laporan tutorial

36
LAPORAN TUTORIAL BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS SKENARIO II KELOMPOK A8 : Achmad Nurul Hidayat G!!" A#rili$a$i P%S% G!!"! D&a Sau'i(a Na)mi G!!*" +itria D&,i Lara$$uci G!!-. I/&$ A#rilia Sa'itri G!!!!0 Ri$(y Prati,i P G!!!.. A1amat A2u$ Sam#ur/a G!!3. G&'arit1a Ra44a/i G!!-- 5ati +&4riya/t6 Adi L%P%G!!!7! Ri(6 Sa#utra G!!!." TUTOR : Ra/i Tya$ dr% +AKULTAS KEDOKTERAN UNI9ERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 7!3 1

Upload: gefaritza-rabbani

Post on 06-Oct-2015

104 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

kedokteran komunitas

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIALBLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS SKENARIO II

KELOMPOK A8 :Achmad Nurul HidayatG0011003Aprilisasi P.S.G0011031Dea Saufika NajmiG0011063Fitria Dewi LarassuciG0011097Ines Aprilia SafitriG0011115Risky Pratiwi PG0011177Azamat Agus Sampurna G0011047Gefaritza RabbaniG0011099Jati Febriyanto Adi L.P.G0011121Riko SaputraG0011173

TUTOR :Rani Tyas, dr.

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTATAHUN 2014BAB IPENDAHULUAN

SKENARIO II

Bu Susi Pantang Makan yang Basah-basah Selama Hamil

Bu Susi, umur 38 tahun, G3A0P2 datang periksa kehamilan klinik dokter keluarga ditemani oleh suaminya. Dokter Mira sebagai dokter keluarga menanyakan mengenai struktur keluarga Bu Susi, siklus kehidupan keluarga, membuat genogram, serta menilai faktor risiko internal dan faktor risiko eksternal serta dampak kesakitan terhadap keluarga dalam rangka membuat diagnostik secara holistik dan melakukan penatalaksanaan secara komprehensif. Saat ini dokter Mira memperkirakan umur kehamilan Bu Susi memasuki minggu ke-20. Riwayat persalinan sebelumnya adalah dengan dukun beranak, dan anak pertamanya saat ini berumur 3 tahun, anak kedua 1,5 tahun. Saat ini Bu Susi memeriksakan kehamilannya ke dokter karena takut kejadian perdarahan hebat saat persalinan sebelumnya terulang apalagi 3 tahun terakhir ini Bu Susi dikatakan menderita sakit gula oleh dokter. Dokter melakukan pemeriksaan 7T pada Bu Susi kemudian memberikan edukasi kepada Bu Susi untuk makan makanan yang bergizi tinggi. Namun, Bu Susi mengatakan bahwa dari dulu selama hamil tidak mau makan makanan yang basah seperti telur karena oleh orang tuanya dan orang-orang di sekitarnya dikatakan dapat menyebabkan anak di dalam rahim gelisah dan lukanya lama sembuh. Selain itu, setelah melahirkan, Bu Susi dilarang oleh ibunya memberikan ASInya yang pertama kali keluar dan tidak boleh makan yang amis-amis seperti ikan.Dokter juga mengingatkan Bu Susi untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin karena Bu Susi masuk dalam kriteria 4 terlalu, dan mengingatkan agar segera ke dokter apabila timbul keluhan-keluhan agar tidak terjadi tiga terlambat. Dokter Mira merencanakan untuk melakukan kunjungan rumah, akan memberikan konseling tentang perwatan selama masa nifas dan perawatan untuk bayinya setelah lahir nanti termasuk laktasi, dan persiapan untuk merujuk pasien ke Puskesmas PONED menjelang waktu melahirkan.

BAB IIDISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Seven Jump1. Langkah I : Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario.Dalam skenario ini kami mengklarifikasi istilah sebagai berikut :a. Genogram Genogram mengacu kepada penggunaan diagram secara luas untuk memahami hubungan suatu keluarga setidaknya untuk tiga generasi. Perry, (2010:383) menyebutkan bahwa esensinya, genogram adalah hanya sekedar sebuah diagram structural hubungan keluarga yang mencakup tiga generasi. Secara konseptual,genogramberartisuatu alat dalam model grafis yang menggambarkan asal-usul keluargaklien dalamtigagenerasi, yakni generasidirinya,orang-tuanya dankakek-neneknya. Genogram adalah alat bantu untuk mengetahui tentang sejarah keluarga dari waktu ke waktu dan biasanya menyediakan berbagai macam data dari sebuah generasi keluarga melalui pola hubungan antar anggota keluarga beserta karakteristik yang melekat pada masing-masing anggota keluarga, baik berupa pekerjaan, jenis kelamin, umur, dan berbagai peristiwa yang mengiringi perjalanan sebuah keluarga dari generasi ke generasi.b. Dokter keluarga Dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif, dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.

