laporan tutorial skenario 1 ikgp

Upload: enniken

Post on 17-Oct-2015

148 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

laptut

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 4 BLOK DMF IIGANJIL 2013-2014Oleh Kelompok Tutorial VIII :

Ketua

: Zulfa Fithri

121610101097Sekertaris: Iqma Dea Agih C.121610101104Rifqah Nabela S.121610101108

Anggota: A.A.I Puspita121610101087Windhi Tutut M.121610101088Rio Faisal A.121610101095Linda Surya S.121610101101Farrahdina Nuri A.121610101100

Prita Sari M. D.121610101102

Niken W.

121610101105

Resti Ayu Indriana121610101109

Rakotoarison J. N.121610101110FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2013

KATA PENGANTARPuji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini, tentang Kesehatan Lingkungan. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VIII pada skenario pertama.

Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Drg. Raditya Nugroho, Sp.KG selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok VIII dan yang telah memberi masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikanperbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga

laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, Oktober 2013

Tim PenyusunDAFTAR ISIHALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISISKENARIOIDENTIFIKASI KATA SULITRUMUSAN MASALAHMAPPINGLEARNING OBJECTPEMBAHASANKESIMPULANDAFTAR PUSTAKASKENARIO ISAKIT GIGI YANG TERABAIKAN

Drg Hari adalah seorang dokter gigi baru yang bertugas di Puskesmas Maju Makmur yang sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai buruh pabrik perkebunan. Hari-hari pertama masuk drg. Hari heran, mengapa tidak ada pasien yang datang ke klinik, sehingga dia sering menganggur di poli giginya. Hal tersebut membuatnya berfikir apakah tingkat kesehatan gigi dan mulut masyarakat sudah baik atau masyarakat takut datang ke klinik gigi. Setelah di amati, ternyata mayoritas penduduk bekerja mulai pagi sampai sore hari. keadaan ini menyebabkan masyarakat kurang memperhatikan kondisi kesehatannya, jika ada penduduk yang sakit tidak dibawa ke Puskesmas melainkan diobati sendiri atau bahkan dibiarkan saja. Mereka berpendapat sakit gigi tidak berbahaya dan tdak mematikan. Keadaan ini membuat drg. Hari berfikir bahwa perilaku penduduk tidak peduli dengan pemeliharaan kesehatannya, sehingga untuk membuat poli klinik di puskesmasnya ramai dan masyarakat mau mengobati giginya di puskesmas.IDENTIFIKASI KATA SULIT Poli klinik:

Tempat pemeriksaan pasien yang sudah terspesialisasi penyakitnya masuk dalam ranah apa

Biasanya dibawah kepemilikan swasta

Puskesmas:

Akronim dari Pusat Kesehatan Masyarakat

Merupakan pusat kesehatan masyarakat yang menyediakan pengobatan, pelayanan, dan edukasi pada masyarakat tentang kesehatan

Pisat kesehatan yang terfokus pada kecamatan-kecamatan untuk memudahkan pengobatan bagi masyarakat sekitar

Dibawah kepemilikan pemerintah

Perilaku:

Adopsi dari seseorang untuk memposisikan dirinya dengan lingkungan baru

Segala sikap respon dari stimulus

Respon terhadap lingkungan untuk upaya menuju hidup sehat

IDENTIFIKASI MASALAH1. Bagaimana proses terbentuknya perilaku kesehatan di masyarakat?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan di masyarakat?

3. Apa saja upaya para medis dan pemerintah untuk meningkatkan perilaku kesehatan di masyarakat?

4. Apakah indikator keberhasilan suatu upaya dalam meningkatkan perilaku kesehatan di masyarakat?

BRAIN STORMING1. Proses Terbentuknya Perilaku Kesehatan di Masyarakat

Proses terbentuknya perilaku kesehatan di masyarakat dapat terjadi melalui berbagai tahapan, berikut merupakan berbagai pendapat tentang proses terbentuknya perilaku kesehatan di masyarakat:

Pendapat Pertama

a. Awareness

Masyarakat harus sadar bagimana perilaku yang membuat dirinya hidup sehat.

b. Interest

Setelah masyarakat sadar perilaku apa yang membuat dirinya hidup sehat, maka akan timbul suatu ketertarikan.

c. Evaluation

Setelah tertarik, masyarakat akan mulai menimbang-nimbang akan melakukan perilaku tersebut atau tidak.

d. Trial

Jika masyarakat memutuskan akan melakukan perilaku tersebut maka mereka akan mulai mencoba melakukan perilaku yang telah mereka dapatkan itu.

e. Adoption

Jika perilaku tersebut memberi dampak positif bagi masyarakat, maka perilaku tersebut akan dilakukan terus-menerus. Tetapi untuk tahapan ini tidak selalu terjadi.

