laptut sken 5

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai. Konsultasi dapat dilakukan mendahului rujukan, namun tidak jarang langsung melakukan rujukan. Meskipun demikian, ada kalanya keduanya dipergunakan bersama-sama. Rujukan dalam pelayanan kedokteran ini umumnya kepada pelayan yang lebih tinggi ilmu, peralatan dan strata yang lebih tinggi dalam rangka mengatasi kasus atau problem tersebut. Tantangan yang harus dihadapi pada sistem rujukan dokter keluarga di indonesia adalah terkait UU No.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Kewajiban dokter ialah merujuk ke dokter atau dokter gigi lain yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan (Pasal 51). Ketentuan pidana kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak 50.000.000,- setiap dokter atau dokter gigi yang sengaja tidak memenuhi kewajiban tersebut. 1.2 Skenario Seorang pasien datang ke puskesmas ingin mendapatkan pengobatan. Pasien diperiksa oleh dokter Puskesmas kemudian pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit (RSGM). Setelah membaca surat rujukan dan berdasarkan hasil pemeriksaan yang

Upload: deasy-kusuma-ardiani

Post on 21-Oct-2015

60 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laptut sken 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan

kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai.

Konsultasi dapat dilakukan mendahului rujukan, namun tidak jarang langsung melakukan

rujukan. Meskipun demikian, ada kalanya keduanya dipergunakan bersama-sama.

Rujukan dalam pelayanan kedokteran ini umumnya kepada pelayan yang lebih tinggi

ilmu, peralatan dan strata yang lebih tinggi dalam rangka mengatasi kasus atau problem

tersebut. Tantangan yang harus dihadapi pada sistem rujukan dokter keluarga di indonesia

adalah terkait UU No.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Kewajiban dokter ialah

merujuk ke dokter atau dokter gigi lain yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan

suatu pemeriksaan atau pengobatan (Pasal 51). Ketentuan pidana kurungan paling lama

satu tahun atau denda paling banyak 50.000.000,- setiap dokter atau dokter gigi yang

sengaja tidak memenuhi kewajiban tersebut.

1.2 Skenario

Seorang pasien datang ke puskesmas ingin mendapatkan pengobatan. Pasien diperiksa

oleh dokter Puskesmas kemudian pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit (RSGM). Setelah

membaca surat rujukan dan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan kemudian

dokter jaga di bagian oral diagnosis RSGM merujuk ke bagian bedah mulut RSGM. Hal

ini dilakukan karena pertimbangan kasus, ketersediaan peralatan medis yang ada di

bagian oral diagnosis dan sistem rujukan yang ada di RSGM.

1.3 Rumusan masalah

1. Apa saja tujuan & manfaat dari rujukan?

2. Apa saja jenis-jenis dari rujukan?

3. Apa pertimbangan untuk melakukan rujukan?

4. Bagaimana alur rujukan?

5. Apa saja hambatan & masalah dalam melakukan rujukan?

Page 2: Laptut sken 5

1.4 Tujuan pembelajaran

1. Mengetahui dan menjelaskan format form surat rujukan

2. Mengetahui dan menjelaskan kebutuhan dari pasien

3. Mengetahui dan menjelaskan arus rujukan

4. Mengetahui dan menjelaskan rujukan promotif dan preventif

Page 3: Laptut sken 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem

kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu

pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu

adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan

sistem rujukan. Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan

kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik

atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara

vertikal maupun horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional.

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan

eksternal.

Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di

dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke

puskesmas induk

Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang

pelayanan kesehatan, baik horizontal  (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas

rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan rujukan

kesehatan.

Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya

penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien

puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke

rumah sakit umum daerah.

Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan

upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).

Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi

puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas

(pos Unit Kesehatan Kerja).

Page 4: Laptut sken 5

BAB III

PEMBAHASAN

Setiap kasus yang akan dirujuk tetap memerlukan panduan mengenai bagaimana tata

caranya melakukan rujukan kasus gimul yang ada di wilayah kerja puskesmas.

Rujukan kasus ini menyesuaikan dengan kondisi darimana kasus gigi dan mulut tersebut

didapatkan. Apakah berasal dari pelayanan jejaring puskesmas (luar gedung) ataukah dari

pelayanan luar gedung puskesmas (poli umum atau poli KIA-KB).

