laporan tutorial 5 skenario c blok 11.doc
TRANSCRIPT
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
“Laporan Tutorial Kasus Skenario C “Pneumonia” Blok XI” sebagai tugas
kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan
kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-
pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr. Rizal Ambiar, Sp.THT, selaku tutor kelompok 5
4. Teman-teman seperjuangan
5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga
kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Palembang, Maret 2010
Penulis
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 1
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
DAFTAR ISI
Halaman Kover ………………………………………………………………… 0
Kata Pengantar …………………………………………………………………. 1
Daftar Isi ………………………………………………………………………… 2
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ………………………………………………. 3
1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………… 4
BAB II : Pembahasan
2.1 Data Tutorial ………………………………………………… 5
2.2 Skenario ……………………………………………………… 5
2.3 Seven Jump Steps ……………………………………………
I. Klarifikasi Istilah-Istilah ………………………………. 8
II. Identifikasi Masalah …………………………………… 9
III. Analisis Permasalahan dan Jawaban …………………. 10
IV. Hipotesis ……………………………………………….. 36
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 2
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Sistem Respirasi adalah blok kesebelas pada semester 4 dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C
“Pneumonia” yang memaparkan kasus mengenai Budi, anak umur 3 tahun,
dibawa ibunya ke poliklinik dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu,
tiga hari sebelumnya Budi menderita batuk pilek disertai panas tinggi karena
orang tuanya tidak mampu sehingga belum diobati. Budi anak ke 5 dari 6
bersaudara dan tinggal didaerah kumuh dengan riwayat imunisasi tidak lengkap.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 3
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutorial 5 Blok 11 Skenario C
Tutor : dr. Rizal Ambiar, Sp.THT
Moderator : Wendy Ardiansyah
Sekretaris Meja : Alham Wahyudin
Sekretaris Papan : Alvin Putra Perwira
Aturan :
1. Ponsel dalam keadaan silent.
2. Izin bila ingin keluar
3. Mengacungkan tangan bila ingin mengajukan pendapat
2.2 Skenario Kasus
Budi, anak umur 3 tahun, dibawa ibunya ke poliklinik dengan
keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, tiga hari sebelumnya Budi
menderita batuk pilek disertai panas tinggi karena orang tuanya tidak
mampu sehingga belum diobati. Budi anak ke 5 dari 6 bersaudara dan
tinggal didaerah kumuh dengan riwayat imunisasi tidak lengkap.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Tampak sakit berat,
BB = 10 Kg
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 4
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
Tanda-tanda vital
TD : 80/60 mmHg
HR : 140x/menit
RR : 59x/menit
Temp : 39,60 C
Kepala
Sianosis circum oral (+), nafas cuping hidung (+)
Thorax
Inspeksi : retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal
Perkusi : Pekak
Auskultasi : suara nafas menurun, ronchi basah halus nyaring pada kedua lapangan paru
Laboratorium
Hb: 10,8 g%, WBC: 30.000/mm³, LED 20 mm/jam,
Diff Count: 1/1/8/68/20/2,
2.3 Seven Jump Steps
I. KLARIFIKASI ISTILAH
- Sesak nafas : Dyspneu > pernapasan yang sukar dan susah
- Batuk : expulsi udara yang tiba-tiba sambil mengeluarkan suaradari
paru-paru
- Daerah kumuh : Daerah yang lingkunganya kotor dan tidak sehat
- Imunisasi : Proses membuat subyek imun / menjadikan imun
- Pekak : suara yang bisa didengarkan melalui perkusi (udara > benda
padat)
- Sianosis circum oral : kebiruan pada sekeliling mulut
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 5
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
- Retraksi inter costal : keadaan tertarik /’ penarikan pada instercostal
- Retraksi supra sternal :keadaan tertarik di atas sternum
- Ronchi basah halus : bunyi melutuk karena udara melalui cairan
- Nafas cuping hidung : nafas yang terdapat pergerakan pada cuping
hidung
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Budi anak umur 3 tahun, dibawa ibunya ke Poliklinik dengan keluhan
sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, tiga hari sebelumnya Budi
menderita batuk pilek disertai panas tinggim karena orang tuanya tidak
mampu sehingga belum diobati.