c. Holistik Menyeluruh, maksudnya dalam memberi pelayanan dokter harus peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial, dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.d. Siklus kehidupan keluarga Istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan-perubahan dalam jumlah anggota, komposisi dan fungsi keluarga sepanjang hidupnya. Siklus hidup keluarga juga merupakan gambaran rangkaian tahapan yang akan terjadi atau diprediksi yang dialami kebanyakan keluarga. Siklus hidup keluarga terdiri dari variabel yang dibuat secara sistematis menggabungkan variable demografik yaitu status pernikahan, ukuran keluarga, umur anggota keluarga, dan status pekerjaan kepala keluarga.e. Komprehensif Penatalaksanaan yang meliputi segi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif.f. Puskesmas PONED Puskesmas rawat inap yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.g. Empat terlalu Terlalu muda untuk hamil (kurang dari 20 tahun) Terlalu tua untuk hamil (kurang dari 35 tahun) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3) Terlalu dekat atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun)h. Tiga terlambat Terlambat mengenali tanda bahaya dalam memutuskan dirujuk ke fasilitas kesehatan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan. Keterlambatan ini biasanya tidak terdeteksi sejak awal karena pelayanan antenatal yang tidak teratur, sehingga menyebabkan kemungkinan melahirkan dengan selamat menjadi lebih kecil.i. Tujuh TPemeriksaan kehamilan dilaksanakan sesuai standar 7T yaitu: Timbang (berat badan) Ukur (Tekanan) darah Ukur (Tinggi) fundus uteri Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid) Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan Tes terhadap penyakit menular sexual Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.j. Konseling Proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebutkonselor/pembimbing) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.2. Langkah II : Menentukan/mendefinisikan permasalahan.Permasalahan pada skenario ini yaitu sebagai berikut :a. Bu Susi, umur 38 tahun, G3A0P2 datang periksa kehamilan klinik dokter keluarga.b. Dokter Mira sebagai dokter keluarga menanyakan mengenai struktur keluarga Bu Susi, siklus kehidupan keluarga, membuat genogram, serta menilai faktor risiko internal dan faktor risiko eksternal serta dampak kesakitan terhadap keluarga dalam rangka membuat diagnostik secara holistik dan melakukan penatalaksanaan secara komprehensif. c. Dokter Mira memperkirakan umur kehamilan Bu Susi memasuki minggu ke-20. d. Riwayat persalinan sebelumnya adalah dengan dukun beranak, dan anak pertamanya saat ini berumur 3 tahun, anak kedua 1,5 tahun. e. Bu Susi memeriksakan kehamilannya ke dokter karena takut kejadian perdarahan hebat saat persalinan sebelumnya terulang apalagi 3 tahun terakhir ini Bu Susi dikatakan menderita sakit gula oleh dokter. f. Dokter melakukan pemeriksaan 7T pada Bu Susi kemudian memberikan edukasi kepada Bu Susi untuk makan makanan yang bergizi tinggi. g. Bu Susi mengatakan bahwa dari dulu selama hamil tidak mau makan makanan yang basah seperti telur karena oleh orang tuanya dan orang-orang di sekitarnya dikatakan dapat menyebabkan anak di dalam rahim gelisah dan lukanya lama sembuh. Selain itu, setelah melahirkan, Bu Susi dilarang oleh ibunya memberikan ASInya yang pertama kali keluar dan tidak boleh makan yang amis-amis seperti ikan.h. Dokter mengingatkan Bu Susi untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin karena Bu Susi masuk dalam kriteria 4 terlalu, dan mengingatkan agar segera ke dokter apabila timbul keluhan-keluhan agar tidak terjadi tiga terlambat. i. Dokter Mira merencanakan untuk melakukan kunjungan rumah, akan memberikan konseling tentang perwatan selama masa nifas dan perawatan untuk bayinya setelah lahir nanti termasuk laktasi, dan persiapan untuk merujuk pasien ke Puskesmas PONED menjelang waktu melahirkan.3. Langkah III : Menganalisis permasalahan dan membuat pertanyaan mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah II).Pertanyaan yang timbul dari permasalahan adalah sebagai berikut :1. Apa fungsi pelayanan klinik dokter keluarga?1. Apa manfaat pelayanan klinik dokter keluarga? 1. Apa tujuan pelayanan klinik dokter keluarga?1. Apa sasaran pelayanan klinik dokter keluarga?1. Apa saja batasan pelayanan klinik dokter keluarga?1. Apa saja prinsip pelayanan klinik dokter keluarga? 1. Apa karakteristik pelayanan klinik dokter keluarga?1. Apa saja peran dokter keluarga di Indonesia?1. Apa kekurangan dokter keluarga? 1. Bagaimana bentuk nyata dari dokter keluarga? 1. Apa saja manfaat dari :10. Struktur keluarga10. Siklus kehidupan keluarga10. Genogram 10. Faktor risiko internal dan eksternal10. Diagnostik holistik10. Penatalaksanaan secara komprehensif1. Bagaimana tata cara perujukan layanan primer ke sekunder?1. Apa saja pelayanan dari puskesmas PONED?1. Apa saja syarat untuk menjadi puskesmas PONED?4. Langkah IV : Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan pernyataan sementara mengenai permasalahan pada Langkah III.1. Apa manfaat pelayanan klinik dokter keluarga? a. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan yang disampaikan.b. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan.c. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah, terutama di tengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.d. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan suatu masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai masalah lainnya.e. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan ataupun keterangan keadaan sosial dapat dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.f. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan psikologis.g. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.h. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang memberatkan biaya kesehatan.(Cambridge Research Institute, 1976)2. Apa tujuan pelayanan klinik dokter keluarga? A. Tujuan UmumTujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.B. Tujuan Khusus Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteraan yang lebih efektif. Hal ini disebabkan karena dalam menangani suatu masalah kesehatan, perhatian tidak ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada pasien sebagai manusia seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari anggota keluarga dengan lingkungannya masing-masing. Dengan diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan diharapkan lebih memuaskan. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteraan yang lebih efisien. Pelayanan dokter keluarga yang lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit serta di selenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dapat menghindarkan dari pemeriksaan yang berulang-ulang yang besar peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan dan pada gilirannya akan menurunkan biaya kesehatan. (Sumber : Buku dr. Arsita )3. Apa saja prinsip pelayanan klinik dokter keluarga? Sembilan prinsip dasar pelayanan kedokteran keluarga :1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif1. Pelayanan yang kontinu1. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan1. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif1. Penanggulangan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya1. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan keluarga, dan lingkungan tempat tinggalnya1. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hokum1. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan1. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu4. Apa karakteristik pelayanan klinik dokter keluarga?Menurut Ikatan Dokter Indonesia melalui Muktamar ke-18 di Surakarta tahun 1982 merumuskan karakteristik pelayanan dokter keluarga sebagai berikut:a. Melayani penderita tidak hanya sebagai perorang, melainkan sebagai anggota satu keluarga, dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya.b. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang disampaikan.c. Mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit, dan mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin.d. Mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan, dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.e. Menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama, dan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.5. Apa kekurangan dokter keluarga? Kurangnya payung hukum tentang dokter keluarga di Indonesia Dokter keluarga masih belum dapat sepenuhnya diterapkan di Indonesia karena lulusan dokter umum belum sepenuhnya mendapatkan ilmu tentang kompetensi dokter keluarga sehingga diharuskan menempuh pendidikan dokter keluarga. Tidak meratanya persebaran dokter di Indonesia sehingga tidak maksimalnya pelayanan primer di setiap daerah Paradigma masyarakat yang belum mengerti tentang dokter keluarga sehingga memilih langsung ke pelayanan sekunder (dokter spesialis). Sistem rujukan dari dokter keluarga ke dokter spesialis atau antar dokter keluarga yang belum jelas.6. Bagaimana bentuk nyata dari dokter keluarga?Mekanisme dan jenjang pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh tenaga kesehatansebenarnya atau idealnya, ada tiga tahap pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat. Ketiga tahap pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut; pertama,Pelayanan Tingkat Primer. Pelayanan di sini diselenggarakan oleh Dokter Praktik Umum atau yang selama ini dikenal dengan sebutan Dokter Umum. Tahap ini merupakan kontak pertama pasien dengan dokter yang biasanya bertempat di Klinik Pribadi, Klinik Dokter Bersama, Puskesmas, Balai Pengobatan, Klinik Perusahaan, atau Poliklinik Umum di rumah sakit, dsb.Kedua,`Pelayanan Tingkat Sekunder. Jika diangap perlu, pasien akan dirujuk ke Pelayanan Tingkat Sekunder. Untuk itu dokter praktik umum akan menulis surat konsultasi atau rujukan kepada tenaga kesehatan yang lebih ahli, dalam hal ini dokter spesialis.Ketiga,Pelayanan Tingkat Tersier. Jika masalahnya juga tidak dapat atau tidak mungkin diselesaikan oleh pelayanan di tingkat sekunder maka pasien akan dikirim ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu pasien akan dirujuk kepada dokter konsultan atau subspesialis.Setiap pasien semestinya harus ke pelayanan kesehatan primer terlebih dulu untuk semua masalah kesehatan yang dihadapinya. Perkecualian tentu saja ada, misalnya untuk kasus kedaruratan yang parah, pasien bisa langsung ke unit gawat darurat terdekat di manapun. Jika masalah pasien telah ditangani di tingkat sekunder atau tersier, maka pasien akan dikembalikan ke dokter umumnya untuk mendapatkan perawatan lanjutan.Pada dasarnya dokter keluarga adalah dokter praktik umum yang bertugas menyelenggarakan pelayanan primer. Beberapa negara masih menggunakan istilah dokter praktik umum, karena memang lulusan dokter yang keluar dari pendidikan kedokteran memang telah memiliki keterampilan khusus dokter keluarga, dan sistem pelayanan dokter keluarga telah digunakan secara menyeluruh di negara tersebut. sedang kan beberapa negara termasuk Indonesia belum menerapkan sistem pelayanan dokter keluarga ini. Lulusan-lulusan dokter dari berbagai institusi pendidikan kedokteran di Indonesia juga belum memiliki kompetensi dokter keluarga.Di Indonesia memang dokter di Puskesmas belum menerapkan fungsi DK, karena masih terbentur oleh sistem. Yang kedua terbentur pada dokternya sendiri yang belum menguasai prinsip pelayanan DK. Sistem itu begini, sebenarnya sudah ada bahwa pelayanan kedokteran itu terdiri dari pelayanan primer, sekunder, dan tersier. Sistem yang ada di program Depkes juga menyebutkan Puskesmas itu hanya melayani Unit Kesehatan Masyarakat (UKM), namun yang terjadi Unit Kesehtan Personal (UKP)-nya tidak terlayani.Mungkin saja terlayani, tapi tidak manfaatnya kurang terasa. Konsep itu yang seharusnnya ada, namun dilapangan kenyataannya tidak seperti itu. PDKI menghendaki UKM dan UKP berjalan di sebagaimana mestinya, bagaimana UKP adalah bagian dari UKM, dan bisa dikatakan Puskesmas adalah klinik DK. Selain peranannya sebagai UKMNamun, ada banyak hal yang menjadi hambatan bagi pelaksanaan secara komprehensif sistem pelayanan dokter keluarga. Sebagian besar masyarakat masih belum mengerti denagn peran sistem pelayanan kesehatan dokter keluarga, serta mekanisme pelayanan kesehatan berjenjang. Akibatnya, sebagian masayarakat masih datang ke tempat pelayanan kesehatan sekunder untuk wilayah kerja yang harusya mampu ditangani oleh pelayanan primer. Ini tentu saja, menyebabkan biaya kesehatan yang dikelurkan oleh masyarat menjadi jauh lebih mahal. Selain itu, sistem pembiayaan kesehatan berbasis asuransi yang masih belum bisa terlaksana maksimal juga menghambat terlaksananya sistem pelayanan kesehatan dokter keluarga. Dan paradigma sakit yang menyebabkan banyaknya alokasi pembiayaan pada tahap pengobatan dan rehabilitatif paska sakit, bukan ke paradigma sehat yang lebih mengutamakan promotif dan preventif sehingga dengan harga yang murah dapat menekan angka kesakitan (Santrock, 2004).5. Langkah V : Merumuskan tujuan pembelajaran.1. Apa fungsi pelayanan klinik dokter keluarga? Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004) :a. Care Provider(Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan sebagai bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya, dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu, dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud hubungan profesional dokter-pasien yang saling menghargai dan mempercayai.Juga sebagai pelayanan komprehensif yang manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan dipertangungjawabkanb. Comunicator(Penghubung atau Penyampai Pesan)Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif sehingga memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan memelihara kesehatannya sendiriserta memicu perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri kepada pasien dan komunitasnyac. Decision Maker(Pembuat Keputusan)Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi kedokteran berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan harapan pasien, nilai etika,cost effectivenessuntuk kepentingan pasien sepenuhnyadan membuat keputusan klinis yang ilmiah dan empatikd. ManagerYang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam maupun di luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitasnya berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik, sehat, sejahtera, dan bijaksanae. Community Leader(Pemimpin Masyarakat)Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya, menyearahkan kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakatdan menjadi panutan masyarakat.

