laporan tutorial 3 proses menua doc

60
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 3 BLOK SISTEM STOMATOGNASI I GENAP 2012-2013 Oleh Kelompok Tutorial VIII : Ketua : Rifqah Nabela S. (Nim:121610101108) Sekertaris : Aisyah Gediyani P. (Nim:121610101098) Linda Surya S. (Nim:121610101101) Anggota : Wulan Tri M. (Nim:121610101085) Windhi Tutut M. (Nim:121610101088) Halimatus S. H. (Nim:121610101090) Rio Faisal Ariady (Nim:121610101095) Farrahdina Nuri A. (Nim:121610101100) Prita Sari M. D. (Nim:121610101102)

Upload: arinanr

Post on 18-Nov-2015

233 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

..

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIALSKENARIO 3 BLOK SISTEM STOMATOGNASI IGENAP 2012-2013Oleh Kelompok Tutorial VIII :Ketua

: Rifqah Nabela S.(Nim:121610101108)Sekertaris: Aisyah Gediyani P.(Nim:121610101098)

Linda Surya S.(Nim:121610101101)Anggota

: Wulan Tri M.(Nim:121610101085)

Windhi Tutut M.(Nim:121610101088) Halimatus S. H.(Nim:121610101090) Rio Faisal Ariady(Nim:121610101095) Farrahdina Nuri A.(Nim:121610101100) Prita Sari M. D.(Nim:121610101102) Galuh Panji R.(Nim:121610101103)

Iqma Dea Agih C.(Nim:121610101104) Nungky Tias S.(Nim:121610101106) Resti Ayu Indriana(Nim:121610101109) Rakotoarison J. N.(Nim:121610101110)FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS JEMBER2013

KATA PENGANTARPuji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini, tentang Proses Menua. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VIII pada skenario ketiga.

Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. drg. Yenny Yustisia, M. Biotech. selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok VIII.2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikanperbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga

laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, Februari 2013Tim PenyusunDAFTAR ISIHALAMAN JUDULKATA PENGANTAR

DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Permasalahan

I.2. Skenario

I.3. PermasalahanI.4. Mind Mapping

I.5. Learning Objective

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Proses Menua pada Rongga Mulut

II.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penuaan

II.3. Kelainan dan Dampak Penuaan pada Rongga MulutBAB III PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKABAB I

PENDAHULUANI.1. Latar Belakang Permasalahan

Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang. Hanya lambat cepatnya proses tersebut tergantung pada masing-masing individu yang bersangkutan. Proses menua merupakan proses yang terjadi terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho, 2000).Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-kemampuan lognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal/ide baru (Maryam, 2008).I.2. SkenarioSeorang pasien laki-laki berusia 60 tahun datang ke RSGM dengan keluhan gigi-gigi yang ngilu spontan. Dari pemeriksaan intra oral, didapatkan semua gigi masih lengkap tanpa karies, akar gigi-gigi yang terbuka pada bagian servikal dan kebersihan rongga mulut baik. Dokter menduga keluhan tersebut berkaitan dengan faktor usia pasien.I.3. Permasalahan

I.3.1. Proses Menua pada Rongga Mulut

I.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi PenuaanI.3.3. Kelainan dan Dampak Penuaan pada Rongga MulutI.4. Mind Mapping

I.5. Learning Objevtive

I.5.1. Menjelaskan Proses Menua pada Rongga Mulut

I.5.2. Menjelaskan Faktor-faktor yang Mempengaruhi PenuaanI.5.3. Menjelaskan Kelainan dan Dampak Penuaan pada Rongga MulutBAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Penuaan1. Teori biologi

Teori biologi merupakan teori yang menjelaskan mengenai proses fisik penuaan yang meliputi perubahan fungsi dan struktur organ, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan yang terjadi di dalam tubuh dalam upaya berfungsi secara adekuat untuk dan melawan penyakit dilakukan mulai dari tingkat molekuler dan seluler dalam sistem organ utama. Teori biologis mencoba menerangkan menganai proses atau tingkatan perubahan yang terjadi pada manusia mengenai perbedaan cara dalam proses menua dari waktu ke waktu serta meliputi faktor yang mempengaruhi usia panjang, perlawanan terhadap organisme dan kematian atau perubahan seluler (Stanley, 2006).

a. Teori Genetika

Teori genetika merupakan teori yang menjelaskan bahwa penuaan merupakan suatu proses yang alami di mana hal ini telah diwariskan secara turun-temurun (genetik) dan tanpa disadari untuk mengubah sel dan struktur jaringan. Teori genetika terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. DNA merupakan asam nukleat yang berisi pengkodean mengenai infornasi aktivitas sel, DNA berada pada tingkat molekuler dan bereplikasi sebelum pembelahan sel dimulai, sehingga apabila terjadi kesalahan dalam pengkodean DNA maka akan berdampak pada kesalahan tingkat seluler dan mengakibatkan malfungsi organ (Stanley, 2006).

Pada manusia, berlaku program genetik jam biologi di mana program maksimal yang diturunkan adalah selama 110 tahun. Sel manusia normal akan membelah 50 kali dalam beberapa tahun. Sel secara genetik diprogram untuk berhenti membelah setelah mencapai 50 divisi sel, pada saat itu sel akan mulai kehilangan fungsinya (Miller, 1999).

Teori genetika dengan kata lain mengartikan bahwa proses menua merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan akan semakin terlihat bila usia semakin bertambah. Teori ini juga bergantung dari dampak lingkungan pada tubuh yang dapat mempengaruhi susunan molekular (Stanley, 2006).

b. Teori Wear and Tear

Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA. August Weissmann berpendapat bahwa sel somatik nomal memiliki kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan fungsinya. Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi. Teori wear and tear mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang terseddia dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan (Stanley, 2006).

c. Teori Rantai Silang

Teori rantai silang mengatakan bahwa struktur molekular normal yang dipisahkan mungkin terikat bersama-sama melalui reaksi kimia. Agen rantai silang yang menghubungkan menempel pada rantai tunggal. dengan bertambahnya usia, mekanisme pertahanan tubuh akan semakin melemah, dan proses cross-link terus berlanjut sampai terjadi kerusakan. Hasil akhirnya adalah akumulasi silang senyawa yang menyebabkan mutasi pada sel, ketidakmampuan untuk menghilangkan sampah metabolik (Miller, 1999).

d. Teori Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor yang ada dalam lingkungan dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Faktor-faktor tersebut merupakan karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi (Stanley, 2006).

e. Teori Imunitas

Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan sangat mudah mengalami infeksi dan kanker (Stanley, 2006). perubahan sistem imun ini diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri (Tonny, 1999).

f. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuaan (Tonny, 1999).

g. Teori Neuroendokrin

Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan tentang terjadinya proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya keterlambatan dalam sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada sistem saraf (Stanley, 2006).

h. Teori Organ Tubuh

Teori penuaan organ tunggal dilihat sebagai kegagalan penyakit yang berhubungan dengan suatu organ tubuh vital. orang meninggal karena penyakit atau keausan, menyebabkan bagian penting dari tubuh berhenti fungsi sedangkan sisanya tubuh masih mampu hidup. Teori ini berasumsi bahwa jika tidak ada penyakit dan tidak ada kecelakaan, kematian tidak akan terjadi (Miller, 1999).

i. Teori Umur panjang dan Penuaan

Palmore (1987) mengemukakan dari beberapa hasil studi, terdapat faktor-faktor tambahan berikut yang dianggap berkontribusi untuk umur panjang: tertawa; ambisi rendah, rutin setiap hari, percaya pada Tuhan; hubungan keluarga baik, kebebasan dan kemerdekaan; terorganisir, perilaku yang memiliki tujuan, dan pandangan hidup positif

j. Teori Medis

Teori medis geriatri mencoba menjelaskan bagaimana perubahan biologis yang berhubungan dengan proses penuaan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia. Biogerontologi merupakan subspesialisasi terbaru yang bertujuan menentukan hubungan antara penyakit tertentu dan proses penuaan. Metode penelitian yang lebih canggih telah digunakan dan banyak data telah dikumpulkan dari subjek sehat dalam studi longitudinal, beberapa kesimpulan menarik dari penelitian tiap bagian berbeda (Miller, 1999).