Dari kelima urutan diatas tidak selalu berurutan terjadinya.

Pendapat Kedua

a. Pengetahuan

Dimulai dengan pemberian edukasi tentang perilaku kesehatan pada masyarakat, seperti penyuluhan.

b. Keyakinan

Setelah masyarakat diberi edukasi tentang perilaku kesehatan tersebut, mereka bisa setuju dan bisa juga menolak.

c. Penentuan

Pada tahap ini mereka mulai menentukan, jika setuju maka masyarakat akan mulai melakukan, jika tidak setuju makan masyarakat akan menolak melakukan perilaku tersebut.

d. Persetujuan

Setelah mereka mulai melakukan perilaku tersebut maka akan menjadi kebiasaan pada masyarakat tersebut. Pendapat Ketiga

Ada yang berpendapat bahwa proses terbentuknya perilaku kesehatan di masyarakat sama dengan proses belajar. Yaitu bila mudah dan dapat diterima maka proses tersebut dinyatakan efektif, sebaliknya jika ditolak maka dinyatakan kurang efektif. Biasanya proses belajar yang didapat dari lingkungan lebih efektif.

Pendapat Keempat

Kemudian ada pula pendapat tentang proses terbentuknya perilaku kesehatan di masyarakat erat hubungannya dengan faktor pekerjaan dan ekonomi.

Pendapat Kelimaa. Perilaku Tertutup

Yaitu suatu perilaku yang belum dimunculkan dalam suatu tindakan. Masih dalam persepsi dan pemahaman. Munculnya akibat adanya awareness, interst, dan evaluation.

b. Perilaku Terbuka

Yaitu sutu perilaku yang dapat dilihat oleh orang lain. Munculnya akibat trial dan adoption.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan di Masyarakat

i. Predisposisi/Pembawa

Berdasarkan pengetahuan. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu:

a. Pengalaman

b. Ekonomi (pendapatan)

c. Lingkungan Sosial Ekonomi

d. Pendidikan

e. Paparan Media dan Informasi

f. Akses Layanan Kesehatan atau Fsilitas Kesehatan

g. Usia

h. Tradisi

i. Pekerjaan

ii. Pendukung

Yang menfasilitasi faktor predisposisi dan terwujud dalam suatu lingkungan. Peran lingkungan disini sangat berpengaruh. Contoh: rumah di daerah kota lebih dekat dengan RS, sehingga lebih mudah dalam mengakses layanan kesehatan.

iii. Pendorong

Yang memperkuat dan melengkapi dari kedua faktor sebelumnya. Contoh: dibutuhkan peran dari petugas kesehatan/tokoh-tokoh masyarakat setempat untuk memberikan informasi perilaku hidup sehat bagi masyarakat, seperti misalnya disisipkan saat acara pengajian, PKK, dll.

3. Upaya Para Medis dan Pemerintah untuk Meningkatkan Perilaku Kesehatan di Masyarakat

a. Penyuluhan

Dalam penyuluhan peran tenaga kesehatan sangat penting. Dimana harus terlebih dahulu mengetahui apa yang diinginkan masyarakat, kemudian menyusun rencana/strategi untuk dapat mengubah masyarakat melakukan perilaku kesehatan, dan harus dapat mengusahan agar masyarakat tetap melakukan perilaku kesehatan.

Metode yang digunakan harus komunikatif dan terjadi komunikasi dua arah. Untuk memperjelas dapat digunakan alat peraga dan juga dilakukan demonstrasi. Penyuluhan ini dapat dilakukan mulai dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat umum.

Keluarga: Dalam keluarga diperlukan peran orangtua dalam

Menanamkan pembentukan perilaku kesehatan pada anak,Meningkatkan perilaku kesehatan anak, mengurangiperilaku yang kurang sehat dan pembiasaan untuk

menghilangkan perilaku yang kurang sehat tersebut.Sekolah: Biasanya dalam penyuluhan diajarkan cara menyikat gigi

yang benar. Dapat melalui kegiatan dokter kecil, UKS,

atau pramuka.

