laporan tutorial

27
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 3 TUMPATAN TUANG Tutor : drg. Sukanto, M.Kes Ketua : Galang Rikung E. (11610101043) Scriber Meja : Asri Dinar Pawestri (111610101056) Scriber Papan : Ria Anugrah P. (111610101052) Anggota : 1. Ratih Delio R. (111610101040) 2. Bimbi Virgamantya (111610101047) 3. R.Aj. Mahardhika S.P (111610101049) 4. Vanda Ayu H. (111610101050) 5. Lita Dama F. (111610101054) 6. Nugraheni T.R. (111610101057) 7. Ayu Nurfitria (111610101058) 8. Sixtine Agustiana F. (111610101060) 9. Dian F. (111610101061)

Upload: asri-dinar-pawestri

Post on 24-Jul-2015

453 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 3

TUMPATAN TUANG

Tutor : drg. Sukanto, M.Kes

Ketua : Galang Rikung E. (11610101043)

Scriber Meja : Asri Dinar Pawestri (111610101056)

Scriber Papan : Ria Anugrah P. (111610101052)

Anggota :

1. Ratih Delio R. (111610101040)

2. Bimbi Virgamantya (111610101047)

3. R.Aj. Mahardhika S.P (111610101049)

4. Vanda Ayu H. (111610101050)

5. Lita Dama F. (111610101054)

6. Nugraheni T.R. (111610101057)

7. Ayu Nurfitria (111610101058)

8. Sixtine Agustiana F. (111610101060)

9. Dian F. (111610101061)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 2: Laporan Tutorial

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala bimbingan dan

petunjukNya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya sehingga kami masih diberi

kesempatan untuk menyelesaikan laporan tutorial skenario 3 yang berjudul “TUMPATAN

TUANG”. Laporan tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk lebih

mendalami materi tentang bahan dan teknologi kedokteran gigi yang berkaitan dengan

tumpatan tuang. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. drg. Sukanto, M.Kes yang telah memberi kami kesempatan untuk lebih mendalami

materi dengan pembuatan laporan tutorial ini.

2. Teman-teman Kelompok Tutorial V yang telah berperan aktif dalam pembuatan

laporan tutorial ini.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak kekurangan, baik dari

segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan karena

kami masih dalam proses pembelajaran. Kami juga berharap laporan tutorial yang telah kami

buat ini dapat bermanfaat untuk pendalaman pada blok IBTKG 1 ini.

Jember, 4 Mei 2012

Penulis

Page 3: Laporan Tutorial

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi karies sangat mengganggu aktifitas seseorang. Gigi yang karies yang

dilakukan rehabilitasi dengan cara melakukan tumpatan. Tumpatan adalah sesuatu

yang digunakan untuk menutup bagian yang rusak sehingga bentuk dan fungsinya

dapat kembali seperti semula. Tumpatan ada 2 yaitu tumpatan langsung dan tumpatan

tidak langsung. Tumpatan tidak langsung biasanya menggunakan logam, resin akrilik

dan komposit. Tumpatan jenis ini biasanya diindikasikan untuk gigi premolar dan

molar karena memerlukan jenis tumpatan yang lebih kuat untuk menahan tekanan.

Logam merupakan substansi kimia opak (tidak tembus cahaya) mengkilap

yang merupakan penghantar (konduktor) panas atau listrik yang baik serta bila

dipoles, merupakan pemantul atau reflektor sinar yang baik. Logam merupakan

elektropositif yakni memberi ion positif dalam larutan. Selain itu logam juga

mempunyai sifat yang keras dan kuat. Sifat tersebut sangat mendukung untuk

dilakukan pada tumpatan tuang. Namun logam tetap memiliki kekurangan antara lain

tidak estetis dan bersifat toxic sehingga harus dicampur dengan logam lain yang dapat

menghilangkan sifat buruknya.

