laporan tutorial
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO 3
TUMPATAN TUANG
Tutor : drg. Sukanto, M.Kes
Ketua : Galang Rikung E. (11610101043)
Scriber Meja : Asri Dinar Pawestri (111610101056)
Scriber Papan : Ria Anugrah P. (111610101052)
Anggota :
1. Ratih Delio R. (111610101040)
2. Bimbi Virgamantya (111610101047)
3. R.Aj. Mahardhika S.P (111610101049)
4. Vanda Ayu H. (111610101050)
5. Lita Dama F. (111610101054)
6. Nugraheni T.R. (111610101057)
7. Ayu Nurfitria (111610101058)
8. Sixtine Agustiana F. (111610101060)
9. Dian F. (111610101061)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala bimbingan dan
petunjukNya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya sehingga kami masih diberi
kesempatan untuk menyelesaikan laporan tutorial skenario 3 yang berjudul “TUMPATAN
TUANG”. Laporan tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk lebih
mendalami materi tentang bahan dan teknologi kedokteran gigi yang berkaitan dengan
tumpatan tuang. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. drg. Sukanto, M.Kes yang telah memberi kami kesempatan untuk lebih mendalami
materi dengan pembuatan laporan tutorial ini.
2. Teman-teman Kelompok Tutorial V yang telah berperan aktif dalam pembuatan
laporan tutorial ini.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak kekurangan, baik dari
segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan karena
kami masih dalam proses pembelajaran. Kami juga berharap laporan tutorial yang telah kami
buat ini dapat bermanfaat untuk pendalaman pada blok IBTKG 1 ini.
Jember, 4 Mei 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi karies sangat mengganggu aktifitas seseorang. Gigi yang karies yang
dilakukan rehabilitasi dengan cara melakukan tumpatan. Tumpatan adalah sesuatu
yang digunakan untuk menutup bagian yang rusak sehingga bentuk dan fungsinya
dapat kembali seperti semula. Tumpatan ada 2 yaitu tumpatan langsung dan tumpatan
tidak langsung. Tumpatan tidak langsung biasanya menggunakan logam, resin akrilik
dan komposit. Tumpatan jenis ini biasanya diindikasikan untuk gigi premolar dan
molar karena memerlukan jenis tumpatan yang lebih kuat untuk menahan tekanan.
Logam merupakan substansi kimia opak (tidak tembus cahaya) mengkilap
yang merupakan penghantar (konduktor) panas atau listrik yang baik serta bila
dipoles, merupakan pemantul atau reflektor sinar yang baik. Logam merupakan
elektropositif yakni memberi ion positif dalam larutan. Selain itu logam juga
mempunyai sifat yang keras dan kuat. Sifat tersebut sangat mendukung untuk
dilakukan pada tumpatan tuang. Namun logam tetap memiliki kekurangan antara lain
tidak estetis dan bersifat toxic sehingga harus dicampur dengan logam lain yang dapat
menghilangkan sifat buruknya.
Logam sangat berguna untuk kedokteran gigi. Logam dapat digunakan untuk
tumpatan inlay, onlay, mahkota, gigi tiruan kerangka logam, dsb. Dari banyaknya
aplikasi dari logam dalam Kedokteran Gigi ini sehingga sangat diperlukan
pengetahuan dari segala aspek tentang logam terutama sifat-sifatnya sehingga akan
membantu dan memudahkan kita dalam proses manipulasi, serta diharapkan dapat
menghasilkan suatu hasil manipulasi yang optimal. Walaupun untuk mengoptimalkan
sifat logam itu sendiri, kebanyakan dari logam yang biasa digunakan adalah campuran
dari dua atau lebih nergy logam atau pada beberapa keadaan, logam dengan
nonlogam. Contohnya nikel bila dicampur dengan krom akan berubah menjadi keras
atau emas harus dicampur dengan logam yang keras supaya tidak terlalu lembek jika
digunakan pada rongga mulut. Selain itu logam juga dapat dicampur dengan keramik
sehingga lebih kuat dan tangguh. Contohnya pada pembuatan implant atau pasak pada
gigi.