Masyarakat: Sebaiknya mencari hari libur atau dimasukkan kedalam

kegiatan posyandu, karang taruna, PKK, dll.

b. Brosur/Pamflet

Dibuat semenarik mungkin yang berisi tentang perilaku kesehatan, sehingga dimanapun brosus/pamflet ditempel atau disebarkan dapat menarik minat masyarakat untuk memperhatikan.

c. Dokter Gigi Keliling

Bertujuan agar dapat menjangkau semua lapisan masyarakat dalam menerima pelayanan kesehatan, terutama pelayanan terhadap kesehatan gigi dan mulut.

Ada juga yang berpendapat bahwa upaya untuk meningkatkan perilaku kesehatan di masyarakat dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:

a. Paksaan

Memberi informasi tentang akibat yang timbul jika tidak melakukan perilaku kesehatan dan lebih menekankan untuk melakukan perilaku kesehatan.

b. Memberi imbalanBerupa motivasi atau pujian ketika ada masyarakat yang melakukan perilaku kesehatan.

c. Menggunakan fasilitas yang ada

Dengan mengikutsertakan peran dari tokoh masyarakat.

d. Akses kesehatan lebih dimudahkan

Dengan meringankan biaya berobat, menyangkut biaya obat dan periksa ke dokter.4. Indikator Keberhasilan Suatu Upaya Dalam Meningkatkan Perilaku Kesehatan di Masyarakat

a. Pengetahuan

Apa yang didapat masyarakat dari hasil yang diberikan saat penyuluhan. Untuk mengukurnya dapat dilakukan pretest sebelum penyuluhan dan posttest setelah penyuluhan. Ataupun dapat dengan wawancara dan mengisi angket, biasanya cara ini digunakan dalam penelitian.

b. Sikap

Merupakan respon yang masih tertutup dari stimulus pada setiap individu.

c. Tindakan

Yaitu realisasi dari sikap. Biasanya dapat dilihat dari jumlah pasien yang datang untuk periksa setelah diadakannya penyuluhan.

MAPPING

LEARNING OBJECTIVE1. Mengetahui dan memahami proses terbentuknya perilaku kesehatan di masyarakat.

2. Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan di masyarakat.3. Mengetahui dan memahami upaya para medis dan pemerintah untuk meningkatkan perilaku kesehatan di masyarakat.4. Mengetahui dan memahami indikator keberhasilan suatu upaya dalam meningkatkan perilaku kesehatan di masyarakat.PEMBAHASAN1. Proses Pembentukan Perilaku MasyarakatPerubahan dalam diri manusia dapat terjadi melalui dua hal, yaitu perubahan yang terjadi secara alamiah dimana faktor perubahan dipengaruhi oleh lingkungan, sedngkam perubahan secara sengaja adalah perubahan melalui proses pendidikan. Proses alamiah umumnya lebih lambat dibanding proses pendidikan. Banyak teori yang dikemukakan terkait proses perubahan perilaku.

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya. Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan konsep sehat, sakit, dan penyakit. Dalam bentuknya dapat ditinjau dari perilaku berupa pengetahuan, wujud sikap, dan tindakan. Perilaku dalam wujud pengetahuan dilihat dari seberapa jauh mayarakat tahu mengenai konsep sehat, sakit dan penyakit. Perilaku dalam wujud sikap digambarkan sebagai tanggapan batin dari sebuah pengetahuan, sikap bersifat covert, artinya belum ada sebuah wujud konkret dari tanggapan. Sedangkan perilaku dalam wujud tindakan adalah berupa perwujudan nyata, adanya perbuatan dan aksi dari rangsangan luar.

Menurut teori Research development and dissemination, manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri melalui proses belajar sendiri. Trial and eror menjadi hal utama dalam teori ini. Dengan mencoba, keliru, mencoba lagi dan seterusnya , manusia akan dapat menemukan sesuatu yang dianggap sebagai pengetahuan atau perilaku baru.

Sedangkan menurut teori perubahan sikap, perubahan sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh orang lain karena Penyesuaian, manusia cenderung mengubah perilaku apabila ia menganggap itu menguntungkan, sebaliknya bila tidak ia akan menolak

Identifikasi, orang cenderung meniru perilaku orang lain yang dikagumi

Internalisasi , orang akan melakukan perilaku baru karena menganggap perilaku tersebut masih memiliki kaitan dan tidak menyimpang dari perilaku perilaku sebelumnya

Menurut Rogers (1974), sebelum seseorang mengadopsi suatu perilaku baru, di dalam dirinya terjadi suatu proses yang berurutan. Yaitu

1. Awareness (tahu)

Individu mulai mengalami pengenalan dengan suatu inovasi pada tahap ini, tetapi belom memperoleh informasi yang cukup mengenai inovasi tersebut. Individu mulai mengetahui tentang inovasi yang diperkenalkan padanya, namun dia masih belum tertarik untuk mencari informasi lebih lanjut tentang inovasi yang baru dikenalnya itu.