Logam sangat berguna untuk kedokteran gigi. Logam dapat digunakan untuk

tumpatan inlay, onlay, mahkota, gigi tiruan kerangka logam, dsb. Dari banyaknya

aplikasi dari logam dalam Kedokteran Gigi ini sehingga sangat diperlukan

pengetahuan dari segala aspek tentang logam terutama sifat-sifatnya sehingga akan

membantu dan memudahkan kita dalam proses manipulasi, serta diharapkan dapat

menghasilkan suatu hasil manipulasi yang optimal. Walaupun untuk mengoptimalkan

sifat logam itu sendiri, kebanyakan dari logam yang biasa digunakan adalah campuran

dari dua atau lebih nergy logam atau pada beberapa keadaan, logam dengan

nonlogam. Contohnya nikel bila dicampur dengan krom akan berubah menjadi keras

atau emas harus dicampur dengan logam yang keras supaya tidak terlalu lembek jika

digunakan pada rongga mulut. Selain itu logam juga dapat dicampur dengan keramik

Page 4: Laporan Tutorial

sehingga lebih kuat dan tangguh. Contohnya pada pembuatan implant atau pasak pada

gigi.

1.2 Rumusan Masalah

1 Jelaskan definisi, sifat, syarat dan klasifikasi logam!

2 Jelaskan proses manipulasi logam!

3 Jelaskan aplikasi logam dalam kedokteran gigi!

1.3 Tujuan

1. Mampu menjelaskan definisi, sifat, syarat, dan klasifikasi dari logam

2. Mampu menjelaskan proses manipulasi logam

3. Mampu menjelaskan aplikasi logam dalam kedokteran gigi

Page 5: Laporan Tutorial

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Logam adalah segolongan unsur – unsur yang berasal dari galian tambang yang

mempunyai kemampuan sebagai penghantar panas dan listrik yang baik.Logam

merupakan substansi kimia opak mengkilap yang merupakan penghantar (konduktor)

panas atau listrik yang baik serta bila dipoles, merupakan pemantul atau reflektor sinar

yang baik. Semua logam dan logam campur yang digunakan dalam kedokteran gigi

adalah nerg padat seperti kristal, kecuali gallium dan merkuri yang berwujud cairan pada

temperatur tubuh. Kebanyakan logam yang digunakan untuk restorasi gigi, gigi tiruan

sebagian rangka logam, dan kawat ortodonti adalah logam campur, dengan perkecualian

lempeng emas murni, titanium murni komersial, dan silver point endodontik.

Logam merupakan elektropositif yakni nergy ion positif dalam larutan. Dari lebih 100 elemen

dalam nerg periodic sebanyak 68 adalah logam, 8 menyerupai logam (metalloid) dalam berbagai

aspek (nergy nergy, nergy, dan boron) dan sisa lainnya berupa non logam. Logam murni sangat

jarang dipergunakan di kedokteran gigi.pada umumnya logam murni terlalu lunak dan terlalu liat

untuk dipergunakan dalam pemakaian di kedokteran gigi. Logam-logam tersebut mempunyai

sifat-sifat yang pada umumnya adalah :

a. Keras

b. Berkilat

c. Berat ini berkaitan dengan berat atom elemen dan tipe struktur kisi yang menentukan

bagaimana eratnya atom-atom tersebut tersussun.

d. Penghantar panas dan penghantar listrik yang baik disebabkan sifat ikatan logam.

e. Opaque karena electron-elektron bebas mengabsorbsi nergy elektromagnetik cahaya.

f. Liat dan dapat dibentuk

Syarat logam untuk kedokteran gigi, antara lain:

a. Sifat kimia

Tahan terhadap korosi, tidak larut dalam cairan rongga mulut atau dalam segala macam cairan

yang dikonsumsi dan tidak luntur dan berkarat atau korosi

b. Sifat Biologi

Tidak beracun terhadap pasien, dokter gigi, perawat maupun tekniker, tidak mengiritasi

rongga mulut dan jaringan pendukungnya, tidak menghasilkan reaksi alergi dan tidak bersifat

mutagen maupun karsinogen.

Page 6: Laporan Tutorial

c. Biokompatibel

Tidak mengandung substansi toksik yang dapat larut dalam saliva, tidak membahayakan

pulpa dan jaringan lunak, bebas dari bahan yang berpotensi dalam menimbulkan sensitifitas

atau respon alergi dan tidak memiliki potensi karsinogen.

d. Syarat Mekanis

Berkekuatan tinggi dan tahan terhadap tekanan.

e. Syarat Estetik

memberikan penampilan natural pada gigi.

f. Secara Fisik

konduktivitas thermal dan kuat

g. Bahan bahannya tersedia dalam jumlah besar dan mudah didapat, biaya tidak mahal baik

biaya harga bahan maupun laborat.

h. Titik cairnya tinggi, tahan terhadap korosi

i. Sebagai klamer atau cengkram

j. Modulus elastic tinggi

k. Pertahanan terhadap abrasi baik

l. Mudah disolder dan dipoles

Klasifikasi Logam

1. Tipe I (lunak) untuk restorasi yang hanya terkena sedikit tekanan contoh: inlay kecil

2. Tipe II (sedang) untuk restorasi yang terkena tekanan sedang contoh: mahkota ¾, abutment,

pontik, dan mahkota penuh.