1.2 Rumusan Masalah
1 Jelaskan definisi, sifat, syarat dan klasifikasi logam!
2 Jelaskan proses manipulasi logam!
3 Jelaskan aplikasi logam dalam kedokteran gigi!
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan definisi, sifat, syarat, dan klasifikasi dari logam
2. Mampu menjelaskan proses manipulasi logam
3. Mampu menjelaskan aplikasi logam dalam kedokteran gigi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Logam adalah segolongan unsur – unsur yang berasal dari galian tambang yang
mempunyai kemampuan sebagai penghantar panas dan listrik yang baik.Logam
merupakan substansi kimia opak mengkilap yang merupakan penghantar (konduktor)
panas atau listrik yang baik serta bila dipoles, merupakan pemantul atau reflektor sinar
yang baik. Semua logam dan logam campur yang digunakan dalam kedokteran gigi
adalah nerg padat seperti kristal, kecuali gallium dan merkuri yang berwujud cairan pada
temperatur tubuh. Kebanyakan logam yang digunakan untuk restorasi gigi, gigi tiruan
sebagian rangka logam, dan kawat ortodonti adalah logam campur, dengan perkecualian
lempeng emas murni, titanium murni komersial, dan silver point endodontik.
Logam merupakan elektropositif yakni nergy ion positif dalam larutan. Dari lebih 100 elemen
dalam nerg periodic sebanyak 68 adalah logam, 8 menyerupai logam (metalloid) dalam berbagai
aspek (nergy nergy, nergy, dan boron) dan sisa lainnya berupa non logam. Logam murni sangat
jarang dipergunakan di kedokteran gigi.pada umumnya logam murni terlalu lunak dan terlalu liat
untuk dipergunakan dalam pemakaian di kedokteran gigi. Logam-logam tersebut mempunyai
sifat-sifat yang pada umumnya adalah :
a. Keras
b. Berkilat
c. Berat ini berkaitan dengan berat atom elemen dan tipe struktur kisi yang menentukan
bagaimana eratnya atom-atom tersebut tersussun.
d. Penghantar panas dan penghantar listrik yang baik disebabkan sifat ikatan logam.
e. Opaque karena electron-elektron bebas mengabsorbsi nergy elektromagnetik cahaya.
f. Liat dan dapat dibentuk
Syarat logam untuk kedokteran gigi, antara lain:
a. Sifat kimia
Tahan terhadap korosi, tidak larut dalam cairan rongga mulut atau dalam segala macam cairan
yang dikonsumsi dan tidak luntur dan berkarat atau korosi
b. Sifat Biologi
Tidak beracun terhadap pasien, dokter gigi, perawat maupun tekniker, tidak mengiritasi
rongga mulut dan jaringan pendukungnya, tidak menghasilkan reaksi alergi dan tidak bersifat
mutagen maupun karsinogen.
c. Biokompatibel
Tidak mengandung substansi toksik yang dapat larut dalam saliva, tidak membahayakan
pulpa dan jaringan lunak, bebas dari bahan yang berpotensi dalam menimbulkan sensitifitas
atau respon alergi dan tidak memiliki potensi karsinogen.
d. Syarat Mekanis
Berkekuatan tinggi dan tahan terhadap tekanan.
e. Syarat Estetik
memberikan penampilan natural pada gigi.
f. Secara Fisik
konduktivitas thermal dan kuat
g. Bahan bahannya tersedia dalam jumlah besar dan mudah didapat, biaya tidak mahal baik
biaya harga bahan maupun laborat.
h. Titik cairnya tinggi, tahan terhadap korosi
i. Sebagai klamer atau cengkram
j. Modulus elastic tinggi
k. Pertahanan terhadap abrasi baik
l. Mudah disolder dan dipoles
Klasifikasi Logam
1. Tipe I (lunak) untuk restorasi yang hanya terkena sedikit tekanan contoh: inlay kecil
2. Tipe II (sedang) untuk restorasi yang terkena tekanan sedang contoh: mahkota ¾, abutment,
pontik, dan mahkota penuh.
