78396804-laporan-skenario-2-1

51
LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 4 “SKENARIO II” Disusun oleh : 1. Wahyu Shintya V. (08-011) 2. Adilah Novarani D. (08-013) 3. Irma Yunita Wijayanti (08-022) 4. Ira Latifatul (08-036) 5. Isclahul Lailiyah (08-037) 6. Ria Faisah (08-038) 7. Ari Agustinawati (08-046) 8. Silfiyatus Zahroh (08-047) 9. Lusi Nirmalawati (08-048) 10. Hanny Friska Y. (08-064) 11. Verieska Harit D. (08-063) 12. Zuraida (08-083) 13. Vebri Gheofany (08-098) 14. Siti Arofah (08-114) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI 1

Upload: nurbaetty-rochmah

Post on 24-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 4

“SKENARIO II”

Disusun oleh :

1. Wahyu Shintya V. (08-011)

2. Adilah Novarani D. (08-013)

3. Irma Yunita Wijayanti (08-022)

4. Ira Latifatul (08-036)

5. Isclahul Lailiyah (08-037)

6. Ria Faisah (08-038)

7. Ari Agustinawati (08-046)

8. Silfiyatus Zahroh (08-047)

9. Lusi Nirmalawati (08-048)

10. Hanny Friska Y. (08-064)

11. Verieska Harit D. (08-063)

12. Zuraida (08-083)

13. Vebri Gheofany (08-098)

14. Siti Arofah (08-114)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2010

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan hidayah-Nya sehingga laporan tutorial “Skenario II” dapat

terselesaikan dengan baik.

Laporan tutorial ini disusun untuk memenuhi tugas tutorial dengan alasan-

alasan penting yang menjadi pendorong untuk pengetahuan berdasarkan referensi-

referensi yang mendukung. Laporan ini juga bertujuan untuk mengantisipasi

pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi di lingkungan Universitas Jember dan

bagi semua pihak yang membutuhkan.

Laporan tutorial ini disusun melalui berbagai tahap baik dari pencarian

bahan, text book dan dari beberapa referensi yang penulis dapat lainnya. Laporan

ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya komitmen dan kerja sama yang

harmonis antara para pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Drg. A. Gunadi, MS, Ph.D selaku tutor kelompok tutorial 4

2. Teman-teman kelompok tutorial 4

Akhirnya tiada suatu usaha yang besar dapat berhasil tanpa dimulai dari

usaha yang kecil. Semoga laporan tutorial ini bermanfaat, terutama bagi

mahasiswa Universitas Jember sendiri dan diluar lingkungan Universitas Jember.

Sebagai penanggung jawab dan pembuat makalah ini, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan serta penyempurnaan lebih lanjut

pada masa yang akan datang.

Jember, 16 Desember 2010

Penyusun

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………..……....……… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………..………..…..... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3. Tujuan ..........................................................................................................2

1.4. Mapping ...................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4

2.1. Ergonomi .................................................................................................... 4

2.2. Four Handed Dentistry ............................................................................... 9

2.3. Musculoskeletal Disorder ......................................................................... 14

BAB III PEMBAHASAN………………….............................................…. … 18

3.1. Cara Dokter Gigi Bekerja Secara Ergonomi………................................. 18

3.2. Konsep Four Handed Dentistry……………………………..................... 23

3.3. Hubungan Antara Ergonomi dan Four Handed Dentistry ........................ 24

3.4 Macam-Macam Musculoskeletal Disorders .............................................. 25

BAB IV KESIMPULAN .................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang dokter gigi praktek sore telah bekerja selama 15 tahun

mempunyai pasien yang banyak. Tiap hari rata-rata jumlah pasien yang

berkunjeng sekitar 15 orang. Semua kegiatan perawatan gigi pasien dia

tangani sendiri. Beberapa hari yang lalu dokter gigi termasuk mengeluh

adanya kelainan di daerah punggung, leher, dan pergelangan tangannya. Dia

merasakan sakit yang luar biasa, bahakan dia tidak bisa beraktifitas secara

normal seperti biasa. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa dia

mengalami musculoskeletal disorders karena dokter gigi bekerja tidak secara

ergonomi. Saran dari dokter yang merawatnya agar dalam bekerja merawat

pasien dibantu oleh asisten sehingga bekerja secara four handed dentistry.

Ergonomi merupakan studi tentang manusia untuk menciptakan sistem

kerja yang lebih sehat, aman dan nyaman. Seorang praktisi dibidang kesehatan

khususnya kedokteran gigi harus memahami tujuan mempelajari ergonomik

karena dengan memahami tujuan ergonomik dalam lingkungan kerja, praktisi

kesehatan akan terhindar dari musculoskeletal disorder (MSDs), tentu efek

jangka panjangnya adalah praktisidapat bekerja lebih lama tanpa mengganggu

produktifitas kerja praktisi dalam bekerja.

Berbagai peralatan kedokteran gigi yang dijual di pasaran pada saat ini,

hampir semuanya telah memperhatikan aspek ergonomis ketika didesain oleh

pabrik pembuatnya. Namun kelebihan ini akan berkurang nilainya apabila

pada saat penempatan peralatan tidak berdasarkan prinsip tata letak yang

benar.

Desain tata letak adalah proses alokasi ruangan, penataan ruangan dan

peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung seminimal

mungkin, seluruh ruangan termanfaatkan dan menciptakan rasa nyaman

4

kepada operator yang bekerja serta pasien yang menerima pelayanan. Desain

tata letak berperan penting dalam efektifitas dan efisiensi operasi tempat

praktek dokter gigi, oleh karena itu perlu direncanakan secara matang sebelum

tempat praktek dibangun.

