laporan tutorial 3.doc
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO 3 BLOK HUMANIORA
GANJIL 2012-2013
Oleh Kelompok Tutorial VIII :
Ketua : Rakotoarison J. N. (Nim:121610101110)
Sekertaris : Iqma Dea Agih C. (Nim:121610101104)
Resti Ayu Indriana (Nim:121610101109)
Anggota : Zulfa Fithri (Nim:121610101097)
Aisyah Gediyani P. (Nim:121610101098)
Ilvana Ardiwirastuti (Nim:121610101099)
Farrahdina Nuri A. (Nim:121610101100)
Linda Surya S. (Nim:121610101101)
Prita Sari M. D. (Nim:121610101102)
Galuh Panji R. (Nim:121610101103)
Niken W. (Nim:121610101105)
Nungky Tias S. (Nim:121610101106)
Hilmy Asyam F. (Nim:121610101107)
Rifqah Nabela S. (Nim:121610101108)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini, tentang Memahami
Pluralitas Sosial. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial
kelompok VIII pada skenario pertama.
Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Kasim Sembiring, SH., M.Si. selaku tutor yang telah membimbing
jalannya diskusi tutorial kelompok VIII Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember dan yang telah memberi masukan yang membantu, bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan–perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, September 2012
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Permasalahan
I.2. Skenario
I.3. Permasalahan
I.4. Mapping Permasalahan
I.5. Learning Objective
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Problem Based Learning (PBL)
II.2. Peran Teknologi Informasi (TI) dalam Penerapan PBL
II.3. Menyesuaikan Strategi Belajar dengan Sistem PBL
II.4. Implementasi Sumber Belajar yang Sahih dalam sistem PBL
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Permasalahan
Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dengan seiring
berkembangnya zaman. Begitu pula dengan sistem pendidikan. Sistem yang
dahulu cenderung berpusat pada guru atau dosen yang aktif memberikan ilmu
kepada peserta didik, kini berganti menjadi peserta didik yang dituntut untuk aktif
mencari pengetahuan seluas-luasnya melalui berbagai media. Disini mereka
diberikan suatu permasalahan yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari, lalu
mereka diharuskan untuk bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Sistem ini
disebut sistem belajar Problem Based Learning (PBL) yaitu proses pembelajaran
yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata dan
lalu dari masalah ini peserta didik dirangsang untuk mempelajari masalah ini
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya
(prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan
dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan
poin utama dalam penerapan PBL.
Dalam PBL, tujuan adalah sangat penting karena menyangkut formulasi
permasalahan, tujuan pembelajaran peserta didik, dan penilaian. Salah satu cara
untuk mengembangkan tujuan adalah menyatakan segala sesuatu yang harus
dimiliki oleh para peserta didik setelah selesai mengikuti kuliah dalam hal
pengetahuan (berkaitan dengan kandungan mata kuliah), keterampilan (berkaitan
dengan kemampuan peserta didik mulai dari mengajukan pertanyaan, penyusunan
esai, searching basis data, dan presentasi makalah), dan sikap (berkaitan dengan
pemikiran kritis, keaktifan mendengar, sikap terhadap pembelajaran, dan
respeknya terhadap argumentasi peserta didik lain).
Namun, tidak semua peserta didik mampu secara langsung menerapkan
sistem pembelajaran tersebut. Beberapa dari mereka masih terbiasa dengan sistem
belajar menghafal sehingga menimbulkan kesulitan dalam beradaptasi dengan
pembelajaran PBL. Oleh karena itu, disini kami mengulas contoh permasalahan
dalam sistem PBL beserta penyelesaiannya.
I.2. Skenario
Andi , seorang mahasiswa baru kedokteran gigi, merasa kesulitan
menyesuaikan cara belajarnya dengan strategi belajar Problem-Based Learning
yang diterapkan di Fakultas Kedokteran Gigi UNEJ. Ia terbiasa belajar dengan
menghafal, namun kini harus mampu berpikir kritis terhadap penjelasan dosen
dan menerapkan cara-cara pemecahan masalah yang efektif. Hal lain yang harus
ia kuasai adalah keterampilan teknologi informasi untuk penelusuran sumber
belajar. Ini cukup sulit baginya. Ia memang sering mencari artikel melalui
internet, tetapi ternyata ia kesulitan membedakan mana artikel yang sahih
digunakan sebagai rujukan ilmiah mana yang tidak. Saat ini ia mendapat tugas
membuat makalah . Andi bingung, ia ingin mendapat nilai yang baik pada tugas
tersebut namun tak tahu harus berbuat apa supaya makalahnya memenuhi kaidah
ilmiah yang di tetapkan.