2. Budi anak ke 5 dari 6 bersaudara dan tinggal didaerah kumuh dengan
riwayat imunisasi tidak lengkap.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
- Tampak sakit berat, BB = 10 Kg
Vital Sign :
- TD : 80/60 mmHg,
- HR : 140 x/menit, regular
- RR : 59 x/menit,
- T : 39,6 C
Kepala :
- Sianosis circum oral (+), nafas cuping hidung (+)
Thorax :
- Inspeksi : Retraksi inter-costal, subcostal dan suprasternal
- Perkusi : Pekak
- Auskultasi : suara nafas menurun, ronchi basah halus nyaring pada kedua lapangan paru
4. Laboratorium
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 6
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
Hb : 10,8 gr/dl, WBC : 30.000 mm3, Diff Count : 1/1/8/68/20/2, LED : 20 mm/jam
III. ANALISIS PERMASALAHAN
1. Budi anak umur 3 tahun, dibawa ibunya ke Poliklinik dengan
keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, tiga hari sebelum-
nya Budi menderita batuk pilek disertai panas tinggim karena
orang tuanya tidak mampu sehingga belum diobati.
a. Apa itu sesak nafas ?
b. Apa penyebab sesak nafas ?
c. Mekanisme sesak nafas ?
d. Penyebab batuk ?
e. Mekanisme batuk ?
f. Penyebab pilek ?
g. Mekanisme pilek ?
h. Organ apa saja yang terlibat pada gejala diatas ? (Anatomi,
Histologi dan Fisiologi)
i. Penyebab panas tinggi ?
j. Mekanisme panas tinggi ?
k. Bagaimana hubungan gejala sekarang dengan 3 hari sebelum-
nya ?
l. Bagaimana pelayanan kesehatan bagi orang tidak mampu ?
m. Bagaimana hubungan usia dengan gejala yang diderita ?
2. Budi anak ke 5 dari 6 bersaudara dan tinggal didaerah kumuh
dengan riwayat imunisasi tidak lengkap.
a. Hubungan dari gejala-gejala yang diatas dengan daerah kumuh
dan imunisasi tidak lengkap ?
b. Apa saja imunisasi wajib yang diberikan pada anak usia 3
tahun ?
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 7
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
c. Apa dampak imunisasi tidak lengkap ?
d. Pandangan islam pada lingkungan yang kotor ?
3. Pemeriksaan Fisik
Interpretasi dan mekanisme :
a. Keadaan umum
b. Vital sign
c. Kepala
d. Thorax
4. Laboratorium
Interpretasi dan mekanisme :
a. Hb
b. WBC
c. Diff count
d. LED
5. Diagnosis kerja ?
6. Diagnosis banding ?
7. Pemeriksaan penunjang ?
8. Etiologi ?
9. Epidemiologi ?
10. Patofisiologi ?
11. Faktor Resiko ?
12. Penatalaksanaan ?
13. Komplikasi ?
14. Prognosis ?
15. Preventif ?
16. Level of competency ?
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 8
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
IV. HIPOTESIS
Kerangka konsep
Hipotesis
Budi, 3 tahun mengalami sesak nafas, batuk pilek dan panas
tinggi disebabkan oleh bronchopneumonia
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 9
Budi, 3 tahunImunisasi tidak
lengkap
Tinggal di daerah kumuh
Beresiko mudah terinfeksi
-Batuk pilek-Demam
Gangguan pertukaran gas
Sesak nafas
Bronchopneumonia
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
Sintesis
1. Budi anak umur 3 tahun, dibawa ibunya ke Poliklinik dengan
keluhan sesak nafas sejak 1 hari yang lalu, tiga hari sebelumnya Budi
menderita batuk pilek disertai panas tinggim karena orang tuanya
tidak mampu sehingga belum diobati.
a. Apa itu sesak nafas ?
Jawab :
“Dyspnea atau sesak nafas didefinisikan sebagai pengalaman sub-
jektif ketidaknyamanan dalam bernapas yang terdiri dari sensasi kuali-
tatif berbeda yang bervariasi dalam intensitas”.
(Harrison Principle, 17th Edition)
“ Ketidakmampuan sistem pernapasan untuk menghantarkan oksigen
yang adekuat atau untuk mengeluarkan karbondioksida dari sirkulasi di-
tandai dengan adanya perubahan bermakna pada kadar PO2 dan PCO2
arterial”.
(Handbook of Pediatric, 1st Edition)
b. Apa penyebab sesak nafas ?
Jawab :
Sesak nafas atau dyspnea dapat disebabkan oleh :
- Faktor psikis : keadaan emosi tertentu : menangis, tertawa terba-
hak-bahak dsb. Semua ini dapat menganggu irama pernapasan.
Perubahan emosi yang sering menimbulkan keluhan sesak nafas
ialah rasa takut, kagum atau berteriak
- Faktor peningkatan kerja pernapasan :
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 10
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
a. Peningkatan ventilasi :
Latihan jasmani
Hiperkapnia
Hipoksia hipoksik
Asidosis metabolik
b. Sifat fisik yang berubah
Tahanan elastis paru meningkat misalnya pada pneumo-
nia, atlektasis, kongesti, pneumothorax dan efusi pleura
Tahanan elastik dinding thorax meningkat, misalnya pada
obesitas dan kifoskeliosis
Peningkatan tahanan bronkial selain dari tahanan elastik.
