laporan tutorial 5 skenario c blok 11.doc

59
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial Kasus Skenario C “Pneumonia” Blok XI” sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman. Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan. 2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual. 3. dr. Rizal Ambiar, Sp.THT, selaku tutor kelompok 5 4. Teman-teman seperjuangan 5. Semua pihak yang membantu penulis. Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 1

Upload: andy-shariff

Post on 19-Feb-2015

362 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul

“Laporan Tutorial Kasus Skenario C “Pneumonia” Blok XI” sebagai tugas

kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan

kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-

pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

perbaikan di masa mendatang.

Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,

bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa

hormat dan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.

2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.

3. dr. Rizal Ambiar, Sp.THT, selaku tutor kelompok 5

4. Teman-teman seperjuangan

5. Semua pihak yang membantu penulis.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang

diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan

tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga

kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, Maret 2010

Penulis

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 1

Page 2: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

DAFTAR ISI

Halaman Kover ………………………………………………………………… 0

Kata Pengantar …………………………………………………………………. 1

Daftar Isi ………………………………………………………………………… 2

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 3

1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………… 4

BAB II : Pembahasan

2.1 Data Tutorial ………………………………………………… 5

2.2 Skenario ……………………………………………………… 5

2.3 Seven Jump Steps ……………………………………………

I. Klarifikasi Istilah-Istilah ………………………………. 8

II. Identifikasi Masalah …………………………………… 9

III. Analisis Permasalahan dan Jawaban …………………. 10

IV. Hipotesis ……………………………………………….. 36

DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 2

Page 3: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Sistem Respirasi adalah blok kesebelas pada semester 4 dari

Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C

“Pneumonia” yang memaparkan kasus mengenai Budi, anak umur 3 tahun,

dibawa ibunya ke poliklinik dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu,

tiga hari sebelumnya Budi menderita batuk pilek disertai panas tinggi karena

orang tuanya tidak mampu sehingga belum diobati. Budi anak ke 5 dari 6

bersaudara dan tinggal didaerah kumuh dengan riwayat imunisasi tidak lengkap.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari

system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan

metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 3

Page 4: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutorial 5 Blok 11 Skenario C

Tutor : dr. Rizal Ambiar, Sp.THT

Moderator : Wendy Ardiansyah

Sekretaris Meja : Alham Wahyudin

Sekretaris Papan : Alvin Putra Perwira

Aturan :

1. Ponsel dalam keadaan silent.

2. Izin bila ingin keluar

3. Mengacungkan tangan bila ingin mengajukan pendapat

2.2 Skenario Kasus

Budi, anak umur 3 tahun, dibawa ibunya ke poliklinik dengan

keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, tiga hari sebelumnya Budi

menderita batuk pilek disertai panas tinggi karena orang tuanya tidak

mampu sehingga belum diobati. Budi anak ke 5 dari 6 bersaudara dan

tinggal didaerah kumuh dengan riwayat imunisasi tidak lengkap.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

Tampak sakit berat,

BB = 10 Kg

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 4

Page 5: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

Tanda-tanda vital

TD : 80/60 mmHg

HR : 140x/menit

RR : 59x/menit

Temp : 39,60 C

Kepala

Sianosis circum oral (+), nafas cuping hidung (+)

Thorax

Inspeksi : retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal

Perkusi : Pekak

Auskultasi : suara nafas menurun, ronchi basah halus nyaring pada kedua lapangan paru

Laboratorium

Hb: 10,8 g%, WBC: 30.000/mm³, LED 20 mm/jam,

Diff Count: 1/1/8/68/20/2,

2.3 Seven Jump Steps

I. KLARIFIKASI ISTILAH

- Sesak nafas : Dyspneu > pernapasan yang sukar dan susah

- Batuk : expulsi udara yang tiba-tiba sambil mengeluarkan suaradari

paru-paru

- Daerah kumuh : Daerah yang lingkunganya kotor dan tidak sehat

- Imunisasi : Proses membuat subyek imun / menjadikan imun

- Pekak : suara yang bisa didengarkan melalui perkusi (udara > benda

padat)

- Sianosis circum oral : kebiruan pada sekeliling mulut

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 5

Page 6: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

- Retraksi inter costal : keadaan tertarik /’ penarikan pada instercostal

- Retraksi supra sternal :keadaan tertarik di atas sternum

- Ronchi basah halus : bunyi melutuk karena udara melalui cairan

- Nafas cuping hidung : nafas yang terdapat pergerakan pada cuping

hidung

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Budi anak umur 3 tahun, dibawa ibunya ke Poliklinik dengan keluhan

sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, tiga hari sebelumnya Budi

menderita batuk pilek disertai panas tinggim karena orang tuanya tidak

mampu sehingga belum diobati.

