laporan tutorial skenario 1 psikiatri

55
LAPORAN TUTORIAL BLOK PSIKIATRI SKENARIO 1 MENGAMUK KELOMPOK A2 ABDURRAHMAN AFA HARIDI G0013001 AHMAD LUTHFI G0013011 ARLINDAWATI G0013039 ASMA AZIZAH G0013043 AYATI JAUHAROTUN NAFISAH G0013051 CICILIA VIANY EVAJELISTA G0013065 FHANY GRACE LUBIS G0013095 HANA INDRIYAH DEWI G0013105 KHANIVA PUTU YAHYA G0013129 RADEN ISMAIL H A G0013193 SANTI DWI CAHYANI G0013213 SHENDY WIDHA MAHENDRA G0013217 TUTOR: Briandani Subariyanti, dr FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: hana-indriyah

Post on 18-Feb-2016

567 views

Category:

Documents


193 download

DESCRIPTION

laporan tutorial

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

LAPORAN TUTORIAL

BLOK PSIKIATRI SKENARIO 1

MENGAMUK

KELOMPOK A2

ABDURRAHMAN AFA HARIDI G0013001

AHMAD LUTHFI G0013011

ARLINDAWATI G0013039

ASMA AZIZAH G0013043

AYATI JAUHAROTUN NAFISAH G0013051

CICILIA VIANY EVAJELISTA G0013065

FHANY GRACE LUBIS G0013095

HANA INDRIYAH DEWI G0013105

KHANIVA PUTU YAHYA G0013129

RADEN ISMAIL H A G0013193

SANTI DWI CAHYANI G0013213

SHENDY WIDHA MAHENDRA G0013217

TUTOR: Briandani Subariyanti, dr

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

TAHUN 2015

Page 2: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

BAB I

PENDAHULUAN

SKENARIO I

Seorang laki-laki usia 25 tahun dibawa ke IGD RS oleh keluarga dan

tetangganya karena mengamuk hampir membakar rumahnya sendiri. Menurut

keluarganya pasien sering marah-marah dan teriak-teriak tanpa sebab sejak 4

minggu yang lalu. Pasien juga jadi sering curiga terhadap orang lain, bahkan

pasien sering marah-marah dan teriak-teriak tanpa sebab sejak 4 minggu yang

lalu. Pasien juga jadi sering curiga terhadap orang lain, bahkan pasien juga merasa

bahwa tetangga dan keluarganya merencanakan niat jahat terhadap dirinya.

Menurut keluarganya, sepertinya dia mengalami stress berat karena hal tersebut

terjadi setalh beberapa kali melamar pekerjaan di beberapa tempat tidak diterima.

Sehari-harinya tampak tidak terawat, tidak mau mandi, tampak bingung, pakaian

kusut dan kumal.

Keluarganya pernah membawanya ke paranormal namun tidak ada

perbaikan, kemudian atas saran kepala desa dia dibawa ke ruamh sakit jiwa.

Dokter jaga di RSJ mengatakan bahwa pada pasien didapatkan waham, halusinasi

dan derealisasi yang menyebabkan perilaku aneh.

Dokter jaga mengatakan bahwa pasien harus dirawat di rumah sakit

selama beberapa hari dan kontrol rutin untuk penangann yang lebih baik.

Page 3: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

Jump 1: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah

dalam skenario.

1. Halusinasi : persepsi atau tanggapan palsu, tidak berhubungan dengan

stimulus eksternal yang nyata; menghayati gejalagejala yang dikhayalkan

sebagai hal yang nyata.

2. Waham : (Delusi) yaitu satu perasaan keyakinan atau kepercayaan

yang keliru, berdasarkan simpulan yang keliru tentang kenyataan

eksternal, tidak konsisten dengan intelegensia dan latar belakang budaya

pasien, dan tidak bisa diubah lewat penalaran atau dengan jalan penyajian

fakta.

3. Derealisasi : perasaan subyektif bahwa lingkungannya menjadi asing,

tidak nyata

4. Stress : segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri yang bila

tidak diatasi dengan baik, akan mengganggu keseimbangan hidup dari

manusia.

Jump 2: Menentukan/ mendefinisikan permasalahan

1. Apa hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan?

2. Apa yang dimaksud dengan sehat mental?

3. Bagaimana hubungan onset dengan kondisi saat ini?

4. Apa yang terjadi pada pasien?

5. Apa jenis-jenis stressor mental dan menejemen stress?

6. Apa saja jenis waham dan bagaimana mekanismenya?

7. Apa saja jenis-jenis dan etilogi halusinasi?

8. Adakah hubungan kemampuan merawat diri dengan derajat sakit?

9. Apa saja gejala gangguan jiwa?

10. Apa yang dimaksud dengan gangguan psikotik?

11. Mengapa dokter menyarankan terapi untuk dirawat?

Page 4: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

12. Mengapa pasien harus kontrol?

13. Apa saja pemeriksaan status mental yang sesuai dengan skenario?

Jump 3: Menganalisis permasalahan dan membuat pertanyaan sementara

mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah II)

1. Apa hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan? (LO)

2. Apa yang dimaksud dengan sehat mental?

WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik

jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. Notosoedirjo dan

Latipun (2005), mengatakan bahwa terdapat banyak cara dalam mendefenisikan

kesehatan mental (mental hygene) yaitu: (1) karena tidak mengalami gangguan

mental, (2) tidak jatuh sakit akibat stessor, (3) sesuai dengan kapasitasnya dan

selaras dengan lingkungannya, dan (4) tumbuh dan berkembang

secara positif.

Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang

menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan

seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang

sehat. Konsep gangguan jiwa dari DSM IV adalah sindrom atau pola psikologis

atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikatakan

oleh adanya distres atau disabilitas atau disertai peningkatan risiko kematian yang

menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan.

Ciri-ciri sehat mental menurut WHO adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai kemampuan menyesuaikan diri secara

konstruktif pada kenyataan , meskipun kenyataan itu buruk ;

2. Mempunyai rasa kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.

3. Mempunyai kesenangan untuk memberi dari pada

menerima;

4. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan

5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong

Page 5: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

dan saling memuaskan;

6. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran

dikemudian hari ;

7. Mengarahkan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang

kreatif dan konstruktif;

8. Mempunyai daya kasih sayang yang besar serta mampu

mendidik.

Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingkat kesehatan mental

yakni sebagai berikut:

a. Biologis

Para ahli telah banyak melakukan studi tentang hubungan antara dimensi

biologis dengan kesehatan mental. Berbagai penelitian itu telah

memberikan

kesimpulan yang meyakinkan bahwa faktor biologis memberikan

kontribusi

sangat besar bagi kesehatan mental. Karena itu, kesehatan manusia,

khususnya

disini adalah kesehatan mental, tentunya tidak terlepaskan dari dimensi

biologs

ini.

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang hubungan tersebut, khususnya

beberapa aspek biologis yang secara langsung berpengaruh terhadap

kesehatan

mental, diantaranya: otak, sistem endokrin, genetik, sensori, kondisi ibu

selama

kehamilain.

1. Otak

Otak sangat kompleks secara fisiologis, tetepi memiliki fungsi

yang sangat esensi bagi keseluruhan aktivitas manusia.

