:

biasanya kelainan kulit timbul beberapa saat sesudah kontak pertama

dengan kontaktan eksternal. Penderita akan mengeluh rasa panas, nyeri atau

gatal.

Pemeriksaan kulit

Lokalisasi : seluruh permukaan tubuh dapat terkena.

Efloresensi/sifat-sifatnya : eritema numular sampai dengan plakat;

vesikel dan bula sampai erosi numular sampai plakat.

Gambaran histopatologi : tidak khas.

Diagnosis banding

Antraks : biasanya lesi bundar, pada bagian tepi terdapat lepuh-lepuh.

Badan panas dan dapat ditemukan basil antraks.

Erisipelas : badan panas, eritema difus tak berbatas tegas.

Penatalaksanaan

Umum : hindari sumber toksik.

12

Page 14: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

Pengobatan bergantung jenis iritan : jika asam kuat, tindakan berupa

pencucian dengan air, kemudian basa dan natrium bikarbonat. Setelah

dicuci diberi salep atau krim kortikosteroid.

Sistemik : kortikosteroid seperti prednison 40-60 mg/hari pada orang

dewasa.

Prognosis

Biasanya baik

Gambar 3. Dermatitis kontak toksik. Tampak macula eritematosa, edema, erosi, dan

papula-papula.

Gambar 4. Dermatitis kontak toksik di lengan, erosif, dan berkusta.

c. Dermatitis Kontak Alergi

Definisi

Adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang timbul setelah kontak

dengan alergen melalui proses sensitisasi. Merupakan hipersensitifitas

tipe lambat yang berespon terhadap zat eksogen

13

Page 15: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

Penyebab dan epidemiologi

Penyebabnya adalah alergen/kontaktan/sensitizer. Biasanya

berupa bahan logam berat, kosmetik (lipstik, deodoran, cat rambut),

bahan perhiasan (kacamata, jam tangan, anting-anting), obat-obatan

(obat kumur, sulfa, penisilin), karet (sepatu, BH), dan lain-lain.

Berdasarkan penelitian, nikel adalah logam yang paling sering

menimbulkan dermatitis kontak alergi

Umur : dapat terjadi pada semua umur.

Jenis kelamin: frekuensi yang sama pada pria dan wanita.

Proses sensitisasinya adalah low moleculer-weight

electrophilic/hydrophilic hapten chemical penetrasi ke kulit

kemudian berikatan dengan protein carrier epidermal membentuk

hapten-protein kompleks complete allergen.

Faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya penyakit

Bangsa/ras : semua bangsa

Daerah : tak berpengaruh.

Kebersihan/higiene : berpengaruh besar untuk timbulnya penyakit,

seperti pekerjaan dengan lingkungan yang basah, tempat- tempat

lembap atau panas, pemakaian alat-alat yang salah.

Gejala singkat penyakit

Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan:

kemerahan pada daerah kontak, kemudian timbul eritema, papula,

vesikel dan erosi. Penderita selalu mengeluh gatal.

Pada kulit kepala: biasanya karena pewarna rambut, samphoo

(fragrance, preservatives, surfactans).

Pada wajah dan kelopak mata: daerah yang paling terekspos oleh

alergen, biasanya juga transmisi dari dermatitis tangan, bisa juga

dari sponges bedak, maupun kosmetik (fragrance,

preservatives,surfactans).

14

Page 16: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

Leher: merupakan daerah yang paling terekspose juga, transmisi

dari tangan, dari parfum dan perhiasan. Bisa berkembang menjadi

Berloque Dermatitis (trinket like dermatitis)/ dermatitis dengan

bentuk perhiasan karena pemakaian perhiasan dari logam nikel dan

cobalt.

Torso: merupakan daerah yang tertutup, namun karena gesekan

terus menerus dari kain mengakibatkan iritasi pada kulit, ditambah

lagi penggunaan sabun dan parfum pada badan.

Perianal dan perioral: sangat jarang, biasanya karena kandungan

pada pasta gigi (pemutih, perasa, dan pengawet).

Pemeriksaan kulit

Lokalisasi : semua bagian tubuh dapat terkena.

Efloresensi/sifat-sifatnya : eritema numular sampai dengan plakat,

papula dan vesikel berkelompok disertai erosi numular hingga

plakat. Terkadang hanya berupa makula hiperpigmentasi dengan

skuama halus.