Konsep Four handed Dentistry telah diadopsi oleh para pembuatan dental

unit, sehingga saat ini seluruh dental unit yang dibuat selalu dilengkapi denagn

sisi Dental Assistant di sebelah kiri pasien, oleh karena itu konsep four handed

Dentistry menjadi desain dalam tata letak penempatan alat kedokteran gigi.

5

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara bekerja secara Ergonomi?

2. Bagaimanakan konsep dari Four Handed Dentistry?

3. Bagaimanakah hubungan antara Four Haded Dentistry?

4. Sebutkan Macam dari musculoskeletal disorder?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana cara bekerja secara Ergonomi

2. Mengetahui bagaimana konsep dari Four Handed Dentistry

3. Mengetahui bagaimana hubungan antara Four Haded Dentistry

4. Mengetahui Macam dari musculoskeletal disorder

1.4 Mapping

Ergonomi

Four Handed Dentistry

Konsep Tujuan

Zona Statik Zona Asisten Zona Transfer Zona

Operator

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ergonomi

Perkembangan tekhnologi saat ini begitu pesatnya sehingga peralatan sudah

menjadi kebtuhan pokok pada berbagai lapangan kerja tak terkecuali pada dokter

gigi. Artinya peralatan dan tekhnologi merupakan penunjang yang penting dalam

upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu

disisi lain negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang

mungkin timbul. Hal ini akan terjadi jika tidak diantisipasi maka akan timbul

berbagai risiko yang mempengaruhi hidup dokter gigi maupun pekerja di bidang

lain dan tidak memungkinkan terjadi kecelakaan akibat kerja yang menyebabkan

kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan

cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan

ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. (depkes RI:2000)

Istilah Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu Ergos (kerja) dan Nomos

(hukum alam) dan dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia

dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,

engineering, manajemen dan perancangan/desain. Ergonomi secara khusus

mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan

teknologi dan produk-produk buatannya. Ilmu ini berangkat dari kenyataan bahwa

manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka

panjang, pada saat berhadapan dengan lingkungan sistem kerja yang berupa

perangkat keras/hardware (mesin, peralatan kerja, dan lain-lain) dan perangkat

lunak/software (metode kerja, sistem, dan lain-lain).

(http://aguswibisono.com/2009/apa-itu-ergonomi/)

Ergonomi adalah satu ilmu yang peduli akan adanya keserasian manusia dan

pekerjaannya. Ilmu ini menempatkan manusia sebagai unsur pertama, terutama

7

kemampuan, kebolehan, dan batasannya. Ergonomi bertujuan membuat pekerjaan,

peralatan, informasi, dan lingkungan yang serasi satu sama lainnya. Metodenya dengan

menganalisis hubungan fisik antara manusia dengan fasilitas kerja. Manfaat dan tujuan

ilmu ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat bekerja. Dengan demikian

Egonomi berguna sebagai media pencegahan terhadap kelelahan kerja sedini mungkin

sebelum berakibat kronis dan fatal. (http://aguswibisono.com/2009/apa-itu-ergonomi/)

Ergonomic merupakan suatu cabang ilmu yang bersifat multi-disipliner yang lahirnya

setelah perang dunia II. Ergonomi berasal dari kata ergon dan nomos berarti aturan atau

hukum. Dengan demikian ergonomic diartikan sebagai aturan dalam bekerja.

Implikasinya dalam kehidupan adalah bahwa di dalam melaksanakan pekerjaan itu

hendaknya manusia selalu menyadari bahwa ada aturan kerja yang harus dituruti.

Menurut definisi tersebut prinsip dasar dalam ergonomi adalah menyesuaikan

pekerjaan dengan manusianya. Manusia bukan hanya harus mendapatkan pekerjaan,

tetapi pekerjaan yang diperoleh itu harus mampu memelihara harkat dan harga dirinya

sebagai manusia. Dengan kata lain pekerjaannya harus manusiawi, yang didalamnya

mengandung pengertian adanya jaminan keselamatan, keamanan dan

kenyamananselama bekerja 8 jam sehari. (adiputra nyoman: 2004)

Dimana ergonomi dimanfaatkan untuk manusia bekerja dimana saaja dan

kapan saja, ergonomi sebagi suatu pendekatan yang memungkinkan manusia

bekerja secara optimal dan efisien. Apakah dia bekerja di pagi sampai sore hari

pekerjaannya berat atau ringan. (adiputra nyoman:2004)

8

(http://www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF)

Aplikasi ergonomi dalam desain sistem kerja memberikan peranan penting

dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain

sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot

manusia. Desain stasiun kerja untuk alat peraga visual display, untuk mengurangi

ketidaknyamanan visual dan postur kerja. Desain perkakas kerja untuk

mengurangi kelelahan kerja. Desain peletakan instrumen dan sistem pengendali

agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi sehingga dihasilkan suatu

respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan, dan meningkatkan

efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang

9

tepat. Peran ergonomi dalam kehidupan sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi

3, yaitu:

1. Perancangan produk.

2. Meningkatkan keselamatan dan higiene kerja.

3. Meningkatkan produktivitas kerja.

(http://aguswibisono.com/2009/apa-itu-ergonomi/)

Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi

adalah prinsip ergonomis, yaitu menyerasikan dan menyeimbangkan antara segala

fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun dalam istirahat dengan

kemampuan dan keterbatasan manusia. Baik fisik maupun metal sehingga kualitas

hidup secara keselurihan menjadi lebih baik. Tata letak hanyalah salah satu faktor

dalam ergonomis. Banyak faktor lain yang merupakan unsur ergonomis seperti

desain warna, pencahaan, suhu, kebisingan dan kualitas udara ruangan, serta

desain peralatan yang digunakan.

