sken 2 ready

40
PBL Blok 30 Emergency Medicine 2 Pembunuhan Anak Sendiri PENDAHULUAN Pembunuhan anak sendiri menurut undang-undang Indonesia adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan ata tidak berapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan. Kasus-kasus pembunuhan anak sendiri juga merupakan salah satu kasus yang sering terjadi. Untuk memenuh kriteria pembunuhan anak sendiri, dengan sendirinya bayi atau anak tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari ibu. Bila lahir mati kemudian dilakukan tindakan membunuh, maka hal ini bukan pembunuhan anak sendiri atau pembunuhan. Maka itu, dalam bidang ini dipelajari tata laksana mediko-legal, tanatologi, traumatologi, toksikologi, teknik pemeriksaan dan segala sesuatu yang terkait, agr semua dokter dalam memenuhi kewajibannya membantu penyidik, dapat benar-benar memanfaatkan segala pengetahuan kedokterannya untuk kepentingan peradilan sera kepentingan lain yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat. I. Interpretasi Temuan Mayat Bayi Pada pemeriksaan luar jenazah, dapat dipastikan jenazah adalah bayi laki-laki dengan adanya alat kelamin laki-laki. Pada saat ditemukan, polisi melaporkan bayi dibungkus dengan kain, dengan tali pusat masih melekat pada plasenta, dan keadaan tersebut masih sama sewaktu dibawa ke rumah sakit. Selain itu, ditemukan tanda sianosis di ujung jari, kuku dan mulut. Terdapat juga Tardieu’s spot pada konjungtiva bulbi, palpebra dan kulit wajah sedangkan pada mulut 1

Upload: brata-panji-maulana

Post on 18-Jan-2016

21 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

cc

TRANSCRIPT

Page 1: Sken 2 Ready

PBL Blok 30 Emergency Medicine 2

Pembunuhan Anak Sendiri

PENDAHULUAN

Pembunuhan anak sendiri menurut undang-undang Indonesia adalah pembunuhan yang

dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan ata tidak berapa lama setelah

dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia melahirkan. Kasus-kasus pembunuhan anak sendiri juga

merupakan salah satu kasus yang sering terjadi. Untuk memenuh kriteria pembunuhan anak sendiri,

dengan sendirinya bayi atau anak tersebut harus dilahirkan hidup setelah seluruh tubuhnya keluar dari

ibu. Bila lahir mati kemudian dilakukan tindakan membunuh, maka hal ini bukan pembunuhan anak

sendiri atau pembunuhan. Maka itu, dalam bidang ini dipelajari tata laksana mediko-legal, tanatologi,

traumatologi, toksikologi, teknik pemeriksaan dan segala sesuatu yang terkait, agr semua dokter

dalam memenuhi kewajibannya membantu penyidik, dapat benar-benar memanfaatkan segala

pengetahuan kedokterannya untuk kepentingan peradilan sera kepentingan lain yang bermanfaat bagi

kehidupan bermasyarakat.

I. Interpretasi Temuan Mayat Bayi

Pada pemeriksaan luar jenazah, dapat dipastikan jenazah adalah bayi laki-laki dengan adanya

alat kelamin laki-laki. Pada saat ditemukan, polisi melaporkan bayi dibungkus dengan kain, dengan

tali pusat masih melekat pada plasenta, dan keadaan tersebut masih sama sewaktu dibawa ke rumah

sakit. Selain itu, ditemukan tanda sianosis di ujung jari, kuku dan mulut. Terdapat juga Tardieu’s spot

pada konjungtiva bulbi, palpebra dan kulit wajah sedangkan pada mulut tidak ditemukan benda asing.

Pada permukaan dalam bibir ditemukan luka memar. Selain itu, tidak ditemukan luka lecet atau tanda

kekerasan lain pada tubuh dan wajah bayi. Pada pemeriksaan bedah bayi, ditemukan Tardieu’s spot

pada jantung dan paru. Selain itu, diafragama pada bayi ini sudah turun sampai sela iga 4-5. Paru

berwarna merah muda, tidak merata dengan pleura yang tegang. Uji apung paru memberikan hasil

positif.

Pada pemeriksaan jenazah didapatkan:

1. Organ genitalia eksterna bayi ini menunjukkan bayi ini seorang laki-laki

2. Tali pusat masih melekat pada plasenta

- ini menunjukkan bahwa bayi ini tidak pernah dirawat

3. Tanda sianosis di ujung jari, kuku dan mulut

1

Page 2: Sken 2 Ready

- tanda sianosis yang didapatkan pada korban menujukkan ia mengalami kematian

disebabkan oleh asfiksia1

4. Tardieu’s spot pada konjungtiva bulbi,palpebra dan kulit wajah1

- ini adalah tanda khas pada kasus asfiksia

- bintik-bintik kemerahan ini disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah

kapiler karena hipoksia

5. Pada mulut tidak ditemukan benda asing

- hal ini dapat menyingkirkan kemungkinan kematian akibat benda asing

6. permukaan dalam bibir ditemukan luka memar

- luka memar ini menujukkan adanya kekerasan tumpul atau terjadi pembekapan

Pada pemeriksaan bedah jenazah bayi didapatkan:

1. Tardieu’s spot pada jantung dan paru

- Tardieu’s spot yang didapatkan menunjukkan berlakunya asfiksia pada korban

2. Diafragama pada bayi ini sudah turun sampai sela iga 4-5

- diafragma yang turun menunjukkan dada sudah mengembang

3. Paru berwarna merah muda, tidak merata dengan pleura yang tegang

- ini menunjukkan bayi lahir hidup

4. Uji apung paru memberikan hasil positif.

- hasil uji apung paru yang positif menunjukkan bayi ini lahir hidup

II. Sebab Kematian

Pada kasus ini, berdasarkan tanda-tanda yang didapatkan menunjukkan kemungkinan

kematian akibat asfiksia mekanik. Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara

pernafasan terhalau memasuki saluran pernafasan.

III. Kemungkinan Cara Kematian

Kemungkinan cara kematian korban ini adalah kematian tidak wajar, yaitu pembunuhan anak

sendiri. Oleh karena tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan lain seperti luka lecet, dan hanya

ditemukan luka memar, bayi ini paling mungkin mati akibat pembekapan dengan bahan lunak

Asfiksia Mekanik

Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang memasuki

saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik), misalnya : 1

Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas :

o Pembekapan (smothering)

o Penyumbatan (Gagging dan choking)

2

Page 3: Sken 2 Ready

Penekanan dinding saluran pernapasan :

Penjeratan (strangulation)

Pencekikan (manual strangulation, throttling)

Gantung (hanging)

Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)

Saluran pernapasan terisi air (tenggelam, drowning)

Karena mekanisme kematian pada kasus tenggelam bukan murni disebabkan oleh asfiksia,

maka ada sementara ahli yang tidak lagi memasukkan tenggelam ke dalam kelompok asfiksia

mekanik, tetapi dibicarakan tersendiri.

Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan dalam 4 fase,

yaitu :

1. Fase dispnea

Penurunan kadar oksigen sel darah merah dan penimbunan CO2 dalam plasma akan

merangsang pusat pernapasan di medula oblongata, sehingga amplitudo dan frekuensi

pernapasan akan meningkat, nadi cepat, tekanan darah meninggi dan mulai tampak tanda-tanda

sianosis terutama pada muka dan tangan.

2. Fase konvulsi

Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan saraf pusat

sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula berupa kejang klonik tetapi kemudian

menjadi kejang tonik, dan akhirnya timbul spasme opistotonik. Pupil mengalami dilatasi,

denyut jantung menurun, tekanan darah juga menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat

yang lebih tinggi dalam otak akibat kekurangan O2.

3. Fase apnea

Depresi pusat pernapasan menjadi lebih hebat, pernapasan melemah dan dapat berhenti.