2. Interest (tertarik)

Individu sudah mengalami pengenalan dengan inovasi tersebut pada tahap ini dan mulai tertarik untuk memperoleh informasi lebih banyak. Individu mulai bertanya tanya kepada orang orang yang dianggap mengetahui inovasi yang sudah dikenalnya itu.

3. Evaluation (penilaian)

Pada tahap ini dividu mulai melakukan penilaian untuk mengetahui apakah inovasi tersebut sesuai dengan dirinya, baik untuk sekarang maupun untuk kedepannya. Individu perlu mendapatkan dukungan agar keyakinannya dimantapkan bahwa inovasi tersebut sesuai dengan dirinya dan dia sudah melakukan hal yang benar. Individu meminta pendapat dari orang orang yang dipercayainya.

4. Trials (percobaan)

Individu mulai menerapkan inovasi yang dikenalnya pada tahap ini sebagai suatu percobaan, untuk mengetahui apakah inovasi tersebut sesuai bagi dirinya atau tidak. Hasil dari percobaan ini adalah apakah ia menerima atau menolak inovasi tersebut.

5. Adoption (menerima)

Pada tahap ini individu sudah mengambil keputusan akan terus menerima dan terus menjalankan inovasi terkait. Individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Kemungkinan dari jalannya proses perubahan perilaku tidak berjalan sesuai dengan yang sudah dijabarkan karena ada beberapa faktor seperti proses tersebut tidak diakhiri dengan proses adopsi karena individu tersebut menolak inovasi tersebut pada tahap tahap sebelumnya. Atau pada beberapa kasus individi tidak hanya berhenti pada proses adoption, melainkan masih mencrai informasi informasi terkait inovasi baru dikenalnya itu.

Menurut Hosland et al (1953), proses perubahan perilaku pada hakikatnya sama dengan proses belajar, dengan beberapa tahapan seperti

1. Adanya stimulus atau rangsang yang diberikan pada individu, individu tersebut dapat menerima atau menolaknya. Dikatakan efektif jika individu menerima stimukus tersebut, dan dikatakan tidak efektif jika terjadi penolakan

2. Jika stimulus diterima, maka individu tersebut akan melanjutkannya pada tahapan berikutnya

3. Individu mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bersikap demi stimulus yang telah ia terima

4. Dukungan fasilitas serta adanya dorongan dari lingkungan, mendukung stimulus untuk memiliki efek tindakan atau perubahan perilaku pada individu bersangkutan. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan PerilakuMenurut Taylor 2003

1. Factor demografi

Perilaku kesehatan seseorang ini berbeda berdasarkan factor demografi. Misalkan saja individu yang masih muda, mempunyai kehidupan yang makmur, memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan tingkatan stress yang rendah dengan dukungan social yang tinggi cenderung memiliki perilaku sehat yang lebih baik.

2. Usia

Perilaku kesehatan dalam masyarakat berbeda-beda berdasarkan usia. Secara tipikal perilaku kesehatan pada anak-anak lebih baik dari pada dewasa. Pada dewasa tingkat perilaku kesehatannya cenderung menurun, namun akan naik kembali ketika orang tersebut sudah berusia tua.

3. Personal control

Persepsi bahwa kesehatan individu dibawah personal control juga menentukan perilaku sehat seseorang. Misalkan penelitian yang dilakukan oleh healt locus of control scale, yang mengukur derajat sejauh mana persepsi individu dapat mengontrol perilaku kesehatan individu.

4. Personal goal

Kebiasaan perilaku kesehatan juga berhubungan dengan tujuan kesehatan yang ingin dicapai oleh masyarakat.

