laporan tutorial skenario c l5

Upload: rebekamarpaung

Post on 14-Oct-2015

103 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

blok anatomi

TRANSCRIPT

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    1/67

    1

    Skenario C Blok 5

    Arya duta, laki-laki, 30 tahun, sedang antri untuk menabung uang di bank. Tiba-tiba terjadi

    perampokan bersenjata di bank tersebut dan ia terkena peluru nyasar di dada sebelah kanan,

    serta mengalami perdarahan pada daerah hidung akibat terjatuh membentur lantai. Ia

    kemudian dibawa ke UGD Rumah Sakit Muhammad Hoesin. Hasil pemeriksaan dokter

    menyatakan, tampak peluru masuk pada ruang antara tulang iga ke 4 dada kanan. Arya Duta

    mengeluh kesulitan bernafas, serta nyeri dada sewaktu bernafas. Dokter menyatakan Arya

    mengalmai pneumothoraks.

    I. Klarifikasi istilah1. Peluru nyasar : Peluru yang ditembakkan tanpa atau salah target2. Perampokan : Mengambil barang orang dengan paksa3. Dada sebelah kanan : Regio thorax dextra4. Pendarahan : Keluarnya darah karena trauma yang menyebabkan

    robeknya pembuluh darah

    5. Daerah hidung : Regio nassal6. UGD : Unit Gawat Darurat; tempat dilakukannya tindakan

    secara cepat

    7. Ruang Tulang iga ke- 4 : intercostal space costa IV dextra8. Kesulitan bernafas : Kesulitan masuk dan keluarnya udara ke dalam saluran

    pernafasan

    9. Nyeri dada : Rasa sakit pada regio thorax10.Bernafas : Proses keluar masuknya udara melalui saluran

    pernafasan

    11.Pneumothorax : Udara atau gas dalam rongga pleura, biasanya akibattrauma (traumatic atau open p.) atau akibat suatu proses patologis.

    II. Identifikasi Masalah1. Arya Duta, laki-laki, 30 tahun, terkena peluru nyasar di dada sebelah kanan.2. Arya Duta, laki-laki, 30 tahun, mengalami perdarahan pada daerah hidung akibat

    terjatuh membentur lantai.

    3. Hasil pemeriksaan dokter (termasuk anamnesa):a. tampak peluru masuk pada ruang antara tulang iga ke 4 dada kanan.

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    2/67

    2

    b. Mengeluh kesulitan bernafasc. Nyeri dada sewaktu bernafas

    4. Arya Duta, laki-laki, 30 tahun, didiagnosa mengalami pneumothorax

    III. Analisis Masalah1. Arya Duta, laki-laki, 30 tahun, terkena peluru nyasar di dada sebelah kanan.

    a. Organ apa saja yang mungkin terkena peluru pada kasus ini?Kerusakan yang terjadi dipengaruhi oleh kedalaman peluru tersebut

    menembus, pada masing-masing kedalaman peluru tersebut dapat melukai

    M.pectoralis major, Costa IV, dan Pulmo dextra.

    b. Bagaimana histologi pada regio thorax dextra?

    Visceral Pleura

    Setiap paru disusun oleh membran serosa yang sangat halus, pleura, yang

    disusun dalam bentuk kantung invaginasi tertutup. Sebagian dari membran serosa

    meliputi permukaan paru-paru dan dips ke dalam celah antara lobus nya, hal itu

    disebut pleura paru (pleura visceral). Pleura visceral berasal dari mesoderm.

    Pleura visceral terpasang langsung ke paru-paru, sebagai lawan parietal pleura,

    yang melekat pada rongga dada lawan. Ruang antara kedua membran halus yang

    dikenal sebagai ruang intrapleural (rongga pleura). Kontraksi diafragma menyebabkan

    tekanan negatif dalam ruang ini dan memaksa paru-paru untuk memperluas, sehingga

    pernafasan pasif dan aktif inhalasi. Proses ini dapat dibuat kuat melalui kontraksi otot-

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    3/67

    3

    otot interkostal eksternal, memaksa tulang rusuk untuk memperluas dan membantu

    dengan tekanan negatif dalam ruang intrapleural, yang menyebabkan paru-paru untuk

    mengisi dengan udara

    Parietal pleura

    Bagian dari pleura eksternal untuk garis pleura paru permukaan dalam dinding

    dada, meliputi diafragma, dan tercermin melalui struktur menempati tengah dada,

    bagian ini disebut pleura parietal. Pleura parietal melekat pada dinding rongga dada

    dan diinervasi oleh saraf interkostal dan saraf frenikus.

    Parietal pleura garis dinding dada, menutupi permukaan superior diafragma dan

    memisahkan rongga pleura dari mediastinum. Bagian pesisir garis parietal pleura

    aspek dalam dari tulang rusuk dan otot interkostal intervensi, yang dipisahkan dari

    mereka oleh fasia endothoracic. Ini bagian dari pleura parietal yang diinervasi oleh

    saraf interkostal. Bagian diafragma dari parietal pleura ignimbrit diafragma dan

    diinervasi oleh saraf frenikus di bagian tengah dan oleh saraf interkostal di bagian tepi

    nya. Bagian mediastinum dari pleura parietal membentuk dinding lateral mediastinum

    dan diinervasi oleh saraf frenikus.

    c. Bagaimana anatomi pada dinding thorax dextra? (pulmo, musculus,topografi thorax, proyeksi, vaskularisasi, inervasi)

    musculusa. M. interkostalis eksterna : otot ini mengisi rongga interkostalis dari vertebra di

    posterior sampai perbatasan kostokondral di anterior dimana otot tersebut berubah

    menjadi membran interkostalis anterior yang tipis. Serabut-serabutnya berjalan

    kebawah dan kedepan dari kosta atas ke kosta di bawahnya.

    b. M. interkostalis interna : otot ini mengisis rongga interkostalis dari sternum di

    anterior sampai angulus kosta di posterior dimana otot ini berubah menjadi membran

    interkostalis posterior yang mencapai korpus vertebralis di belakang. Serabutnya

    berjalan ke bawah dan belakang.

    c. M. interkostalis innermost : kelompok otot ini terdiri dari mm. Subkostalis di

    posterior, m. interkostalis intima di lateral, dan m. torakalis transversus di anterior.

    Serabut-serabutnya meliputi lebih dari satu rongga interkostalis.

    innervasi

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    4/67

    4

    Nervus interkostalis adalah rami anterior primer dari nervus segmentalis torakalis.

    Hanya enam nervus teratas yang berjalan dalam rongga interkostalis, sisanya masuk

    dalam dinding anterior abdomen.

    Cabang nervus interkostalis :

    a. Nervus kutaneus anterior dan cabang-cabang lateralnya.b. Cabang kolateral yang menyuplai otot di rongga interkostalis (juga disuplai oleh

    nervus interkostalis utama).

    c. Cabangsensorisdari pleura (nervus atas) dan peritoneum (nervus bawah).d. Nervus interkostalis ke-1 bergabung dengan pleksus brakialis dan tidak memiliki

    cabang kutaneus anterior.

    e. Nervus interkostalis ke-2 bergabung dengan nervus kutaneus medialis di lenganmelalui cabang nervus interkostobrakialis. Oleh karena itu nervus ini menyuplai

    kulit ketiak dan sisi medial lengan.

    TopografiThorax (dada) adalah daerah tubuh yang terletak di antara leher dan abdomen. Thorax

    rata di bagian anterior dan posterior, namun melengkung di bagian samping. Rangka

    dinding thorax dinamakan cavea thoracisdibentuk oleh columna vertebralis di bagian

    belakang, costae dan spatium intercostae di samping, serta sternum dan cartilagocostalis di depan.

    Di bagian atas thorax berhubungan leher, dan di bagian bawah dipisahkan dari

    abdomen oleh diaphragma (memisahkan cavitas thoracis dan cavitas abdominis).

    Cavea thoracis melindungi paru dan jantung dan merupakan tempat perlekatan otot-

    otot thorax, extremitas superior, abdomen dan punggung.

    Vaskularisasi

    1. Arteriae dan venae intercostalesSetiap spatium intercostale mempunyai satu arteria intercostalis posterior yang besar

    dan dua arteria intercostalis anterior yang kecil.

    a. Arteriae intercostales posterioresDua spatium intercostale yang pertama berasal dari arteria intercostalis

    suprema, cabang dari truncus costocervicalis dari arteria subclavia. Arteriae

    intercostales posteriores pada sembilan spatium intercostale yang terbawah

    dipercabangkan dari aorta thoracica (pars thoracica aortae)

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    5/67

    5

    b. Arteriae intercostales anterioresPada enam spatium intercostale yang pertama merupakan cabang arteria

    thoracica interna. Arteriae intercostales anteriores pada spatium intercostale

    yang lebih bawah dipercabangkan dari arteria musculophrenica, salah satu

    cabang terminal arteria thoracica interna.

    Masing-masing arteria intercostalis memberikan cabang untuk otot-otot, kulit,

    dan pleura parietalis. Pada daerah glandula mammaria perempuan, dcabang-

    cabang yang mennuju ke struktur-struktur permukaan sebagian besar adalah

    cabang yang besar.

    c. Venae intercostales posterioresVena yang sesuai mengalirkan darah kemballi ke vena azygos atau vena

    hemazygos.

    d. Venae intercostales anterioresMengalirkan darah ke vena thoracica interna dan vena musculophrenica.

    2. Arteria thoracica internaMendarahi dinding anterior tubuh dari clavicula sampai umbilicus. Arteria ini

    dipercabangkan dari bagian pertma arteria subclavia di daerha leher. Arteria thoracica

    interna berjalan vertical ke bawah pada pleura di belakang cartiagines costales, satu

    jari lateral terhadap sternum, dan berakhir pada spatium intercostale VI dengan

    bercabang menjadi arteria epigastrica superior dan arteria musculophrenica.

    3. Vena thoracica internaMulai sebagai vena-vena kecil yang berjalan bersama arteria thoracica interna. Vena-

    vena kecil ini kemudian menjadi satu membentuk sebuah pembuluh, yang akan

    mengalirkan darahnya ke vena brachocephalica pada masing-masing sisi.

    Proyeksi1. Costae

    Costa I terletak lebih dalam dari clavicula dan tidak dapat diraba. Permukaan lateral

    costa-cota lainnya dapat diraba dengan menekankan jari-jari ke atas pada axilla dan

    kemudian turun ke bawah sepanjang permukaan laterla dinding thorax. Costa XII

    dapat dipergunakan untuk identifikasi costa tertentu dengan menghitungnya dari

    bawah. Tetapi pada beberapa orang tertentu, costa XII sangat pendek dan sukar

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    6/67

    6

    diraba. Pada keadaan ini cara lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi

    costae adalah dengan pertama-tama meraba angulus sterni dan cartilago costalis II.

    2. DiaphragmaCentrum tendineum diaphragma terletak tepat di belakang symphysis xiphosternalis.

    Pada posisi setengah respirasi, puncak kubah kanan diaphragma mencapai pinggir

    atas costa V pada linea medioclavicularis, tetapi kubah kiri hanya mencapai pinggir

    bawah costa V.

