laporan tutorial skenario 3 blok tumbang

33
Tumbuh Kembang Anak Seorang ibu muda membawa kedua anaknya ke dokter untuk berkonsultasi karena anak tertua Bayu yang berusia 6 tahun terlihat lebih kecil dibandingkan anak seusianya.Asupan dan nafsu makannya cukup baik. Bayu mendapat ASI eksklusif dan diteruskan sampai usia 2 tahun. Bayu sudah dibawa ke dokter Puskesma dan mendapat konseling tentang pola makan yang sesuai untuk umurnya. Ibunya merasa tidak puas, karena takut Bayu menderita marasmus, sebaliknya adiknya yang perempuan, usia 4 tahun terlihat lebih besar dan gemuk. Adik bayu hanya mendapat susu formula karena ditinggal ibunya yang sedang menjalani pendidikan dan diasuh oleh pembantu. Sampai saat ini adiknya malas makan, hanya mengkonsumsi susu sepanjang hari dan belum lancar berbicara. Ia juga sering menderita demam, batuk, pilek dan diberi obat yang dibeli di toko. Dokter melakukan pemeriksaan antropometri terhadap keduanya, ternyata pertumbuhan Bayu dalam batas normal, sesuai dengan potensi genetiknya, sedangkan adiknya obesitas karena BMI nya lebih besar dari normal. Dokter menjelaskan bahwa nutrisi yang benar adalah gizi seimbang dan komplit serta imunisasi itu sangat penting, karena kedua anaknya belum pernah mendapat imunisasi. Terminologi Asing 1. Marasmus Merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk dan paling sering ditemui pada balita karena adanya kekurangan asupan protein. 2. Obesitas

Upload: dian-puspa

Post on 08-Jul-2016

359 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

ho

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

Tumbuh Kembang Anak

Seorang ibu muda membawa kedua anaknya ke dokter untuk berkonsultasi karena anak tertua

Bayu yang berusia 6 tahun terlihat lebih kecil dibandingkan anak seusianya.Asupan dan nafsu

makannya cukup baik. Bayu mendapat ASI eksklusif dan diteruskan sampai usia 2 tahun. Bayu sudah

dibawa ke dokter Puskesma dan mendapat konseling tentang pola makan yang sesuai untuk umurnya.

Ibunya merasa tidak puas, karena takut Bayu menderita marasmus, sebaliknya adiknya yang

perempuan, usia 4 tahun terlihat lebih besar dan gemuk. Adik bayu hanya mendapat susu formula

karena ditinggal ibunya yang sedang menjalani pendidikan dan diasuh oleh pembantu. Sampai saat ini

adiknya malas makan, hanya mengkonsumsi susu sepanjang hari dan belum lancar berbicara. Ia juga

sering menderita demam, batuk, pilek dan diberi obat yang dibeli di toko. Dokter melakukan

pemeriksaan antropometri terhadap keduanya, ternyata pertumbuhan Bayu dalam batas normal, sesuai

dengan potensi genetiknya, sedangkan adiknya obesitas karena BMI nya lebih besar dari normal.

Dokter menjelaskan bahwa nutrisi yang benar adalah gizi seimbang dan komplit serta imunisasi itu

sangat penting, karena kedua anaknya belum pernah mendapat imunisasi.

Terminologi Asing

1. Marasmus

Merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk dan paling sering ditemui pada balita karena

adanya kekurangan asupan protein.

2. Obesitas

Penumpukan lemak yang berlebihan.

3. Antropometri

Ilmu yang mempelajari tentang pengukuran tubuh dimensi manusia dari tulang, otot dan jaringan.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola makan yang sesuai dengan umur anak?

2. Apa saja yang diukur pada pemeriksaan antropometri anak?

3. Mengapa adik bayu sering demam, batuk, dan pilek?

Page 2: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

4. Mengapa anak yang mengonsumsi ASI eksklusif memilih BB yang lebih rendah daripada anak yang

mengonsumsi susu formula?

5. Apakah hubungan mengonsumsi susu formula dengan malas makan?

Hipotesis

1. Anak usia 0-1 tahun :

Kebutuhan energy : 11-120kal/kg/BB/hari

Kebutuhan protein : 2,5 gram/kgBB/hari

Kebutuhan lemak : 20% dari total kalori terutama yang mengandung asam lemak esensial

Kebutuhan karbohidrat : 50-60% dari total kalori

2. – Berat Badan - Panjang Lutut

- Tinggi Badan - Lingkar Perut

- Lingkar Lengan Atas - Tekanan Darah

- Lingkar Kepala - Suhu

- Lingkar Dada

3. Anak yang tidak mengonsumsi ASI akan mudah terserang penyakit karena lemahnya daya tahan

tubuh. Anak tidak meminum kolostrum pada ASI yang berfungsi untuk membentuk antibody.

4. Susu formula memiliki kadar gula yang lebih tinggi dari ASI sehingga anak mudah terkena obesitas.

5. Kadar gula yang tinggi akan memberikan kalori yang tinggi pada anak. Anak akan cepat kenyang

sehingga malas makan.

