laporan tutorial
DESCRIPTION
blok 19TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO A BLOK 19
Tutor: Dr. dr. Tantawi Djauhari, SpKK(K)
Disusun oleh: Kelompok 5
Astary Utami 04111001004
Rachmat Taufan 04111001030
Sellita Seplana 04111001054
Fadlia 04111001057
Audrey Witari 04111001060
Adiguna Darmanto 04111001064
Nyimas Inas Mellanisa 04111001067
Khumaysiyah Dimyathi 04111001094
Tri Nisdian Wardiah 04111001109
Nyimas Nursyarifah 04111001113
Hanifah 04111001121
Fatimah Shellya 04111001123
Terry Mukminah Sari 04111001124
PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho dan
karunia-Nya laporan tutorial skenario A blok 19 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang didapat dari proses
belajar tutorial, yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
terlibat dalam pembuatan laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota
kelompok 5 tutorial, dan juga teman-teman lain yang sudah ikut membantu dalam
menyelesaikan laporan ini.
Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan
laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik akan sangat
bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................1
Kata Pengantar........................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................3
Skenario A Blok 19.................................................................................................4
I. Klarifikasi Istilah.................................................................................................4
II. Identifikasi Masalah...........................................................................................5
III. Analisis Masalah...............................................................................................6
IV. Sintesis............................................................................................................25
V. Kerangka Konsep.............................................................................................56
VI. Kesimpulan.....................................................................................................57
Daftar Pustaka..…………………………………………………………………..58
3
SKENARIO
Mr. Squid, a 64 years old man, came to outpatient clinic Bari Hospital with chief
complaint progressive itchy thick erythematous plaques in both legs, arms, buttocks,
and lower lumbosacral since 6 months ago. The condition initially manifested on his
left leg as a papules with thick white scales then rapidly spread to both legs, scalp,
buttocks, lumbosacral, and arms. His finger and toe nails showed destruction of the
nail plate. he feel pain and rigidity on his knees since 3 months ago. he had been
treated himself with topical bethamethasone cream and moisturizer irregularly.
Physical examination:
General status: compos mentis, vital signs within nomal limit
Dermatological status:
Well dermacated, erythematous papules to plaques with a white adherent
thick scales; on both of his legs, arms, buttocks, lumbosacral.
Erythematous plaque with thick white scales on his scalp.
I. Klarifikasi istilah
1. Erythematous: kemerahan pada kulit yang dihasilkan oleh kongesti pembuluh
kapiler
2. Papules: tonjolan lesi pada kulit yang kecil, berbatas tegas, dan padat
3. Scales: struktur mirip lempengan padat atau kepingan tipis seperti sel epitel
bertanduk pada permukaan tubuh atau lapisan stratum korneum yang terlepas
dari kulit
4
4. Bethametathasone: glukokortikoid sintetik steoid anti adang yang paling aktif
dibeikan secara oral atau topical, sebagai pengganti untuk insuffisiensi adrenal
dan sebagai immuno supresan
5. Nail plate: bagian kuku yang bersifat keras dan translucent, tersusun dari
keratin
6. Moisturizer: pelembab
7. Well dermacated: berbatas tegas
8. Plaques: peninggian di atas permukaan tubuh yang rata biasanya terisi zat
padat atau infiltrate ± 2cm
9. Cream: pada sediaan farmasi, emulsi semi padat dari minyak dan air atau
asam lemak rantai panjang atau alcohol yang terdispersi dalam larutan
mikrokristal (dalam air)
II. Identifikasi Masalah
1. Mr. Squid, a 64 years old man, came to outpatient clinic Bari Hospital with
chief complaint progressive itchy thick erythematous plaques in both legs,
arms, buttocks, and lower lumbosacral since 6 months ago.
2. The condition initially manifested on his left leg as a papules with thick white
scales then rapidly spread to both legs, scalp, buttocks, lumbosacral, and arms.
3. His finger and toe nails showed destruction of the nail plate.
4. He feel pain and rigidity on his knees since 3 months ago.
5. He had been treated himself with topical bethamethasone cream and
moisturizer irregularly.
6. Physical examination
General status: compos mentis, vital signs within nomal limit
Dermatological status:
5
Well dermacated, erythematous papules to plaques with a white
adherent thick scales; on both of his legs, arms, buttocks, lumbosacral.
Erythematous plaque with thick white scales on his scalp.
III. Analisis masalah
1. Apa definisi (batasan) dari Psoriasis?
Psoriasis ialah penyakit inflamasi non-infeksi kronik pada kulit,penyakit
skuama eritematosus yang tidak diketahui penyebabnya
2. Apa epidemiologi dari Psoriasis?
Kasus psoriasis sering dijumpai secara universal di berbagai belahan dunia.
Prevalensi kasus psoriasis pada berbagai populasi bervariasi dari 0,1% hingga
11,8% berdasarkan laporan yang dipublikasikan. Di Eropa insiden tertinggi
yang dilaporkan, yaitu Denmark (2,9%) dan Faeroe Island (2,8%), dengan
prevalensi rata-rata dari Eropa Utara sekitar 2%. Di Amerika Serikat
prevalensinya berkisar dari 2,2% sampai 2,6% dengan hampir 150.000 kasus
baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Pada bangsa berkulit hitam misalnya
di Afrika jarang dilaporkan demikian pula bangsa Indian di Amerika.
Sementara insiden psoriasis di Asia hanya 0,4%.
Dalam sebuah survey besar USA, usia rata-rata penderita adalah 28 tahun,
sedangkan di Cina dilaporkan rata-rata usia penderita adalah 36 tahun. Telah
dilaporkan bahwa 35% dari kasus penyakit onset sebelum usia 20 tahun dan
58% sebelum 30 tahun. Dalam sebuah penelitian di Jerman, psoriasis
memiliki dua puncak onset yaitu puncak onset pertama pada masa remaja dan
dewasa muda (16 hingga 22 tahun) dan puncak onset kedua pada usia lanjut
(57 hingga 60 tahun).
6
Laki-laki dan perempuan memiliki prevalensi yang sama untuk terjadinya
psoriasis vulgaris. Sebuah penelitian di Jerman menunjukkan awal penyakit
psoriasis puncaknya terjadi pada onset usia 22 tahun pada pria dan 16 tahun
pada wanita.
Di Indonesia sendiri prevalensi penderita psoriasis mencapai 1-3 persen
(bahkan bisa lebih) dari populasi penduduk Indonesia. Jika penduduk
Indonesia saat ini berkisar 200 juta, berarti ada sekitar 2-6 juta penduduk yang
menderita psopriasis yang hanya sebagian kecil saja sudah terdiagnosis dan
tertangani secara medis.
3. Apa faktor resiko dari psoriasis? (predisposisi dan predileksi)
Faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya psoriasis adalah reaksi obat-
obatan, infeksi saluran pernafasan, cuaca dingin, stress emosional,
pembedahan, dan infeksi virus. Faktor predisposisi dari psoriasis adalah faktor
genetik terutama gen yang berkaitan dengan HLA. Selain itu hal yang lebih
penting dalam patogenesisnya sendiri adalah abnormalitas dari imunologi dan
produksi leukotrien yang berlebihan disertai sel-sel inflamasi lainnya.
4. Apa etiologi dari psoriasis?
Menurut Harahap, Marwati (2000 : 116-117), penyebab psoriasis yang pasti
belum diketahui. Ada beberapa faktor predisposisi dan pencetus yang dapat
menimbulkan penyakit ini.
Faktor-faktor predisposisi, yaitu :
a. Faktor herediter bersifat autosomal dominan dengan penetrasi tidak
lengkap.
b. Faktor-faktor psikis
c. Infeksi fokal
d. Penyakit metabolik seperti diabetes mellitus yang laten
7
e. Gangguan pencernaan seperti obstipasi
f. Faktor cuaca
Faktor-faktor provokatif yang dapat mencetuskan atau menyebabkan penyakit
ini tambah hebat adalah :
a. Faktor trauma
b. Faktor infeksi
c. Obat-obatan
d. Sinar ultraviolet
e. Stress psikologis
f. Kehamilan
5. Apa etiopatogenesis dari; (jelaskan mekanisme)
a. Progressive itchy thick erythematous plaques
Faktor genetik.
Bila orangtuanya tidak menderita psoriasis, risiko mendapat psoriasis
12%, sedangkan jika salah seorang orangtuanya menderita psoriasis
risikonya mencapai 34-39%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua
tipe: Psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II
dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal lain yang menyokong
adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA.
Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6.
Psoriasis tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2, sedangkan psoriasis
pustulosa berkorelasi dengan HLA-B27
Faktor imunologik
Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga
jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau keratinosit.
Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya. Lesi
8
psoriasis matang umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis
yang teutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik
dalam epidermis. Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak
didominasi oleh limfosit T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17
sitokin yang produksinya bertambah. Sel langerhans juga berperan pada
imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali
dengan adanya pergeakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel
Langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih
cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari.
Nickoloff (1998) berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit
autoimun. Lebih 90% kasus dapat mengalami remisi setelah diobati
dengan imunosupresif.
Berbagai faktor pencetus pada psoriasis yang disebut dalam kepustakaan,
diantaranya stress psikik, infeksi fokal, trauma (fenomena Kobner),
endokrin, gangguan metabolic, , obat, juga alcohol dan merokok. Stres
psikik merupakan faktor pencetus utama. Infeksi fokal mempunyai
hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah psoriasis gutata,
sedangkan hubungannya dengan psoriasis vulgaris tidak jelas. Pernah
dilaporrkan kasus-kasus psoriasis gutata yang sembuh setelah diadakan
tonsilektomia. Umumnya infeksi disebabkan oleh Streptococcus. Faktor
endokrin rupanya mempengaruhi perjalanan penyakit. Puncak insiden
psoriasis pada waktu pubertas dan menopause. Pada waktu kehamilan
umumnya membaik, sedangkan pada masa pascapartus memburuk.
Gangguan metabolisme, contohnya hipokalsemia dan dialysis telah
dilaporkan sebgai faktor pencetus. Obat yang umumnya dapat
menyebabkan residif ialah beta-adrenergic blocking agents, litium,
antimalaria, dan penghentian mendadak kortikosteroid sistemik.
9
b. Papules with thick white scales
Berdasarkan studi kinetic sel yang mengalami psoriasis, sel-sel epidermis
mengalami proliferasi yang sangat cepat, menyelesaikan siklus sel
germinativum jauh lebih cepat daripada siklus kulit yang normal. Pada
psoriasis, epidermis beregenerasi hanya dalam 3-4 hari saja padahal pada
kulit yang normal dibutuhkan waktu 28-56 hari. Abnormalitas imunologik
juga berperan penting dalam patogenesis psoriasis dimana pada lesi
matang umumnya penuh dengan serbukan limfosit T pada dermis
terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit serbukan limfositik
dalam epidermis. Pada lesi psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang
produksinya bertambah. Sel langerhans juga berperan pada
imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi diawali dengan adanya
pergerakan antigen, baik ekso.gen maupun endogen oleh sel langerhans.
6. Apa patofisiologi dari psoriasis?
Aktivasi sel T
Telah banyak diketahui bahwa regulasi abnormal dari sel T yang
berhubungan dengan interaksi antara keratinosit dan jaringan kompleks
sitokin terlibat dalam patogenesis psoriasis. Defek primer terdapat pada
keratinosit, sedangkan trauma fisik maupun kimia pada keratinosit yang
mengalami defek tersebut dapat mengaktifkan sintesis dan pelepasan sitokin
yang berakibat aktivasi limfosit T yang antigen-independent. Hal ini lebih
jauh lagi akan menyebabkan pelepasan sitokin tambahan yang diikuti oleh
proliferasi keratinosit, limfosit T, dan inflamasi.
Telah didemonstrasikan bahwa sitokin yang disekresi oleh sel
epidermis yang mengalami psoriasis berpotensi mengaktivasi limfosit T jauh
lebih banyak dari pada sitokin yang disekresi oleh sel epidermis kulit yang
normal.
10
Dipastikan juga bahwa hanya keratinosit yang mengalami psoriasis
yang berespon terhadap pesan dari set T teraktivasi dengan mengadakan
hiperproliferasi, oleh karena reseptor spesifik yang dimilikinya atau
mekanisme penyampaian sinyal.
Hiperproliferasi keratinosit
Waktu yang dibutuhkan keratinosit yang mengalami psoriasis untuk
berproliferasi sangat pendek, yaitu 4 hari. Sedangkan pada keratinosit normal
proses pembentukan dan pematangan adalah 26 hari. Growth factors, yang
dihasilkan dari berbagai macam tipe sel diyakini mengontrol proliferasi.
Angiogenesis
Keratinosit diduga sebagai sumber utama sitokin pro-angiogenik, tapi
mekanisme pasti dari angiogenesis pada psoriasis belum diketahui.
Pada pembentukan plak psoriasis, sel endotel membengkak dan
teraktivasi memunculkan apparatus golgi prominen dan Weibel-Palade
bodies. Sel endotel yang teraktivasi bermigrasi, berkembang, dan menempel
pada membran basal dengan pericytes yang menyokong struktur untuk
membentuk jaringan pembuluh darah baru. Aktivasi dan pembengkakan sel
endotel mengakibatkan perluasan ruang interstisial, dan pembuluh darah
dermis berdilatasi.
Meskipun angiogenesis mungkin bukan peristiwa utama pada
patogenesis psoriasis, pemahaman tentang tahapan menuju angio-proliferasi
dapat membantu menemukan obat anti-psoriasis baru.
Mediator inflamasi
Aspek inflamasi pada psoriasis secara fisik ditandai dengan adanya
kemerahan pada plak psoriasis. Dasar biokimia dari jalur inflamasi dari
11
beberapa mediator sistem imun adalah variasi sitokin yang dihasilkan dari
keratinosit dan protein lainnya yang terlibat dalam respon inflamasi, yang
meningkat pada psoriasis dalam level lokal maupun sistemik.
Pituitary adenylate cyclase activating polypeptide (PACAP) adalah
suatu mediator inflamasi yang kerjanya meningkat pada lesi psoriasis.
Keterlibatan PACAP yang merupakan suatu neuropeptida menyebabkan
kecenderungan psoriasis memburuk dengan stres, karena neuropeptida
diketahui berhubungan dengan interaksi kulit dan sistem saraf.
Kulit Eritema dan Deskuamasi
Hal ini terjadi karena proses autoimun yang dimediasi sistem imun
yang terjadi pada epidermis, sehingga terjadi peradangan didaerah tersebut
yang memberikan penampilan eritem. Selain itu proses autoimun ini juga
menyebabkan terjadinya perubahan siklus pergantian pada lapisan epidermis,
akibatnya terjadilah pengelupasan dari stratum korneum yang cepat dan
memberikan tampilan seperti bersisik pada lesi psoriasis.
Nyeri dan Kekakuan pada Lutut
Nyeri dan kekakuan pada lutut merupakan gejala dari psoriasis
arthritis. Pada psoriasis ini, terdapat kompleks autoimun yang dapat
menyebabkan kerusakan sendi dan lesi pada kulit. Mekanisme nya belum
diketahui secara pasti. Sel limfosit T, khususnya CD8+, diperkirakan
memainkan peranan penting dalam manifestasi PSA dengan meningkatkan
produksi sitokin-sitokin berikut : IL-1β, IL-2, IL-10, IFN-γ, and TNF-α, yang
mengin.;[=duksi proliferasi dan aktivasi fibroblast synovial dan epidermal
7. Apa manifestasi klinis dari psoriasis?
Lesi psoriasis vulgaris berupa plak eritematous, berbatas tegas,
simetris, kering, tebal dengan ukuran yang beragam serta dilapisi oleh skuama
12
tebal berlapis-lapis dan berwarna putih seperti mika. Plak eritematous yang
tebal menandakan adanya hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, pelebaran
pembuluh darah dan inflamasi. Tempat predileksi lesi psoriasis yaitu pada
scalp, ekstensor lengan, kaki, lutut, siku, dorsum manus dan dorsum pedis
(skor PASI 4,3). Keluhan yang dirasakan adalah gatal dan kadang rasa panas
yang membuat pasien merasa tidak nyaman. Bentuk kelainan bervariasi :
lentikuler, numular atau plakat dapat berkonfluensi.
Lesi psoriasis memiliki empat karakteristik yaitu: (1) bercak-bercak
eritem yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya. Eritema
sirkumskripta dan merata, tetapi pada stadium lanjut sering eritema yang
ditengah menghilang dan hanya terdapat dipingir, (2) skuama berlapis-lapis,
kasar, dan berwarna putih seperti mika dan transparan, (3) pada kulit terdapat
eritema mengkilap yang homogen dan terdapat perdarahan kecil jika skuama
dikerok (Auspitz sign) (4) ukuran lesi bervariasi-lentikuler, numuler, plakat.