2. Budi anak ke 5 dari 6 bersaudara dan tinggal didaerah kumuh dengan

riwayat imunisasi tidak lengkap.

3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum :

- Tampak sakit berat, BB = 10 Kg

Vital Sign :

- TD : 80/60 mmHg,

- HR : 140 x/menit, regular

- RR : 59 x/menit,

- T : 39,6 C

Kepala :

- Sianosis circum oral (+), nafas cuping hidung (+)

Thorax :

- Inspeksi : Retraksi inter-costal, subcostal dan suprasternal

- Perkusi : Pekak

- Auskultasi : suara nafas menurun, ronchi basah halus nyaring pada kedua lapangan paru

4. Laboratorium

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 6

Page 7: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

Hb : 10,8 gr/dl, WBC : 30.000 mm3, Diff Count : 1/1/8/68/20/2, LED : 20 mm/jam

III. ANALISIS PERMASALAHAN

1. Budi anak umur 3 tahun, dibawa ibunya ke Poliklinik dengan

keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, tiga hari sebelum-

nya Budi menderita batuk pilek disertai panas tinggim karena

orang tuanya tidak mampu sehingga belum diobati.

a. Apa itu sesak nafas ?

b. Apa penyebab sesak nafas ?

c. Mekanisme sesak nafas ?

d. Penyebab batuk ?

e. Mekanisme batuk ?

f. Penyebab pilek ?

g. Mekanisme pilek ?

h. Organ apa saja yang terlibat pada gejala diatas ? (Anatomi,

Histologi dan Fisiologi)

i. Penyebab panas tinggi ?

j. Mekanisme panas tinggi ?

k. Bagaimana hubungan gejala sekarang dengan 3 hari sebelum-

nya ?

l. Bagaimana pelayanan kesehatan bagi orang tidak mampu ?

m. Bagaimana hubungan usia dengan gejala yang diderita ?

2. Budi anak ke 5 dari 6 bersaudara dan tinggal didaerah kumuh

dengan riwayat imunisasi tidak lengkap.

a. Hubungan dari gejala-gejala yang diatas dengan daerah kumuh

dan imunisasi tidak lengkap ?

b. Apa saja imunisasi wajib yang diberikan pada anak usia 3

tahun ?

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 7

Page 8: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

c. Apa dampak imunisasi tidak lengkap ?

d. Pandangan islam pada lingkungan yang kotor ?

3. Pemeriksaan Fisik

Interpretasi dan mekanisme :

a. Keadaan umum

b. Vital sign

c. Kepala

d. Thorax

4. Laboratorium

Interpretasi dan mekanisme :

a. Hb

b. WBC

c. Diff count

d. LED

5. Diagnosis kerja ?

6. Diagnosis banding ?

7. Pemeriksaan penunjang ?

8. Etiologi ?

9. Epidemiologi ?

10. Patofisiologi ?

11. Faktor Resiko ?

12. Penatalaksanaan ?

13. Komplikasi ?

14. Prognosis ?

15. Preventif ?

16. Level of competency ?

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 8

Page 9: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

IV. HIPOTESIS

Kerangka konsep

Hipotesis

Budi, 3 tahun mengalami sesak nafas, batuk pilek dan panas

tinggi disebabkan oleh bronchopneumonia

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 9

Budi, 3 tahunImunisasi tidak

lengkap

Tinggal di daerah kumuh

Beresiko mudah terinfeksi

-Batuk pilek-Demam

Gangguan pertukaran gas

Sesak nafas

Bronchopneumonia

Page 10: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

Sintesis

1. Budi anak umur 3 tahun, dibawa ibunya ke Poliklinik dengan

keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, tiga hari sebelumnya Budi

menderita batuk pilek disertai panas tinggim karena orang tuanya

tidak mampu sehingga belum diobati.

a. Apa itu sesak nafas ?

Jawab :

“Dyspnea atau sesak nafas didefinisikan sebagai pengalaman sub-

jektif ketidaknyamanan dalam bernapas yang terdiri dari sensasi kuali-

tatif berbeda yang bervariasi dalam intensitas”.

(Harrison Principle, 17th Edition)

“ Ketidakmampuan sistem pernapasan untuk menghantarkan oksigen

yang adekuat atau untuk mengeluarkan karbondioksida dari sirkulasi di-

tandai dengan adanya perubahan bermakna pada kadar PO2 dan PCO2

arterial”.

(Handbook of Pediatric, 1st Edition)

b. Apa penyebab sesak nafas ?

Jawab :

Sesak nafas atau dyspnea dapat disebabkan oleh :

- Faktor psikis : keadaan emosi tertentu : menangis, tertawa terba-

hak-bahak dsb. Semua ini dapat menganggu irama pernapasan.