Gambaran histopatologi : tidak khas.

Pemeriksaan pembantu/ laboratorium

1. Pemeriksaan eosinofil darah tepi.

2. Pemeriksaan imunoglobulin E:

- uji tempel (patch test)

- uji gores (scratch test) gold standard

- uji tusuk (prick test)

Diagnosis banding

Dermatofifosis : biasanya berbatas tegas; pinggir aktif dan bagian

tengah agak menyembuh.

Dermatitis seboroik : biasanya pada tempat seboroik dengan

kelainan khas berupa skuama berminyak, warna kekuningan.

Kandidiasis : biasanyadengan lokalisasi yang khas. Efloresensi

berupa eritema, erosi dan ada lesi satelit.

15

Page 17: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

Penatalaksanaan Umum

Hindari faktor penyebab.

Sistemik : antihistamin

Kortikosteroid : metilprednison, metilprednisolon atau triamsinolon.

Topikal

- Jika lesi basah diberi kompres KMnO4 1/5000.

- Jika sudah mengering diberi kortikosteroid topikal seperti

hidrokortison 1-2o/o, triamsinolon 0,7%, fluosinolon 0,025%,

desoksimetason, Soh dan betametason-dipropionat 0,05%.

Prognosis

Umumnya baik.

Gambar 5. Dermatitis kontak alergi karena lipstick.

Gambar 6. Dermatitis kontak alergi karena yodium.

16

Page 18: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

Gambar 7. Dermatitis alergi karena penggunaan kacamata

Dermatitis kontak ialah dernatitis karena kontaktan eksternal

yang menimbulkan fenomena sensitisasi (alergik), atau toksin (iritan).

Perbedaan dermatitis kontak iritan dan alergi

Perbeadaa

n

Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis Kontak

Alergik

Penyebab Iritan primer Alergen kontak

Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang

Penderita Semua orang Hanya orang alergik

Lesi Batas dan eritema lebih

jelas

Batas tidak begitu jelas

eritema kurang jelas

Tabel 1. Perbedaan dermatitis koontak iritan dan alergi.

(Mansjoer, 2007)

Perbedaan antara dermatitis atopi, dermatitis kontak alergi, dermatitis

stasis, dan dermatitis seboroik dilihat dari adanya eritema pada kulit.

Diagnosis Area yang sering

terkena

Morfologi

Dermatitis atopi Antecubital dan fossa

popliteal

Bercak dan plak eritem,

bersisik, gatal, dan

17

Page 19: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

likenifikasi

Stasis dermatitis Ankle dan tungkai bagian

bawah

Bercak eritem dan bersisik

dengan latar belakang

hiperpigmentasi

(berhubungan dengan

insufisiensi vena)

Dermatitis kontak alergi Dimana saja Eritem yang terlokalisasi,

vesikel, sisik, dan pruritus.

Dermatitis seboroik Kulit kepala, alis, dan

area perinasal

Eritem dengan sisik

berminyak berwarna

kuning-coklat

Tabel 2. Perbedaan beberapa kelainan kulit beserta area yang sering terkena

dan morfologinya.

2. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada skenario

Berdasarkan keluhan pada kasus tersebut kami mengambil dermatitis

atopik sebagai diagnosis kerja.

a. Daerah perifer ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE

b. Dermatografisme putih. Penggoresan pada kulit normal akan menimbulkan

tiga respon yakni berturut-turut akan terlihat garis merah ditempat

penggoresan selama 15 detik, warna merah disekitarnya selam beberapa

detik, dan edem timbul sesudah beberapa menit. Penggoresan pada pasien

atopik akan bereaksi berlinn. Garis merah tidak disusul warna kemerahan

tetapi kepucatan selama 2 detik sampai 25 menit, sedangkan edema tidak

timbul. Kelainan ini disebut dermatografisme putih.

c. Percobaan asetilkolin. Suntikan secara intrakutan solusio asetilkolin 1/5000

akan menyebabkan hiperemia pada orang normal. Pada orang dermatitis

atopik akan timbul vasokontriksi, terlhat kepucatan selama 1 jam.

18

Page 20: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

d. Percobaan histamin. Jika histamin fosfat disuntikan pada lesi, eritema akan

berkurang dibandingkan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut

disuntikan parenteral tampak eritema bertambah pada kulit yang normal.