3. Tipe III (keras) utuk restorasi dengan tekanan besar contoh: mahkota ¾ yang tipis, abutment,

pontik, mahkota penuh, basis gigi tiruan, gigi tiruan sebagian cekat yang pendek

4. Tipe IV (ekstra keras) untuk keadaan dengan tekanan yang sangat besar. Contoh: inlay yang

terkena tekanan sangat besar, termasuk lempeng basis dan cengkeram gigi tiruan, gigi tiruan

sebagian rangka logam, dan gigi tiruan sebagian cekat yang panjang.

5. Alloy untuk mahkota dan jembatan

cocok digunakan untuk restorasi vinir dengan dental porselen , coping, gigi tiruan cekat

dengan span pendek

6. Alloy untuk gigi tiruan sebagian lepasan

(Saunders. 1991; 362)

Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Kekerasan:

1. Tipe I (lunak) angka kekerasan Vickers (VHN) 50-90

Page 7: Laporan Tutorial

2. Tipe II (sedang) angka kekerasan Vickers (VHN) 90-120

3. Tipe II (keras) angka kekerasan Vickers (VHN) 120-150

4. Tipe IV (ekstra keras) angka kekerasan Vickers (VHN) >150

(Annusavice.2004; 355)

Proses pembuatan dan penbentukan logam adalah :

1. Penuangan

Penuangan ini meliputi pekerjaan mencairkan logam dan membentuknya di

dalam cetakan. Misal: besi, kuningan, alumunium dll dapat dituang ke dalam cetakan yang

terbuat dari pasir dan tanah liat. Cetakan dari tanah liat dan pasir ini rusak setiap kali setelah

pemakaian. Die casring menggunakan cetakan permanen dari logam.

2. Pekerjaan Dingin

Pada umumnya logam dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik atau digulung. Logam

dapat ditarik melalui suatu die untuk mendapatkan bentuk kawat.

3. Serbuk Metalurgi

Suatu bentuk logam dapat dipres dibawah tekanan tinggi untuk mendapatkan bahan

degan bentuk yang dikehendaki.hasil ini tidak kuat karena hasil adhesi. Dengan melakukan

sintering kekuatan dapat ditingkatkan, dimana pemresan dipanaskan dalam atmosfir yang

tidak teroksidasi di bawah titk cair dan menggumpalkan partikel.

4. Electroforming

Suatu logam dapat dilapiskan pada permukaan yang bersifat penghantar dengan proses

elektrolisa.

Page 8: Laporan Tutorial

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 MAPPING

Logam

Murni campur

Syarat sifat klasifikasi manipulasi

aplikasi

Page 9: Laporan Tutorial

3.2 Definisi

Logam adalah segolongan unsur – unsur yang berasal dari galian tambang yang mempunyai

kemampuan sebagai penghantar panas dan listrik yang baik. Logam merupakan substansi kimia opak

mengkilap yang merupakan penghantar (konduktor) panas atau listrik yang baik serta bila dipoles,

merupakan pemantul atau reflektor sinar yang baik.

3.3 Sifat

a. Titik leleh dan titik didih

Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi karena kekuatan

ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam yang satu dengan logam yang lain

tergantung pada jumlah elektron yang terdelokalisasi pada lautan elektron, dan pada

susunan atom-atomnya.

b. Daya hantar listrik

Logam menghantarkan listrik. Elektron yang terdelokalisasi bebas bergerak di seluruh

bagian struktur tiga dimensi. Elektron-elektron tersebut dapat melintasi batas butiran

kristal. Meskipun susunan logam dapat terganggu pada batas butiran kristal, selama atom

saling bersentuhan satu sama lain, ikatan logam masih tetap ada.Cairan logam juga

menghantarkan arus listrik, hal ini menunjukkan bahwa meskipun atom logam bebas

bergerak, elektron yang terdelokalisasi masih memiliki daya yang tersisa sampai logam

mendidih.

c. Daya hantar panas

Logam adalah konduktor panas yang baik. Energi panas diteruskan oleh elektron sebagai

akibat dari penambahan energi kinetik (hal ini memnyebabkan elektron bergerak lebih

cepat). Energi panas ditransferkan melintasi logam yang diam melalui elektron yang

bergerak.

d. Kekuatan dan kemampuan kerja

Sifat dapat ditempa (Malleability) dan sifat dapat diregang (Ductility)

maksudnya bahwa logam itu mempunyai suatu sifat yang mampu dibentuk

dengan suatu gaya, baik dalam keadaan dingin maupun panas tanpa terjadi retak

pada permukaannya, misalnya dengan hammer (palu).