2. Teori Sosiologi

Teori sosiologi merupakan teori yang berhubungan dengan status hubungan sosial. Teori ini cenderung dipengaruhi oleh dampak dari luar tubuh (Stanley, 2006).

a. Teori Kepribadian

Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori pengembangan kepribadian yang dikembangkan oleh Jung menyebutkan bahwa terdapat dua tipe kepribadian yaitu introvert dan ekstrovert. Lansia akan cenderung menjadi introvert kerenan penurunan tanggungjawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial (Stanley, 2006).

b. Teori Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses.pada kondisi tidak danya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut berisiko untuk memiliki rasa penyeselan atau putus asa (Stanley, 2006).

c. Teori Penarikan Diri

Teori ini menggambarkan penarikan diri ole lansia dari peran masyarakat dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami dan untuk menghadapi harapan yang belum dicapai (Stanley, 2006).

d. Teori Aktivitas

Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang kehidupan (Stanley, 2006).

e. Teori Subkulutur

Lansia, sebagai suatu kelompok, memiliki norma mereka sendiri, harapan, keyakinan, dan kebiasaan; karena itu, mereka telah memiliki subkultur mereka sendiri. Teori ini juga menyatakan bahwa orang tua kurang terintegrasi secara baik dalam masyarakat yang lebih luas dan berinteraksi lebih baik di antara lansia lainnya bila dibandingkan dengan orang dari kelompok usia berbeda. Salah satu hasil dari subkultur usia akan menjadi pengembangan "kesadaran kelompok umur" yang akan berfungsi untuk meningkatkan citra diri orang tua dan mengubah definisi budaya negatif dari penuaan (Tonny, 1999).

3. Teori Psikologis

Teori psikologis merupakan teori yang luas dalam berbagai lingkup karena penuaan psikologis dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial, dan juga melibatkan penggunaan kapasitas adaptif untuk melaksanakan kontrol perilaku atau regulasi diri (Stanley, 2006).

a. Teori Kebutuhan Manusia

Banyak teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan kebutuhan manusia. Teori Maslow merupakan salah satu contoh yang diberikan pada lansia. Setiap manusia yang berada pada level pertama akan mengambil prioritas untuk mencapai level yang lebih tinggi; aktualisasi diri akan terjadi apabila seseorang dengan yang lebih rendah tingkat kebutuhannya terpenuhi untuk beberapa derajat, maka ia akan terus bergerak di antara tingkat, dan mereka selalu berusaha menuju tingkat yang lebih tinggi (Tonny, 1999).

b. Teori Keberlangsungan Hidup dan perkembangan Kepribadian

Teori keberlangsungan hidup menjelaskan beberapa perkembangan melalui berbagai tahapan dan menyarankan bahwa progresi sukses terkait dengan cara meraih kesuksesan di tahap sebelumnya. ada empat pola dasar kepribadian lansia: terpadu, keras-membela, pasif-dependen, dan tidak terintegrasi (Neugarten et al.) (Tonny, 1999).

c. Teori Kepribadian Genetik

Teori kepribadian genetik berupaya menjelaskan mengapa beberapa lansia lebih baik dibandingkan lainnya.; hal ini tidak berfokus pada perbedaan dari kedua kelompok tersebut. Meskipun didasarkan pada bukti empiris yang terbatas, teori ini merupakan upaya yang menjanjikan untuk mengintegrasikan dan mengembangkan lebih lanjut beberapa teori psikologi tradisional dan baru bagi lansia. Tema dasar dari teori ini adalah perilaku bifurkasi atau percabangan dari seseorang di berbagai aspek seperti biologis, sosial, atau tingkat fungsi psikososial. Menurut teori ini, penuaan didefinisikan sebagai rangkaian transformasi terhadap meningkatnya gangguan dan ketertiban dalam bentuk, pola, atau struktur (Tonny, 1999).

II.2. Faktor yang Mempengaruhi Penuaan1. Faktor Genetik

Adanya pengaruh dari penyakit bawaan yang berasal dari genetik sehingga akan mempengaruhi proses penuaan.

2. Faktor Endogenik

Hormon : menurunnya hormon estrogen dan testosterone menyebabkan osteoblast menurun, osteoklast meningkat sehingga terjadai resorbsi dan remodeling tulang dan tulang alveolar menjadi berkurang.

3. Faktor Eksogenik (faktor lingkungan dan gaya hidup)

Diet/ asupan zat gizi

Vitamin dapat memperlambat proses degenerative pada lansia.

Defisiensi ion Zn dapat menyebabkan gangguan fungsi imun dan pengecapan.

Merokok, dapat memggangu vaskularisasi rongga mulut sehingga mempercepat penuaan rongga mulut.

Penyinaran Ultra Violet

Polusi

4. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dalam proses penuaan merupakan faktor prediposisi dari kedua faktor sebelumnya, yaitu faktor Biologis dan faktor Psokologis. Beberapa faktor lingkungan akan mempengaruhi kejiwaan seseorang dan juga akan mempengaruhi fisik seseorang yang berkaitan dengan faktor Biologis.

5. Faktor Biologi - Psikologi

Berbagai stres psikologi yang dialami seseorang akan berpengaruh dengan kondisi fisik seseorang. Dalam menghadapi stres tubuh berusaha melakukan adaptasi dengan mengeluarkan berbagai macam hormon, substansi kimia dan reaksi kimia untuk menghadapi stressor. Berbagai kompensasi dan adaptasi tubuh secara berkelanjutan akan mengakibatkan tubuh kelelahan sehingga akan mempercepat penurunan fungsi tubuh individu.

6. Faktor Biologi - Lingkungan

Berbagai macam kondisi lingkungan yang menjadi tempat hidup seseorang akan mempengaruhi proses penuaan seseorang. Kondisi lingkungan akan menyebabkan tubuh berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan. Semakin buruk kondisi lingkungan akan semakin keras pula tubuh berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Semakin nbesar tubuh beradaptasi akan mengakibatkan tubuh cepat mengalami kerusakan dan kemunduran fungsi.

7. Faktor Psikologi - Lingkungan

Kondisi lingkungan sebagai lingkungan tempat tinggal seseorang akan mempengaruhi tingkat stres individu. Misalnya seseorang yang hidup di kota besar yang sibuk, daya saing tinggi dan konsumtif biasanya akan memiliki tingkat stres yang tinggi. Tingkat stres psikologis yang tinggi ini akan berpengaruh terhadap kemampuan tubuh dalam beradaptasi dengan stressor sehingga proses kemunduran fungsi tubuh seseorang akan semakin cepat. Sangat terbaik dengan kondisi lingkungan yang tenang, kondusif, aman dan nyaman pada lingkungan tempat tinggal seseorang. Lingkungan yang kondusif akan menyebabkan tingkat stres rendah sehingga tubuh cenderung akan menggunakan energinya untuk mempertahankan fungsi optimalnya. (Suyono, Aris, 2011)

II.3. Kelainan dan Dampak Penuaan pada Rongga MulutA. Dampak penuaan jaringan mulut terhadap rongga mulut yaitu secara umum :

1. Fungsi pengecapan berkurang : terjadi karena taste bud berkurang.

2. Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak oklusal akan mengganggu kestabilan lengkung gigi sehingga mengganggu fungsi kunyah.3. Epitel mukosa ludah terkelupas dan jaringan ikat dibawahnya sembuh lambat. Atropi jaringan ikat menyebabkan elastisitas menurun sehingga menyulitkan pembuatan protesa yang baik.4. Secara klinis mukosa mulut memperlihatkan kondisi yang menjadi lebih pucat, tipis kering dengan proses penyembuhan yang melambat. Hal ini yang menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap tekanan ataupun gesekan, yang diperparah dengan berkurangnya aliran saliva. (Silverman 1965).