Kesadaran menurun dan akibat relaksasi sfingter dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urin

dan tinja.

4. Fase akhir

Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah kontraksi otomatis

otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat setelah pernapasan

berhenti.

Masa dari saat asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya

berkisar antara 4-5 menit. Fase 1 dan 2 berlangsung lebih kurang 3-4 menit, tergantung dari tingkat

penghalangan oksigen, bila tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan tanda-tanda

asfiksia akan lebih jelas dan lengkap. 1

3

Page 4: Sken 2 Ready

ASPEK HUKUM

Pasal 341 KUHP

Seorang ibu dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa

lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak, dihukum,

karena makar mati terhadap anak , dengan hukuman penjara selama-lamanya 7 tahun. 2

Pasal 342 KUHP

Seorang ibu yang dengan sengaja akan menjalankan keputuan yang diambilnya sebab takut

ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya itu pada

ketika dilahirkan atau tidak lama kemudian dari pada itu, dihukum karena pembunuhan anak yang

direncanakan dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 tahun. 2

Pasal 342 KUHP

Bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342

dianggap kejahatan itu sebagai makar mati atau pembunuhan

Pasal 181 KUHP

Barang siapa mengubur, menyembunyikan, mengangkut atau menghilangkan mayat dengan

maksug hendak menyembunyikan kematian dan kelahiran orang itu, dihukum penjara selama-

lamanya 9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah. 2

Pasal 304 KUHP

Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau membiarkan orang dalam kesengsaraan, sedang

ia wajib memberi kehidupan perawatan atau pemeliharaan pada orang itu karena hukum yang

berlaku atasnya atau karena menurut perjanjian, dihukum penjara selama 2 tahun 8 bulan atau

denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah. 2

Pasal 305 KUHP

Barang siapa menaruhkan anak yang dibawah umur 7 tahun disuatu tempat supaya dipungut oleh

orang lain, atau dengan maksud akan terbebas dari pada pemeliharaan anak itu , meninggalkannya

, dihukum penjara sebanyak-banyaknya 5 tahun 6 bulan.

Pasal 306 KUHP

(1) Kalau salah satu perbuatan yang diterangkan dalam pasal 304 dan 306 itu menyebabkan luka

berat , maka si tersalah dihukum penjara selama-lamanya 7 tahun 6 bulan.

(2) Kalau salah satu perbuatan ini menyebabkan orang lain mati, sitersalah itu dihukum penjara

selama-lamanya 9 tahun.

4

Page 5: Sken 2 Ready

Pasal 307 KUHP

Kalau sitersalah karena kejahatab yang diterangkan dalam pasal 305 adalah bapa atau ibu anak

itu, maka baginya hukuman yang ditentukan dalam pasal 305 dan 306 dapat ditambah dengan

sepertiganya.

Pasal 308 KUHP

Kalau ibu menaruh anaknya disuatu tempat supaya dipungut oleh orang lain tidak lama sesudah

anak itu dilahirkan oleh karena takut akan diketahui orang ia melahirkan anak atau dengan

maksud akan terbebas dari pemeliharaan anak itu, meninggalkannya , maka hukuman maksimum

yang tersebut dalam pasal 305 dan 306 dikurangi sehingga seperduanya.

PROSEDUR MEDIKO-LEGAL

1. Penemuan dan pelaporan

o Dilakukan oleh warga masyarakat yang melihat, mengetahui atau mengalami suatu

kejadian yang diduga merupakan suatu tindak pidana.

o Pelaporan dilakukan ke pihak yang berwajib, dalam hal ini Kepolisian RI dan lain-

lain.

2. Penyelidikan

o Dilakukan oleh penyelidik untuk mengetahui apakah benar ada kejadian seperti yang

dilaporkan.

o Menurut Pasal 4 KUHAP, penyelidik adalah setiap pejabat polisi negara Republik

Indonesia. 2

3. Penyidikan

o Dilakukan oleh penyidik

o Tindak lanjut setelah diketahui benar-benar terjadi suatu kejadian.

o Penyidik dapat meminta bantuan seorang ahli.

o Menurut pasal 2 PP No 27/1983, penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik

Indonesia dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, dan pejabat

pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang

sekurang-kurangnya Pengatur Muda Tingkat 1(golongan II/b).

4. Pemberkasan perkara

o Dilakukan oleh penyidik, menghimpun semua hasil penyidikannya dan diteruskan ke

penuntut umum.

5. Penuntutan

5

Page 6: Sken 2 Ready

o Dilakukan oleh penuntut umum di siding pengadilan setelah berkas perkara yang

lengkap diajukan ke pengadilan.

6. Persidangan

o Persidangan pengadilan dipimpin oleh hakim atau majelis hakim.

o Dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa, para saksi dan juga para ahli.

o Dokter dapat dihadirkan di sidang pengadilan untuk bertindak selaku saksi ahli atau

selaku dokter pemeriksa.

7. Putusan pengadilan

o Vonis dijatuhkan oleh hakim dengan ketentuan, yaitu keyakinan pada diri hakim

bahwa memang telah terjadi suatu tindak pidana dan bahwa terdakwa memang

bersalah. Keyakinan hakim harus ditunjang oleh sekurang-kurangnya dua dari lima

alat bukti yang sah, yaitu keterangan saksi, keterangan terdakwa, keterangan ahli,

surat dan petunjuk.

Kewajiban dokter dalam membantu peradilan tercantum dalam Pasal 133 KUHAP:2

1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,

keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia

berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau

dokter atau ahli lainnya.

2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis,

yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat

dan atau pemeriksaan bedah mayat.

3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehamikan atau dokter pada rumah sakit harus

diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label

yang memuat identitas mayat,dilak dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari

kaki atau bagian lain badan mayat.

PEMERIKSAAN BAYI

Diantara masalah-masalah yang perlu dijawab oleh seorang dokter adalah:

1. Apakah bayi dilahirkan hidup atau mati?

2. Berapakah umur bayi tersebut?

3. Apakah bayi tersebut sudah dirawat?

4. Apakah sebab kematian?

Autopsi pada mayat bayi baru lahir

6

Page 7: Sken 2 Ready

Pada pemeriksaan mayat bayi yang baru dilahirkan, perlu pertama-tama ditentukan apakah

bayi lahir hidup atau lahir mati. Seorang bayi dinyatakan lahir hidup apabila pada pemeriksaan

mayatnya dapat dibuktikan bahwa bayi telah bernafas.

Bayi yang telah bernafas akan memberikan ciri di bawah ini:3

a. Rongga dada yang telah mengembang

Pada pemeriksaan didapati diafragma yang letaknya rendah, setinggi iga ke 5 atau 6.

b. Paru telah mengembang

Pada bayi yang belum bernafas, kedua paru masih menguncup dan terletak tinggi dalam

rongga dada. Pada bayi yang telah bernafas, paru tampak mengembang dan telah mengisi

sebagian besar rongga dada. Pada permukaan paru dapat ditemukan gambaran mozaic dan

gambaran marmer.3

c. Uji apung paru memberikan hasil positif

Uji apung paru dilakukan untuk membuktikan telah terdapat udara dalam alveoli paru.

Setelah alat leher diangkat, lakukanlah pengikatan setinggi trachea. Hindari sebanyak mungkin

manipulasi terhadap jaringan paru. Alat rongga dada kemudian dikeluarkan seluruhnya untuk

selanjutnya dimasukkan ke dalam air. Perhatikan apakah kedua paru terapung. Pemeriksaan

kemudian dilanjutkan dengan mengapungkan paru kanan dan kiri secara tersendiri. Lakukanlah

pemisahkan lobus paru, apungkan kembali dalam air. Selanjutnya buatlah 5 potongan kecil (5mm

x 10mm x 10mm) dari masing-masing lobus dan apungkan kembali.