2. Apa sasaran pelayanan klinik dokter keluarga?Sesuai dengan batasan yang dimiliki, sasaran yang dimaksudkan di sini adalah keluarga sebagai satu unit. Kesehatan keluarga meliputi kesehatan suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya (UU No.23 tahun 1992).3. Apa saja batasan pelayanan klinik dokter keluarga? Pada saat ini, batasan dokter keluarga banyak macamnya. Beberapa di antaranya yang dipandang cukup penting adalah :3. Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, gender, ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter keluarga adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut. Tanpa membedakan ras, budaya, dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar belakang budaya, sosioekonomi, dan psikologis pasien. Dokter ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan bersinambung bagi pasiennya (WONCA, 1991).3. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (Ikatan Dokter Indonesia, 1982).3. Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu keluarga, dan apabila kebetulan berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak mampu ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli yang sesuai (The American Board of Family Practice, 1969).3. Dokter keluarga adalah dokter yang melayani masyarakat sebagai kontak pertama yang merupakan pintu masuk ke sistem pelayanan kesehatan, menilai kebutuhan kesehatan total pasien dan menyelenggarakan pelayanan kedokteran perseorangan dalam satu atau beberapa cabang ilmu kedokteran serta merujuk pasien ke tempat pelayanan lain yang tersedia, sementara tetap menjaga kesinambungan pelayanan, mengembangkan tanggung jawab untuk pelayanan kesehatan menyeluruh dan berkesinambungan, serta bertindak sebagai koordinator pelayanan kesehatan, menerima tanggung jawab untuk perawatan total pasien termasuk konsultasi sesuai dengan keadaan lingkungan pasien, yakni keluarga atau unit sosial yang sebanding serta masyarakat (The American Academic of General Practice, 1947).3. Dokter keluarga adalah dokter yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan personal, tingkat pertama, menyeluruh dan berkesinambungan kepada pasiennya yang terkait dengan keluarga, komunitas serta lingkungan di mana pasien tersebut berada (Singapore College of General Practitioners, 1987).Batasan pelayanan dokter keluarga banyak macamnya. Dua di antaranya yang dipandang cukup penting adalah:1. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja (The American Academy of Family Physician, 1969).2. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan spesialis yang luas yang bertitik tolak dari suatu pokok ilmu yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu lainnya terutama ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu bedah serta ilmu kedokteran jiwa, yang secara keseluruhan membentuk kesatuan yang terpadu, diperkaya dengan ilmu perilaku, biologi dan ilmu - ilmu klinik, dan karenanya mampu mempersiapkan dokter untuk mempunyai peranan yang unik dalam menyelenggarakan penatalaksanaan pasien, penyelesaian masalah, pelayanan konseling, serta dapat bertindak sebagai dokter pribadi yang mengkoordinasikan seluruh pelayanan kesehatan (The American Academy of Family Physician, 1969).Kedua batasan ini sekalipun dikemukakan oleh satu organisasi yang sama, yakni The American Academy of Family Physician, rumusannya tidaklah sama. Rumusan yang pertama, karena menunjuk pada karakteristik pelayanan, lebih ditujukan untuk kepentingan penyelenggaraan pelayanan. Sedangkan rumusan yang kedua, karena lebih menunjuk pada penerapan disiplin ilmu, lebih ditujukan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan (disarikan dalam artikel Arsita E.,dr.,M.Kes ).4. Apa saja peran dokter keluarga di Indonesia? Memberikan pelayanan kesehatan yang holistik, yang tidak hanya memperhatikan penyakit yang sedang diderita pasien saja namun memandang pasien sebagai manusia seutuhnya (biopsikososial) dan pelayanan kesehatan yang komprehensif.