5. Factor kognisi

Perilaku kesehatan memiliki hubungan dengan factor kognisi. Seperti keyakinan bahwa perilaku tertentu dapat mempengaruhi kesehatan.Menurut H. Ray Elling 1970

Menurut H. Ray Elling factor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan pada masyarakat adalah factor social. Dimana factor social ini dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Self concept

Self Concept ditentukan oleh tingkatan kepuasan yang dirasakan oleh diri sendiri terutama bagaimana cara individu itu dapat merefleksikan kepuasannya kepada orang lain. Apabila orang lain mereson baik atas apa yang kita lakukan, maka kita akan cenderung melakukan hal yang sama lagi. Apabila orang lain merasakan kepuasan yang kita berikan direspon sebagai hal yang positif maka orang lain akan merasakan kepuasan yang yang sama. Tetapi sebaliknya apabila kepuasan yang kita berikan direspon negatif oleh masyarakat maka dalam jangka waktu lama masyarakat akan merasa tidak puas. Kondisi semacam ini memerlukan promosi bagaimana tingkat kepuasan yang kita terima akan direspon positif bagi orang lain.

Sebagai contoh apabila kita merasa puas dengan sistem kartu gosok pendaftaran, sedangkan orang lain merasa lebih repot, maka rumah sakit harus melakukan upaya penjelasan sistem tersebut justru akan lebih memudahkan. Self Contact adalah hal yang penting dalam upaya kesehatan, karena akan mempengaruhi perilaku masyarakat2. Image kelompok

Image individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh anak seorang dokter akan sangat peduli terhadap perilaku kesehatan dibandingkan anak seorang petani. Hal ini bisa terjadi karena anak seorang dokter terpengaruh dari lingkungan disekitarnya, dimana pada lingkungannya banyak terdapat dokter sehingga dia akan lebih aware terhadap kesehatan. Seorang guru apabila sakit akan berobat ke dokter, sedangkan bapak petani saat sakit cenderung pergi ke dukun, sehingga berpengaruh pada keluarga petani tersebut untuk berobat ke dukun, walaupun sekolah menganjurkan ke PuskesmasContoh lainnya image masyarakat dalam suatu kelompok bahwa patah tulang harus disembuhkan pada dukun sangkal putung maka apabila ada keluarga kita patah tulang akan dibawa ke sangkal putung bukan ke dokter orthopedi Teori Lawrence GreenKesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu:

1.Faktor perilaku

2.Faktor diluar perilaku. Faktor perilaku tersebut terbentuk dari tiga faktor:

a. Faktor-faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai. Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan dan alat-alat kontrasepsi. ( enabling factor ) yang terwujut dalam lingkungan fisik, sumber daya, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana kesehatan yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.

c. Faktor-faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan kelompok pendukung dan perilaku masyarakat. pendorong ( reinforcing factor ) yang terwujut di dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan maupun petugas lain , teman, tokoh yang semuanya bisa menjadi kelompok referensi dari perilaku masyarakat.faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku. Pada saat promosi kesehatan digencarkan aksinya melalui pemberdayaan masyarakat bahwa petugas kesehatan membekali sasaran kesehatan (masyarakat) dengan pengetahuan/informasi yang bermanfaat bagaimana untuk sehat, dan walau ketersediaan sarana kesehatan memadai, tetapi tetap diperlukan dukungan dari masyarakat itu sendiri.

Teori Snehandu B. Kar

Karr seorang staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Universitas California di Los Angeles, mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu:

1)Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar dirinya. Misalnya, orang mau membuat jamban atau WC keluarga di rumahnya, apabila dia mempunyai niat untuk itu.

2)Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). Di dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan merasa kurang atau tidak nyaman. Demikian pula, untuk berperilaku kesehatan orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya, sehingga tidak dipergunjingkan atau menjadi bahan pembicaraan masyarakat.

3)Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. Sebuah keluarga mau ikut program keluarga berencana, apabila keluarga ini memperoleh penjelasan yang lengkap tentang keluarga berencana: tujuan ber-KB, bagaimana cara ber-KB (alat-alat kontrasepsi yang tersedia), akibat-akibat sampingan ber-KB dan sebagainya.

4)Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personnal autonomy) untuk mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya masih terbatas, terutama yang di pedesaan. Seorang istri, dalam pengambilan keputusan masih sangat tergantung kepada suami. Contoh, untuk membawa anaknya yang sakit ke puskesmas harus menunggu setelah suaminya pulang kerja. Demikian pula, untuk periksa hamil, seorang istri harus memperoleh persetujuan dari suami, dan kalau suami tidak setuju maka tidak akan ada pemeriksaan kehamilan.