Perubahan emosi yang sering menimbulkan keluhan sesak nafas

ialah rasa takut, kagum atau berteriak

- Faktor peningkatan kerja pernapasan :

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 10

Page 11: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

a. Peningkatan ventilasi :

Latihan jasmani

Hiperkapnia

Hipoksia hipoksik

Asidosis metabolik

b. Sifat fisik yang berubah

Tahanan elastis paru meningkat misalnya pada pneumo-

nia, atlektasis, kongesti, pneumothorax dan efusi pleura

Tahanan elastik dinding thorax meningkat, misalnya pada

obesitas dan kifoskeliosis

Peningkatan tahanan bronkial selain dari tahanan elastik.

Dapat dijumpai pada penyakit emfisema, bronkitis dan

asma bronchial

c. Otot pernapasan yang abnormal

Penyakit otot : kelemahan otot misalnya pada myasthenia

gravis dan tirotoksitosis

Kelumpuhan otot : penyakit poliomelitis dan sindrom gul-

lain barre

Otot yang mengalami distrofi

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 11

Page 12: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

Algoritma patofisiologi sesak nafas

Dikutip dari Harrison’s Principle of Internal Medicine, 17th edition

Algorhytm for Dyspnea Pathophysiology

Respiratory Cardiovascular

Gas Ex-

changerPump Controller

Low

Ouput

Normal

Ouput

High Out-

put

Pulmonary

embolismCOPD Pregnancy

Congestive

heart fail-

ure

Deconditioning Anemia

Pneumonia AsthmaMetabolic

acidosis

Myocard

IschemicObesity Hyperthyroid

Interstitial

lung dis-

ease

KyphoscoliosisConstritive

pericarditis

Diastolic dys-

function

Arterivenous

shunt

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 12

Page 13: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

c. Mekanisme sesak nafas pada Budi ?

Jawab :

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 13

Mikroorganisme

Aspirasi Inhalasi Bloodstream

Meninfeksi saluran pernapasan bawah

Mikroorganisme difagosit oleh macrophage

Neutrofil activation

Peradangan di alveolus

Alveolus dipenuhi cairan (sel peradangan dan patogen yang mati

Eksudasi secret

Fungsi paru terganggu

Ventilasi oksgien

terganggu

Sesak Nafas / Dyspnea

Page 14: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

d. Penyebab batuk ?

Jawab :

Batuk merupakan reflek fisiologis tubuh untuk mengeluarkan benda

asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Batuk dapat dise-

babkan oleh berbagai macam penyebab seperti :

1. Penyakit saluran nafas akut

Faringitis

Laringitis

Bronkitis

Bronkiolitis

2. Penyakit parenkimal

Pneumonia

Abses

Parasit

Penyakit intertitial

3. Iritan lingkungan

Gas,

Debu

Perubahan temperature

4. Penyakit Kardiovaskular

Edema paru

Infark paru

5. Alergi

Demam karena alergi jerami, rinitis vasomotor, alergi

bronchial

6. Neoplasma

Karsinoma paru

Metastasis tumor

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 14

Page 15: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

e. Mekanisme batuk ?

Jawab :

Tujuan : mengeluarkan udara secepat mungkin à sistem pernafasan bersih.

Pemicu: substansi iritan di saluran nafas.

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 15

Inspirasi Maksimal

Udara masuk ke dalam paru

Perubahan volume paru

Tekanan intratorakal tinggi dan glotis tertutp

Glottis membuka tiba-tiba dan udara keluar dengan

cepat (70mil/jam)

Batuk

Substansi iritan di saluran pernapasan

Tahap Inspirasi

Tahap Ekspirasi

Page 16: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

f. Penyebab pilek ?

Jawab :

Pilek merupakan gejala suatu penyakit yang memiliki ciri adanya

cairan (mucus) dalam saluran pernapasan yang disebabkan adanya zat

iritan maupun mikroorganisme lainnya yang masuk ke dalam saluran

pernapasan. Adanya zat iritan yang masuk ke dalam saluran perna-

pasan akan mengaktivasi sel goblet untuk mengeluarkan mucus yang

berfungsi untuk menangkap zat-zat iritan yang masuk dan dikeluarkan

melalui batuk.

g. Mekanisme pilek ?