I.3. Permasalahan
I.3.1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pola pikir seseorang dan
bagaimana cara untuk merubahnya dari pola menghafal menjadi pola
pembelajaran PBL?
I.3.2. Bagaimana metode pembelajaran PBL dan solusi permasalahannya?
I.3.3. Bagaimana bentuk implementasi sumber belajar yang sahih?
I.3.4. Apa saja manfaat TI sebagai pendukung sumber belajar kurikulum PBL?
I.4. Mapping Permasalahan
I.5. Learning Objevtive
I.5.1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola pikir seseorang dan
cara untuk merubahnya dari pola menghafal menjadi pola pembelajaran
PBL.
I.5.2. Mengetahui metode pembelajaran PBL dan solusi permasalahannya.
I.5.3. Memahami bentuk implementasi sumber belajar yang sahih.
I.5.4. Mengetahui manfaat TI sebagai pendukung sumber belajar kurikulum
PBL.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Problem Based Learning (PBL)
PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono,
2004). Atau menurut Boud & Felleti (1991, dalam Saptono, 2003) menyatakan
bahwa Problem based learning is a way of constructing and teaching course
using problem as a stimulus and focus on student activity.
Metode ini melibatkan sekelompok kecil mahasiswa (8-15
orang/kelompok) dalam diskusi kelompok dengan dibimbing oleh seorang
tutor/fasilitator dan nara sumber. Sebuah masalah (problem) diberikan pada awal
diskusi kelompok tersebut untuk memicu proses pembelajaran. Masalah biasanya
diberikan dalam bentuk tertulis, berisi fenomena yang membutuhkan penjelasan.
“The Seven Jumps from Schmidt” adalah langkah-langkah yang lazim digunakan
dalam metode PBL.
Dalam Filosofi PBL dan Strategi Pembelajaran karya Rahmatina B.
Herman dijelaskan terdapat tiga metode pembelajaran dalam sistem PBL, yakni
mass instruction (meliputi kuliah konvensional, presentasi film dan video, siaran
radio pendukung, serta kerja studio dan praktikum masal), belajar individu
(meliputi belajar dari text book, jurnal ilmiah, serta tugas) dan belajar grup
(meliputi tutorial, seminar serta game dan simulasi).
II.2. Peran Teknologi Informasi (TI) dalam Penerapan PBL
Saat ini dimana teknologi informasi berkembang demikian pesat, TI dapat
berperan sentral di dalam proses pembelajaran. TI dapat menyediakan
“lingkungan virtual” yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi keterbatasan
sarana fisik, sekaligus membantu menumbuhkan sikap (attitude) yang diperlukan
untuk bekerja dengannya:
Internet dan intranet sebagai sumber informasi.
Manajemen dan organisasi informasi misalnya dengan LMS (Learning
Management System) yang dikembangkan oleh Teknik Elektro UGM, yaitu
suatu sistem informasi yang berbasis Web yang isinya dikembangkan secara
mandiri oleh dosen pemberi materi kuliah/tutorial (materi kuliah dalam bentuk
digital, seperti file-file, .pdf, .html, .doc .ppt, video streaming).
Komunikasi dan interaksi baik secara langsung maupun via internet (e-mail,
chatroom, dll).
II.3. Menyesuaikan Strategi Belajar dengan Sistem PBL
Hampir dalam setiap kali manusia memasuki lingkungan baru, manusia
selalu membutuhkan fase beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Lama tidaknya
atau berhasil tidaknya fase beradaptasi tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain adalah pengalaman, kemampuan menyesuaikan diri, hingga
culture lingkungan baru yang mendukung bagi individu yang bersangkutan untuk
mampu beradaptasi. Demikian pula hanlnya dalam akademis. Seorang anak yang
baru masuk sekolah memerlukan fase beradaptasi dengan lingkungan sekolah
barunya agar dapat berbaur dan bersatu dengan lingkungan sekolah tersebut, yang
nantinya dapat berpengaruh terhadap prestasi akademiknya.