Diferensiasi dan keunikan yang ada pada manusia pada dasarnya

tidak dapat dilepaskan dari otak manusia. Keunikan manusia

Page 6: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

terjadi justru karena keunikan otak manusia dalam

mengekspresikan seluruh pengalaman hidupnya. Jika

didipadukan dengan pandangan-pandangan psikologi, jelas

adanya kesesuaian antara perkembangan fisiologis otak dengan

perkembangan mental. Funsi otak seperti motorik, intelektual,

emosional dan afeksi berhubungan dengan mentalitas manusia.

2. Sistem endokrin

Sistem endokrin terdiri dari sekumpulan kelenjar yang sering

bekerja sama dengan sistem syaraf otonom. Sistem ini sama-

sama memberikan fungsi yang penting yaitu berhubungan

dengan berbagai bagian-bagian tubuh. Gangguan mental akibat

sistem endokrin berdampak buruk pada mentalitas manusia.

Sebagai contoh terganggunya kelenjar adrenalin berpengaruh

terhadap kesehatan mental, yakni terganggunya “mood” dan

perasannya dan tidak dapat melakukan coping stress.

3. Genetik

Faktor genetik diakui memiliki pengaruh yang besar terhadap

mentalitas manusia. Kecenderungan psikosis yaitu

schizophrenia dan manik-depresif merupakan sakit mental yang

diwariskan secara genetis dari orangtuanya. Gangguan lainnya

yang diperkirakan sebagai factor genetik adalah ketergantungan

alkohol, obat-obatan, Alzeimer syndrome, phenylketunurine, dan

huntington syndrome. Gangguan mental juga terjadi karena

tidak normal dalam hal jumlah dan struktur kromosom. Jumlah

kromosom yang berlebihan atau berkurang dapat menyebabkan

individu mengalami gangguan mental.

4. Sensori

Sensori merupakan aspek penting dari manusia. Sensori

termasuk: pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

penciuman. Terganggunya fungsi sensori individu menyebabkan

terganggunya fungsi kognisi dan emosi individu. Seseorang

Page 7: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

yang mengalami gangguan pendenganran misalnya, maka akan

berpengaruh terhadap perkembangan

emosi sehingga cenderung menjadi orang yang paranoid, yakni

terganggunya afeksi yang ditandai dengan kecurigaan yang

berlebihan kepada orang lain yang sebenarnya kecurigaan itu

adalah salah. 5. Faktor ibu selama masa kehamilan

Faktor ibu selama masa kehamilan secara bermakna

mempengaruhi kesehatan mental anak. Selama berada dalam

kandungan, kesehatan janin ditentukan oleh kondisi ibu. Faktor-

faktor ibu yang turut mempengaruhi kesehatan mental anaknya

adalah: usia, nutrisi, obat-obatan, radiasi, penyakit yang diderita,

stress dan komplikasi.

b. Psikologis

Notosoedirjo dan latipun (2005), mengatakan bahwa aspek psikis manusia

merupakan satu kesatuan dengan dengan sistem biologis. Sebagai

subsistem dari

eksistensi manusia, maka aspek psikis selalu berinteraksi dengan

keseluruhan aspek kemanusiaan. Karena itulah aspek psikis tidak dapat

dipisahkan dari aspek yang lain dalam kehidupan manusia.

1. Pengalaman Awal

Pengalaman awal merupakan segenap pengalaman-pengalaman

yang terjadi pada individu terutama yang terjadi pada masa

lalunya. Pengalaman awal ini dipandang sebagai bagian penting

bahkan sangat menentukan bagi kondisi mental individu di

kemudian hari.

2. Proses Pembelajaran

Perilaku manusia adalah sebagian besar adalah proses belajar,

yaitu hasil pelatihan dan pengalaman. Manusia belajar secara

langsung sejak pada masa bayi terhadap lingkungannya. Karena

itu faktor lingkungan sangat menentukan mentalitas individu.

3. Kebutuhan

Page 8: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

Pemenuhan kebutuhan dapat meningkatkan kesehatan mental

seseorang. Orang yang telah mencapai kebutuhan aktualisasi

yaitu orang yang mengeksploitasi dan mewujudkan segenap

kemampuan, bakat, keterampilannya sepenuhnya, akan

mencapai pada tingkatan apa yang disebut dengan tingkat

pengalaman puncak (peack experience). Ketidakmampuan

dalam mengenali dan memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya adalah sebagai dasar dari gangguan

mental

individu.

c. Sosial Budaya

Lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan

mental. Lingkungan sosial tertentu dapat menopang bagi kuatnya

kesehatan mental sehingga membentuk kesehatan mental yang positif,

tetapi pada aspek lain kehidupan sosial itu dapat pulan menjadi stressor

yang dapat mengganggu kesehatan mental. Dibawah ini akan dijelaskan

beberapa lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap kesehatan

mental adalah sebagai berikut:

1. Stratifikasi sosial

Masyarakat kita terbagi dalam kelompok-kelompok tertentu.

Pengelompokan itu dapat dilakukan secara demografis

diantaranya jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan status

sosial. Stratifikasi sosial ini dapat mempengaruhi kesehatan

mental seseorang, misalnya kaum minoritas memiliki

kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami gangguan

mental.

2. Interaksi sosial

Interaksi sosial banyak dikaji kaitannya dengan gangguan

mental. Ada dua pandangan hubungan interaksi sosial ini

dengan gangguan mental. Pertama teori psikodinamik

mengemukakan bahwa orang yang mengalami gangguan

Page 9: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

emosional dapat berakibat kepada pengurangan interaksi sosial,

hal ini dapat diketahui dari perilaku regresi sebagai akibat dari

adanya sakit mental. Kedua adalah bahwa rendahnya interaksi

sosial itulah yang menimbulkan adanya gangguan mental.

3. Keluarga

Keluarga yang lengkap dan fungsional serta mampu membentuk

homeostatis kan dapat meningkatkan kesehatan mental para

anggota keluaganya, dan kemungkinan dapat meningkatkan

ketahanan para anggota keluarganya dari gangguan-gangguan

mental dan ketidakstabilan emosional para anggotanya.

4. Perubahan sosial

Sehubungan dengan perubahan sosial ini, terdapat dua

kemungkinan yang dapat terjadi yaitu, perubahan sosial dapat

menimbulkan kepuasan bagi masyarakat karena sesuai dengan

yang diharapkan dan dapat meningkatkan keutuhan masyarakat

dan hal ini sekaligus meningkatkan kesehatan mental mereka.

Namun, di sisi lain dapat pula berakibat pada masyarakat

mengalami kegagalan dalam penyesuaian terhadap perubahan

itu, akibatnya mereka memanifestasikan kegagalan penyesuaian

itu dalam bentuk yang patologis, misalnya tidak terpenuhinya

tuntutan politik, suatu kelompok masyarakat melakukan

tindakan pengrusakan dan penjarahan.