Jawab :

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 16

Zat iritan masuk ke dalam saluran

pernapasan

Infeksi pada saluran

pernapasan

Aktivasi cillia + sekresi mucus

Terdapat banyak cairan di saluran

pernapasan

Pilek

Page 17: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

h. Organ apa saja yang terlibat pada gejala diatas ? (Anatomi, Histologi

dan Fisiologi)

Jawab :

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung,

farinx, larinx trachea, bronkus, dan bronkiolus.

a. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga

hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal

sebagai vestibulum (rongga) hidung. Rongga hidung dilapisi sebagai

selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan

bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus

yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 17

Page 18: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

b. Farinx (tekak) ; adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar

tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada

ketinggian tulang rawan krikoid. Maka ‘letaknya di belakang larinx

(larinx-faringeal).

c. Laringx (tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang

mernisahkan dari columna vertebrata, berjalan dari farinx sampai

ketinggian vertebrata servikals dan masuk ke dalarn trachea di

bawahnya. Larynx terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat

bersama oleh ligarnen dan membran.

d. Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea

berjalan dari larynx sarnpai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis

kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).

Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupa

cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan

yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga

membuat beberapa jaringan otot.

e. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian

kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa

dengan trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-

bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.

Bronchus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri,

sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah

cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronchus lobus bawah.

Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan

berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi

beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.

Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi

bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis.

Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya

semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu

saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 18

Page 19: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I

mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi

dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh

saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut

saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai

penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.

f. Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus

dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau

alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh

alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,

asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira

0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari

trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding

yang dinamakan pori-pori kohn.

g. Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan.

Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam

rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai.

Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan

inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan

inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung

pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar,

sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru

mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang

cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 19

Page 20: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

Histologi

Fisiologi

Terdapat dua jenis respirasi, yaitu:

1. Respirasi internal (seluler), merupakan proses metabolisme intrase-

luler, menggunakan O2 dan memproduksi CO2 dalam rangka mem-

bentuk energi dari nutrien

2. Respirasi eksternal, merupakan serangkaian proses yang melibat-

kan pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan luar dan sel tubuh.

Tahap respirasi ekstrenal:

a. Pertukaran udara atmosfir dan alveoli dengan mekanisme

ventilasi

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 20

Page 21: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

b. Pertukaran O2 dan CO2 alveoli dan kapiler pulmonal melalui

mekanisme difusi

c. O2 dan CO2 ditranspor oleh darah dari paru ke jaringan

d. Pertukaran O2 dan CO2 antara jaringan dan darah dengan proses

difusi melintasi kapiler sistemik

Tahap a & b oleh sistem respirasi, sedangkan tahap c & d oleh

sistem sirkulasi

Difusi paru

Faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi gas pada membran

respirasi:

1. Tebal membran

2. Luas permukaan membran

3. Koefisien difusi gas

4. Perbedaan tekanan pada kedua sisi membran

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 21

Page 22: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

i. Penyebab panas tinggi ?

Jawab :

Panas tinggi atau demam merupakan kenaikan suhu tubuh diatas vari-

asi yang normal. Suhu tubuh manusia yang normal yaitu terendah pada

suhu 37,2 C dan tertinggi pada suhu 37,7 C.

Demam disebabkan oleh :

Infeksi, suhu mencapai 38 C, penyebab : virus, bakteri,

parasit

Non infeksi seperti kanker, tumor

Demam fisiologis, penyebab : dehidrasi, suhu udara yang

terlalu panas

Demam tanpa penyebab : FUO

Imunisasi

Faktor lingkungan

j. Mekanisme panas tinggi ?

Jawab :

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 22

Infeksi mikroorganisme

Aktivasi neutrofil

Sitokin release(IL-1, IL-6, TNF)

Produksi PGE 2

Hypothalamus

Set point temperature naik

Demam

Page 23: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

k. Bagaimana hubungan gejala sekarang dengan 3 hari sebelumnya ?

Jawab :

3 hari yang lalu Budi mengalami batuk pilek dan demam yang tinggi.

Hal ini mengindikasikan bahwa Budi mengalami infeksi. 1 hari yang

lalu Budi mengalami sesak nafas. Hal ini mengindikasikan Budi men-

galami infeksi pada sistem pernapasannya. Dilihat dari perjalanan

penyakitnya, Budi mengalami penyakit akut.

l. Bagaimana pelayanan kesehatan bagi orang tidak mampu ?

Jawab :

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 23

3 hari yang lalu

Mikroorganisme masuk saluran

pernafasan Budi

Budi mengalami batuk pilek dan demam tinggi dan belum

diobati

1 hari yang lalu

Budi mengalami sesak nafas

Hari iniMasuk poliklinik

Respon tubuh

Sesak nafas menindikasikan telah

terjadi kerusakan

dalam paru

Page 24: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

Pelayanan kesehatan bagi orang tidak mampu adalah dengan menggu-

nakan Jamkesmas maupun ASKESKIN

m. Bagaimana hubungan usia dengan gejala yang diderita ?