Ketika seorang siswa SMU menjadi seorang mahasiswa di suatu
universitas, merupakan suatu fase peralihan yang memiliki banyak kemungkinan
yang dapat terjadi. Salah satunya adalah kemungkinan untuk menyesuaikan diri
dengan likngkungan universitas yang memiliki banyak perbedaan kultur dan
dinamika dengan lingkungan sekolah. Hal ini karena terdapat beberapa kendala
yang dialami oleh para mahasiswa ketika pertama kali mereka masuk ke
lingkungan baru yang sangat berbeda dari lingkungan yang mereka hadapi
sebelumnya. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, hampir sebagian
besar mahasiswa baru membutuhkan waktu untuk dapat menyesuaikan diri
dengan pola yang ada di perguruan tinggi, terutama dalam hal proses
pembelajaran.
Adanya perbedaan cara belajar, perbedaan hubungan antara mahasiswa
dan pengajar, perbedaa kegiatan ekstrakurikuler, bahkan perbedaan hubungan
antara mahasiswa dengan mahasiswa yang lain yang tidak seangkatan,
membutuhkan kemampuan dan keterampilan yang mumpuni untuk beradaptasi,
bahkan pada kondisi tertentu dibutuhkan kemampuan menciptakan strategi coping
yang baik pula.
Selanjutnya Taylor (2003) menambahkan mengenai tuntutan eksternal
maupun internal yang dihadapi individu. Taylor berpendapat bahwa pengaturan
terhadap tuntutan eksternal dan internal pada individu tersebut meliputi usaha
untuk menguasai kondisi yang ada, menerima kondisi yang dihadapi, melemahkan
atau memperkecil masalah yang dihadapi.
Lain halnya menurut Brandtstadter (dalam Lopez & Sbyder, 2003) yang
menyatakan bahwa bentuk strategi copingIdibagi menjadi dua, yaitu: assimilative
coping dan accommodative coping. Assimilative coping lebih menekankan pada
pencapaian tujuan khusus atau proses penyesuaian yang kuat dengan cara
mengubah dan mengendalikan lingkungan untuk disesuaikan dengan kondisi
individu yang bersangkutan, sedangkan accommodative coping lebih bersifat
flekdibel dalam pencapaian tujuan dengan cara mengubah diri sendiri untuk
disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang terjadi.
Taylor (2003) menyatakan faktor yang mempengaruhi coping yng
dilakukan individu lebih berasal dari dukungan orang-orang di sekitar individu,
seperti misalnya saudara, orang tua, suami atau istri, anak, teman, ataupun
menggunakan jasa tangan professional seperti psikolog yang dapat membantu
individu dalam melakukan coping yang tepat, dalam usaha menghadapi dan
mmeemecahkan masalah yang dihadapinya.
Menurut Parker (1986), ketika seseorang melakukan strategi coping, ada
tiga faktor utama yang dapat mempengaruhinya. Ketiga hal tersebut adalah: (1)
karakteristik situasional; (2) faktor lingkungan fisik dan psikososial; (3) faktor
personal atau perbedaan individu yang memperngaruhi manifestasi coping antara
lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status social ekonomi, persepsi
terhadap stimulus yang dihadapi dan tingkat perkembangan kognitif individu.
Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi Icoping yang dilakukan individu adalah adanya
dukungan sosial disertai adanya situasi yang mendukung, faktor lingkungan fisik
maupun psikososial, usia, tingkat pendidikan, status social ekonomi, persepsi
terhadap stimulus yang dihadapi, tingkat perkembangan kognitif individu,
kepribadian, kebudayaan, kesenangan, dan tingkat usia individu.
II.4. Implementasi Sumber Belajar yang Sahih dalam sistem PBL
Metode pembelajaran PBL adalah metode yang terpusat pada mahasiswa
(student-centered), dimana mahasiwa tidak lagi tergantung kepada pengajar dalam
mendapatkan ilmu pengetahuan. Tetapi mahasiswa menjadi lebih aktif dalam
mengakses dan mempelajari semua sumber yang ada, baik itu melalui buku ajar,
jurnal, artikel ilmiah, maupun pakar sebagai nara sumber. Metode ini menuntut
mahasiswa untuk belajar mandiri secara aktif (self-directed learning atau active
learning) dalam mengidentifikasi masalah, menentukan tujuan pembelajaran,
mencari sumber ajar, menyusun penjelasan masalah serta menganalisa penjelasan
tersebut.