    3. PulmoApex paru menonjol ke leher. Apex ini dapat dipetakan pada permukaan anterior

    tubuh dengan membuat garis melengkung dan konveks ke atas, dari articulatio

    sternoclavicularis sampai ke titik yang jaraknya 2,5 cm di atas batas lateral dari

    sepertiga bagian medial clavicula.

    4. PleuraBatas-batas cavitas pleuralis dapat dilukiskan sebagai garis-garis pada permukaan

    tubuh. Garis-garis yang menunjukkan batas-batas pleura parietalis yang letaknya

    dekat dengan permukaan tubuh dinamakan garis lipat pleura.

    Pleura cervicalis menonjol ke atas ke dalam leher dan mempunyai petunjuk

    permukaan yang identik dengan garis apex pulmonis. Pinggir anterior pleura kanan

    berjalan ke bawah di belakang articulatio sternoclavicularis, hampir mencapai garis

    tengah di belakang angulus sterni. Pinggir bawah pleura pada kedua sisi mengikuti

    garis melengkung yang menyilang costa VIII pada linea medioclavicularis, dan costa

    X pada linea axillaris media, dan mencapai costa X dekat columna vertebralis, yaitu

    pada pinggir lateral musculus erector spinae.

    5. Pembuluh Darah ThoraxArcus aortae, pangkal arteria brachiocephalica, dan arteria carotis communis sinistra,

    terletak di belakang manubrium sterni. Vena cava superior dan bagian terminal vena

    brachiocephalica dextra dan snistra juga bermula di belakang manubrium sterni.

    Arteria, vena thoracica interna berjalan vertikal ke baawh, posterior terhadapa

    cartilago costalis, 0,5 inci (1,3 cm) lateral terhadap pinggir sternum, sampai spatium

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    7/67

    7

    intercostale VI.vena, arteria, nervus intercostalis (vena, arteria, nervusVAN-

    merupakan susunan dari atas ke bawah). Terletak tepat di bawah costa yang sesuai.

    d. Bagaimana fisiologi dari sistem pernafasan (pulmo, cavum pleura)?Pleura

    Paru menempati sebagain besar rongga thoraks. Terdapat dua buah paru, masing-

    masing dibagi menjadi beberapa lobus dan masing-masing mendapat satu bronkus. Jaringan

    paru itu sendiri terdiri dari serangkaian saluran napas yang sangat bercabang-cabang,

    alveolus, pembuluh darah paru, dan sejumlah besar jaringan ikat elastik. Satu-satunya otot di

    dalam paru adalah otot polos di dinding arteriol dan dinding bronkiolus, di mana keduanya

    berada di bawah kontrol. Tidak terdapat otot di dalam dinding alveolus untuk

    mengembangkan atau mengempiskan alveolus selama proses bernapas. Perubahan volume

    paru (dan perubahan volume alveolus yang menyertainya) ditimbulkan oleh perubahan dalam

    dimensi rongga thoraks.

    Paru menempati sebagian besar volume rongga thoraks (dada), dan struktur-struktur

    lain di dada adalah jantung dan pembulu-pembuluh terkaitnya, esofagus, timus, dan beberapa

    saraf. Dinding dada (thoraks) luar dibentuk oleh 12 pasang iga melengkung, yang

    berhubungan dengan sternum (tulang dada) di anterior dan vertebra thorakalis (tulangpunggung) di posterior. Sangkar iga merupakan tulang protektif bagi paru dan jantung.

    Diafragma, yang membentuk lantai rongga thoraks, adalah suatu lembaran otot rangka yang

    lebar, berbentuk kubah, dan memisahkan secara total rongga thoraks dari rongga abdomen.

    Otot ini ditembus hanya oleh esofagus dan pembuluh darah yang melintasi rongga thoraks

    dan abdomen. Di leher, otot dan jaringan ikat menutup rongga thoraks. Satu-satunya

    komunikasi antara thoraks dan atmosfer adalah melalui saluran napas ke dalam alveolus.

    Seperti paru, dinding dada mengandung banyak jaringan ikat elastik.

    Cavum pleura

    Kantung pleura berfungsi memisahkan masing-masing paru dari dinding thoraks.

    Setiap paru dipisahkan dari dinding thoraks dan struktur lain di sekitarnya oleh suatu kantung

    tertutup berdinding rangkap, yaitu kantung pleura. Interior kantung pleura dikenal sebagai

    rongga pleura. Dalam gambar, ukuran rongga pleura sangat diperbesar untuk mempermudah

    visualisasi; pada kenyataannya, lapisan-lapisan kantung pleura bersuatu cairan intrapleura

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    8/67

    8

    (intra artinya di dalam) tipis, yang melumasi permukaan pleura selagi keduanya saling

    bergeser sewaktu pergerakan napas.

    2. Arya Duta, laki-laki, 30 tahun, mengalami perdarahan pada daerah hidung akibatterjatuh membentur lantai.

    a. Bagaimana histologi nassal (kartilago hialin, epitel)?Hidung terdiri atas kerangka tulang dan tulang rawan yang dibungkus oleh jaringan

    ikat dan kulit. Ia terbagi dalam rongga hidung (cavum nasale) dextra dan sinistra dan septum

    hidung (septum nasale).

    1. Kartilago HialinKerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di

    bagian bawah hidung, yaitu

    1.1Sepasang kartilago nasalis lateralis superior1.2Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago alar mayor)1.3Tepi anterior kartilago septum

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    9/67

    9

    2. EpitelBagian dalam hidung dilapisi 4 jenis epitel yakni epitel berlapis gepeng, epitel kuboid dan

    kolumnar tanpa silia, serta epitel kolumnar berlapis dengan silia. Adapun epitel yang sangat

    khas pada regio ini adalah epitel olfaktoria. Di dalam epitel olfaktoria ini terdapat reseptor

    sensoris pembau. Letaknya di daerah khusus pada mukosa hidung yang terdapat di atap

    rongga hidung dan meluas ke bawah sampai pada kedua sisi septum dan sedikit ke atas konkanasalis superior. Di dalam epitel ini terdapat 3 jenis sel yakni sel sustentakular, sel basal dan

    sel olfaktorius.

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    10/67

    10

    b. Bagaimana anatomi nassal (vaskularisasi cavum nasii)?Pembagian cavum nasi

    Pintu masuk cavum nasi disebut nares anteriores atau nosetril, sedangkan batas

    antara cavum nasi dan nasopharynx adalah choana (nares posteriores).

    Cavum nasi merupakan suatu ruangan yang dibatasi oleh atap, lantai, lateral, dan

    medial.

    1. Atap cavum nasi : os frontonasal, os ethmoidal, os sphenoidal2. Lantai cavum nasi : palatum durum (processus palatina os maxilla, lamina

    horizonal os platina)

    3. Dinding lateral:a. Os nasal, os maxilla, os lacrimal, os ethmoidal, os concha nasalis inferior, dan

    pars perpendicularis os palatini

    b. Cartilago laterlis nasi, cartilago alaris mayor crus lateral, cartilago alarisminor, dan cartilago sessamoid.

    Cavum nasi dextra dan sinistra dibatasi oleh septum nasi yang dibentuk oleh 2 tulang dan 2

    cartilago:

    1.

    Os vomer dan lamina perpendicular os ethmoidal2. Cartilago alaris mayor crus medial dan cartilago septi nasi

    Berdasarkan epitel pelapisnya, cavum nasi dibagi menjadi 3 yaitu,

    1. Vetibulum nasi, dilapisi epitel squamous complex, terdapat vibrissae (rambut)2. Regio respiratoria, dilapisi epitel pseudocolumnar3. Regio olfaktoria, dilapisi neuroepitelium yang berasal dari n. Olfaktorius menembus

    lamina et foramina cribrosa

    Vestibulum nasi dan Regio espiratoria dibatasi oleh limen nasi

    Cavum Nasi Propria

    Struktur yang terdapat di dalam cavum nasi propria:

    1. Meatus nasi inferior, terdapat muara dari ductus nasolacrimalis2. Concha nasalis inferior, terdapat os concha nasalis inferior

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    11/67

    11

    3. Meatus nasi media, terdapat muara dari sinus maxillaris, sinus frontalis, cellulaeethmoidalis anterior et media

    Jika concha nasalis media dibuka, akan terlihat:

    a. Hiatus semilunaris (cekungan)b. Bulla ethmoidalis (penonjolan yang disebabkan oleh cellulae ethmoidalis media)

    4. Concah nasalis media5. Meatus nasi superior, terdapat muara dari cellulae ethmoidalis posterior6. Concha nasalis superior7. Recessus sphenoethmoidalis, terdapat muara dari sinus sphenoidalis8. Atrium nasi, ruangan di depan concha asalis media9. Aggernasi, peninggian di dekat atriumm nasi, terdapat carina nasi (reseptor bersin)

    Vaskularisasi cavum nasi

    1. Arteri ethmoidalis anterior et posteriorArteri nasalis anterior lateral et septi2. Arteri sphenopalatinaArteri nasalis posterior laterla et septi

    Arteri nasalis posterior septi akan berjalan menuju canalis incisivus dan nantinya akan

    beranastomosis dengan arteri palatina mayor. Isi canalis incisivus: a palatina mayor, a

    nasalis posterior septi dan nervus nasopalatinus

    Plexus Kiesselbach: anyaman pembuluh darah di bagian anterior septum nasi. Pembentuk

    adalah a nasalis anterior septi et posterior septi, a palatina mayor, a labialis superior.

    Epistaksis anteriorbiasanya karena pecahnya plexus kiesselbach. Epistaksis posterior

    biasanya karena ruptur a sphenopalatina

    Innervasi cavum nasi

    Anterior : n nasalis anterior(cabang dari n ethmoidalis anterior). Merupakan inervasi

    sensoris. Nasalis anterior juga mempercabangkan r nasalis eksternus yang menginervasi

    hidung bagian luar.

    Posterior : n nasalis posterior inferior et superior (cabang dari ganglion sphenopalatina

    untuk membawa inervasi parasimpatisdan ganglion cervicalsuperioruntuk inervasi

    simpatis)

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    12/67

    12

    Efek parasimpatispada cavum nasi : sekresi mukusdan vasodilatasi

    SINUS PARANASAL

    1. Sinus frontalis

    a. Muara : meatus nasi media

    b. Inervasi : nervus supraorbital

    c. Vaskularisasi : arteri ethmoidalis anterior

    d. Sistem Limfatikus : lnn Retropharynx

    2. Sinus maxillaris

    a. Muara : meatus nasi media

    b. Inervasi : nervus infraorbital

    c. Vaskularisasi : arteri infraorbital

    d. Sistem Limfatikus : lnn submandibulla

    3. Cellulae ethmoidalis

    a. Muara :

    - Cellulae ethmoidalis anterior dan media : meatus nasi media

    - Cellulae ethmoidalis posterior : meatus nasi superior

    b. Inervasi : nervus ethmoidalis anterior et posterior

    c. Vaskularisasi : arteri ethmoidalis anterior

    d. Sistem Limfatikus : ?