5. Sosial budaya

Sosial budaya memiliki makna yang sangat luas. Namun dalam

konteks ini budaya lebih dikhususkan pada aspek nilai, norma,

dan religiusitas dan segenap aspeknya. Dalam konteks ini,

kebudayaan yang ada di masyarakat selalu mengatur bagaimana

orang seharusnya melakukan sesuatu, termasuk didalamnya

bagaimana seseorang berperan sakit, kalsifikasi kesakitan, serta

adanya sejumlah kesakitan yang sangat spesifik ada pada

budaya tertentu, termasuk pula adanya gangguan mentalnya.

Page 10: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

Kebudayaan pada prinsipnya memberikan aturan terhadap

anggota masyarakatnya untuk bertindak yang seharusnya

dilakukan dan meninggalkan tindakan tertentu yang menurut

budaya itu tidak seharunya dilakukan. Tindakan yang

bertentangan dengan sistem nilai atau budayanya akan

dipandang sebagi penyimpangan, dan bahkan dapat

menimbulkan gangguan mental. Hubungan kebudayaan dan

kesehatan mental meliputi tiga hal yaitu: (1) kebudayaan

mendukung dan menghambat kesehatan mental, (2) kebudayaan

memberi peran tertentu terhadap penderita gangguan mental, (3)

berbagai bentuk gangguan mental karena faktor kultural, (4)

upaya peningkatan dan pencegahan gangguan mental dalam

telaah budaya.

6. Stessor Psikososial lainnya

Situasi dan kondisi peran sosial sehari-hari dapat menjadi

sebagai masalah atau sesuatu yang tidak dikehendaki, dan

karena itu dapat berfungsi sebagai stressor sosial kontribusi ini

terhadap kesehatan mental bisa kuat atau lemah. Stressor

psikososial secara umum dapat menimbulkan efek negatif bagi

individu yang

mengalaminya. namun demikian tentang variasi stressor

psikososial ini berbeda untuk setiap masyarakat, bergantung

kepada kondisi sosial masyarakatnya.

d. Lingkungan

Interaksi manusia dengan lingkungannya berhubungan dengan

kesehatannya. Kondisi lingkungan yang sehat akan mendukung

kesehatan manusia itu sendiri, dan sebaliknya kondisi lingkungan yang

tidak sehat dapat mengganggu kesehatannya termasuk dalam konteks

kesehatan mentalnya.

Page 11: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

3. Bagaimana hubungan onset dengan kondisi saat ini? (LO)

4. Apa yang terjadi pada pasien? (LO)

5. Apa jenis-jenis stressor mental dan menejemen stress? (LO)

6. Apa saja jenis waham dan bagaimana mekanismenya? (LO)

7. Apa saja jenis-jenis dan etiologi halusinasi?

Etiologi

Menurut Townsend, M.C (1998), halusinasi sering disebabkan karena panic,

stress berat yang mengancam ego yang lemah dan isolasi sosial menarik diri.

Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami

kebutuhan untuk meningkatkan keterlibatan atau hubungan dengan orang lain

akan tetapi tidak mampu untuk melakukan hubungan tersebut. Isolasi sosial

menarik diri merupakan usaha untuk menghindari interaksi atau hubungan

dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak

mempunyai kesempatan dalam berpikir, berperasaan, dan selalu mengalami

kegagalan.

Faktor Predisposisi

1) Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan

respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini

ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut

a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang

lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,

temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.

b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang

berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin

dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

Page 12: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

Peningkatan dopamine salah satunya disebabkan oleh penurunan

GABA. Dapamin yang berada pada sistem limbic mengalami over

sekresi kemudian mensitisasi area broca (44,45) sehingga

menyebabkan pembicaran pasien menjadi inkoheren selain mensitisasi

area broca, dopamine juga mensitisasi area wernich sehingga

menyebabkan seolah-olah ada bisikan-bisikan dari luar (halusinasi

auditorik)

Ini aku cuman brainstorming nunngu bahan eva sama mail

c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan

terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi

otak penderita dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral

ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil

(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh

otopsi (post-mortem).

2) Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan penderita sangat

mempengaruhi respon dan kondisi psikologis penderita. Salah satu sikap

atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah

penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup penderita.

3) Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi

realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,

bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.

Halusinasi adalah merupakan salah satu contoh gangguan persepsi. Persepsi

adalah sebuah proses mental yang merupakan pengiriman stimulus fisik

menjadi informasi psikologis sehingga stimulus sensorik dapat diterima secara

sadar.

Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan palsu, tidak berhubungan dengan

stimulus eksternal yang nyata; menghayati gejala-gejala yang dikhayalkan

sebagai hal yang nyata. Jenisjenis halusinasi:

Page 13: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

Macam-macam halusinasi/ ilusi antara lain

a.halusinasi hipnagogik: persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika mulai

jatuh tertidur, secara umum bukan tergolong fenomena patologis

b. halusinasi hipnapompik: persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika

seseorang mulai terbangun, secara umum bukan tergolong fenomena

patologis

c.halusinasi auditorik: persepsi suara yang keliru, biasanya berupa suara orang

meski dapat saja berupa suara lain seperti musik, merupakan jenis

halusinasi yang paling sering ditemukan pada gangguan psikiatri

d. halusinasi visual: persepsi penglihatan keliru yang dapat berupa bentuk

jelas (orang) atau pun bentuk tidak jelas (kilatan cahaya), sering kali

terjadi pada gangguan medis umum

e.halusinasi penciuman: persepsi penghidu keliru yang seringkali terjadi pada

gangguan medis umum

f. halusinasi pengecapan: persepsi pengecapan keliru seperti rasa tidak enak

sebagai gejala awal kejang, seringkali terjadi pada gangguan medis umum

g. halusinasi taktil: persepsi perabaan keliru seperti phantom libs (sensasi

anggota tubuh teramputasi), atau formikasi (sensasi merayap di bawah

kulit)

h. halusinasi somatik: sensasi keliru yang terjadi pada atau di dalam

tubuhnya, lebih sering menyangkut organ dalam (juga dikenal sebagai

cenesthesic hallucination)

i. halusinasi liliput: persepsi keliru yang mengakibatkan obyek terlihat lebih

kecil (micropsia)

j. halusinasi serasi afek: halusinasi atau ilusi yang isinya sesuai dengan afek.

Contoh misalnya pasien depresi mendengar suara-suara yang menyatakan

bahwa dirinya orang jelek sedangkan pasien mani mendengar suara yang

menyatakan bahwa dirinya kuat, sangat berharga, sangat pandai.

k. Halusinasi tidak serasi afek : halusinasi dan ilusi yang isinya tidak serasi

dengan afek depresi maupun mania; kebalikannya dengan serasi afek

Page 14: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

l. Halusionosis : suatu halusinasi yang umumnya bersifat pendengaran yang

ada hubungannya dengan penyalahgunaan alcohol secara kronis dan

terjadi dalam kesadaran penuh

m. Sinestesia : suatu sensasi atau halusinasi yang diakibatkan oleh sensasi lain

(misalnya, sensasi pendengaran disertai atau dipacu oleh sensasi

penglihatan; suara dialami sebagai hal yang terlihat, atau pengalaman

penglihatan seperti terdengar)