5. Apa saja manfaat dari :a. Struktur keluarga Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas: A. Pola dan Proses Komunikasi Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever. Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah: 1) Karakteristik pengirim yang berfungsi Yakin ketika menyampaikan pendapat Jelas dan berkualitas Meminta feedback Menerima feedback 2) Pengirim yang tidak berfungsi Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif) Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya) Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk, normal/tidak normal, misal: kamu ini bandel..., kamu harus... Tidak mampu mengemukakan kebutuhan Komunikasi yang tidak sesuai 3) Karakteristik penerima yang berfungsi Mendengar Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman) Memvalidasi 4) Penerima yang tidak berfungsi Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar Diskualifikasi, contoh : iya dech.....tapi.... Offensive (menyerang bersifat negatif) Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi) Kurang memvalidasi 5) Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira Komunikasi terbuka dan jujur Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga Konflik keluarga dan penyelesaiannya 6) Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu) Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi Kurang empati Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri Tidak mampu memfokuskan pada satu isu Komunikasi tertutup Bersifat negatif Mengembangkan gosip B. Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak. Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga. Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual C. Struktur kekuatanKekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif. Tipe struktur kekuatan: Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap anak) Referent power (seseorang yang ditiru) Resource or expert power (pendapat ahli) Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima) Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya) Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi) Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual) Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti: Konsensus Tawar menawar atau akomodasi Kompromi atau de facto Paksaan D. Nilai-nilai keluargaNilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.b. Siklus kehidupan keluarga A. Tahapan siklus hidup keluarga menurut Carter dan McGoldrick (1988, dalam Santrock, 2004) :1. Tahap Meninggalkan Rumah dan Menjadi Individu Dewasa Lajang. Tahap ini tidak selalu terjadi di budaya kita, karena banyak orang dewasa memilih tinggal di rumah orangtuanya. Yang pasti, ketika sudah mulai kuliah, biasanya seseorang jadi jauh lebih mandiri dibandingkan usia sebelumnya. Yang cukup banyak terjadi di budaya kita adalah beberapa individu dewasa yang sudah memiliki penghasilan ikut membayar beberapa pengeluaran di rumah, sementara yang belum punya penghasilan membantu mengurus rumah. Kemandirian ini (mulai melepas pengaruh orangtua) penting lho dalam tahapan hidup berkeluarga. Justru mereka yang masih terlalu tergantung pada orangtuanya di tahap ini (misalnya masih terus mengharap dibayari oleh orangtua) seringkali mengalami masalah dalam kehidupan berkeluarganya kelak.2. Tahap Pasangan Baru. Tahap ini terjadi di bulan-bulan pertama pernikahan. Pada tahap ini terjadi beberapa perubahan peran, mulai dari sepasang kekasih menjadi suami dan istri. Dalam budaya kita, kebanyakan orang sudah menyadari bahwa ketika menikah, dia juga harus menyesuaikan diri dengan keluarga besar pasangan. Pada tahap ini biasanya individu yang menikah mengubah beberapa perilakunya sehingga sesuai dengan pasangannya. Contohnya apabila biasanya ia pulang dari kantornya sesukanya, kini mungkin ia berusaha menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat agar bisa segera pulang. Contoh lain adalah mereka yang kemudian jadi punya kebiasaan baru untuk memasak sarapan. Beberapa pertengkaran besar mungkin terjadi pada tahap ini karena baik suami dan istri sedang berusaha menyesuaikan diri dengan peran baru sebagai suami / istri, juga sebagai menantu, dan bagian baru dari lingkungan pasangan. Berbagai pembelajaran juga terjadi pada saat ini, terutama kalau pasangan bisa bertengkar dengan cara yang baik.3. Tahap Menjadi Orangtua. Banyak yang mengatakan bahwa tahap ini terjadi setelah anak lahir. Kenyataannya tahap ini sudah terjadi sejak pasangan menyadari kehamilan sang istri. Bukankah setelah sadar hamil, maka mulai ada beberapa perubahan perilaku, seperti usaha menjaga asupan makanan, istirahat lebih banyak, pemeriksaan kehamilan, juga membeli barang yang akan digunakan untuk anak kelak? Tahap ini terjadi setidaknya sampai anak memasuki masa remajanya. Sampai pada tahap itu idealnya pasangan yang kini menjadi orangtua memiliki visi dan misi yang sejalan dan dapat saling mendukung, karena inilah yang akan membuat anak tumbuh dan berkembang optimal. Kenyataannya banyak pasangan yang justru mengalami pertengkaran terhebatnya pada tahap ini, karena berbagai kelemahan personal dan ketidaksiapannya menjadi orangtua. Pada budaya kita, keluarga besar seringkali punya peran pula dalam tahap ini, dan tantangan ini harus disikapi secara tepat.4. Tahap Keluarga dengan Remaja. Ini merupakan salah satu tahap yang paling menantang dalam kehidupan berkeluarga. Anak yang tadinya penurut cenderung jadi remaja tak penurut, dan ini merupakan perkembangan normal. Anak yang sebelumnya sulit diatur, jadi remaja yang jauh lebih sulit diatur. Orangtua yang sudah terbiasa mengatur dengan cara yang telah berhasil pada tahap sebelumnya cenderung mengalami kesulitan, dan tentu saja ini jadi tantangan tersendiri dalam hidup bersama pasangan. Apabila pasangan memang betul-betul siap dan trampil menjadi pasangan dan menjadi orangtua, tantangan besar ini akan lebih mudah dihadapi.5. Tahap Keluarga dengan Anak Dewasa, artinya anak yang mereka besarkan saat ini sudah menjadi dewasa mandiri. Anak dari pasangan ini mungkin sudah atau belum menikah, tapi belum punya keturunan. Beberapa pasangan merasa lebih dekat satu sama lain di tahap ini, karena masa-masa mengasuh anak telah mereka lewati bersama. Beberapa pasangan lain justru menjadi asing satu sama lain, terutama mereka yang pada tahap-tahap sebelumnya kurang memahami cara berkomunikasi yang hangat.6. Tahap Keluarga di Masa Pensiun. Pensiun mengubah cara hidup keluarga, biasanya karena tanggung jawab untuk bekerja dan penghasilan menjadi sangat berkurang dibandingkan sebelumnya. Selain itu terjadi pula perubahan fisik, beberapa orang mengalami sakit berkepanjangan dan butuh beraneka perawatan. Cucu yang telah dilahirkan anak mereka juga menjadikan pasangan sebagai nenek dan kakek, dan ini membedakan pula kondisi psikologis mereka. Meninggalnya pasangan menjadikan individu sebagai janda / duda, dan ini adalah tantangan tersendiri.B. Manfaat siklus hidup keluarga: 1. Menunjukan interaksi antara anggota keluarga. Peristiwa-peristiwa seperti kelahiran, kematian, dan perubahan umur atau status anak, tidak hanya mempengaruhi individu-individu yang bersangkutan, tetapi juga anggota keluarga yang lain.2. Memperjelas pengaruh yang kontinu dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahap-tahap awal siklus terhadap kehidupan keluarga sampai akhir siklus tersebut.3. Menghilangkan konsepsi yang salah tentang keluarga, misalnya pandangan bahwa keluarga hanya melewati satu atau dua tahap tertentu saja.4. Merupakan suatu ringkasan yang penting tentang pengaruh gabungan faktor-faktor fertilitas, mortalitas, nupsialitas dengan faktor-faktor ekonomi dan kebudayaan.5. Dapat menjelaskan bermacam-macam variasi kegiatan sosial demografi dan sosial ekonomi.c. Genogram 1. Memberi gambaran lebih mengenai dinamika keluarga, khususnya hubungan antara anggota keluarga2. Menilai secara keseluruhan kesatuan keluarga3. Menilai kekuatan, kelemahan, dan kemampuan menahan stress di masa datang