Kelainan kuku ditemukan pada 25-50% pasien dengan psoriasis.
Perubahan pada kuku ini 2 kali lebih sering terjadi pada usia lebih dari 40
tahun, pada pasien dengan psoriasis sedang hingga berat atau pada pasien
yang telah menderita psoriasis lebih dari 50 tahun. Tanda yang paling umum
dari psoriasis kuku ini adalah pitting selain itu juga perubahan warna lokal
yang spesifik yaitu bercak berwarna kuning atau coklat disebabkan karena
debris seluler di bawah kuku. Psoriasis pada kuku mengenai matrix, lempeng
kuku, dan hyponychium.
Pada psoriasis terdapat fenomena yang khas yaitu fenomena tetesan
lilin dimana bila lesi yang berbentuk skuama dikerok maka skuama akan
berubah warna menjadi putih yang disebabkan oleh karena perubahan indeks
bias. Auspitz sign ialah bila skuama yang berlapis-lapis dikerok akan timbul
bintik-bintik pendarahan yang disebabkan papilomatosis yaitu papilla dermis
13
yang memanjang tetapi bila kerokan tersebut diteruskan maka akan tampak
pendarahan yang merata. Fenomena kobner ialah bila kulit penderita psoriasis
terkena trauma misalnya garukan maka akan muncul kelainan yang sama
dengan kelainan psoriasis.
8. Apa clinical course dari psoriasis?
a. Dari kaki kemudian menyebar ke tempat-tempat lain
lesi psoriasis berupa plaq kemerahan yang berbatas tegas umumnya
simetris dan kaki serta tangan adalah tempat-tempat yang paling sering
ditemui. Plaq psoriasis yang aktif akan menyebar secara cepat dari tepinya
dan dapat membentuk gambaran cincin dengan area sentral yang bersih.
Trauma pada kulit dalam fase aktif akan menimbulkan perkembangan dari
psoriasis dengan bentuk yang linear di area yang luka.
b. Kuku jari tangan dan kaki mengalami destruksi
Kuku merupakan bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang
menebal. Pada psoriasis, akibat pengaruh sitokin yaitu yang
mempengaruhi proliferasi daripada stratum basale hingga menjadi stratum
korneum. Akibatnya terjadi proliferasi yang berlebihan sehingga kuku
menjadi berbentuk pits, terowongan, dan cekungan yang tranversal
(beau’s line). Pada dasar kuku terdapat perdarahan dan berwarna merah
serta hiponikia berwarna kuning kehijauan pada daerah onikolisis. Karena
adanya keratosis subungual zat tanduk di bawah lempeng kuku dapat
menjadi medium pertumbuhan bagi bakteri atau jamur
c. Penderita merasakan nyeri dan kaku lutut
Nyeri dan kekakuan pada lutut merupakan gejala dari psoriasis arthritis.
Pada psoriasis ini, terdapat kompleks autoimun yang dapat menyebabkan
14
kerusakan sendi dan lesi pada kulit. Mekanisme nya belum diketahui
secara pasti. Sel limfosit T, khususnya CD8+, diperkirakan memainkan
peranan penting dalam manifestasi PSA dengan meningkatkan produksi
sitokin-sitokin berikut : IL-1β, IL-2, IL-10, IFN-γ, and TNF-α, yang
menginduksi proliferasi dan aktivasi fibroblast synovial dan epidermal.
9. Apa manifestasi klinis dari psoriasis?
Lesi psoriasis memiliki empat karakteristik yaitu: (1) bercak-bercak eritem
yang meninggi (plak) dengan skuama di atasnya. Berbatas tegas, simetris,
kering, dan tebal. (2) lesi dilapisi skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna
putih seperti mika dan transparan, (3) pada kulit terdapat eritema mengkilap
yang homogen dan terdapat perdarahan kecil jika skuama dikerok (Auspitz
sign) (4) ukuran lesi bervariasi: lentikuler, numular atau plakat dapat
berkonfluensi.
Kelainan kuku ditemukan pada 25-50% pasien dengan psoriasis. Perubahan
pada kuku ini 2 kali lebih sering terjadi pada usia lebih dari 40 tahun, pada
pasien dengan psoriasis sedang hingga berat atau pada pasien yang telah
menderita psoriasis lebih dari 50 tahun. Tanda yang paling umum dari
psoriasis kuku ini adalah pitting selain itu juga perubahan warna lokal yang
spesifik yaitu bercak berwarna kuning atau coklat disebabkan karena debris
seluler di bawah kuku. Psoriasis pada kuku mengenai matrix, lempeng kuku,
dan hyponychium.
10. Apa saja tanda dermatologi pada kasus ini?
Dermatological status:
Well dermacated, erythematous papules to plaques with a white adherent
thick scales; on both of his legs, arms, buttocks, lumbosacral.
Erythematous plaque with thick white scales on his scalp.
15
kulit eritem dan deskuamasi
Hal ini terjadi karena proses autoimun yang dimediasi sistem imun yang
terjadi pada epidermis, sehingga terjadi peradangan didaerah tersebut yang
memberikan penampilan eritem. Selain itu proses autoimun ini juga
menyebabkan terjadinya perubahan siklus pergantian pada lapisan epidermis,
akibatnya terjadilah pengelupasan dari stratum korneum yang cepat dan
omemberikan tampilan seperti bersisik pada lesi psoriasis.
11. Apa klasifikasi dari psoriasis?
Berdasarkan ukurannya
a. Psoriasis punctata/punctiformis: ukuran lesi milier/titik-titik.
b. Psoriasis guttata: ukurannya lebih besar daripada punctata, yaitu sebesar
titik air.
c. Psoriasis numuler: ukurannya numuler.
Berdasarkan ruam dan tempat lesinya
a. Psoriasis pustulosa: gejala psoriasis yang disertai dengan adanya pustule
yang kecil-kecil. Banyak terdapat di telapak tangan dan kaki.
b. Psoriasis seboroika: lesinya mengikuti predileksi seborea, tetapi gambaran
klinisnya tetap seperti psoriasis hanya skuamanya menjadi berminyak.
c. Psoriasis antropatiko: Psoriasis yang terjadi di atas sendi-sendi kecil di
tangan dan kaki.
d. Psoriasis fleksural: Psoriasis yang timbul di daerah lipatan dan berlawanan
dengan tempat-tempat predileksi pada umumnya. Tempat-tempat
predileksi:
- Kulit kepala
- Batas antara daerah berambut dan tidak berambut
- Tengkuk
16
- Interskapula
- Lumbosakral
- Areola mammae. Lipatan mammae, dan umbilicus
- Bagian estensor siku dan lutut
12. Apa severity assessment dari psoriasis?
PASI
The Psoriasis Area & Severity Index
KULIT : Dlm perhitungan , tdd 4 bagian ( P / Presentase )
Kaki ( 40% = 0. 4 )
Badan ( 30% = 0.3 )
Lengan ( 20% = 0.2 )
Kepala ( 10% = 0.1 )
______________________________________________________________
_____
AREA :
Setiap Area tubuh, dihitung persentasi daerah yg terkena , skor 0 – 6
Persentase Cakupan Area yang Terkena = Skor / Nilai ( A )
0 % = 0
< 10 % = 1 10 – 29 % = 2 30 % – 49 % = 3 50 % – 69 % = 4 70 % – 89 % = 5
90 % – 100 % = 6 Jadi, misal : kepala terkena sebesar 37 % Skor pd kepala: A
kepala adalah : 3 Kemudian cari Area lain : Alengan, Abadan, Akaki
______________________________________________________________
______
KEPARAHAN Dihitung berdasar 3 parameter : Eritema ( E ) Scaling ( S )
Indurasi ( I ) Setiap parameter ini dihitung berdasarkan tingkat keparahan Non
= 0 Ringan = 1 Sedang = 2 Berat = 3 Amat Berat = 4
17
______________________________________________________________
____
Total PASI di hitung dr penjumlahan : Kepala : (E.kepala+S.kepala+I.kepala)
x A.kepala x 0.1 = Totalkepala = >(0.1) x 6 x (4+4+4) =
Lengan : (E.lengan+S.lengan+I.lengan) x A.lengan x 0.2 = Totallengan
=>(0.2) x 6 x (4+4+4) =
Badan : (E.badan+S.badan+I.badan) x A.body x 0.3 = Totalbadan = >(0.3) x 6
x (4+4+4) =
Kaki : (E.kaki+S.kaki+I.kaki) x A.kaki x 0.4 = Totalkaki =>(0.4) x 6 x
(4+4+4) =
(0.1 – 0.4 adalah P / presentase )
Jadi total PASI adalah :
(0.1) x 6 x (4+4+4) = 7.2
(0.2) x 6 x (4+4+4) = 14.4
(0.3) x 6 x (4+4+4) = 21.6
(0.4) x 6 x (4+4+4) = 28.8
Total PASI = 72.0
______________________________________________________________
____
PENILAIAN PASI
PASI< 7 Ringan PASI 7 – 12 Sedang PASI > 12 Berat
______________________________________________________________
_____
*Jika bisa penilaian dilakukan oleh 2 pengamat
*Leher menjadi bagian kepala
*Ketiak & lipat paha menjadi bgn badan
*Pantat bagian dr kaki
18
KELEMAHAN DALAM PERHITUNGAN PASI
*Penilaian bersifat subjektif
*Tidak ada standar pengukuran yg pasti
*Jenis plaque atau eritema bisa berubah
*Sulit menginterpretasi
*Sulit menghitung pd Psoriasis Gutata
Orang dengan psoriasis kurang dari tiga persen dari tubuh mereka dianggap
memiliki kasus ringan. Mereka dengan tiga sampai 10 persen dari tubuh yang
terkena psoriasis dianggap sebagai kasus moderat. Lebih dari 10 persen
dianggap parah.