Dapat dijumpai pada penyakit emfisema, bronkitis dan
asma bronchial
c. Otot pernapasan yang abnormal
Penyakit otot : kelemahan otot misalnya pada myasthenia
gravis dan tirotoksitosis
Kelumpuhan otot : penyakit poliomelitis dan sindrom gul-
lain barre
Otot yang mengalami distrofi
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 11
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
Algoritma patofisiologi sesak nafas
Dikutip dari Harrison’s Principle of Internal Medicine, 17th edition
Algorhytm for Dyspnea Pathophysiology
Respiratory Cardiovascular
Gas Ex-
changerPump Controller
Low
Ouput
Normal
Ouput
High Out-
put
Pulmonary
embolismCOPD Pregnancy
Congestive
heart fail-
ure
Deconditioning Anemia
Pneumonia AsthmaMetabolic
acidosis
Myocard
IschemicObesity Hyperthyroid
Interstitial
lung dis-
ease
KyphoscoliosisConstritive
pericarditis
Diastolic dys-
function
Arterivenous
shunt
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 12
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
c. Mekanisme sesak nafas pada Budi ?
Jawab :
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 13
Mikroorganisme
Aspirasi Inhalasi Bloodstream
Meninfeksi saluran pernapasan bawah
Mikroorganisme difagosit oleh macrophage
Neutrofil activation
Peradangan di alveolus
Alveolus dipenuhi cairan (sel peradangan dan patogen yang mati
Eksudasi secret
Fungsi paru terganggu
Ventilasi oksgien
terganggu
Sesak Nafas / Dyspnea
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
d. Penyebab batuk ?
Jawab :
Batuk merupakan reflek fisiologis tubuh untuk mengeluarkan benda
asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Batuk dapat dise-
babkan oleh berbagai macam penyebab seperti :
1. Penyakit saluran nafas akut
Faringitis
Laringitis
Bronkitis
Bronkiolitis
2. Penyakit parenkimal
Pneumonia
Abses
Parasit
Penyakit intertitial
3. Iritan lingkungan
Gas,
Debu
Perubahan temperature
4. Penyakit Kardiovaskular
Edema paru
Infark paru
5. Alergi
Demam karena alergi jerami, rinitis vasomotor, alergi
bronchial
6. Neoplasma
Karsinoma paru
Metastasis tumor
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 14
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
e. Mekanisme batuk ?
Jawab :
Tujuan : mengeluarkan udara secepat mungkin à sistem pernafasan bersih.
Pemicu: substansi iritan di saluran nafas.
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 15
Inspirasi Maksimal
Udara masuk ke dalam paru
Perubahan volume paru
Tekanan intratorakal tinggi dan glotis tertutp
Glottis membuka tiba-tiba dan udara keluar dengan
cepat (70mil/jam)
Batuk
Substansi iritan di saluran pernapasan
Tahap Inspirasi
Tahap Ekspirasi
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
f. Penyebab pilek ?
Jawab :
Pilek merupakan gejala suatu penyakit yang memiliki ciri adanya
cairan (mucus) dalam saluran pernapasan yang disebabkan adanya zat
iritan maupun mikroorganisme lainnya yang masuk ke dalam saluran
pernapasan. Adanya zat iritan yang masuk ke dalam saluran perna-
pasan akan mengaktivasi sel goblet untuk mengeluarkan mucus yang
berfungsi untuk menangkap zat-zat iritan yang masuk dan dikeluarkan
melalui batuk.
g. Mekanisme pilek ?
Jawab :
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 16
Zat iritan masuk ke dalam saluran
pernapasan
Infeksi pada saluran
pernapasan
Aktivasi cillia + sekresi mucus
Terdapat banyak cairan di saluran
pernapasan
Pilek
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
h. Organ apa saja yang terlibat pada gejala diatas ? (Anatomi, Histologi
dan Fisiologi)
Jawab :
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung,
farinx, larinx trachea, bronkus, dan bronkiolus.
a. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga
hidung. Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal
sebagai vestibulum (rongga) hidung. Rongga hidung dilapisi sebagai
selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan
bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus
yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 17
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
b. Farinx (tekak) ; adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada
ketinggian tulang rawan krikoid. Maka ‘letaknya di belakang larinx
(larinx-faringeal).
c. Laringx (tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang
mernisahkan dari columna vertebrata, berjalan dari farinx sampai
ketinggian vertebrata servikals dan masuk ke dalarn trachea di
bawahnya. Larynx terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat
bersama oleh ligarnen dan membran.
d. Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea
berjalan dari larynx sarnpai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis
kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).
Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupa
cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan
yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga
membuat beberapa jaringan otot.
e. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian
kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa
dengan trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru.
Bronchus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri,
sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah
cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronchus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan
berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi
beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi
bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis.
Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya
semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu
saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 18
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I
mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi
dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh
saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut
saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
f. Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus
dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau
alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh
alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,
asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira
0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari
trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding
yang dinamakan pori-pori kohn.
g. Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan.
Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam
rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai.
Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan
inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan
inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung
pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar,
sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru
mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang
cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 19
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
Histologi
Fisiologi
Terdapat dua jenis respirasi, yaitu:
1. Respirasi internal (seluler), merupakan proses metabolisme intrase-
luler, menggunakan O2 dan memproduksi CO2 dalam rangka mem-
bentuk energi dari nutrien
2. Respirasi eksternal, merupakan serangkaian proses yang melibat-
kan pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan luar dan sel tubuh.
Tahap respirasi ekstrenal:
a. Pertukaran udara atmosfir dan alveoli dengan mekanisme
ventilasi
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 20
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
b. Pertukaran O2 dan CO2 alveoli dan kapiler pulmonal melalui
mekanisme difusi
c. O2 dan CO2 ditranspor oleh darah dari paru ke jaringan
d. Pertukaran O2 dan CO2 antara jaringan dan darah dengan proses
difusi melintasi kapiler sistemik
Tahap a & b oleh sistem respirasi, sedangkan tahap c & d oleh
sistem sirkulasi
Difusi paru
Faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi gas pada membran
respirasi:
1. Tebal membran
2. Luas permukaan membran
3. Koefisien difusi gas
4. Perbedaan tekanan pada kedua sisi membran
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 21
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
i. Penyebab panas tinggi ?
Jawab :
Panas tinggi atau demam merupakan kenaikan suhu tubuh diatas vari-
asi yang normal. Suhu tubuh manusia yang normal yaitu terendah pada
suhu 37,2 C dan tertinggi pada suhu 37,7 C.
Demam disebabkan oleh :
Infeksi, suhu mencapai 38 C, penyebab : virus, bakteri,
parasit
Non infeksi seperti kanker, tumor
Demam fisiologis, penyebab : dehidrasi, suhu udara yang
terlalu panas
Demam tanpa penyebab : FUO
Imunisasi
Faktor lingkungan
j. Mekanisme panas tinggi ?
Jawab :
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 22
Infeksi mikroorganisme
Aktivasi neutrofil
Sitokin release(IL-1, IL-6, TNF)
Produksi PGE 2
Hypothalamus
Set point temperature naik
Demam
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
k. Bagaimana hubungan gejala sekarang dengan 3 hari sebelumnya ?
Jawab :
3 hari yang lalu Budi mengalami batuk pilek dan demam yang tinggi.
Hal ini mengindikasikan bahwa Budi mengalami infeksi. 1 hari yang
lalu Budi mengalami sesak nafas. Hal ini mengindikasikan Budi men-
galami infeksi pada sistem pernapasannya. Dilihat dari perjalanan
penyakitnya, Budi mengalami penyakit akut.
l. Bagaimana pelayanan kesehatan bagi orang tidak mampu ?
Jawab :
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 23
3 hari yang lalu
Mikroorganisme masuk saluran
pernafasan Budi
Budi mengalami batuk pilek dan demam tinggi dan belum
diobati
1 hari yang lalu
Budi mengalami sesak nafas
Hari iniMasuk poliklinik
Respon tubuh
Sesak nafas menindikasikan telah
terjadi kerusakan
dalam paru
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
Pelayanan kesehatan bagi orang tidak mampu adalah dengan menggu-
nakan Jamkesmas maupun ASKESKIN
m. Bagaimana hubungan usia dengan gejala yang diderita ?
Jawab :
Usia Budi yang baru berumur 3 tahun memiliki faktor resiko
terkena infeksi lebih besar karena pada umur tersebut sistem imunitas
belum berkembang sempurna ditambah lagi Budi yang mendapat imu-
nisasi tidak lengkap akan memperbesar resiko Budi terserang infeksi
2. Budi anak ke 5 dari 6 bersaudara dan tinggal didaerah kumuh
dengan riwayat imunisasi tidak lengkap.
a. Hubungan dari gejala-gejala yang diatas dengan daerah kumuh dan
imunisasi tidak lengkap ?