d. Faktor risiko internal dan eksternal Faktor risiko internalSeperti pengaruh genetik, gaya hidup, kepribadian, usia, gender, kebiasaan yang menunjang terjadinya penyakit Faktor risiko eksternalBerasal dari lingkungan (keluarga, tempat kerja, tetangga, budaya), pemicu biopsikososial keluarga dan lingkungan dalam kehidupan pasien hingga mengalami penyakit seperti yang ditemukanDengan mengetahui faktor risiko internal dan eksternal maka jelas dapat membantu seorang dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan yang holistik, yang tidak hanya memperhatikan penyakit yang sedang diderita pasien saja namun memandang pasien sebagai manusia seutuhnya (biopsikososial) dan pelayanan kesehatan yang komprehensif, karena mengetahui berbagai hal yang dapat berpeluang sebagai celah seorang pasien itu mengalami sakit tertentu di kemudian hari sehingga dilaksanakan upaya promotif dan preventif. Apabila sudah terlanjur sakit, maka dapat dilakukan upaya kuratif dan rehabilitatif yang tepat.Faktor risiko internal dan eksternal juga bermanfaat untuk mengetahui penyakit yang mungkin timbul pada pasien, dengan mengidentifikasi pasien termasuk ke dalam kelompok risiko rendah, sedang, atau tinggi untuk penyakit tersebut. Selanjutnya, dokter dapat melakukan langkah promotif dan preventif untuk mengurangi risiko penyakit tersebut kedepannya.e. Diagnostik holistik Dengan meninjau dari berbagai aspek, diharapkan hasil diagnosis akan lebih akurat dan pasien dapat ditangani dengan lebih baik. f. Penatalaksanaan secara komprehensif Adanya tahap rehabilitatif dalam penatalaksanaan yang komprehensif ditujukan agar pasien dapat kembali ke kondisi normalnya, dan organ yang mengalami gangguan bisa kembali ke fungsinya semula. Penatalaksanaan komprehensif diberikan dokter keluarga berdasarkan diagnostik holistik. Adapun tatalaksana yang diberikan berupa tatalaksana :1. Promotif Upaya untuk meningkatkan kesehatan dengan mempengaruhi faktor predisposisi, ketersediaan fasilitas dan sikap serta perilaku petugas dan peraturan UU baik dengan menggunakan metode penyuluhan, konseling, pemberdayaan keluarga maupun pelatihan untuk tenaga kesehatan.2. Preventif Upaya pencegahan dengan general and specific protection, early diagnostic and prompt treatment, dan dissability limitation.3. Kuratif Upaya pengobatan terutama dengan medikamentosa yang sesuai dengan Evidence Based Medicine.4. Rehabilitatif 4. Bagaimana tata cara perujukan layanan primer ke sekunder? Syarat dalam merujuk pasien dari pelayanan kesehatan primer ke pelayanan kesehatan sekunder:a. TimeJika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada kondisi kronis atau melewati gold period.b. AgeJika usia pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan meningkatkan risiko komplikasi serta kondisi penyakit lebih berat.c. ComplicationJika komplikasi dapat memperburuk kondisi pasien.