Pada paru yang telah mengalami pembusukan, potongan kecil dari paru dapat

mengapung sekalipun paru tersebut belum pernah bernafas. Mengapungnya potongan kecil paru

yang telah mengalami pembusukan ini disebabkan oleh pengumpulan gas pembusukan pada

jaringan interstitial paru, yang dengan menekan potongan paru yang bersangkutan antara 2 karton,

gas pembusukan tersebut dapat didesak keluar. Potongan kecil paru yang telah bernafas, terapung

karena adanya udara dalam alveoli, yang dengan penekanan antara 2 karton tidak akan terdesak

keluar. Uji apung paru dinyatakan positif bila setelah dilakukan pemeriksaan pengapungan,

potongan paru yang telah ditekan antara dua karton sebagian terbesar masih tetap mengapung.3

d. Pemeriksaan mikroskopik memberikan gambaran paru yang telah bernafas

Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak jaringan paru dengan alveoli yang telah

terbuka dengan dinding alveoli yang tipis.

Pada pemeriksaan bayi baru lahir, perlu pula dilakukan pemeriksaan teliti terhadap kepala,

mengingat kepala bayi yang dapat mengalami moulage pada saat kelahiran, mungkin dapat

menimbulkan cedera pada sinus di kepala. Untuk meneliti hal ini, kepala bayi harus dibuka dengan

tehnik khusus yang menghindari terpotongnya sinus tersebut sehingga dapat dinilai dengan sebaik-

baiknya.

7

Page 8: Sken 2 Ready

Kulit kepala dibuka dan dikupas seperti pada mayat dewasa. Tulang tengkorak bayi baru lahir

masih lunak sehingga pembukaan tengkorak dapat dilakukan dengan gunting. Dengan menarik bagian

otak besar ke arah lateral, sinus sagitalis superior, falx serebri, dan sinus sagitalis inferior dapat

dieriksa akan adanya robekan, resapan darah, maupun perdarahan. Dengan menarik baga occipitalis

ke arah kranio lateral, tentorium cerebelli serta sinus lateralis, sinus occipitalis dapat diperiksa.3

Otak bayi kemudian dikeluarkan dengan cara seperti pada mayat dewasa atau dikeluarkan

terpisah, baga kanan dan kiri. Jaringan otak bayi baru lahir biasanya lebih lunak dari jaringan otak

dewasa. Untuk dapat melakukan pengirisan dengan baik, kadang perlu dilakukan fiksasi dengan

formalin 10% baik dengan merendam otak tersebut atau melakukan penyuntikan imbibisi. Untuk

menentukan usia dalam kandungan (gestational age) mayat bayi, dapat dilakukan pemeriksaan

terhadap pusat penulangan.

Untuk mencapai tallus dan calcaneus, telapak kaki bayi dipotong mulai tumir ke arah

deoan sampai sela jari ke 3 dan 4. dengan melebarkan potongan pada kulit, tallus dan calcaneus dapat

dipotong longitudinal untuk memeriksa adanya pusat penulangan.3

Autopsi pada kasus pembunuhan anak

Pembunuhan anak merupakan tindak pidana khusus, yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh

seorang ibu terhadap anak kandungnya, pada saat dilahirkan atau beberapa saat setelah dilahirkan,

karena takut diketahui orang bahwa ia telah melahirkan. Pada pemeriksaan korban pembunuhan anak,

pertama-tama harus dibuktikan bahwa korban lahir hidup. Untuk ini pemeriksaan ditujukan terhadap

telah bernafasnya paru korban. Pemeriksaan berikutnya dititikberatkan pada penyebab kematian, yang

terjadi sebagai akibat tindakan kekerasan.3

Untuk memenuhi syarat waktu dilakukannya pembunuhan yaitu pada saat dilahiran atau tidak

berapa lama setelah itu. Pemeriksaan ditujukan terhadap sudah atau belum ditemukannya perawatan

pada bayi.

Pada tindak pidana pembunuhan anak, faktor psikologis ibu yang baru melahirkan

diperhitungkan sebagai faktor yang meringankan, keadaan tersebut menyebabkan si ibu melakukan

pembunuhan tidak dalam keadaan kesadaran yang penuh, dan dalam keadaan demikian, pada si ibu

belum sempat timbul rasa kasih sayang serta keinginan untuk merawat bayinya. Jadi pada kasus

pembunuhan anak, si bayi belum mendapat perawatan.

Pemeriksaan terhadap maturitas, viabilitas bayi diperlukan bila pada pemriksaan didapati

keraguan akan hal lahir hidup atau lahir mati, pada bayi-bayi yang lahir imatu atau non-viable,

kemungkinan lahir hidup tentunya lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang lahir matur dan viable.

Namun bila dari hasil pemeriksaan keseluruhan, masih tidak dapat dipastikan lahir hidup atau lahir

mati, hendaknya hal ini dikemukakan dengan sejujur-jujurnya dalam visum et repertum. 3

8

Page 9: Sken 2 Ready

Lahir mati atau lahir hidup

Lahir mati

bila bayi lahir mati maka kasus tersebut bukan merupakan kasus pembunuhan, atau

penelantaran anak hingga menimbulkan kematian. Pada kasus seperti ini, si ibu hanya dapat

dkenakan tuntutan menyembunyikan kelahiran dan kematian orang. Lahir mati adalah

kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan ibunya. Kematian ditandai oleh

janin yang tidak bernapas aatau tidak menunjukkan tanda kehidupan lain, seperti denyut

jantung, denyut nadi atau gerakan otot rangka.

Tanda maserasi merupakan proses pembusukan intrauterin, yang berlangsung dari luar ke

dalam. Tanda maserasi baru terlihat setelah 8-10 hari kematian inutero. Selain itu dada belum

mengembang. Iga masih datar dan diafragma masih setinggi iga 3-4. Sering sukar dinilai bila

mayat telah membusuk.

Pada pemeriksaan makroskopik paru biasanya paru berwarna kelabu ungu merata seperti hati,

konsistensi padat, tidak teraba derik udara, berat paru kira-kira 1/70x berat badan dan pleura

yang longgar (slack pleura). Pada uji apung paru biasanya negatif, tetapi hasil negatif belum

berarti pasti lahir mati karena adanya kemungkinan bayi dilahirkan hidup tetapi kemudian

berhenti bernapas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam alveoli di

resorpsi. Pada hasil uji negatif ini, pemeriksaan histopatologi paru harus dilakukan untuk

memastikan bayi lahir mati atau lahir hidup. Tetapi bila hasil uji apung paru positif berarti

pasti lahir hidup.

Pada pemeriksaan mikroskopik, struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang

belum bernapas, tetapimerupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26

minggu. Tanda khas untuk paru janin yang belum bernapas adalah adanya tonjolan

(projection), yang berbentuk seperti bantal yang kemudian akan bertambah tinggi dengan

dasar menipis sehingga tampak seperti gada. Pada permukaan ujung bebas projection tampak

kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum yang sudah membusuk, dengan

pewarnaan gomori dan ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding

alveoli berkelok-kelok seperti rambut yang keriting, sedangkan pada projection berjalan di

bawah kapiler sejajar dengan permukaan projection dan emmbentuk gelung-gelung terbuka

(open loops).

Serabut-serabut elastin pada dinding alveoli belum terwarnai dengan jelas, masih merupakan

fragmen-fragmen yang mengelilingi seluruh alveoli. Serabut tersebut tegang, tidak

bergelombang dan tidak terdapa di daerah bebas projection.

9

Page 10: Sken 2 Ready

Lahir hidup

Lahir hidup adalah keluar atau dikeluarkannya hasil konsepsi yang lengkap, yang setelah

pemisahan, bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa mempersoalkan usia

gestasi, sudah atau belumnya tali pusat dipotong dan uri dilahirkan.