13. Apa diagnosis banding?
Nama penyakit Pembedanya
Dermatifitosis gatal sangat berat, pada sediaan langsung
dengan KOH akan di temukan jamur.
Dermatitis seboroik skuamanya berminyak dan kekuning-
kuningan tanpa skuama yang berlapis-
lapis dan bertempat predileksi pada
tempat seboroik
Pitiriasis rosea biasanya berjalan subakut, skuama tidak
berlapis-lapis dan efloforensis nberupa
eritema berbentuk lonjong sesuai dengan
garis lipatan kulit
Psoriasis vulgaris sedikit terasa gatal, penyebabnya
autoimun, skuama berwarna bening
seperti lilin, dan skuama berlapis-lapis,
19
dangan cirri khas fenomena tetesan lilin ,
fenomena auspizt, dan 45% fenomena
koebner.dan ada ciri khas nail psoriasis
distal onycholisis dan drop spotting
Tinea korporis sering pada anak-anak dengan lesi
inpolisitik skuama halus dengan tepi
lebih aktif
14. Apa diagnosis kerja?
Psoriasis vulgaris
Psoriasis merupakan penyakit peradangan kulit yang bersifat kronik, dengan
dasar genetik yang kuat, dan gambaran klinik yang bervariasi. Kelainan ini
digambarkan dengan bercak eritema, berbatas tegas dan di atasnya skuama
tebal yang transparan.Sampai sekarang etiopatogenesis psoriasis masih belum
diketahui
15. Apa pemeriksaan lanjutan pada kasus ini?
Gambaran laboratorium penderita psoriasis tidak menunjukkan angka yang
spesifik dan tidak ditemukan pada semua pasien psoriasis. Kelainan terutama
terdapat pada pasien pustular generalisata dan psoriasis eritroderma. Asam
urat serum menunjukkan peningkatan sampai 50% dan biasanya berhubungan
dengan luasnya lesi dan aktifitas penyakit serta beresiko berkembang jadi
arthritis gout.
Stadium lesi yaitu lesi awal, lesi yang berkembang dan lesi lanjut. Pada
awalnya terjadi perubahan pada permukaan dermis saja berupa dilatasi kapiler
dan edema papilla dermis dan infiltrasi limfosit yang mengelilingi pembuluh
darah. Limfosit akan meluas sampai bagian bawah epidermis yang akhirnya
20
akan mengalami spongiosis. Lesi psoriasis lanjut ditandai oleh akantosis
dengan pemanjangan rete riges, hilangnya lapisan granular, parakeratosis
dengan adanya netrofil pelebaran pembuluh darah di papilla dermis, mitosis
suprabasal, penipisan suprapapillari plate dan sebukan sel radang ringan
terdapat pada dermis dan atau papilla dermis.
Auspitz Sign
Auspitz Sign adalah tanda spesifik dari lesi eritroskuamous pada psoriasis.
Tanda ini dapat dilihat ketika sisik hiperkeratotik dilepas dari plak psoriasis
dengan cara dikerok.Setelah beberapa detik, bintik bintik perdarahan muncul
pada permukaan eritomatous yang mengkilap. Hal ini terjadi sebagai akibat
dari papilomatosis. Auspitz sign ini dapat dijadikan sebagai penunjang
diagnosis; Auspitz sign tidak muncul pada psoriasis pustular dan dapat
digunakan untuk membedakan psoriasis dengan kelainan kulit lainnya yang
memiliki morfologi yang serupa.
FIGURE 42-7 The Auspitz phenomenon in its three phases: A. Native
psoriatic lesion. B. Scratching generates silvery-opaque scale. C. Further
scratching leads to removal of the scale, and a glossy area is visible. D.
Further scratching produces blood droplets.
Koebner Phenomenon
Selain Auspitz Sign, Fenomena Koebner dapat ditemukan pada kurang lebih
20% pasien penderita psoriasis. Setelah terjadi iritasi nonspesifik, lesi
psoriasis akan berkembang di daerah yang sebelumnya tidak terdapat lesi.
Biopsi
21
Kulit yang diambil untuk biopsi biasanya akan memperlihatkan bentuk
clubbing rete pegs jika pasien positif terkena psoriasis.
16. Apa tata laksana dari psoriasis?
Pengobatan anti psoriasis berspektrum luas baik secara topikal maupun
sistemik telah tersedia. Sebagian besar obat-obatan ini memberikan efek
sebagai imunomodulator.Sebelum memilih regimen pengobatan, penting
untuk menilai perluasan serta derajat keparahan psoriasis.
Pada dasarnya, mayoritas kasus psoriasis terbagi menjadi tiga bagian besar
yaitu gutata, eritrodermik/pustular, dan plak kronis yang merupakan bentuk
yang paling sering ditemukan. Psoriasis gutata biasanya mengalami resolusi
spontan dalam waktu 6 sampai 12 minggu. Kasus psoriasis gutata ringan
seringkali tidak membutuhkan pengobatan, tetapi pada lesi yang meluas
fototerapi dengan menggunakan sinar ultraviolet (UV) B serta terapi topikal
dikatakanmemberikan manfaat.Psoriasis eritrodermik/pustular biasanya
disertaidengan gejala sistemik, oleh karena itu diperlukan obat-obatan
sistemik yang bekerja cepat.Obat yang paling sering digunakan pada psoriasis
eritrodermik/pustular adalah asitretin.Pada beberapa kasus psoriasis pustular
tertentu, penggunaan kortikosteroid sistemik mungkin diperlukan.
Pada psoriasis plak yang kronis, pemberian terapi dilakukan berdasarkan
perluasan penyakit. Untuk psoriasis plak yang ringan (<10% luas
permukaan tubuh), terapi topikal lini pertama dapat digunakan emolien,
glukokortikoid atau analog vitamin D3 sedangkan lini kedua dapat dilakukan
fototerapi dengan menggunakan sinar UVB. Pada psoriasis plak yang sedang
(>10% luas permukaan tubuh) dapat diberikan terapi lini pertama seperti pada
psoriasis ringan sedangkan lini keduanya dapat berupa pengobatan sistemik
22
misalnya metotreksat, asitretin, serta agen-agen biologi seperti alefacept dan
adalimumab.Untuk plak psoriasis berat (>30% luas permukaan tubuh),
terapi terutama menggunakan obat-obat sistemik.
a. Apa dampak dari penggunaan topical bethamethasone cream dan
moisturizer yang tidak teratur?
Obat bethametasone topikal ( antiinflamasi ) & moisturizer ( pelembut
permukaan kulit ) yang diberikan hanya merupakan terapi paliatif atau
bersifat simptomatik saja bukan sebagai terapi kausatif sehingga gejala-
gejala klinis pada Tn. A tidak bisa sembuh total tapi hanya berkurang &
memerlukan jangka waktu tertentu. Apalagi jika pemakaian obat tersebut
tidak teratur maka efek Tx. Simtomatiknya tidak bisa sempurna dan akan
memperlambat penyembuhan / timbulnya gejala klinis dari penyakit yang
diderita Tn A yang juga sangat dipengaruhi oleh factor bawaan/genetik.