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    13/67

    13

    4. Sinus sphenoidalis

    a. Muara : recessus sphenoethmoidalis

    b. Inervasi : nervus ethmoidalis posterior

    c. Vaskularisasi : arteri ethmoidalis posterior

    d. Sistem Limfatikus : lnn Retropharynx

    c. Bagaimana mekanisme perdarahan?Tertembak lalu jatuh lalu terjadi tekanan yang kuat pada pembuluh darah

    intercostalis. Dimana pembuluh darah intercostalis memiliki tekanan darah yang mengalir di

    dalamnya. Mengakibatkan pecahnya pembuluh darah intercostalis.

    d. Bagaimana mekanisme pembekuan darah?Bekuan darah terjadi akibat terpicunya suatu reaksi berantai yang melibatkan

    faktor-faktor pembekuan plasma. Koagulasi darah, atau pembekuan darah, adalah

    transformasi darah dari cairan menjadi gel padat. Langkah terakhir dalam pembentukanbekuan adalah perubahan fibrinogen, suatu protein plasma yang dapat larut dan berukuran

    besar yang dihasilkan oleh hati dan secara normal selalu ada di dalam plasma, menjadi fibrin,

    suatu molekul tak larut berbentuk benang. Perubahan fibrin ini dikatalisis oleh enzim trombin

    di tempat cedera. Molekul-molekul fibrin melekat ke permukaan pembuluh yang rusak,

    membentuk jala longgar yang menjerat sel-sel darah, termasuk agregat trombosit. Massa

    yang terbentuk, atau bekuan biasanya tampak merah karena banyaknya SDM yang

    terperangkap, tetapi bahan dasar bekuan adalah fibrin yang berasal dari plasma. Jala fibrin

    awal ini relatif lemah, karena untai-untai fibrin saling menjalin secara longgar. Namun,

    dengan cepat terbentuk ikatan kimia antara untai-untai fibrin yang berdekatan untuk

    memperkuat dan menstabilkan jala bekuan ini. Proses pembentukan ikatan silang ini

    dikatalisis oleh suatu faktor pembekuan yang dikenal sebagai faktor XIII (fibrin-stabilizing

    factor), yang secara normal terdapat dalam plasma dalam bentuk inaktif.

    3. Hasil pemeriksaan dokter:a. tampak peluru masuk pada ruang antara tulang iga ke 4 dada kanan.

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    14/67

    14

    i. Bagaimana interpretasi peluru masuk ke intercostal space costaIV

    Pada dextra, batas jantung terletak pada cartilago costa II sampai VI, terletak 3 cm

    dari tepi sternum. Pada intercostalis space IV terdapat katup mitral jantung, Linea

    Midclavicularis sinistra dan terdapat katup tricuspidalis jantung, Linea sternalis sinistra.

    b. Mengeluh kesulitan bernafasi. Bagaimana interpretasi kesulitan bernafas

    Saat peluru menembus pleura dari pulmo dextra Tn. Arya Duta, hal ini menyebabkan

    udara masuk ke dalam rongga pleura. Masuknya udara ke dalam cavum pleura menyebabkan

    tekanan udara di dalam cavum pleura melebihi tekanan atmosfer. Tidak hanya itu,

    mediastinum akan terus bergeser ke arah paru yang kolaps dan dapat berpindah-pindah

    selama siklus pernapasan dapat juga menyebabkan kesulitan bernapas.

    c. Nyeri dada sewaktu bernafasi. Bagaimana interpretasi nyeri dada sewaktu bernafas?

    Bila suatu penyakit memengaruhi organ visera, seringkali proses penyakit itu

    menyebar ke peritoneum parietal, pleura, atau perikaridum. Permukaan parietal ini, seperti

    kulit, persarafannya banyak sekali yang berasal dari saraf-saraf spinal perifer. Karena itu, rasa

    nyeri yang berasal dari dinding parietal organ viseral seringkali menusuk, terlebih saat

    bernafas seperti yang dialami oleh Arya Duta.

    4. Arya Duta, laki-laki, 30 tahun, didiagnosa mengalami pneumothoraxa. Apa yang dimaksud dengan pneumothorax?

    Pneumothoraks adalah adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura.

    Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang

    terhadap rongga dada. Pneumothorax dapat terjadi secara spontan atau traumatik.

    Pneumotoraks juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan urutan peristiwa yang merupakan

    kelanjutan dari adanya robekan pleura, yaitu terbuka, tertutup, atau pneumotoraks tekanan

    serta pneumothoraks spontan.

    b. Apa yang menyebabkan pneumothorax?1. Spontaneus Pneumothorax

    -Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penyakit

    paru-paru. Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    15/67

    15

    dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret

    dan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama.

    - Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru

    (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).

    2. Open Pneumothorax

    Open Pneumothorax terjadi akibat cedera traumatik pada dada. ketika udara

    memasuki rongga pleura melalui sebuah lubang di dinding dada yang bisa disebabkan oleh

    luka tusuk atau peluru (bersifat menembus). Sucking pneumothorax terjadi ketika lubang di

    dinding dada lebih besar dibandingkan glotis. Dengan setiap inspirasi, negative pressure

    dibuat lebih efektif mengisap udara melalui luka dada daripada masuk melalui glotis, hal ini

    lah yang menghasilkan suara saat inspirasi.

    3. Tenssion Pneumothorax

    Tension pneumothorax terjadi ketika udara masuk ke rongga pleura melalui luka

    dada pada setiap inspirasi. Hal ini terjadi karena lapisan dari dinding dada bergabung

    membentuk katup sehingga udara masuk saat inspirasi tetapi tidak bisa keluar melalui luka

    tersebut. Dalam keadaan ini, tekanan udara menumpuk di daerah luka dan mendorong

    mediastinum tertekan kearah yang berlawanan dari keadaan normal. Karena anatomi dinding

    dari vena cavae dan atrium jantung sangat tipis, peningkatan tekanan udara di rongga dada

    menghalangi perjalanan darah untuk kembali ke jantung. Dalam keadaan ini, pasien bisa

    meninggal karena berkurangnya kerja vena untuk mengembalikan darah ke jantung.

    c. Bagaimana patofisiologi pneumothorax?Dalam keadaan normal, udara tidak masuk ke dalam rongga pleura karena tidak ada

    komunikasi antara rongga dan atmosfer dan alveolus. Namun, jika dinding dada tertusuk,

    udara akan mengalir menuruni gradien tekanan dari tekanan atmosfer yang lebih tinggi ke

    dalam ruang pleura. Keadaan abnormal masuknya udara ke dalam rongga pleura dikenal

    sebagai pneuomothoraks. Tekanan interpleura dan intra-alveolus kini menjadi seimbang

    dengan tekanan atmosfer sehingga gradien tekanan transmural tidak lagi ada baik di dinding

    paru maupun di dinding dada. Tanpa gaya yang meregangkan paru, maka paru akan kolaps ke

    keadaan tak teregang. Dinding thoraks juga akan mengembang keluar ke dimensi tak

    tertekannya, tetapi hal ini tidak terlalu menimbulkan konsekuensi serius daripada kolapsnya

    paru. Demikian jua pneumotoraks dan kolaps paru dapat terjadi jika udara masuk ke rongga

    pleura melalui lubang di paru yang ditimbulkan, misalnya oleh proses penyakit.

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    16/67

    16

    d. Apa saja gejala pneumothorax?Gejalanya bisa berupa:

    Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jikapenderita menarik nafas dalam atau terbatuk

    Sesak nafas Dada terasa sempit Mudah lelah Denyut jantung yang cepat Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.

    Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: Hidung tampak kemerahan Cemas, stres, tegang Tekanan darah rendah (hipotensi).

    e. Bagaimana mendiagnosa pneumothorax?1. Tampak sesak ringan sampai berat tergantung kecepatan udara yang masuk serta

    ada tidaknya klep. Penderita bernafas tersengal, pendek-pendek dengan mulutterbuka.

    2. sesak nafas dengan atau tanpa sianosis3. penderita tampak sakit mulai ringan sampai berat. Badan tampak lemah dan dapat

    disertai syok. Bila pneumotoraks baru terjadi penderita berkeringat dingin.

    Pneumotoraks spontan primer didiagnosa dengan karakteristik serangan akut nyeri

    dada dan dipsnea dan gambaran radiografi pneumotoraks. Radiografi dada menampilkan

    udara pleura dan 1 mm garis putih halus yang menggambarkan pleura viseral berpindah

    dari dinding dada. Walaupun tidak direkomendasikan, pada praktis rutin, radiografi dada

    yang dibuat selama ekspirasi dapat membantu mendeteksi pneumotoraks atipical.

    Pneumotoraks spontan sekunder lebih sukar didiagnosa karena gejala pernafasan

    kadang salah diartikan sebagai penyakit paru. Gambaran radiografi pasien dengan

    penyakit paru interstisial biasanya tampak bersih dari tanda pneumotoraks karenalingkaran

    udara dalam ruang pleura kontras dengan peningkatan densitas pada penyakit paru.Pneumotoraks spontan sekunder dapat lebih sukar didiagnosa dengan gambaran radiografi

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    17/67

    17

    penyakit paru obstruksi kronik karena densitas hiperlusen, paru empisematus seperti udara

    pleura. Lebih lagi, bullae subpleura yang besar menyerupai pneumotoraks pada pasien ini.

    CT dada dapat membantu membedakan antara bullae yang besar dan pneumotoraks.

    f. Bagaimana penatalaksanaan pneumothorax?i. Diagnosa (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab

    (rontgen))

    Anamnesis :

    1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak dirasakan

    mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas tersengal, pendek-pendek,

    dengan mulut terbuka.

    2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi

    yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan.

    3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.

    4. Denyut jantung meningkat.

    5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.

    6. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya pada

    jenis pneumotoraks spontan primer.

    Berat ringannya keadaan penderita tergantung pada tipe pneumotoraks tersebut:

    1. Pneumotoraks tertutup atau terbuka, sering tidak berat

    2. Pneumotoraks ventil dengan tekanan positif tinggi, sering dirasakan lebih berat

    3. Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru yang lain serta ada

    tidaknya jalan napas.

    4. Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi bila

    penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan kecil disebabkan

    pengisian yang kurang

    Pemeriksaan fisik

    1. Inspeksi :

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    18/67

    18

    1.1 Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi dinding dada)

    1.2 Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal

    1.3 Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat

    2. Palpasi :

    2.1 Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar

    2.2 Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat

    2.3 Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit

    3. Perkusi :

    3.1 Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar

    3.2 Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura

    tinggi

    4. Auskultasi :

    4.1 Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang

    4.2 Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif

    Pemeriksaan tambahan

    1. Foto RontgenGambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus pneumotoraks antara lain:

    1.1 Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak

    garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk

    garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.

    1.2Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yangberada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali.

    Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang

    dikeluhkan.

    1.3 Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostalsmelebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan

    jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi

    pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.

    1.4 Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagaiberikut:

    1.4.1 Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung,mulai dari basis sampai ke apeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    19/67

    19

    mengarah mendekati hilus, sehingga udara yang dihasilkan akan terjebak

    di mediastinum.