5)Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk bertindak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta kemampuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat misalnya, jelas sangat tergantung pada kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan. Meskipun faktor yang lain tidak ada masalah, tetapi apa bila kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka perilaku tersebut tidak akan terjadi..Teori WHO

Dikatakan mengapa seseorang berperilaku, karena ada empat alasan pokok (determinan), yaitu.Analisa dari tim kerja WHO menyatakan bahwa perilaku seseorang disebabkan oleh empat alasan pokok:

1) Pemikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain, sikap yang akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan mengacu pada pengalaman orang lain, kepercayaan-kepercayaan yang biasanya diperoleh dari orangtua meskipun kepercayaan tersebut diyakini tanpa ada pembuktian terlebih dahulu dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek kesehatan. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling). Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang atau lebih tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Didasarkan pertimbangan untung ruginya, manfaatnya dan sumber daya atau uang yang tersedia dan sebagainya2) Orang-orang yang dianggap penting dimana seseorang akan mencontoh perilaku orang yang penting baginya.Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai (personnal references). Di dalam masyarakat, di mana sikap paternalistic masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat bergantung acuan kepada tokoh masyarakat setempat.3) Sumberdaya yang mencakup fasilitas, uang, waktu dan tenaga. Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung terjadinya perubahan perilaku. Dalam teori Green, sumber daya ini adalah sama dengan faktor enabling (sarana, prasarana, fasilitas).

4) Kebudayaan yang mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut. Ini selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian, di dalam kenyataan stimulus yang diterima subjek dapat baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikapSosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku tiap-tiap etnis berbeda-beda, karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda yang khas.

Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku KesehatanMenurut G.M foster (1973), aspek budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang meliputi1. Tradisi

2. Sikap fatalism

3. Nilai

4. Ethnocentrisme

1. Pengaruh tradisi terhadap perilau kesehatan dan status kesehatanAda beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea, pernah terjadi wabah penyakit kuru.penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah virus.penderita hamya terbatas pada anak-anak dan wanita.setelah dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tadisi kanibalisme.Banyak tradisi yang mempengaruhi perilaku kesehatan dan status kesehatan misalnya tradisi merokok bagi orang laki - laki maka kebanyakan laki laki lebih banyak yang menderita penyakit paru dibanding wanita. Tradisi wanita habis melahirkan tidak boleh makan ikan karena ASI akan berbahu amis, sehingga ibu akan pantang makan ikan.2. Pengaruh sikap fatalism terhadap perilaku dan status kesehatanHal ini adalah sikap fatalism yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan, beberapa anggota masyarakat di kalangan suatu kelompok yang mengatakan anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati itu adalah takdir. Sikap fatalistis juga ditemukan pada orang Islam di pedesaan yang menganggap sakit adalah ujian dari Allah dan kematian adalah kehendak Allah dan tidak seorang pun yang berhak mencegah kematian, sehingga sangat sulit menyadarkan masyarakat untuk melakukan pengobatan disaat sakitContoh lainnya di pedesaan para ibu ibu yang bayinya mati itu artinya nanti sebagai anak yang akan menjemput ibunya kelak naik surga, sehingga kematian bayi merupakan berkah Ilahi 3. Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan

Nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Nilai-nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehatan. Beberapa nilai yang merugikan kesehatan misalnya adalah penilaian yang tinggi terhadap beras putih meskipun masyarakat mengetahiu bahwa beras merah lebih banyak mengandung vitamin B1 dan serat jika dibandingkan dengan beras putih. Masyarakat lebih memilih beras putih karena warna putih berarti suci. Contoh lainnya adalah anak yang banyak akan membawa rejeki sendiri sehingga tidak perlu lagi takut dengan anak banyak. Nilai yang mendukung kesehatan misalnya tokoh masyarakat setiap tutur katanya harus wajib ditaati oleh kelompok masyarakat, hal ini tokoh masyarakat dapat di pakai untuk membantu sebagai key person dalam program kesehatan. 4. Pengaruh sikap Ethnosentris terhadap perilaku dan status kesehatan

Sikap ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain, misalnya orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang dimilikinya, dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju, sehingga merasa superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang. Tetapi dari sisi lain, semua anggota dari budaya lainnya menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik. Sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai, paling mengetahui tentang masalah kesehatan hanya karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat, sehingga tidak perlu mengikutsertakan masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat. Dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan, tetapi masyarakat dimana mereka bekerja dan tinggal lebih mengetahui keadaan kesehatan di masyarakatnya sendiri. Seorang perawat atau dokter menganggap dirinya yang paling tahu tentang kesehatan, sehingga merasa dirinya berperilaku bersih dan sehat sedangkan masyarakat tidak. Contoh lainnya, kebudayaan Islam tentang kebersihan adalah yang paling baik anafadhotu minal iman sehingga mereka menganggap ambil air wudhu di kolam yang kerus dianggap bersih karena hukum fiqs adalah syah, kebersihan hanya dilihat dari terbebas dari najis, sehingga adanya kotoran manusia di kolam tetap dianggap air kolam adalah bersih.Contoh aspek budaya lainnya yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat adalah