5. Perubahan ukuran lengkung rahang.

B. Kelainan pada rongga mulut akibat penuaan :

1. Stomatitis Karena Gigi TiruanLesi ini umumnya disebut sebagai denture stomatitis, seringkali merupakan infeksi asimtomatis yang disebabkan oleh candida. Mikroorganisme ini ditemukan pada mukosa dan jaringan gigi tiruan. Stomatitis ini merupakan peradangan kronis pada mukosa pendukung gigi tiruan yang sifatnya dapat setempat atau menyeluruh.Kondisi ini dipicu oleh pemakaian gigi tiruan yang terus menerus sepanjang siang dan malam hari. Factor lain seperti xerostomia juga mendukung terjadinya lesi ini. Hipersensitif terhadap salah satu komponen dari bahan gigi tiruan dengan reaksi alergiknya juga merupakan salah satu factor penyebab.Stomatitis karena gigi tiruan seringkali merupakan kandidosisatrofik kronis. Adanya plak microbial serta jamur pada permukaan gigi tiruan yang bersinggungan dengan mukosa pengukung penting bagi perkembangan stomatitis ini. Kondisi ini biasanya hilang dengan pembersihan gigi tiruan yang baik, termasuk merendam gigi tiruan dalam larutan antijamur di malam hari. Obat anti jamur seperti amfoterisin, mikonasol atau nistatin mungkin diperlukan dan harus di aplikasikan ke permukaan gigi tiruan sebelum gigi tiruan dipasang ke dalam mulut.Kebanyakan pasien tidak menyadari adanya kelainan ini, karena biasanya tanpa gejala. Beberapa pasien mengeluh adanya rasa panas atau gatal yang biasanya dirasakan pada mukosa palatum atau mukosa lidah. Intensitas peradangan berbeda-beda, kadang terbatas pada daerah tertentu atau bisa pula mengenai seluruh jaringan pendukung gigi tiruan. Kelainan ini cenderung terjadi pada rahang atas daripada rahang bawah. Kadang terlihat peradangan palatal tipe granular.

2. Hiperplasia karena Gigi TiruanHiperplasia jaringan lunak di bawah atau di sekeliling gigi tiruan lengkap merupakan akibat dari respon fibroepitelial terhadap pemakaian gigi tiruan lengkap. Sayap gigi tiruan yang terlalu lebar dapat menyebabkan ulser pada mukosa dan bahkan menjadi hiperplasia. Hiperplasia yang terjadi dapat berupa pertumbuhan fibrotik yang disebut epulis fisuratum. Ini terjadi pada mukosa bergerak atau pada perbatasan mukosa bergerak dan tidak bergerak.Kelainan ini seringkali asimtomatik dan terbatas pada jaringan di sekeliling tepi gigi tiruan di daerah vestibular, lingual, atau palatal, dapat juga terjadi di bagian sisa alveolar. Kelainan ini timbul akibat iritasi kronis dari gigi tituan yang longgar atau gigi tiruan yang sayapnya terlalu panjang. Dapat terlihat proliferasi jaringan fibrous terutama pada vestibulum labial. Perawatan awal meliputi pengikisan sayap gigi tiruan yang berlebih sehingga menghilangkan penyebab iritasi. Meskipun demikian pengasahan sayap gigi tiruan dapat mengurangi stabilitas protesa, yang menyebabkan gigi tiruan lebih bebas bergerak sehingga menimbukan iritasi lebih lanjut.

3. XerostomiaXerostomia merupakan salah satu bentuk kelainan sekresi saliva yang mengalami penurunan volume dari keadaan normal, sehingga terjadi hiposalivasi. Apabila produksi saliva kurang dari 20 ml/ hari dan berlangsung dalam waktu yang lama maka keadaan ini disebut serostomia. Saliva pada orang tua mengandung total protein yang lebih sedikit, elektrolit berbeda, dan pH dengan kemampuan buffer yang lebih kecil dibanding orang muda.Xerostomia akan menimbulkan masalah dalam hal retensi gigi tiruan, meningkatkan resiko karies gigi, dan infeksi, serta menyebabkan kesulitan dalam pengunyahan dan penelanan. Mukosa mulut penderita mulut kering biasanya halus dan lebih peka terhadap stimulus kimia. Keringnya mukosa menjadikan mukosa lebih peka terhadap iritasi gesekan dari gerakan gigi tiruan, dan dapat mengganggu daya adptasi pasien dalam menggunakan gigi tiruannya. Beberapa lansia mengeluh akan kondisi mulut yang kering, sering tanpa tanda-tanda klinis, pada kasus ini penyebabnya mungkin adalah depresi.

Berdasarkan penelitian terjadinya degenerasi epitel saliva, atrofi, hilangnya asini dan fibrosis terjadi dengan frekuensi dan keparahan yang meningkat dengan meningkatnya usia. Secara umum dapat dikatakan bahwa saliva nonstimulasi (istirahat) secara keseluruhan berkurang volumenya pada usia tua. Xerostomia juga dapat disebabkan oleh pemakaian obat-obatan oleh pasien. (George, 1994)

Dampak proses penuaan terhadap kesehatan gigi dan mulut antara lain karies gigi, penyakit periodontal, keadaan kebersihan mulut yang merupakan masalah signifikan. Selain itu menurut Mendel (1989) bahwa status kesehatan gigi dan mulut pada lansia ditandai dengan meningkatnya kehilangan gigi, kebersihan mulut yang buruk, penyakit periodontal, karies giig, erosi, abrasi serta kanker mulut. Dan pada usia lanjut, juga terjadi penurunan sensitivitas mukosa rongga mulut terhadap iritasi. Di samping itu terjadi kelemahan jaringan penyangga gigi sehingga kemampuan mengunyah berkurang dan mempermudah infeksi (Lestari, dkk : 2005).

Perubahan yang terjadi pada usia lanjut sangat mempengaruhi kesehatan lansia. Insiden terjadinya penyakit semakin tinggi. Beberapa penyakit berupa kanker yang sering terjadi pada lansia seperti basal cell carcinoma dan squamous cell carcinoma. Kondisi ini perlu mendapat perhatian sebbelum melakukan tindakan perawatan terhadap pasien. Berdasarkan penilitian didapatkan karies gigi menyerang pada usia lebih dari 70 tahun dan penderita usia 75 79 tahun (Beck, dkk : 1990) (Burt : 1994). Mayoritas karies gigi pada usia lanjut merupakan karies akar. Adanya karies dan tumpata pada akar dilaporkan tedapat pada 47% orang berusia 65-74 tahun serta 55,9% pada usia lebih dari 75 tahun. Menjaga kebersihan mulut dan topikal aplikasi fluor serta menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor setiap hari dapat mengurangi atau menghambat terjadinya karies pada gigi. (Loesche, dkk : 1995)

Berdasarkan data yang berhubungan dengan proses penuaan dab penyakit periodontal, terdapat proses penuaan dan penyakit periodontal serta perubahan respon pejamu terhadap mikroorganisme plak sejalan dengan meningkatnya usia. Hal ini disebabkan kurang efektifnya respon kekebalan tubuh atau terjadinya penurunan efektivitas sel leukosit dan monosit dalam proses fagositosis. (Pajukoski, dkk : 1999)

Pada sistem muskulo-skeletal, terjadi atropi secara keseluruhan pada massa otot dimana jaringan lemak dan jaringan ikat kolagen menggantikan sebagian serat-serat kontraktil otot.2,5 Akibatnya terjadi kemunduran kekuatan, kelenturan, stamina serta tonusotot ketika melakukan aktifitas. Sebagai contoh, implikasi yang berlaku pada sistem pernafasan di mana kekuatan otot yang berkurang menyebabkan manula bernafas secara dangkal. Kehilangan kalsium dan massa tulang yang menurun sejalan dengan usia, akan menyebabkan osteoporosis di mana terjadi penurunan dimensi tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah fraktur. Tulang vertebra yang mengalami kalsifikasi akan mengakibatkan perubahan postural tubuh.