10

(http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Desain

%20Tata%20Letak%20Penempatan%20Alat%20Kedokteran%20Gigi.pdf)

Sasaran penelitian ergonomi adalah manusia pada saat bekerja di lapangan

atau lingkungan, secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomic adalah

penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk

menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya ialah berupa menyesuaikan

ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan

suhu, cahaya dan kelembapan yang bertujuan agar sesuai dengan tubuh manusia.

(depkes RI: 2000)

Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya antara lain:

a. Tekhnik

b. Fisik

c. Pengalaman psikis

d. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan perherakan otot dan

persendian.

e. Anthopometri

f. Sosiologi

g. Fisiologi, terutama yang berhubungan dengan temperature suhu

h. Desain atau tata letak dll.

Ergonomi mempunyai tujuan tujuan seperti meningkatkan kesehjateraan

fisik dan mental dengan meminimalkan beban kerja tambahan pada fisik maupun

mental. Meningkatkan kesehjateraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas

kontak sesame pekerja,pengorganisaian yang lebih baik dan menghidupkan

system kebersamaan dalam tempat kerja, serta berkontribusi di dalam

keseimbangan rasional antara aspek aspek tekhnil. Ekonomi,antropologi maupun

budaya. (adiputra nyoman: 2004)

Pelatihan bidang ergonomic sangat penting sebab ahli ergonomi umumnya

berlatar belakang pendidikan tekhnik, psikologi, fisiologi atau dokter meskipun

11

ada juga yang dasar keilmuaanya tentang desain, manajer dll. Akan tetapi semua

ditujukan pada aspek kerja dan lingkungan kerja. (depkes RI:2000)

2.2 Four Handed Dentistry

Four handed dentistry termasuk juga bagaimana cara penggunaan dan

pemeliharaan alat dan bahan kedokteran gigi meliputi peralatan yang digunakan

untuk diagnose, perawatan pengawetan gigi, pembersihan karang gigi, operasi

bedah mulut, fissure sealant, ART, dan pemeliharaan dan penyimpanan alat

kedokteran gigi. Four handed dentistry juga suatu ilmu kedokteran gigi yang

ditujukan untuk memahami tentang bahan yang diperlukan untuk tindakan

konservasi, tindakan edondontik serta tindakan rehabilitatif.

(murdick,B.dkk.service operation management.boston:allyn and bacon.1990)

Berbagai peralatan kedokteran gigi yang dijual di pasaran pada saat ini,

hamper semuanya telah memperhatikan aspek ergonomis ketika didesain oleh

pabrik pembuatnya. Namun kelebihan ini akan berkurang nilainya apabila pada

saat penempatan peralatan tidak berdasarkan prinsip desain tata letak yang benar.

Dalam makalah ini akan dibahas desain tata letak penempatan alat kedokteran

gigi, namun terbatas pada alat-alat utama saja yaitu Dental Unit, Mobile Cabinet,

dan Dental Cabinet.

Desain tata letak (lay out design) adalah proses alokasi ruangan, penataan

ruangan dan peralatan sedemikian rupa sehingga pergerakan berlangsung

seminimal mungkin, seluruh luasan ruangan termanfaatkan, dan menciptakan rasa

nyaman kepada operator yang bekerja serta pasien yang menerima pelayanan.

Desain tata letak memegang peranan penting dalam efektifitas dan efisiensi

operasi3 tempat praktek dokter gigi, oleh karena itu perlu direncanakan secara

matang sebelum tempat praktek dibangun dan tidak tertutup kemungkinan untuk

direvisi dikemudian hari bila dinilai sudah tidak laik lagi.

Desain tata letak berbeda dengan gambar arsitek, desain tata letak hanya

berupa sketsa yang mengambarkan penataan ruangan, dibuat berdasarkan

perhitungan pergerakan informasi, bahan, dan manusia. Selain itu juga dengan

12

memperhatikan pertimbangan ergonomis, medis dan kepatutan. Secara garis besar

ada 2 macam desain tata letak yaitu yang dibuat dengan memperhatikan proses

dan yang dibuat dengan memperhatikan produk, pada tempat praktek dokter gigi

yang digunakan adalah desain tata letak dengan memperhatikan proses.

Efektifitas dan efisiensi desain tata letak dihitung dari jumlah jarak pergerakan

yang terjadi, dengan asumsi setiap pergerakan yang terjadi menimbulkan biaya.

Menimimalisasi pergerakan adalah tujuan dari desain tata letak.

Tim dan Sistem Kerja

Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan kedokteran gigi, profesi di

bidang ini turut ikut berkembang. Bila dahulu cukup hanya dokter gigi saja yang

memberikan pelayanan, kini di negara-negara maju seperti Amerika Serikat,

pelayanan diberikan oleh sebuah tim yang terdiri dari Dentist, Dental Hygienist,

Dental Assistant, dan Dental Technician. Dentist adalah dokter gigi yang

memberikan pelayanan kedokteran gigi. Dental Hygienist bertugas mengisi

Rekam Medis, serta melakukan tindakan Preventive Dentistry seperti

membersihkan karang gigi secara mandiri. Dental Assistant bertugas sebagai

asisten yang membantu dokter gigi mengambil alat, menyiapkan bahan,

mengontrol saliva, membersihkan mulut, serta mengatur cahaya lampu selama

suatu prosedur perawatan sedang dilakukan. Dental Technician berkerja di

Laboratorium, membuat protesa dan alat bantu yang akan dipasang di mulut

pasien.