    1.4.2 Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit.Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara

    yang tadinya terjebak di mediastinum lambat laun akan bergerak menuju

    daerah yang lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di sekitar leher terdapat

    banyak jaringan ikat yang mudah ditembus oleh udara, sehingga bila

    jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka dapat mendesak jaringan

    ikat tersebut, bahkan sampai ke daerah dada depan dan belakang.

    1.4.3 Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampakpermukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma foto rontgen

    pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak panah

    merupakan bagian paru yang kolaps

    2. Analisa Gas DarahAnalisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun pada

    kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas yang

    berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%.

    3. CT-scan thorax CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisemabullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan

    ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer dan

    sekunder

    ii. Gejala klinisPenderita pneumothoraks memiliki gejalah klinis:

    1. Syok2. Redup pada perkusi3. Nyeri pada dada yang tajam4. Sesak nafas

    iii. Terapi (farmako (gejala dan kausa), non-farmako)Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan udara dari rongga pleura, sehingga

    paru-paru bisa kembali mengembang. Pada pneumotoraks yang kecil biasanya tidak

    perlu dilakukan pengobatan, karena tidak menyebabkan masalah pernafasan yang

    serius dan dalam beberapa hari udara akan diserap. Penyerapan total dari

    pneumotoraks yang besar memerlukan waktu sekitar 2-4 minggu.

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    20/67

    20

    Jika pneumotoraksnya sangat besar sehingga menggangu pernafasan, maka

    dilakukan pemasangan sebuah selang kecil pada sela iga yang memungkinkan

    pengeluaran udara dari rongga pleura. Selang dipasang selama beberapa hari agar

    paru-paru bisa kembali mengembang. Untuk menjamin perawatan selang tersebut,

    sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit. Untuk mencegah serangan ulang,

    mungkin perlu dilakukan pembedahan. Hampir 50% penderita mengalami

    kekambuhan, tetapi jika pengobatannya berhasil, maka tidak akan terjadi komplikasi

    jangka panjang.

    Pada orang dengan resiko tinggi (misalnya penyelam dan pilot pesawat

    terbang), setelah mengalami serangan pneumotoraks yang pertama, dianjurkan untuk

    menjalani pemedahan.

    Pada penderita yang pneumotoraksnya tidak sembuh atau terjadi 2 kali pada

    sisi yang sama, dilakukan pembedahan untuk menghilangkan penyebabnya.

    Pembedahan sangat berbahaya jika dilakukan pada penderita pneumotoraks spontan

    dengan komplikasi atau penderita pneumotoraks berulang. Oleh karena itu seringkali

    dilakukan penutupan rongga pleura dengan memasukkan doxycycline melalui selang

    yang digunakan untuk mengalirkan udara keluar.

    Untuk mencegah kematian pada pneumotoraks karena tekanan, dilakukan

    pengeluaran udara sesegera mungkin dengan menggunakan alat suntik besar yang

    dimasukkan melalui dada dan pemasangan selang untuk mengalirkan udara.

    iv. PrognosaHasil dari pneumothorax tergantung pada luasnya dan tipe dari pneumothorax.

    Spontaneous pneumothorax akan umumnya hilang dengan sendirinya tanpa

    perawatan. Secondary pneumothorax yang berhubungan dengan penyakit yang

    mendasarinya, bahkan ketika kecil, adalah jauh lebih serius dan membawa angka

    kematian sebesar 15%. Secondary pneumothorax memerlukan perawatan darurat

    dan segera. Mempunyai satu pneumothorax meningkatkan risiko mengembangkan

    kondisi ini kembali. Angka kekambuhan untuk keduanya primary dan secondary

    pneumothorax adalah kira-kira 40%; kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu

    1.5 sampai dua tahun.

    v. KDU1. tingkat 1

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    21/67

    21

    Dapat mengenali dan menempatkan gambaran klinik sesuai penyakit ketika

    membaca literature.tahu bagaimana mendapatkan informasi lebih lanjut,tau

    gambaran klinis-dapat menduga penyakitsegera rujuk.

    2. tingkat 2Mampu membuat diagnostic klinik berdasarakan pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan tambahan yang diminta seperti:laboratorium sederhana ,atau x-

    ray,selanjutnya merujuk pada dokter spesialis yang relevan dan menindak lanjuti

    sesudah nya.

    3. tingkat 3a. Mampu membuat diagnostic klinik berdasar pemeriksaaan fisik dan

    pemeriksaan tambahan mampu memberikan terapi pendahuluan dan merujuk pada

    spesialis yang relevan.BUKAN KASUS GAWAT DARURAT.

    b. Mampu membuat diagnostic klinik berdasar pemeriksaaan fisik dan

    pemeriksaan tambahan .mampu memberikan terapi pendahuluan dan merujuk pada

    spesialis yang relevan.KASUS GAWAT DARURAT

    4. tingkat 4Mampu membuat diagnostic klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan tambahan .dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu

    secara mandiri hingga tuntas.

    vi. Komplikasi1. Tension Pneumothoraks atau Pneumothoraks Ventiel : komplikasi ini terjadi

    karena tekanan dalam rongga pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat,

    mediastinum tergeser kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium

    kanan. Pada foto sinar tembus dada terlihat mediastinum terdorong kearah

    kontralateral dan diafragma tertekan kebawah sehingga menimbulkan rasa sakit.

    Keadaan ini dapat mengakibatkan fungsi pernafasan sangat terganggu yang harus

    segera ditangani kalau tidak akan berakibat fatal.

    2. Pio-pneumothoraks : terdapatnya pneumothoraks disertai empiema secara

    bersamaan pada satu sisi paru. Infeksinya berasal dari mikro-organisme yang

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    22/67

    22

    membentuk gas atau dari robekan septik jaringan paru atau esofagus kearah rongga

    pleura.

    3. Hidro-pneumothoraks/hemo-pneumothoraks: pada kurang lebih 25%

    penderita pneumothoraks ditemukan juga sedikit cairan dalam pleuranya. Cairan ini

    biasanya bersifat serosa, serosanguinea atau kemerahan (berdarah). Hidrothorak dapat

    timbul dengan cepat setelah terjadinya pneumothoraks pada kasus-kasus

    trauma/perdarahan intrapleura atau perfosari esofagus (cairan lambung masuk

    kedalam rongga pleura).

    4. Pneumomediastinum dan emfisema subkutan : Pneumomediastinum dapat

    ditegakkan dengan pemeriksaan foto dada. Insidennya adalah 15 dari seluruh

    pneumothoraks. Kelainan ini dimulai robeknya alveoli kedalam jaringan interstitium

    paru dan kemungkinan diikuti oleh pergerakan udara yang progresif ke arah

    mediastinum (menimbulkan pneumomediastinum) dan kearah lapisan fasia otot-otot

    leher (menimbulkan emfisema subkutan).

    5. Pneumothoraks simultan bilateral: Pneumothoraks yang terjadi pada kedua

    paru secara serentak ini terdapat pada 2% dari seluruh pneumothoraks. Keadaan ini

    timbul sebagai lanjutan pneumomediastinum yang secara sekunder berasal dari

    emfisem jaringan enterstitiel paru. Sebab lain bisa juga dari emfisem mediastinum

    yang berasal dari perforasi esofagus.

    6. Pneumothoraks kronik: Menetap selama lebih dari 3 bulan. Terjadi bila

    fistula bronko-pleura tetap membuka. Insidensi pneumothoraks kronik dengan fistula

    bronkopleura ini adalah 5 % dari seluruh pneumothoraks. Faktor penyebab antara lain

    adanya perlengketan pleura yang menyebabkan robekan paru tetap terbuka, adanya

    fistula bronkopelura yang melalui bulla atau kista, adanya fistula bronko-pleura yang

    melalui lesi penyakit seperti nodul reumatoid atau tuberkuloma.

    IV. HipotesisArya Duta menderita pneumothorax yang disebabkan oleh Gangguan cavum pleura

    dan cairan pleura.

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    23/67

    23

    V. Keterkaitan Antar MasalahArya Duta, laki-laki, 30 tahun

    Tertembak

    Peluru masuk antar

    tulang iga IV

    Trauma regio hidung

    Perdarahan di hidung

    Gangguan sistem

    pernafasan

    Kerusakan pulmo

    Gangguan sistem

    ernafasan

    N eri dada

    Gangguan tekanan

    udara paru

    Sulit bernafas

    Pneumothorax

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    24/67

    24

    VI. Learning IssuesObjective What I

    know

    What I dont know What Ive to prove Source

    Anatomi regio

    thorax

    -definisi

    -proyeksi

    -inervasi -pulmo

    -musculus

    -vaskularisasi

    -topografi thorax

    Journal,

    text

    books

    Anatomi regio nasal -definisi

    -proyeksi

    -vaskularisasi -nerve

    -musculus

    -topografi

    Histologi thorax -definisi -derma

    -musculus

    -osteon

    -interspace pulmo

    -pleura

    Histologi nasal -definisi -epitel -kartilago hialin

    Fisiologi sistem

    pernafasan

    -definisi -cavum pleura -pleura

    Perdarahan

    (pembekuan darah)

    -definisi -sel, jaringan, organ -mekanisme

    Patofisiologi

    kesulitan bernafasan

    -definisi -penyebab

    -tingkat keparahan

    -mekanisme

    Patofisiologi nyeri -definisi -klasifikasi nyeri -mekanisme

    Pneumothoraks -definisi -patofisiologi

    -penatalaksanaan

    -jenis

    -fisiologi

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    25/67

    25

    VII. Sintesis1. Anatomi Regio Thorax

    Berdasarkan lapisannya, regio thorax terdiri atas 4 lapisan:

    1. KulitSebagaimana kita tahu, kulit merupakan organ tubuh terluar. Kulit memiliki fungsi

    sebagai pelapis dan pelindung organ dibawahnya dari dehidrasi, cedera mekanik atau

    kimia, dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit.

    Lapisan kulit sendiri terdiri atas 3 lapisan, yaitu:

    1.1Lapisan epidermisLapisan ini memiliki 5 lapisan:

    1.1.1 Stratum Korneum : merupakan sel kulit mati paling superficial, tidak

    berinti sel, dan mengandung keratin yang

    berfungsi sebagai lapisan pelindung.

    1.1.2 Stratum Lusidum : bersel pipih, banyak selnya yang kehilangan inti

    sehingga selnya menjadi jernih dan tembus sinar.

    Lapisan ini hanya terdapat pada telapak kaki dan

    tangan.

    1.1.3 Stratum Granulosum : bersel pipih, terdapat butir-butir keratohialin yang

    merupakan fase dalam pembentukan keratin.

    1.1.4 Stratum Spinosum : merupakan lapisan epidermis yang paling tebal,

    berfungsi untuk menahan gesekan dari luar.

    1.1.5 Stratum Germinativum : merupakan sel induk yang menggantikan sel-sel di

    atasnya, merupakan sel yang aktif membelah diri.

    1.2Lapisan dermisLapisan dermis terdapat di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis kaya akan

    serabut kolagen dan elastin. Karena itu, kulit manusia (kecuali manula) sangat

    elastis (mudah kembali ke bentuk asal).