17. Apa komplikasi?
Menurut Siregar (2004 : 95), komplikasi psoriasis adalah sebagai berikut :
a) Dapat menyerang sendi, menimbulkan arthritis psoriasis
b) Psoriasis pustulosa : pada eritema timbul pustule miliar. Jika menyerang
telapak tangan dan kaki serta ujung jari disebut psoriasis pustule tipe barber.
Namun, jika pustule timbul pada lesi psoriasis dna juga kulit diluar lesi, dan
disertai gejala sistemik berupa panas / rasa terbakar disebut tipe zumbusch.
c) Psoriasis eritrodermia : jika lesi psoriasis terdapat diseluruh tubuh dengan
skuama halus dan gejala konstitusi berupa badan terasa panas dingin.
18. Apa prognosis?
23
Dubia et bonam
Psoriasis adalah kondisi seumur hidup.Saat ini tidak ada obat, tetapi berbagai
perawatan dapat membantu untuk mengontrol gejala.
Banyak agen yang paling efektif digunakan untuk mengobati psoriasis berat
membawa peningkatan risiko morbiditas yang signifikan termasuk kanker
kulit, limfoma dan penyakit hati.Namun, mayoritas pengalaman orang tentang
psoriasis adalah bahwa dari patch lokal kecil, terutama pada siku dan lutut,
yang dapat diobati dengan obat topikal.
Psoriasis bisa bertambah buruk dari waktu ke waktu tetapi tidak mungkin
untuk memprediksi siapa yang akan terus mengembangkan psoriasis yang
luas atau mereka yang penyakit mungkin tampak lenyap. Individu akan sering
mengalami flare dan remisi sepanjang hidup mereka. Mengontrol tanda dan
gejala biasanya membutuhkan terapi seumur hidup.
Menurut sebuah penelitian, psoriasis dikaitkan dengan 2,5 kali lipat
peningkatan risiko untuk kanker kulit melanoma non pada pria dan wanita,
tanpa dominan dari setiap subtipe histologis kanker tertentu. Peningkatan
risiko ini juga dapat dikaitkan dengan pengobatan antipsoriatik.
19. Apa KDU?
3A. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan
dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan
(bukan kasus gawat darurat).
24
IV. Sintesis
ANATOMI KULIT
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya yang
terletak di bagian paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15%
berat badan.
Klasifikasi berdasar :
1. Warna :
o terang (fair skin), pirang, dan hitam
o merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi
o hitam kecokelatan : pada genitalia orang dewasa
2. Jenisnya :
o Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium
o Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa
o Tipis : pada wajah
o Lembut : pada leher dan badan
o Berambut kasar : pada kepala
25
Anatomi kulit secara histopatologik
1. Lapisan Epidermis (kutikel)
o Stratum Korneum (lapisan tanduk) => lapisan kulit paling luar yang
terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti, protoplasmanya
berubah menjadi keratin (zat tanduk)
o Stratum Lusidum => terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel
gepeng tanpa inti, protoplasmanya berubah menjadi protein yang
disebut eleidin. Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan
kaki.
o Stratum Granulosum (lapisan keratohialin) => merupakan 2 atau 3
lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di
antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa biasanya tidak
mempunyai lapisan ini.
o Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan
akanta) => terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya
jernih karena banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin
gepeng bila semakin dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum,
terdapat jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri dari
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan ini
membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di
antara sel spinosum juga terdapat pula sel Langerhans.
26
o Stratum Basalis => terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun
vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar
(palisade). Sel basal bermitosis dan berfungsi reproduktif.
Sel kolumnar => protoplasma basofilik inti lonjong besar, di
hubungkan oleh jembatan antar sel.
Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell => sel
berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap,
mengandung pigmen (melanosomes)
2. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin) => terdiri dari lapisan elastik
dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.
o Pars Papilare => bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
o Pars Retikulare => bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri
dari serabut penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar
(matriks) lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen
dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang
mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat
elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin
stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
27
bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih
elastis.
3. Lapisan Subkutis (hipodermis) => lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan
ikat longgar berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke
pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok dan
dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan
panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini
terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan lemak
berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit. Di
kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).
Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas dermis) dan
pleksus profunda (terletak di subkutis)
Adneksa Kulit
1. Kelenjar Kulit => terdapat pada lapisan dermis
o Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa. pH nya
sekitar 4-6,8.
28
Kelenjar Ekrin => kecil-kecil, terletak dangkal di dermis
dengansecretencer.
Kelenjar Ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28
kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kelahiran.
Salurannya berbentuk spiral dan bermuara langsung pada kulit
dan terbanyak pada telapak tangan, kaki, dahi, dan aksila.
Sekresi tergantung beberapa faktor dan saraf kolinergik, faktor
panas, stress emosional.
Kelenjar Apokrin => lebih besar, terletak lebih dalam,
secretnyalebihkental.
Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola
mammae, pubis, labia minora, saluran telinga. Fungsinya
belum diketahui, waktu lahir ukurannya kecil, saat dewasa
menjadi lebih besar dan mengeluarkan secret
o Kelenjar Palit (glandula sebasea)
Terletak di seluruh permukaan kuli manusia kecuali telapak tangan
dan kaki. Disebut juga dengan kelenjar holokrin karena tidak berlumen
dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar.
Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya
terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum
mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan
kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada anak-
anak, jumlahnya sedikit. Pada dewasa menjadi lebih banyak dan
berfungsi secara aktif.
2. Kuku => bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal.
Pertumbuhannya 1mm per minggu.
29
o Nail root (akar kuku) => bagian kuku yang tertanam dalam kulit jari
o Nail Plate (badan kuku) => bagian kuku yang terbuka/ bebas.
o Nail Groove (alur kuku) => sisi kuku yang mencekung membentuk
alur kuku
o Eponikium => kulit tipis yang menutup kuku di bagian proksimal
o Hiponikium => kulit yang ditutupi bagian kuku yang bebas
3. Rambut
o Akar rambut => bagian yang terbenam dalam kulit
o Batang rambut => bagian yang berada di luar kulit
Jenis rambut
o Lanugo => rambut halus pada bayi, tidak mengandung pigmen.
o Rambut terminal => rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen,
mempunyai medula, terdapat pada orang dewasa.
Pada dewasa, selain di kepala, terdapat juga bulu mata, rambut ketiak, rambut
kemaluan, kumis, janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh androgen
(hormon seks). Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.
Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) berlangsung 2-6
tahun dengan kecepatan tumbuh 0,35 mm perhari. Fase telogen (istirahat)
berlangsung beberapa bulan. D antara kedua fase tersebut terdapat fase
katagen (involusi temporer). Pada suatu saat 85% rambut mengalami fase
anagen dan 15 % sisanya dalam fase telogen.
Rambut normal dan sehat berkilat, elastis, tidak mudah patah, dan elastis.
30
Rambut mudah dibentuk dengan memperngaruhi gugusan disulfida misalnya
dengan panas atau bahan kimia.
FUNGSI KULIT
1. Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat
melindungi tubuh dari gangguan :
o fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
o kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
o panas : radiasi, sengatan sinar UV
o infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :
o Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan
mengadakan tanning (penggelapan kulit)
o Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
o Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindungan
kimiawo terhadap infeksi bakteri maupun jamur
o Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati
melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi Absorpsi => permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan
absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar sel,
menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi => mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti
NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan
hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya
dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.
31
4. Fungsi Persepsi => kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan
subkutis. Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
o Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas
o Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin
o Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan
o Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan
o Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi) => dengan cara mengeluarkan
keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit
kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler
dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh
darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit
bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na)
6. Fungsi Pembentukan Pigmen => karena terdapat melanosit (sel pembentuk
pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen (melanosomes)
7. Fungsi Keratinisasi => Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan
pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah
bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng
dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang
dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21
hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik.
8. Fungsi Pembentukan Vitamin D => kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol
dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya
cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.
32
P SORIASIS
Psoriasis merupakan penyakit peradangan kulit yang bersifat kronik, dengan
dasar genetik yang kuat, dan gambaran klinik yang bervariasi. Kelainan ini
digambarkan dengan bercak eritema, berbatas tegas dan di atasnya skuama
tebal yang transparan.Sampai sekarang etiopatogenesis psoriasis masih belum
diketahui.