8. Adakah hubungan kemampuan merawat diri dengan derajat sakit? (LO)

9. Apa saja gejala gangguan jiwa? (LO)

10. Apa yang dimaksud dengan gangguan psikotik? (LO)

11. Mengapa dokter menyarankan terapi untuk dirawat? (LO)

Jump 4: menginventarisasi secara sistematis berbagai penjelasan yang

didapat pada langkah 3

Pasien

Keluhan: mengamuk

Pemeriksaan Status Mentalisi pikiran: waham kecurigaan &

kejarkeadaan umum: tidak terawatgangguan persepsi: halusinasi,

derealisasi

kriteria diagnosis merujuk PPDGJ III dan simtomatologi

kontrol

terapi

Page 15: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

Jump 5: Merumuskan tujuan pembelajaran

1. Hubungan usia dan jenis kelamin dengan stress

2. Hubungan onset dengan kondisi saat ini

3. Alasan pasien sering curiga

4. Sumber stress dan bagaimana manajemen stress

5. Jenis waham dan bagimana mekanisme terjadinya waham

6. Hubungan kemampuan merawat diri dengan derajat sakit

7. Gejala gangguan jiwa

8. Definisi psikotik, jenis dan gejalanya

9. Alasan dokter menyarankan untuk mondok dan terapi yang diberikan

10. Cara pemeriksaan status mental

11. Diagnosis banding

Jump 6: Mengumpulkan informasi baru

Masing-masing anggota kelompok kami telah mencari sumber – sumber ilmiah

dari beberapa buku referensi maupun akses internet yang sesuai dengan topik

diskusi tutorial ini secara mandiri untuk disampaikan dalam pertemuan

berikutnya.

Jump 7: Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang

diperoleh

1. Hubungan usia dan jenis kelamin dengan stress

Menurut Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Bantul (2014), semakin

seseorang bertambah usia, maka dia akan semakin mudah mengalami stres. Hal

ini karena faktor-faktor fisiologis telah mengalami berbagai kemunduran dalam

berbagai kemampuan, seperti kemampuan visual, berpikir, mengingat, dan

mendengar. Selain itu, pada orang usia lanjut juga mulai terjadi banyak

kemunduran sel dan kematian sel (Fanani, 2015).

Kondisi kematian sel-sel tubuh, terutama sel saraf, dapat dipercepat oleh

keadaan stres. Hal ini karena stres dapat memicu produksi sitokin inflamasi.

Page 16: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

Sitokin inflamasi menyebabkan perubahan triptofan menjadi kynurenin dengan

bantuan enzim IDO (Indolamine 2,3-dioxygenase).

Kynurarenin ini selanjutnya dapat diubah menjadi asam kynurenik atau asam

quinolinik. Produksi asam quinolik yang berlebihan dapat menyebabkan

kerusakan pada neuron karena asam tersebut bersifat neurotoksik.

Namun, menurut Fanani (2015), tidak semua orang yang bertambah usia

akan lebih mudah stres. Hal ini tergantung pada pengalaman hidup dan strategi

orang tersebut dalam menghadapai berbagai stressor di dalam hidupnya.

Berbagai pengalaman hidup yang telah terjadi pada hidup seseorang dapat

membantu seseorang menurunkan stresnya atau memanajemen stresnya dengan

lebih baik.

Gambar Perjalanan Sinyal Proinflamasi Memproduksi

Asam Kynurenik dan Asam Quinolinik

2. Hubungan onset dengan kondisi saat ini

Page 17: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

Pada pasien perlu kita gali tentang informasi mengenai onset, dimana pada

pasien psikotik onset sangat menentukan diagnosis. Ketika ditemukan gejala

psikotik di bawah 4 minggu akan mendukung pada diagnosis gangguan psikotik

akut, apabila telah lebih dari 4 minggu dengan memenuhi criteria diagnosis yang

lain dapat ditegakkan sebagai scizopfren.

3. Alasan pasien sering curiga

Pada gangguan jiwa, kita dapat menemui gejala psikotik, salah satunya

adalah waham. Waham adalah Isi dari setiap sistim waham, organisasinya, pasien

yakin akan kebenarannya, bagaimana waham ini mempengaruhi kehidupannya;

waham penyiksaan–isolasi atau berhubungan dengan kecurigaan yang menetap,

serasi mood (congruent) atau tak serasi mood (incongruent). Pada pasien ini

dimungkinkan adannya waham curiga, dan gejala psikotik bisa timbul akibat

adanya kelainan organik, akibat penggunaan obat psikotik, ataupun tanpa ada

sebab yang jelas.

4. Sumber stress dan manajemen stress

Stres menurut Maramis adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian

diri, oleh karena itu stres dapat mengganggu keseimbangan kita.

Stres tidak terlepas darimana datangnya dan apa saja sumbernya. Sumber

stres atau yang disebut stresor adalah suatu keadaan, situasi objek atau individu

yang dapat menimbulkan stres. Stres yang berasal dari dalam diri disebut

internal sources dan yang berasal dari luar disebut eksternal sources

Eustress merupakan respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan

konstruktif (bersifat membangun) yang dapat menyebabkan tubuh mempunyai

kemampuan untuk beradaptasi, dan meningkatkan produktivitas seseorang.

Sedangkan distress merupakan hasil dari respon terhadap stres yang bersifat

tidak sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak) yang dapat menyebabkan

seseorang menjadi sakit.

Page 18: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

a. Sumber stres psikologis :

1. Frustasi

Timbul bila ada aral melintang (stresor) antara kita dan tujuan kita.

Individu sedang berusaha mencapai kebutuhan atau tujuannya, tapi

mendadak timbul halangan, ada aral melintang, yang menimbulkan

keadaan frustasi baginya dan yang menimbulkan stres padanya.

2. Konflik

Terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam

kebutuhan atau tujuan. Memilih satu berarti tidak tercapainya yang

lain.

3. Tekanan

Dapat menimbulkan masalah penyesuaian. Tekanan sehari-hari

biarpun kecil, tetapi apabila bertumpuk-tumpuk dan berlangsung

lama, dapat menyebabkan stres yang berat.

4. Krisis

Keadaan karena stresor mendadak dan besar yang menimbulkan

stres pada seseorang individuataupun suatu kelompok,

misalnyakematian, kecelakaan.

b. Stress dan Psikoneuroimmunologi

Psikoneuroimmunologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan

antara faktor psikologis, sistem imun, dan otak. Konsekuensi stress

pada tubuh dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1. Efek fisiologis langsung, seperti meningkatnya tekanan darah,

menurunnya fungsi sistem imun, meningkatnya aktivitas

hormon, dan munculnya kondisi psikofisiologis.

2. Kecenderungan melakukan kegiatan yang membahayakan

kesehatan, seperti meningkatnya kebiasaan merokok dan

konsumsi minuman beralkohol, menurunnya asupan gizi,

kurang tidur, dan meningkatnya penggunaan obat.

3. Sikap yang berkaitan tidak langsung dengan kesehatan, seperti

berkurangnya kepatuhan terhadap pengobatan, penundaan

Page 19: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, dan kurangnya

minat untuk menemui tenaga kesehatan (Feldman, 2009).

Daya tahan / nilai ambang stress/ frustration tolerance pada setiap orang

berbeda. Ada orang yang peka terhadap stressor tertentu yang disebut stressor

spesifik.

Contoh : karena pengalaman dahulu yang menyakitkan yang tidak dapat

diatasi dengan baik. Holmes dan Rahe membuat skala peristiwa hidup dan

stress.