Di Indonesia kondisinya sedikit berbeda, hanya dikenal 2 profesi kesehatan

gigi diluar dokter gigi yaitu Perawat Gigi dan Tekniker Gigi. Perawat Gigi

bertugas seperti Dental Assistant dan Dental Hygienist, sedangkan Tekniker Gigi

bertugas sama seperti Dental Technician. Pada saat suatu pelayanan kedokteran

gigi dilakukan hanya akan ada 2 orang yang berada disekitar pasien yaitu Dokter

Gigi dan Perawat Gigi. Tugas kedua orang ini berbeda namun saling mendukung,

ini kemudian melahirkan istilah Four Handed Dentistry.

Konsep Four Handed Dentistry telah diadopsi oleh para produser pembuatan

dental unit, sehingga saat ini seluruh dental unit yang dibuat selalu dilengkapi

13

dengan sisi Dental Asistant disebelah kiri pasien. Oleh karena itulah konsep Four

Handed Dentistry menjadi dasar dalam desain tata letak penempatan alat

kedokteran gigi.

Jalur Kerja dan Pergerakan

Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja

disekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept. Bila kepala pasien dijadikan

pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien, maka arah jam 11

sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assisten’s

Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer Zone, kemudian dari arah jam 8

sampai jam 11 disebut Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi.

Clock Concep (Nusanti, 2000)

Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat Gigi

serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen

Bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang

dapat membuat takut pasien. Assistant’s Zone adalah zona tempat pergerakan

Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin

dan Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap.

Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan

dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan Operator’s Zone sebagai tempat

pergerakan Dokter Gigi.

Selain pergerakan yang terjadi di seputar Dental Unit, pergerakan lain yang

perlu diperhatikan ketika membuat desain tata letak alat adalah pergerakan Dokter

Gigi, Pasien, dan Perawat Gigi di dalam ruangan maupun antar ruangan. Jarak

antar peralatan serta dengan dinding bangunan perlu diperhitungkan untuk

memberi ruang bagi pergerakan Dokter Gigi, Perawat Gigi, dan Pasien ketika

masuk atau keluar Ruang Perawatan, mengambil sesuatu dari Dental Cabinet,

serta pergerakan untuk keperluan sterilisasi. Pergerakan dalam Ruang

Pemeriksaan (Kilpatrick, 1974)

14

Tata Letak Penempatan Alat

Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi adalah

prinsip ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala

fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan

kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga

kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik6. Tata letak hanyalah salah

satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor lain yang merupakan unsure

ergonomis seperti desain warna, pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara

ruangan, serta desain peralatan yang digunakan.

Ruang Periksa adalah ruang utama dalam praktek dokter gigi, tata letak

peralatan dalam ruangan ini berorientasi memberi kemudahan dan kenyamanan

bagi Dokter Gigi, Perawat Gigi, berserta Pasiennya ketika proses perawatan

dilakukan. Ukuran minimal Ruang Perawatan untuk satu Dental Unit adalah 2,5 X

3,5 Meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan satu buah Dental Unit, Mobile

Cabinet, serta dua buah Dental Stool8. Unsur penunjang lain dapat turut

dimasukan seperti audio-video atau televisi untuk hiburan pasien yang sedang

dirawat.

Perhatian pertama dalam mendesain penempatan peralatan adalah terhadap

Dental Unit. Alat ini bukan kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-

turunkan. Pada saat posisi rebah panjang Dental Unit adalah sekitar 1,8-2 Meter.

Di belakang Dental Unit diperlukan ruang sebesar 1 Meter untuk Operator’s Zone

dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal antara ujung bawah Dental Unit

dengan dinding belakang atau Dental Cabinet yang diletakkan di belakang adalah

3 Meter; sementara jarak antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding depan

minimal 0,5 Meter. Dental Unit umumnya memiliki lebar 0,9 Meter, bila Tray

dalam kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5 Cm. Jarak

dari tiap sisi minimal 0,8 Meter untuk pergerakan di Operator’s Zone dan

Asistant’s Zone.

Mobile Cabinet sebagai tempat menyimpan bahan dan alat yang akan

digunakan pada saat perawatan diletakan di Static Zone. Zona ini tidak akan

terlihat oleh pasien dan terletak dianatara Operator’s Zone dan Assistant Zone

15

sehingga baik Dokter Gigi maupun Perawat Gigi akan dengan mudah mengambil

bahan maupun alat yang diperlukan dalam perawatan. Bila Mobile Cabinet lebih

dari satu, maka Mobile Cabinet kedua diletakan di Operator’s Zone.

Alat besar terakhir yang berada di Ruang Perawatan adalah Dental Cabinet

sebagai tempat penyimpanan utama bahan maupun alat kedokteran gigi.

Umumnya berbentuk buffet setengah badan seperti Kitchen Cabinet dengan

ketebalan 0,6-0,8 Meter. Bila hanya satu sisi, lemari ini ditempatkan di Static

Zone, sedangkan bila berbentuk L, ditempatkan di Static Zone dan Assistant’s

Zone. Keberadaan Dental Cabinet akan menambah luas ruangan yang diperlukan

untuk menempatkannya.