Tujuan Pembelajaran

Mahasiswa mampu menjelaskan tentang

1. Pengertian tumbuh dan kembang pada anak

Page 3: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

2. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak

3. Pola Asuh pada anak sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak

4. Pola makan dan minum pada anak

5. Gangguan makan dan minum pada anak

6. Gangguan bicara pada anak

7. Pemeriksaan antropometri pada anak

8. Klasifikasi gangguan gizi pada anak (gizi buruk, gizi lebih, dan gangguan mikronutrien)

9. Program imunisasi anak seusia program pemerintah

Page 4: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

TAHAPAN TUMBUH KEMBANG ANAK

Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan besal sel di seluruh bagian tubuh.Sementara

perkembangan adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat

tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau

kedewasaan dan pembelajaran. Ada beberapa tahapan tumbuh kembang anak, yaitu:

V  Neonatus (bayi lahir sampai usia 28 hari)

Dalam tahap neonatus ini bayi memiliki kemungkinan yang sangat besar tumbuh dan kembang

sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya.Sedangkan perawat membantu orang tua

dalam memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi yang masih belum diketahui oleh orang tuanya.

V Bayi (1 bulan sampai 1 tahun)

Dalam tahap ini bayi memiliki kemajuan tumbuh kembang yang sangat pesat. Bayi pada usia 1-

3 bulan mulai bisa mengangkat kepala,mengikuti objek pada mata, melihat dengan tersenyum dll. Bayi

pada usia 3-6 bulan mulai bisa mengangkat kepala 90°, mulai bisa mencari benda-benda yang ada di

depan mata dll. Bayi usia 6-9 bulan mulai bisa duduk tanpa di topang, bisa tengkurap dan berbalik

sendiri bahkan bisa berpartisipasi dalam bertepuk tangan dll. Bayi usia 9-12 bulan mulai bisa berdiri

sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan dtuntun, menirukan suara dll. Perawat disini membantu orang

tua dalam memberikan pengetahuan dalam mengontrol perkembangan lingkungan sekitar bayi agar

pertumbuhan psikologis dan sosialnya bisa berkembang dengan baik.

v   Todler (usia 1-3 tahun)

Anak usia toddler ( 1 – 3 th ) mempunyai sistem kontrol tubuh yang mulai membaik, hampir

setiap organ mengalami maturitas maksimal. Pengalaman dan perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh

lingkungan diluar keluarga terdekat, mereka mulai berinteraksi dengan teman, mengembangkan

perilaku/moral secara simbolis, kemampuan berbahasa yang minimal. Sebagai sumber pelayanan

kesehatan, perawat berkepentingan untuk mengetahui konsep tumbuh kembang anak usia toddler guna

memberikan asuhan keperawatan anak dengan optimal.

v   Pra Sekolah (3-6 tahun)

Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak usia prasekolah

memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal

pertumbuhan, secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata

Page 5: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm.

Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya.BB mencapai

16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir. Frekuensi nadi

dan pernafasan turun sedikit demi sedikit. Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra

sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm, yang mulai ada perubahan adalah pada gigi

yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent ssudah dapat terjadi.

v   Usia sekolah (6-12 tahun)

Kelompok usia sekolah  sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya. Perkembangan fisik,

psikososial, mental anak meningkat.Perawat disini membantu memberikan waktu dan energi agar anak

dapat mengejar hoby yang sesuai dengan bakat yang ada dalam diri anak tersebut.

v   Remaja ( 12-18/20 tahun)

Perawat membantu para remaja untuk pengendalian emosi dan pengendalian koping pada jiwa

mereka saat ini dalam menghadapi konflik.

v   Dewasa muda (20-40 tahun)

Perawat disini membantu remaja dalam menerima gaya hidup yang mereka pilih, membantu

dalam penyesuaian diri, menerima komitmen dan kompetensi mereka, dukung perubahan yang penting

untuk kesehatan.

v   Dewasa menengah (40-65 tahun)

Perawat membantu individu membuat perencanaan sebagai antisipasi terhadap perubahan hidup,

untuk menerima faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kesehatan dan fokuskan perhatian

individu pada kekuatan, bukan pada kelemahan.

v   Dewasa tua

Perawat membantu individu untuk menghadapi kehilangan (pendengaran, penglihatan, kematian

orang tercinta).

POLA ASUH ANAK

Page 6: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

Pola asuh merupakan pola pengasuhan yang diberikan orangtua untuk membentuk kepribadian

anak (Prasetya, 2003).Pola asuh orangtua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat

relatif konsisten dari waktu ke waktu.Pola perilaku ini dapat dirasakan anak dari segi negatif maupun

segi positif.Pengasuhan menurut Shochib, (2010) adalah orang yang melaksanakan tugas

membimbing, memimpin, atau mengelola.Pengasuhan yang dimaksud di sini adalah mengasuh anak.

Tipe pola asuh menurut Prasetya (2003), yaitu :

a. Pola Asuh Demokrasi ( Autoritatif ) Pengasuhan Autoritatif adalah pola asuh demokrasi yang

mendorong remaja bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan

mereka. Pada umumnya pola pengasuhan ini di terapkan oleh orangtua yang menerima kehadiran anak

dengan sepenuh hati serta memiliki pandangan atau wawasan kehidupan masa depan dengan jelas.