Logam juga dapat diregang, dapat ditarik menjadi kawat, maksudnya bahwa

suatu logam itu dapat dibentuk dengan tarikan sejumlah gaya tertentu tanpa

menunjukan gejala-gejala putus.

Page 10: Laporan Tutorial

Toughness (sifat Ulet)

Yakni kemampuan suatu logam untuk dibengkokan beberapa kali tanpa

mengalami retak.

hardness (kekerasan)

Yakni ketahanan suatu logam terhadap penetrasi atau penusukan indentor yang

berupa bola baja, intan piramida, dll.

Strenght (kekuatan)

Yakni : Kemampuan suatu logam untuk menahan deformasi.

o Weldability

Merupakan kemampuan suatu logam untuk dapat dilas, baik dengan

menggunakan las listrik maupun dengan las karbit (gas).

Corrosion resistance (tahan korosi)

Yakni : kemampuan suatu logam untuk menahan korosi atau karat akibat

kelembaban udara, zat-zat kimia, dll.

Tahan Impact

Maksudnya sifat yang dimiliki oleh suatu logam untuk dapat tahan terhadap

beban kejut.

Machinibility

Kemampuan suatu logam untuk dikerjakan dengan mesin, misalnya : dengan

mesin bubu

Modulus elastisitas

Merupakan ukuran kekakuan suatu bahan Jadi semakin tinggi nilainya semakin

sedikit perubahan bentuk pada suatu benda apabila diberi gaya.

Kekerasan logam

Penggelimpangan lapisan atom antara yang satu dengan yang lain ini dihalangi

oleh batas butiran karena baris atom tidak tersusun sebagai mana mestinya. Hal

ini mengakibatkan semakin banyak batas butiran (butiran-butiran kristal lebih

kecil), menyebabkan logam lebih keras. Untuk mengimbangi hal ini, karena batas

butiran merupakan suatu daerah dimana atom-atom tidak berkaitan dengan baik

satu sama lain, logam cenderung retak pada batas butiran. Kenaikan jumlah batas

butiran tidak hanya membuat logam menjadi semakin kuat, tetapi juga membuat

logam menjadi rapuh.

3.3 Syarat

Page 11: Laporan Tutorial

a. Sifat kimia

Tahan terhadap korosi, tidak larut dalam cairan rongga mulut atau dalam segala macam cairan

yang dikonsumsi dan tidak luntur dan berkarat atau korosi

b. Sifat Biologi

Tidak beracun terhadap pasien, dokter gigi, perawat maupun tekniker, tidak mengiritasi

rongga mulut dan jaringan pendukungnya, tidak menghasilkan reaksi alergi dan tidak bersifat

mutagen maupun karsinogen.

c. Biokompatibel

Tidak mengandung substansi toksik yang dapat larut dalam saliva, tidak membahayakan

pulpa dan jaringan lunak, bebas dari bahan yang berpotensi dalam menimbulkan sensitifitas

atau respon alergi dan tidak memiliki potensi karsinogen. Untuk menguji biokompatibilitas

dikelompokkan menjadi 3 kelompok:

Uji primer, yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara uji invitro yang dilakukan dalam

laboratorium

Uji sekunder, yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara uji invivo yang dilakukan dalam

laboratorium dengan menggunakan bahan coba sel atau hewan coba atau kultur jaringan.