2.3 Muskuloskeletal Disorders

Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka merupakan

kerusakan  pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dan discus

invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan

degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar, mikro faktur,

patah, atau terpelintir. MSDs terjadi dengan dua cara:

1. Kelelahan dan keletihan terus menerus yang disebabkan oleh frekuensi atau

periode waktu yang lama dari usaha otot, dihubungkan dengan pengulangan

atau usaha yang terus menerus dari bagian tubuh yang sama meliputi posisi

tubuh yang statis;

2. Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat/berat

atau pergerakan yang tak terduga.

Frekuensi yang lebih sering terjadi MSDs adalah pada area tangan, bahu, dan

punggung. Aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya MSDs yaitu penanganan

bahan dengan punggung yang membungkuk atau memutar, membawa ke tempat

yang jauh (aktivitas mendorong dan menarik), posisi kerja yang statik dengan

punggung membungkuk atau terus menerus dan duduk atau berdiri tiba-tiba,

mengemudikan kendaraan dalam waktu yang lama (getaran seluruh tubuh),

16

pengulangan atau gerakan tiba-tiba meliputi memegang dengan atau tanpa

kekuatan besar.

Musculoskeletal disorders (MSDs) juga dikenal dengan nama lain,

diantaranya:

1. Repetitive Strain Injuries (RSIs);

2. Cumulative Trauma Disorders (CTDs);

3. Overuse Injuries;

4. Repetitive Motion Disorders;

5. Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs).

Gejala Musculoskeletal disorders (MSDs) dapat menyerang secara cepat

maupun lambat (berangsur-angsur), menurut Kromer (1989), ada 3 tahap

terjadinya MSDs yang dapat diidentifikasi yaitu:

Tahap 1 : Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini

biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak berpengaruh

pada performance kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat;

Tahap 2 :  Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah bekerja.

Tidak mungkin terganggu. Kadang-kadang menyebabkan berkurang-

nya performance kerja;

Tahap 3 :  Gejala ini tetap  ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika

bergerak secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan,

kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.

Jenis-jenis keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) antara lain:

a.   Sakit Leher

Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai leher,

peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher miring atau kaku leher. Pengguna

17

komputer yang terkena sakit ini adalah pengguna yang menggunakan gerakan

berulang pada kepala seperti menggambar dan mengarsip, serta pengguna dengan

postur yang kaku;

b.   Nyeri Punggung

Nyeri punggung merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri punggung

yang spesifik seperti herniasi lumbal, arthiritis, ataupun spasme otot. Nyeri

punggung juga dapat disebabkan oleh tegangan otot dan postur yang buruk saat

menggunakan komputer;

c.  Carpal  Tunnel Syndrome

Merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan yang

diakibatkan iritasi dan nervus medianus. Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas

berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus. Keadaan berulang

ini antara lain seperti mengetik, arthritis, fraktur pergelangan tangan yang

penyembuhannya tidak normal, atau kegiatan apa saja yang menyebabkan

penekanan pada nervus medianus;

d.   De Quervains Tenosynovitis

Penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan bawah,

disebabkan oleh inflamasi tenosinovium dan dua tendon yang berasa di ibu jari

pergelangan tangan. Aktivitas berulang seperti mendorong space bardengan ibu

jari, menggenggam, menjepit, dan memeras dapat menyebabkan inflamasi

pada tenosinovium. Gejala yang timbul antara lain rasa sakit pada sisi ibu jari

lengan bawah yang dapat menyebar ke atas dan ke bawah;

e.  Thoracic Outlet Syndrome

Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang ditandai

dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi jika lima

18

saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan. Thoracic Outlet

Syndrome disebabkan oleh gerakan berulang dengan lengan diatas atau maju

kedepan. Pengguna komputer beresiko terkena sindrom ini karena adanya gerakan

berulang dalam menggunakan keyboard dan mouse;

f.   Tennis Elbow

Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang

berasal dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan.Tennis

elbow disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor.

g.  Low Back Pain

Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4 dan L5.

Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka

akan terjadi penekanan pada discus.Hal ini berhubungan dengan posisi duduk

yang janggal, kursi yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai

dengan antopometri pekerja.

(http://merulalia.wordpress.com/2010/08/30/msds/)

19

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Cara Dokter Gigi Bekerja Secara Ergonomi

Cara dokter gigi bekerja secara ergonomi adalah bekerja yg sesuai dengan

prinsip ergonomi.

Prinsip-prinsip ergonomik adalah:

Work in Neutral Postures (bekerja dalam posisi netral)

Reduce Excessive Force (mengurangi beban yang berlebihan)

Tekanan yang berlebihan pada otot akan berpotensi menyebabkan

kelelahan dan cedera.

Keep Everything in Easy Reach (membuat semua mudah untuk dijangkau)

Benda yang paling sering digunakan harus berada di daerah jangkauan

tangan, susun kembali daerah kerja dan semakin mudah dalam gerakkan.

Work at Proper Heights (bekerja dengan ketinggian yang sesuai)

Dari pengalaman baik adalah bahwa kebanyakan pekerjaan harus

dilakukan didekat sekitar tingginya, apakah duduk atau berdiri. Pekerjaan

lebih berat adalah sering terbaik melakukan lebih rendah dari tingginya

siku. Ketepatan bekerja atau pekerjaan secara visual keras adalah sering

terbaik melakukan didekat kemuliaan di atas.

Reduce Excessive Motions (mengurangi gerakan berlebihan)

Kurangi jumlah gerakan selama kerja, baik lengan, jari maupun punggung.

Minimize Fatigue and Static Load (memperkecil kelelahan dan beban

statis)

20

Berada dalam posisi kerja yang sama untuk beberapa waktu dikenal

sebagai beban statis. Ini menyebabkan kegelisahan dan kelelahan dan

dapat menghambat pekerjaan.