Pada pemeriksaan ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai

sela iga 4-5, terutamapada bayi yang telah lama hidup. Paru juga bisanya berwarna merah

muda tidak meratabdengan pleura yang tegang (taut pleura), dan menunjukkan gambaran

mozaik karena alveoli sudah terisi udara. Gambaran marmer terjadi akibat pembuluh darah

intersisial berisi darah. Konsistensi seperti spons, teraba derik udara. Pada pengirisan paru

dalam air terlihat jelas keluarnya gelembung udara dan darah. Berat paru bertambah hingga

dua kali atau kira-kira 1/35 x berat badan karena berfungsinya sirkulasi darah jantung paru.

Uji apung paru memberikan hasil positif. Pada pemeriksaan mikroskopik menunjukkan

alveoli paru yang mengembang sempurna serta tidak terlihat adanya projection. Pada

pewarnaan gomori atau ladewig, serabut retikulin akan tampak tegang. Adanya udara dalam

saluran cerna dapat dilihat dengan foto rontgen. Udara dalam duodenum atau saluran yang

lebih distal menunjukkan lahir hidup, dan telah hidpu 6-12 jam. Bila dalam usus besar berarti

telah hidup 12-24 jam, tetapi harus diingat kemungkinan adanya pernapasan buatan atau gas

pembusukan.

Umur bayi intra dan ekstra uterin

Penentuan umur janin/ embrio dalam kandungan rumus De Haas adalah untuk 5 bulan pertama,

panjang kepala-tumit (cm) = kuadrat umur gestasi (bulan) dan selanjutnya = umur gestasi (bulan) X 5.

Umur Panjang Badan (kepala-

tumit)

1 bulan 1 x 1 = 1 (cm)

2 bulan 2 x 2 = 4 (cm)

3 bulan 3 x 3 = 9 (cm)

4 bulan 4 x 4 = 16 (cm)

5 bulan 5 x 5 = 25 (cm)

6 bulan 6 x 5 = 30 (cm)

10

Page 11: Sken 2 Ready

7 bulan 7 x 5 = 35 (cm)

8 bulan 8 x 5 = 40 (cm)

9 bulan 9 x 5 = 45 (cm)

Tabel 1. Penentuan umur janin dengan rumus De Haas

Perkiraan umur janin dapat pula dilakukan dengan melihat pusat penulangan

(ossification centers) sebagai berikut1 :

Pusat penulangan pada Umur (bulan)

Klavikula 1.5

Tulang panjang 2

Iskium 3

Pubis 4

Kalkaneum 5-6

Manubrium sterni 6

Talus Akhir 7

Sternum bawah Akhir 8

Distal femur Akhir 9 / setelah lahir

Proksimal tibia Akhir 9 / setelah lahir

Kuboid Akhir 9 / setelah lahir (bayi wanita lebih

cepat)

Tabel 2. Perkiraan umur janin dengan melihat proses penulangan

Walaupun dalam undang-undang tidak dipersoalkan umur bayi, tetapi kita haris emnentukan apakah

abyi tersebut cukup bulan atau belum cukup bulan (prematur) ataukah nin-viable, karena pada

keadaan prematur dan nonviable, kemungkinan bayi tersebut meinggal akibat proses alamiah besar

sekali sedangkan kemungkinan mati akibat pembunuhan anak sendiri adalah kecil. Viable adalah

11

Page 12: Sken 2 Ready

keadaan bayi/ janin yang dapat hidup di luar kandungan lepas dari ibunya. Kriteria untuk umur itu

adalah umur kehamilan lebih dari 28 minggu dengan panjang badan lebih dari 23 cm, berat badan

lebih dari 1000 gram, lingkar kepala lebih dari 32 cm dan tidak ada cacat bawaan yang fatal.

Bayi cukup bulan (matur) bila kehamilan >36 minggu dengan panjang badan lebih dari 48 cm, berat

badan 2500-3000 gram dan lingkar kepala 33 cm. Ciri lain dari bayi cukup bulan adalah lanugo

sedikit, terdapat pada dahi, punggung dan bahu; pembentukan tulang rawan telingan telah sempurna;

diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih; kuku-kuku jari telah melewati ujung-ujung jari; garis-garis

talapak kki telah melebihi 2/3 bagian depan kaki; testis ssudah turun ke dalam skrotum; labia minora

sudah tertutup oleh labia mayora; kulit berwarna merah muda atau merah kebiru-biruan, yang setelah

1-2 minggu berubah menjadi lebih pucat atau coklat kehitaman; lemak bawah kulit cukup merata

sehingga kulit tidak berkeriput.

Penentuan umur bayi ekstrauterin didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi setelah bayi

dilahirkan, misalnya:

Udara dalam saluran cerna

Bila hanya terdapar dalam lambung atau duodenum berarti hidup beberapa saat, dalam usus

halus berarti telah hidup 1-2 jam, bila dalam usus besar, telah hidup 5-6 jam dan bila telah

terdapat dalam rektum berarti telah hidup 12 jam.

Mekonium dalam kolon

Mekonium akan keluar semua kira-kira dalam waktu 24 jam setelah lahir.

Perubahan tali pusat

Setelah bayi keluar akan terjadi proses pengeringan tali pusat baik dilahirkan hidup maupun

mati. Pada tempat lekat akan terbentuk lingkaran merah setelah bayi hidup kira-kira 36 jam.

Kemudian tali pusat akan mengering menjadi seperti benang dalam waktu 6-8 hari dan terjadi

penyembuhan luka yang sempurna bula tidak terjadi infeksi dalam waktu 15 hari. Pada

pemeriksaan mikroskopik daerah yang akan melepas akan tampak reaksi inflaasi yang mulai

timbul setelah 24 jam berupa sebukan sel-sel leukosit berinti banyak, kemudian akan terlihat

selsel limfosit dan jaringan granulasi.

Eritrosit berinti

Eritrosit berinti akan hilang dalam 24 jam pertama setelah lahir, namun kadangkala masih

dapat ditemukan dalam sinusoid hati.

Ginjal

Pada hari ke 2-4 akan terdapat deposit asam urat yang berwarna jingga berbentuk kipas, lebih

banyak dalam piramid daripada medula ginjal. Hal ini akan menghilang setelah hari ke 4 saat

metabolisme terjadi.

12

Page 13: Sken 2 Ready

Perubahan sirkulasi darah

Setelah bayi lahir, akan terjadi obliterasi arteri dan vena umbilikalis dalam waktu 3-4 hari.

Duktus venosus akan tertutup setelah 3-4 minggu dan foramen ovale akan tertutup setelah 3

minggu-1 bulan tetapi kadang-kadang tidak menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi.

Duktus arteriosus akan tertutup setelah 3 minggu-1 bulan.

Sudah atau belum dirawat

Pada bayi yang telah dirawat ditemukan hal-hal sebagai berikut:

Tali pusat

Tali pusat telah terikat, diputuskan dengan gunting atau pisau lebih kurang 5 cm dari pusat

bayi dan diberi obat antiseptik. Bila tali pusat dimasukkan ke dalam air, akan terlihat

ujungnya terpotong rata. Kadang-kadang ibu menyangkal melakukan pembunuhan dengan

mengatakan telah terjadi partus presipitatus. Pada keadaan ini tali pusat akan terputus dekat

perlekatannya pada uri atau pusat bayi dengan ujung yang tidak rata. Hal lain yang tidak

sesuai dengan parus presipitatus adalah terdapatnya kaput suksadaneum, molase hebat dan

fraktur tulang tengkorak serta ibunya yang primipara.