Jawab :
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 24
Budi, 3 tahun
Tinggal didaerah kumuh
Imunisasi tidak lengkap
Faktor resiko terinfeksi mikroorganisme lebih
besar
Budi terserang penyakit
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
b. Apa saja imunisasi wajib yang diberikan pada anak usia 3 tahun ?
Jawab :
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 25
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
c. Apa dampak imunisasi tidak lengkap ?
Jawab :
Imunisasi yang tidak lengkap akan menyebabkan kekebalan tubuh
menjadi kurang terhadap agen-agen penyebab penyakit. Sehingga, jika
terpapar agen penyakit maka akan beresiko menderita penyakit terse-
but. Seperti Polio, hepatitis, campak dan sebagainya
d. Pemeriksaan Fisik
Interpretasi dan mekanisme :
a. Keadaan umum
Jawab :
Tampak sakit berat
Budi tampak sakit berat dilihat dari keluhan utama nya berupa
sesak nafas
BB Budi (3 tahun) = 10 Kg
Pada grafik percentil ukuran berat badan dan umur dari CDC,
Budi yang memiliki umur 3 tahun seharusnya memiliki berat badan
minimal 12 Kg. Pada kasus didapatkan Budi memiliki BB 10 Kg.
sehingga dapat dikatakan Budi kekurangan berat badan.
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 26
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
b. Vital sign
Jawab :
Indikator Normal(Anak umur 3 th)
Kasus Budi Interpretasi
RR 20 – 30 x/menit 59 x/menit
Tachypneu disebabkan
karena paru terisi sel-sel
inflamasi sehingga tidak ada
ruang cukup untuk difusi
oksigen dalam paru
HR 70 – 110 x/menit 140x/menit
Tachycardia disebabkan
tubuh daerah perifer
kekurangan oksigen
TD 95/65 mmHg 80/60 mmHg
Normal (variasi untuk anak
umur 3 tahun : sistole = 25
dan diastole = 20)
Temperature 36.7-37.20C 39,60 C
Demam disebabkan adanya
mediator yang lepas karena
proses imunitas tubuh
melawan mikroorganisme
Nilai normal pada tabel diatas didasarkan pada Buku Diagnosis Fisik Pada
Anak edisi Ke-2
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 27
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
c. Kepala
Jawab :
Sianosis Circum Oral (+)
Cyanosis yang terjadi pada mukosa dan kulit di sekitar mulut
Budi terjadi akibat hipoksemia. Aliran oksigen yang berkurang di
tubuh, terutama yang teramati di sekitar oral akan memberikan
gambaran hemoglobin tereduksi sebagai warna kebiruan. Hal ini
terjadi karena paru tidak dapat melakukan difusi oksigen yang
adekuat.
Nafas cuping hidung (+)
Berupa cara pernapasan dengan ikut bergeraknya cuping
hidung. Tujuannya, untuk dapat melakukan ventilasi lebih optimal
saat terjadi gangguan pada pertukaran gas di alveoli.
d. Thorax
Jawab :
Pada hasil pemeriksaan fisik thorax didapatkan :
a. Inspeksi : Retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal
Retraksi dinding dada merupakan tarikan yang dilakukan
oleh otot-otot pembentuk dinding dada untuk membantu kesulitan
ventilasi yang berfungsi untuk memaksimalkan respirasi. Pada
kasus Budi , retraksi terjadi pada otot-otot :
1. Pembentuk spatium intercostalis yaitu
- musculi intercostales internus,
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 28
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
- eksternus, dan intimii;
2.otot-otot subcosta yaitu diafragma;
3.Otot-otot aksesori pernapasan paksa yang berada di sekitar
suprasternal seperti otot-otot dalam inspirasi paksa yaitu m.
sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. Scalenus dan otot-otot
dalam ekspirasi paksa yaitu m. quadratus lumborum, m. rectus
abdominis, dan lain-lain
b. Perkusi : Pekak (Dullness)
Adalah bunyi redup pada saat dilakukan perkusi di lapangan paru.
Redup terjadi karena adanya cairan berlebih di dalam paru. Misalnya
dalam keadaan terjadinya inflamasi di saluran napas bawah sehingga
terjadi berbagai tanda radang (ada peningkatan permeabilitas vaskular)
dan hipersekresi mukus oleh sel goblet.
c. Auskultasi : suara nafas menurun, ronchi basah halus nyaring pada
kedua lapangan paru
Suara napas tambahan yang dapat didengarkan melalui
auskultasi adalah ronkhi basah dan ronkhi kering, krepitasi, bunyi
gesekan pleura, dan sukusio hippocrates.