d. ComorbidityJika terdapat keluhan atau penyakit yang dapat memperburuk kondisi pasien. Karakteristik rujukan antara lain1. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pada rujukan pelayanan Dokter keluarga tidak bersifat total, melainkan hanya untuk masalah penyakit yang sedang ditanggulangi saja. Sedangkan masalah penyaki lainnya atau kesehatan pasien secara keseluruhan, tetap berada di tangan dokter keluarga.1. Dalam melakukan rujukan pasien dalam pelayanan dokter keluarga, pertimbangan tidak hanya atas dasar keadaan penyakit pasien saja, melainkan keadaan sosial ekonomi keluarga secara keseluruhan.1. Tujuan rujukan pada pelayanan dokter keluarga tidak terbatas hanya pada penyembuhan penyakit dan ataupun pemulihan status kesehatan saja, melainkan juga peningkatan derajat kesehatan dan ataupun pencegahan penyakit. Secara umum, menurut Mc Whinney (1981), pembagian wewenang dan tanggung jawab antara dokter keluarga dan dokter konsultan dapat dibedakan atas empat macam 1. Dokter keluarga menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter keluarga tidak ikut menanganinya. Rujukan ini disebut rujukan interval.1. Dokter keluarga menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja. Rujukan ini disebut rujukan kolateral1. Dokter keluarga menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.Rujukan ini disebut rujukan silang1. Dokter keluarga, sesuai dengan masalah kesehatan yang ditangani, menyerahkan wewenang dan tanggung jawab penangananpenderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab tersebut, dokter keluarga tidak ikut campur. Rujukan ini disebut rukukan terpecah5. Apa saja pelayanan dari puskesmas PONED? NOKewenangan Kemampuan

MATERNAL

1.Perdarahan padakehamilan muda0. Diagnosis abortus, mola hidatidosa, kehamilan ektopik0. Resusitasi, stabilisasi0. Evakuasi sisa mola dengan verbocain0. Culdocentesis0. Pemberian cairan0. Pemberian antibiotika0. Evaluasi Kontrasepsi pasca keguguran

2Perdarahan postpartum Diagnosis atonia uteri, perdarahan jalan lahir, sisa plasenta, kelaianan pembekuan darah0. Kompresi bimanual0. Kompresi aortal0. Plasenta manual0. Penjahitan jalan lahir0. Restorasi cairan0. Pemantauan keseimbangan cairan0. Pemberian anti bioti ka0. Pemberian zat vasoaktif0. Pemantauan pasca tindakan Rujukan bila di perlukan

3. Hipertensi dalamkehamilan Diagnosis hipertensi dalam kehamilan. Diagnosis preeklamsi- eklamsi Resusitas Stabilisasi Pemberian MgSO4 dan penanggulangan intoksikasi MgSO4 Induksi/akselerasi persalinan Persalinan berbantu (ekstraksi vakum dan forceps) Pemantauan pasca tindakan Pemberian MgSO4 hingga 24 jam post partum Rujukan bila di perlukan

4.Persalinan macet Diagnosis persalinan macet Diagnosis dystonia bahu/kala II lama Akselerasi persalinan pada inertia uteri hipotoni Tindakanekstraksi vakum/forceps/melahirkan distosia bahu

5.Ketuban pecah sebelum waktunya dan sepsis Diagnosis ketuban pecah sebelum waktunya Diagnosis sepsis Induksi/ akselerasi persalinan Anti bioti ka profi laksis/terapeuti k terhadap chorioamnionitis Tindakan persalinan berbantu (assisted labor) pada kalaII lama/exhausted Pemberian zat vasoaktif Pemberian anti bioti ka pada sepsis Pemantauan pasca ti ndakan Rujukan apabila di perlukan

6. Infeksi Nifas Diagnosis infeksi nifas (metritis, mastitis, pelvio-peritonitis, thrombophlebitis) Penatalaksanaan infeksi nifas sesuai dengan penyebabnya (memberikan uterotonika, antibiotika,dan zat vasoaktif) Terapi cairan pada infeksi nifas/thrombophlebitis Drainase abses pada abses mammae dan kolpotomi pada abses pelvis Pemantauan pasca ti ndakan Rujukan bila di perlukan.