Verniks kaseosa

Verniks kaseosa (lemak bayi telah dibersihkan, demikian pula bekas-bekas darah. pada bayi

yang dibuang ke dalam air verniks tidak akan hilang seluruhnya dan masih dapat ditemukan

di daerah lipatan kulit seperti ketiak, belakang telinga, lipat paha dan lipat leher.

Pakaian

Perawatan terhadap bayi antara lain adalah memberi pakaian atau penutup tubuh pada bayi.

Penyebab kematian

Penyebab kematian tersering pada pembunuhan anak sendiri adalah mati lemas (asfiksia). Kematian

dapat pula diakibatkan oleh proses persalinan (trauma lahir), kecelakaan, pembunuhan atau penyakit.

Trauma lahir

Trauma lahir dapat menyebabkan timbulnya tanda-tanda kekerasan seperti:

Kaput suksedaneum

Fraktur tulang tengkorak

Perdarahan intrakranial

Perdarahan epidural

Perdarahan subaraknoid atau interventrikuler

13

Page 14: Sken 2 Ready

Cara yang tersering dilakukan adalah yang menimbulkan asfiksia dengan jalan pembekapan,

penyumbatan jalan napas, penjeratan, pencekikan dan penenggelaman.

Pemeriksaan terhadap tersangka ibu:

- Tes DNA mitokondria

- Tes golongan darah

- Pemeriksaan kejiwaan

Dilakukan untuk mengetahui keadaan psikis sang ibu saat melakukan kejahatan. Pasal

44 ayat 1 KUHP berbunyi : Barangsiapa melakukan perbuatan yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan padanya disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau

terganggu karena penyakit, tidak dipidana. Apabila psikosis ditemukan, maka harus

dibuktikan apakah penyakit itu telah ada sewaktu tindak pidana dilakukan.4

- Tanda-tanda baru melahirkan :

1. Perlukaan pada vagina oleh karena proses kelahiran

2. Kadar prolaktin yang tinggi

3. Tubuh yang gemuk

4. Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum.

Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan

kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan

kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang

khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan

keadaan saat sebelum persalinan pertama.4,5. Ukuran uterus pada masa nifas akan

mengecil seperti sebelum hamil.

Tabel 4. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum 4

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Uterus

Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

7 hari (minggu 1) Pertengahan pusat dan simpisis 500 gram 7,5 cm

14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gram 5 cm

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm

14

Page 15: Sken 2 Ready

Gambar 1. Tinggi fundus uteri pada masa nifas5

Tes DNA mitokondria

Mitokondria memiliki molekul DNA sendiri yang disebut sebagai DNA mitokondria. Pada

manusia genom mitokondria DNA mengandung sekitar 16.000 pasang basa DNA, dimana ini hanya

mewakili sebagian dari total pasang basa DNA yang terdapat pada inti sel. Yang membuat DNA ini

istimewa, tidak seperti DNA nukleus yang diwarisi secara seimbang dari ayah dan ibu, DNA ini

diwarisi hanya dari sang ibu, karena semua mitokondria manusia diturunkan dari mitokondria sel telur

ibu sehingga, kita bisa melakukan tes untuk membandingkan mitokondria anak dan ibu untuk

menentukan hubungan mereka.(adanya kemiripan)Karena mitokondria merupakan struktur yang kuat

dan melindungi DNA yang dikandungnya, DNA mitokondria sangat berguna juga untuk

mengidentifikasi korban-korban bencana alam dimana DNA nukleus sudah terdegradasi ataupun

rusak. Sebagian besar sel di tubuh kita mengandung antara 500 sampai 1000 copy dari molekul DNA

mitokondria yang membuatnya lebih mudah untuk ditemukan dan diekstrak daripada DNA nukleus.1

Cara pengambilan sampel: Sampel darah diambil sebanyak 2 ml dengan menggunakan tabung

EDTA kemudian diberi label yang jelas, dan tanggal pengambilan sampel. Sampel disimpan pada

suhu 4°C.

Tes golongan darah

Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis

karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah

yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya

dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.

Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis

yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.1

Cara yang biasa dilakukan adalah absorpsi elusi dengan prosedur sebagai berikut :

- 2-3 helai benang mengandung bercak darah kering difiksasi dengan metil alkohol selama 15

menit. Benang diangkat dan dibiarkan mengering. Selanjutnya dilakukan penguraian benang

tersebut menjadi serat-serat halus dengan mengguakan dua buah jarum.

- Lakukan juga pada darah yang tidak mengandung bercak darah sebagai kontrol negatif.

15

Page 16: Sken 2 Ready

- Serat benang dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi. Ke dalam tabung pertama yang

mengandung golongan darah A diteteskan serum anti-A dan pada tabung kedua yang

mengandung golongan darah B diberi serum anti-B hingga serabut benang terendam

seluruhnya. Kemudian tabung-tabung disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 4˚C

selama satu malam.

- Kemudian dilakukan pencucian dengan menggunakan larutan garam faal dingin (4˚C)

sebanyak 5 - 6 kali, lalu tambahkan 2 tetes suspensi 2% sel indikator, pusing dengan

kecepatan 1000 RPM selama 1 menit. Bila tidak terjadi aglutinasi, cuci sekali lagi dan

kemudian tambahkan 1-2 tetes garam faal. Panaskan pada suhu 56˚C selama 10 menit dn

pindahkan pada tabung lain. Tambahkan 1 tetes suspensi sel indikator ke dalam masing-

masing tabung, biarkan selama 5 menit pada kecepatan 1000 RPM.

- Pembacaan hasil dilakukan secara makroskopik. Bila terjadi aglutinasi bererti darah

mengandung antigen yang sesuai dengan antigen sel indikator.

Pemeriksaan luar

Pemeriksaan luar bayi merupakan pemeriksaan klinis yang dilakukan pada tubuh korban yang

ditemukan atau didapatkan untuk dilakukan pemeriksaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan yakni :

1. Bayi cukup bulan, prematur atau nonviable

2. Kulit, sudah dibersihkan atau belum, keadaan verniks caseosa, warna, berkeriput atau tidak

3. Mulut, adakah benda asing yang menyumbat

4. Tali pusat, sudah terputus atau masih melekat pada uri. Bila terputus perksa apakah terpotong

rata atau tidak (dengan memasukan ujung potongan ke dalam air), apakah sudah terikat dan

diberi obat antispetik, adakah tanda-tanda kekerasan pada tali pusat, hematomm atau

wharton’s jelly berpindah tempat. Apakah terputusnya dekat uri atau pusat bayi

5. Kepala, apakah terdapat kaput suksadaneum, molase tulang-tulang tengkorak

6. Tanda kekerasan. Perhatikan tanda pembekapan di sekitar mulut dan hidung, serta memar

pada mukosa bibir dan pipi. Tanda pencekikan atau penjeratan pada leher, memar atau lecet

pada tengkuk, dan lain-lain. Pada pembedahan jenazah; perhatikan pada leher, adakah tanda-

tanda penekanan, resapan darah pada kulit sebelah dalam. Pada bayi, karena jaringan lebih

elastis di bandingkan dengan orang dewasa maka tanda-tanda kekerasan tersebut lebih jarang

terdapat. Perhatikan apakah terdapat benda asing dalam jalan napas.

7. Mulut, apakah terdapat benda asing dan perhatikan palatum mole apakah terdapat robekan

8. Rongga dada. Pengeluaran organ rongga mulut, leher, dan dada dilakukan dengan teknik

tanpa sentuhan. Perhatikan makroskopik paru dan setelah itu sebaiknya satu paru difiksasi

16

Page 17: Sken 2 Ready

dalam larutan formalin 10% untuk pemeriksaan histopatologi dan pada paru yang lain

dilakukan uji apung paru.