a. Perasaan bangga pada statusnya Sikap perasaan bangga atas perilakunya walaupun perilakunya tidak sesuai dengan konsep kesehatan. Misalnya orang bangga kalau dapat makan dengan beras yang putih, makan lauk penuh dengan lemak seakan - akan sebagai lambang kemakmuran. Orang akan bangga apabila makan burger dibanding makan ikan kutuk atau leleb. Pengaruh norma terhadap perilaku kesehatanNorma dalam masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dibidang kesehatan, karena norma yang mereka miliki diyakininya sebagai bentuk perilaku yang baik. Misalnya adanya norma bahwa laki-laki tidak boleh bersalaman dengan laki-laki yang bukan mukrimnya, sehingga seorang wanita apabila periksa bagian tubuhnya harus dilakukan oleh dokter wanita, sampai pada pemberian alat KB IUD, suntik harus dilakukan oleh dokter wanita, bahkan untuk periksa wanita hamil harus oleh dokter wanitaUntuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena adanya norma yang melarang hubungan antara dokter sebagai pemberi layanan dengan ibu hamil sebagai pengguna layanan.c. Pengaruh budaya yang diajarkan sejak awal dalam menciptakan perilaku sehatBudaya hidup bersih sebaiknya mulai diajarkan sejak awal atau anak-anak karena nantinya akan menjadi nilai atau norma masyarakat. Misalnya anak harus mulai diajari sikat gigi , buang air besar di kakus, membuang sampah ditempat sampah, cara makan atau berpakaian yang baik sejak awal, dan dilakukan terus- menerus akan menciptakan perilaku. Kebiasaan tersebut sangat mempengaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah.d. Pengaruh Inovasi kesehatan terhadap perilaku kesehatanTidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi, atau dengan perkataan lain, suatu perubahan akan menghasilkan perubahan yang kedua dan perubahan yang ketiga. Apabila seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat atau berpengaruh terhadap perubahan, dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut apabila ia tahu budaya masyarakat setempat, dan apabila ia tahu tentang proses perubahan kebudayaan, maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi outcome dari perubahan yang telah direncanakan. 3. Upaya-upaya Merubah Perilaku Masyarakat Menuju Perilaku SehatTerdapat berbagai upaya yangdapat dilakukan untuk meningkatkan perilaku kesehatan masyarakat, salah satunya adalah diadakannya suatu penyuluhan kesehatan. Penyuluhan tersebut bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku individu atau sekelompok orang agar mengarah kepada perilaku hidup sehat. Dalam pelaksanaannya, penyuluhan kesehatan dapat dilakukan melalui dua metode:

1. Sugestif

Adalah pemberian penjelasan yang tidak terlalu logis namun lebih menekankan pada aspek perasaan dan emosi dengan membujuk orang lain terhadap suatu ide atau kepercayaan. Metode ini efektif dan memberi dampak hasil yang cepat kepada masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan dan ekonomi rendah.

2. Persuasif

Adalah metode dengan menunjukan suatu fakta, sebab-akibat, serta penjelasan mengapa harus merubah perilaku. Pendekatan ini lebih untuk merubah dan memodifikasi keyakinan seseorang. Menurut WHO, ada beberapa strategi untuk mendapatkan perubahan perilaku tersebut :

Yang pertama yaitu dengan menggunakan kekuatan atau enforcement, merupakan perubahan perilaku kesehatan yang dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga sasaran tersebut mau melakukan atau berperilaku seperti yang diharapkan. Dapat ditempuh dengan cara-cara kekuatan baik psikis hingga fisik. Pada hasilnya perilaku dapat berubah dengan cepat akan tetapi tidak akan bertahan lama dikarenakan perubahan perilaku ini tidak didasarkan pada kesadaran atau keinginan untuk berubah tetapi didasarkan pada sebuah pemaksaan pihak lain.

