laporan tutorial d
DESCRIPTION
vscTRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
Skenario D Blok 9
Kelompok 5
Dosen Pembimbing: dr. Swanny, M. Sc.
Anggota Kelompok:
M. Alvin Astian A. 04101401016
Endy Prima Syaputra 04101401052
M. Arief Budiman 04101401053
Yusep Herfriansyah 04101401054
Nadiyah Liyanti 04101401101
Esmaralda Nurul Amany 04101401102
Ade Kurnia Oprisca 04101401119
Inda Sumerah 04101401124
Ni Wayan Puspa Pan Dani 04101401125
Ayu Ariesta 04101401126
Anugrah Manggala Yudha 04101401127
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011
KATA PENGANTAR
Penulis sangat berterima kasih kepada Dosen pembimbing, dr. Swanny, M.
Sc., atas bimbingan beliau selama proses tutorial skenario D di Blok 9 ini
berlangsung.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada
kedua orang tua, yang telah bekarja keras selama ini untuk memenuhi kebutuhan
moril maupun materil penulis dalam menjalani pendidikan.
Terima kasih juga kepada para teman-teman sejawat dan seperjuagan di
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya atas semua dorongan dan semangatnya
sehingga segala yang berat terasa begitu ringan dan yang sulit menjadi mudah.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
di masa mendatang. Mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan sumbangan
pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua.
Palembang, November 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Endokrinologi merupakan blok 9 pada semester 3 dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan
pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan
datang. Penulis memaparkan kasus yang diberikan mengenai seorang ibu rumah
tangga yang mengalami kelainan pada siklus menstruasinya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutorial Skenario B
Tutor : dr. Swanny, M. Sc.
Moderator : M. Alvin Astian A.
Sekretaris papan : Ayu Ariesta
Sekretaris meja : M. Arief Budiman
Waktu : Rabu, 23 November 2011
Jum’at, 25 November 2011
Peraturan tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
dengan cara mengacungkan tangan terlebih dahulu dan
apabila telah dipersilahkan oleh moderator.
3. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan selama proses
tutorial berlangsung.
4. Tidak diperbolehkan makan dan minum.
2.2 Skenario B Blok 9
A 25-years-old housewife comes to doctor at clinics with chief complaint abdominal cramp
since 2 days ago. She also complaints about breast discomfort and mild low back pain. She is
having this complaint since she got her menarche at age 12. Her usual period is 28 days,
regular, and lasts for 3-5 days. This morning, she noticed blood on her underwear, Sher got
her last period at October 24th.
She has no history of chronic disease and surgical procedure before.
She told the doctor that she is afraid that her complaint will affect her fertility.
She has been married for 2 years and has no child.
Physical examination:
Height: 155 cm; Weight: 50 kg
BP: 110/70 mmHg; PR: 80x/min; RR: 20x/min
External examination:
Abdomen: Slight tenderness, rigidity (-)
Laboratory examination:
Urine β-hCG (-) negative
2.3 Paparan
I. Klarifikasi Istilah
1. Abdominal cramp : kontraksi muscular spasmodik pada bagian abdomen
2. Breast discomfort : rasa tidak nyaman pada daerah dada*
3. Mild low back pain : nyeri punggung yang ringan
4. Menarche : pembentukan atau permulaan fungsi menstruasi
5. Usual period : *
6. Fertility : kemampuan mengandung atau menginduksi konsepsi
7. Slight tenderness : nyeri tekan ringan pada abdomen*
8. Rigidity : kekakuan atau ketidakfleksibelan
9. Urine β-hCG :(human chorionic gonadotrophin) hormon glikoprotein
yang diproduksi selama kehamilan yang dibuat oleh embrio berkembang
setelah pembuahan dan kemudian oleh sinsitiotrofoblas (bagian dari plasenta)
II. Identifikasi Masalah
1. Seorang ibu rumah tangga (IRT) 25 tahun, datang dengan keluhan kram di bagian abdomen
sejak 2 hari yang lalu dan juga mengeluh ketidaknyamanan didaerah dada dan nyeri
punggung ringan, sejak pertama kali menstruasi saat usia 12 tahun
2. Periode menstruasi IRT tersebut biasanya 28 hari, teratur, dan berlangsung 3-5 hari. Pagi
ini, ia menemukan darah pada pakaian dalamnya. Terakhir kali ia menstruasi pada 24
Oktober.