Ronkhi basah (rales) adalah suara napas tambahan berupa
vibrasi terputus-putus akibat getaran yang terjadi karena cairan dalam
jalan napas dilalui oleh udara. Ronkhi basah dapat dibedakan menjadi
ronkhi basah halus, sedang, dan kasar berdasarkan lokasi cairan pada
saluran napas. Ronkhi basah halus terjadi bila cairan berada di duktus
alveolus, bronkiolus, dan bronkus halus. Ronkhi basah sedang terjadi
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 29
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
bila cairan berasal dari bronkus kecil dan sedang. Ronkhi basah kasar
terjadi bila cairan berasal dari bronkus di luar jaringan paru.
Selain pengklasifikasian tersebut, dikenal juga ronkhi basah
nyaring dan tidak nyaring. Ronkhi basah nyaring terjadi karena media
konduksi udaranya benda padat, seperti pada konsolidasi. Sedangkan
ronkhi basah tidak nyaring terjadi pada media konduksi yang normal.
Pada kasus Budi, didapatkan ronchi basah halus pada kedua
lapangan paru hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi
penumpukkan cairan pada bagian paru yang disebabkan adanya
konsolidasi. Dan gejala ini mengindikasikan bahwa Budi mengalami
bronkopneumonia.
d. Laboratorium
Interpretasi dan mekanisme :
a. Hb
b. WBC
c. Diff count
d. LED
Jawab :
Indikator
Penilaian
Kasus Budi Normal
(anak 3 tahun)
Interpretation
Hb 10.8 gr/dl 10-16 gr/dl Normal
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 30
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
WBC
30.000/mm3 9.000-12.000/mm3
Increasing :
Meningkatnya sel darah putih
pada Budi mengindikasikan
Budi mengalami
infeksi/radang akut
Diff Count :
Basophil 1 0-3 Normal
Eusonaphil 1 1-3 Normal
netrofil batang
8 2-6
Increasing :Menand
akan adanya infeksi
akut
netrofil segment68 20-60
Increasing :menand
akan adanya infeksi
Limfosit
20 20-40
Decreasing (border
line) menandakan
adanya infeksi
Monosit 2 3-9 Normal
LED 20 mm/hour 0-15 mm/hour
Increasing :
peningkatan LED
menandakan Budi
mengalami infeksi
5. Diagnosis kerja ?
Jawab :
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 31
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
Dari anamnesis, keluhan utama, gejala-gejala yang dialami, hasil pe-
meriksaan fisik dan laboratorium, Budi menderita Bronkopneumonia.
Bronkopneumonia merupakan peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup
bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
6. Diagnosis banding ?
Jawab :
Indikator Kasus Budi Bronkopneumonia Bronkitis
Akut
Bronkiolitis
Akut
Sesak Nafas + + + +
Demam
Tinggi
+ + Demam
ringan
Demam
ringan
Batuk pro-
duktif
+ + + +
Ronchi +
(Ronchi
basah halus)
+
(Ronchi basah
halus)
- (Wheez-
ing)
- (Wheez-
ing)
Sianosis + + - _
Nafas Cup-
ing hidung
+ + + +
Retraksi + + Jarang Jarang
Pekak + + _ _
WBC + + Normal Normal
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 32
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
7. Pemeriksaan penunjang ?
Jawab :
Dalam memastikan diagnosis pada pneumonia dapat dilakukan pemerik-
saan penunjang lainnya seperti :
1. Darah perifer lengkap
Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma umum-
nya ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat.
Akan tetapi pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang
berkisar antara 15.000 – 40.000/mm dengan predominan PMN.
Leukopenia (<5000/mm) menunjukkan prognosis buruk. Leukositosis
hebat (>30.000/mm) hampir selalu menunjukkan adanya infeksi bak-
teri, sering ditemukan pada keadaan bakteremi dan resiko terjadinya
komplikasi tinggi.
2. CRP (C-Reactive Protein)
CRP adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Se-
bagai respons infeksi atau inflamasi jaringan, produksi CRP secara
cepat distimulasi oleh sitokin, terutama Interleukin 6, IL-1 dan TNF.