3. Tipe III (keras) utuk restorasi dengan tekanan besar contoh: mahkota ¾ yang tipis, abutment,
pontik, mahkota penuh, basis gigi tiruan, gigi tiruan sebagian cekat yang pendek
4. Tipe IV (ekstra keras) untuk keadaan dengan tekanan yang sangat besar. Contoh: inlay yang
terkena tekanan sangat besar, termasuk lempeng basis dan cengkeram gigi tiruan, gigi tiruan
sebagian rangka logam, dan gigi tiruan sebagian cekat yang panjang.
5. Alloy untuk mahkota dan jembatan
cocok digunakan untuk restorasi vinir dengan dental porselen , coping, gigi tiruan cekat
dengan span pendek
6. Alloy untuk gigi tiruan sebagian lepasan
(Saunders. 1991; 362)
Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Kekerasan:
1. Tipe I (lunak) angka kekerasan Vickers (VHN) 50-90
2. Tipe II (sedang) angka kekerasan Vickers (VHN) 90-120
3. Tipe II (keras) angka kekerasan Vickers (VHN) 120-150
4. Tipe IV (ekstra keras) angka kekerasan Vickers (VHN) >150
(Annusavice.2004; 355)
Proses pembuatan dan penbentukan logam adalah :
1. Penuangan
Penuangan ini meliputi pekerjaan mencairkan logam dan membentuknya di
dalam cetakan. Misal: besi, kuningan, alumunium dll dapat dituang ke dalam cetakan yang
terbuat dari pasir dan tanah liat. Cetakan dari tanah liat dan pasir ini rusak setiap kali setelah
pemakaian. Die casring menggunakan cetakan permanen dari logam.
2. Pekerjaan Dingin
Pada umumnya logam dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik atau digulung. Logam
dapat ditarik melalui suatu die untuk mendapatkan bentuk kawat.
3. Serbuk Metalurgi
Suatu bentuk logam dapat dipres dibawah tekanan tinggi untuk mendapatkan bahan
degan bentuk yang dikehendaki.hasil ini tidak kuat karena hasil adhesi. Dengan melakukan
sintering kekuatan dapat ditingkatkan, dimana pemresan dipanaskan dalam atmosfir yang
tidak teroksidasi di bawah titk cair dan menggumpalkan partikel.
4. Electroforming
Suatu logam dapat dilapiskan pada permukaan yang bersifat penghantar dengan proses
elektrolisa.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 MAPPING
Logam
Murni campur
Syarat sifat klasifikasi manipulasi
aplikasi
3.2 Definisi
Logam adalah segolongan unsur – unsur yang berasal dari galian tambang yang mempunyai
kemampuan sebagai penghantar panas dan listrik yang baik. Logam merupakan substansi kimia opak
mengkilap yang merupakan penghantar (konduktor) panas atau listrik yang baik serta bila dipoles,
merupakan pemantul atau reflektor sinar yang baik.
3.3 Sifat
a. Titik leleh dan titik didih
Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi karena kekuatan
ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda antara logam yang satu dengan logam yang lain
tergantung pada jumlah elektron yang terdelokalisasi pada lautan elektron, dan pada
susunan atom-atomnya.
b. Daya hantar listrik
Logam menghantarkan listrik. Elektron yang terdelokalisasi bebas bergerak di seluruh
bagian struktur tiga dimensi. Elektron-elektron tersebut dapat melintasi batas butiran
kristal. Meskipun susunan logam dapat terganggu pada batas butiran kristal, selama atom
saling bersentuhan satu sama lain, ikatan logam masih tetap ada.Cairan logam juga
menghantarkan arus listrik, hal ini menunjukkan bahwa meskipun atom logam bebas
bergerak, elektron yang terdelokalisasi masih memiliki daya yang tersisa sampai logam
mendidih.
c. Daya hantar panas
Logam adalah konduktor panas yang baik. Energi panas diteruskan oleh elektron sebagai
akibat dari penambahan energi kinetik (hal ini memnyebabkan elektron bergerak lebih
cepat). Energi panas ditransferkan melintasi logam yang diam melalui elektron yang
bergerak.
d. Kekuatan dan kemampuan kerja
Sifat dapat ditempa (Malleability) dan sifat dapat diregang (Ductility)
maksudnya bahwa logam itu mempunyai suatu sifat yang mampu dibentuk
dengan suatu gaya, baik dalam keadaan dingin maupun panas tanpa terjadi retak
pada permukaannya, misalnya dengan hammer (palu).