Page 20: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

Gambar1. Tabel skala peristiwa hidup dan stress

Pasien harus melingkari segala peristiwa yang terjadi dalam waktu 1 tahun

terakhir, kemudian skornya dijumlahkan. Apabila skor 300 atau lebih maka 90%

kemungkinan jatuh sakit berat atau mengalami kecelakaan serius dalam waktu

kurun 6 bulan. Apabila skor kurang dari 300 makan 50 persen mengalami

gangguan kesehatan serius.

Stress juga erat kaitannya dengan penyakit jantung koroner. Glazer

menyusun kuesioner untuk meramalkan besarnya risiko orang stress terhadap

penyakit jantung koroner. Dengan kuesioner ini digali jenis kepribadian seseorang

menjadi dua yaitu kepribadian a dan kepribadian b. Kepribadian a cenderung

berisiko besar untuk terjadi penyakit jantung koroner.

Ciri-ciri kepribadian A antara lain:

a. Berbicara cepat secara konstan

b. Gerakan dan cara makan yang cepat

c. Menunjukkan ketidaksabaran secara terbuka bila sesuatu berjalan perlahan

menurut pendapatnya

d. Secara sengaja berusaha mengendalikkan pembicaraan, menentukkan

bahan pembicaraan dan sibuk dengan pikirannya sendiri sementara orang

lain berbicara

e. Gerakan-gerakkan gugup yang khas seperti tarikan-tarikan otot pada

muka, kepala, lengan, menggenggam tinju, memukul meja dan lain-lain

Ciri-ciri kepribadian tipe B:

a. Bebas dari cirri-ciri keprobadian a

b. Tidak merasa terburu-buru

c. Tidak ada rasa permusuhan

d. Tidak mempunyai kebutuhan untuk pamer

e. Dan lain-lain. (Feldman, 2009).

Manajemen stress

Page 21: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

Bila stres dirasakan sebagai permasalahan yang mengganggu aktivitas dan

kualitas kehidupan, maka penting dilakukan penanganan dengan segera terhadap

stres tersebut dengan manajemen pengelolaan yang baik dan pendekatan yang

menyeluruh (holistic), yakni mencakup pengelolaan secara fisik (organobiologik),

psikologi-psikiatri, psikososial, dan psikoreligious. Secara garis besar terdapat dua

tahap, yaitu tahap pencegahan dan terapi (Santrock, 2003).

Tahap pencegahan agar seseorang tidak jatuh ke dalam stres, maka

diperlukan gaya hidup yang sehat, hidup teratur, serasi, selaras, dan seimbang

secara horizontal antara dirinya dan sesama orang lain dan lingkungan sekitarnya,

serta secara vertikal antara diriny dan penciptanya Allah SWT, yang menciptakan

alam semesta (Santrock, 2003).

Tahap terapi, meliputi terapi somatik dan intervensi psikososial. Terapi

somatik adalah penanganan gangguan stres dengan menggunakan obat-obatan

(psikofarmaka) yang berguna untuk memulihkan gangguan fungsi pada

neurotransmitter (sinyal penghantar) di susunan saraf pusat otak. Cara kerja

psikofarmaka adalah jalan memutuskan jaringan atau sirkuit

psikoneuroimunologi, sehingga stresor psikososial yang mengenai seseorang tidak

lagi mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, psikomotor dan organ-organ tubuh

lainnya. Obat-obatan yang sering digunakan dalam penanganan stres dan

gangguan lain yang terkait dengan stres adalah golongan psikotropika, seperti

obat anti psikotik, obat anti anxieta, obat anti depresan, dan lain-lain. Selain itu

dapat juga dengan pendekatan somatik yang bisa dilakukan dengan terapi

elektrokonvulsi dan psikosurgeri (Santrock, 2003).

Pada seseorang yang mengalami stres, selain diberikan pengelolaan

dengan terapi somatik, seperti terapi psikofarmaka, terapi elektro konvulsi dan

terapi psikosurgeri, juga penting diberikan pendekatan dengan terapi psikososial

termasuk psikoterapi keluarga (Santrock, 2003).

5. Jenis waham dan mekanisme terjadinya waham

Waham adalah kepercayaan yang salah yang didasarkan atas kesimpulan

Page 22: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

yang salah tentang kenyataan luar, yang tidak sesuai dengan latar belakang

intelegensi dan kebudayaan pasien, serta tidak bisa dikoreksi dengan penalaran.

Kriteria :

1) Pasien percaya 100% bahwa isi pikirannya benar

2) Bersifat egosentrik

3) Tidak sesuai dengan logika

4) Tidak bisa dikoreksi dengan cara apapun, termasuk dengan cara yang logis

dan realistik.

5) Pasien hidup atau berperilaku menurut wahamnya.

Bentuk dan jenis waham :

a. Waham bizzare/aneh : didapatkan pada pasien spektrum skizofrenia.

Misalnya :thought insertion, thought withdrawl, delusion of control,

delusion of passivity, dll

b. Waham sistematik : waham yang tersusun dengan cara tertentu (Maslim,

2013)

6. Hubungan kemampuan merawat diri dengan derajat sakit

Pada nomor 6 dijelaskan gejala-gejala gangguan psikotik dan salah gejala

lanjutan dari psikosis adalah kebersihan diri yang kurang. Hal ini dapat terlihat

pada deskripsi pasien yang sehari-harinya tampak tidak terawat dan tidak mau

mandi, pakaian kusut dan kumal.

Gangguan psikotik sendiri merupakan gangguan mental yang berat.

Sehingga apabila terjadi gejala lanjutan, maka dapat disimpulkan bahwa pasien

sudah mengalami gangguan psikotik kronis. Dapat dibuktikan dengan onset

kejadian yaitu 4 minggu dan juga pasien yang sudah mengalami stress berat

karena telah beberapa kali melamar pekerjaan dan tidak diterima.

7. Gejala gangguan jiwa

Tanda-tanda gangguan jiwa dapat dilihat dari gejala-gejala gangguan jiwa

yang merupakan hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatic, psikologik

dan sosiobudaya. Gejala gejala inilah sebenarnya menandakan dekompensasi

Page 23: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

proses adaptasi dan terdapat terutama pemikiran, perasaan dan perilaku

(Maramis, 2010)

Tanda dan gejala gangguan jiwa:

Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini

dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.

Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul atau

kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).

Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal)

meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak

rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya. Sering berpikir

atau melamunyang tidak biasa (delusi).

Halusinasi yaitu pengelaman panca indra tanpa ada rangsangan misalnya

penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya

padahal tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu.

Merasa depresi, sedih atau stress tingkat tinggi secara terus-menerus.

Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari walaupun

pekerjaan tersebut telah dijalani selama bertahun-tahun.

Paranoid (cemas atau takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang normal

tidak perlu ditakuti atau dicemaskan.

Suka menggunakan obat hanya demi kesenangan.

Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.

Terjadi perubahan diri yang cukup berarti.

Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.

Terjadi perubahan pola makan yang tidak seperti biasanya.

Pola tidur terjadi perubahan tidak seperti biasa.

Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya,

misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.

Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan

semangat dan gembira berlebihan.

Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.