3. CXR
Secara umum gambaran foto thoraks terdiri dari :
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 33
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
- Infiltrate alveolar, merupakan konsolidasi paru. Konsolidasi
dapat mengenai 1 lobus yang tidak terlalu tegas dan menyeru-
pai lesi tumor
- Bronkopneumonia, terdapat gambaran difus merata pada kedua
paru, berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga
daerah perifer paru disertai corakan peribronkial
- Lesi pneumonia pada anak banyak terdapat pada paru kanan,
terutama di lobus atas. Bila ditemukan di lobus kiri dan ter-
banyak dilobus bawah, maka ini merupakan prediktor per-
jalanan penyakit yang lebih berat
4.Analisis gas darah, untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksi-
gen
5. Sputum Culture
- Merupakan faktor kunci untuk menentukan etiologi penumonia
8. Etiologi ?
Jawab :
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :
Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
BakteriChlamydia pneumoniaMycoplasma pneumoniaStreptococcus pneumonia
BakteriHaemophilus influenza tipe BMoraxella catharalisNeissera meningitidisStaphylococcus aureus
VirusVirus AdenoVirus influenzaVirus ParainfluenzaRSV
VirusVirus varisella zaster
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 34
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
9. Epidemiologi ?
Jawab :
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan
dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat merupakan
pneumonia komunitas maupun di dalam rumah sakit (pneumonia
nosokomial). Kejadian pneumonia di ICU lebih sering daripada
pneumonia nosokomial di ruangan umum, yaitu dijumpai hampir 25% dari
semua infeksi di ICU, dan 90% terjadi pada saat ventilasi mekanik.
Di Indonesia à pneumonia merupakan penyebab kematian anak no.3.
Dalam survey WHO à 800.000 – 1 juta anak meninggal/tahun meninggal
karena pneumonia. Penumonia lobaris lebih sering terjadi pada orang
dewasa dan anak-anak sedangkan bronkopneumonia lebih sering terjadi
pada bayi dan anak kecil
10. Patofisiologi ?
Jawab :
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian per-
ifer melalui saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi
jaringan yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke
jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi
yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema dan dite-
mukannya kuman di alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi merah.
Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan
leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium
ini disebut stadium hepatisasi kelabu. Selanjutnya, jumlah makrofag
meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, ku-
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 35
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
man dan debris menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem
bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.
(Dikutip langsung dari Buku Respirologi Anak Edisi Pertama)
Skema Patofisiologi Pneumonia
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 36
Budi, 3 tahun
-Imunisasi tidak lengkap-Tinggal didaerah kumuh
Ketidakseimbangan daya tahan tubuh
Mikroorganisme masuk saluran
pernapasan
Sampai ke Alveolus
Terjadi reaksi radang
Neutrofil, makrofag dan sel radang aktif
IL-1, IL-6 dan TNF
Set point temp naik
Suhu tubuh meningkat
Demam
Stadium Kongesti
#Dalam alveolus terdapat banyak eksudat karena bakteri
#Reaksi jaringan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitar
Edema
Stadium Hepatisasi Merah
#Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema dan ditemukannya kuman di alvevoli. Pada stadium ini, jaringan yang kena padat dan sedikit berisi udara
Stadium Hepatisasi Kelabu
#Deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat
#Lobus masih padat dan berubah warna menjadi kelabu
Stadium Resolusi
#Jumlah makrofag meningkat di alveoli
#Sel mengalami degenerasi,fibrin menipis,kuman dan debris menghilang
#Leukosit mengalami nekrosis
Sesak nafas Kerusakkan alveoli
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
11. Faktor Resiko ?
Jawab :
Faktor resiko anak menderita pneumonia adalah sebagai berikut :
12. Penatalaksanaan ?
Jawab :
Tanda dan gejala Klasifikasi tatalaksana
-Sianosis sentral-Severe respiratory dis-tress-Tidak sanggup minum
Pneumonia sangat be-
rat
-Harus dirawat di RS-Beri antibiotik-Terapi oksigen-Turunkan panas
Chest Indawing Pneumonia berat -Harus dirawat di RS-Beri antibiotik-Terapi oksigen-Turunkan panas
Nafas Cepat>40x/menit (anak usia 1-5 tahun)
Pneumonia -Tidak perlu dirawat-Berikan antibiotik-Follow up 2 hari
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 37
Kebutuhan O2 naik
Takypnea Takikardia
Optimalisasi pernapasan
Retraksi Intercostal
Pneumonia
Imunisasi yang tidak adekuat
Kurang nutrisi
Berat lahir rendah
Anak-anak
Polusi dan lingkungan kotor
Tindakan invasif
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
Pada auskultasi terda-pat crackles-Hanya batuk-Tidak terdapat tanda pneumonia
Bukan Pneumonia -Tidak perlu dirawat-Follow up 5 hari
1. Kausatif : antibiotic berdasarkan hasil biakan/etiologi
Ampicillin 50 mg/ kg BB i.m. setiap 6 jam dan gentamycin 7,5 mg/
kgBB i.m. 1x sehari selama 5 hari. Jika anak berespon baik, beri
amoxicillin oral 15 mg/ kgBB 3xsehari dan gentamycin i.m.