Mereka tidak hanya memikirkan masa kini, tetapi memahami bahwa ke masa depan harus dilandasi

oleh tindakan-tindakan masa kini. Mereka menyadari dan menghayati adanya kesinambungan

perkembangan kepribadian anak sepanjang hidupnya.Pola asuh ini lebih memprioritaskan kepentingan

anak dibandingkan dengan kepentingan dirinya sendiri tetapi mereka tidak segan-segan mengendalikan

anak.Berani menegur anak bila anak berperilaku buruk. Mereka mengerahkan perilaku anak sesuai

dengan kebutuhan anak agar memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan-keterampilan yang akan

mendasari anak untuk membentuk kepribadian dan kehidupan di masa yang mendatang. Komunikasi

verbal timbal balik bisa berlangsung dengan bebas, dan orangtua bersikap hangat dan bersifat

membesarkan hati remaja.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak-anak dengan tipe pola asuh

autoritatif ini cenderung lebih mandiri, tegas terhadap diri sendiri, memiliki kemampuan instropeksi

dan mengendalikan diri,mudah bekerjasama dengan orang lain secara sinergik serta ramah terhadap

orang lain yang menyebabkan mereka mudah bergaul dengan teman-teman sebayanya maupun dengan

orang-orang yang lebih dewasa.

b. Pola Asuh Pemanja (Permisif) Pola pengasuhan pemanja atau Permisif ini merupakan

kebalikan dari pola pengasuhan otoriter. Segala sesuatu justru berpusat pada kepentingan

anak.Orangtua tidak mengendalikan perilaku sesuai dengan kebutuhan perkembangan kepribadian

anak.Orangtua atau pengasuhan yang tidak pernah menegur atau tidak berani menegur perilaku anak

meskipun perilaku anak tersebut sudah keterlaluan atau diluar batas kewajaran.Dalam kondisi yang

demikian terkadang terkesan jangan sampai mengecewakan anak atau yang penting jangan sampai

anak menangis.

c. Pola Asuh Otoriter ( Autoritarian ) Kebanyakan pola asuh ini diterapkan oleh orangtua yang

berasal dari pola pengasuhan otoriter pula dimasa kanak-kanaknya atau oleh orangtua yang menolak

Page 7: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

kehadiran anaknya. Pengasuhan Autoritarian atau pola asuh otoriter adalah gaya yang membatasi dan

bersifat menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orangtua dan untuk

menghormati pekerjaan serta usaha. Orang tua yang bersifat Autoritarian membuat batasan dan kendali

yang tegas terhadap remaja dan hanya sedikit melakukan komunikasi verbal. Pengasuhan Autoritarian

cenderung tidak memikirkan apa yang akan terjadi dimasa depan, selalu menetapkan standart yang

mutlak yang ditentukan secara sepihak dan harus di turuti, biasanya di ikuti dengan ancaman-ancaman.

Misalnya kalau tidak makan, maka tidak akan di ajak bicara. Orangtua tipe ini cenderung memaksa,

memerintah, menghukum, tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu

arah. Sebagai contoh, seorang orangtua Autoritarian bisa berkata “ Kamu harus melakukan apa yang

saya katakan, tidak ada tawar-menawar!”

d. Pola Pengasuhan Penelantar. Orangtua tipe pola pengasuhan ini bukan hanya berarti

menelantarkan anak secara fisik ataupun nutrisial tetapi juga berarti menelantarkan anak dalam kaitan

psikis. Bisa jadi secara fisik, anak sama sekali tidak terlantar dan nutrisial serta papan pangan tecukupi.

Orangtua atau pengasuh kurang atau bahkan sama sekali tidak peduli perkembangan psikis anak. Anak

di biarkan berkembang sendiri.Pola pengasuhan seperti ini pada umumnya diterapkan oleh orangtua

yang sebenarnya menolak kehadiran anak dengan berbagai macam alasan.Terkadang tidak disadarinya

atau tidak di akuinya dengan jujur, selanjutnya tidak terjadi perubahan sikap ketika anaknya lahir.

POLA MAKAN DAN MINUM ANAK

Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang

dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Yayuk Farida Baliwati. dkk, 2004 :

69).

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling baik bagi bayi dan balita hingga berumur

dua tahun, dan dianjurkan memberikan secara ekslusif selama enam bulan pertama. Secara berangsur

sesudah berusia enam bulan bayi diberikan makanan lumat, makanan lembek dan makanan biasa guna

untuk mengembangkan kemampuan mengunyah, menelan serta menerima bermacam-macam makanan

dengan berbagai tekstur dan rasa, sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizi

dibutuhkan. Pemberian makanan hendaknya disesuaikan dengan perkembangan balita, makanan

hendaknya dipilih dengan baik yaitu mudah dicerna, diabsorpsi dan dimetabolisme.

Makanan akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mental balita, oleh

karena itu makanan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan gizi balita. Balita dalam proses

Page 8: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

pertumbuhan dan perkembangannya ditentukan oleh makanan yang dimakan sehari-hari, untuk tumbuh

optimal membutuhkan asupan makanan yang baik yaitu beragam, jumlah yang cukup, bergizi dan

seimbang (Depkes RI,2002).

Kebutuhan Zat Gizi Pada Balita

Kebutuhan gizi balita diberikan harus disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, berat badan,

aktivitas, jumlah yang cukup, bergizi dan seimbang. Guna untuk pemeliharaan, pemulihan,

pertumbuhan dan perkembangan. Karena balita sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan

yang pesat (Uripi, 2004). Kebutuhan energi protein balita berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG)

rata-rata perhari yang dianjurkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi dapat dilihat pada tabel dibawah

ini :

Page 9: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

Energi

Energi dibutuhkan oleh tubuh yang berasal dari zat gizi yang merupakan sumber utama yaitu

karbohidrat, lemak dan protein. Energi yang diperlukan tubuh ini dinyatakan dalam satuan kalori.