Dalam mencari referensi pembelajaran dengan memanfaatkan TI
mahasiswa diharapkan mampu untuk membedakan mana referensi yang sahih dan
mana yang tidak. Untuk referensi berupa jurnal, terdapat dua jenis tingkatan,
yakni jurnal tidak terakreditasi dan terakreditasi. Jurnal harus memiliki
International Series Serial Number (ISSN) yang diperoleh dari Pusat Dokumentasi
Ilmiah Indonesia-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII-LIPI). Sedangkan
untuk referensi berupa buku, monografi dan prodising harus memiliki
International Series Book Number (ISBN). Salah satu situs penyedia jurnal ilmiah
ber-ISSN ialah www.pdgi.or.id.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini kita akan membahas mengenai beberapa point dari learning
objectif (LO) dalam topik kita yaitu manfaat TI dalam pembelajaran PBL. Dengan
adanya pembahasan ini maka kita bisa lebih paham dan mengerti mengenai
keterkaitan antara TI dengan PBL. Berikut beberapa point yang akan kita bahas.
Point yang pertama adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pola pikir seseorang dan cara untuk merubahnya dari orang yg berpola pikir
menghafal menjadi pola pikir pembelajaran PBL. Berikut ini faktor-faktor yang
mempengaruhi pola pikir seseorang :
Internal → Keyakinan (dipengaruhi lingkungan dan media massa) , usia, cita-cita.
Eksternal → Perkembangan teknologi, kelas sosial, pendidikan.
Cara untuk merubah pola pikir yaitu diperlukan beberapa aspek yang salah
satu aspeknya yaitu penyelesaian masalah internal dahulu yang nantinya akan
diikuti dengan penyelesaian masalah eksternal yang menyangkut pembelajaran
PBL, beserta manfaat dan indikator sumber yang sahih. Karena dengan hal
tersebut pola pikir seseorang menjadi terus terlatih yang lama-lama bisa berubah
menjadi pola pikir pembelajaran PBL seiring dengan waktu. Kita juga bisa
menggunakan mediator seperti psikolog atau psikiater yang bisa turut membantu
dalam meyeleaikan masalah-masalah kita seperti penyesuaian diri dan
kebiasaan-kebiasaan yang sudah terlanjur kita lakukan.
Point yang kedua adalah membahas metode pembelajaran PBL dan solusi
permasalahannya. Yaitu metode PBL dengan cara menggunakan masalah sebagai
titik awal untuk mendapat ilmu. Lalu masalah yang disajikan merupakan
representatif sehari-hari. Karena mahasiswa dirangsang untuk mempelajari
dengan prior knowledge sehingga dapat menghasilkan pengetahuan baru.
Dengan hal tersebut kita bisa lebih paham dalam memperoleh ilmu, kita
mempelajari apa yang ada dalam permasalahan yang merupakan pokok utama
dalam melakukan pembahsan untuk bisa menjelaskan lebih terperinci pokok-
pokok permasalahan tersebut. Misal bila kita akan mempelajari tentang sistem
tubuh, kita tidak perlu menghafal seluruhnya karena yang kita butuhkan adalah
point-point dari bab sistem tubuh tersebut dengan cara mempelajari permasalahan-
permasalahan yang ada di dalam bab tersebut sehingga ilmu yang kita peroleh
bisa lebih fokus dan terperinci.
Point yang ketiga yaitu mengetahui manfaat TI sebagai pendukung sumber
belajar kurikulum PBL. Kita mengetahui bahwa dengan adanya TI maka hal
tersebut sangatlah membantu dalam proses pembelajar PBL. hubungan keduanya
boleh dikatakan cukup erat karena manfaat TI sangatlah banyak. Contohnya bila
kita ingin mengetahui suatu bab tentang anatomi gigi kita bisa menggunakan TI
sebagai salah satu sumber pembelajaran terutama pembelajaran PBL. Karena
tentu saja lebih ringkas dan praktis dibanding dengan sumber belajar lain seperti
buku. Tetapi tentu saja kita tidak boleh langsung mengambil seenaknya dari TI
ataupun internet karena harus ada label khusus seperti ISSN, ISSB sebagai
referensi yang resmi sehingga bisa dipertanggung jawabkan ilmu atau
pengetahuannya.
Menurut Proyek DUE-LIKE UI 2002 mengemukakan bahwa langkah-
langkah metode PBL terdapat step pembelajaran mandiri dan penentuan sumber
belajar. Salah satu sumber pembelajaran adalah internet sebagai salah satu
teknologi informasi maka dapat dikorelasikan jika seseorang tidak menguasai TI
maka seseorang akan kehilangan salah satu sumber belajar untuk melakukan
steppembelajaran mandiri pada metode pembelajaran.