Logam juga dapat diregang, dapat ditarik menjadi kawat, maksudnya bahwa
suatu logam itu dapat dibentuk dengan tarikan sejumlah gaya tertentu tanpa
menunjukan gejala-gejala putus.
Toughness (sifat Ulet)
Yakni kemampuan suatu logam untuk dibengkokan beberapa kali tanpa
mengalami retak.
hardness (kekerasan)
Yakni ketahanan suatu logam terhadap penetrasi atau penusukan indentor yang
berupa bola baja, intan piramida, dll.
Strenght (kekuatan)
Yakni : Kemampuan suatu logam untuk menahan deformasi.
o Weldability
Merupakan kemampuan suatu logam untuk dapat dilas, baik dengan
menggunakan las listrik maupun dengan las karbit (gas).
Corrosion resistance (tahan korosi)
Yakni : kemampuan suatu logam untuk menahan korosi atau karat akibat
kelembaban udara, zat-zat kimia, dll.
Tahan Impact
Maksudnya sifat yang dimiliki oleh suatu logam untuk dapat tahan terhadap
beban kejut.
Machinibility
Kemampuan suatu logam untuk dikerjakan dengan mesin, misalnya : dengan
mesin bubu
Modulus elastisitas
Merupakan ukuran kekakuan suatu bahan Jadi semakin tinggi nilainya semakin
sedikit perubahan bentuk pada suatu benda apabila diberi gaya.
Kekerasan logam
Penggelimpangan lapisan atom antara yang satu dengan yang lain ini dihalangi
oleh batas butiran karena baris atom tidak tersusun sebagai mana mestinya. Hal
ini mengakibatkan semakin banyak batas butiran (butiran-butiran kristal lebih
kecil), menyebabkan logam lebih keras. Untuk mengimbangi hal ini, karena batas
butiran merupakan suatu daerah dimana atom-atom tidak berkaitan dengan baik
satu sama lain, logam cenderung retak pada batas butiran. Kenaikan jumlah batas
butiran tidak hanya membuat logam menjadi semakin kuat, tetapi juga membuat
logam menjadi rapuh.
3.3 Syarat
a. Sifat kimia
Tahan terhadap korosi, tidak larut dalam cairan rongga mulut atau dalam segala macam cairan
yang dikonsumsi dan tidak luntur dan berkarat atau korosi
b. Sifat Biologi
Tidak beracun terhadap pasien, dokter gigi, perawat maupun tekniker, tidak mengiritasi
rongga mulut dan jaringan pendukungnya, tidak menghasilkan reaksi alergi dan tidak bersifat
mutagen maupun karsinogen.
c. Biokompatibel
Tidak mengandung substansi toksik yang dapat larut dalam saliva, tidak membahayakan
pulpa dan jaringan lunak, bebas dari bahan yang berpotensi dalam menimbulkan sensitifitas
atau respon alergi dan tidak memiliki potensi karsinogen. Untuk menguji biokompatibilitas
dikelompokkan menjadi 3 kelompok:
Uji primer, yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara uji invitro yang dilakukan dalam
laboratorium
Uji sekunder, yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara uji invivo yang dilakukan dalam
laboratorium dengan menggunakan bahan coba sel atau hewan coba atau kultur jaringan.
Uji penggunaan pra-klinis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara uji invivo tetapi
menggunakan hewan secara sistemik.
d. Syarat Mekanis
Berkekuatan tinggi dan tahan terhadap tekanan.
e. Syarat Estetik
memberikan penampilan natural pada gigi.
f. Secara Fisik
konduktivitas thermal dan kuat
g. Bahan bahannya tersedia dalam jumlah besar dan mudah didapat, biaya tidak mahal baik
biaya harga bahan maupun laborat.
h. Titik cairnya tinggi
i. Sebagai klamer atau cengkram
j. Modulus elastic tinggi
k. Pertahanan terhadap abrasi baik
l. Mudah disolder dan dipoles
3.3 Klasifikasi logam dan alloy
Klasifikasi Logam Berdasarkan Fungsi
1. Tipe I (lunak) untuk restorasi yang hanya terkena sedikit tekanan cth: inlay kecil
2. Tipe II (sedang) untuk restorasi yang terkena tekanan sedang cth: mahkota ¾,
abutment, pontik, dan mahkota penuh.