Minimize Pressure Points (memperkecil tekanan)

Pada beberapa pekerjaan kita harus hati-hati terhadap poin-poin tekanan

berlebihan, yang sering disebut ” tekanan kontak.”

Provide Clearance (menyediakan tempat yang sesuai/ memeriksa

ksesuaian tempat)

Pekerjaan pada Area tertentu perlu untuk disediakan ruang cukup untuk

kepala, lutut dan kaki.

Move, Exercise and Stretch (pindah tempat; bergerak, dan mereregangkan

otot dan sendi)

Agar tidak mudah lelah tubuh perlu digerakkan dan diregangkan.

Maintain a Comfortable Environment (melihara suatu lingkungan yang

nyaman)

Jaga leher tetap lurus,Jaga agar Siku dalam posisi yang benar dan bahu

bersantai. Salah satu jalan yang paling sederhana untuk mengurangi

kelelahan manual adalah untuk menggunakan alat bantu yang sesuai.

Memakai bantalan pada tangan untuk pekerajaan-pekerjaan tertentu akan

mengurangi beban kerja. Merubah tata letak/ruang untuk meminimalkan

gerakan. Ada Kecenderungan lengan bawah mengalami kontak langsung

terhadap tepi yang keras suatu meja kerja yang akan menciptakan suatu

titik tekanan. Dihilangakan dengan memasang lapisan yang elastis pada

tepi itu dan biasanya ini akan membantu.

21

Aplikasi/ penerapan Ergonomik:

1. Posisi Kerja

Posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri. Berdiri dengan

posisi yang benar, dengan tulang punggung yang lurus dan bobot badan

terbagi rata pada kedua kaki. Pada posisi berdiri dengan pekerjaan ringan,

tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm dibawah siku. Agar tinggi

optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu jarak

vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah mendatar dan

lengan atas vertikal. Posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal

dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki dan sebaiknya

berdiri tidak lebih dari 6 jam.

Posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan

posisi stabil selama bekerja. Beberapa persyaratan posisi duduk/bekerja

dengan duduk adalah:

- Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.

- Tidak menimbulkan gangguan psikologis.

- Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.

Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau berdiri

secara bergantian. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan.

Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar

beban statik diperkecil. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa,

sehingga tidak membebani, melainkan dapat memberikan relaksasi pada

otot-otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan

penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk

mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha,

mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas.

22

2. Proses Kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi

waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya.

Salah satu faktor pembatas kinerja tenaga kerja adalah tiadanya

keserasian ukuran, bentuk sarana dan prasarana kerja terhadap tenaga

kerja. Guna mengatasi keadaan tersebut diperlukan data antropometri

tenaga kerja sebagai acuan dasar disain sarana dan prasarana kerja

sehingga para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan

posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran antropometrinya.

Antropometri sebagai salah satu disiplin ilmu yang digunakan dalam

ergonomi memegang peranan utama dalam rancang bangun sarana dan

prasarana kerja.

Hal-hal yang berkaitan dengan antropometri :

a. Sikap tubuh yang baik

Sikap tubuh yang baik dalam melakukan suatu aktivitas diantaranya

tidak membungkuk, tidak jongkok, tidak memutar tubuh, tinggi tempat

kerja antara tinggi pusat dan tinggi siku, tidak meraih objek atau benda

yang melebihi tinggi bahu, dan letak objek sesuai dengan jangkauan

lapangan pandang mata (30-60° dari masing-masing mata).

b. Gerakan kerja otot

Gerakan kerja otot meliputi kerja otot yang dinamis dan statis. Kerja

otot yang dinamis merupakan pergantian antara kontraksi dan relaksasi

otot secara ritmis. Yang perlu diperhatikan pada gerakan kerja otot

dinamis adalah frekuensi pernapasan, denyut jantung dan tekanan darah

meningkat, sedangkan aliran darah dan oksigen ke otot yang aktif

meningkat dan ke otot yang inaktif berkurang. Adapun kerja otot statis

adalah kerja otot dimana kontraksi otot terjadi untuk waktu yang lama,

biasanya untuk mempertahankan posisi tubuh tertentu. Pada kerja otot

statis biasanya konsumsi energi lebih rendah, frekuensi jantung lebih

rendah, sehingga waktu istirahat yang diperlukan lebih pendek.

23

c. Beban kerja

Untuk mengangkat dan memindahkan objek harus diperhatikan

beberapa hal seperti berat beban maksimum, pengangkatan/pemindahan

barang secara berulang, dan gerakan-gerakan yang berulang.

Diperlukan pengembangan ototmatisasi pada bidang pekerjaan dengan

gerakan yang berulang sehingga dapat mencegah cedera atau penyakit

neuromuskuler.

3. Tata letak tempat kerja

Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.

Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak

digunakan daripada kata-kata.

Penataan area kerja dan peralatan kerja harus dapat memberikan ruang

gerak yang cukup bagi pemiliknya agar pekerja merasa leluasa

bergerak.

Semua peralatan yang paling lama atau paling sering kontak dengan

mata ditempatkan pada bagian tengah area kerja.

Semua peralatan yang paling sering dipegang ditempatkan pada area

jangkauan tangan yang optimal.

Pencahayaan yang terlalu terang atau menyilaukan mata harus

dihindari.

Area kerja harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.

Segala jenis peralatan yang ada dalam area kerja harus benar-benar

berhubungan dengan pekerjaan. Dan semua peralatan tersebut harus

diatur dan ditata dengan baik.