Setiap 1 (satu) gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori, 1 (satu) gram lemak menghasilkan 9 kalori

dan 1 (satu) gram protein menghasilkan 4 kalori. Energi yang diperlukan tubuh dapat dibagi menjadi 3

(tiga) yaitu :

(1) Energi untuk kebutuhan fisiologis minimal tubuh dalam keadaan basal,

(2) Energi untuk melakukan kerja luar yaitu energi yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan

atau aktivitas fisik,

(3) Energi untuk menutup pengaruh makanan yaitu banyaknya energi yang digunakan untuk

mencerna atau mengangkut makanan dalam tubuh.

Kebutuhan energi balita sehat dapat dihitung berdasarkan usia dan berat badan. Kebutuhan

energi dalam sehari pada balita usia 1-3 tahun adalah 100 kalori per kilogram berat badan, sedangkan

pada anak prasekolah kebutuhan energi dalam sehari 4-6 tahun adalah 90 kalori per kilogram berat

badan (Sulistijiani,dkk 2001).

Protein

Protein merupakan bahan pembentuk dasar struktur sel tubuh. Protein merupakan bagian kedua

terbesar tubuh setelah air. Protein juga merupakan bagian penting dari bahan-bahan pengatur seperti

enzim, hormon, dan plasma darah. Jaringan ini harus senantiasa diganti dan diperbaiki. Protein fungsi

utamanya adalah membentuk jaringan baru dan memperbaiki jaringan yang rusak. Pada anak balita

yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan lebih banyak protein,

sedangkan pada orang dewasa hanya untuk memelihara jaringan. Jadi bila protein makanan melebihi

jumlah yang diperlukan untuk pembangunan dan pemeliharaan, protein digunakan sebagai zat energi,

bila zat energi utama berupa karbohidrat dan lemak kurang dalam makanan sehari-hari (Almatsier, S.

dkk, 2011). Balita yang sedang dalam masa pertumbuhan secara fisiologis kebutuhan protein relatif

lebih besar dari pada orang dewasa. Menurut Persagi (1992), kebutuhan protein balita sehat (1-3 tahun)

dalam sehari 2,5 gram per kilogram berat badan sedangkan pada balita sehat pra sekolah (>3-4 tahun)

dalam sehari 2 gram per kilogram berat badan.

Page 10: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

GANGGUAN MAKAN DAN MINUM PADA ANAK

PENGERTIAN KESULITAN MAKAN

Jika bayi atau anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau pemberian makan

akan segera mengundang kekawatiran ibu. Keluhan yang biasa disampaikan berbagai macam di

antaranya :

- Penerimaan makanan yang tidak/kurang memuaskan.

- Makan tidak mau ditelan.

- Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan.

- Penolakan atau melawan pada waktu makan.

- Kebiasaan makan makanan yang aneh (pika).

- Hanya mau makan jenis tertentu saja.

- Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan.

- Kelambatan dalam tingkat keterampilan makan.

- Dan keluhan lain.

PENYEBAB KESULITAN MAKAN

Kesulitan makan dapat terjadi pada semua kelompok usia anak, tetapi jenis kesulitan makan dan

penyebabnya berlainan, juga mengenai derajat dan lamanya. Penyebab kesulitan makan mungkin

karena disebabkan oleh satu penyakit atau kelainan tertentu, tetapi bisa juga beberapa macam penyakit

atau faktor bersama-sama. Faktor yang merupakan penyebab kesulitan makan dapat dibedakan

menjadi 3 kelompok yaitu :

- Faktor nutrisi

- Faktor penyakit/kelainan organik

- Faktor penyakit/kelainan kejiwaan

Page 11: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

1. Faktor Nutrisi Berdasarkan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan, memilih jenis makanan dan

menentukan jumlah makanan, anak-anak dapat dikelompokkan :

- Konsumer pasif : bayi

- Konsumer semi pasif/semi aktif : anak balita

- Konsumer aktif : anak sekolah dan remaja

a. Pada bayi berusia 0 – 1 tahun

Pada bayi umumnya kesulitan makan karena faktor mekanis berkaitan dengan keterampilan

makan biasanya disebabkan oleh cacat atau kelainan bawaan pada mulut dan kelainan neuro motorik.

Selain itu dapat juga oleh kekurangan pembinaan/pendidikan makan antara lain :

- Manajemen pemberian ASI yang kurang benar.

- Usia saat pemberian makanan tambahan yang kurang tepat, terlalu dini atau terlambat.

- Jadwal pemberian makan yang terlalu ketat.

- Cara pemberian makan yang kurang tepat.

b. Pada anak balita usia 1 – 5 tahun

Kesulitan makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu makan makin meningkat

berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan lingkungan, mereka lebih mudah terkena

penyakit terutama penyakit infeksi baik yang akut maupun yang menahun, infestasi cacing dan

sebagainya.

c. Pada anak sekolah usia 6 – 12 tahun

Pada usia ini berkurangnya nafsu makan di samping karena sakit juga oleh karena faktor lain

misalnya waktu/kesempatan untuk makan karena kesibukan belajar atau bermain dan faktor kejiwaan.