(Mansjoer, 2007)

3. Menjelaskan terapi dan prognosis dari diagnosis kerja pada kasus

Pada dasarnya penatalaksanaan yang dilakukan tidak dapat

menyembuhkan dermatitis atopik, tetapi hanya mengontrolnya.

Penatalaksanaan sangat penting karena dapat mencegah dermatitis atopik

memburuk, mengurangi gatal serta stres emosional, dan mencegah terjadinya

infeksi.

Rencana terapi meliputi pengobatan farmakologi, skin care, dan

perubahan gaya hidup. Pengobatan dan terapi bertujuan untuk:

a. Mengontrol gatal.

b. Mengurangi inflamasi kulit (kemerahan dan edema).

c. Menghindari terjadinya infeksi.

d. Menghilangkan squama.

e. Mengurangi pembentukan lesi baru.

Menurut American Academy of Dermatology (2015), dermatitis atopik

yang muncul sejak bayi/tahun pertama kelahiran dan mendapat terapi yang

adekuat akan membaik seiring waktu. Beberapa anak bahkan sama sekali

sembuh pada usia 2 tahun.

Dermatitis atopik tidak dapat ditentukan kapan sembuhnya, dapat saja

menetap seumur hidup. Maka dari itu terapi memiliki peran yang sangat

penting. Terapi dapat menghentikan perkembangan dermatitis atopik menjadi

lebih buruk sehingga dapat membantu anak menghilangkan perasaan tidak

nyaman, terutama karena gatal yang ditimbulkan (AAD, 2015).

Terapi farmakologi yang biasanya digunakan sebagai tatalaksana

dermatitis atopik antara lain (Kim, 2015):

19

Page 21: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

a. Moisturizers seperti petrolatum, aquaphor, maupun agen baru seperti

atopiclair dan mimyx.

b. Steroid topikal seperti hidrokortison, triamcinolone, betametason. Bentuk

salep lebih disarankan, terutama untuk lingkungan yang kering.

c. Imunomodulator seperti takrolimus dan pimekrolimus (inhibitor calcineurin

dan menjadi terapi lini kedua, digunakan apabila terindikasi saja);

omalizumab (antibodi monoklonal yang berfungsi memblokade IgE.

Terapi lain yang bersifat non-farmako yang dapat membantu antara

lain:

a. Menggunakan bahan pakaian yang lembut (contohnya kapas/katun), jenis

wool sebaiknya dihindari.

b. Mengatur suhu ruangan dingin, terutama di malam hari.

c. Menggunakan deterjen yang sedang, tanpa pemutih maupun pelembut.

4. Menjelaskan mekanisme munculnya squama pada pipi kanan dan kiri

anak

Squama halus pada pipi kanan dan kiri pasien tersebut muncul karena proses

garukan kronis karena rasa gatal yang timbul. Dan apabila kuku anak tersebut

panjang bisa melukai menimbulkan lecet dan bisa terjadi infeksi sekunder oleh

bakteri.

5. Menjelaskan alasan dokter memberikan obat topikal berupa krim

Obat topikal merupakan medikamentosa yang diaplikasikan pada

temapat tertentu di tubuh. Kebanyakan yang dimaksud adalah aplikasi pada

permukaan tubuh seperti kulit atau membran mukus.

a. Krim

Krim merupakan campuran minyak dan air dalam jumlah yang proposional.

Campuran ini bisa dalam bentuk water-in-oil atau oil-in-water. Krim

20

Page 22: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

mempenetrasi lapisan epidermis. Krim lebih kental dari lotion dan menjaga

bentuknya saat dikeluarkan dari kemasan. Biasanya punya fitur yang

melembabkan lebih. Krim mempunyai resiko signifikan untuk menginduksi

sensitasi immunologik karena pengawet yang terkandung didalamnya.

Krim punya level yang tinggi dalam penerimaan pasien (Remington, 2006)

b. Solution

Solution topikal merupakan obat topikal dengan viskositas rendah dan

biasanya menggunakan air atau alkohol sebagai bahan dasar. Solution dapat

menyebabkan kulit kering bila alkohol digunakan sebagai bahan dasar.

Biasanya ada bubuk yang dilarutkan ke bahan dasar (Remington, 2006)

c. Lotion

Lotion hampir sama dengan solution tetapi lebih kental dan lebih

melembabkan secara alami daripada solution. Biasanya lotion merupakan

minyak / oil yang dicampur dengan air (Remington, 2006)

d. Lotion Kocok / Shake lotion.