Page 24: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

Sulit dalam berpikir abstrak.

Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak

ada upaya usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa

dan serba malas dan selalu terlihat sedih.

8. Definisi psikotik, jenis dan gejalanya

Psikosis adalah suatu gangguan mental berat dengan dua tanda penting

yaitu pikiran yang abnormal dan gangguan persepsi. Pasien dengan gangguan

psikotik tidak dapat membedakan antara realita dan imajinasi (U.S. National

Library of Medicine,2013).

Psikosis bukanlah merupakan suatu penyakit, melainkan gejala. Episode

psikotik dapat terjadi sebagai akibat dari gangguan mental, penggunaan obat-

obatan, trauma, maupun stress berat (NAMI, 2015).

Psikotik adalah suatu gangguan mental yang ditandai dengan gejala,

seperti delusi atau halusinasi dan gangguan penilaian terhadap realita. Menurut

Nugroho et all. (2015), psikotik ditandai dengan :

1. Bentuk pikiran yang non realistik

2. Pasien tidak dapat membedakan mana hal yang nyata dan mana hal yang

fantasi

3. Pasien mendengar bisikan yang tidak ada wujudnya (halusinasi auditorik)

4. Pembicaraan yang kacau, dimana pasien berbicara terus tetapi tidak tahu

apa maksud dari pembicaraannya

5. Perilaku pasien yang kacau

Menurut MedicineNet (2015), tanda-tanda psikotik adalah :

1. Penarikan diri dari sosial

2. Agitasi atau cemas

3. Depersonalisasi

4. Halusinasi

5. Delusi

6. Higine yang buruk

Page 25: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

Gejala utama: halusinasi dan delusi (waham).

Gejala utama ini terlihat pada pasien (dalam skenario) yaitu pasien merasa

bahwa tetangga dan keluarganya merencakan niat jahat terhadap dirinya. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami waham curiga.

Gejala lanjutan menunjukkan bertambahnya derajat kesakitan pada pasien

dengan gangguan psikotik. Gejala lanjutan tersebut antara lain pembicaraan

yang inkoheren, perilaku aneh, bingung dalam berpikir, kehilangan minat dan

kebersihan diri yangkurang, bersikap dingin (apatis), bermasalah di lingkungan

sosial, dan juga terjadi perubahan suasana hati yang mudah berubah-ubah.

Pada pemeriksaan status mental pasien didapatkan halusinasi dan

derealisasi yang menyebabkan perilaku aneh pada pasien, ditandai dengan

seringnya pasien marah-marah dan berteriak-teriak tanpa sebab, serta

mengamuk bahkan hampir membakar rumahnya sendiri.

Gejala psikotik ini muncul pada pasien skizofrenia, gangguan bipolar, dan

depresi berat (NHS Choices, 2014). Sehingga dapat kami simpulkan bahwa

pasien positif mengalami gangguan psikotik.

9. Alasan dokter menyarankan untuk mondok dan terapi yang diberikan.

Data di Amerika menunjukkan bahwa 1 dari 5 orang memiliki niat untuk

bunuh diridan 1 dari 25 orang merupakan kasus kematian bunuh diri di

Amerika (NHS Choices, 2014). Sehingga perawatan yang intensif diperlukan

untuk pasien pada skenario.

Terapi non-farmakologi (NAMI, 2015) yang dapat dilakukan antara lain:

a. cognitive behavioral therapy (CBT) yang melatih pasien supaya dapat

mengevaluasi pola pikir dan dapat membedakan antara pengalaman/realita dan

imajinasi

b. cognitive enhancement therapy (CET) dengan cara membentuk kelompok

belajar/regu kerja untuk meningkatkan fungsi kognitif pasien sehingga pola

pikir pasien dapat terorganisir, serta

c. family psychoeducation and support dengan cara memberi pengarahan kepada

Page 26: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

keluarga pasien supaya dapat mendukung pasien sehingga diharapkan hal

tersebut dapat meningkatkan fungsi psikologis pasien. Hasil dapat terlihat

setelah 9 bulan mengikuti kelas ini.

Pada dasarnya, seseorang yang pernah mengalami ganngguan psikotik

tidak dapat sembuh total. Sehingga apabila pasien kembali terpapar stressor,

pasien dapat beradaptasi sehingga stressor tidak banyak mempengaruhi pasien

dan diharapkan gejala psikotik tidak muncul kembali pada pasien.

10. Cara pemeriksaan status mental

Pemeriksaan Status Mental:

A. Deskripsi Umum:

1. Penampilan: Posture, sikap, pakaian, perawatan diri, rambut, kuku, sehat,

sakit, marah, takut, apatis, bingung, merendahkan, tenang, tampak lebih

tua, tampak lebih muda, bersifat seperti wanita, bersifat seperti laki-laki,

tanda-tanda kecemasan–tangan basah, dahi berkeringat, gelisah, tubuh

tegang, suara tegang, mata melebar, tingkat kecemasan berubah-ubah

selama wawancara atau dengan topik khusus.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotorik: Cara berjalan, mannerisme, tics,

gerak–isyarat, berkejang-kejang (twitches), stereotipik, memetik,

menyentuh pemeriksa, ekopraksia, janggal / kikuk (clumsy), tangkas

(agile), pincang (limp), kaku, lamban, hiperaktif, agitasi, melawan

(combative), bersikap seperti lilin (waxy) .

3. Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif, penuh perhatian, menarik

perhatian, menantang (frack), sikap bertahan, bermusuhan, main-main,

mengelak (evasive), berhati-hati (guarded).

B. Bicar: Cepat, lambat, memaksa (pressure), ragu-ragu (hesitant), emosional,

monoton, keras, membisik (whispered), mencerca (slurred), komat-kamit

(mumble), gagap, ekolalia, intensitas, puncak (pitch), berkurang (ease),

spontan, bergaya (manner), bersajak (prosody).

C. Mood dan Afek:

Page 27: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

1. Mood: (Suatu emosi yang meresap dan bertahan yang mewarnai persepsi

seseorang terhadap dunianya) : Bagaimana pasien menyatakan

perasaannya, kedalaman, intensitas, durasi, fluktuasi suasana perasaan–

depresi, berputus asa (despairing), mudah tersinggung (irritable), cemas,

menakutkan (terrify), marah, meluap-luap (expansived), euforia, hampa,

rasa bersalah, perasaan kagum (awed), sia-sia (futile), merendahkan diri

sendiri (self– contemptuous), anhedonia, alexithymic.

2. Afek: (ekspresi keluar dari pengalaman dunia dalam pasien), Bagaimana

pemeriksa menilai afek pasien–luas, terbatas, tumpul atau datar, dangkal

(shallow), jumlah dan kisaran dari ekspresi perasaan; sukar dalam

memulai, menahan (sustaining) atau mengakhiri respons emosinal,

ekspresi emosi serasi dengan isi pikiran, kebudayaan.