Etiologi :
Psoriasis adalah penyakit inflamasi kronik, dengan dasar genetic yang kuat,
yang dikarakteristikkan dengan pemicu yang kompleks pada pertumbuhan dan
differensiasi epidermal dan multiple biochemical, immunologic, dan kelainan
pembuluh darah, serta terdapat hubungan terhadap fungsi system saraf yang
belum diketahui dengan jelas. Akar utama dari penyebab psoriasis belum
diketahui. Psoriasis secara luas dipertimbangkan sebagai kelaianan primer
dari keratinocytes. Dengan ditemukannya sel T spesifik immunosuppressant
cyclosporine A (CsA) yang sangat aktif melawan psoriasis.
Epidemiologi:
Insidens pada orang kulit putih lebih sering daripada penduduk kulit
berwarna. Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis
terdapat pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa. Jarang terjadi
pada usia kurang dari 10 tahun. Biasanya paling sering pada usia 15- 30
tahun. Adanya antigen HLA kelas I, khususnya HLA-Cw6, berhubungan
dengan timbulnya onset lebih awal dan ditambah dengan adanya riwayat
keluarga yang positif.
Genetik
Ditemukan 1 locus psoriasis susceptibility 1(PSORSI 1). Lokasi
MHC,chromosome 6p21.3, home of HLA). Multipel HLAà HLA A-B13,
33
HLA-B37, HLA-Cw6, HLA-DR7, dan HLA – DQ9 berhubungan dengan
psoriasis. HLA-Cw6 terlihat paling beresiko tinggi untuk psoriasis pada
populasi Caucasians.
Faktor Resiko
Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat
memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :
- Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal
digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat
beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian digaruk/dikorek,
maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.
- Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
- Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
- Emosi tak terkendali.
- Sedang mengalami infeksi saluran nafas bagian atas, yang keluhannya dapat
berupa demam nyeri menelan, batuk dan beberapa infeksi lainnya.
- Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit
menjadi merah , misalnya mengandung alkohol.
Sampai saat ini belum dapat diketahui secara pasti penyebab penyakit
ini, oleh karena itu belum ditemukan secara pasti cara atau obat untuk
menyembuhkan penyakit kulit ini secara sempurna, namun penderita Psoriasis
suatu saat dapat menjadi mulus karena siklus kekacauan pergiliran sel kulit ini
kadang-kadang menjadi normal atau dapat di atasi dengan bobat; masa ini
dikenal sebagai masa remisi. Untuk mencapai keadaan remisi itu diperlukan
kerjasama yang baik antara pasien dengan dokter yang merawat. Psoriasis
belum dapat disembuhkan artinya belum ada penderita yang 100% terbebas
dari penyakit ini, pengobatan yang ada hanya untuk menekan gejala Psoriasis
ini, memperbaiki keadaan kulit, mengurangi rasa gatalnya. Penderita Psoriasis
34
tidak bisa berhenti dari pengobatan, ada pengobatan lanjutan sebagai
pemeliharaan yang diberikan dalam jangka waktu lama untuk
mempertahankan kondisi dan juga untuk mengontrol timbulnya kelainan kulit
yang baru.
Patogenesis
Beberapa faktor yang berperan pada patogenesis psoriasis, kerusakan sel
target, peran limfosit T, antigen, sel penyaji antigen dan peran sitokin. Ada
beberapa sitokin yang terlibat pada patogenesis psoriasis, misalnya IL-I, IL-2,
IFN-8, IL-4, IL-5, IL-10, GM-CSF, IL-7, growth factor, endotelin,
hemopoitin, dan kemokin. Secara umum sitokin tersebut mengakibatkan
hiperproliferasi keratinosit, menarik sel radang ke kulit, aktivasi sel T dan
diferensiasi keratinosit yang abnormal, kecuali IL-4, IL-5, dan IL-10.
Psoriasis merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan aktivitas
berbagai gen yang berinteraksi dengan lingkungan, berhubungan kuat
dengan alel HLA-CW-6. The Human Genom Project akan membantu
mengidentifikasi major histocompatibility Complex (MHC) dan gen non
MHC yang terlibat pada psoriasis.
Patogenesis psoriasis tetap tidak diketahui tetapi beberapa penulis percaya
bahwa penyakit ini merupakan autoimun murni dan sel T mediated. Beberapa
penemuan mendukung autoimun ini seperti histokompatibiliti kompleks
mayor (MHC) antigen, akumulasi sel T terutama memori, serta adanya lapisan
anti korneum dan anti keratinosit antibodi nukleus.
Beragam data yang diperoleh akhir-akhir ini pada penyelidikan psoriasis
menekankan bahwa terdapat aktivitas infiltrasi sel-sel CD4 pada lesi-lesi
kulit. Lesi psoriasis lama umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada
dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan
limfositik dalam epidermis.
35
Pada psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel
langerhans juga berperan pada imunopatogenesis. Terjadinya proliferasi
epidermis diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun
endogen oleh sel Langerhans.
Beberapa sitokin dan reseptornya memperlihatkan peningkatan level pada
epidermis psoriasis. Perubahan-perubahan biokimia yang ditemukan pada
psoriasis meliputi : Konsentrasi lipid yang tinggi dan peningkatan level enzim
protein nuklear pada glikolitik pathway yang menyebabkan turn over sel
meningkat.
Perhatian yang sungguh-sungguh difokuskan pada level siklik nukleotida
terutama AMP siklik (cAMP) yang mengontrol epidermopoesis. Juga
dilaporkan terjadinya kenaikan yang menyolok dari level siklik GMP (cGMP)
dalam epidermis. Walaupun demikian peningkatan cGMP yang menyebabkan
peningkatan kecepatan proliferasi seluler tidak diketahui hingga saat ini.
cAMP epidermis sangat menurun selanjutnya asam arakidonik meningkat
dalam epidermis.
Perkembangan Lesi Psoriasis
36
A. Normal skinà epidermal langerhans cell, scattered immature dendritic cell
(D), skin homing memory T cells(T) in dermis
B. Manifest slight capillary dilatation & ccurvature, a slight increase in the
number of dermal mononuclear cells & mast cell (M)
C. Progression increases in capillary dilatation & turtousity, mast cell,
macrophages (MP) & T cell á, mast cell degranulation, in epidermis
thickness á with rete pegs á, extracellular space á, transient dyskeratosis,
spotty loss granular layer, parakeratosis. L exit the epidermis , inflammatory
dendritic : epidermal cells (I) & CD8+ T cells(B) enter epidermis
D. Fully developed capillary dilatation & tortuoslty 10 fold increase in blood
flow, macrophages >> underlying the basement membrane, dermal T cells á,
(mainly CD4+, contact with maturing dermal dendritic c á, epidermis of the
mature lesion 10X á, CD8 á + àmicroabcess Monroà accumulation
neutrophil in st corneum
37
Manifestasi Klinis
Psoriasis Vulgaris
Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis Plak yang secara
ilmiah disebut juga Psoriasis Vulgaris. Dinamakan pula tipe plak karena lesi-
lesinya umumnya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah
diterangkan di atas.
Plaque Psoriasis
Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan
diseminata, umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian
atas atau sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa
muda.2,5,8,9,12 Selain itu, juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik
bakterial maupun viral, pada stres, luka pada kulit, penggunaan obat tertentu
(antimalaria dan beta bloker)
38
Psoriasis Gutata
Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)
Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada darerah fleksor sesuai
dengan namanya, misalnya pada daerah aksilla, pangkal pahadi bawah
payudara, lipatan-lipatan kulit di seklitas kemalua dan panggul.
Psoriasis Inversi
Psoriasis Pustulosa
Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai
penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat dua
bentuk psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata dan generalisata. Bentuk
39
lokalisata contohnya psoriasis pustulosa palm-plantar (Barber) yang
menyerang telapak tangan dan kaki serta ujung jari. Sedangkan bentuk
generalisata, contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch)
jika pustula timbul pada lesi psoriasis dan juga kulit di luar lesi, dan disertai
gejala sistemik berupa panas / rasa terbakar.
Psoriasis Pustular
Psoriasis Eritroderma
Psoriasis Eritroderma dapat disebabkan oleh pengobatan topikal terlalu kuat
atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Bentuk ini dapat juga ditimbulkan
oleh infeksi, hipokalsemia, obat antimalaria, tar dan penghentian
kortikosterid, baik topikal maupun sistemik. Biasanya lesi yang khas untuk
psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal
universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih
eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.
Psoriasis Arthritis
30% dari penderita psoriasis positif terkena psoriatic artritis. psoriatic
artritis atau radang sendi psoriatik adalah proses kerusakan atau erosi
40
tulang dan gangguan sendi yang terjadi akibat gangguan imunologis serta
proses inflamasi yang terjadi terus-menerus.