4. Mengangkat beban

Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan

kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat

24

enimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat

gerakan yang berlebihan.

5. Kapasitas dan Kemampuan

6. Jalur Kerja dan Pergerakan

7. Waktu Bekerja

Untuk mencegah kelelahan yg berlebihan.

3.2 Konsep Four Handed Dentistry

Konsep Four Handed Dentistry dikenal dengan konsep pembagian zona

kerja disekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept. Bila pasien dijadikan

pusat, pasien diposisikan arah jam 6 dimana letak bagian belakang kepala tepat

pada jam 12. Pada clock consept ini dibagi menjadi 4 zona dimana arah jam 11

sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4 disebut Assisten’s

Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer Zone, kemudian dari arah jam 8

sampai jam 11 disebut Operator’s Zone sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi.

25

Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter Gigi Maupun Perawat

Gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan Meja Instrumen

Bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan yang

dapat membuat takut pasien. Assistant’s Zone adalah zona tempat pergerakan

Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin

dan Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap.

Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan

dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan Operator’s Zone sebagai tempat

pergerakan Dokter Gigi.

3.3 Hubungan Antara Ergonomi dan Four Handed Dentistry

Prinsip utama dalam desain tata letak penempatan alat kedokteran gigi

adalah prinsip ergonomis, yaitu menyerasikan atau menyeimbangkan antara

segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan

kemampuan dan keterbatasan manusia, baik fisik maupun mental sehingga

kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik. Tata letak hanyalah salah

satu faktor dalam ergonomis, banyak faktor lain yang merupakan unsur ergonomis

seperti desain warna, pencahaaan, suhu, kebisingan, dan kualitas udara ruangan,

serta desain peralatan yang digunakan maka berdasarkan pembahasan diatas dapat

disimpulkan bahwa konsep four handed dentistry merupakan salah satu cara

meningkatkan ergonomi seorang dokter gigi dalam melakukan perawatan pada

pasien. Dengan penerapan four handed dentistry, yang berarti dokter gigi dibantu

oleh asisten dalam melaksanakan perawatan, maka ergonomic dalam bekerja

dapat dicapai dengan lebih maksimal. Pergerakan dokter gigi bisa ditekan

seminial mungkin dengan posisi senyaman mungkin sehinga mengurangi resiko

terjadinya gangguan kesehatan terutama masalah-masalah musculoskeletal

disorder serta meningkatkan kenyamanan kerja dan meningkatkan kualitas hidup

seorang dokter gigi.

26

3.4 Macam-Macam Musculoskeletal Disorders

Faktor-faktor yang mendorong ke arah MSDs terjadi pada beberapa orang dan

sebagian lagi terjadi dari waktu terpaparnya. Gejala MSDs terlihat dalam berbagai

bentuk. Hal tersebut mempersulit mengidentifikasi penyebab awalterjadinya

MSDs hingga timbul masalah yang jelas. Lokasi timbulnya gejala menjadi salah

satu ciri adanya MSDs, seperti pada tulang punggung, tangan dan pergelangan.

A. Sakit pada Tulang Belakang Bagian Bawah

Sembilan puluh persen orang akan merasakan sakit tulang

belakang pada beberapa titik di dalam kehidupannya.[15] Mereka merasakan

sakit pada tulang belakang bagian bawah untuk kedua kalinya sebagai

alasan utama untuk melakukan perawatan medis.[16] Sakit tulang belakang

bagian bawqah ini mewabah di Negara besar seperti Amerika Serikat. Hal

itu sudah di perkirakan dan insidensi timbulnya Lower Back Pain (LBP)

per tahun adalah 5% dari populasi.[14]

Sekitar 70% dan 90% dari orang-orang mengalami peristiwa

kambuhnya rasa nyeri, dan sepertiga pasien mengalami nyeri yang

persisten, rekuren, dan intermiten dari rasa nyeri yang pertama.[17.18]

Kesulitan menyembuhkan jaringan tertentu (seperti spondylolisthesis),

proses degeneratif yang berkelanjutan, dan banyak pasien yang tidak

memperkecil faktor resiko potensial. Semua ini dapat berperan dalam

memperparah terjadinya LBP.

Hal lain yang terpisah tetapi terkait dengan sakit tulang belakang

bagian bawah adalah cedera tulang belakang. Ini biasanya terjadi secara

akut, peristiwa mendadak sakit tulang belakang atau “penyakit pegal pada

pinggang” berhubungan dengan suatu peristiwa yang spesifik. Cedera

seperti itu pada umumnya tidak dianggap sebagai MSDs yang di

hubungkan daengan gerakan berulang. Meskipun demikian, ada juga

27

cedera seperti itu yang menyebabkan rasa sakit apabila melakukan gerakan

berulang tertentu.

Perawatan dari sakit tulang belakang bagian bawah ini harus

dibedakan untuk masing-masing pasien. Karena penyebab timbulnya rasa

sakit pada tiap-tiap pasien itu berbeda-beda. Sementara ada bukti ilmiah

yang mendukung intervensi spesifik, seperti koreksi postur tubuh, posisi

tubuh pasien, latihan umum dan teknik-teknik fisioterapi spesifik yang

mungkin akan sangat bermanfaat.[19]

B. Sakit pada Tulang Belakang Bagian Atas

Beberapa individu melaporkan adanya rasa sakit pada tulang

belakang bagian atas dan tengah. Tulang thorax (thoracic spine) dirancang

untuk mendukung organ penting didalamnya dan sangat kuat. Jarang

sekali mengalami gejala-gejala degeneratif karena pergerakannya kecil dan

sangat stabil. Tentu saja trauma atau cedera dari ketegangan bisa

menyebabkan rasa nyeri. Meski struktur-struktur dari tulang belakang

jarang cedera, tetapi beberapa kondisi-kondisi seperti osteoporosis dapat

mempengaruhi kondisi spesifik seperti tekanan yang mematahkan. Tulang

thorax sering dilibatkan dalam skoliosis yang idiopatik atau kebongkokan.