3. Tipe III (keras) utuk restorasi dengan tekanan besar cth: mahkota ¾ yang tipis,
abutment, pontik, mahkota penuh, basis gigi tiruan, gigi tiruan sebagian cekat yang
pendek
4. Tipe IV (ekstra keras) untuk keadaan dengan tekanan yang sangat besar. Contoh:
inlay yang terkena tekanan sangat besar, termasuk lempeng basis dan cengkeram gigi
tiruan, gigi tiruan sebagian rangka logam, dan gigi tiruan sebagian cekat yang
panjang.
5. Alloy untuk mahkota dan jembatan
cocok digunakan untuk restorasi vinir dengan dental porselen , coping, gigi tiruan
cekat dengan span pendek.
6. Alloy untuk gigi tiruan sebagian lepasan
Klasifikasi logam berdasarkan tingkat kekerasan
1. Tipe I (lunak) angka kekerasan Vickers (VHN) 50-90
2. Tipe II (sedang) angka kekerasan Vickers (VHN) 90-120
3. Tipe II (keras) angka kekerasan Vickers (VHN) 120-150
4. Tipe IV (ekstra keras) angka kekerasan Vickers (VHN) >150
Klasifikasi alloy berdasarkan ADA
1. High noble Alloy (HN) atau logam sangat mulia dg komposisi logam mulia >_
60%wt dan kandungan emas >_40% Au – Pt alloy : Untuk Full Casting, Porcelain
Fuse to Metal
Au – Cu – Ag alloy : Full casting
2. Noble alloy (N) atau logam mulia dengan komposisi logam mulia >_ 25% Ag – Au –
Cu alloy : Full Casting
Pd – Cu alloy : full casting, PFM
Ag – Pd alloy : full casting, PFM
3. redominantly base metal Alloy atau alloy berbahan utama logam dasar dengan
kandungan logam mulia < 25% Ni – based alloy : full casting, PFM, wrought, partial
denture
Co – based alloy : sda
Ti – based alloy : sda + implant
Spesifikasi terbaru juga mengikut sertakan non-noble alloy sama seperti alloy yang
tidak mengandung emas tapi memiliki kandungan palladium yang tinggi.
Berdasarkan klasifikasi terbaru maka semua tipe alloy pada klasifikasi lama
merupakan high noble alloy
3.4 manipulasi logam
Penuangan
Penuangan ini meliputi pekerjaan mencairkan logam dan membentuknya di
dalam cetakan. Misal: besi, kuningan, alumunium dll dapat dituang ke dalam cetakan
yang terbuat dari pasir dan tanah liat. Cetakan dari tanah liat dan pasir ini rusak setiap
kali setelah pemakaian. Die casring menggunakan cetakan permanen dari logam.
Pekerjaan Dingin
Pada umumnya logam dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik atau digulung. Logam
dapat ditarik melalui suatu die untuk mendapatkan bentuk kawat.
serbuk Metalurgi
Suatu bentuk logam dapat dipres dibawah tekanan tinggi untuk mendapatkan bahan
degan bentuk yang dikehendaki.hasil ini tidak kuat karena hasil adhesi. Dengan
melakukan sintering kekuatan dapat ditingkatkan, dimana pemresan dipanaskan
dalam atmosfir yang tidak teroksidasi di bawah titk cair dan menggumpalkan partikel.
Electroforming
Suatu logam dapat dilapiskan pada permukaan yang bersifat penghantar dengan
proses elektrolisa.
Proses manipulasi :
a. Tahap pembuatan model sprue, ventilasi dan kawah
Adapun tujuan dari pembuatan sprue adalah menyediakan saluran melalui mana logam cair
akan mengalir ke cetakan yang sudah ada didalam cincin cor setelah model malamnya
dibuang, untuk tambalan yang besar / protesa misalnya gigi tiruan sebagian lepasan dari
logam dan untuk gigi tiruan cekat. Sedangkan tujuan diberikannya ventilasi adalah untuk
menghindari terjadinya back pressure, sehingga mengurangi dari hasil tuangan dan mungkin
juga akan menghindari ledakan, sehingga aman bagi operator.