Wanita dan pria memiliki risiko yang sama untuk terkena radang
sendi ini. Tanda-tanda yang biasanya dapat terlihat dari radang sendi
antara lain adalah terjadi pembengkakan di daerah sendi, kemerahan
dikelilingi sisik, warna keperakan, terutama di daerah siku, lutut, kulit
kepala, dan punggung bagian bawah. Pada umumnya radang sendi ini
menyerang sendi kecil ujung jari tangan dan kaki.
Artritis psoriatik tidak lah sama dengan rheumatoid arthritis. Faktor
reumatoid dan nodul sub kutan tidak dijumpaiatau negatif pada artritis
psoriatik. Moll dan Wright mendeskripsikan lebih terinci artritis psoriatik.
Artritis psoriatik dideskripsikan secara spesifik yaitu adanya keterlibatan
sendi interfalang distal jari tangan (DIP). Keterlibatan interfalang distal ini
tidak pernah dijumpai pada artritis reumatoid. Gambaran lain yang penting
yaitu terjadi destruksi dan absorbsi tulang jari tangan distal, diikuti sakroilitis.
Gambaran Klinik:
Onset pada kulit dan sendi
75% artritis psoriatik didahului lesi kulit, 15% bersamaan lesi kulit dan
artritis. Sedangkan sisanya 10% artritis mendahului lesi kulit.
Oligoartritis
Artritis psoriatik berbentuk oligoartritis (melibatkan 2-4 sendi). Sendi yang
terlibat terutama sendi lutut, disertai 1 atau 2 sendi interfalang dan daktilitis
jari tangan ataupun kaki. Kadang artritis terjadi sesudah trauma sehingga
dikelirukan dengan artritis akibat mekanik.
Poliartritis asimetris
Awitan/onset artritis psoriatik biasanya mengenai sendi kanan atau kiri sesisi,
jadi asimetris. Hal ini berbeda dengan artritis reumatoid yang mempunyai
awitan serangan artritis simetris yaitu bersamaan sendi sisi kanan maupun kiri
41
Keterlibatan sendi interfalang distal
Pembengkakan akibat inflamasi interfalang distal (DIP) merupakan gambaran
yang karakteristik artritis psoriatik. Keterlibatan DIP ini biasanya
berhubungan dengan lesi psoriasis pada kuku.
Keterlibatan spinal
Sakroilitis asimptomatik terdapat pada sepertiga kasus. Biasanya sakroilitis
sesisi.
Faktor genetic berperan penting pada proses terjadinya arthritis psoriatic.
Antigen leukosit HLA B13, B17, B37, DR7 dan DR4 dilaporkan berhubungan
dengan artritis psoriatik.
42
Penatalaksanaan
Faktor yang mempengaruhi pemilihan terapi, antara lain:
- usia
- jenis psoriasis
- luas lesi
- terapi lanjutan
- penyakit lain yang menyertai
Terlokalisir :
Batang tubuh dan Ekstremitas
topical fluorinated glucocorticoids (betamethasone valerate, fluocinolone,
acetonide, betamethasone propionate, clobetasol propionate)
hydrocolloid dressing selama 24-48 jam untuk mencegah goresan / garukan
triamcinolone acetonide aqueous suspension 3 mg/ml diluted beserta normal
saline, diinjeksikan ke dalam lesi
anthralin topical
vitamin D analogues (calcipotriene 0.005% bentuk salep atau krim)
tazarotene (retinoid topical 0.05% bentuk gel)
Kulit kepala
sedang à shampoo ketoconazole + lotion betamethasone valerate 1%
43
berat à 10% salicylic acid in mineral oil, fluocinolone bentuk krim atau
lotion pada malam hari, lotion clobetasol propionate 0.05%
Telapak tangan dan Telapak kaki
8-methoxypsoralen 10 mg/L selama 15 menit
Menyebar :
phototherapy : UVB phototherapy (311 nm) + glucocorticoid topical + analog
vit. D
oral PUVA photochemotherapy à 8-methoxypsoralen 0.6 mg 8 MOP/ kgBB
2-3 x/minggu
oral retinoid à acitretin / isotretinoid
cyclosporine 3-5 mg/kg/hari
Pada kasus ini dapat diberikan
kostikosteroid topical yang potent à clobetasol propionate
oral PUVA photochemotherapy à 8-methoxypsoralen 0.6 mg 8 MOP/ kgBB
2-3 x/minggu
Cyclosporine 3-5 mg/kg/hari
Phototherapy à narrow band UV-B phototherapy (311 nm)
NSAIDs untuk psorisis artritis
44
EFLORESENSI KULIT
Efloresensi/Ujud Kelainan Kulit
Efloresensi kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya penyakit. Proses
tersebut dapat merupakan akibat biasa dalam perjalanan proses patologik. Kadang-
kadang perubahan ini dapat dipengaruhi keadaan dari luar, misalnya trauma garukan
dan pengobatan yang diberikan, sehingga perubahan tersebut tidak biasa lagi. Dalam
hal ini, gambaran klinis morfologik penyakit menyimpang dari biasanya dan sulit
dikenali. Untuk mempermudah dalam pembuatan diagnosis, ruam kulit dibagi
menjadi beberapa kelompok :
a. Ruam kulit primer
1) Makula adalah efloresensi primer yang berbatas tegas, hanya berupa perubahan
warna kulit tanpa perubahan bentuk, seperti pada tinea versikolor, morbus Hansen,
melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, ekimosis
45
.2) Eritema adalah kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh
kapiler yang reversible.
3) Papula adalah penonjolan superficial pada permukaan kulit dengan massa zat
padat, berbatas tegas, berdiameter < 1cm.
4) Nodus adalah massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat
menonjol. (jika diameter < 1 cm disebut nodulus).
46
5) Vesikula adalah gelembung yang berisi cairan serum, beratap, mempunyai
dasar dengan diameter < 1 cm misalnya pada varisela, herpes zoster.
6) Bula adalah vesikel dengan diameter > 1 cm, misal pada pemfigus, luka bakar.
Jika vesikel/bula berisi darah disebut vesikel/bula hemaragik . Jika bula berisi nanah
disebut bula purulen.
7) Pustula adalah vesikel berisi nanah, seperti pada variola, varisela, psoriasis
pustulosa.
47
8) Urtika adalah penonjolan di atas kulit akibat edema setempat dan dapat hilang
perlahan-lahan, misalnya pada dermatitis medikamentosa dan gigitan serangga.
9) Tumor adalah penonjolan di atas permukaan kulit berdasarkan pertumbuhan
sel atau jaringan tubuh.
10) Kista adalah penonjolan di atas permukaan kulit berupa kantong yang berisi
cairan serosa atau padat atau setengah padat, seperti pada kista epidermoid.
11) Plak (plaque) adalah peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya rata
dan berisi zat padat (biasanya infiltrate), diameternya 2 cm atau lebih. Contonya
papul yang melebar atau papulpapul yang berkonfluensi pada psoriasis.
48
12) Abses adalah kumpulan nanah dalam jaringan / dalam kutis atau subkutis.
b. Ruam kulit sekunder
1) Skuama adalah pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit. Dapat berupa
sisik halus (TV), sedang (dermatitis), atau kasar (psoriasis). Skuma dapat berwarna
putih (psoriasis), cokelat (TV), atau seperti sisik ikan (iktiosis).
2) Krusta adalah onggokan cairan darah, kotoran, nanah, dan obat yang sudah
mengering di
atas permukaan kulit, misalnya pada impetigo krustosa, dermatitis kontak. Krusta
dapat
berwarna hitam (pada jaringan nekrosis), merah (asal darah), atau cokelat (asal darah,
nanah, serum).
3) Erosi adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh kehilangan jaringan yang tidak
melampui stratum basal.
49
4) Ekskoriasi adalah kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga kulit
tampak
merah disertai bintik-bintik perdarahan. Ditemukan pada dermatitis kontak dan
ektima.
5) Ulkus adalah kerusakan kulit (epidermis dan dermis) yang memiliki dasar,
dinding, tepi dan isi. Misal ulkus tropikum, ulkus durum.
6) Rhagaden adalah belahan-belahan kulit dengan dasar yang sangat kecil/dalam
misal pada keratoskisis, keratodermia.