3. Si IRT sudah menikah selama 2 tahun dan belum memiliki anak.
4. Pemeriksaan fisik:
Tinggi; 155 cm; Berat 50 kg
Tekanan darah; 110/70 mmHg; Frekuensi nadi: 80 kali/menit; Frekuensi nafas: 20
kali/menit
Pemeriksaan luar:
Abdomen: nyeri tekan ringan, kekakuan (-)
Pemeriksaan laboratorium:
Urin β-hCG (-) negatif
III. Analisis Masalah
1. a. Apa yang dimaksud dengan kram di bagian abdomen? (anatomi, klasifikasi)
Kram abdominal merupakan nyeri di daerah perut dan panggul yang dialami oleh
seorang wanita sebagai akibat dari periode menstruasinya. Kram menstruasi tidak
sama seperti ketidaknyamanan yang dirasakan selama premenstrual syndrome
(PMS), meskipun gejala kedua gangguan kadang-kadang dapat dialami sebagai
proses yang berkelanjutan.Kram menstruasi dapat berkisar dari ringan sampai
cukup parah. Kram menstruasi ringan mungkin hampir tidak terlalu terasa dan
durasi pendek. Kram menstruasi berat dapat begitu menyakitkan sehingga mereka
mengganggu aktivitas rutin seorang wanita untuk beberapa hari.
Klasifikasi berdasarkan penyebab :
Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjadi tanpa adanya kelainan
ginekologik yang nyata. Dismenore primer terjadi sesudah menarche (12 bulan
atau lebih) dikarenakan siklus menstruasi bersifat anovulatoir yang tidak disertai
nyeri. Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama-sama haid dan berlangsung
beberapa jam. Sifat nyeri yang dirasakan seperti kejang yang berjangkit-jangkit,
terjadi pada perut bagian bawah menjalar ke pinggang dan paha. Gejala lain yang
menyertai nyeri antara lain rasa mual, muntah, sakit kepala dan diare (Hanafiah,
1997).
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disebabkan oleh penyakit, gangguan
atau kelainan di dalam maupun di luar rahim. Nyeri pada dismenore sekunder
dimulai sejak 1-2 minggu sebelum menstruasi dan terus berlangsung beberapa hari
setelah menstruasi.
Penyebab dismenore sekunder antara lain:
1. Benjolan yang menyebabkan perdarahan.
2. Rahim yang terbalik.
3. Peradangan selaput lendir rahim.
4. Pemakaian kontrasepsi spiral/IUD.
5. Endometriosis .
6. Fibroid atau tumor.
7. Infeksi pelvis .
Klasifikasi berdasarkan rasa nyeri :
Dismenore spasmodik adalah nyeri yang dirasakan di bagian bawah perut dan
terjadi sebelum atau segera setelah haid dimulai. Dismenore spasmodik dapat
dialami oleh wanita muda maupun wanita berusia 40 tahun ke atas. Sebagian
wanita yang mengalami dismenore spasmodik, tidak dapat melakukan aktivitas.
Tanda dismenore spasmodik, antara lain:
1. Pingsan.
2. Mual .
3. Muntah .
4. Dismenore spasmodik dapat diobati atau dikurangi dengan melahirkan bayi
pertama, walaupun tidak semua wanita mengalami hal tersebut.
Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid datang. Gejala
yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Pada
saat haid datang, tidak terlalu menimbulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama
haid, penderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik.
Gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongestif, antara lain:
1. Pegal (pegal pada paha).
2. Sakit pada payudara .
3. Lelah.
4. Mudah tersinggung.
5. Kehilangan keseimbangan.
6. Ceroboh.
7. Gangguan tidur.
8. Timbul memar di paha dan lengan atas.
b. Apa saja yang bisa menyebabkan kram di bagian abdomen?