    Lapisan ini memiliki 2 lapisan:

    1.2.1 Stratum papilaris : lapisan terluar dari dermis, terdiri atas jaringan

    ikat areolar yang berisi saraf, pembuluh darah,

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    26/67

    26

    limfe, serta folikel rambut. Lapisan ini juga berisi

    reseptor sentuhan.

    1.2.2 Stratusm Retikularis : lapisan kulit paling dalam, terdiri atas jaringan

    fibrosa dan beberapa serabut elastis serta banyak

    mengandung arteri, vena, reseptor tekanan,

    kelenjar keringan, dan kelenjar sebasea.

    1.3Lapisan subkutanLapisan subkutan sebenarnya bukanlah salah satu lapisan kulit. Lapisan ini

    berfungsi sebagai penghubung kulit secara longgar dengan organ yang berdekatan.

    Lapisan ini terdapat sel-sel adiposa.

    2. OtotPada bagian ini, pembahasan hanya terpusat pada otot pada dada apa saja tang

    berfungsi dalam sistem respirasi.

    2.1Otot ekstrinsik dadaa. M. Pectoralis major

    b. M. Pectoralis minorc. M. Sternocleidomastoideusd. M. Skalenus Anterior, Medius, Superior

    2.2Otot intrinsik dada

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    27/67

    27

    a. M. Intercostalis eksternusb. M. Interkostalis internusc. M. Tranversus Thoracis (ekspirasi)

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    28/67

    28

    3. Rangka dada

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    29/67

    29

    4. Pleura

    Pleura terletak pada kedua sisi mediastinum di dalam cavitas thoracis. Pleuraadalah membran serosa yang licin, mengkilat, tipis dan transparan. Membran ini

    menutupi jaringan paru dan terdiri dari 2 lapis:

    1. Pleura viseralis: terletak disebelah dalam, langsung menutupi permukaanparu.

    2. Pleura parietalis: terletak disebelah luar, berhubungan dengan dindingdada.

    Pleura parietalis dan viseralis terdiri atas selapis mesotel (yang memproduksi cairan),

    membran basalis, jaringan elastik dan kolagen, pembuluh darah dan limfe.

    Membran pleura bersifat semipermiabel. Sejumlah cairan terus menerus

    merembes keluar dari pembuluh darah yang melalui pleura parietal. Cairan ini diserap

    oleh pembuluh darah pleura viseralis, dialirkan ke pembuluh limfe dan kembali

    kedarah. Efusi terjadi jika pemnbentukan cairan oleh pleura parietalis melampau batas

    pengambilan yang dilakukan pleura viseralis.

    5. Organ dalamOrgan dalam bagian thorax ada dua, yaitu:

    5.1Paru-paruLetak paru-paru berada pada rongga dada yang menghadap ke tengah rongga

    dada/ cavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat bagian tampak paru-paru

    yang disebut hilus. Pada mediastium depan terdapat jantung. Paru-paru dibungkus

    oleh selaput bernama pleura.

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    30/67

    30

    5.2JantungPosisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada,

    bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus

    xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis

    costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada

    tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi

    kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi

    lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di

    kiri linea medioclavicularis.

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    31/67

    31

    6. VaskularisasiSetiap spatium intercostale mempunyai satu arteria intercostalis posterior

    yang besar dan dua arteri intercostalis anterior kecil.

    Arteri intercostales posteriores dua spatium intercostales suprema, cabang

    dari truncus costocervicales dari arteria subclavia. Arteriae intercostales posteriores

    pada sembilan spatium intercostale yang terbawah dipercabangkan dari aorta

    thoracica

    Arteri intercostales anteriores pada enam spatium intercostales yang pertama

    merupakan percabangan arteria thoracica interna. Arteriae intercostales anteriores

    pada spatium intercostale yang lebih bawah dipercabangkan dan arteria

    musculophrenica, salah satu cabang terminal arteria thoracica interna.

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    32/67

    32

    Venae intercostales posteriores yang sesuai mengalirkan darah kembali ke

    vena azygos atau vena hemiazygos, dan venae intercostales anteriores mengalirkan

    darah ke vena thoracica interna dan vena musculophrenica.

    7. NervasiNervi intercostales merupakan rami anteriores dan 11 nervi thoracici spinales

    yang pertama. Ramus anterior nervus thoracalis 12 terletak di abdomen dan berjalan

    ke depan di dalam dinding abdomen sebagai nervus subcostalis.

    Setiap nervus intercostalis masuk ke dalam spatium intercostale di antara

    pleura parietalis dan membrana intercostalis interni. Kemudian berjalan ke depan dan

    ke bawah bertemu dengan arteri dan vena intercostalis di dalam sulcus costae yang

    sesuai, di antara musculi intercostales interni. Enam saraf pertama didistribusikan di

    dalam spatium intercostales. Nervi intercostales VII sampai XI meninggalkan ujung

    anterior spatium intercostale dengan berjalan di permukaan dalam cartiligines

    costales, untuk masuk ke dalam dinding anterior abdomen. Nervi intercostales 10 dan

    11, berjalan langsung ke dalam dinding abdomen karena costa yang sesuai dengan

    saraf ini merupakan costa fluctuantes.

    2. Anatomi Regio NasalHidung terdiri atas nasus externus dan cavum nasi.

    A.Nasus ExternusNasus externus mempunyai ujung yang bebas yang dilekatkan ke dahi melalui

    radix nasi atau jembatan hidung. Lubang luar hidung adalah kedua nares. Setiap naris

    dibatasi di lateral oleh ala nasi dan di medial oleh septum nasi. Rangka nasus externus

    dibentuk diatas oleh os nasale, processus frontalis ossis maxillaries, dan pars nasalis

    ossis frontalis. Dibawah rangka ini dibentuk oleh lempeng-lempeng tulang rawan,

    yaitu kartilago nasi superior dan inferior, dan cartilago septi nasi. Otot-otot yang

    berkerja pada nasus externus adalah m. Compressor naris dan m.dilator naris.

    B.Cavum nasiTerletak di nares di depan sampai choanae di belakang. Rongga ini dibagi oleh

    septum nasi atas belahan kiri dan kanan. Setiap belahan memiliki dasar, atap,

    dinding lateral dan medial.

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    33/67

    33

    Dasar dibentuk oleh processus palatinus maxillae dan lamina horizontalis

    palatini, yaitu permukaan atas palatum durum.

    Bagian atap sempit dan dibentuk dari belakang ke depan oleh corpus ossis

    sphenoidalis, lamina cribrosa ossis ethmoidalis, os frontale, os nasale, dan

    cartilagines nasi.

    Dinding lateral ditandai dengan tiga tonjolan disebut concha nasalis superior,

    media dan inferior. Area dibawah setiap concha disebut meatus.

    Recessus sphenoethmoidalis adalah daerah kecil yang terletak diatas concha

    nasalis superior dan di depan corpus ossis sphenoidalis. Di daerah ini terdapat

    muara sinus sphenoidalis.

    Meatus nasi superior terletak dibawah dan lateral concha nasalis superior.

    Disisni terdapat muara sinus ethmoidales posteriores.

    Meatus nasi media terletak dibawah dan laeral concha media. Pada dinding

    lateralnya terdapat prominentia bulat, bulla ethmoidalis, yang disebabkan oleh

    penonjolan sinus ethmoidales medii yang terletak dibawahnya. Sinus ini

    bermuara pada pinggir atas meatus. Sebuah celah melengkung, disebut hiatussemilunaris, terletak tepat dibawah bulla. Ujung anterior hiatus masuk kedalam

    saluran berbentuk corong yang disebut infundibulum. Sinus maxillaris bermuara

    pada meatus nasi media melalui hiatus semilunaris. Sinus frontalis bermuara dan

    dilanjutkan oleh infundibulum. Sinus ethmoidales anteriores juga bermuara pada

    infundibulum.

    Meatus nasi media dilanjutkan kedepan oleh sebuah lekukan disebut atrium.

    Atrium ini dibatasi oleh agger nasi. Dibawah dan depan atrium, dan sedikit

    didalam naris, terdapat vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang telah

    bermodifikasi dan mempunyai rambut-rambut melengkung dan pendek, atau

    vibrissae.

    Meatus nasi inferior terletak dibawah dan lateral concha inferior dan padanya

    terdapat muara ductus nasolacrimalis. Sebuah lipatan membrana mucossa

    membentuk katup yang tidak sempurna yang melindungi muara ductus.

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    34/67

    34

    Diniding medial atau septum nasi adalah sekat osteocartilago yang ditutupi

    membrana mucosa. Bagian atas dibentuk oleh lamina perpendicularis ossis

    ethmoidalis dan bagian posteriornya dibentuk oleh os vomer. Bagian anterior

    dibentuk oleh cartilago septi. Septum ini jarang sekali terletak pada bidang

    median.

    Membrana mucosa melapisi ccavum nasi, kecuali vesttibulum, yang dilapisi

    kulit yang telah mengalami modifikasi. Terdapat dua jenis membrana mucosa,

    yaitu mucosa olfactorius, dan respiratorius.

    C.Persarafan cavum nasiN. olfactorius berasal dari sel-sel olfaktorius khusus yang terdapat pada

    membrana mucosa. Saraf ini naik ke atas melalui lamina cribrosa dan

    mencapai bulbus olfaktorius. Saraf-saraf sensasin umum berasal dari divisi

    ophtalmica dan maxillaris n. Trigeminus. Persarafan bagian antterior cavum

    nasi berasal dari n. Ethmoidalis anterior. Persarafan bagian posterior cavum

    nasi berasal dari ramus nasalis, ramus nasopalatinus, dan ramus palatinus

    ganglion pterygopalatinum.

    D.Pendarahan cavum nasiSuplai arteri untuk cavum nasi terutama berasal dari cabang-cabang a.

    Maxillaris. Cabang yang terpenting adalah a. sphenopalatina. A.

    sphenopalatina beranastomosis dengan cabang septalis a. labialis superior yang

    merupakan cabang dari a. facialis di daerah vestibulum. Daerah ini sering

    terjadi pendarahan (epistaxis). Vena-vena membentuk plexus yang luas di

    dalam submucosa. Plexus ini dialirkan oleh vena-vena yang menyertai arteri.

    E.Aliran limfe cavum nasi.Pembuluh limfe mengalirkan limfe dari vestibulum ke nodi submandibulares.

    Bagian lain dari cavum nasi mengalirkan limfenya ke nodi cervicales profundi

    superior.

    3. Histologi Thorax Pleura

    Seperti juga jantung paru-paru terdapat didalam sebuah kantong yang berdinding

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    35/67

    35

    rangkap, masing-masing disebut pleura visceralis dan pleura parietalis. Kedua pleura

    ini berhubungan didaerah hilus. Sebelah dalam dilapisi oleh mesotil. Pleura tersebut

    terdiri atas jaringan pengikat yang banyak mengandung serabut kolagen, elastis,

    fibroblas dan makrofag. Di dalamnya banyak terdapat anyaman kapiler darah dan

    pembuluh limfe

    Cartilagines costales

    Pada thorax terdapat tulang rawan hialin. Kartilago hyalin segar berwarna putih

    kebiruan dan translusen. Pada embrio berfungsi sebagai kerangka sementara hingga

    secara berangsur-ahgsur hilang diganti dengan tulang. Sedangkan pada mamalia

    dewasa , kartilago hyalin terdapat di permukaan sendi pada sendi yang dapat

    bergerak, dinding jalan nafas yang lebih besar (hidung,laring,trakea,bronki), dan

    ujung ventral iga, tempat berartikulasi dengan sternum, dan pada lempeng epifise.