9. Tanda asfiksia berupa Tardieu’s spots pada permukaan paru, jantung, timus dan epiglotis.

10. Tulang belakang, apakah terdapat kelainan kongenital dan tanda kekerasan

11. Periksa pusat penulangan femur, tibia, kalkaneus, talus dan kuboid.

12. Pada pemeriksaan kepala bayi baru lahir, kulit kepala disayat dan dilepaskan seperti pada

orang dewasa. Tulang tengkorak dibuka dengan gunting, dengan cara menusuk fontanel

mayor 0,5-1 cm dari garis pertengahan dan dilakukan pengguntingan pada tulang dahi dan

ubun-ubun ke depan dan ke belakang pada sisi kiri dan kanan. Ke depan sampai kira-kira 1

cm diatas lengkungan atas rongga mata (margo superior orbita) dan ke belakang sampai

perbatasan dengan tulang belakang kepala. Kemudian dilakukan pengguntingan ke arah

lateral sampai 1 cm di atas basis mastoid dengan menyisakan tulang pelipis di atas telinga

kira-kira sepanjang 2 cm. Kedua keping tulang atap tengkorak dipatahkan ke arah lateral.

Biasanya duramater ikut tergunting karena melekat erat pada tulang. Perhatikan apakah

terdapat perdarahan subdural atau subarkahnoid. Perhatikan keadaan flaks serebro dan

tentorium serebeli terutama pada perbatasanyya (sinus rektus dan sinus transversus) apakah

terdapat robekan. Selanjutnya dilakukan pengeluaran otak seperti orang dewasa. Tujuan

pembukaan tengkorak seperti ini adalah supaya falks serebri serta tentorium tetap dalam

keadaan utuh sehingga tiap kelainan dapat ditentukan dengan jelas.

Autopsi

Pada pemeriksaanmayat bayi yang baru dilahirkan, perlu pertama-tama ditentukan apakah bayi lahir

hidup atau lahir mati.

Seorang bayi dinyatakan lahirhidup apabila pada pemeriksaan mayatnya dapat dibuktikan bahwa bayi

telah bernafas.

Bayi yang telah bernafas akan memberikan ciri di bawah ini

Rongga dada yang telah mengembang

Pada pemeriksaan didapati diafragma yang letaknya rendah setinggi iga ke 5 atau 6

Paru telah mengembang

Pada bayi yang belum bernafas, kedua paru masih menguncup dan terletak tinggi dalam

rongga dada.

Pada bayi yang telah bernafas, paru tampak mengembang dan telah mengisi sebagian besar

rongga dada. Pada peermukaan paru dapat ditemukan gambaran mozaic dan gambaran

marmer17

Page 18: Sken 2 Ready

Uji apung paru memberikan hasil yang positif

Uji apung paru dilakukan untuk membuktikan telah terdapat uara dalam alveoli paru.

Setelah alat leher di angkat, lakukanlah pengikatan setinggi trakea. Hindari sebenyak

mungkin manipulasi pada jaringan paru. Alatrongga dada kemudian dikeluarkan seluruhnya

untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam air. Perhatikan apakan kedua paru terapung.

Pemeriksaan kemudian dilanjutkan dengan mengapungkan paru kanan dan kiri secara

tersendiri. Lakukanlah pemisahan lobus paru, apungkanlah kembalidalam air. Selanjutnya

buatlah 5 potongan kecil (5mm x 10mm x 10mm) dari masing-masing lobus dan apungkanlah

kembali.

Pada paru yang telah mengalami pembusukan, potongan kecil dari paru dapat mengapung

sekalipun paru tersebut belum pernah bernafas. Hal ini disebabkan oleh pengumpulan gas

pembusukan pada jaringan intersisial oleh pengumpulan gas pembusukan pada jaringan

intersisial paru, yang dengan menekan potongan paru yang bersangkutan antara 2 karton, gas

pembsukan dapat didesak keluar.

Potongan kecil paru yang telah bernafas terapung karena adanya udara dalam alveoli, yang

dengan penekanan tidak akan terdesak keluar.

Uji apung dinyatakan positip bila setelah dilakukan pemeriksaan pengapungan, potongan paru

yang telah ditekan antara 2 karton sebagian besar masih tetap mengaung.

Pemeriksaan mikroskopik

Pada pemeriksaan mikroskopik akan tampak jaringan paru dengan alveoli yang telah terbuka

dengan dinding alveoli yang tipis.

Pada pemeriksaan bayi baru lahir, perlu pula dilakukan pemeriksaan teliti terhadap kepala,

mengangkat kepala bayi yang dapaat mengalami moulage pada saat kelahiran, mungkin apat

menimbulkan cedera pada sinus di kepala. Untuk meneliti hal ini, kepala bayi harus dibuka dengan

tehnik khusus yang menghindari terpotongnya sinus tersebut sehingga dapat dinilai dengan sebaik-

baiknya.

Pembunuhan anak merupakan tindak pidana yang khusus, yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh

seorang ibu terhadap anak kandungnya, pada saat dilahirkan atau beberapa saat setelah itu, karena

takut diketahui orang bahwa ia telah melahirkan.

Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan terhadap kasus pembunuhan anak :

Pada pemeriksaan korban pembunuhan anak, pertama-tama harus dibuktikan bahwa korban

lahir hidup. Untuk itu pemeriksaan ditujukan terhadap telah bernafasnya atau belum paru

korban.

18

Page 19: Sken 2 Ready

Pemeriksaan berikutnya dititik beratkan pada penyebab kematian yang terjadi sebagai akibat

tindak kekerasan. Untuk memenuhi syarat waku dilakukannya pembunuhan, yaitu pada saat

dilahirkan atau tidak berapa lama setelah itu, pemeriksaan ditujukan terhadap sudah atau

belum ditemukannya tanda perawatan pada bayi. Pada tindak pidana pembunuhan anak,

faktor psikologik ibu yang baru melahirkan diperhitungkan sebagai faktor yang meringankan,

keadaan tersebut menyebabkan si ibu melakukan pembunuhan tidak dalam keadaan kesadaran

penuh, dan dalam keadaan demikian, pada si ibu belum sempat timbul rasa kasih sayang serta

keinginan untuk merawat bayinya. Jadi pada kasus pembunuhan anak, si bayi belum

mendapat perawatan.

Pemeriksaaan maturitas, viabilitas bayi diperlukan bila pada pemeriksaan didapati keraguan

akan hal lahir hidup atau lahir mati. Pada bayi-bayi yang lahir immature atau non-viable,

kemungkinan lahir hidup tentunya lebih kecil dibandingkan dengan bayi lahir mature dan

viable.

Pemeriksaan Tersangka Ibu

Pemeriksaan terhadap tersangka ibu dari korban pembunuhan terhadap bayi baru lahir yakni dengan

menilai adanya tanda-tanda kehamilan atau tanda-tanda kelahiran pada diri seorang wanita. Masa

nifas adalah suatu periode dalam minggu-minggu pertama setelah kelahiran. Hal-hal yang dapat

dinilai dalam masa nifas yakni :

Vagina dan ostium vagina

Pada awal masa nifas, vagina dan ostiumnya membentuk saluran yang berdinding halus dan

lebar yang ukurannya berkurang secara perlahan namun jarang kembali ke ukuran saat

nulipara. Hymen tinggal berupa potongan-potongan kecil sisa jaringan, yang membentuk

jaringan parut carunculae myrtiformes. Laserasi atau peregangan perineum selama pelahiran

dapat menyebabkan relaksasi ostium vagina.