Faktor risiko :
long menstrual periods
heavy periods
smoking
family history of dysmenorrhea
Perbedaan beratnya nyeri tergantung kepada kadar prostaglandin. Wanita yang
mengalami dismenore memiliki kadar prostaglandin yang 5-13 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami dismenore.
- Keadaan kanalis servikalis yang sempit meningkatkan kram menstruasi.
- Posisi rahim yang retroversi.
- Kurangnya latihan (exercise).
- Faktor psikologis seperti stres juga mempengaruhi.
c. Bagaimana mekanisme kram di bagian abdomen?
Setiap bulan, lapisan dalam rahim (endometrium) biasanya menumpuk sebagai
persiapan untuk kemungkinan kehamilan. Setelah ovulasi, jika telur tidak dibuahi
oleh sperma, kehamilan tidak terjadi sehingga lapisan rahim yang terbentuk
sebelumnya tidak diperlukan. Saat itu, hormon estrogen dan progesteron mengalami
penurunan, dan lapisan rahim menjadi bengkak dan akhirnya lapisan tersebut meluruh
menjadi menstruasi dan akan digantikan oleh lapisan baru pada siklus berikutnya.
Ketika lapisan rahim yang lama mulai rusak, senyawa molekul yang disebut
prostaglandin dilepaskan. Senyawa ini menyebabkan otot-otot rahim untuk
berkontraksi. Ketika terjadi kontraksi otot rahim, terjadi penyempitan suplai darah
(vasokonstriksi) ke endometrium. Kontraksi ini menyebabkan terhalangnya
pengiriman oksigen ke jaringan endometrium ,yang pada akhirnya, rusak dan mati.
Setelah kematian jaringan ini, kontraksi uterus terus menekan jaringan endometrium
lama melalui leher rahim yang akhirnya keluar dari tubuh (menstruasi).
d. Apa yang dimaksud dengan ketidaknyamanan di bagian dada?
e. Apa saja yang bisa menyebabkan ketidaknyamam di bagian dada?
f. Bagaimana mekanisme ketidaknyamanan pada bagian dada?
g. Apa yang dimaksud dengan nyeri ringan pada punggung?
h. Apa saja yang bisa menyebabkan nyeri ringan pada punggung?
i. Bagaimana mekanisme nyeri ringan pada bagian punggung?
j. Apakah menarche pada usia 12 tahun termasuk normal?
9-17 tahun , ya normal.
k. Bagaimana hubungan gejala-gejala dengan menstruasi? (kerja & pengaruh hormon)
2. a. Bagaimana siklus menstruasi yang normal? Apakah siklus menstruasi si IRT termasuk
normal?
b. Hormon-hormon apa saja yang mempengaruhi siklus menstruasi?
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium
(indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus ovarium terbagi lagi menjadi 2
bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi
menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi.Perubahan di dalam
rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri dari 3
lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim,
terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim).
Endometrium adalah lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian
endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian
terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya
hanya 1 folikel yang terangsang namun dalam perkembangan dapat menjadi lebih
dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat
estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan
hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah
pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis.
Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap
hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan
menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen.
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH,
folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi,
dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh
hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik).
Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum
berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron.
Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan
dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat
pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon
ovarium berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari
desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada
fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi
pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur
yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap
untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata
fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya
mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka
waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam
siklus menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH)
berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal
siklus sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir
dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini
merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH
hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level
estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis
(respon bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon
LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH,
keluarlah hormon progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi
adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai
fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus
luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa
sudah terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus
luteum dan kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya
c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi?
Faktor hormonal
Faktor fisik
Faktor psikis
3. a. Hormon-hormon apa saja yang mempengaruhi fertilitas?
b. Apakah keluhan-keluhan IRT mempengaruhi tingkat fertilitasnya?
4. a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik, luar, dan laboratorium?
b. Bagaimana mekanisme hasil pemeriksaan yang abnormal?
5. Apa saja differential-diagnostics pada kasus ini?
6. Apa working-diagnostics-nya?
7. Bagaimana cara penegakan diagnosisnya ?
8. Apa etiologi dan bagaimanakah epidemiologi pada kasus ini?
Dismenore primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita
mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat. Biasanya
dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah
menstruasi pertama.