NEONATAL

1.Asfiksia pada neonatal Peletakan bayi pada meja resusitasi dan dibawa radiant warmer Resusitasi (venti lasi dan pijat jantung)pada asfiksia. Terapi oksigen Koreksi asam basa akibat asfiksia Intubasi (apabila diperlukan) Pemantauan pasca tindakan termasuk menentukan resusitasi berhasil atau gagal.

2.Gangguan nafaspada bayi baru lahir. Penyebab dan tingkatan gangguan nafas pada bayi baru lahir Terapi oksigen Resusitasi bila di perlukan Manajemen umum dan spesifik (lanjut) gangguan pernafasan. Pemantauan pasca ti ndakan. Rujukan bila di perlukan

3.Bayi Berat LahirRendah (BBLR) Diagnosis BBLR dan penyulit yang sering ti mbul (hipotermia, hipoglikemia, hiperbilirubinemia, infeksi/ sepsis,dan gangguan minum) Penyebab BBLR dan factor predisposisi Pemeriksaan fisik Penentuan usia gestasi Komplikasi pada BBLR Pengaturan pemberian minum/ jumlah cairan yang dibutuhkan bayi. Pemantauan kenaikan BB Penilaian tanda kecukupan pemberian ASI

4.Hipotermi pada bayi baru lahir Diagnosis hipotermi Menghangatkan bayi dengan incubator

5.Hipoglikemi dari ibu dengan diabetesmillitus Diagnosis hipoglikemi berdasarkan hasil pengukuran kadar glukosa darah Pemberian glukosa mengikuti GIR (Glucose Infusion rate), termasuk pemberian ASI apabila memungkinkan.

6.Ikterus Diagnosis icterus berdasarkan kadar bilirubin serum atau metode kremer Pemeriksaan klinis icterus pada hari pertama, hari kedua, hari keti ga dan seterusnya untuk perkiraan klinis derajat icterus Diagnosis banding icterus Pemberian ASI Penyinaran

7.Kejang padaNeonatus Diagnosis kejang pada neonates Tatalaksana penggunaan fenobarbital atau fenitoin Pemeriksaan penunjang Pemberian terapi suportif Pemantauan hasil penatalaksanaan

8.Infeksi Neonatus Diagnosis infeksi neonatal Pemberian anti biotic Menjaga fungsi respirasi dan kardiovaskuler

Sumber: Kurikulum Pelatihan Pelayanan Obstetri-Neonatal Emergensi Dasar (PONED) Kementerian Kesehatan RI, Pusdiklat Aparatur 20116. Apa saja syarat untuk menjadi puskesmas PONED? Sesuai definisi, puskesmas mampu PONED adalah Puskesmas rawat inap yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Kriteria peningkatan fungsi puskesmas rawat inap menjadi puskesmas mampu poned adalah :1. Kriteria Puskesmas yang siap untuk ditingkatkan menjadi Puskesmas mampu PONED:1. Puskesmas rawat inap yang dilengkapi fasilitas untuk pertolongan persalinan, tempat tidur rawat inap sesuai kebutuhan untuk pelayanan kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi.1. Letaknya strategis dan mudah diakses oleh Puskesmas/ Fasyankes non PONED dari sekitarnya.1. Puskesmas telah mampu berfungsi dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan tindakan mengatasi kegawat-daruratan, sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya serta dilengkapi dengan sarana prasarana yang dibutuhkan.1. Puskesmas telah dimanfaatkan masyarakat dalam/luar wilayah kerjanya sebagai tempat pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat inap serta persalinan normal.1. Mampu menyelenggarakan UKM dengan standar.1. Jarak tempuh dari lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan Puskesmas non PONED ke Puskesmas mampu PONED paling lama 1 jam dengan transportasi umum mengingat waktu paling lama untuk mengatasi perdarahan 2 jam dan jarak tempuh Puskesmas mampu PONED ke RS minimal 2 jam.1. Kriteria Puskesmas mampu PONED.1. Memenuhi kriteria butir 1.1. Mempunyai Tim inti yang terdiri atas Dokter, Perawat dan Bidan sudah dilatih PONED, bersertifi kat dan mempunyai kompetensi PONED, serta tindakan mengatasi kegawatdaruratan medik umumnya dalam rangka mengkondisikan pasien emergensi/komplikasi siap dirujuk dalam kondisi stabil.1. Mempunyai cukup tenaga Dokter, Perawat dan Bidan lainnya, yang akan mendukung pelaksanaan fungsi PONED di Puskesmas/ Fasyankes ngkat dasar.1. Difungsikan sebagai Pusat rujukan antara kasus obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi, dalam satu regional wilayah rujukan kabupaten1. Puskesmas telah mempunyai peralatan medis, non medis, obat-obatan dan fasilitas tindakan medis serta rawat inap, minimal untuk mendukung penyelenggaraan PONED (terlampir).1. Kepala Puskesmas mampu PONED sebagai penanggungjawab program harus mempunyai kemampuan manajemen penyelenggaraan PONED1. Puskesmas mampu PONED mempunyai komitmen untuk menerima rujukan kasus kegawat-daruratan medis kasus obstetri dan neonatal dari Fasyankes di sekitarnya.1. Adanya komitmen dari para stakeholders yang berkaitan dengan upaya untuk memfungsikan Puskesmas mampu PONED dengan baik yaitu:1. RS PONEK terdekat baik milik pemerintah maupun swasta, bersedia menjadi pengampu dalam pelaksanaan PONED di Puskesmas1. Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota bersama RS kabupaten/kota dan RS PONEK terdekat dalam membangun sistem rujukan dan pembinaan medis yang berfungsi efekif-efisien.1. Adanya komitmen dukungan dari BPJS Kesehatan untuk mendukung kelancaran pembiayaan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dalam rangka Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)1. Dukungan Bappeda dan Biro Keuangan Pemda dalam pengintegrasian perencanaan pembiayaan Puskesmas mampu PONED dalam sistem yang berlaku.1. Dukungan Badan Kepegawaian Daerah dalam kesinambungan keberadaan PONED di Puskesmas1. Dukungan politis dari Pemerintah daerah dalam bentuk regulasi (Perbup, Perwali atau SK Bupati /Walikota) dalam mempersiapkan sumber daya dan atau dana operasional, untuk berfungsinya Puskesmas mampu PONED secara efektif dan efisien.1. Seluruh petugas Puskesmas mampu PONED melakukan pelayanan dengan nilai-nilai budaya: kepuasan pelanggan adalah kepuasan petugas Puskesmas, berkomitmen selalu memberi yang terbaik, memberi pelayanan dengan hati (dengan penuh rasa tanggung jawab untuk berkarya dan berprestasi mandiri bukan karena diawasi), peduli pada kebutuhan masyarakat, selalu memberikan yang terbaik pada setiap pelanggan (Kemenkes RI, 2013).6. Langkah VI : Mengumpulkan informasi baru. Mahasiswa mencari informasi di rumah.7. Langkah VII : Melaporkan, membahas dan menata kembali informasi baru yang diperoleh.Hasil dari Langkah VII akan dijelaskan di Pembahasan.