Tulang alveolar juga mengalami perubahan berupa hilangnya mineral tulang secara umum oleh karena usia melalui resorpsi matriks tulang. Proses ini dapat dipercepat oleh tanggalnya gigi, penyakit periodontal, protesa yang tidak adekuat, dan karena menderita penyakit sistemik.

Perubahan normal yang berlaku pada sistem kardiovaskular berupa atropi pada otot jantung terutama ventrikel kiri, kalsifikasi pada vulva jantung, kehilangan elastisitas pada dinding arteri (arteriosclerosis) serta deposit-deposit yang bertumpuk di dalam arteri(atherosclerosis). Akibatnya terjadi penurunan cardiac output, sensitifitas baroreseptor serta automatisitas nodus SA. Seterusnya suplai darah yang semakin lemah akan mengakibatkan penurunan stamina, fungsi ginjal dan hati yang semakin lemah serta berkurangnya suplai oksigen dan energi ke sel-sel seluruh tubuh.

Secara umum terjadi kemunduran sejumlah organ sejalan dengan meningkatnya usia. Seperti otak, hati, ginjal, kelenjar saliva, semua perubahan ini dimulai dari sel atau jaringan : seperti ginjal dengan meningkatnya usia terjadi kerusakan sebagian dari nefron atau dengan kata lain glomeruli yang abnormal sehingga fungsi dari ginjal akan menurun, osmolariti urine berkurang.11 Penurunan fungsi sekresi meningkatkan retensi sampah produk metabolisme dan memiliki potensi penyebab terjadinya kerusakan skala rendah sel-sel di seluruh tubuh.

Dengan meningkatnya usia, sistem imun secara umumnya akan berkurang efektifitasnya sehingga akan meningkatkan resiko terhadap penyakit akibat infeksi, berkurangnya kemampuan melawan penyakit, penyembuhan luka menjadi lambat, dan berkembangnya penyakit autoimun serta kanker.

Pancaindera merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia untuk mengumpulkan informasi dan mengantisipasi dalam interaksi sosial. Perubahan yang dapat berlaku adalah pada mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung (pembauan) dan lidah (pengecapan).

BAB IIIPEMBAHASAN

III.1. Proses MenuaA. Proses Penuaan pada Jaringan Keras Rongga Mulut1. Penuaan gigiBerkaitan dengan proses fisiologis normal dan proses patologis akibat tekanan fungsional dan lingkungan. Gigi geligi mengalami diskolorasi menjadi lebih gelap dan kehilangan email akibat abrasi, erosi, dan atrisi.

Gigi-gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan dengan bertambahnya usia perubahan ini bukanlah sebagai akibat dari usia tetapi disebabkan oleh refleks, keausan, penyakit, kebersihan mulut, dan kebiasaan. Email mengalami perubahan pada yang nyata karena pertanbahan usia, termasuk kenaikan konsetrasi nitrogen dan fluoride sejalan usia.

EMAILErosi: Melarutnya email gigi (kalsium) oleh asam.Erosi merupakankelinan yang disebabkan hilangnya jaringan keras gigi karena proses kimiawi dan tidak melibatkan bakeri.Penyebab utama larutnya email gigi adlah makanan atu minuman yang mengandung asam, asam yang timbul akibat gangguan pencernaan yaitu hasil metabolisme sisa makanan oleh kuman, asm yang mempunyai PH kurang dari 5,5.

Abrasi: terkikisnya lapisan email gigi sehingga email menjadiberkurang atau hilang hingga mencapi dentin.

Penyebab yaitu gaya friksi (gesekan) langsung antara gigi yang berkontak dengan objek eksternal karena cara menyikat gigi yang tidak tepat, kebiasaan buruk seperti menggigit pensil, mengunyah tembakau, menggunakan tusuk gigi yang berlebihan diantara gigi, serta pemakaian gigi tiruan lepasan yang menggunakan cengkeraman.Atrisi: hilangnya suatu substansi gigi secara bertahap (keausan) pada

permukaan oklusal, incisal, dan proksimal gigi karena proses mekanis yang terjadi secara fisiologis akibat pengunyahan.

Penyebabnya yaitu proses pengunyahan didukung oleh kebiasaan buruk seperti mrngunyah sirih, kontak premature dan makanan yang bersifat abrasive, serta proses fisiologis pengunyahan pada manula.

DENTINKarena adanya perubahan pada enamel (ex. Atrisi). Perubahan pada dentin. Stimulasi odontoblas menghasilkan pola pelapisan dentin yang jarang - jarang, sehingga serat matriks orientasinya menjadi berjauhan dan susunan tubulus menjadi kacau. Reaksi kedua dapat terbentuk dentin sklerotik pada tubulus yang terekspos di area atrisi. Material yang terdeposisi pada dentin sklerotik lebih mengandung apatit ke dalam tubulus dentin. Prosesnya dimulai dari akar ke korona pada dentin yang sudah tua terbentuk perluasan batas permukaan pulpa pada dentin yang menunjukkan konsentrasi tertinggi flouride disebabkan penggabungan fluoride dari cairan jaringan pulpa pada pembentukan dentin yang lambat.

Selain itu juga terjadinya proses pembentukan:

a. Dentin sekunder : kelanjutan dentinogenesis, reduksi jumlah odontoblas.

b. Dentin tersier : adanya respon ransangan, odontoblas berdesakan, dan tubulus dentin bengkok.

c. Dentin skelrotik : karies terhenti/berjalan sangat lambat, tubulus dentin menghilang, dan merupakan system pertahanan tubuh ketika ada karies.

d. Dead tracks (saluran mati ) : tubulus dentin kosong.PULPA

a. Peningkatan kalsifikasi jaringan pulpa.

b. Penurunan komponen vaskuler dan seluler.

c. Reduksi ukuran ruang pulpa, pembentukan dentin yang berlanjut sejalan dengan usia menyebabkan reduksi secara bertahap pada ukuran kamar pulpa.

d. Peningkatan jaringan kolagen pulpa

2. Penuaan TulangAlveolar

Terjadinya resorpsi dari processus alveolaris terutama setelah pencabutan gigi sehingga tinggi wajah berkurang, pipi dan labium oris tidak terdukung, wajah menjadi keriput dan juga terjadi resorpsi pada caput mandibula, fossa glenoidales yang akan membatasi ruang gerak membuka dan menutup mandibular.

Degenerasi tulang alveolar menyebabkan gigi geligi tampak lebih panjang. Masa tulang (baik pada tulang alveolar atau sendi rahang ) menurun akibat menurunya asupan kalsium dan hilangnya mineral tulang.Massa tulang dewasa mencapai puncaknya sekitar 35 tahun. Kemudian massa tulang menurun sejalan dengan usia, dengan hilangnya tulang kortikal maupun tulang trebekular.