3. Keserasian: keserasian respon emosional pasien dapat dinilai dalam

hubungan dengan masalah yang sedang dibahas oleh pasien. Sebagai

contoh, pasien paranoid yang melukiskan waham kejarnya harus marah

atau takut tentang pengalaman yang sedang terjadi pada mereka. Afek

yang tidak serasi, ialah suatu mutu respons yang ditemukan pada beberapa

pasien skizofrenia; afeknya inkongruen dengan topik yang sedang mereka

bicarakan. (contohnya : mereka mempunyai afek yang datar ketika

berbicara tentang impuls membunuh). Ketidak serasian juga

mencerminkan tarap hendaya dari pasien untuk mempertimbangkan atau

pengendalian dalam hubungan dengan respons emosional.

D. Pikiran dan Persepsi:

1. Bentuk Pikiran:

a. Produktivitas: Ide yang meluap-luap (overabundance of ideas),

kekurangan ide (paucity of ideas), ide yang melompat-lompat (flight of

ideas), berpikir cepat, berpikir lambat, berpikir ragu-ragu (hesitant

thinking), apakah pasien bicara secara spontan ataukah menjawab

hanya bila ditanya, pikiran mengalir (stream of thought), kutipan dari

pasien (quotation from patient).

Page 28: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

b. Arus pikiran: Apakah pasien menjawab pertanyaan dengan sungguh-

sungguh dan langsung pada tujuan, relevan atau tidak relevan, asosiasi

longgar, hubungan sebab akibat yang kurang dalam penjelasan pasien;

tidak logis, tangensial, sirkumstansial, melantur (rambling), bersifat

mengelak (evasive), perseverasi, pikiran terhambat (blocking) atau

pikiran kacau (distractibility).

c. Gangguan Berbahasa: Gangguan yang mencerminkan gangguan

mental seperti inkoheren, bicara yang tidak dimengerti (word salad),

asosiasi bunyi (clang association), neologisme.

2. Isi Pikiran:

Preokupasi: Mengenai sakit, masalah lingkungan, obsesi, kompulsi, fobia,

rencana bunuh diri, membunuh, gejala-gejala hipokondrik, dorongan atau

impuls-impuls antisosial.

3. Gangguan Pikiran:

a. Waham: Isi dari setiap sistim waham, organisasinya, pasien yakin akan

kebenarannya, bagaimana waham ini mempengaruhi kehidupannya;

waham penyiksaan–isolasi atau berhubungan dengan kecurigaan yang

menetap, serasi mood (congruent) atau tak serasi mood (incongruent).

b. Ideas of Reference dan Ideas of influence :Bagaimana ide mulai, dan

arti / makna yang menghubungkan pasien dengan diri mereka.

4. Gangguan Persepsi:

a. Halusinasi dan Ilusi: Apakah pasien mendengar suara atau melihat

bayangan, isi, sistim sensori yang terlibat, keadaan yang terjadi,

halusinasi hipnogogik atau hipnopompik ; thought brocasting.

b. Depersonalisasi dan Derealisasi: Perasaan yang sangat berbeda

terhadap diri dan lingkungan.

5. Mimpi dan Fantasi

a. Mimpi: satu yang menonjol, jika ia iingin menceritakan, mimpi buruk.

b. Fantasi: berulang, kesukaan, lamunan yang tak tergoyahkan.

E. Sensorium dan Fungsi Kognitif:

Page 29: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

1. Kesadaran: Kesadaran terhadap lingkungan, jangka waktu perhatian,

kesadaran berkabut, fluktuasi tingkat kesadaran, somnolen, stupor,

kelelahan, keadaan fugue.

2. Orientasi:

a. Waktu: Apakah pasien mengenal hari secara benar, tanggal, waktu dari

hari, jika dirawat di rumah sakit dia mengetahui sudah berapa lama ia

dia berbaring disitu,

b. Tempat: Apakah pasien tahu dimana dia berada.

c. Orang: Apakah pasien mengetahui siapa yang memeriksa dan apa

peran dari orang-orang yang bertemu denganya.

3. Konsentrasi dan Perhitungan: Pengurangan 7 dari 100 dan hasilnya tetap

dikurangi 7. jika pasien tidak dapar dengan pengurangan 7. pasien dapat

tugas lebih mudah – 4 x 9; 4 x 5 ; Apakah cemas atau beberap gangguan

mood atau konsentrasi yg bertanggung jawab terhadap kesulitan ini.

4. Daya ingat: Gangguan, usaha yang membuat menguasai gangguan itu –

penyangkalan, konfabulasi, reaksi katastropik, sirkumstansialitas yang

digunakan untuk menyembunyikan kekurangannya, apakah proses

registrasi, retensi, rekoleksi material terlibat.

a. Daya ingat jangka panjang (remote memory): data masa kanak-kanak,

peristiwa penting yang terjadi ketika masih muda atau bebas dari

penyakit, persoalan-persoalan pribadi.

b. Daya ingat jangka pendek (Recent past memory, recent memory):

beberapa bulan atau beberapa hari yang lalu, apa yang dilakukan

pasien kemarin, sehari sebelumnya, sudah sarapan, makan siang,

makan malam.

c. Daya ingat segera (immediate retention and recall): kemampuan untuk

mengulangi enam angka setelah pemeriksa mendiktekannya – pertama

maju, kemudian mundur, sedudah beberapa menit interupsi, tes

pertanyaan yang lain, pertanyaan yang sama, jika diulang, sebutkan

empat perbedaan jawaban pada empat waktu.

Page 30: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

d. Pengaruh atau kecacatan pada pasien: mekanime pasien

mengembangkan kemampuan menguasai kecacatan.

5. Tingkat Pengetahuan: Tingkat pendidikan formal, perkiraan kemampuan

intelektual pasien dan apakah mampu berfungsi pada tingkat dasar

pengetahuan; jumlah, perhitungan, pengetahuan umum, pertanyaan harus

relevan dengan latar belakang pendidikan dan kebudayaan pasien.

6. Pikiran Abstrak: Gangguan dalam formulasi konsep; cara pasien

mengkonsepsualisasikan atau menggunakan ide-idenya, (misalnya

membedakan antara apel dan pear, abnormalitas dalam mengartikan

peribahasa yang sederhana, misalnya; “Batu-batu berguling tidak

dikerumuni lumut”; jawabannya mungkin konkrit. Memberikan contoh-

contoh yang spesipik terhadap ilustrasi atau arti) atau sangat abstrak

(memberikan penjelasan yang umum); kesesuaian dengan jawaban.

F. Tilikan:

1. Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit

2. Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta pertolongan

tetapi menyangkalinya pada saat yang bersamaan.

3. Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain, faktor luar,

medis atau faktor organik yang tidak diketahui.

4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui

pada dirinya.

5. Tilikan Intelektual: Pengakuan sakit dan mengetahui gejala dan kegagalan

dalam penyesuaian sosial oleh karena perasaan irrasional atau terganggu,

tanpa menerapkan pengetahuannya untuk pengalaman dimasa mendatang.

6. Tilikan Emosional yang sebenarnya: kesadaran emosional terhadap motif-

motif perasaan dalam, yang mendasari arti dari gejala; ada kesadaran yang

menyebabkan perubahan kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang;

keterbukaan terhadap ide dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan

orang-orang penting dalam kehidupannya.

G. Daya nilai:

Page 31: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

1. Daya nilai Sosial: Manifestasi perilaku yang tidak kentara yang

membahayakan pasien dan berlawanan dengan tingkah laku yang dapat

diterima budayanya. Adanya pengertian pasien sebagai hasil yang tak

mungkin dari tingkah laku pribadi dan pasien dipengaruhi oleh pengertian

itu.