Kesulitan makan karena faktor kejiwaan biasanya pada anak gadis usia sekitar 10 – 12 tahun sesuai

dengan awal masa remaja. Kesulitan makan mungkin mereka lakukan dengan sengaja untuk

mengurangi berat badan untuk mencapai penampilan tertentu yang didambakan. Sebaliknya mungkin

terjadi nafsu makan yang berlebihan yang mengakibatkan kelebihan berat yang berlanjut menjadi

obesitas.

Page 12: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

d. Pada anak remaja usia 12 – 18 tahun Kesulitan makan pada usia ini biasanya karena faktor

kejiwaan (anoreksia nervosa).

2. Faktor Penyakit / Kelainan Organik Berbagai unsur yang terlibat dalam makan yaitu alat pencernaan

makanan dari rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, tenggorokan, sistem syaraf, sistem

hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada unsur organik

tersebut pada umumnya akan disertai dengan gangguan atau kesulitan makan, untuk praktisnya

dikelompokkan menjadi :

a. Kelainan/penyakit gigi geligi dan unsur lain dalam rongga mulut

- Kelainan bawaan : Labioschisis, labiognatoschizis, labiognatopaltoschizis, frenulum lidah

yang pendek, makroglossi.

- Penyakit infeksi : stomatitis, ginggivitis, tonsilitis.

- Penyakit neuromuskuler : paresis/paralisis

b. Kelainan/penyakit pada bagian lain saluran cerna.

- Kelainan bawaan :atresiaoesophagus, achalasia, spasme duodenum, penyakit Hirschsprung

- Penyakit infeksi : akut/kronis - Diare akut, diare kronis, cacingan

c. Penyakit infeksi pada umumnya

- Akut : infeksi saluran pernafasan.

- Kronis : tuberkolosis paru, malaria.

d. Penyakit/kelainan non infeksi

Penyakit bawaan di luar rongga mulut dan saluran cerna :

- Penyakit jantung bawaan, Sindroma Down.

- Penyakit neuromuskuler : cerebral palsy.

- Penyakit keganasan : tumor Willems.

- Penyakit hematologi : anemia, leukemia.

- Penyakit metabolik/endokrin : diabetes mellitus.

Page 13: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

- Penyakit kardiovaskuler.

3. Faktor Gangguan / Kelainan Psikologis

a. Dasar teori motivasi dengan lingkaran motivasinya

Suatu kehendak/keinginan atau kemauan karena ada kebutuhan atau kekurangan yang menimbulkan

ketidak seimbangan. Orang membutuhkan makanan selanjutnya muncul perasaan lapar karena di

dalam tubuh ada kekurangan zat makanan. Atau sebaliknya seseorang yang di dalam tubuhnya sudah

cukup makanan yang baru atau belum lama dimakan, maka tubuh belum membutuhkan makanan dan

tidak timbul keinginan makan. Hal ini sering tidak disadari oleh para ibu atau pengasuh anak, yang

memberikan makanan tidak pada saat yang tepat, apalagi dengan tindakan pemaksaan, ditambah

dengan kualitas makanan yang tidak enak misalnya terlalu asin atau pedas dan dengan cara menyuapi

yang terlalu keras, memaksa anak untuk membuka mulut dengan sendok. Hal ini semua menyebabkan

kegiatan makan merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan.

b. Pemaksaan untuk memakan atau menelan jenis makanan tertentu yang kebetulan tidak

disukai.

Hal ini perlu pendekatan yang tepat dalam melatih anak mau memakan makanan yang

mungkin tidak disukai.

c. Anak dalam kondisi tertentu, misalnya anak daam keadaan demam, mual atau muntah dan dalam

keadan ini anak dipaksa untuk makan.

d. Suasana keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola interaksi antara orang tua dan anak

yang menciptakan suasana emosi yang tidak baik. Tidak tertutup kemungkinan sikap menolak makan

sebagai sikap protes terhadap perlakuan orang tua, misalnya cara menyuapi yang terlalu keras,

pemaksaan untuk belajar dan sebagainya.

DAMPAK KESULITAN MAKAN

Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya tidak menunjukkan

dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pada kesulitan makan yang berat dan

berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala yang timbul

tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan

tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi defisiensi vitamin A. Bila hanya mau minum susu saja

Page 14: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

akan terjadi anemi defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan energi

protein (KEP).

TATA LAKSANA MENGATASI KESULITAN MAKAN

Kesulitan makan merupakan masalah individu anak sehingga upaya mengatasinya juga bersifat

individual tergantung dari beratnya dan faktorfaktor yang menjadi penyebab. Penatalaksanaan

kesulitan makan yang berat mencakup 3 aspek yaitu :

1. Identifikasi faktor penyebab Dapat dengan anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, bahkan

mungkin diperlukan pemeriksaan penunjang. Pada keadaan yang berat mungkin penyebabnya tidak

hanya satu faktor (multi faktorial).

2. Evaluasi tentang faktor dan dampak nutrisi

- Wawancara yang cermat, khususnya riwayat pengelolaan makan, jenis makanan, jumlah makanan

yang dikonsumsi, makanan yang disukai dan yang tidak, cara dan waktu pemberian makan, suasana

makan dan perilaku makan.

- Pemeriksaan fisik khusus untuk menilai status gizi.

- Pemeriksaan penunjang bila diperlukan.

- Pemeriksaan kejiwaan bila diperlukan.

3. Melakukan upaya perbaikan

a. Nutrisi

- Memperbaiki gangguan gizi yang telah terjadi.