1xsehari selama 5 hari
Alt.ernatif : chloramphenicol 25mg/kgBB i.m. atau i.v. setiap 8
jam sampai membaik. Kemudian lanjutkan secara oral 4xsehari
selama 10 hari. Atau gunakan ceftriaxone 80mg/kgBB i.m. atau i.v.
1xsehari
Jika anak tidak membaik dalam 48 jam, berikan gentamycin
7,5mg/kgBB i.m. 1xsehari dan cloxacillin 50mg/kgBB i.m atau i.v.
setiap 6 jam untuk staphylococcal pneumonia. Jika anak membaik,
lanjutkan dengan cloxacillin atau dicloxacillin secara oral 4xsehari
selama 3 minggu
2. Simptomatik :
Paracetamol à untuk mengatasi demam yang tinggi
Oksigen à untuk mengatasi sesak nafas, retraksi, takipnea
3. Suportif :
Cukupi kebutuhan nutrisi dan cairan
IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9 % = 3:1 + KCl 10 mEq/500 ml
cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status
hidrasi. Hati-hati jangan sampai overhidrasi.
Jika sesak nafas tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip, tetapi jika
anak sudah dapat minum per oral maka jangan menggunakan
selang nasogastrik karena risiko tinggi terjadi aspirasi pneumonia.
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 38
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
Jika sekresi lendir berlebihan, dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Monitoring :
Anak harus diawasi oleh perawat minimal 3 jam sekali dan oleh
dokter minimal 2 kali sehari.
Jika tidak terjadi komplikasi, dalam waktu 2 hari, maka ini meru-
pakan tanda perbaikan ( nafas tidak terlalu cepat, indarwing pada
bagian bawah dinding dada berkurang, demam turun, kemampuan
untuk makan dan minum membaik)
13. Komplikasi ?
Jawab :
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis,
perikarditis purulenta, pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti
meningitis purulenta, efusi pleura, abses paru, sepsis dan gagal nafas.
Ilten F dkk, melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan
sistolik ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat dan gagal
jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan.
Oleh karena miokarditis merupakan keadaan yang fatal maka dianjurkan
untuk melakukan deteksi dengan teknik noninvasif seperti EKG.
14. Prognosis ?
Jawab :
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi
didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan
datang terlambat untuk pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui.
Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan
peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 39
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap in-
feksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama den-
gan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan den-
gan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri
15. Preventif ?
Jawab :
1) Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan
tempat keramaian yang berpotensi penularan.
2) Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA.
3) Membiasakan pemberian ASI.
4) Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk,
pilek. Terlebih jika disertai suara serak, sesak napas dan adanya
tarikan pada otot diantara rusuk (retraksi).
5) Periksakan kembali jika dalam 2 hari belum menampakkan perbaikan.
Dan segera ke RS jika kondisi anak memburuk.
6) Imunisasi Hib (untuk memberikan kekebalan terhadap Haemophilus
influenzae, vaksin Pneumokokal Heptavalen (mencegah IPD=
invasive pneumococcal diseases) dan vaksinasi influenzae pada anak
resiko tinggi, terutama usia 6-23 bulan. Sayang vaksin ini belum dapat
dinikmati oleh semua anak karena harganya yang cukup mahal.
7) Menyediakan rumah sehat bagi bayi yang memenuhi persyaratan :
i. Memiliki luas ventilasi sebesar 12 – 20% dari luas lantai.
ii. Tempat masuknya cahaya yang berupa jendela, pintu atau
kaca sebesar 20%.
iii. Terletak jauh dari sumber-sumber pencemaran, misalnya
pabrik, tempat pembakaran dan tempat penampungan
sampah sementara maupun akhir (Menkes, 1999).
16. Level of competency ?
Jawab : 3B
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 40
Laporan Tutorial 5 Skenario C Blok 11
DAFTAR PUSTAKA
Davey, Patrick. 2003. At a Glance MEDICINE. Jakarta : Erlangga
Ganong. 1993. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Guyton, Arthur C., John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
EGC
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi jilid 1. Jakarta : EGC
Staf Pengajar FK UI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Binarupa
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Pertama. Jakarta: Depkes
RI
Price, Sylvia A. Standridge, Mary P. 2006. Tuberkulosis Paru dalam Price, Sylvia
A. Wilson, Lorraine. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC.
Amin, Zulkifli. Bahar, Asril. 2007. Tuberkulosis Paru dalam Sudoyo, Aru W.
Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Anonim. 2009. Penyakit TBC. Akses tanggal 28 Maret 2010 17:15 di
http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
Fakultas Kedokteran – Universitas Muhammadiyah Palembang Halaman 41