Tulang alveolar juga mengalami remodeling. Resorbsi rahang atas menyebabkan dasar sinus tipis. Dalam suatu kelompok orang berusia 65 tahun atau yang lebih tua, menunjukkan adanya kehilangan perlekatan dan tulang alveolar yang lebih berat dibandingkan orang yang lebih muda. Gambaran klinis ini kemungkinan terjadi akibat efek dari akumulasi plak dalam jangka waktu yang lama. Faktanya, penelitian klinis menyimpulkan bahwa penuaan kronologis tidak selalu menyebabkan terjadinya kehilangan perlekatan ataupun penurunan penyangga tulang alveolar.3. Penuaan Sementum

Seiring usia sementum menjadi kurang permeable pada molekul bahan celup dan ion. Lapisan dalam sementum tidak punya sel sementosit yang hidup karena molekul nutrisi tidak dapat mencapai flouride saat bertambahnya ketebalan secara lambat selama hidup dan menjadi batas dengan ligamen periodonsium. Penebalan sementum disepanjang seluruh permukaan akar meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan penebalan ini lebih terlihat pada sepertiga apikal akar.

B. Proses Penuaan pada Jaringan Periodontal Rongga Mulut1. Pada Gingiva

a) Epithelium Gingiva.

Penipisandan penurunan keratinisasi pada epithelium gingiva dilaporkan dengan usia. Penemuan-penemuan yang significan tersebut dapat berisi sebuah peningkatan dalam permeabilitas epithelium pada antigens bacterial, penurunan resistensi pada trauma fungsional atau keduanya. Perubahan dengan aging termasuk flattening (pendataran) atau pengumpulan retepeg dan merubah densitas sel.

Efek aging pada daerah junctional epithelium telah menjadi subjek pada banyak spekulasi. Migrasi junctional epithelium dari posisinya, sebagai contoh pada enamel, ke posisi apical lainnya pada permukaan akar dengan disertai resesi gingiva. Luas dari attached gingiva akan diharapkan berkurang dengan usia, namun sebaliknya muncul sebagai suatu kebenaran. Migrasi pada junctional epithelium dipermukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi gigi melalui gingiva pada suatu pertahanan kontak oklusal dengan gigi lawannya (erupsi pasif) sebagai suatu hasil pada permukaan gigi yang hilang dari atrisi. Resesi gingiva bukan merupakan proses fisiologi dari aging namun dijelaskan oleh efek kumulatif inflamasi atau trauma pada periodonsium.

b) Jaringan Ikat Gingiva.

Meningkatnya usia menyebabkan kekasaran serta penebalan pada jaringan ikat gingival. Perubahan kualitatif dan kuantitatif pada kolagen termasuk peningkatan rata-rata soluble menjadi insoluble collagen. Meningkatnya mekanis, kekuatan dan denaturasi suhu. Akibat rtersebut berindikasi pada meningkatnya stabilisasi kolagen yang disebabkan oleh karena perubahan dalam konformasi molekuler.

c) Ligamentum Periodontal.

Perubahan pada ligamentum periodontal karena usia tua (penuaan) atau aging termasuk meningkatnya jumlah fibroblast dan suatu struktur irregular berlebih membuat perubahan pada jaringan ikat gingiva. Penemuan lain menyebutkan adanya penurunan produksi matriks organic dan resting cell epithelium serta meningkatnya jumlah dari sabut elastic. Lebarnya celah akan menurun apabila gigi tidak berfungsi. Hal ini bisa menyebabkan gigi menjadi mudah tanggal dan hilang.

d) Cementum.

Penebalan cementum paling sering ditemukan. Peningkatannya bisa 5-10 kali lipat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena adanya deposisi yang terus berlanjut setelah gigi erupsi. Penebalan terjadi biasanya pada permukaan apical dan lingual.

e) Tulang Alveolar

Perubahan morfologenik pada tulang alveolar mencerminkan adanya perubahan usia dalam situs yang menyerupai tulang. Secara spesifik pada periodonsium ditemukan adanya permukaan periodontal yang lebih ireguler dan lebih sedikit inserti regular sabut-sabut kolagen. Meskipun usia adalah factor yang beresiko osteoporosis, hal tersebut tidak kausatif dan selanjutnya seharusnya dikenal dalam proses fisiologis menua.

2. Proses Penuaan pada Mukosa Mulut.

Pada mukosa terjadi perubahan baik pada struktur, fungsi dan elastisitas jaringan mukosa mulut. Gambaran klinis jaringan mukosa mulut lansia tidak berbeda jauh dengan individu muda, tetapi riwayat adanya trauma, penyakit mukosa, kebiasaan merokok, dan adanya gangguan pada kelenjar ludah dapat mengubh gambran klinis

Gambaran histologis jaringan mukosa mulut yaitu trjadi penipisan epitel, penurunan proliferasi seluler, hilangnya lemak dan elastisitas submukosa, meningkatnya jaringan ikat fibrotik yang disertai perubahan degenerati kolagen. Penipisan epitel diakibatkan rendahnya kemampuan sel sel epitel untuk memperbaiki diri. Hal ini berhubungan dengan terganggunya asupan nutrisi pada mukosa.

Pada proses penuaan, penumpukan serat kolagen akan semakin bertambah pada pembuluh darah. Ini akan berakibat pada hilangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga pembuluh darah akan semakin kaku. Aliran darahpun juga akan terganggu, sehingga asupan nutrisi untuk sel sel epitel akan memburuk.

Perubahan struktural, tampak mukosa makin pucat, tipis,halus,kering dan hilangnya stipling. Hilangnya stipling karena behubungan dengan hilangnya keratin akibat proses penuaan.

Karakteristik penuaan mukosa mulut :

Terlihat pucat dan kering

Hilangnya stippling

Terjadinya Oedema

Elastisitas jaringan berkurang

Jaringan mudah mengalami iritasi dan rapuh

Kemunduran lamina propria

Epitel mengalami penipisan

Keratinisasi berkurang

Vaskularisasi berkurang sehingga mudah atropi

Penebalan serabut kolagen pada lamina propia

GINGIVA

Terjadinya penambahan papilla jaringan ikat dan menurunnya keratinisasi epitel. Keratinisasi epitel gingiva yang menipis dan berkurang terjadi berkaitan dengan usia. Keadaan ini berarti permeabilitas terhadap antigen bakteri meningkat, resistensi terhadap trauma fungsional berkurang, atau keduanya. Karena itulah, perubahan tersebut dapat mempengaruhi hasil perawatan periodontal jangka panjang. Pergerakkan dent gingival junction ke apical meluas ke Cemento Enamel JunctionMigrasi epitel junction ke arah permukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi gigi melewati gingiva sebagai usaha untuk mengatur kontak oklusal dengan gigi lawannya (erupsi pasif) akibat hilangnya permukaan gigi karena atrisi. Hal ini kemudian berkaitan dengan resesi gingiva. Resesi gingiva yang terjadi pada lanjut usia bukanlah merupakan proses fisiologis yang pasti, namun merupakan akibat kumulatif dari inflamasi atau trauma yang terjadi pada periodontal (seperti menyikat gigi yang terlalu keras).

LIDAH

Pada lidah, proses penuaan akan berakibat berkurangnya tonus lidahh. Hal ini disebabkan karena serabut serabut otot mulai digantikan oleh jaringan kolagen dan lemak, sehingga kekuatan dan kelenturan otot menurun yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan kontraksi pada lidah. Lidah nampak bercelah dan beralur atau ada pula yang tampak berambut .Varikositas pada ventral lidah tampak jelas. Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-fisura. Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsiterhadap pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.