Uterus

Pada uterus puerpural, pembuluh darah yang membesar menjadi tertutup oleh perubahan

hialin, secara perlahan terabsorbsi kembali, kemudian digantikan dengan yang lebih kecil.4

Segmen serviks dan uterus bagian bawah

Pembukaan serviks berkontraksi secara perlahan dan selama beberapa hari setelah persalinan

masih sebesar dua jari. Di akhir minggu pertama, pembukaan ini menyempit, serviks menebal

dan kanalis endoservikal kembali terbentuk. Ostium eksternum tidak dapat kembali sempurna

ke keadaan sebelum hamil. Bagian tersebut tetap agak lebar dan secara khas, cekungan di

kedua sisi pada tempat laserasi menjadi permanen. Epitel serviks juga mengalami remodeling

19

Page 20: Sken 2 Ready

yang bermakna dan ini sesungguhnya bermanfaat, sebagai contoh Ahdoot menunjukkan

regresi displasia derajat tinggi setelah pelahiran per vaginam.

Lokia

Pada masa awal nifas, peluruhan jaringan desidua menimbulkan duh vagina dalam jumlah

yang beragam. Duh tersebut dinamakan lokia dan terdiri dari eritrosit, potongan jaringan

desidua, sel epitel dan bakteri. Pada beberapa hari pertama setelah pelahiran, duh tersebut

berwarna merah karena adanya darah dalam jumlah cukup banyak.

Saluran kemih

Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali ke keadaan sebelum hamil dalam 2 sampai 8

minggu setelah pelahiran.

Perubahan komposisi darah dan cairan

Leukositosis dan trombositosis yang bermakna dapat terjadi selama dan setelah persalinan.

Hitung sel darah putih kadang mencapai 30.000/µl. Normalnya, konsentrasi hemoglobin dan

hematokrit berfluktuasi sedang

Kolostrum

Setelah pelahiran, payudara mulai menyekresi kolostrum, suatu cairan yang berwarna kuning

lemon tua. Cairan ini biasanya keluar dari papila mammae pada hari kedua pascapartum.

Peritoneum dan dinding abdomen

Ligamentum latum dan rotundum memerlukan waktu yang cukup lama untuk pulih dari

peregangan dan pelonggaran yang terjadi selama kehamilan. Sebagai akibat dari ruptur serat

elastik pada kulit dan distensi lama karena uterus hamil, maka dinding abdomen tetap lunak

dan flaksid

Pemeriksaan hubungan ibu dengan bayi

Sejak ditemukannya penerapan teknologi DNA dalam bidang kedokteran forensik, pemakaian

analisis DNA untuk penyelesaian kasus-kasus forensik juga semakin meningkat. Penerimaan

bukti DNA dalam persidangan di berbagai belahan dunia semakin memperkokoh peranan analisis

DNA dalam sistem peradilan.

Secara umum teknologi DNA dimanfaatkan untuk identifikasi personal, pelacakan hubungan

genetik (disputed parentage atau kasus ragu orang tua) dan pelacakan sumber bahan biologis.

Kasus paternitas sesungguhnya merupakan sebagian saja dari kasus sengketa asal-usul. Sengketa

asal-usul berdasarkan objek sengketanya dapat digolongkan menjadi beberapa jenis kasus, yaitu:

1. Kasus ragu orangtua

20

Page 21: Sken 2 Ready

Yaitu kasus yang mencari pembuktian siapa orangtua (ayah dan ibu) dari seorang anak.

Yang termasuk dalam kategori ini adalah kasus imigrasi, kasus pencarian orang tua pada

kasus penculikan, bayi tertukar, kasus terpisahnya keluarga pada masa perang atau bencana

dan kasus identifikasi korban tidak dikenal.

2. Kasus ragu ayah

Yaitu kasus yang mencari pembuktian siapa ayah kandung dari seorang anak. Yang

termasuk dalam kategori ini adalah kasus imigrasi, kasus klaim keayahan oleh seorang

wanita, kasus perselingkuhan dan kasus incest.

3. Kasus ragu ibu

Kasus yang mencari pembuktian siapa ibu kandung dari seorang anak. Yang termasuk

dalam kategori ini adalah kasus bayi tertukar, kasus pembunuhan anak sendiri, dan kasus

aborsi.

4. Kasus ragu kerabat

Yaitu kasus yang mencari pembuktian apakah dua orang atau lebih punya hubungan darah

(kekerabatan) tertentu. Yang termasuk dalam kategori ini adalah pelacakan silsilah

keluarga, kasus pencarian keluarga setelah bencana alam.

Polimorfisme adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bentuk yang berbeda

dari suatu struktur dasar yang sama. Jika terdapat variasi / modifikasi pada suatu lokus yang spesifik

(pada DNA) dalam suatu populasi, maka lokus tersebut dikatakan bersifat polimorfik. Sifar

polimorfik ini di samping menunjukkan variasi individu, juga memberikan keuntungan karena dapat

digunakan untuk membedakan satu orang dari yang lain.

Dikenal polimorfisme protein dan polimorfisme DNA. Polimorfisme protein antara lain ialah sistem

golongan darah, golongan darah protein serum, sistem golongan enzim eritrosit dan sistem HLA.

Dibandingkan dengan pemeriksaan polimorfisme protein, pemeriksaan polimorfisme DNA

menunjukkan beberapa kelebihan. Pertama, polimorfisme DNA menunjukkan tingkat polimorfisme

yang jauh lebih tinggi, sehingga tidak diperlukan pemeriksaan terhadap banyak sistem. Kedua, DNA

jauh lebih stabil dibandingkan protein, membuat pemeriksaan DNA masih dimungkinkan pada bahan

yang sudah membusuk, mengalami mumifikasi atau bahkan pada jenazah yang tinggal kerangka saja.

Ketiga, distribusi DNA sangat luas, meliputi seluruh sel tubuh sehingga berbagai  bahan mungkin

untuk digunakan sebagai bahan pemeriksaan. Keempat, dengan ditemukannya metode PCR, bahan

DNA yang kurang segar dan sedikit jumlahnya masih mungkin untuk dianalisis.

21

Page 22: Sken 2 Ready

Pemeriksaan hubungan antara tersangka yakni seorang wanita dengan korban yakni mayat bayi baru

lahir, dapat dinilai dengan melakukan pemeriksaan terhadap kecocokan dari golongan darah tersangka

dengan korban. Penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari

sampel sel darang yang didapatkan.

Darah yang telah mengering dapat berada dalam pelbagai tahap kesegaran.

Bercak dengan sel darah merah masih utuh

Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh, maka penentuan golongan darah dapat

dilakukan secara langsung seperti pada penentuan golongan darah orang hidup, yaitu dengan

meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi

Bercak dengan sel darah merah sudah rusak tetapi dengan aglutinin dan antigen yang masih

dapat di deteksi

Sel darah merah sudah rusak dengan jenis antigen yang masih dapat dideteksi namun sudah

terjadi kerusakan aglutinin

Sel darah merah sudah rusak dengan antigen dan aglutinin yang juga sudah tidak dapat

dideteksi

Bila sel darah merah sudah rusak, maka penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan cara

menentukan jenis aglutinin dan antigen. Antigen mempunyai sifat yang jauh lebih stabil dibandingkan

dengan aglutinin. Diantara sistem-sistem golongan darah, yang paling lama bertahan adalah antigen

dari sistem golongan darah ABO. Penentuan jenis antigen dapat dilakukan dengan cara absorpsi

inhibisi, absorpsi elusi atau aglutinasi campuran.