Uji penggunaan pra-klinis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara uji invivo tetapi

menggunakan hewan secara sistemik.

d. Syarat Mekanis

Berkekuatan tinggi dan tahan terhadap tekanan.

e. Syarat Estetik

memberikan penampilan natural pada gigi.

f. Secara Fisik

konduktivitas thermal dan kuat

g. Bahan bahannya tersedia dalam jumlah besar dan mudah didapat, biaya tidak mahal baik

biaya harga bahan maupun laborat.

h. Titik cairnya tinggi

i. Sebagai klamer atau cengkram

j. Modulus elastic tinggi

k. Pertahanan terhadap abrasi baik

l. Mudah disolder dan dipoles

3.3 Klasifikasi logam dan alloy

Page 12: Laporan Tutorial

Klasifikasi Logam Berdasarkan Fungsi

1. Tipe I (lunak) untuk restorasi yang hanya terkena sedikit tekanan cth: inlay kecil

2. Tipe II (sedang) untuk restorasi yang terkena tekanan sedang cth: mahkota ¾,

abutment, pontik, dan mahkota penuh.

3. Tipe III (keras) utuk restorasi dengan tekanan besar cth: mahkota ¾ yang tipis,

abutment, pontik, mahkota penuh, basis gigi tiruan, gigi tiruan sebagian cekat yang

pendek

4. Tipe IV (ekstra keras) untuk keadaan dengan tekanan yang sangat besar. Contoh:

inlay yang terkena tekanan sangat besar, termasuk lempeng basis dan cengkeram gigi

tiruan, gigi tiruan sebagian rangka logam, dan gigi tiruan sebagian cekat yang

panjang.

5. Alloy untuk mahkota dan jembatan

cocok digunakan untuk restorasi vinir dengan dental porselen , coping, gigi tiruan

cekat dengan span pendek.

6. Alloy untuk gigi tiruan sebagian lepasan

Klasifikasi logam berdasarkan tingkat kekerasan

1. Tipe I (lunak) angka kekerasan Vickers (VHN) 50-90

2. Tipe II (sedang) angka kekerasan Vickers (VHN) 90-120

3. Tipe II (keras) angka kekerasan Vickers (VHN) 120-150

4. Tipe IV (ekstra keras) angka kekerasan Vickers (VHN) >150

Klasifikasi alloy berdasarkan ADA

1. High noble Alloy (HN) atau logam sangat mulia dg komposisi logam mulia >_

60%wt dan kandungan emas >_40% Au – Pt alloy : Untuk Full Casting, Porcelain

Fuse to Metal

Au – Cu – Ag alloy : Full casting

2. Noble alloy (N) atau logam mulia dengan komposisi logam mulia >_ 25% Ag – Au –

Cu alloy : Full Casting

Pd – Cu alloy : full casting, PFM

Ag – Pd alloy : full casting, PFM

3. redominantly base metal Alloy atau alloy berbahan utama logam dasar dengan

kandungan logam mulia < 25% Ni – based alloy : full casting, PFM, wrought, partial

denture

Co – based alloy : sda

Ti – based alloy : sda + implant

Spesifikasi terbaru juga mengikut sertakan non-noble alloy sama seperti alloy yang

tidak mengandung emas tapi memiliki kandungan palladium yang tinggi.

Page 13: Laporan Tutorial

Berdasarkan klasifikasi terbaru maka semua tipe alloy pada klasifikasi lama

merupakan high noble alloy

3.4 manipulasi logam

Penuangan

Penuangan ini meliputi pekerjaan mencairkan logam dan membentuknya di

dalam cetakan. Misal: besi, kuningan, alumunium dll dapat dituang ke dalam cetakan

yang terbuat dari pasir dan tanah liat. Cetakan dari tanah liat dan pasir ini rusak setiap

kali setelah pemakaian. Die casring menggunakan cetakan permanen dari logam.

Pekerjaan Dingin

Pada umumnya logam dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik atau digulung. Logam

dapat ditarik melalui suatu die untuk mendapatkan bentuk kawat.

serbuk Metalurgi

Suatu bentuk logam dapat dipres dibawah tekanan tinggi untuk mendapatkan bahan

degan bentuk yang dikehendaki.hasil ini tidak kuat karena hasil adhesi. Dengan

melakukan sintering kekuatan dapat ditingkatkan, dimana pemresan dipanaskan

dalam atmosfir yang tidak teroksidasi di bawah titk cair dan menggumpalkan partikel.

Electroforming

Suatu logam dapat dilapiskan pada permukaan yang bersifat penghantar dengan

proses elektrolisa.