KELENJAR SALIVA

Pada kelenjar saliva terjadi pengurangan pada produksi saliva. Ini disebabkan oleh adanya degenerasi sel asini, yaitu sel yang bertugas untuk sekresi saliva. Selain itu, terjadi penumpukanfibrosa pada sel sel kelenjar saliva. Terganggunya proses produksi saliva tentunya akan mengganggu proses pengunyahan,penelanan, dan pencernaan,dapat pula menimbulkan xerostomia . Saliva yang mengandung enzyme ptyalin tentunya akan mempengaruhi dari proses pemecahan polisakarida pada makanan. Selain itu, akan mempersulit fungsi bicara,dan menaikkan angka kemungkinan terjadinya karies gigi.

MANDIBULA

Penuaan pada mandibula terjadi karena adanya resorpsi tulang alveolar.Resorbsialveolar sampai setinggi 1 cm terutama pada rahang tanpa gigi atau setelahpencabutan.

TULANG ALVEOLAR

Terjadi resorbsi dari processus alveolaris, terutama setelah pencabutan gigi, sehingga tinggi wajah berkurang pipi dan labium oris tidak terdukung sehingga wajah menjadi keriput.

Resorbsi tulang alveolar menyebabkan pengurangan jumlah tulang akibat kerusakan tulang karena adanya peningkatan osteoklast (fungsinya : perusakan tulang) sehingga terjadi proses osteolisis dan peningkatan vaskularisasi.

Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang saat menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks. Terjadi resorbsi pada caput mandibula, membatasi ruang gerak membuka danmenutup mandibula.Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak oklusal sehingga mengacaukan fungsi kunyah.TMJ

Penambahan usia menunjukkan perubahan umum dari otot karena hilangnya serabut otot untuk gerakan mandibula. Reduksi lebih lanjut pada ketebalan otot rahang ditemukan pada orang tidak bergigi dibanding yang masih bergigi. Perubahan ini terjadi akibat dari proses degenerasi sehingga melemahnya otot-otot mengunyah yang mengakibatkan sukar membuka mulut secara lebar. Sehingga dapat mengakibatkan:

1. Pengurangan jumlah gigi akibat penaan, terutama di gigi posterior telah diindikasikan sebagai penyabab gangguan TMJ. Hal ini karena condilust mandibula akan mencari posisi yang nyaman pada saat menutup mulut. Inilah yang memicu perubahan letak condilust pada fossa glenoid dan menyebabkan kelainan pada TMJ.

2. Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang saat menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks.

3. Penuaan mengakibatkan remodeling.

Pengaruh perubahan usia pada gigi geligi:

Pergerakan ke mesial (kea rah depan) dari gigi geligi. Pada tiap arcus dentalis yang berhubungan dengan ausnya facies aproximalis (daerah kontak) dari gigi geligi tetangganya (proses penyesuaian local untuk gigi sebelahnya).

Atrisi enamel, diikuti dengan terbukanya dentin pada facies occlusalis dan edge insisal. Proses ini berhubungan dengan reduksi besar cavitas pulparis karena dentin sekunder yang mengalami atrisi yang hebat.

Pergerakan mandibula ke depan dalam hubungan dengan maksila. Diakibatkan karena atrisi bonjol-bonjol gigi belakang cenderung menimbulkan kontak gigitan tepi dari insisivus atas dan bawah bertemu.

Resesi gingiva, menyebabkan CEJ pada cavum oris sehingga perlekatan ligamentum periodonsium akan berkurang dan tepi soket tereabsorpsi. Terjadi rasa ngilu/ karies serviko fasial, menganggu estetika karena gigi terlihat panjang, dinding poket meradang, jumlah sel fibrobrast ligament periodontal menurun.

Akar gigi memanjang karena deposisi cementum pada regio apicalis sehingga kompensasi resesi gusi ke arah akar menyebabkan erupsi aktif.

Penyempitan rongga pulpa dan penebalan sementumIII.2. Faktor yang Mempengaruhi PenuaanProses menua dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu ada faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Berikut adalah penjelasannya.

FAKTOR INTRINSIK

a. GenGen berperan sebesar 60% dalam terjadinya penuaan pada tubuh. Pada awal pembentukan setiap manusia, kode genetik dalam DNA telah memiliki program kapan tubuh manusia tersebut akan mengalami penuaan. Sehingga pada saatnya nanti setiap sel pada tubuh akan mulai mengalami penurunan fungsi sampai akhirnya berhenti berfungsi.

Selain itu fungsi gen sebagai pembawa sifat genetik membuat proses penuaan ini dapat diturunkan. Menurut survei anggota keluarga yang sama cenderung hidup pada usia yang sama dan meninggal pada usia yang sama, tanpa mengikut sertakan faktor penyakit dan kecelakaan.

b. Sistem Imun

Apabila sistem imun seseorang rendah, maka penyakit akan mudah menyerang. Sebagian besar pathogenesis penyakit adalah akibat adanya respon fungsi ekstrinsik, contohnya adalah infeksi. Akibatnya, kehadiran suatu penyakit akan menyebabkan perubahan atau disfungsi organ yang terkena penyakit, hal ini dapat memicu terjadinya proses penuaan.c. Jenis KelaminAntara pria dan wanita dalam hal penuaan dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa wanita resiko mengalami penuaan lebih cepat dari pada pria. Karena wanita memiliki kelenjar keringat (sebaceous glands) dan juga pembuluh darah di sekitar mulut yang lebih sedikit didandingkan dengan pria. Padahal kelenjar keringat berfungsi untuk mengahsilkan minyak yang mebuat kulit tetap lembut dan pemvuluh darah membantu mengalirkan darah ke organ tubuh sehingga bisa mencerahkan kulit. Oleh karena itu seiring berjalannya waktu, wanita akan tampak lebih tua dibandingkan dengan pria terutama di daerah sekitar mulut yang membuatnya lebih cepat keriput.

Selain itu penyebab wanita lebih cepat mengalami penuaan adalah berkurangnya hormon estrogen menjelang masa menopause, sehingga membuat aliran darah berkurang dan menyebabkan garis-garis kerutan di kulit. Pada wanita juga terjadi pengurangan massa tulang lebih cepat yang membuat tulang rahang menciut lebih dini dibanding dengan pria. Dan letak otot-otot pada wanita jauh lebih dekat pada kulit sehingga akan tertarik yang mebuatnya terlihat lebih kencang tapi lebih cepat keriput pula.d. Jenis dan Warna Kulit

Pada umumnya pada manusia ada dua jenis kulit, yaitu kulit kering dan kulit berminyak. Pada kasus penuaan ini, kulit yang cenderung kering lebih cepat mengalami proses penuaan. Hal ini dikarenakan pada kulit kering aktivitas dari kelenjar minyak dan kelenjar keringat kurang, akibatnya lapisan kulit paling atas mengering, menipis, dan akhirnya mengelupas. Sehingga kelembapan kulit tidak terjaga dengan baik.