Yang kedua yaitu dengan menggunakan kekuatan peraturan atau hukum, merupakan perubahan perilaku kesehatan melalui peraturan, perundangan, atau peraturan-peraturan tertulis, yang juga sering disebut dengan law enforcement atau regulation. Berarti bahwa masyarakat diharapkan mampu berperilaku dan diatur melalui peraturan atau undang-undang secara tertulis. Seperti contohnya Peraturan Daerah DKI Jakarta tentang Merokok di Tempat-tempat Umum. Atau misalnya di lingkungan pemerintah desa ataupun kelurahan yang dikeluarkan suatu aturan tertentu.

Yang ketiga yaitu dengan menggunakan pendidikan, merupakan perubahan perilaku kesehatan melalui cara pendidikan atau promosi kesehatan ini diawali dengan cara pemberian informasi-informasi kesehatan secara detail dan mendalam. Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan semacam ini akan menimbulkan kesadaran yang akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memang memakan waktu lama akan tetapi perubahan perilaku yang dicapai akan bersifat langgeng dikarenakan perubahannya didasari oleh kesadaran diri sendiri bukan karena paksaan. Perubahan perilaku dengna pendidikan akan menghasilkan perubahan yang efektif bila dilakukan melalui metode diskusi partisipasi. Yang artinya sebagai peningkatan cara yang kedua dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak berdifat searah saja tertapi dua arah. Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi akan tetapi juga harus aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Dengan demikian maka pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku yang diperoleh dapat menjadi referensi bagi orang lain. Agar penyuluhan efektif maka perlu mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya adalah sasaran yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi serta tingkat pendidikan dan juga lingkungan tempat tinggal. Pelaksanaan penyuluhan dapat bekerja sama dengan berbagai instansi misalnya posyandu, sekolah, ataupun acara-acara yang diadakan bersama di balai desa. Materi penyuluhan yang di berikan lebih menekankan trhadap pengetahuandasar kesehatan gigi dan mulut seperti cara menggosok gigi yang benar, pola diet yangmempengaruhi kesehatan gigi dan mulut, penyakit-penyakit rongga mulut seperti karies, sariawan dan lain sebagainya. Untuk sasaran yang lebih dewasa (tua) mungkin juga perlu ditambahkan hubungan penyakit sistemik dengan keadaan rongga mulut. Untuk meningkatkan minat masyarakat akan kesehatan rongga mulutnya, perlu dijelaskan tentang penyakit-penyakit berbahaya seperti kanker rongga mulut yang gejalanya idiopatik dan atau mungkin hanya menunjukkan suatu lesi putih (leukoplakia) atau merah (eritoplakia) yang biasanya sangat diacuhkan oleh sebagian besar masyarakat.Agar materi dapat diterima dengan baik, harus di kemas dengan metode yang menarik pula. Misalnya dengan penambahan berbagai media seperti poster, brosur, video, ataupun penampilan peran, pertunjukan boneka untuk anak-anak. Evaluasi dari hasil penyuluhan juga penting untuk mengetahui kefektifan dari penyuluhan yang diberikan. Evaluasi dapat dilakukan dengan pemberian pre-test dan post-test sebelum dan sesudah penyuluhan, ataupun dengan interaksi tanya jawab antara pemateri dan audien. 4. Indikator Perilaku Kesehatan Masyarakat

1. Pengetahuan

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

2. Sikap

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

3. Praktek dan Tindakan

Indikatornya yakni :

a. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit

b. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

c. Tindakan (praktek) kesehatan lingkunganKESIMPULANPembentukan perilaku masyarakat dimulai dengan adanya pengetahuan, sikap, dan kemudian menghasilkan suatu perilaku baru. Pembentukan perilaku tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Untuk merubah perilaku masyarakat, maka diperlukan upaya-upaya dan metode-metode tertentu sesuai dengan kondisi masyarakat. Kemudian iperlukan indikator-indikator untuk mengetahui keberhasilan dari suatu upaya merubah perilaku masyarakat menuju perilaku hidup sehat.DAFTAR PUSTAKABudiharto. 2010. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC

Fisher. Augrey. 1986. Theories of Communication (Terjemahan Soejono Trimo). Bandung: Remaja Karyahttp://catatansafira.wordpress.com/2011/10/19/determinan-yang-mempengaruhi-status-kesehatan-2/Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka CiptaP. Yayi S. 2009. Minat Perilaku dan Promosi. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UGM.Pengetahuan Kesehatan

Gigi dan Mulut

Perilaku Kesehatan

Gigi dan Mulut Masyarakat

Perilaku Kesehatan

Kurang Baik

Perilaku Kesehatan

Baik

Kesehatan Buruk

Upaya

Tingkat

Kesehatan Baik

Indikator Tercapai

Masyarakat Sehat

Faktor