Jawab :

Usia Budi yang baru berumur 3 tahun memiliki faktor resiko

terkena infeksi lebih besar karena pada umur tersebut sistem imunitas

belum berkembang sempurna ditambah lagi Budi yang mendapat imu-

nisasi tidak lengkap akan memperbesar resiko Budi terserang infeksi

2. Budi anak ke 5 dari 6 bersaudara dan tinggal didaerah kumuh

dengan riwayat imunisasi tidak lengkap.

a. Hubungan dari gejala-gejala yang diatas dengan daerah kumuh dan

imunisasi tidak lengkap ?

Jawab :

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 24

Budi, 3 tahun

Tinggal didaerah kumuh

Imunisasi tidak lengkap

Faktor resiko terinfeksi mikroorganisme lebih

besar

Budi terserang penyakit

Page 25: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

b. Apa saja imunisasi wajib yang diberikan pada anak usia 3 tahun ?

Jawab :

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 25

Page 26: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

c. Apa dampak imunisasi tidak lengkap ?

Jawab :

Imunisasi yang tidak lengkap akan menyebabkan kekebalan tubuh

menjadi kurang terhadap agen-agen penyebab penyakit. Sehingga, jika

terpapar agen penyakit maka akan beresiko menderita penyakit terse-

but. Seperti Polio, hepatitis, campak dan sebagainya

d. Pemeriksaan Fisik

Interpretasi dan mekanisme :

a. Keadaan umum

Jawab :

Tampak sakit berat

Budi tampak sakit berat dilihat dari keluhan utama nya berupa

sesak nafas

BB Budi (3 tahun) = 10 Kg

Pada grafik percentil ukuran berat badan dan umur dari CDC,

Budi yang memiliki umur 3 tahun seharusnya memiliki berat badan

minimal 12 Kg. Pada kasus didapatkan Budi memiliki BB 10 Kg.

sehingga dapat dikatakan Budi kekurangan berat badan.

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 26

Page 27: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

b. Vital sign

Jawab :

Indikator Normal(Anak umur 3 th)

Kasus Budi Interpretasi

RR 20 – 30 x/menit 59 x/menit

Tachypneu disebabkan

karena paru terisi sel-sel

inflamasi sehingga tidak ada

ruang cukup untuk difusi

oksigen dalam paru

HR 70 – 110 x/menit 140x/menit

Tachycardia disebabkan

tubuh daerah perifer

kekurangan oksigen

TD 95/65 mmHg 80/60 mmHg

Normal (variasi untuk anak

umur 3 tahun : sistole = 25

dan diastole = 20)

Temperature 36.7-37.20C 39,60 C

Demam disebabkan adanya

mediator yang lepas karena

proses imunitas tubuh

melawan mikroorganisme

Nilai normal pada tabel diatas didasarkan pada Buku Diagnosis Fisik Pada

Anak edisi Ke-2

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 27

Page 28: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

c. Kepala

Jawab :

Sianosis Circum Oral (+)

Cyanosis yang terjadi pada mukosa dan kulit di sekitar mulut

Budi terjadi akibat hipoksemia. Aliran oksigen yang berkurang di

tubuh, terutama yang teramati di sekitar oral akan memberikan

gambaran hemoglobin tereduksi sebagai warna kebiruan. Hal ini

terjadi karena paru tidak dapat melakukan difusi oksigen yang

adekuat.

Nafas cuping hidung (+)

Berupa cara pernapasan dengan ikut bergeraknya cuping

hidung. Tujuannya, untuk dapat melakukan ventilasi lebih optimal

saat terjadi gangguan pada pertukaran gas di alveoli.

d. Thorax

Jawab :

Pada hasil pemeriksaan fisik thorax didapatkan :

a. Inspeksi : Retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal

Retraksi dinding dada merupakan tarikan yang dilakukan

oleh otot-otot pembentuk dinding dada untuk membantu kesulitan

ventilasi yang berfungsi untuk memaksimalkan respirasi. Pada

kasus Budi , retraksi terjadi pada otot-otot :

1. Pembentuk spatium intercostalis yaitu

- musculi intercostales internus,

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 28

Page 29: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

- eksternus, dan intimii;

2.otot-otot subcosta yaitu diafragma;

3.Otot-otot aksesori pernapasan paksa yang berada di sekitar

suprasternal seperti otot-otot dalam inspirasi paksa yaitu m.

sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. Scalenus dan otot-otot

dalam ekspirasi paksa yaitu m. quadratus lumborum, m. rectus

abdominis, dan lain-lain

b. Perkusi : Pekak (Dullness)

Adalah bunyi redup pada saat dilakukan perkusi di lapangan paru.