Di dunia ini manusia terbagi atas tiga ras besar, yaitu ras kaukasoid, mongoloid, dan negroid. Warna kulit merupakan identitas dari setiap ras tersebut. Ras kaukasoid adalah ras yang memiliki warna kulit putih, ras mongoloid adalah ras yang memiliki warna kulit kuning, dan rasa negroid adalah ras yang memiliki warna kulit hitam. Dari ketiga jenis warna kulit tersebut, ras kulit putih cenderung lebih mudah terbakar matahari, lebih mudah mengalami penuaan dini, ataupun terserang kanker kulit.

e. Kepribadian SeseorangDi lihat dari sisi yang mempercepat proses penuaan kepribadian seseorang yang akan lebih cepat mengalami penuaan adalah pribadi yang mudah mengalami stres. Karena jika orang mudah mengalami stres, maka dapat menyebabkan sistem kardiovaskular dan sistem kekebalan tubuh menjadi menurun.

f. IntelegensiaMeskipun banyak yang kurang sependat dengan ini, tetapi pada kenyataannya orang yang berintelegensi tinggi cenderung memiliki pola pikir ke depan yang lebih baik sehingga menerapkan pola hidup sehat dan selalu melatih kemampuan intelektualnya melalui berbagai aktivitas seperti membaca dan menulis, sehinnga akan lebih lambat mengalami penuaan.

FAKTOR EKSTRINSIKa. Asupan GiziAsupan gizi yang kurang dapat menyebabkan pembentukan kekebalan tubuh berkurang sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Sehingga dapat mengganggu fungsi organ dan dapat memicu terjadinya penuaan. Hal ini berlaku bagi orang yang melakukan diet. Jika diet yang dilakukan tidak sehat maka dapat mengurangi nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.

b. Gaya HidupGaya hidup yang sehat dapat memperlambat terjadinya penuaan. Seperti contohnya olah raga, orang yang rajin berolah raga akan memiliki tubuh yang sehat dan bugar dibanding dengan yang jarang berolah raga. Olah raga tidak hanya membuat tubuh sehat dan bugar, tapi juga mempunyai efek meremajakan tubuh. Olah raga secara rutin akan melancarkan sirkulasi darah hingga ke jari-jari tangan bahkan ke kuku. Jika aktivitas sirkulasi darah dan pernafasan meningkat dengan olah raga maka juga akan meningkatkan kadar oksigen dalam darah. Sehingga memperlancar peredaran darah ke bawah permukaan kulit.

Selain itu, ketika berolah raga otot-otot di bawah kulit akan menguat. Semakin kuat otot, maka jaringan kulit juga lebih baik dan menghasilkan kulit yang elastis. Oleh karena itu, aktivitas fisik seperti olah raga dapat mencegah timbulnya kerutan, garis-garis halus dan kulit kendur karena mendorong produksi kolagen, yaitu protein yang bermanfaat menjaga ketahanan struktur kulit.

Gaya hidup yang kurang sehat dan dapat mempercepat terjadinya penuaan adalah merokok dan mengkonsumsi alkohol. Keduanya dapat menyebabkan kerusakan kulit. Pada perokok dan pengkonsumsi alkohol akan cenderung memiliki kulit yang kering, keriput, dan kusam. Kondisi ini dikarenakan racun dan radikal yang terkandung di dalam rokok dan alkohol menyebabkan sel kulit cepat mati dan membutuhkan waktu yang lama untuk regenerasi.

Ada juga faktor gaya hidup yang dapat mempengaruhi penuaan, yaitu pola tidur. Orang yang pola tidurnya tidak teratur akan cepat mengalami penuaan. Karena sel di dalam tubuhnya terus dalam keadaan tegang akibat kurang istirahat.

c. Pekerjaan

Orang yang memiliki pekerjaan sangat menguras tenaga dan pikiran akan lebih cepat mengalami penuaan. Selain itu lingkungan tempat bekerja juga ikut andil dalam mempercepat penuaan seseorang.

d. Radikal Bebas

Radikal bebas di dalam tubuh dapat berasal dari diet, obat-obatan, gaya hidup tidak sehat (seperti merokok dan alkohol), radiasi, dan lain-lain. Namun radikal bebas juga dapat diproduksi secara alami di dalam tubuh, yang merupakan hasil produksi energy, terutama di dalam mitokondria. Proses sederhana dari makan, minum, dan bernafas membentuk radikal bebas dari siklus produksi energi, saat tubuh memproduksi molekul energy universl ATP. Dalam hal ini, oksigen merupakan produser radikal bebas yang poten.

Radikal bebas menjadi salah satu faktor yang dapat mempercepat terjadinya penuaan karena radikal bebas merupak satu elektron bebas. Dan elektron bebas inilah yang bereaksi merusak molekul sehat di dalam tubuh. Sehinggamenyebabkan molekul seimbang menjadi tidak seimbang.e. Obat-obatan dan Bahan Kimia

Menurut sebuah penelitian penggunaan obat antidepresan dapat memicu terjadinya penuaan. Selain itu penggunaan kosmetik yang banyak mengandung bahan kimia pada wanita juga dapat memicu terjadinya penuaan.

III.3. Kelainan dan Dampak Penuaan pada Rongga MulutSeperti yang kita ketahui bahwa seiring berlangsungya proses kehidupan pada makhluk hidup, akan terjadi proses penuaan. Proses penuaan merupakan menurunnya secara perlahan kemampuan jaringan rubuh dalam memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. Proses penuaan ini nantinya juga berpengaruh pada kondisi organ-organ di dalam rongga mulut yang mana apabila terjadi penurunan fungsi dari organ rongga mulut akan timbul kelainan-kelainan pada organ-organ di rongga mulut. Kelainan-kelainan tersebut diantaranya adalah :1. Terjadinya Gigi SensitifPada kasus yang terjadi di skenario, adanya rasa ngilu secara spontan pada seorang lansia berusia 60 tahun. Karena diagnosa menunjukan hasil bahwa tidak terdapat suatu kelainan seperti adanya suatu karies, maka dimungkinkan ngilu spontan tersebut terjadi akibat adanya resesi ginggiva karena suatu kebiasaan sikat gigi yang salah ataupun penurunan proliferasi dan aktivitas lain pada sel-sel epithel ginggiva sehingga ginggiva tidak dapat mempertahankan kedudukannya. Hal tersebut menyebabkan sebagian permukaan akar pada gigi menjadi terbuka. Lapisan sementum yang menutupi lapisan akar tersebut tidak cukup tebal dan keras untuk melindungi gigi dari berbagai rangsangan seperti asam, dingin atau pun panas. Akibatnya rangsangan tersebut lebih cepat masuk ke bagian tubuli dentin yang akan meneruskan rangsang pada saraf yang terletak jaringan periodontal disekitarnya.

2. Penipisan lapisan enamel gigi

Peningkatan usia seseorang juga disertai dengan menipisnya lapisan enamel pada gigi. Hal tersebut karena penggunaan gigi yang cukup lama sehingga lapisan enamel akan mulai terkikis akibat adanya erosi, abrasi serta atrisi. Penipisan lapisan tersebut dapat mengakibatkan keadaan gigi sensitive karena lapisan dentin pada mahkota akan semakin ter-ekspos sehingga sedikait rangsangan akan mudah masuk dalam tubuli dentin. Selain itu, gigi akan memilik kecenderungan yang lebih besar terhadap karies karena lapisan pelindung (enamel) tidak mampu menghadapi serangan bakteri.

3. Temporo Mandibular Joint (TMJ)

Seiring bertambahnya usia seseorang, kadangkalanya terjadi suatu keadaan diman sulit untuk membuka atau menutup mulut. Hal tersebut dipengaruhi karena menurunnya fungsi pada sendi temporo mandibular atau TMJ. Berkurangnya jumlah gigi-geligi pada lansia berpengaruh besar terhadap keadaan TMJ, dimana kehilangan gigi pada suatu sisi rongga mulut akan membuat seseorang untuk mengunyah pada satu sisi. Sehingga tingkat kerja TMJ akan semaki bertambah. Jika keadaan ini terus berlanjut maka, akan terjadi suatu keausan pada TMJ yang menyebabkan sulit untuk membuka dan menutup mulut. Keausan tersebut juga dapat terjadi akibat berkurangnya

4. Berkurangnya taste bud saat proses menua

Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah, dan permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut dengan papilla. Pada papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan. Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat papilla lidah menjadi tidak sensitif terhadap rasa.