- Memperbaiki kekurangan makanan yang diperlukan misalnya jenis makanan, jumah makanan,

jadwal pemberian makan, perilaku dan suasana makan.

- Mengoreksi keadaan defisiensi gizi yang ditemukan. Sedapat mungkin diberikan dalam bentuk

makanan, bila tidak mungkin baru diberikan dalam bentuk obat-obatan.

b. Upaya mengobati faktor-faktor penyebab

Keberhasilan mengatasi masalah kesulitan makan juga tergantung kepada keberhasilan upaya

mengobati atau melenyapkan faktor penyebab baik faktor organik maupun faktor psikologis/gangguan

Page 15: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

kejiwaan. Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya akibat penyakit stomatitis atau tuberkulosis

akan cepat dapat diatasi. Tetapi untuk kesulitan makan yang berat misalnya pada gangguan

perkembangan neuromuskuler, kelainan bawaan misalnya kelainan pada bibir sumbing atau celah

langit-langit perlu kerjasama dengan keahlian yang terlibat di antaranya ahli bedah, rehabilitasi medik,

psikolog, ahli gizi dan sebagainya.

GANGGUAN BICARA PADA ANAK

Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran bicara (gagap),

afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, biasanya akibat cedera otak), serta keterlambatan

dalam bicara atau bahasa. Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang

mendukung proses tersebut seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan

gangguan bicara bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang “tidak normal”

(sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau menggunakan bahasa, atau

ketidakmampuan mekanisme motorik oral dalam fungsinya untuk bicara dan makan. Gangguan

perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu huruf sampai beberapa huruf dan

sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi huruf tersebut sehingga menimbulkan kesan cara

bicaranya seperti anak kecil. Selain itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas

suara. 25 Afasia merupakan kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan

kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat berlangsung dengan

baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan

memiliki onset setelah trauma kepala atau gangguan neurologis lain (contohnya kejang).

Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara.

Terdapat pengulangan suara, suku kata, kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme

tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan adanya riwayat

gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar anak

bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian anak.

Keterlambatan bicara (speech delay) adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan

yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan ini semakin hari tampaknya semakin meningkat

pesat. Beberapa data menunjukkan angka kejadian anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech

delay) cukup tinggi.

Page 16: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

Silva di New Zealand, sebagaimana dikutip Leung, menemukan bahwa 8,4% anak umur 3

tahun mengalami keterlambatan bicara sedangkan Leung di Canada mendapatkan angka 3% sampai

10%.2

Prevalensi keterlambatan perkembangan berbahasa di Indonesia belum pernah diteliti secara

luas. Data di Departemen Rehabilitasi Medik RSCM tahun 2006, dari 1125 jumlah kunjungan pasien

anak terdapat 10,13% anak didiagnosis keterlambatan bicara dan bahasa.

Penelitian Wahjuni tahun 1998 di salah satu kelurahan di Jakarta Pusat menemukan prevalensi

keterlambatan bahasa sebesar 9,3% dari 214 anak yang berusia bawah 3 tahun.28 Di Poliklinik

Tumbuh Kembang Anak RSUP Dr. Kariadi selama tahun 2007 diperoleh 100 anak (22,9 %) dengan

keluhan gangguan bicara dan berbahasa dari 436 kunjungan baru. 3 Anak yang mengalami

keterlambatan bicara dan bahasa berisiko mengalami kesulitan belajar, kesulitan membaca dan

menulis, dan akan menyebabkan pencapaian akademik yang kurang secara menyeluruh. Hal ini dapat

berlanjut sampai usia dewasa muda. Selanjutnya, orang dewasa dengan pencapaian akademik yang

rendah akibat keterlambatan bicara dan bahasa akan mengalami masalah perilaku dan penyesuaian

psikososial. Beberapa ahli menyimpulkan perkembangan bicara dan bahasa dapat dipakai sebagai

indikator perkembangan anak secara keseluruhan, termasuk kemampuan kognisi dan kesuksesan dalam

proses belajar di sekolah.

Penilaian Kemampuan Bicara Anak

Untuk menentukan apakah seorang anak mengalami keterlambatan bicara, dokter harus

memiliki pengetahuan dasar parameter penilaian kemampuan berbicara. Anak mengalami

perkembangan kemampuan berbicara sesuai dengan umurnya melalui tahapan pola berbicara normal

akan melalui tahap berikut :

Page 17: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

Etiologi Keterlambatan Bicara

Kemampuan dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik (anak) dan faktor

ekstrinsik (psikososial). Faktor intrinsik ialah kondisi pembawaan sejak lahir termasuk fisiologi dari

organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu, faktor ekstrinsik dapat

berupa stimulus yang ada di sekeliling anak, misalnya perkataan yang didengar atau ditujukan kepada

si anak.