2. Uji daya nilai: pasien dapat meramalkan apa yang akan dia lakukan dalam

bayangan situasi tsb. Misalnya apa yang akan dilakukan pasien dengan

perangko, alamat surat yang dia temukan dijalan.

3. Penilaian Realitas: kemampuan membedakan kenyataan dengan fantasi

11. Diagnosis banding

Schizophrenia (NIH, 2015)

Merupakan suatu gangguan mental yang menyebabkan pasien kesulitan

mmbedakan antara realita dan non-realita. Selain itu, mempersulit berpikir jernih

serta menyebabkan perilaku aneh sekaligus memiliki respon emosional yang

abnormal.

Etiologi

Idiopatik, namun gen diduga memiliki peranan penting.

Epidemiologi

Angka kejadian pada wanita dan pria sama besar. Biasanya mulai terdeteksi pada

usia remaja, khususnya laki-laki sedangkan pada wanita, kecenderungan muncul

kemudian (usia dewasa muda). Pada anak-anak biasanya muncul setelah umur 5

tahun namun hal ini jarang terjadi dan sering sulit dibedakan dengan autisme.

Gejala

Gejala biasanya dialami dalam waktu beberapa bulan/tahun. Biasanya pasien

terdiagnosis skizofrenia sulit berkomunikasi dengan teman/memiliki masalah

sosial, juga mudah curiga, terlihat murung, dan memiliki kecenderungan

berperilaku ingin bunuh diri.

Page 32: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

Gejala awal yang mungkin terlihat: memiliki masalah konsentrasi, kesulitan

tidur,dan perasaan yang sensitif. Selanjutnya, mulai terlihat masalah perilaku,

emosi, dan cara berpikir seperti halusinasi, cenderung menyendiri, delusi,

berbicara irasional dan inkoheren.

Pemeriksaan

Dilakukan dengan anamnesis maupun alloanamnesis.

Terapi

Selama episode skizofrenia, pasien dianjurkan untuk rawat inap untuk alasan

keselamatan. Pengobatan famakologi paling efektif yang dapat diberikan

adalahantipsikotik yang berfungsi untuk mengontrol gejala (perilaku) psikotik.

Skizofrenia merupakan gangguan seumur hidup sehingga pasien dapat saja butuh

untuk diterapi seumur hidup karena dapat saja suatu hari episode tersebut dapat

berulang.

Page 33: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

BAB III

KESIMPULAN

Jenis gangguan jiwa yang dialami oleh laki-laki usia 25 pada skenario

pasien mengalami gangguan jiwa psikosis. Berdasarkan onset dan gejala klinis

yang muncul, gangguan psikosis dibagi menjadi skizofrenia, gangguan psikotik

akut, gangguan waham, dan skizoafektif. Karena onset gangguan yang dialami

penderita adalah 4 minggu, dan gejala klinis yang muncul merupakan gejala klinis

yang menyerupai skizofrenia serta riwayat keluarga yang sama maka diagnosis

sementara yang dapat disimpulkan adalah gangguan psikotik skizofrenia paranoid.

Dari pemeriksaan didapatkan waham, dapat dilihat dari deskripsi bahwa pasien

merasa bahwa tetangga dan keluarganya merencanakan niat jahat terhadapnya

(waham curiga). Keluarga pasien psikotik cenderung membawa pasien ke

paranormal karna terdapat prilaku pasien yang tidak biasanya.

Pada skenario ini terapi utama yang dibutuhkan adalah farmakoterapi

anti-psikosis, selain itu pasien harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari

dengan tujuan agar terjadi tindakan yang tidak diinginkan, seperti mencelakai diri

sendiri atau orang lain. Pasien juga perlu kontrol rutin untuk penanganan yang

lebih baik.

Page 34: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

BAB IV

SARAN

Saran untuk kelompok kami agar kami dapat datang tepat waktu. Hal ini

supaya diskusi tutorial dapat berjalan dengan tepat waktu sehingga banyak materi

yang dapat dibahas dalam diskusi. Selain itu, kami harus dapat memberikan

pendapat dengan lebih aktif dan tidak takut salah sehingga kami dapat saling

sharing ilmu dan belajar bersama. Kami juga harus lebih berkoordinasi tugas satu

sama lain, menghargai pendapat, dan mengerti tanggung jawab masing-masing.

Saran untuk pembaca diharap bisa mengambil informasi sebanyak-banyaknya dan

menyebarkan pada yang masyarakat lain sehingga pengetahuan mengenai masalah

gangguan pada hidung dan tenggorok dapat diketahui oleh masyarakat.

Kami menyadari bahwa tugas ini tersusun dalam bentuk yang masih

sederhana sehingga masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Kami berharap

semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kami semua sendiri dan bahkan bagi

pembaca yang lain. Kami juga menerima kritik, saran, dan tambahan ilmu lainnya

sehingga kami dapat bersama-sama belajar dan ilmu tersebut dapat bermanfaat

bagi kami di saat ini atau masa depan.

Page 35: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

DAFTAR PUSTAKA

Association American Psychiatric, 2013. Diagnostic and statistical manual of

mental disorders: DSM-5. s.l.:s.n.

Benhard, RS 2007, Skizofrenia & Diagnosis Banding, Balai Penerbit FKUI,

Jakarta. Nolen-Hoeksema, S 2014, Abnormal Psychology, Edisi 6,

McGraw-Hill, New York.

Maramis, WF 2009, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi 2, Airlangga University

Press,

Surabaya.

Maslim, R 2013, Buku Saku PPDGJ-III dan DSM -5, FK Unika Atmajaya,

Jakarta.

BIBLIOGRAPHY NAMI, 2015, Mental Illness, dilihat tanggal 22 November 2015,

<HYPERLINK "https://www.nami.org/Learn-More/Mental-Health-

Conditions"https://www.nami.org/Learn-More/Mental-Health-Conditions>.

NAMI, 2015, Psychosis, dilihat tanggal 22 November 2015,

<https://www.nami.org/Learn-More/Mental-Health-Conditions/Related-

Conditions/Psychosis>.

NAMI, 2015, Psychotherapy, dilihat tanggal 22 November 2015,

<https://www.nami.org/Learn-More/Mental-Health-Conditions/Related-

Conditions/Psychosis>.

NHS CHOICES, 2014. Psychosis: complications, dilihat tanggal 22 November

2015, <https://nhs.uk/conitions/Psychosis/Pages/Introduction.aspx>.

NHS CHOICES, 2014, Psychosis: what causes psychosis?, dilihat tanggal 22

November 2015,

<https://nhs.uk/conditions/Psychosis/Pages/Introduction.aspx>.

NIH, 2015, Schizophrenia, dilihat tanggal 22 November 2015,

<https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000928.htm>.

Page 36: Laporan Tutorial Skenario 1 Psikiatri

Santrock, JW 2003, Adolescence : Perkembangan Remaja, Edisi 6, Erlangga,

Jakarta.

U.S. National Library of Medicine, 2013, Psychotic disorders, dilihat tanggal 22

November 2015,

<https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/psychoticdisorders.html>.