Pada ujung sprue dibuat bentukan yang disebut reservoir. Reservoir pada ujung sprue
bertujuan untuk mencegah terjadinya porositas yang dapat terbentuk oleh karena adanya
kontraksi bila ruangan untuk reservoir yang ditempati oleh malam mempunyai ukuran
melintang sebesar atau lebih besar dari ukuran ruangan, maka alloy yang ada dalam reservoir
akan lebih lambat mengeras dari pada ruangan utama dan berlaku sebagai cadangan alloy cair
yang siap untuk mengisi ruangan atau mould space.
Pemilihan sprue seringkali bersifat empiris tetapi ada lima prinsip utama dalam menentukan
pilihan, sebagai berikut :
Pilihlah sprue dengan diameter yang kira – kira sama dengan ukuran daerah yang paling
tebal dari model malamnya. Jika model malamnya kecil, tangkai sprue juga harus kecil karena
tangkai sprue yang besar yang direkatkan pada model yang kecil dan halus dapat
menyebabkan perubahan bentuk. Tetapi, jika diameter sprue terlalu kecil, daerah ini akan
memadat terlebih dahulu sebelum tuangannya sendiri dan bisa terbentuk porositas penyusutan
setempat (porositas ‘ tersedot ‘). Untuk mengatasi masalah ini diperlukan area cadangan pada
sprue.
Jika mungkin, tangkai sprue harus direkatkan pada bagian model malam yang penampang
melintangnya terluas. Akan lebih baik bagi logam cair untuk mengalir dari bagian yang tebal
ke daerah - daerah tipis di sekelilingnya. Rancangan ini mengurangi risiko aliran logam ke
daerah mendatar dari bahan tanam atau daerah – daerah kecil seperti garis sudut.
Panjang sprue harus cukup panjang untuk memposisikan model malam dengan tepat
didalam cincin cor dengan jarak sekitar 6 mm dari tepi ujung cincin tetapi cukup pendek
sehingga logam campur cair tidak memadat sebelum mengisi penuh mold.
Jenis sprue yang dipilih mempengaruhi teknik pembakaran yang digunakan. Tangkai sprue
yang terbuat dari malam lebih sering digunakan daripada yang plastik. Jika digunakan sprue
atau model dari plastik, dianjurkan untuk menggunakan teknik pembakaran 2 tahap untuk
memastikan pembuangn karbon yang sempurna, karena sprue plastik melunak pada
temperatur diatas titik cair malam inlay.
Model malam dapat diberi sprue secara langsung ataupun tidak langsung. Pada pemberian
sprue langsung, tangkai sprue akan menyediakan hubungan langsung antara daerah model
dengan basis sprue atau daerah crucible former. Pada yang tidak langsung, diletakkan sebuah
penghubung atau batang cadangan diantar model atau crucible former.
Pada pembuatan sprue harus diperhatikan perlekatan tangkai sprue, posisi tangkai sprue
panjang serta arah dari tangkai sprue dan pelepasan model malam. Panjang sprue tergantung
pada panjang cincin cor. Jika tangkai sprue terlalu pendek, maka model malam akan terlalu
jauh dari ujung luar cincin sehingga gas – gas tidak dapat dialirkan secara memadai untuk
memungkinkan logam cair mengisi seluruh ruang cincin.jika gas tidak dapat dikeluarkan
secara menyeluruh, akan terjadi porositas. Karena itu, panjang harus disesuaikan sedemikian
rupa sehingga ujung atas model malam berada sekitar 6 mm dari ujung terbuka dari cincin
untuk bahan tanam gipsum.
b. Tahap Penanaman
Pada tahap penanaman model malam harus dibersihkan dari kotoran, debu, dan minyak.
Untuk itu dapat digunakan pembersih model malam komersial atau deterjen sintetik yang
diencerkan. Sisa cairan dapat dihilangkan dengan dikibaskan dan model dibiarkan mengering
diudara terbuka, sementara bahan tanam disiapkan. Lapisan tipis pembersih yang tertinggal
pada permukaan model malam dapat mengurangi tegangan permukaan dari malam dan
pembasahan yang lebih baik dari bahan tanam sehingga terjadi perlekatan yang sempurna,
termasuk pada bagian – bagian model yang kecil dan tipis.