Redup terjadi karena adanya cairan berlebih di dalam paru. Misalnya

dalam keadaan terjadinya inflamasi di saluran napas bawah sehingga

terjadi berbagai tanda radang (ada peningkatan permeabilitas vaskular)

dan hipersekresi mukus oleh sel goblet.

c. Auskultasi : suara nafas menurun, ronchi basah halus nyaring pada

kedua lapangan paru

Suara napas tambahan yang dapat didengarkan melalui

auskultasi adalah ronkhi basah dan ronkhi kering, krepitasi, bunyi

gesekan pleura, dan sukusio hippocrates.

Ronkhi basah (rales) adalah suara napas tambahan berupa

vibrasi terputus-putus akibat getaran yang terjadi karena cairan dalam

jalan napas dilalui oleh udara. Ronkhi basah dapat dibedakan menjadi

ronkhi basah halus, sedang, dan kasar berdasarkan lokasi cairan pada

saluran napas. Ronkhi basah halus terjadi bila cairan berada di duktus

alveolus, bronkiolus, dan bronkus halus. Ronkhi basah sedang terjadi

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 29

Page 30: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

bila cairan berasal dari bronkus kecil dan sedang. Ronkhi basah kasar

terjadi bila cairan berasal dari bronkus di luar jaringan paru.

Selain pengklasifikasian tersebut, dikenal juga ronkhi basah

nyaring dan tidak nyaring. Ronkhi basah nyaring terjadi karena media

konduksi udaranya benda padat, seperti pada konsolidasi. Sedangkan

ronkhi basah tidak nyaring terjadi pada media konduksi yang normal.

Pada kasus Budi, didapatkan ronchi basah halus pada kedua

lapangan paru hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi

penumpukkan cairan pada bagian paru yang disebabkan adanya

konsolidasi. Dan gejala ini mengindikasikan bahwa Budi mengalami

bronkopneumonia.

d. Laboratorium

Interpretasi dan mekanisme :

a. Hb

b. WBC

c. Diff count

d. LED

Jawab :

Indikator

Penilaian

Kasus Budi Normal

(anak 3 tahun)

Interpretation

Hb 10.8 gr/dl 10-16 gr/dl Normal

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 30

Page 31: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

WBC

30.000/mm3 9.000-12.000/mm3

Increasing :

Meningkatnya sel darah putih

pada Budi mengindikasikan

Budi mengalami

infeksi/radang akut

Diff Count :

Basophil 1 0-3 Normal

Eusonaphil 1 1-3 Normal

netrofil batang

8 2-6

Increasing :Menand

akan adanya infeksi

akut

netrofil segment68 20-60

Increasing :menand

akan adanya infeksi

Limfosit

20 20-40

Decreasing (border

line) menandakan

adanya infeksi

Monosit 2 3-9 Normal

LED 20 mm/hour 0-15 mm/hour

Increasing :

peningkatan LED

menandakan Budi

mengalami infeksi

5. Diagnosis kerja ?

Jawab :

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 31

Page 32: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

Dari anamnesis, keluhan utama, gejala-gejala yang dialami, hasil pe-

meriksaan fisik dan laboratorium, Budi menderita Bronkopneumonia.

Bronkopneumonia merupakan peradangan yang mengenai

parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup

bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi

jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

6. Diagnosis banding ?

Jawab :

Indikator Kasus Budi Bronkopneumonia Bronkitis

Akut

Bronkiolitis

Akut

Sesak Nafas + + + +

Demam

Tinggi

+ + Demam

ringan

Demam

ringan

Batuk pro-

duktif

+ + + +

Ronchi +

(Ronchi

basah halus)

+

(Ronchi basah

halus)

- (Wheez-

ing)

- (Wheez-

ing)

Sianosis + + - _

Nafas Cup-

ing hidung

+ + + +

Retraksi + + Jarang Jarang

Pekak + + _ _

WBC + + Normal Normal

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 32

Page 33: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

7. Pemeriksaan penunjang ?

Jawab :

Dalam memastikan diagnosis pada pneumonia dapat dilakukan pemerik-

saan penunjang lainnya seperti :

1. Darah perifer lengkap

Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma umum-

nya ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat.

Akan tetapi pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang

berkisar antara 15.000 – 40.000/mm dengan predominan PMN.

Leukopenia (<5000/mm) menunjukkan prognosis buruk. Leukositosis

hebat (>30.000/mm) hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bak-

teri, sering ditemukan pada keadaan bakteremi dan resiko terjadinya

komplikasi tinggi.

2. CRP (C-Reactive Protein)

CRP adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Se-

bagai respons infeksi atau inflamasi jaringan, produksi CRP secara

cepat distimulasi oleh sitokin, terutama Interleukin 6, IL-1 dan TNF.