Untuk efektifitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut, perlu diperhatikan indikasi

rujukannya, antara lain:

1. Rujukan Kasus Dengan Atau Tanpa Pasien :

Dari posyandu/sekolah/pustu ke puskesmas, indikasinya : semua

kelainan/kasus/keluhan yang ditemukan pada jaringan keras dan jaringa lunak

didalam rongga mulut

Dari poli gigi puskesmas ke rumah sakit yang lebih mampu, indikasinya : semua

kelainan/kasus yang ditemukan tenaga kesehatan gigi (dokter gigi, perawat gigi) di

puskesmas yang memerlukan tindakan diluar kemampuannya.

2. Rujukan Model (Prothetic Atau Orthodonsi) :

Indikasinya : pelayanan kesehatan gigi yang memerlukan pembuatan prothesa

termasuk mahkota dan jembatan, plat orthodonsi, obturator, feeding plate, inlay,

onlay, uplay.

3. Rujukan Spesimen :

Indikasinya : semua kelainan/kasus yang ditemukan tenaga kesehatan gigi (dokter

gigi, perawat gigi) di puskesmas yang memerlukan pemeriksaan penunjang

diagnostik/laboratorium sehubungan dengan kelainan dalam rongga mulutnya.

4. Rujukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi :

Indikasinya : keadaan dimana dibutuhkan peningkatan ilmu pengetahuan dan atau

ketrampilan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, agar dapat memberikan pelayanan

yang lebih optimal.

Page 5: Laptut sken 5

Banyak faktor yang mempengaruhi terselenggaranya rujukan upaya kesehatan gigi

dan mulut, antara lain faktor lingkungan, geografi, transportasi, sosial ekonomi dan sosial

budaya.

TUJUAN UMUMNYA adalah terwujudnya suatu tatanan pelayanan kesehatan gigi

dan mulut yang merata, terjangkau ,bermutu, berdaya guna dan berhasil guna.

TUJUAN KHUSUSNYA adalah agar mantapnya pelayanan  kesehatan gigi dan

mulut di setiap jenjang pelayanan kesehatan yang berlaku. Terwujudnya (arus) rujukan medik

gigi dan rujukan kesehatan gigi. Sasaran sistem upaya rujukan gigi dan mulut ialah setiap

institusi pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.

A. Rujukan Medik Gigi :

1. Rujukan kasus dengan atau tanpa pasien, untuk keperluan diagnostik, pengobatan,

tindakan operatif dan pemulihan  (model rahang)

2. Rujukan spesimen, untuk pemeriksaan penunjang /tambahan.

3. Rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK); mendatangkan  atau mengirim

tenaga/ahli yang kompeten untuk memberikan dan mendapatkan bimbingan

pengetahuan dan ketrampilan kesehatan gigi dan mulut.

B. Rujukan Kesehatan Gigi :

1. Bantuan teknologi berupa teknologi tepat guna, cukup sederhana, dapat dikuasai dan

dilksanakan, serta terjangkau masyarakat. Contoh: cara menyikat gigi yang baik dan

benar, bentuk-bentuk sikat gigi yang benar.

2. Bantuan sarana berupa alat-alat, buku-buku, brosur, poster-poster, leaflet-leaflet.

3. Bantuan operasional  berupa dana operasional dan pemeliharaan peralatan kesehatan

gigi dan mulut, terutama pada unit pelayanan kesehatan  terdepan di poli gigi

puskesmas.

RUJUKAN KESEHATAN

Secara umum dapat dibagi dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan (mild), sakit sedang

(moderate) dan sakit parah (severe). Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut

bentuk pelayanan kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan

pelayanan canggih. Namun sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya

dengan pelayanan yang sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat spesifik.

Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni :

Page 6: Laptut sken 5

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat

yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena

jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan

yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services)

atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk

pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan

balkesmas.

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang

memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan

primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, dan memerlukan

tersedianya tenaga-tenaga spesialis.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)

Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang

sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks

dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia : rumah sakit tipe A dan

B.

Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan tersebut

tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada didalam suatu sistem dan saling berhubungan.

Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat primer

maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya, demikian

seterusnya. Penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan

kesehatan yang lain ini disebut rujukan.

Secara lengkap dapat dirumuskan sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan

pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap

satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu

menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).