Sensasi rasa pengecap timbul akibat adanya zat kimia yang berikatan pada reseptor indera rasa pengecap (taste buds). Sel pengecap mengalami perubahan pada pertumbuhan, kemudian mati dan regenerasi. Proses ini bergantung dari pengaruh saraf sensoris pengecap. Masing-masing papilla pengecap dipersarafi 50 serat saraf dan setiap serat saraf menerima masukan dari rata-rata 5 papilla pengecap. Papilla circumvalata yang lebih besar masing-masing mengandung sampai 100 papilla pengecap, pada setiap individu dibawah usia 20 tahun, dan menurun hingga 200 taste buds atau kurang menjelang maturitas, dan kurang lebih 100 taste buds menjelang usia 75 tahun.

Seiring berjalannya usia, papilla pada permukaan lidah semakin sedikit akibatnya indera rasa pengecap akan semakin menurun pada saat proses menua berjalan.

5. Perubahan Ukuran Lengkung RahangKebanyakan proses penuaan disertai dengan perubahan-perubahan osteoporosis pada tulangnya. Penelitian pada inklinasi aksial gigi pada tengkorak manusia yang kemudian diikuti oleh hilangnya gigi, merupakan salah satu pertimbangan dari awal berkurangnya tinggi tulang alveolar (Boucher, 1982).

Umumnya gigi-gigi rahang atas arahnya ke bawah dan keluar, maka pengurangan tulangnya pada umumnya juga terjadi ke arah atas dan dalam. Karena itu lempeng kortikalis tulang bagian luar lebih tipis daripada bagian dalam. Resorbsi bagian luar lempeng kortikalis tulang berjalan lebih banyak dan lebih cepat. Dengan demikian, lengkung maksila akan berkurang menjadi lebih kecil dalam seluruh dimensi dan juga permukaan landasan gigi menjadi berkurang.Pada rahang bawah, inklinasi gigi anterior umumnya ke atas dan ke depan dari bidang oklusal, sedangkan gigi-gigi posterior lebih vertikal atau sedikit miring ke arah lingual. Permukaan luar lempeng kortikalis tulang lebih tebal dari permukaan lingual, kecuali pada daerah molar, juga tepi bawah mandibula merupakan lapisan kortikalis yang paling tebal. Sehingga arah tanggul gigitan pada mandibula terlihat lebih ke lingual dan ke bawah pada daerah anterior dan ke bukal pada daerah posterior. Resorbsi pada tulang alveolar mandibula terjadi ke arah bawah dan belakang, kemudian ke depan. Terjadi perubahan-perubahan pada otot sekitar mulut, hubungan jarak antara mandibula dan maksila serta perubahan ruangan dari posisi mandibula dan maksila.

Pasien dengan mandibula yang sangat atrofi6. Xerostomia

Xerostomiaadalah kelainan pada rongga mulut dimana kondisi mulut menjadi kering akibat produksi kelenjar ludah yang berkurang. Kelainan ini terjadi akibat dari gangguan produksi kelenjar ludah yang bersumber pada gangguan / penyakit pada pusat ludah, syaraf pembawa rangsang ludah ataupun oleh perubahan komposisi faali elektrolit ludah. Faktor-faktor di atas berkaitan pada pengaruh dari proses penuaan yang terjadi pada setiap individu.

Jumlah seluruh saliva tiap 24 jam diperkirakan berkisar antara 500 600 ml, dan separuhnya dihasilkan dalam keadaan istirahat, di bawah pengaruh rangsangan dengan pH sekitar 6 sampai 7. Saliva adalah sekresi eksokrin mukoserous berwarna bening dengan sifat sedikit asam yang dihasilkan dan disekresikan oleh tiga pasang kelenjar besar saliva yaitu kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis, serta beberapa kelenjar saliva kecil. Sekresi saliva terjadi di bawah kontrol saraf parasimpatis dan simpatis. Saraf para simpatis menyebabkan sekresi saliva cair, glandula parotis mengeluarkan saliva yang encer. Rangsangan saraf simpatis menyebabkan vasokontriksi dan sekresi saliva sedikit pada bahan organik dari kelenjar submandibula.. Perasaan mulut kering terjadi bila kecepatan resorpsi air oleh mukosa mulut bersama-sama dengan penguapan air kurang dari 0,06 ml/ menit (3ml/ jam), akan timbul keluhan mulut kering. Bila produksi saliva berkurang dari 20 ml/ hari dan berlangsung pada waktu yang lama, maka keadaan ini disebut xerostomia.Pada saat proses penuaan terjadi penurunan hubungan dalam sistem persarafan dimana sel-sel saraf menjadi semakin lambat dalam memproses rangsangan yang diterima. Hal ini sangat berpengaruh pada output dari sistem saraf tersebut. Pada proses pengeluaran saliva, rangsangan pada saraf simpatis dan para simpatis mengakibatkan respon yang akan mengeluarkan saliva, apabila terjadi penurunan fungsi dari saraf ini maka pengeluaran dari saliva sendiri akan terganggu sehingga jumlah saliva yang dikeluarkan tidak sesuai seperti kadar normal pengeluaran saliva. Hal ini akan mengakibatka terjadinya xerostomia pada penderita.BAB IVKESIMPULANProses menua adalah suatu proses yang alami dimana terjadi kemunduran dan berkurangnya kemampuan sel dalam melaksanakan berbagai fungsinya. Begitu juga penuaan yang terjadi di dalam rongga mulut. Yaitu pada jaringan keras dan jaringan lunak di dalam rongga mulut. Penuaan ini sendiri dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Dan dengan terjadinya penuaan ini akan membuat damapak serta kelainan pada rongga mulut itu sendiri.DAFTAR PUSTAKAAmar, Nazrul. 2011. Analisa Perubahan Perubahan pada Mukosa Rongga Mulut Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok Umur 45 69 tahun di Medan Denai (Skripsi). Medan : USU.

F Peter, R Arthur, & L Jhon. 2005. Silabus Periodonti. Jakarta: EGC.George, A., dkk. 1994. Buku Ajar Prostodonti Untuk Pasien Tak Bergigi Menurut Boucher Edisi 10. Jakarta : EGC.

Greenberg, M.S ; A. Garfunkel. 2003. Burkets Oral Medicine 10th edition. Philadelphia : J.B. Lippincott Company.

Ian E.B ; Angus W. 1995. Perawatan Gigi Terpadu Untuk Lansia. Jakarta : EGC.

Lestari S, dkk. 2005. Gambaran Perilaku dan Status Keseshatan Gigi dan Mulut Lansia di Puskesmas Kemayoran Jakarta Pusat. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi.

Loesche WJ, et al. 1995. Dental Findings in Geriatric Population with Diverse Medical Backgrounds. Oral Surg Oral Med Oral Pathol.

J Hendra Eri. 2002. Proses Menua Sendi Temporomandibula pada Pemakai Gigi tiruan Lengkap. Makassar : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Kuntari, Dewi. 2002. Kelainan Jaringan Rongga Mulut pada Manula. Medan: Universitas Sumatera Utara.Miller, Carol A. 1999. Nursing Care of Older Adults: Theory and Practice. Philadepia: Lippincott.Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, ed 2. Jakarta: EGC.Toni Setiabudhi dan Hardiwinoto. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.PROSES

MENUA

FAKTOR

RONGGA

MULUT

KELAINAN DAN DAMPAK