3. CXR

Secara umum gambaran foto thoraks terdiri dari :

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 33

Page 34: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

- Infiltrate alveolar, merupakan konsolidasi paru. Konsolidasi

dapat mengenai 1 lobus yang tidak terlalu tegas dan menyeru-

pai lesi tumor

- Bronkopneumonia, terdapat gambaran difus merata pada kedua

paru, berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga

daerah perifer paru disertai corakan peribronkial

- Lesi pneumonia pada anak banyak terdapat pada paru kanan,

terutama di lobus atas. Bila ditemukan di lobus kiri dan ter-

banyak dilobus bawah, maka ini merupakan prediktor per-

jalanan penyakit yang lebih berat

4.Analisis gas darah, untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksi-

gen

5. Sputum Culture

- Merupakan faktor kunci untuk menentukan etiologi penumonia

8. Etiologi ?

Jawab :

Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :

Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

BakteriChlamydia pneumoniaMycoplasma pneumoniaStreptococcus pneumonia

BakteriHaemophilus influenza tipe BMoraxella catharalisNeissera meningitidisStaphylococcus aureus

VirusVirus AdenoVirus influenzaVirus ParainfluenzaRSV

VirusVirus varisella zaster

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 34

Page 35: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

9. Epidemiologi ?

Jawab :

Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan

dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat merupakan

pneumonia komunitas maupun di dalam rumah sakit (pneumonia

nosokomial). Kejadian pneumonia di ICU lebih sering daripada

pneumonia nosokomial di ruangan umum, yaitu dijumpai hampir 25% dari

semua infeksi di ICU, dan 90% terjadi pada saat ventilasi mekanik.

Di Indonesia à pneumonia merupakan penyebab kematian anak no.3.

Dalam survey WHO à 800.000 – 1 juta anak meninggal/tahun meninggal

karena pneumonia. Penumonia lobaris lebih sering terjadi pada orang

dewasa dan anak-anak sedangkan bronkopneumonia lebih sering terjadi

pada bayi dan anak kecil

10. Patofisiologi ?

Jawab :

Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian per-

ifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi

jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke

jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi

yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema dan dite-

mukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.

Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan

leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium

ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag

meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, ku-

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 35

Page 36: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

man dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem

bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.

(Dikutip langsung dari Buku Respirologi Anak Edisi Pertama)

Skema Patofisiologi Pneumonia

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 36

Budi, 3 tahun

-Imunisasi tidak lengkap-Tinggal didaerah kumuh

Ketidakseimbangan daya tahan tubuh

Mikroorganisme masuk saluran

pernapasan

Sampai ke Alveolus

Terjadi reaksi radang

Neutrofil, makrofag dan sel radang aktif

IL-1, IL-6 dan TNF

Set point temp naik

Suhu tubuh meningkat

Demam

Stadium Kongesti

#Dalam alveolus terdapat banyak eksudat karena bakteri

#Reaksi jaringan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitar

Edema

Stadium Hepatisasi Merah

#Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema dan ditemukannya kuman di alvevoli. Pada stadium ini, jaringan yang kena padat dan sedikit berisi udara

Stadium Hepatisasi Kelabu

#Deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat

#Lobus masih padat dan berubah warna menjadi kelabu

Stadium Resolusi

#Jumlah makrofag meningkat di alveoli

#Sel mengalami degenerasi,fibrin menipis,kuman dan debris menghilang

#Leukosit mengalami nekrosis

Sesak nafas Kerusakkan alveoli

Page 37: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

11. Faktor Resiko ?

Jawab :

Faktor resiko anak menderita pneumonia adalah sebagai berikut :

12. Penatalaksanaan ?

Jawab :

Tanda dan gejala Klasifikasi tatalaksana

-Sianosis sentral-Severe respiratory dis-tress-Tidak sanggup minum

Pneumonia sangat be-

rat

-Harus dirawat di RS-Beri antibiotik-Terapi oksigen-Turunkan panas

Chest Indawing Pneumonia berat -Harus dirawat di RS-Beri antibiotik-Terapi oksigen-Turunkan panas

Nafas Cepat>40x/menit (anak usia 1-5 tahun)

Pneumonia -Tidak perlu dirawat-Berikan antibiotik-Follow up 2 hari

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 37

Kebutuhan O2 naik

Takypnea Takikardia

Optimalisasi pernapasan

Retraksi Intercostal

Pneumonia

Imunisasi yang tidak adekuat

Kurang nutrisi

Berat lahir rendah

Anak-anak

Polusi dan lingkungan kotor

Tindakan invasif

Page 38: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

Pada auskultasi terda-pat crackles-Hanya batuk-Tidak terdapat tanda pneumonia

Bukan Pneumonia -Tidak perlu dirawat-Follow up 5 hari

1. Kausatif : antibiotic berdasarkan hasil biakan/etiologi

Ampicillin 50 mg/ kg BB i.m. setiap 6 jam dan gentamycin 7,5 mg/

kgBB i.m. 1x sehari selama 5 hari. Jika anak berespon baik, beri

amoxicillin oral 15 mg/ kgBB 3xsehari dan gentamycin i.m.