Campuran dari 3 bahan dasar yang terbentuk sebagai suspensi.

Biasanya harus dikocok sebelum digunakan (Remington, 2006)

e. Ointment

Ointment merupakan campuran homgen, semi-solid dengan viskositas

tinggi yang merupakan minyak kental dan greasy (minyak 80% - air 20%)

yang digunakan untuk aplikasi pada permukaan tubuh. Ointment digunakan

untuk melembabkan dan mengaplikasikan beberapa bahan aktif untuk

fungsi proteksi, terapeutik atau profilaksis. Ointment bisa mengandung atau

tidak mengandung bahan aktif. Ointment sangat bagus untuk kulit kering

dan sensitasi yang rendah. Biasanya ointment tidak disukai pasien karena

berminyak (Remington, 2006)

f. Gel

Gel merupakan emulsi semi solid di dalam basis alkohol. Beberapa akan

meleleh pada suhu tubuh. Gel membawa resiko yang besar dalam

21

Page 23: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

menginduksi sensitasi alergi karena parfum dan materi pengawetnya. Gel

sangat berguna aplikasi dalam lipatan tubuh. Dan dihindari penggunaanya

pada lesi kuit yang terbuka (Remington, 2006)

22

Page 24: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

BAB III

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan skenario dapat disimpulkan bahwa pasien pada

skenario kemungkinan mengalami dermatitis atopic infentil. Diagnosis ini

diperkuat dengan adanya riwayat asma pada anggota keluarga lain, yang

menandakan bahwa pada keluarga tersebut terdapat bakat alergi (atopi). Penyebab

yang pasti belum diketahui, tetapi faktor keturunan merupakan dasar pertama

untuk timbulnya penyakit.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan bercak eritem dan skuama halus pada

pipi. Skuama disebabkan karena garukan kronis anak karena merasa sangat gatal.

Pemeriksaan lanjutan (bila diperlukan) yaitu tes alergi seperti skin prick test,

pemeriksaan eosinofil darah tepi, dan IgE.

Penatalaksanaan dilakukan secara medikamentosa berupa krim

kortikosteroid, dan nonmedikamentosa yaitu dengan senantiasa menjaga

kebersihan lingkungan, menggunakan pakaian yang lembut, dan menghindarkan

factor pemicu gatal.

BAB IV

23

Page 25: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

SARAN

Saran untuk kelompok kami agar lebih aktif dan tidak takut salah sehingga

kami dapat saling sharing ilmu dan belajar bersama. Kami juga harus lebih

berkoordinasi tugas satu sama lain, menghargai pendapat, dan mengerti tanggung

jawab masing-masing. Saran untuk pembaca diharap bisa mengambil informasi

sebanyak-banyaknya dan menyebarkan pada yang masyarakat lain sehingga

pengetahuan mengenai masalah kulit dapat diketahui oleh masyarakat.

Kami menyadari bahwa tugas ini tersusun dalam bentuk yang masih

sederhana sehingga masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Kami berharap

semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kami semua sendiri dan bahkan bagi

pembaca yang lain. Kami juga menerima kritik, saran, dan tambahan ilmu lainnya

sehingga kami dapat bersama-sama belajar dan ilmu tersebut dapat bermanfaat

bagi kami di saat ini atau masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

24

Page 26: Laporan Tutorial Kulit Skenario 2

AAD. 2015. Atopic dermatitis: diagnosis, treatment, and outcome. American

Academy of Dermatology. Available at: https://www.aad.org/dermatology-a-

to-z/diseases-and-treatments/a---d/atopic-dermatitis/diagnosis-treatment

[Accessed November 4, 2015].

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S (ed). 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamni

Edisi Keenam. Jakarta: FK UI.

Fauci, AS, Braunwald, E, Kasper, DL, Hauser, SI, Longo, DL, Jameson, JL &

Loscalzo, J. 2008, Harrison’s Principle of Internal Medicine, Edisi 17.

United States: McGraw-Hill.

Kim BS, 2015. Atopic dermatitis. Medscape. Available at:

http://emedicine.medscape.com/article/1049085-overview [Accessed

November 4, 2015].

Mansjoer, et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media

Aesculapius.

Remington, J. P. 2006. Remington: The Science And Practice Of Pharmacy.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

25