BAB IIIPEMBAHASAN

Pada skenario 2 ini, Bu Susi dengan umur 38 tahun, G3A0P2 datang periksa kehamilan klinik dokter keluarga. Dari data-data yang diperoleh, dokter keluarga memberi diagnosis holistik dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosial dimana pada aspek biologis, ibu usia 38 yahun, G3A0P2 usia kehamilan 20 minggu, anak pertama berumur 3 tahun, anak kedua berumur 1,5 tahun, terdapat riwayat persalinan sebelumnya di dukun beranak dengan perdarahan hebat dan riwayat sakit gula 3 tahun. Untuk aspek psikologis, pasien mengalami kecemasan akan riwayat persalinan sebelumnya dan riwayat gulanya. Sedangkan untuk aspek sosial masih dianggapnya tabu mengenai makanan (kepercayaan di keluarga dan daerahnya tentang pantangan makan) yang mempengaruhi perilaku kesehatan. Oleh karena itu, dalam penanganan terhadap pasien, dokter terlebih dahulu mengenal kondisi keluarga lebih dalam melalui struktur keluarga, siklus kehidupan keluarga, faktor risiko internal dan eksternal serta genogram keluarga untuk menyusun rencana pelayanan kesehatan yang komprehensif. Selain itu, dokter juga harus memberi nasihat kepada pasien untuk melakukan upaya pencegahan agar bayi dapat lahir dengan selamat. Upaya yang bisa dilakukan adalah memelihara kesehatan ibu hamil, asuhan nifas dan pasca salin serta pemeliharaan kesehatan bayi. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan dengan menghindari beberapa hal seperti alkohol, rokok, kecapaian, stres, obat-obatan, makanan, dan lain-lain. Selain itu dilakukan pula pemeriksaan kehamilan (ANC) yang dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan sesuai anjuran WHO yaitu 1 kali pada trimester1, 1 kali pada trimester 2, dan 2 kali pada trimester 3. Untuk asuhan nifas, diberikan penyuluhan kepada ibu hamil bahwa masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kira-kira 6-8 minggu. Perubahan yang terjadi pada ibu selama masa nifas adalah perubahan fisik ibu, involusi uterus dan pengeluaran lokhea, laktasi, perubahan brbagai sistem tubuh, perubahan psikologis ibu. Tujuan asuhan masa nifas sendiri adalah untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik dan psikologis; melaksanakan deteksi secara komprehensif apabila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya; memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat; serta memberikan pelayanan KB.Promosi kesehatan juga perlu dilakukan untuk menghilangkan kepercayaan mengenai makanan yang dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang. Promosi kesehatan yang dilakukan adalah dengan merubah pada enabling factor ini dengan metode yang efektif (misal konseling, penyuluhan, dan sebagainya) baik sasaran ibu dan keluarga maupun sasaran sekunder dan tersier (kader, ketua RT/RW, tokoh masyarakat). Sehingga setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 puskesmas mampu PONED agar ibu hamil dapat berada sedekat mungkin dengan sarana PONED agar dapat menerima penanganan secepat mungkin untuk kehamilannya dan pada akhirnya dapat menurunkan angka kematian ibu maupun bayi.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN0. Sebagai dokter keluarga, menyusun diagnosis holistik dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosial.0. Mengenal kondisi keluarga lebih mendalam melalui struktur keluarga, siklus kehidupan keluarga, faktor risiko internal dan eksternal, serta genogram keluarga untuk menyusun rencana pelayanan kesehatan yang komprehensif baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.0. Melakukan upaya pemeliharaan kesehatan ibu hamil, asuhan nifas dan pasca salin, serta pemeliharaan kesehatan bayi.0. Tujuan dan fungsi puskesmas PONED.

B. SARAN0. Untuk kelancaran tutorial sebaiknya sebelumnya ada kuliah pengantar terlebih dahulu supaya mahasiswa mengetahui hal-hal apa saja yang harus diketahui mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran pada skenario.0. Pada skenario, sebaiknya diberi beberapa keywords agar dapat membantu mahasiswa dalam mencari permasalahan yang sesuai.0. Tutor diharapkan dapat memacu mahasiswa berpikir kritis karena ada beberapa tutor yang kurang berperan dalam kegiatan tutorial.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar A, Gan GL, Wonodirekso S (2004).A primer onfamily medicine practice. Singapore International Foundation: Singapore.

Cambridge Research Institute (1976). Trends affecting thinks health care system, Aspen System Coop. Germantown, Md.

Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak. -- Jakarta : Departemen Kesehatan, 20091

Friedman MM (1998). Keperawatan keluarga teori dan praktek. Alih Bahasa; Ina Debora dan Yakim Asy. Jakarta ; EGC

IDI . 1982. Muktamar IDI ke 18. Surakarta

Kementerian Kesehatan RI (2013). Pedoman penyelenggaraan puskesmas mampu poned. Jakarta

Perry W (2010).Basic counseling tehniques: A Beginning therapists toolkit (2ndedition).Bloomington. (Terjemahan).

Santrock JW (2004). Life-Span development 9th ed. New York: McGraw-Hill.

Standar kompetensi dokter keluarga, PDKI (2007). Armada, Runa. Perkembangan keluarga.

Undang-undang Nomor: 23 Tahun 1992, tentang Kesehatan, Penerbit Ariloka. Surabaya: 200020