    Matriks

    Komponen penting dari matriks kartilago adalah kondronektin,sebuah makromolekul

    yang membantu perlekatan kondrosit pada kolagen matriks. Matriks kartilago yang

    tepat ,mengelilingi setiap kondrosit banyak mengandung glikosaminoglikan dan

    sedikit kolagen.

    Perikondrium

    Kecuali pada kartilago sendi,semua kartilago hyalin ditutupi oleh selapis jaringan ikat

    padat,perikondrium, yang esensial bagi pertumbuhan dan pemeliharaan tulang rawan.

    Terdiri dari dua lapisan : lapisan fibrosa dan lapisan khondrogenik

    Kondrocyt

    Pada tepian kartilago hyalin, kondrosit muda berbentuk lonjong, dengan sumbu

    panjang paralel dengan permukaan. Lebih ke dalam bentuknya bulat, dan dapat

    berkelompok hingga 8 sel, kesemuanya adalah hasil dari pembelahan mitosis dari

    kondrosit. Kelompok demikian disebut dengan kelompok isogen.

    Struktur paling luar dari kartilago Hyalin bagian atas sama dengan dari bawah

    masing-masing terdapat selaput perikondrium yang kaya fibroblas. Agak ke tengah

    terdapat kondroblas atau sel kartilago muda dalam kapsula kecil dengan sitoplasma

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    36/67

    36

    penuh. Makin ke tengah terdapat kondrosit atau sel rawan dewasa dalam berkelompok

    seperti bagian paling tengah, kondrosit tampak membentuk kelompok dua-dua empat-

    empat, dan disebut kelompok isogen. Tiap kelompok isogen dikelilingi matriks

    teritorial dan menampakkan kondrosit dengan sitoplasma tereduksi, sehingga tampak

    ruang antara sitoplasma dengan kapsula yang disebut lakuna. Antara dua kelompok

    isogen dipisahkan oleh matriks interteritorial

    OsteonPERIOSTEUM

    Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan pengikat pada

    fibrosa yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian

    periosteum luar akan bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam

    periosteum yang selanjutnya samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian

    dalam periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena memiliki potensi

    membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat penting dalam

    proses penyembuhan tulang. Periosteum dapat melekat pada jaringan tulang

    karena : pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang. terdapat

    serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam tulang. terdapat serabut

    elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey.

    ENDOSTEUM

    Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi

    rongga sumsum tulang dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam

    jaringan tulang termasuk Canalis Haversi dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya

    endosteum berasal dari jaringan sumsum tulang yang berubah potensinya

    menjadi osteogenik.

    KOMPONEN JARINGAN TULANG

    Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga

    terdiri atas unsur-unsur : sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam

    jaringan tulang yang sedang tumbuh, seperti telah dijelaskan pada awal

    pembahasan, dibedakan atas 4 macam sel :

    1. Osteoblas

    Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu

    banyak ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    37/67

    37

    atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan

    kompleks Golgi di bagian basal. Sitoplasma tampak basofil karena banyak

    mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein.

    Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang

    aktif mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya.

    Selain itu terlihat pula adanya lisosom.

    2. Osteosit

    Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok

    terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang

    bercabang-cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati

    oleh osteosit bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan

    dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak jelas, walaupun

    masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam sitoplasmanya. Ujung-

    ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling berhubungan melalui gap

    junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pertukaran ion-

    ion di antara osteosit yang berdekatan.

    Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi

    sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi

    osteosit lagi atau osteoklas.

    3. Osteoklas

    Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 m-

    100m dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama

    kali oleh Kllicker dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat

    hubungan sel osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya

    dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan jaringan

    tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini secara

    khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk batas yang

    berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop

    electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan beberapa asam organik yang

    dapat melarutkan komponen mineral pada enzim proteolitik lisosom untuk

    kemudian bertugas menghancurkan matriks organic. Pada proses persiapan

    dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri dari

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    38/67

    38

    permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada

    gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang

    sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada

    tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah

    jangka panjang.

    Selain pendapat di atas, ada sebagian peneliti berpendapat bahwa keberadaan

    osteoklas merupakan akibat dari penghancuran tulang. Adanya penghancuran

    tulang osteosit yang terlepas akan bergabung menjadi osteoklas. Tetapi akhir-

    akhir ini pendapat tersebut sudah banyak ditinggalkan dan beralih pada

    pendapat bahwa sel-sel osteoklas-lah yang menyebabkan terjadinya

    penghancuran jaringan tulang.

    4. Sel Osteoprogenitor

    Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, oleh karena itu dinamakan pula sel

    osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada

    periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-

    sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan

    akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan

    tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik

    menghasilkan osteoklas.

    Selsel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi

    menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini,

    misalnya, dapat diamati pada proses penyembuhan patah tulang. Menurut

    penelitian, diferensiasi ini dipengaruhi oleh lingkungannya, apabila terdapat

    pembuluh darah maka akan berdiferensiasi menjadi osteoblas, dan apabila tidak

    ada pembuluh darah akan menjadi khondroblas. Selain itu, terdapat pula

    penelitian yang menyatakan bahwa sel osteoprogenitor dapat berdiferensiasi

    menjadi sel osteoklas lebihlebih pada permukaan dalam dari jaringan tulang.

    MusculusStruktur mikroskopis

    Sel otot seran lintang merupakan sel panjang yang berinti banyak dengan ketebalan

    yang sama di seluruh panjangnya yang berukuran sekitar 10-100 m.

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    39/67

    39

    Sangat khas adalah gambaran pada potongan membujur terhadap sumbu panjang

    serabutnya oleh karena segera tampak gambaran garis-garis melintang yang

    dipisahkan oleh garis-garis pucat di sepanjang serabut. Gambaran ini disebabkan oleh

    adanya miofibril-miofibril dalam sarkoplasma yang bersifat membias kembar silih

    berganti dengan yang biasa, seluruhnya sejajar memenuhi serabut.

    Ketebalan miofibril bervariasi namun tidak akan melebihi ukuran 2-3 m. Penyebaran

    miofibril dalam sarkoplasma akan jelas pada potongan melintangnya. Biasanya

    membentuk kelompok-kelompok yang pada potongan melintang tampak sebagai

    kelompok titik-titik yang dinamakan sebagai Area Cohneim.

    Di bawah sarkolema sepanjang serabut otot tampak inti yang berbentuk sebagai

    kumparan, sehingga apabila serabut tersebut terpotong membujur sebagian besar inti

    tampak tersebar di tepi dibawah sarkolema.

    Struktur halus otot seran lintang

    Pada pengamatan secara seksama dengan M.E., ternyata apa yang dimaksudkan

    dengan sarkolema oleh para pengamat dengan mikroskop cahaya sebenarnya terdiri

    atas:

    a. Plasmalemma yang strukturnya sebagai unit membrane.

    b. Lapisan pembungkus ekstraseluler yang bahannya seperti lamina basalis

    c. Anyaman halus serabut-serabut retikuler

    Serabut otot seran lintang sebagaimana dengan sel lain, dalam sitoplasmanya

    mengandung berbagai macam organela, namun kesemuanya disesuaikan dengan

    fungsi serabut otot yang mampu berkontraksi.

    Mithokondria berukuran besar dengan banyak sekat-sekat di dalamnya, terletak

    memanjang berderet-deret sepanjang serabut dibawah sarkolema dan diantara

    miofibril. Kompleks Golgi terdapat lebih dari satu menempati di dekat setiap inti.

    Miofibril merupakan seberkas komponen berbentuk filamen yang lebih halus dan

    panjang dari filamen itu sendiri tidak sepanjang miofibrilnya.

    Filamen tersebut seperti halnya dalam otot polos terdiri atas 2 jenis yang berbeda

    dalam ketebalan dan ukuran panjangnya yaitu:

    1. Miofilamen tebal : Ketebalan 100 dan panjang 1,5m

    2. Mikrofilamen halus : Ketebalan 50 dan panjang 2m

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    40/67

    40

    Garis melintang tidak lain berbentuk cakram atau lempeng, oleh karena garis-garis

    melintang yang terlihat pada potongan memanjang serabut otot menempati seluruh

    ketebalan serabut. Oleh karena itu istilah garis sering diganti dengan lempeng atau

    cakram.

    Dibedakan 2 macam lempeng yaitu:

    1. Lempeng A

    Lempeng A dapat membias kembar sinar polarisasi. Sediaan otot dengan pewarnaan

    H.E memperlihatkan warna merah. Ditengah-tengah lempeng A terdapat sebuah

    lempeng yang lebih sempit yang jernih, yaitu lempeng H dan lempeng ini terbagi lagi

    oleh lempeng yang gelap, yaitu lempeng M.

    2. Lempeng I

    Lempeng I sendiri hanya terbagi oleh sebuah lempeng yang lebih tipis dan berwarna

    gelap ditengah sebagai lempeng Z. Kadang-kadang pada lempeng I didekat

    perbatasan dengan lempeng A terlihat sebuah lempeng N dilihat sepanjang serabut

    otot yang dihubungkan dengan kemampuan kontraksinya, maka selama kontraksi

    lempeng Z relatif tidak mengalami perubahan. Oleh karena itu miofibril dibagi-bagi

    menjadi satuan kontraksi yang disebut sarkomer yang dibatasi oleh lempeng Z.

    Didalam sebuah miofibril, sejumlah miofilamen halus yang panjangnya 2 m

    berpangkal pada lempeng Z dan meluas kesetengah lempeng I dan sebagian dari

    lempeng A sampai batas lempeng H. Dengan demikian lempeng H dibatasi oleh

    ujung-ujung miofilamen halus dari kedua belah pihak. Sedangkan miofilamen tebal

    yang berada sebagian diantara miofilamen halus, perluasannya dalam satu sarkomer

    mulai dari batas lempeng I disatu pihak sampai batas lempeng I di pihak lain

    Hubungan antara miofilamen halus dengan miofilamen tebal dapat lebih dipahami

    pada potongan melintang melalui lempeng A dekat perbatasan dengan lempeng I.

    Pada potongan tersebut terlihat bahwa sepotong miofilamen tebal dikelilingi secara

    teratur oleh 6 batang miofilmen halus dan sebaliknya setiap batang miofilamen halus

    sendiri dikelilingi oleh 3 batang miofilamen tebal lainnya.diantara kedua miofilamen

    tersebut dihubungkan oleh molekul-molekul berbentuk batang pendek yang

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    41/67

    41

    merupakan bagian dari miofilamen tebal sebagai kait-kait yang dinamakan cross

    bridge.