1xsehari selama 5 hari

Alt.ernatif : chloramphenicol 25mg/kgBB i.m. atau i.v. setiap 8

jam sampai membaik. Kemudian lanjutkan secara oral 4xsehari

selama 10 hari. Atau gunakan ceftriaxone 80mg/kgBB i.m. atau i.v.

1xsehari

Jika anak tidak membaik dalam 48 jam, berikan gentamycin

7,5mg/kgBB i.m. 1xsehari dan cloxacillin 50mg/kgBB i.m atau i.v.

setiap 6 jam untuk staphylococcal pneumonia. Jika anak membaik,

lanjutkan dengan cloxacillin atau dicloxacillin secara oral 4xsehari

selama 3 minggu

2. Simptomatik :

Paracetamol à untuk mengatasi demam yang tinggi

Oksigen à untuk mengatasi sesak nafas, retraksi, takipnea

3. Suportif :

Cukupi kebutuhan nutrisi dan cairan

IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9 % = 3:1 + KCl 10 mEq/500 ml

cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status

hidrasi. Hati-hati jangan sampai overhidrasi.

Jika sesak nafas tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral

bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip, tetapi jika

anak sudah dapat minum per oral maka jangan menggunakan

selang nasogastrik karena risiko tinggi terjadi aspirasi pneumonia.

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 38

Page 39: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

Jika sekresi lendir berlebihan, dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier

Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Monitoring :

Anak harus diawasi oleh perawat minimal 3 jam sekali dan oleh

dokter minimal 2 kali sehari.

Jika tidak terjadi komplikasi, dalam waktu 2 hari, maka ini meru-

pakan tanda perbaikan ( nafas tidak terlalu cepat, indarwing pada

bagian bawah dinding dada berkurang, demam turun, kemampuan

untuk makan dan minum membaik)

13. Komplikasi ?

Jawab :

Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis,

perikarditis purulenta, pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti

meningitis purulenta, efusi pleura, abses paru, sepsis dan gagal nafas.

Ilten F dkk, melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan

sistolik ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat dan gagal

jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan.

Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal maka dianjurkan

untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG.

14. Prognosis ?

Jawab :

Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi

didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan

datang terlambat untuk pengobatan.

Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui.

Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan

peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 39

Page 40: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap in-

feksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama den-

gan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan den-

gan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri

15. Preventif ?

Jawab :

1) Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan

tempat keramaian yang berpotensi penularan.

2) Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA.

3) Membiasakan pemberian ASI.

4) Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk,

pilek. Terlebih jika disertai suara serak, sesak napas dan adanya

tarikan pada otot diantara rusuk (retraksi).

5) Periksakan kembali jika dalam 2 hari belum menampakkan perbaikan.

Dan segera ke RS jika kondisi anak memburuk.

6) Imunisasi Hib (untuk memberikan kekebalan terhadap Haemophilus

influenzae, vaksin Pneumokokal Heptavalen (mencegah IPD=

invasive pneumococcal diseases) dan vaksinasi influenzae pada anak

resiko tinggi, terutama usia 6-23 bulan. Sayang vaksin ini belum dapat

dinikmati oleh semua anak karena harganya yang cukup mahal.

7) Menyediakan rumah sehat bagi bayi yang memenuhi persyaratan :

i. Memiliki luas ventilasi sebesar 12 – 20% dari luas lantai.

ii. Tempat masuknya cahaya yang berupa jendela, pintu atau

kaca sebesar 20%.

iii. Terletak jauh dari sumber-sumber pencemaran, misalnya

pabrik, tempat pembakaran dan tempat penampungan

sampah sementara maupun akhir (Menkes, 1999).

16. Level of competency ?

Jawab : 3B

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 40

Page 41: Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11.doc

Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11

DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick. 2003. At a Glance MEDICINE. Jakarta : Erlangga

Ganong. 1993. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Guyton, Arthur C., John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:

EGC

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi jilid 1. Jakarta : EGC

Staf Pengajar FK UI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Binarupa

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. Jakarta: Depkes

RI

Price, Sylvia A. Standridge, Mary P. 2006. Tuberkulosis Paru dalam Price, Sylvia

A. Wilson, Lorraine. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit

Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.

Amin, Zulkifli. Bahar, Asril. 2007. Tuberkulosis Paru dalam Sudoyo, Aru W.

Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Anonim. 2009. Penyakit TBC. Akses tanggal 28 Maret 2010 17:15 di

http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm

Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 41