Page 18: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:

1) Faktor Intrinsik

a) Retardasi mental

Retardasi mental merupakan penyebab paling umum dari keterlambatan bicara, tercatat lebih

dari 50% dari kasus. 32 Seorang anak retardasi mental menunjukkan keterlambatan bahasa

menyeluruh, keterlambatan pemahaman pendengaran, dan keterlambatan motorik. Secara umum,

semakin parah keterbelakangan mental, semakin lambat kemampuan komunikasi bicaranya. Pada

30%-40% anak-anak dengan retardasi mental, penyebabnya tidak dapat ditentukan. Penyebab retardasi

mental diantaranya cacat genetik, infeksi intrauterin, insufisiensi plasenta, obat saat ibu hamil, trauma

pada sistem saraf pusat, hipoksia, kernikterus, hipotiroidisme, keracunan, meningitis atau ensefalitis,

dan gangguan metabolic.

b) Gangguan pendengaran

Fungsi pendengaran dalam beberapa tahun pertama kehidupan sangat penting untuk

perkembangan bahasa dan bicara. Gangguan pendengaran pada tahap awal perkembangan dapat

menyebabkan keterlambatan bicara yang berat. Gangguan pendengaran dapat berupa gangguan

konduktif atau gangguan sensorineural. Tuli konduktif umumnya disebabkan oleh otitis media dengan

efusi. Gangguan pendengaran tersebut adalah intermiten dan rata-rata dari 15dB sampai 20 dB.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan gangguan pendengaran konduktif yang

berhubungan dengan cairan pada telinga tengah selama beberapa tahun pertama kehidupan berisiko

mengalami keterlambatan bicara. Gangguan konduktif juga dapat disebabkan oleh kelainan struktur

telinga tengah dan atresia dari canalis auditoris eksterna. Gangguan pendengaran sensorineural dapat

disebabkan oleh infeksi intrauterin, kernikterus, obat ototosik, meningitis bakteri, hipoksia, perdarahan

intrakranial, sindrom tertentu (misalnya, sindrom Pendred, sindrom Waardenburg, sindrom Usher) dan

kelainan kromosom (misalnya, sindrom trisomi). Kehilangan pendengaran sensorineural biasanya

paling parah dalam frekuensi yang lebih tinggi.

c) Autisme

Autisme adalah gangguan perkembangan neurologis yang terjadi sebelum anak mencapai usia

36 bulan. Autisme ditandai dengan keterlambatan perkembangan bahasa, penyimpangan kemampuan

untuk berinteraksi, perilaku ritualistik, dan kompulsif, serta aktivitas motorik stereotip yang berulang.

Berbagai kelainan bicara telah dijelaskan, seperti ekolalia dan pembalikan kata ganti. Anak-anak autis

Page 19: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

pada umumnya gagal untuk melakukan kontak mata, merespon senyum, menanggapi jika dipeluk, atau

menggunakan gerakan untuk berkomunikasi. Autisme tiga sampai empat kali lebih sering terjadi pada

anak laki-laki daripada anak perempuan.

d) Mutasi selektif Mutasi selektif adalah suatu kondisi dimana anak-anak tidak berbicara

karena mereka tidak mau. Biasanya, anak-anak dengan mutasi selektif akan berbicara ketika mereka

sendiri, dengan teman-teman mereka, dan kadang-kadang dengan orang tua mereka. Namun, mereka

tidak berbicara di sekolah, dalam situasi umum, atau dengan orang asing. Kondisi tersebut terjadi lebih

sering pada anak perempuan daripada anak laki-laki. Secara signifikan anak-anak dengan mutasi

selektif juga memiliki defisit artikulatoris atau bahasa. Anak dengan mutasi selektif biasanya

memanifestasikan gejala lain dari penyesuaian yang buruk, seperti kurang memiliki teman sebaya atau

terlalu bergantung pada orang tua mereka. Umumnya, anak-anak ini negativistik, pemalu, penakut, dan

menarik diri. Gangguan tersebut bisa bertahan selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.

e) Cerebral palsy Keterlambatan bicara umumnya dialami oleh anak dengan cerbral palsy.

Keterlambatan bicara terjadi paling sering pada orang-orang dengan tipe athetoid cerebral palsy. Selain

itu juga dapat disertai atau dikombinasi oleh faktor-faktor penyebab lain, diantaranya: gangguan

pendengaran, kelemahan atau kekakuan otot-otot lidah, disertai keterbelakangan mental atau cacat

pada korteks serebral.

f) Kelainan organ bicara

Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah),

kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan

laring.Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf

”t”, ”n”, dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”,

”z”, dan ”th”. Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa rinolalia

aperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.

2) Faktor Ekstrinsik (Psikososial)

Dalam keadaaan ini anak tidak mendapatkan rangsangan yang cukup dari lingkungannya.

Anak tidak mendapatkan cukup waktu dan kesempatan berbicara dengan orang tuanya. Hasil

penelitian menunjukkan stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan berbahasa yaitu

keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga

mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena

Page 20: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena kurang gizi atau

penelantaran anak.

Berbagai macam deprivasi psikososial yang mengakibatkan keterlambatan bicara adalah

a) Lingkungan yang Sepi

b) Anak Kembar

c) Bilingualisme

d) Teknik Pengajaran yang Salah

e) Pola menonton televise

Deteksi Dini Keterlambatan Bicara

American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar melakukan surveilans

perkembangan (developmental surveillance) pada setiap kontrol anak sehat dan melakukan skrining

perkembangan (developmental screening) pada anak yang kontrol pada usia 9,18, dan 30 bulan atau

pada anak-anak yang dicurigai memiliki keterlambatan atau kelainan perkembangan (yang ditemui saat

surveilans perkembangan). Apabila didapatkan adanya gangguan perkembangan, maka harus

dilakukan evaluasi medis dan perkembangan (developmental assessment) agar dapat segera dilakukan

intervensi dini (early intervention) pada anak.