Hal ini kemudian dapat berkembang menjadi kondisi yang menyakitkan,

meski sumber dan penyebab yang tepat sering kali belum jelas.

Mungkin hal tersebut merupakan penyebab yang sering timbul

pada bagian pertengahan tulang belakang, tetapi sekali lagi sangatlah sulit

untuk dapat mendiagnosa dengan tepat nyeri otot dari otot-otot postural

dan otot-otot tulang belikat. Kontribusi dari postur yang abnormal, postur

statis, kekuatan dan daya tahan yang lemah dan menyeluruh

mempengaruhi keadaan individu dan perlu untuk diperhitungkan.

Beberapa usaha rehabilitasi harus melibatkan otot-otot yang besar,

28

termasuk peregangan, latihan-latihan penguatan, aktivitas fungsional, dan

perhatian pada postur tubuh.[20]

C. Sakit pada Tangan dan Pergelangan tangan

MSDs dari tangan dan pergelangan tangan dapat terjadi dalam

bermacam-macam bentuk seperti, kelainan trauma kumulatif, cedera

karena ketegangan, trauma mikro karena pekerjaan berulang, sindrom

penggunaan berlebih, sindrom terowongan karpus (carpal tunnel

syndrome) dan kelainan karena tekanan yang berulang.[14] Hal dominan

yang menjadi penyebab kelainan gerakan berulang adalah gerakan-gerakan

pembelokan dan perluasan dari pergelangan tangan dan jari-jari. Secara

kronis gerakan berulang tersebut terutama pada posisi pinch menjadi

penyebab terbanyak.[15] Hal umum lain yang menyokong faktor-faktor

terjadinya cedera pada tangan dan pergelangan tangan termasuk gerakan-

gerakan di mana pergelangan tangan itu menyimpang dari posisi netral

menjadi posisi yang abnormal ataupun tidak biasa; bekerja untuk periode

waktu yang lama tanpa istirahat atau pertukaran otot-otot tangan dan

lengan bawah; tekanan mekanik pada persarafan dari genggaman pada tepi

tajam dari instrument, pekerjaan yang membutuhkan kekuatan berlebih

dan memperluas penggunaan dari instrument-instrument yang bergetar

seperti dental handpieces.

29

BAB IV

KESIMPULAN

1. Cara dokter gigi bekerja secara ergonomi adalah bekerja yang sesuai dengan

prinsip ergonomi.

2. Konsep Four Handed Dentistry dikenal dengan konsep pembagian zona

kerja disekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept. Bila pasien

dijadikan pusat, pasien diposisikan arah jam 6 dimana letak bagian belakang

kepala tepat pada jam 12. Pada clock consept ini dibagi menjadi 4 zona

dimana arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai

jam 4 disebut Assisten’s Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer

Zone, kemudian dari arah jam 8 sampai jam 11 disebut Operator’s Zone

sebagai tempat pergerakan Dokter Gigi.

3. Hubungan antara ergonomi dan four handed dentistry adalah konsep four

handed dentistry merupakan salah satu cara meningkatkan ergonomi

seorang dokter gigi dalam melakukan perawatan pada pasien

4. Macam-macam musculoskeletal disorders

Sakit pada Tulang Belakang Bagian Bawah

Sakit pada Tulang Belakang Bagian Atas

Sakit pada Tangan dan Pergelangan tangan

DAFTAR PUSTAKA

30

Anononim. Ergonomi. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI

Design by Feel Papers. www.designbyfeel.com. Diakses 4 Juli 2006.

Dougherty, M. Information for Consideration in an Ergonomic Standard for

Dentistry.

Endro, H. Presfektif Baru dalam Desain Tempat Praktek. Dentamedia, Nomor 1

Volume

8. Januari 2004. Hal 4-5.

Finkbeiner, B, dan C. Fainkbeiner. Practice Management for Dental Team. St

Louis :

Mosby. 2001.

Heizer, J. dan B. Render. Operation Management. Sixth Edition. Upper Saddle

River :

Prentice Hall.

Jones. Klinik Gigi Toothfairy, Periksa Gigi di Ruang Biru. 115 Sudut Ruang

Usaha.

Jakarta : PT Samindra Utama. Hal 72-75.

Kilpatrick. H. Work Simplification in Dental Practice. Philadhelphia : WB

Saunders

Company. 1974

Murdick, B. dkk. Service Operation Management. Boston : Allyn and Bacon.

1990.

31

Nusanti, D. Dental Surgeon Assistant. Dental Horison. Volume 2 Nomor 7.

Oktober

2000. Hal 31-33.

Tawaka, dkk. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas.

Surakarta : Islam Batik University Press. 2004.

http://bodaesmunti.wordpress.com/2009/06/15/prinsip-prinsip-ergonomi/

http://merulalia.wordpress.com/2010/08/30/msds/

http://dadang-saksono.blogspot.com/2010/07/dental-unit.html

http://aguswibisono.com/2009/apa-itu-ergonomi/

http://www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF

http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/Desain%20Tata%20Letak%20Penempatan%20Alat%20Kedokteran%20Gigi.pdf

32