Proses manipulasi :

a. Tahap pembuatan model sprue, ventilasi dan kawah

Adapun tujuan dari pembuatan sprue adalah menyediakan saluran melalui mana logam cair

akan mengalir ke cetakan yang sudah ada didalam cincin cor setelah model malamnya

dibuang, untuk tambalan yang besar / protesa misalnya gigi tiruan sebagian lepasan dari

logam dan untuk gigi tiruan cekat. Sedangkan tujuan diberikannya ventilasi adalah untuk

menghindari terjadinya back pressure, sehingga mengurangi dari hasil tuangan dan mungkin

juga akan menghindari ledakan, sehingga aman bagi operator.

Pada ujung sprue dibuat bentukan yang disebut reservoir. Reservoir pada ujung sprue

bertujuan untuk mencegah terjadinya porositas yang dapat terbentuk oleh karena adanya

kontraksi bila ruangan untuk reservoir yang ditempati oleh malam mempunyai ukuran

melintang sebesar atau lebih besar dari ukuran ruangan, maka alloy yang ada dalam reservoir

Page 14: Laporan Tutorial

akan lebih lambat mengeras dari pada ruangan utama dan berlaku sebagai cadangan alloy cair

yang siap untuk mengisi ruangan atau mould space.

Pemilihan sprue seringkali bersifat empiris tetapi ada lima prinsip utama dalam menentukan

pilihan, sebagai berikut :

Pilihlah sprue dengan diameter yang kira – kira sama dengan ukuran daerah yang paling

tebal dari model malamnya. Jika model malamnya kecil, tangkai sprue juga harus kecil karena

tangkai sprue yang besar yang direkatkan pada model yang kecil dan halus dapat

menyebabkan perubahan bentuk. Tetapi, jika diameter sprue terlalu kecil, daerah ini akan

memadat terlebih dahulu sebelum tuangannya sendiri dan bisa terbentuk porositas penyusutan

setempat (porositas ‘ tersedot ‘). Untuk mengatasi masalah ini diperlukan area cadangan pada

sprue.

Jika mungkin, tangkai sprue harus direkatkan pada bagian model malam yang penampang

melintangnya terluas. Akan lebih baik bagi logam cair untuk mengalir dari bagian yang tebal

ke daerah - daerah tipis di sekelilingnya. Rancangan ini mengurangi risiko aliran logam ke

daerah mendatar dari bahan tanam atau daerah – daerah kecil seperti garis sudut.

Panjang sprue harus cukup panjang untuk memposisikan model malam dengan tepat

didalam cincin cor dengan jarak sekitar 6 mm dari tepi ujung cincin tetapi cukup pendek

sehingga logam campur cair tidak memadat sebelum mengisi penuh mold.

Jenis sprue yang dipilih mempengaruhi teknik pembakaran yang digunakan. Tangkai sprue

yang terbuat dari malam lebih sering digunakan daripada yang plastik. Jika digunakan sprue

atau model dari plastik, dianjurkan untuk menggunakan teknik pembakaran 2 tahap untuk

memastikan pembuangn karbon yang sempurna, karena sprue plastik melunak pada

temperatur diatas titik cair malam inlay.

Model malam dapat diberi sprue secara langsung ataupun tidak langsung. Pada pemberian

sprue langsung, tangkai sprue akan menyediakan hubungan langsung antara daerah model

dengan basis sprue atau daerah crucible former. Pada yang tidak langsung, diletakkan sebuah

penghubung atau batang cadangan diantar model atau crucible former.

Pada pembuatan sprue harus diperhatikan perlekatan tangkai sprue, posisi tangkai sprue

panjang serta arah dari tangkai sprue dan pelepasan model malam. Panjang sprue tergantung

pada panjang cincin cor. Jika tangkai sprue terlalu pendek, maka model malam akan terlalu

jauh dari ujung luar cincin sehingga gas – gas tidak dapat dialirkan secara memadai untuk

memungkinkan logam cair mengisi seluruh ruang cincin.jika gas tidak dapat dikeluarkan

secara menyeluruh, akan terjadi porositas. Karena itu, panjang harus disesuaikan sedemikian

rupa sehingga ujung atas model malam berada sekitar 6 mm dari ujung terbuka dari cincin

untuk bahan tanam gipsum.

b. Tahap Penanaman

Pada tahap penanaman model malam harus dibersihkan dari kotoran, debu, dan minyak.