    Organela lain dalam sitoplasma yang terlibat dalam proses kontraksi yaitu

    sarcoplasmic reticulum yang tidak lain adalah smooth reticulum pada sel-sel biasa.

    Sarcoplasmic reticulum merupakan anyaman rongga pipih yang dibatasi membran

    yang mengelilingi miofibril.

    Komponen lain dalam sarkoplasma

    Dalam sarkoplasma ditemukan glikogen dalam jumlah yang banyak dalam bentuk

    butir-butir kasar. Bahan ini dipergunakan sebagai persediaan energi.

    Komponen lain yaitu mioglobin yang merupakan pigmen seperti hemoglobin dalam

    eritrosit yang digunakan untuk mengikat oksigen.

    IntegumentKulit dibagi dalam dua bagian :

    (1)bagian superficialis, epidermisEpidermis merupakan epitel berlapis gepeng yang sel-sel nya menjadi pipih bila

    matang dan naik ke permukaan dan selapis tipis sel berkeratin, yaitu stratum korneum.

    Sel paling superficial di stratum korneum secara terus-menerus terlepas atau

    mengalami deskuamasi dari permukaan. Stratum korneum kulit tipis juga jauh lebih

    tipis dibandingkan yang terdapat di kulit tebal.

    o Stratum basal ( germinativum)Stratum basal adalah lapisan paling dalam atau dasar di epidermis. Lapisan ini

    terdiri dari satu lapisan sel kolumnar hingga kuboid yang terletak pada

    membrane basalis yang memisahkan dermis dari epidermis. Sel-sel melekat

    satu sama lain melaui taut sel yang disebut desmosom, dan pada membrane

    basalis dibawahnya melalui hemidesmosom. Sel di stratum basal berfungsi

    sebagai sel induk bagi epidermis karena itu di lapisan ini banyak ditemukan

    aktivitas mitosis. Sel membelah dan mengalami pematangan sewaktu

    bermigrasi ke atas menuju lapisan superficial. Semua sel di stratum basal

    menghasilkan dan mengandung filament keratin intermediate yang meningkat

    jumlahnya sewaktu sel bergerak ke atas

    o Stratum spinosumLapisan ini terdiri dari empat sampai enam tumpukan sel. Selama pembuatan

    sediaan histologik, sel menciut dan ruang interselular tampak seperti duri. Sel

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    42/67

    42

    menyintesis filament keratin yang tersusun menjadi tonofilamen. Spina(duri)

    mencerminkan tempat perlekatan desmosom pada tonofilamen keratin.

    o Stratum granulosumSel terdiri dari tiga sampai lima lapisan sel gepeng. Sel terisi oleh granula

    keratohialin padat dan granula lamellosum terbungkus membrane. Granula

    keratohialin berikatan dengan tonofilamen keratin untuk membentuk keratin

    lunak. Granula lamellosum mengeluarkan material lemak diantara sel-sel dan

    menyebabkan kulit kedap air.

    o Stratum lusidumHanya ditemukan pada kulit tebal, translusen, dan sulit dilihat. Sel tidak

    memiliki nucleus atau organel dan dipenuhi oleh filament keratin

    o Stratum korneumTerdiri dari sel gepeng mati yang berisi keratin lunak. Sel yang mengalami

    keratinisasi terus menerus terlepas atau mengalami deskuamasi dan digantikan

    oleh sel baru. Selama keratinisasi, enzim hidrolitik mengeliminasi nucleus dan

    organel

    (2)bagian profunda, dermisDermis terdiri atas jaringan ikat padat yang banyak mengandung pembuluh

    daarah,pembuluh limfatik, dan saraf. Di dalam dermis, sebagian besar berkas serabut-

    serabut kolagen berjalan sejajar.

    o Stratum papillareAdalah lapisan superficial di dermis dan mengandung jaringan ikat longgar

    tidak teratur. Papillae dan crista cutis membentuk evaginasi dan interdigitasi.

    Jaringan ikat terisi oleh serat, sel, dan pembuluh darah. Reseptor sensorik

    meissner ditemukan di papillae

    o Stratum reticulareAdalah lapisan yang lebih dalam dan tebal di dermis terisi oleh jaringan ikat

    padat tidak teratur. Jumlah sel sedikit dan kolagennya adalah kolagen tipe 1.

    Tidak terdapat batas yang jelas antara stratum papillare dan stratum reticulare.

    Menyatu disebelah inferior dengan hypodermis atau lapisan subkutis fasia

    superficial. Mengandung anastomosis arterivinosa dan reseptor sensorik

    corpusculum lamellosum. Akson bermielin di corpusculum lamellosum

    dikelilingi oleh lamella konsentrik serat kolagen

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    43/67

    43

    4. Histologi NasalUdara yang masuk mula-mula melewati bagian atap atau superior rongga hidung. Di

    atap hidung terdapat epitel yang sangat khusus, yaitu epitel olfaktorius, yang mendeteksi dan

    menerusakan bau-bauan. Epitel ini terdiri dari tiga jenis sel, yaitu sel penyokong atau

    sustentakular (epitel liocytus sustenans), sel basa (epitel liocytus basalis), dan sel olfaktorius

    (sensorik). Di bawah epitel di jaringan ikat terdapat kelenjar olfaktorius serosa.

    Sel olfaktorius (epiteliocytus sensorius) adalah neuron bipolar sensorik yang tersebar

    diantara sel penyokong di bagian yang lebih apikal dan sel basa epitel olfaktorius. Sel

    olfaktorius terentang di seluruh ketebalan epiteldan berakhir di permukaan epitel olfaktorius

    berupa bulbus bulat yang kecil yaitu vesikel olfaktorius. Silia olfakltorius non motil yang

    panjang dan terletak sejajar dengan permukaan epitel, terjulur dari setiap vesikel olfaktorius

    silia non motil ini berfungsi sebagai reseptor bau berbeda dari epitel respiratorik (epithelium

    respiratorium), epitel olfaktorius tidak memiliki sel goblet atau silia motil.

    Di jaringan ikat tepat di bawah epitel olfaktorius, terdapat saraf olfaktorius (nervi

    olfactori) dan kelenjar olfaktorius (glandula olfactoria). Kelenjar olfaktorius (Bowman)

    menghasilkan cairan serosa yang membasahi silia olfaktorius dan berfungsi sebagai penarik

    molekul bau untuk dideteksi oleh sel olfaktorius.

    Di daerah transisi, perbedaan histologi epitel olfaktorius dan epitel respiratorik

    tampak jelas. Epitel olfaktorius adalah epitel bertingkat semusilindris tinggi, terdiri atas tiga

    jenis sel berbeda : sel penyokong, sel basa, dan sel olfaktorius neuroepitelia. Lokasi dan

    bentuk inti menjadi petunjuk untuk mengidentifikasi sel.

    Sel penyokong atau sel sustentakular (epitheliocytus sustenans) memanjang, dengan

    inti lonjong yang terletak leboih apikal atau superfisial di epitel. Sel olfaktorius

    (epitheliocytus sensiorius) memiliki inti lonjong atau bulat yang terletak diantara inti sel

    penyokong dan sel basal (epitheliocytus basalis).Apex dan basis sel olfaktorius langsing.

    Permukaan aplikasi selolfaktorius mengandung mikrofili non motil terjulur ke dalam mukus

    yang menutupi permukaan epitel. Sel basal adalah sel pendek yang terletak di basis epitel di

    anatara sel penyokong dan sel olfaktorius.

    Dari basis sel olfaktorius terjulur akson yang berjalan ke lamina propria berupa berkas

    saraf olfaktorius tidak bermielin atau fila olfaktoria. Saraf olfaktorius meninggalkan rongga

    hidung dan masuk ke bulbus olfaktorius di dasar otak.

    Transisi dari peotel olfaktorius menjadi epitel respiratorius terjasi secara tiba-tiba.

    Epitel respiratorik adalah epitel bertingkat semu silindris dengan silia dan banyak sel goblet.

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    44/67

    44

    Di daerah transisi, ketinggian epitel respiratorik tampaknya sama dengan epitel olfaktorius.

    Di bagian seluruh permukaan lainnya, ketinggian epitel respiratorik lebih rendah dibanding

    epitel olfaktorius.

    Lamina propria dibawahnya banyak terdapat kapiler, pembuluh limfe, arteriol, venula,

    dan kelenjar olfaktorius (Bowman) tubuloasinar serosa yang bercabang. Kelenjar olfaktorius

    mencurahkan sekretnya melalui duktus eksretorius kecil yang menembus epitel olfaktorius.

    Sekret darikelenjar olfaktorius membasahi permukaan epitel, melarutkan molekul zat yang

    berbau, dan merangsang sel olfaktorius.

    Mukosa Olfaktorius rincian daerah transisi

    Mukosa olfaktorius dan konka superior di rongga hidung

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    45/67

    45

    Tulang rawan hialin

    Pada orang dewasa, kebanyakan model tulang rawan hialin telah diganti dengan

    tulang, kecuali tulang rawan permukaan sendi, ujung iga (tulang rawan iga), hidung, laring,

    trakea, serta di bronki. Disini, tulang rawan hialin menetap seumur hidup dan tidak

    mengalami penulangan.

    Perikondrium dan fibroblas mengelilingi tulang rawan. Lapisan kondrogenik

    disebelah dalam menghasilkan kondroblas yang berdiferensiasi menjadi kondrosit. Kondrosit

    di lakuna tampak sendiri-sendiri atau dalam aggregatio isogenica. Lakuna dan kondrosit

    dibagian tengah lempeng tulang rawan terlihat besar dan bulat, tetapi sel ini menjadi semakin

    gepeng ke arah tepi, tempat sel tersebut menjadi kondroblas yang berdiferensiasi. Matriks

    interteritorial (matrix interterritorialis) (interselular) berwarna terang, sedangkan matriks

    teritorial (matrix territorialis) di sekitar lakuna berwarna lebih gelap. Di dekat tulang rawan

    tampak jaringan ikat vaskular dan kelenjar trakea dengan unit sekretorik bentuk-anggur yang

    disebut asini. Asini serosa (acini serosa) menghasilkan sekresi encer, sedangkan asini mukosa

    (acini mucosa) mengeluarkan mukus pelumas. Duktus ekskretorius (ductus excretorius)

    menyalurkan sekresi ini ke dalam lumen trakea.