Faktor yang menyebabkan dismenore primer antara lain:
1. Faktor kejiwaan.
2. Faktor konstitusi.
3. Faktor obstruksi kanalis servikalis.
4. Faktor endokrin.
5. Faktor alergi.
6. Faktor neurologis.
7. Vasopresin.
8. Leukotrin.
Faktor Kejiwaan
Wanita mempunyai emosional yang tidak stabil, sehingga mudah mengalami
dismenore primer. Faktor kejiwaan, bersamaan dengan dismenore akan
menimbulkan gangguan tidur (insomnia).
Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan
ketahanan terhadap nyeri. Faktor konstitusi antara lain: anemia, penyakit menahun
dan sebagainya.
Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer disebabkan oleh stenosis kanalis
servikalis, akan tetapi sekarang sudah tidak lagi. Mioma submukosum bertangkai
polip endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus
berkontraksi kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
Faktor Endokrin
Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan. Hal ini
disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2
alfa yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2
alfa berlebih akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenorea,
dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah.
Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer dengan
urtikaria, migren atau asma bronkial.
Faktor Neurologis
Uterus dipersyarafi oleh sistem oleh sistem syaraf otonom yang terdiri dari syaraf
simpatis dan parasimpatis. Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenorea
ditimbulkan oleh ketidakseimbangan pengendalian sistem syaraf otonom terhadap
miometrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh syaraf
simpatis sehingga serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum
menjadi hipertonik.
Vasopresin
Kadar vasopresin pada wanita dismenorea primer sangat tinggi dibandingkan
dengan wanita tanpa dismenorea. Pemberian vasopresin pada saat menstruasi
menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran darah pada
uterus, dan menimbulkan nyeri. Namun, hingga kini peranan pasti vasopresin
dalam mekanisme terjadinya dismenorea masih belum jelas.
Leukotren
Helsa (1992), mengemukakan bahwa leukotren meningkatkan sensitivitas serabut
nyeri pada uterus. Leukotren dalam jumlah besar ditemukan dalam uterus wanita
dengan dismenorea primer yang tidak memberi respon terhadap pemberian
antagonis prostaglandin.
9. Bagaimana patogenesis kasus ini?
Korpus luteum akan mengalami regresi apabila tidak terjadi kehamilan. Hal ini akan
mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan mengakibatkan labilisasi membran
lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2
akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium dan
menghasilkan asam arakhidonat. Asam arakhidonat bersama dengan kerusakan
endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat dan menghasilkan
prostaglandin PGE2 dan PGF2 alfa. Pada wanita dengan dismenore primer didapatkan
adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang merangsang
miometrium. Akibatnya terjadi peningkatan kontraksi dan disritmi uterus, sehingga
terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin
sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi, selanjutnya menurunkan
ambang rasa sakit pada ujung-ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang
fisik dan kimia (Sunaryo, 1989).
10. Bagaimana penatalaksaan untuk kasus ini?
Penanganan dismenore primer antara lain dengan:
1. Obat-obatan .
2. Rileksasi.
3. Hipnoterapi.
4. Alternatif.
Obat-Obatan
Obat-obatan yang dapat membantu mengurangi nyeri haid antara lain: analgetika,
hormonal, anti prostaglandin.
Analgetika
Analgetika digunakan untuk mengurangi nyeri. Jenis analgetika untuk nyeri ringan
antara lain: aspirin, asetaminofen, propofiksen. Sedangkan jenis analgetika untuk
nyeri berat antara lain: prometazin, oksikodon, butalbital.
Hormonal
Pengobatan hormonal untuk meredakan dismenore, dan lebih tepat diberikan pada
wanita yang ingin menggunakan alat KB berupa pil. Jenis hormon yang diberikan
progestin, pil kontrasepsi (estrogen rendah dan progesteron tinggi). Pemberian pil dari
hari 5-25 siklus haid dengan dosis 5-10 mg/hari. Progesteron diberikan pada hari ke
16 sampai ke 25 siklus haid, setelah keluhan nyeri berkurang.