Sementara model malam dikeringkan di udara terbuka, jumlah air destilasi (bahan tanam
gipsum) atau cairan silika koloiadal khusus (bahan tanam fosfat) diukur. Cairan ini dituang
kedalam mangkuk karet yang bersih dan kering, kemudian bubuk ditambahkan ke dalam
cairan secara bertahap dan hati – hati untuk mencegah terjebaknya udara didalam adukan.
Pengadukan dilakukan dengan lembut sampai semua bubuk basah, atau bubuk yang tidak
tercampur terdesak keluardari mangkuk secara tidak sengaja. Bahan tanam ditunggu sampai
mencapai final setting, lalu kawah di lepas dari bumbung tuang dan dibiarkan selama 24 jam.
Yang perlu diperhatikan dalam proses penanaman adalah :
- pengadukan hampa udara, berfungsi untuk mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang
terbentuk selama pengadukan dan mengeluarkan gas-gas berbahaya yang dihasilkan dari
reaksi kimia yang digunakan sebagai bahan tanam
- kompensasi penyusutan, kadang-kadang perubahan dimensi mould memang diperlukan
terutama untuk mahkota cor penuh.
- Teknik pengendalian dengan peambahan air, ekspansi mikroskopik linear akan meningkat
sejalan dengan jumlah air yang ditambahkan sampai tercapai ekspansi maksimal
c. Tahap burning out dan Preheating
Tahap burning out dimulai dengan menghidupkan kompor gas dan letakkan bumbung tuang
diatas dengan bagian kawah menghadap ke api, biarkan hingga semua malam terbuang dan
pastikan seluruh mould space bersih dari malam. Sememtara itu siapkan furnice, lalu naikkan
suhunya hingga mencapai 700 º C kemudian masukkan bumbung tuang kedalam furnice, lalu
dilanjutkan dengan tahap preheating naikkan suhu furnice hingga mencapai suhu 900º C, pada
saat bahan tanam sudah terlihat membara, model sudah siap di casting.
Selama pembakaran, sejumlah malam yang mencair akan diserap oleh bahan tanam dan sisa
karbon akibat pembakaran malam cair menjadi terperangkap di dalam bahan tanam yang
berpori – pori. Burning out akan mengubah karbon menjadi karbon monoksida atau karbon
dioksida. Gas – gas ini akan keluar melalui celah sisa malam yang mencair.
d. Tahap Casting
Casting menggunakan 2 logam Cu alloy. Logam campur dicairkan dengan semburan api
dalam crucible yang terpisah. Kemudian dituang kedalam mould dengan gaya centrifugal.
Setelah bumbung tuang telah mencapai suhu normal, lalu logam dikeluarkan dengan cara
membongkar bahan tanam. Hasil logam dicuci dan dibersihkan sampai sisa bahan tanam tidak
ada.Setelah pencucian, terlihat adanya bitik-bintik tidak teratur pada logam (logam masih
kasar) dan tidak sesuai dengan ukuran semula. Bitik-bintik ini disebabkan oleh beberapa hal
terutama kesalahan dalam penuangan. Terjadinya oksidasi pada logam sebelum penuangan
dapat menyebabkan permukaan logam menjadi kasar. Adapun oksidasi ini dapat disebabkan
beberapa hal yaitu penggunaan api yang bukan berwarna biru atau kehijauan atau logam yang
terlalu lama dipanaskan sehingga terjadi over heating.
Dapat terjadi beberapa kesalahan/kegagalan lain selama proses pembuatan logam ini, antara
lain adanya gelembung udara pada pola malam oleh karena busa sabun yang dapat
menjadikan bentuk permukaan logam kasar, dapat pula bentuk permukaan mould space retak
atau pecah-pecah. Hal ini disebabkan oleh karena adonan gips dan air yang terlalu encer
sehingga gips tidak terlalu kuat atau dapat pula karena pemanasan pada oven terlalu lama
sehingga permukaan mould space retak.