Dari batasan tersebut dapat dilihat bahwa hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja

tapi juga masalah-masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan

sebagainya. Disamping itu rujukan tidak berarti berasal dari fasilitas yang lebih rendah ke

Page 7: Laptut sken 5

fasilitas yang lebih tinggi tetapi juga dapat dilakukan diantara fasilitas-fasilitas kesehatan

yang setingkat.

SECARA GARIS BESAR RUJUKAN DIBEDAKAN MENJADI 2, YAKNI :

a. Rujukan medik

Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan

(konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan.

b. Rujukan kesehatan masyarakat

Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan

peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi,

sarana dan operasional.

Page 8: Laptut sken 5

TUJUAN RUJUKAN

1. Tujuan Utama Rujukan

Mampu menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir, melalui program rujukan terencana dalam

satu wilayah kabupaten, kotamadya, atau provinsi.

1. Tujuan Spesifik Rujukan

1. Mampu menjembatani pelayanan kesehatan dasar diwilayah kesehatan dengan

akses rujukan.

2. Mampu menyamakan strategi/ langkah antar petugas kesehatan.

3. Mampu mengenal secara dini golongan resiko tinggi dan kegawat daruratan

obstetric didaerah pedesaan, melakukan komunikasi dan edukasi (KIE) dan

rujukan terencana secara relevan, efektif, efisien, dan rasional.

4. Mampu mencegah rujukan terlambat.

5. Mampu melakukan advokasi kepada Pimpian Wilayah serta melakukan

sosialisasi dan mobilisasi masyarakat dalam koordinasi Gerakan Sayang ibu.

 

MANFAAT RUJUKAN

Beberapa manfaat juga akan diperoleh jika ditinjau dari unsure pembentuk pelayanan

kesehatan yaitu sebagai berikut :

1. Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan (Police Maker) :

1. Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai

macam peralatan kedokteran pada setiap pelayanan kesehatan.

2. Memperjelas system pelayanan kesehatan, akrena terdapat hubungan kerja

antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.

3. Memudahkan administrasi pada setiap aspek perencanaan.

4. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (Health Consumer) :

1. Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan

yang sama secara berulang- ulang.

Page 9: Laptut sken 5

2. Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena

telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana

kesehatan.

3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyedia pelayanan kesehatan

(Health Provider) :

1. Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai

akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan

dedikasi.

2. Membantu peningkatan ketrampilan dan pengetahuan yakni

melalui kerjasama yang terjalin.

3. Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap

sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

JENIS RUJUKAN

Rujukan kesehatan

Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat

kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan

kesehatan masyarakat (public health service). Adapun rujukan kesehatan ini dibedakan atas ti

ga macam yakni rujukan tekhnologi, sarana, dan operasional.

Rujukan medik

Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan

kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan

kedokteran (Medical Service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan. Maka rujukan ini

dibedakan dengan tiga macam yaitu :

Rujukan penderita

Konsultai penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan lain- lain

yang disebut transfer of patien.

Pengetahuan

Page 10: Laptut sken 5

Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan

mutu pelayanan pengobatan setempat disebut transfer of knowlwdge/ personel.

Bahan- bahan pemeriksaan

Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap disebut

transfer of spesimen.

KARAKTERISTIK KONSULTASI DAN RUJUKAN:

1. Ruang lingkup kegiatan. Konsultasi memintakan bantuan profesional dari

pihak

ketiga. Rujukan, melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan

kasus penyakit yang sedang dihadapi kepada pihak ketiga.

2. Kemampuan dokter. Konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli dan

atau yang lebih pengalaman. Pada rujukan hal ini tidak mutlak.

3. Wewenang dan tanggung jawab. Konsultasi wewenang dan tanggung jawab

tetap pada dokter yang meminta konsultasi. Pada rujukan sebaliknya.

Manfaat Konsultasi dan Rujukan

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (bila sistemnya berjalan

sesuai dengan yang seharusnya).

2. Kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan terpenuhi (terbentuk

team work).

Masalah Konsultasi dan Rujukan

1. Rasa kurang percaya pasien terhadap dokter (bila rujukan/konsultasi

inisiatif dokter).

2. Rasa kurang senang pada diri dokter (bila rujukan/ konsultasi atas

permintaan pasien).

3. Bila tidak ada jawaban dari konsultasi.

4. Bila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan.

5. Bila ada pembatas (sikap/ perilaku,biaya, transportasi).

6. Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun

dirujuk.

Page 11: Laptut sken 5

Tata Laksana Konsultasi dan Rujukan

Dasarnya adalah kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati bersama,

dan sistem kesehatan terutama sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku.