Tiga tahun pertama kehidupan merupakan periode kritis kehidupan anak. Plastisitas otak

maksimal pada beberapa tahun pertama kehidupan dan berlanjut dengan kecepatan yang lebih lambat.

Pengalaman sensorik, stimulasi dan pajanan bahasa selama periode ini dapat menentukan

sinaptogenesis, mielinisasi, dan hubungan sinaptik . Prinsip “gunakanlah atau kehilangan” dan

“gunakan serta kembangkanlah” didasarkan pada prinsip plastisitas otak. Bila gangguan bicara dan

bahasa tidak diterapi dengan tepat akan terjadi gangguan kemampuan membaca, kemampuan verbal,

perilaku, penyesuaian psikososial, dan kemampuan akademis yang buruk. Identifikasi dan intervensi

secara dini diperlukan untuk mencegah terjadinya gangguan dan hambatan tersebut. Oleh karena itu,

periode yang tepat untuk melakukan deteksi dini ialah usia 1-3 tahun.

Capute scales adalah salah satu alat skrining yang dapat menilai secara akurat aspek-aspek

perkembangan utama termasuk komponen bahasa dan visual-motor pada anak usia 1-36 bulan. Capute

scales telah digunakan secara luas untuk clinical assessment oleh neurodevelopmental pediatricians

dan dengan latihan yang singkat alat ini dapat dikerjakan dengan baik ditingkat pelayanan primer.

Keberhasilannya dalam pengukuran secara cepat dan mudah dari aspek-aspek perkembangan akan

membantu menegakkan diagnosis banding dari sebagian besar kategori utama gangguan

Page 21: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

perkembangan (delayed, deviasi, dan disosiasi) pada masa bayi dan kanak-kanak dini, sehingga dapat

segera dilakukan intervensi dini untuk memberikan hasil yang terbaik.

PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI PADA ANAK

Penilaian Secara Langsung dengan Metode Antropometri

Penilaian antropometri adalah pengukuran besar tubuh, berat badan, dan proporsi. Hasil yang

diperoleh dari antropometri dapat merupakan indikator sensitif dari kesehatan, perkembangan, dan

pertumbuhan bayi dan anak, dapat digunakan untuk mengevaluasi status gizi apakah berupa obesitas

yang disebabkan oleh gizi lebih atau kurus yang disebabkan kurang energi protein (KEP).

Penilaian antropometri dilakukan melalui pengukuran dimensi fisik dan komposisi kasar

tubuh. Penilaian dilakukan terhadap berat badan (BB), panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB),

lingkar kepala, lingkar lengan atas (LLA atau LILA) dan tebal lemak kulit.

Untuk menilai status gizi balita dengan menggunakan beberapa indeks penilaian yaitu berat

badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau

BB/TB), panjang badan atau tinggi badan menurut Umur (PB/U atau TB/U), dan indeks yang baru

diperkenalkan oleh WHO (2005) yaitu indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Dalam

menggunakan semua indeks tersebut, dianjurkan menggunakan perhitungan dengan Z-sore

(menggunakan nilai median sebagai nilai normalnya). Interpretasi berbagai indikator pertumbuhan

tersebut dapat di lihat pada Tabel.2.3

Page 22: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

a) Indeks berat badan menurut umur (BB/U)

Merupakan pengukuran antropometri yang sering digunakan sebagai indikator dalam

keadaan normal, dimana keadaan kesehatan dan keseimbangan antara intake dan

kebutuhan gizi terjamin. Berat badan memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot

dan lemak). Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak,

misalnya terserang infeksi, kurang nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang

dikonsumsi. BB/U lebih menggambarkan status gizi sekarang. Berat badan yang bersifat

labil, menyebabkan indeks ini lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current

Nutritional Status).

b) Indeks panjang badan atau tinggi badan menurut umur (PB-TB/U)

Indeks TB/U disamping memberikan status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya

dengan status ekonomi (Beaton dan Bengoa (1973) dalam Supariasa, dkk. (2001). c).

Indeks berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB-TB) Berat badan

memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal,

perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan

kecepatan tertentu (Supariasa, dkk., 2001). Serbagai indeks antropometri, untuk

menginterpretasinya dibutuhkan ambang batas. Penentuan ambang batas yang paling

Page 23: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

umum digunakan saat ini adalah dengan memakai standar deviasi unit (SD) atau disebut

juga Z-Skor. Rumus perhitungan Z-Skor adalah :

KLASIFIKASI GANGGUAN GIZI PADA ANAK

Klasifikasi Gizi Buruk

Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor. Perbedaan tipe

tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.

Marasmus

Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul

diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan

tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan

(sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis

meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah

(Depkes RI, 2000) :

a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang

terbungkus kulit

b. Wajah seperti orang tua

c. Iga gambang dan perut cekung

d. Otot paha mengendor (baggy pant)

e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar.

Kwashiorkor

Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana dietnya

mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya

Page 24: Laporan Tutorial Skenario 3 Blok Tumbang

terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua

punggung kaki sampai seluruh tubuh.

a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis.

b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada penyakit

kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.

c. Wajah membulat dan sembab

d. Pandangan mata anak sayu

e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa kenyal pada

rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.

f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi coklat

kehitaman dan terkelupas.

Marasmik-Kwashiorkor

Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus.

Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang

normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya berat badan < 60% dari normal

memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan

kelainan biokimiawi terlihat pula (Depkes RI, 2000).