Casting atau yang sering disebut proses pengecoran atau penuangan dalam kedokteran gigi
dapat diartikan suatu proses pendorongan logam yang sedang mencair ke dalam mould
sehingga menjadi suatu tuangan yang sering disebut logam tuang. Sehingga pada akhir dari
casting alloy dapat dihasilkan suatu bentukan yang terbentuk dari logam yang terjadi di dalam
mould. (Kamus Kedokteran Gigi-F.J Harty & R.Ogston).
Pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk
menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi. Logam
cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga sesuai dengan
bentuk yang diinginkan. Proses pengecoran sendiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu
traditional casting dan non-traditional/contemporary casting.
• Teknik traditional terdiri atas :
1. Sand-Mold Casting
2. Dry-Sand Casting
3. Shell-Mold Casting
4. Full-Mold Casting
5. Cement-Mold Casting
6. Vacuum-Mold Casting
• Teknik non-traditional terbagi atas :
1. High-Pressure Die Casting
2. Permanent-Mold Casting
3. Centrifugal Casting
4. Plaster-Mold Casting
5. Investment Casting
6. Solid-Ceramic Casting
Dalam proses casting diperlukan :
1. Ruang Cetak
Cetakan sekali pakai yang terbuat dari pasir & tanah liat.
Bahan pendam berbasis gisum
Bahan pendam berbasis fosfat
Bahan pendam berbasis silica
2. Api Pengencer Logam
Api dari semburan bahan bakar / torch
Api dari induksi listrik
3. Mesin Pengecoran
Alami dengan bantuan gravitasi
Manual dengan tangan
Centrifugal Casting Machine
4. Ruang laboratorium yang cukup ventilasi.
Jenis logam yang kebanyakan digunakan di dalam proses pengecoran
adalah logam besi bersama-sama dengan aluminium, kuningan, perak,
dan beberapa material non logam lainnya.
e. Tahap Finishing dan Polishing
Pada tahap ini dilakukan perapian model kasar logam dan disesuaikan dengan ukuran semula.
Kemudian logam dipoles dengan menggunakan arkansas stone sampai permukaan model
terlihat halus. Lalu dilanjutkan dengan rubber warna merah dan terakhir dengan rubber warna
hijau. Setelah permukaan logam terlihat halus dan mengkilat potong sprue dengan
menggunakan diamond disk kemudian dirapikan dan dipulas pada daerah bekas potongan.
3.5 Aplikasi logam untuk kedokteran gigi
a. Gigi tiruan sebagian
b. Mahkota stainless steel
c. Restorasi mahkota (inlay dan onlay)
d. Dental implant
e. Instrument ortodonty
f. Klamer
g. Pasak
h. Dsb.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Logam merupakan substansi kimia opak mengkilap yang merupakan penghantar
(konduktor) panas atau listrik yang baik serta bila dipoles, merupakan pemantul atau
reflektor sinar yang baik.
2. Sifat logam
Sifat fisik
Keras
Berkilat bila dipoles
Berat ini berkaitan dengan berat atom elemen dan tipe struktur kisi yang
menentukan bagaimana eratnya atom-atom tersebut tersussun.
Penghantar panas dan penghantar listrik
Opaque
Liat dan dapat dibentuk
3. Syarat logam untuk kedokteran gigi
Syarat kimia
Syarat biologi
Syarat fisik
Syarat ekonomis
Syarat estetik
Biokompatibel
4. Klasifikasi Logam alloy
High noble Alloy (HN) atau logam sangat mulia
Noble alloy (N) atau logam
redominantly base metal Alloy atau alloy berbahan utama logam dasar
5. Manipulasi logam
Penuangan
Pekerjaan Dingin
serbuk Metalurgi
Electroforming
6. Aplikasi untuk kedokteran gigi
a. Gigi tiruan sebagian
b. Mahkota stainless steel
c. Restorasi mahkota (inlay dan onlay)
d. Dental implant
e. Instrument ortodonty, dsb
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta:
EGC
Craig, Robert George anf Powers. 2002. Restorative Dental Materials . Houghton : Mosby
Hatrick, Carol Dixon. 2003. Dental Material : clinical application for dental assistants and
dental hygienist. Philadelphia : Saunders
http://repository.usu.ac.id