Anti Prostaglandin
Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) yang menghambat produksi dan
kerja prostaglandin digunakan untuk mengatasi dismenore primer. NSAIDs tidak
boleh diberikan pada wanita hamil, penderita dengan gangguan saluran pencernaan,
asma dan alergi terhadap jenis obat anti prostaglandin.
Rileksasi
Pada kondisi rileks tubuh akan menghentikan produksi hormon adrenalin dan semua
hormon yang diperlukan saat stress. Karena hormon seks esterogen dan progesteron
serta hormon stres adrenalin diproduksi dari blok bangunan kimiawi yang sama.
Ketika kita mengurangi stres maka mengurangi produksi kedua hormon seks tersebut.
Jadi, perlunya rileksasi untuk memberikan kesempatan bagi tubuh untuk
memproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan haid yang bebas dari nyeri.
Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah metode mengubah pola pikir negatif menjadi positif. Hal ini
dilakukan dengan memunculkan pikiran bawah sadar agar permasalahan dapat
diketahui dengan tepat.
Alternatif
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri haid antara lain:
1. Suhu panas (bantal pemanas, kompres, minum minuman hangat, mandi air hangat).
2. Tidur dan istirahat cukup.
3. Olahraga teratur.
4. Visualisasi konsentrasi.
5. Aroma terapi.
6. Pijatan.
7. Mendengarkan musik, membaca buku maupun menonton film.
8. Mengurangi konsumsi kopi.
9. Tidak merokok maupun minum alkohol.
10. Mengurangi konsumsi garam dan memperbanyak minum air putih.
11. Mengkonsumsi makanan tinggi kalsium.
12. Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran.
13. Tumbuhan obat (daun sadewa, mawar, teki, dan sebagainya).
11. Bagaimana prognosis untuk kasus ini?
Secara umum, dismenore tidak akan memburuk. Bahkan dismenore primer biasanya
akan berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan setelah kehamilan. Bila setelah
itu terjadi dismenore sekunder, maka prognosis bergantung pada penatalaksanaan
penyakit yang mendasari dismenore tersebut.
12. Apa saja komplikasi yang bisa ditimbulkan pada kasus ini ?
Pada kasus ini, ibu tersebut mengalami dismenore primer. Dismenore primer tidak akan
mengakibatkan komplikasi kedepannya pada kesehatan si ibu. Hanya saja, rasa nyeri
yang timbul dapat mengganggu aktivitas si ibu. Keadaan ini merupakan kondisi yang
normal terjadi pada sebagian besar dan akan berkurang bahkan hilang seiring
pertambahan umur dan setelah melahirkan.
Lain halnya bila yang terjadi adalah dismenore sekunder. Pada kasus dismenore
sekunder, dismenore nya sendiri adalah akibat dari penyakit penyakit yang mendasari.
Penyakit penyakit tersebut dapat mempengaruhi fertilitas si ibu, seperti contoh
endometriosis.
13. Bagaimana kompetensi dokter umum dalam menangani kasus ini ?
IV. Hipotesis
“Seorang ibu rumah tangga (IRT), 25 tahun, mengalami dismenorrhea primer”
Ini Learning Issue kita untuk tutorial D ini yaaa..
1. Hormon menstruasi
2. Siklus menstruasi
3. Dismenorhea
4. KDU
Mengingat analisis masalah cukup banyak, jadi satu orang masing-masing mendapat
kewajiban memegang 5 pertanyaan, sebagai berikut:
1. Alvin : 1a.1g.2a.4b.9.
2. Endy : 1b.1h.2b.5.10.
3. Abie : 1c.1i.2c.6.11.
4. Yusep : 1d.1j.3a.7.12.
5. Nadiyah : 1e.1k.3b.8.13.
6. Amy : 1a.1f.2a.4a.9.
7. Ade : 1b.1g.2b.4b.10.
8. Inda : 1c.1h.2c.5.11.
9. Wayan : 1d.1i.3a.6.12.
10. Aiai : 1e.1j.3b.7.13
11. Anu : 1f.1k.2b.4a.8.