Page 15: Laporan Tutorial

Untuk itu dapat digunakan pembersih model malam komersial atau deterjen sintetik yang

diencerkan. Sisa cairan dapat dihilangkan dengan dikibaskan dan model dibiarkan mengering

diudara terbuka, sementara bahan tanam disiapkan. Lapisan tipis pembersih yang tertinggal

pada permukaan model malam dapat mengurangi tegangan permukaan dari malam dan

pembasahan yang lebih baik dari bahan tanam sehingga terjadi perlekatan yang sempurna,

termasuk pada bagian – bagian model yang kecil dan tipis.

Sementara model malam dikeringkan di udara terbuka, jumlah air destilasi (bahan tanam

gipsum) atau cairan silika koloiadal khusus (bahan tanam fosfat) diukur. Cairan ini dituang

kedalam mangkuk karet yang bersih dan kering, kemudian bubuk ditambahkan ke dalam

cairan secara bertahap dan hati – hati untuk mencegah terjebaknya udara didalam adukan.

Pengadukan dilakukan dengan lembut sampai semua bubuk basah, atau bubuk yang tidak

tercampur terdesak keluardari mangkuk secara tidak sengaja. Bahan tanam ditunggu sampai

mencapai final setting, lalu kawah di lepas dari bumbung tuang dan dibiarkan selama 24 jam.

Yang perlu diperhatikan dalam proses penanaman adalah :

- pengadukan hampa udara, berfungsi untuk mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang

terbentuk selama pengadukan dan mengeluarkan gas-gas berbahaya yang dihasilkan dari

reaksi kimia yang digunakan sebagai bahan tanam

- kompensasi penyusutan, kadang-kadang perubahan dimensi mould memang diperlukan

terutama untuk mahkota cor penuh.

- Teknik pengendalian dengan peambahan air, ekspansi mikroskopik linear akan meningkat

sejalan dengan jumlah air yang ditambahkan sampai tercapai ekspansi maksimal

c. Tahap burning out dan Preheating

Tahap burning out dimulai dengan menghidupkan kompor gas dan letakkan bumbung tuang

diatas dengan bagian kawah menghadap ke api, biarkan hingga semua malam terbuang dan

pastikan seluruh mould space bersih dari malam. Sememtara itu siapkan furnice, lalu naikkan

suhunya hingga mencapai 700 º C kemudian masukkan bumbung tuang kedalam furnice, lalu

dilanjutkan dengan tahap preheating naikkan suhu furnice hingga mencapai suhu 900º C, pada

saat bahan tanam sudah terlihat membara, model sudah siap di casting.

Selama pembakaran, sejumlah malam yang mencair akan diserap oleh bahan tanam dan sisa

karbon akibat pembakaran malam cair menjadi terperangkap di dalam bahan tanam yang

berpori – pori. Burning out akan mengubah karbon menjadi karbon monoksida atau karbon

dioksida. Gas – gas ini akan keluar melalui celah sisa malam yang mencair.

d. Tahap Casting

Casting menggunakan 2 logam Cu alloy. Logam campur dicairkan dengan semburan api

dalam crucible yang terpisah. Kemudian dituang kedalam mould dengan gaya centrifugal.

Setelah bumbung tuang telah mencapai suhu normal, lalu logam dikeluarkan dengan cara

membongkar bahan tanam. Hasil logam dicuci dan dibersihkan sampai sisa bahan tanam tidak

Page 16: Laporan Tutorial

ada.Setelah pencucian, terlihat adanya bitik-bintik tidak teratur pada logam (logam masih

kasar) dan tidak sesuai dengan ukuran semula. Bitik-bintik ini disebabkan oleh beberapa hal

terutama kesalahan dalam penuangan. Terjadinya oksidasi pada logam sebelum penuangan

dapat menyebabkan permukaan logam menjadi kasar. Adapun oksidasi ini dapat disebabkan

beberapa hal yaitu penggunaan api yang bukan berwarna biru atau kehijauan atau logam yang

terlalu lama dipanaskan sehingga terjadi over heating.

Dapat terjadi beberapa kesalahan/kegagalan lain selama proses pembuatan logam ini, antara

lain adanya gelembung udara pada pola malam oleh karena busa sabun yang dapat

menjadikan bentuk permukaan logam kasar, dapat pula bentuk permukaan mould space retak

atau pecah-pecah. Hal ini disebabkan oleh karena adonan gips dan air yang terlalu encer

sehingga gips tidak terlalu kuat atau dapat pula karena pemanasan pada oven terlalu lama

sehingga permukaan mould space retak.