7) Parut (sikatriks) adalah jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis
yang
sudah hilang. Jaringan ikat ii dapat cekung dari kulit sekitarnya (sikatriks atrofi),
dapat
lebih menonjol (sikatriks hipertrofi), dan dapat normal (eutrofi/luka sayat). Sikatriks
tampak licin, garis kulit dan adneksa hilang.
50
8) Keloid adalah hipertrofi yang pertumbuhannya melampaui batas.
9) Abses adalah efloresensi sekunder berupa kantong berisi nanah di dalam jaringan.
Misalnya abses bartholini dan abses banal.
10) Likenifikasi adalah penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan/relief kulit
tampak lebih jelas, seperti pada prurigo, neurodermatitis.
11) Guma adalah efloresensi sekunder berupa kerusakan kulit yang destruktif,
kronik, dengan penyebaran pertiginosa. Misal pasa sifilis gumosa.
12) Hiperpigmentasi adalah penimbunan pigmen berlebihan sehingga kulit tampak
lebih hitam dari sekitarnya. Misal pada melasma, dan pasca inflamasi.
13) Hipopigmentasi adalah kelainan yang menyebabkan kulit menjadi lebih putih
dari sekitarnya, misalnya pada skleroderma dan vitiligo.
51
c. Ruam kulit khusus
1) Kanalikuli adalah ruam kulit berupa saluran-saluran pad stratum korneum, yang
timbul sejajar denga permukaan kulit, seperti yang terdapat pada skabies.
2) Milia (= White head) adalah penonjolan di atas permukaan kulit yang berwarna
putih, yang ditimbulkan oleh penyumbatan saluran kelenjar sebasea, seperti pada
akne sistika.
3) Komedo (=Black head) adalah ruam kulit berupa bintik-bintik hitam yang
timbul akibat proses oksidasi udara terhadap sekresi kelenjar sebasea dipermukaan
kulit, seperti agne.
4) Eksantema adalah ruam permukaan kulit yang timbul serentak dalam waktu
singkat dan
tidak berlangsung lama, biasanya didahului demam, seperti pada demam berdarah.
5) Roseola ialah eksantema lentikuler berwarna merah tembaga seperti pada sifilis
dan frambusia.
6) Purpura yaitu perdarahan di dalam/di bawah kulit yang tampak medikamentosa
7) Lesi target. Terdiri dari 3 zona yang berbentuk lingkaran, lingkaran pertama
mengandung purpura atau vesikel di bagian tengah yang dikelilingi oleh lingkaran
pucat (lingkaran kedua), lingkaran ketiga adalah lingkaran eritema. Lesi target
biasanya dijumpai di telapak tangan penderita eritema multiforme (gambaran seperti
mata sapi).
8) Burrow adalah terowongan yang berkelok-kelok yang meninggi di epidermis
superficial yang ditimbulkan oleh parasit.
52
9) Teleangiektasi adalah pelebaran pembuluh darah kecil superficial (kapiler,
arteriol, dan venul) yang menetap pada kulit.
10) Vegetasi adalah pertumbuhan berupa penonjolan-penonjolan bulat atau runcing
menjadi satu.
DERMATOSIS ERITROSKUAMOSA
Dermatosis Eritroskuamosa adalah penyakit kulit yang ditandai dengan
adanya eritema dan skuama, seperti : Psoriasis, parapsoriasis, pitiriasis rosea,
eritroderma, dermatitis seboroik, lupus eritematosus, dan dermatofitosis.1
1. Eritroderma
1.1 Definisi
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema
universalis yang biasanya disertai dengan skuama.1
1.2 Patofisiologi
Pada eritroderma patofisiologi masih belum jelas, diduga terdapat agent dalam
tubuh yang menyebabkan reaksi berupa pelebaran pembuluh darah secara universal.
Aliran darah kek kulit meningkat sehingga terjadi kehilangan panas sehingga dapat
terjadi hipotermia dan dehidrasi. Kehilangan panas ini menyebabkan
hipermetabolisme sebagai kompensasi. Kehilangan skuama yang hebat menyebabkan
kehilangan protein. Hipoproteinemia dengan berkurangnya albumin dan peningkatan
relatif globulin tertama globulin gamma yang merupakan kelainan yang khas. Edema
sering terjadi akibat pergeseran cairan ke ruang ekstravaskular. Eritroderma aku dan
53
kronis dapat mengganggu mitosis rambut dan kuku berupa kerontokan rambut dan
kehilangan kuku.1
1.3 Etiologi
Eritroderma dapat disebabkan oleh alergi obat, akibat perluasan penyakit
kulit, dan akibat penyakit sistemik termasuk keganasan. Eritroderma akibat penyakit
kulit sering kali disebabkan oleh psoriasis dan dermatitis seboroik.1
1.3.1 Eritroderma akibat alergi obat
Eritroderma dapat diakibatkan oleh alergi obat secara sistemik dengan jalan
masuk mulut, hidung, rektum, atau cara pemakaian obat luar lainnya. Waktu mulai
masuknya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit bervariasi, dapat segera
hingga dua minggu.1 Eritroderma pada penderita alergi obat berbeda dengan
eritroderma pada umumnya yang biasanya disertai eritem dan skuama. Pada penderita
alergi obat terlihat adanya eritema tanpa skuama, skuama justru baru akan timbul
pada stadium penyembuhan. Obat yang sering menjadi penyebab adalah sulfonamid,
penisilin dan fenilbutazon.2
1.3.2 Eritroderma karena psoriasis
Psoriasis dapat menjadi eritroderma dengan dua cara yakni penyakitnya
sendiri atau karena pengobatan yang teralu kuat, misalnya dengan topikal ter.
Sebagian pasien menunjukan gejala klinis seperti kulit eritematosa yang agak
meninggi dengan skuama yang lebih tebal, serta ditemukan pitting nail berupa
lekukan miliar. Namun, sebagian pasien tidak menunjukan kelainan semacam itu
sehingga hanya tampak eritema universal dengan skuama. Pada pasien demikian baru
akan diketahui penyebabnya psoriasis bila telah diberi terapi kortikosteroid kemudian
eritroderma berkurang dan tampak tanda-tanda psoriasis.1
1.3.3 Eritroderma karena Penyakit Leiner
54
Faktor genetik Faktor lingkungan
Stimulasi sel melepas sitokinin
Aktivasi sel langerhans
Di bawa ke nodus lifatikus, aktivasi sel T
Penyakit ini disebut juga eritroderma deskuamativatum. Etiologinya belum
diketahui pasti, namun penyakit ini berhubungan erat dengan dermatitis seboroika
karena hampir selalu disertai kelainan khas untuk dermatitis seboroik. Usia penderita
antara 4 minggu sampai 20 minggu. Kelainan kulit ditandai dengan eritema universal
dengan skuama yang kasar.1
1.4 Pengobatan
Pengobatan eritroderma akibat alergi obat dapat diberikan kortikosteroid,
dosis prednison 4x10 mg. Penyembuhan dapat terjadi beberapa hari sampai beberapa
minggu. Pada eritroderma akibat perluasan penyakit kulit, khususnya dermatitis
seboroik dapat diberikan prednison dengan dosis 4 x 10-15 mg sehari. Dosis dapat
diturunkan secara perlahan bila tampak perbaikan. Pada eritroderma kronis dapat
diberikan diet tinggi protein karena terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan
protein. Kulit juga perlu diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat vasodilatasi
oleh eritema misalnya dengan salap lanolin atau krim urea 10%.1
V. Kerangka Konsep
55
VI. Kesimpulan
Mr. Squid, 64 tahun, mengeluh adanya plak kemerahan yang tebal di kedua kaki,
lengan, pantat, dan lumbosacral bagian bawah dan juga destruksi kuku jari tangan dan
kaki serta kekakuan pada lututnya karena Mr. Squid menderita Psoriasis Vulgaris.
56
Daftar Pustaka
Andrew. 2000. Viral Diseases : Diseases of the skin. 9th edition. Philadelphia: WB
Saunders Company.
57
Budimulja, Unandar. 2007. Morfologi dan Cara Membuat Diagnosis : Ilmu Kulit
Kelamin. Ed. 5. Jakarta: FKUI.
Corwin, Elisabeth J. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: EGC.
Dipiro, Joseph T. et al. 2008. Pharmacology: A Patophysiologic Approach 8th
Edition. United States of America: Mc Graw-Hill Company
Djuanda, Adhi, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Freedberg, Irwin M. 2003. Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine (Two Vol.
Set) 6th edition.
Harahap,Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
Orkin, Milton et al. 1991. Dermatology: a LANGE medical book 1st edition.
California: Prentice Hall.
58