    Tulang rawan hialin

    5. Fisiologi sistem pernafasanProses fisiologi pernapasan yaitu proses o2 dipindahkan dari udara kedalam jaringan

    jaringan ,dan co2 dikeluarkan keudara ekspirasi ,dan dapat dibagi menjadi tiga stadium

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    46/67

    46

    a.ventilasi

    yaitu masuk nya campuran gas kedalam dan keluar paru paru karena ada selisih

    tekanan yang terdapat antara atsmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot otot.dan

    selama atadium ventilasi terjadi proses inspirasi dan ekspirasi,selama inspirasi,volume

    thoraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa

    otot tekanan udara di atmosfer lebih besar maka udara masuk ke paru paru sampai tekanan

    jalan napas pada akhir inspirasi sama dengan tekanan atmosfer,dan selama ekspirasi volume

    thoraks mengecil,rangka iga menurun,lengkung diafragma naik keatas menyebabkan udara

    keluar dari paru paru.

    b.transportasi

    pada proses transportasi terjadi beberapa peristiwa

    1. difusi gas gas antara alveols dan kapiler paru,dan antara darah sistemik dan sel sel jaringan

    2. distribusi darah dalam sirkulasi pulmonary dan penyesuaian nya dengan distribusi udara

    dalam alveolus alveolus

    3. reaksi kimia dan fisik dari o2 dan co2 dengan darah

    c.respirasi sel

    merupakan stadium akhir dari respirasi yaitu saat saat zat di oksidasi untuk mendapatkan

    energy dan co2 terbentuk sebagai sampah proses metabolism sel dan dikeluarkan oleh paru

    paru.

    PleuraParu menempati sebagain besar rongga thoraks. Terdapat dua buah paru, masing-

    masing dibagi menjadi beberapa lobus dan masing-masing mendapat satu bronkus. Jaringan

    paru itu sendiri terdiri dari serangkaian saluran napas yang sangat bercabang-cabang,

    alveolus, pembuluh darah paru, dan sejumlah besar jaringan ikat elastik. Satu-satunya otot di

    dalam paru adalah otot polos di dinding arteriol dan dinding bronkiolus, di mana keduanya

    berada di bawah kontrol. Tidak terdapat otot di dalam dinding alveolus untuk

    mengembangkan atau mengempiskan alveolus selama proses bernapas. Perubahan volume

    paru (dan perubahan volume alveolus yang menyertainya) ditimbulkan oleh perubahan dalam

    dimensi rongga thoraks.

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    47/67

    47

    Paru menempati sebagian besar volume rongga thoraks (dada), dan struktur-struktur

    lain di dada adalah jantung dan pembulu-pembuluh terkaitnya, esofagus, timus, dan beberapa

    saraf. Dinding dada (thoraks) luar dibentuk oleh 12 pasang iga melengkung, yang

    berhubungan dengan sternum (tulang dada) di anterior dan vertebra thorakalis (tulang

    punggung) di posterior. Sangkar iga merupakan tulang protektif bagi paru dan jantung.

    Diafragma, yang membentuk lantai rongga thoraks, adalah suatu lembaran otot rangka yang

    lebar, berbentuk kubah, dan memisahkan secara total rongga thoraks dari rongga abdomen.

    Otot ini ditembus hanya oleh esofagus dan pembuluh darah yang melintasi rongga thoraks

    dan abdomen. Di leher, otot dan jaringan ikat menutup rongga thoraks. Satu-satunya

    komunikasi antara thoraks dan atmosfer adalah melalui saluran napas ke dalam alveolus.

    Seperti paru, dinding dada mengandung banyak jaringan ikat elastik.

    Cavum pleuraKantung pleura berfungsi memisahkan masing-masing paru dari dinding thoraks.

    Setiap paru dipisahkan dari dinding thoraks dan struktur lain di sekitarnya oleh suatu kantung

    tertutup berdinding rangkap, yaitu kantung pleura. Interior kantung pleura dikenal sebagai

    rongga pleura. Dalam gambar, ukuran rongga pleura sangat diperbesar untuk mempermudah

    visualisasi; pada kenyataannya, lapisan-lapisan kantung pleura bersuatu cairan intrapleura

    (intra artinya di dalam) tipis, yang melumasi permukaan pleura selagi keduanya saling

    bergeser sewaktu pergerakan napas.

    6. Perdarahan (pembekuan darah)1. Lapisan dalam (endotel) pembuluh yang cedera melepaskan zat parakrin yang akan

    memicu Spasme vascular mengurangi aliran darah melalui pembuluh yang cedera

    2. Protein fibrosa pada bagian pembuluh yang cedera mengaktifkan trombosit, lalu

    trombosit menggumpal untuk membentuk sumbat di bagian pembuluh yang

    terpotong/sobek. Lewat proses panjang berikut. Kolagen yang terpajang atau protein

    fibrosa di pembuluh yang cedera mengaktifkan trombosit. Kemudian trombosit akan

    menggumpal di pembuluh yang cerdera. Trombosit yang menggumpal tersebut akan

    melepaskan ADP yang menyebabkan semakin banyak trombosit menggumpal di

    tempat defek atau pembuluh yang cedera. Karena itulah tempat defek cepat terbentuk

    sumbat trombsit. Akan tetapi ADP yang dilepaskan oleh trombosit tidak hanyak

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    48/67

    48

    menyebabkan semakin banyak trombosit menggumpal, tetapi juga merangsang

    endotel normal menghasilkan prostasiklin dan asam nitrat yang berfungsi

    menghambat penggumpalan trombosit. Hal itulah yang menyebabkan proses ini tidak

    sempurna dan membutuhkan proses ketiga. Akan tetapi pada robekan-robekan kecil di

    kapiler dan pembuluh halus lain yang sering terjadi sehari-harinya sudah cukup

    diperbaiki dengan proses penggumpalan trombosit ini.

    3. Proses pembentukan benang fibrin

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    49/67

    49

    7. Patofisiologi sulit bernafasSesak napas atau dispnea adalah perasaan sulit bernapas dan merupakan gejala utama

    dari penyakit kardiopulmonar. Seorang yang mengalami dispnea sering mengeluh napasnya

    menjadi pendek atau merasa tercekik. Gejala objektif sesak napas termasuk juga penggunaan

    otot-otot pernapasan tambahan (sternokleidomastoideus, scalenus, trapezius, pectoralis

    major), pernapasan cuping hidung, takipnea, dan hiperventilasi.

    Besarnya tenaga fisik yang dikeluarkan untuk menimbulkan dispnea bergantung pada

    usia, jenis kelamin, ketinggian tempat, jenis latihan fisik, dan terlibatnya emosi dalam

    melakukan kegiatan itu. Dispnea yang terjadi pada seseorang harus dikaitkan dengan tingkat

    aktivitas minimal yang menyebabkan dispnea, untuk menentukan apakah dispnea terjadi

    setelah aktivitas sedang atau berat, atau terjadi pada saat istirahat. Berikut adalah tabel skala

    besar dispnea.

    T

    ingkatDerajat Kriteria

    0 NormalTidak ada kesulitan bernapas kecuali dengan

    aktivitas berat

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    50/67

    50

    1 Ringan

    Terdapat kesulitan bernapas, napas pendek-

    pendek ketika terburu-buru atau ketika berjalan menuju

    puncak landai

    2 SedangBerjalan lebih lambat daripada kebanyakan orang

    berusia sama karena sulit bernapas atau harus berhenti

    berjalan untuk bernapas

    3 BeratBerhenti berjalan setelah 90 meter (100 yard)

    untuk bernapas atau setelah berjalan beberapa menit

    4Sangat

    Berat

    Terlalu sulit untuk bernapas bila meninggalkan

    rumah atau sulit bernapas ketika memakai baju atau

    membuka baju

    Dispnea adalah gejala utama edema paru, gagal jantung kongestif dan penyakit katup

    jantung dan merupakan gejala paling nyata pada penyakit yang menyerang ercabangan

    trakeobronkial, parenkim paru, dan rongga pleura. dispnea juga biasanya dikaitkan dengan

    penyakit restriktif yaitu terdapat peningkatan kerja pernapasan akibat meningkatnya resistensi

    elastik paru atau dinding dada dan pada penyakit jalan napas obstruktif dengan meningkatnya

    resistensi nonelastik bronkial. Dispnea juga dapat terjadi jika otot pernapasan lemah, lumpuh,

    letih akibat meningkatnya kerja pernapasan atau otot pernapasan kurang mampu melakukan

    kerja mekanis.

    8. Patofisiologi nyeriNyeri menurut IASP (International Association for the Study of Pain) merupakan

    pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan sehubungan dengan kerusakan

    jaringan yang dijumpai. Definisi ini menggambarkan nyeri sebagai pengalaman yang

    kompleks menyangkut multidimensional.

    Definisi diatas mengandung dua poin penting, yaitu bahwa secara normal nyeri

    dianggap sebagai indikator sedang atau telah terjadinya cedera fisik. Namun tidak berarti

    bahwa pasti terjadi cedera fisik dan intensitas yang dirasakan dapat jauh lebih besar dari

    cedera yang dialami. Yang kedua bahwa komponen kognitif, emosional dan tingkah laku dari

    nyeri dipengaruhi oleh proses belajar dari pengalaman yang lalu tentang nyeri baik yang

    dialami ataupun yang orang lain alami.

    B. Klasifikasi Nyeri

  • 5/30/2018 Laporan Tutorial Skenario C L5

    51/67

    51

    Penggolongan nyeri yang sering digunakan adalah klasifikasi berdasarkan satu dimensi yaitu

    berdasarkan patofisiologi (nosiseptif vs neuropatik) ataupun berdasarkan durasinya (nyeri

    akut vs kronik).

    1. Nosiseptik vs Neuropatik

    Berdasarkan patofisiologinya nyeri dibagi menjadi nyeri nosiseptik dan nyeri

    neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan oleh adanya stimuli noksius

    (trauma, penyakit atau proses radang). Dapat diklasifikasikan menjadi nyeri viseral, bila

    berasal dari rangsangan pada organ viseral, atau nyeri somatik, bila berasal dari jaringan

    seperti kulit, otot, tulang atau sendi. Nyeri somatik sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua

    yaitu superfisial (dari kulit) dan dalam (dari yang lain).

    Pada nyeri nosiseptik system saraf nyeri berfungsi secara normal, secara umum ada

    hubungan yang jelas antara persepsi dan intensitas stimuli dan nyerinya mengindikasikan

    kerusakan jaringan. Perbedaan yang terjadi dari bagaimana stimuli diproses melalui tipe

    jaringan menyebabkan timbulnya perbedaan karakteristik. Sebagai contoh nyeri somatik

    superfisial digambarkan sebagai sensasi tajam dengan lokasi yang jelas, atau rasa terbakar.

    Nyeri somatik dalam digambarkan sebagai sensasi tumpul yang difus. Sedang nyeri viseral

    digambarkan sebagai sensasi cramping dalam yang sering disertai nyeri alih (nyerinya pada

    daerah lain).

    Nyeri neuropatik adalah nyeri dengan impuls yang berasal dari adanya kerusakan atau

    disfungsi dari sistim saraf baik perifer atau pusat. Penyebabnya adalah trauma, radang,

    penyakit metabolik (diabetes mellitus, DM), infeksi (herpes zooster), tumor, toksin, dan

    penyakit neurologis primer. Dapat dikategorikan berdasarkan sumber atau letak terjadinya

    gangguan utama yaitu sentral dan perifer. Dapat juga dibagi menjadi peripheral

    mononeuropathy dan polyneuropathy, deafferentation pain, sympathetically maintained pain,

    dan central pain.

    Nyeri neuropatik sering dikatakan nyeri yang patologis karena tidak bertujuan atau

    tidak jelas kerusakan organnya. Kondisi kronik dapat terjadi bila terjadi per