Casting atau yang sering disebut proses pengecoran atau penuangan dalam kedokteran gigi

dapat diartikan suatu proses pendorongan logam yang sedang mencair ke dalam mould

sehingga menjadi suatu tuangan yang sering disebut logam tuang. Sehingga pada akhir dari

casting alloy dapat dihasilkan suatu bentukan yang terbentuk dari logam yang terjadi di dalam

mould. (Kamus Kedokteran Gigi-F.J Harty & R.Ogston).

Pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk

menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi. Logam

cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga sesuai dengan

bentuk yang diinginkan. Proses pengecoran sendiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu

traditional casting dan non-traditional/contemporary casting.

• Teknik traditional terdiri atas :

1. Sand-Mold Casting

2. Dry-Sand Casting

3. Shell-Mold Casting

4. Full-Mold Casting

5. Cement-Mold Casting

6. Vacuum-Mold Casting

• Teknik non-traditional terbagi atas :

1. High-Pressure Die Casting

2. Permanent-Mold Casting

3. Centrifugal Casting

4. Plaster-Mold Casting

5. Investment Casting

Page 17: Laporan Tutorial

6. Solid-Ceramic Casting

Dalam proses casting diperlukan :

1. Ruang Cetak

Cetakan sekali pakai yang terbuat dari pasir & tanah liat.

Bahan pendam berbasis gisum

Bahan pendam berbasis fosfat

Bahan pendam berbasis silica

2. Api Pengencer Logam

Api dari semburan bahan bakar / torch

Api dari induksi listrik

3. Mesin Pengecoran

Alami dengan bantuan gravitasi

Manual dengan tangan

Centrifugal Casting Machine

4. Ruang laboratorium yang cukup ventilasi.

Jenis logam yang kebanyakan digunakan di dalam proses pengecoran

adalah logam besi bersama-sama dengan aluminium, kuningan, perak,

dan beberapa material non logam lainnya.

e. Tahap Finishing dan Polishing

Pada tahap ini dilakukan perapian model kasar logam dan disesuaikan dengan ukuran semula.

Kemudian logam dipoles dengan menggunakan arkansas stone sampai permukaan model

terlihat halus. Lalu dilanjutkan dengan rubber warna merah dan terakhir dengan rubber warna

hijau. Setelah permukaan logam terlihat halus dan mengkilat potong sprue dengan

menggunakan diamond disk kemudian dirapikan dan dipulas pada daerah bekas potongan.

3.5 Aplikasi logam untuk kedokteran gigi

a. Gigi tiruan sebagian

b. Mahkota stainless steel

c. Restorasi mahkota (inlay dan onlay)

d. Dental implant

e. Instrument ortodonty

f. Klamer

g. Pasak

h. Dsb.

Page 18: Laporan Tutorial

BAB IV

KESIMPULAN

1. Logam merupakan substansi kimia opak mengkilap yang merupakan penghantar

(konduktor) panas atau listrik yang baik serta bila dipoles, merupakan pemantul atau

reflektor sinar yang baik.

2. Sifat logam

Sifat fisik

Keras

Berkilat bila dipoles

Berat ini berkaitan dengan berat atom elemen dan tipe struktur kisi yang

menentukan bagaimana eratnya atom-atom tersebut tersussun.

Penghantar panas dan penghantar listrik

Opaque

Liat dan dapat dibentuk

3. Syarat logam untuk kedokteran gigi

Syarat kimia

Syarat biologi

Syarat fisik

Syarat ekonomis

Syarat estetik

Biokompatibel

4. Klasifikasi Logam alloy

High noble Alloy (HN) atau logam sangat mulia

Noble alloy (N) atau logam

redominantly base metal Alloy atau alloy berbahan utama logam dasar

5. Manipulasi logam

Penuangan

Pekerjaan Dingin

serbuk Metalurgi

Electroforming

6. Aplikasi untuk kedokteran gigi

a. Gigi tiruan sebagian

b. Mahkota stainless steel

c. Restorasi mahkota (inlay dan onlay)

d. Dental implant

e. Instrument ortodonty, dsb

Page 19: Laporan Tutorial

DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta:

EGC

Craig, Robert George anf Powers. 2002. Restorative Dental Materials . Houghton : Mosby

Hatrick, Carol Dixon. 2003. Dental Material : clinical application for dental assistants and

dental hygienist. Philadelphia : Saunders

http://repository.usu.ac.id