Point yang terakhir adalah bagaimana kita memahami bentuk
implementasi sumber belajar yang sahih. Memang dalam mencari sumber belajar
kita membutuhkan referensi yang jelas, sahih dan tentu saja bisa
dipertanggunjawabkan keadaanya agar kita tidak mendapatkan ilmu yang salah
sehingga akhirnya bisa membuat kerugian besar pada diri kita sendiri.
Indikator sumber belajar yang sahih yaitu :
Untuk jurnal harus berlabel ISSN dapat diakses di internet.
Untuk buku harus berlabel ISBN dapat ditemukan di perpustakaan atau toko buku.
Contoh situs jurnal resmi :
Isjd.pdii.go.id , scholar.google.com , pubmencentral.nih.go
Contoh untuk E-Book :
Ebooke.com , Freebook4doctors.com , Medicalzone.com
BAB IV
KESIMPULAN
Dari bab-bab sebelumnya dapat kita simpulkan bahwa sebagai seorang
mahasiswa FKG, kita ditutuntut untuk mengikuti sistem pembelajaran yang
berlaku yaitu PBL (Problem-Based Learning). Yang mana di dalam PBL ini kita
dituntut mengubah pola pikir kita yang dahulunya menghafal menjadi aktif,
kritis, dan kreatif. Salah satu aspek terpenting yang mendukung keberhasilan PBL
adalah sumber belajar.
Sumber belajar yang digunakan haruslah banyak demi mendukung
berjalannya PBL. Untuk mendapat sumber belajar yang banyak, kita haruslah bisa
atau terampil dalam memanfaatkan teknologi informasi (TI) yang ada. Dimana
dalam pencarian dan penggunaan sumber belajar tersebut kita harus
memperhatikan aturan-aturan atau syarat kesahihan suatu sumber belajar sebagai
referensi pembelajaran kita.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhson. 2009. Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa
melalui Penerapan Problem Based Learning. [on-line].
http://www. staff.uny.ac.id/dosen/ ali - muhson -spd-mpd . Diakses tanggal 4
September 2012.
Bahari, Yohanes, dkk. 2002. Relasi dengan Sesama. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Bahaudin, Taufik. 2007. Brainware Leadership Mastery. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Eka Saraswati, dkk. Pengaruh Problem Based Learning dan Kemampuan
Berpikir Kritis terhadap Hasil Belajar Mahasiswa. [on-line].
http://www.google.c.id. Diakses tanggal 4 September 2012.
IS Wahyuningsih. 2011. Keperawatan dengan Metode PBL. [on-line].
http://www.eprints.undip.ac.id. Diakses tanggal 4 September 2012.
I Wayan Warmada. Problem Based Learning (PBL) Berbasis Teknologi
Informasi (ICT).[on-line]. http://directory.umm.ac.id%2Ftik%2Fpbl-
ict.pdf&ei. Diakses tanggal 3 September 2012.
Kunmaryati dan Juju Suryawati. 2006. Membangun Kompetensi Sosiologi SMA
Kelas X. Jakarta: Esis.
Munir, Risfan. 2009. Jurus Menang dalam Karier dan Hidup ala Samurai Sejati.
Jakarta: Gramedia.
Rahmatina B. Herman. 2011. Filosofi PBL dan Strategi Pembelajaran.
http://repository.unand.ac.id%2F3497%2F1%2FFilosofi_PBL_
%2526_Strategi_Pembelajaran_%255BCompatibility_Mode
%255D.pdf&ei. Diakses tanggal 4 September 2012.
Sudarman. 2007. Jurnal Pendidikan Inovatif volume 2 (2). [on-line].
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=jurnalpblsudarman&source=web&cd....pdf. Diakses tanggal
4 September 2012.
Suryawati, Juju dan Kun Maryati. 2001. Sosiologi Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Semium, Yustinus. 2010. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kansius.
Universitas Jember. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: Jember
University Press.
Universitas Brawijaya. 2011. Buku Pedoman Mahasiswa Problem Based
Learning. [on-line]. http://fajarari.lecture.ub.ac.id%2Ffiles
%2F2011%2F09%2Fstudent-guideline_PBL_Semester-509_12-9-
2011.pdf&ei. Diakses tanggal 4 September 2012.