Cara yang biasa dilakukan adalah cara absorpsi elusi dengan prosedur sebagai berikut :

2-3 helai benang yang mengandung bercak kering difiksasi dengan metil alkohol selama 15

menit;

Benang diangkat dan dibiarkan mengering;

Selanjutnya dilakukan penguraian benang tersebut menjadi serat-serat halus dengan

menggunakan 2 buah jarum;

Hal yg sama dilakukan terhadap benang yang tidak terdapat bercak darah sebagai kontrol

negatif;

Serat benag dimasukan ke dalam 2 tabung reaksi;

Ke dalam tabung reaksi pertama diteteskan serum anti-A dan ke dalam tabung kedua

dimasukan serum anti-B hingga serabut benang tersebut terendam seluruhnya;

Kemudian tabung-tabung tersebut disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 4 derajat

Celsius selama satu malam;

22

Page 23: Sken 2 Ready

Lakukan pencucian dengan menggunakan larutan garam faal dingin (4 derajat celsius)

sebanyak 5-6 kali, lalu tambahkan 2 tets suspensi 2% sel indikator (sel darah merah golongan

A pada tabung pertama dan sel darah merah golongan B pada tabung kedua), pusing dengan

kecepatan 1000 RPM selama 1 menit;

Bila tidak terjadi aglutinasi, cuci sekali lagi dan kemudian tambahkan 1-2 tetes larutan garam

faal dingin;

Panaskan pada suhu 560C selama 10 menit dan pindahkan eluat ke dalam tabung lain;

Tambahkan 1 tetes suspensi sel indikator ke dalam masing-masing tabung, biarkan 5 menit,

lalu pusing selama 1 menit dengan kecepatan 1000 RPM;

Pembacaan hasil dilakukan secara makroskopik, bila terjadi aglutinasi berarti darah

mengandung antigen yang sesuai dengan antigen sel indikator

Dalam kasus yang ada kaitannya dengan faktor keturunan, hukum Mendel memainkan peranan

penting. Semua sistem golongan darah diturunkan dari orang tua kepada anaknya sesuai hukum

Mendel. Walupun masih ada kemungkinan penyimpangan hukum tersebut, misalnya pada peristiwa

mutasi, namun karena frekuensinya sangat kecil (1:1.000.000) untuk kasus-kasus forensik hal ini

dapat diabaikan.

Hukum Mendel untuk sistem golongan darah adalah sebagai berikut :

Antigen tidak mungkin muncul pada anak, jika antigen tersebut tidak terdapat pada salah satu

atau kedua orang tuanya

Orang tua yang homozigot pasti meneruskan gen untuk antigen tersebut kepada anaknya

( anak dengan golongan darah O tidak mungkin mempunyai orang tua yang bergolongan

darah AB)

23

Page 24: Sken 2 Ready

Visum Et Repertum6

Bagian Ilmu Kedokteran ForensikFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6

Nomor: 3456-SK III/2345/2-95 Jakarta, 30 Desember 2014Lamp.: satu sampul tersegel----------------------------------------------------------------------------Perihal: Hasil pemeriksaan Pembedahan-------------------------------------------------------------- Atas jenazah bayi X-----------------------------------------------------------------------------

PROJUSTITIAVisum Et Repertum

Yang bertanda tangan di bawah ini, Panji Brata ,dokter ahli kedokteran forensic pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari kepolisian Resort polisi Jakarta Selatan No.Pol.:B/789/VR/XII/95/Serse teretanggal 30 Desember 2014, maka pada tanggal lima Desember tahun dua ribu tiga belas, pukul delapan lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat permintaan tersebut adalah:-------------------------------------------------------------------------

Nama : bayi X----------------------------------------------------------------------------Jenis kelamin : Laki-laki-------------------------------------------------------------------------Umur : ------------------------------------------------------------------------------------Kebangsaan : ------------------------------------------------------------------------------------Agama :-------------------------------------------------------------------------------------Alamat :-------------------------------------------------------------------------------------

Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna merah muda, dengan materai lak merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.-----------------------------------------------------------------

Hasil Pemeriksaan I. Pemeriksaan Luar1. Mayat di dalam kantong plastik hitam dalam keadaan meninggal, tidak berpakaian,

berlumuran darah dan lendir, adanya meconium yang keluar dan tali pusat masih terhubung dengan ari–ari bayi-------------------------------------------------------------------

2. Pemeriksaan antropometrik mayat didapatkan panjang bayi adalah empatpuluh delapan sentimeter, berat badan bayi adalah dua ribu empat ratus gram, dan lingkar kepala adalah tiga puluh tiga sentimeter--------------------------------------------------------

3. Pemeriksaan luar ditemukan batas rambut depan dan belakang sudah terbentuk, rawan telinga sudah terbentuk sempurna, puting susu sudah berbatas tegas dengan diameter tujuh milimeter, kuku jari tangan sudah melewati ujung jari, garis tapak tangan dan kaki sudah melebihi dua pertiga bagian, buah zakar sudah turun sempurna, rambut kepala masing–masing helai terpisah satu sama lain dan tampak mengkilat, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal dengan ketebalan dua sentimeter, taju pedang membengkok ke dalam, alis mata sudah lengkap, bagian ujungnya sudah jelas----------

4. Ditemukan bibir yang berwarna biru, ujung–ujung jari dan kuku yang berwarna biru--5. Tidak terdapat tanda-tanda kekerasan----------------------------------------------------------

24

Page 25: Sken 2 Ready

II. Pemeriksaan DalamPada pemeriksaan dalam, ditemukan dada sudah mengembang dan diafragma sudah turun sampai sela iga lima, paru sudah mengisi rongga dada dan menutupi sebagian kandung jantung, terdapat bintik–bintik perdarahan di kantong paru terutama di bagian bawah paru dekat diafragma, uji apung paru memberikan hasil positif, pemeriksaan mikroskopik paru menunjukkan alveoli paru yang mengembang sempurna, terdapat udara di dalam usus halus-------------------------------------------------

III. Pemeriksaan LaboratoriumGolongan darah mayat bayi adalah B----------------------------------------------------------

Kesimpulan Pada pemeriksaan mayat bayi laki–laki ini didapatkan bergolongan darah B, cukup bulan

dalam kandungan, hidup pada saat dilahirkan, dan tidak ditemukan tanda-tanda perawatan setelah dilahirkan------------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan laboratorium dan penunjang yang dilakukan pada mayat bayi bahwa penyebab kematian adalah pembekapan dengan barang lunak yang mengakibatkan asfiksia----------------------------------------------------

Demikianlah saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.----------------------------------------

Dokter Pemeriksa,

dr. Panji Brata

Kesimpulan

25

Page 26: Sken 2 Ready

Pembunuhan anak sendiri merupakan tindak pidana yang khusus, yaitu pembunuhan yang

dilakukan oleh seorang ibu terhadap anak kandungnya, pada saat dilahirkan atau beberapa saat setelah

itu, karena takut diketahui orang bahwa ia telah melahirkan. Dari hasil pemeriksaan kasus, dapat

disimpulkan bahwa mayat bayi ini cukup bulan dalam kandungan, hidup pada saat dilahirkan, dan

tidak ditemukan tanda-tanda perawatan setelah dilahirkan. Kematian bayi ini disebabkan oleh asfiksia

karena dibekap.

DAFTAR PUSTAKA

1) Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S et al. Ilmu Kedokteran Forensik: pembunuhan anak

sendiri. Jakarta:Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

1997. p. 165-77.

2) Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Peraturan

perundang – undangan bidang kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 1994.h.1-16;40-1.

3) Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Teknik autopsi

forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.h.52-5.

4) Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sisitem Endokrin. February 28, 2010. Dari

http://www.lusa.web.id/perubahan-fisiologis-masa-nifas-pada-sistem-endokrin/#more-725.

Diakses pada 5 Desember 2013.

5) Ralph C. Benson, Martin L. Pernoll. Buku saku obstetric dan ginekologi. Edisi 9. Jakarta:

EGC, 2008.h.273-6.

6) Safitry O. Mudah membuat visum et repertum kasus luka. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2013.h.16-63.

7) Iries, Abdul Mun’Im. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997.

8) Sampurna, Budi; Syamsu, Zulhasmar; Siswaja, Tjetjep D. Bioetik dan Hukum Kedokteran.

Jakarta. 2007.

9) Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran

Forensik. Jakarta. 1997.

26