Konsultasi (McWhinney, 1981):

a. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi

b. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat, formulir khusus, catatan di

rekam medis, formal/ informal lewat telefon)

c. Keterangan lengkap tentang pasien

d. Konsultan bersedia memberikan konsultasi

Tata cara rujukan

• Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan

rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka,

seperti dokter ahli tertentu.

• Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan

dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang

memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan

yang dilakukan oleh dokter keluarga.

• Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap

mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan

diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat

pengobatan atau yang lainnya.

• Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib

memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya,

harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih seuai.

• Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan.

• Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak.

Pembagian wewenang & tanggungjawab

Page 12: Laptut sken 5

1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan

tanggungjawab penderitasepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu

tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.

2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan

tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus

saja.

3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan

tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk

selamanya.

4. Split referral, menyerahkan wewenang dan

tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan,

dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter

pemberi rujukan tidak ikut campur.

SISTEM RUJUKAN

Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang

cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang

tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya

kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Pada

pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T (tiga terlambat) yang melatar

belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan

kesehatan.

Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan

yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko

tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang menentukan untuk

menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan.

Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi

ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika

bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan

bayi.

1. Definisi

Page 13: Laptut sken 5

Rujukan adalah penyerahan tanggungjawab dari satu pelayanan kesehatan ke

pelayanan kesehatan yang lain

Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan

kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik

atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang

lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.

2. Tujuan

Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka

penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna.

Tujuan sistem rujukan adalah Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi

pelayanan kesehatan secara terpadu.

Tujuan sistem rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas

pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan

demikian dapat menurunkan AKI dan AKB.

Tujuan khusus sistem rujukan adalah:

a. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka menangani

rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat yang terkait dengan kematian ibu maternal

dan bayi.

b. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja puskesmas.

3. Jenis Rujukan

Rujukan medik yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus

yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenangdan mampu

menangani secara rasional. Jenis rujukan medic antara lain:

1) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic, pengobatan,

tindakan opertif dan lain – lain.

2) Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang

lenih lengkap.

3) Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk

meningkatkan mutu layanan setempat.

Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau

specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut

Page 14: Laptut sken 5

masalah kesehatan yang sifatnyapencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan

(promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.

4. Jalur Rujukan

Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut :

Dari Kader

Dapat langsung merujuk ke :

1) Puskesmas pembantu

2) Pondok bersalin / bidan desa

3) Puskesmas / puskesmas rawat inap

4) Rumah sakit pemerintah / swasta

Dari Posyandu

Dapat langsung merujuk ke :

1) Puskesmas pembantu

2) Pondok bersalin / bidan desa

3) Puskesmas / puskesmas rawat inap

4) Rumah sakit pemerintah / swasta

Dari Puskesmas Pembantu

Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta

Dari Pondok bersalin / Bidan Desa

Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta

5. Persiapan rujukan

Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan , disingkat

“BAKSOKU” yang dijabarkan sebagai berikut :

B (bidang) : pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan

memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan

A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus

set, tensimeter, dan stetoskop

K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an mengapa ia

dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima Ibu (klien) ke tempat rujukan.

S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan

rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah diterima ibu (klien)

O (obat) : bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk

Page 15: Laptut sken 5

K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam

kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat

U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk

membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan

7. Keuntungan sistem rujukan

Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa

pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa

aman pada pasien dan keluarga

Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan

petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di

daerahnya masing – masing

Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli

8. Mekanisme rujukan

Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan puskesmas

1) Pada tingkat Kader

Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera dirujuk ke

fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat menetapkan tingkat

kegawatdaruratan

2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas

Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang

ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan

kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk

Menetukan tempat tujuan rujukan

Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang

mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak

mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.

Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya perlu diberikan informasi

tentang perlunya pendeerita segera dirujuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas

pelayanan kesehatan yang lebih mampu

Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang ditunju melalui telepon atau radio

komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

Persiapan penderita

Page 16: Laptut sken 5

Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu. Keadaan

umum ini perlu dipertahankan. Selama dalam perjalanan, surat rujukan harus

dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan seorang bidan harus mendampingi

penderita dalam perjalanan sampai ke tempat rujukan.

Pengiriman penderita

Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana

transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.

Tindak lanjut penderita

1) Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut, dilakukan

tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.

2) Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka dilakukan

kunjungan rumah.

PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN

Dalam membina perlu ditentukan dengan beberapa hal yaitu :

Regionalisasi

Regionalisasi adalah pembagian wilayah pelaksanaan system rujukan. Pembagian wilaayh ini

didasarkan atas pembagian wilayah secara administrative. Tetapi didasarkan atas lokasi atau

mudahnya system rujukan itu dicapai. Hal ini untuk menjaga agar pusat system rujukan

mendapat arus penderita secara merata.

Penyaringan (screEning) oleh tiap tingkat unit kesehatan

Tiap tingkat unit kesehatan diharapkan melakukan penyaringan terhadap penderita yang akan

disalurkan dalam system rujukan penderita yang dapat dilayani oleh unit kesehatan tersebut.

Tidak perlu dikirim oleh unit kesehatan yang lebih mampu.

Kemampuan unit kesehatan dan petugas

Kemampuan unit kesehatan tergantung pada macam tugas dan peralatannya. Walaupun

demikian, diharapkan mereka dapat melakukan ketrampilan tertentu.

Page 17: Laptut sken 5

Untuk melaksanakan rujukan perlu dilakukan langkah- langkah sebagi berikut :

1. Bila ditemukan kasus yang tidak dapat ditangani sesuai dengan kewenangan bidan,

maka pasien tersebut segera dikirim ke unit pelayanan kesehatan yang memiliki

kemampuan mengatasi masalah tersebut.

2. Penentuan tempat rujukan ditetapkan atas pertimbangan jarak (mudah dijangkau),

tersedianya fasilitas dan tenaga yang dapat memenuhi kebutuhan untuk menangani

masalah pasien. Tempat rujukan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi dan

kesediaan penderita.

3. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang masalah yang dihadapi, alasan, dan

manfaat perlunya dilakukan rujukan.

4. Pasien perlu dipersiapkan sebelum dirujuk. Keadaan umum pasien diperbaiki, cegah

agar tidak terjadi segala sesuatu yang memperberat penderitaan dan masalahnya.

Pasien diberi infus, obat- obatan atau tindakan pencegahan bila diperlukan. Ingat

prinsip BAKSOKUDA.

5. Dokumen pasien dipersiapkan dan berisikan informasi lengkap tentang masalah

kesehatan penderita.

6. Dalam keadaan darurat pasien sebaiknya didampingi bidan dalam menuju tempat

rujukan.

7. Pasien yang telah dapat diatasi ditempat rujukan sebaiknya dikirim kembali kebidan

pengiriman untuk tindak lanjut. Bidan melakukan tindakan sesuai dengan saran yang

diberikan oleh rumah sakit, bila diperlukan.

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN

PELAKSANAAN RUJUKAN

1. Berfungsinya mekanisme rujukan dari tingkat masyarakat dan puskesmas hingga

rumah sakit tempat rujukan.

2. Adanya komunikasi dua arah antara yang merujuk dengan tempat rujukan.

3. Tersedianya tenaga kesehatan yang mampu, terampil, dan siaga selama 24 jam.

4. Tersedianya obat-obatan dan alat kesehatan sesuai kebutuhan ditempat yang merujuk

dan tempat rujukan.

5. Tersedianya sarana angkutan selama 24 jam.

Page 18: Laptut sken 5

6. Bagi keluarga yang tidak mampu tersedia dukungan dana atau transportasi, perawatan

dan pengobatan di rumah sakit.

7. Tersedianya dana intensif bagi petugas kesehatan yang siaga  selama 24 jam.

 

TANGGUNG JAWAB PETUGAS DALAM PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN

1. Persiapan rujukan yang memadai

2. Penanganan/ penjelasan kepada orang tua atau keluarga mengenai penyakit yang

ditemukan atau diduga.

3. Ijin rujukan atau tindakan lain yang dilakukan

4. Pemberian identifikasi, data (riwayat kehamilan, kelahiran, penyakit) yang ada yang

sudah dilakukan dan yang mungkin diperlukan. Hasil laboratorium, foto rontegen,

contoh darah ibu.

5. Stabilisasi keadaan vital janin/ bayi baru lahir selama perjalanan ke tempat tujuan.

6. Bagi petugas yang menerima rujukan berupa penanganan kasus rujukan.

7. Pembinaan dan ketrampilan teknis petugas puskesmas oleh dokter spesialis kebidanan

dan anak dalam penanganan kasus rujukan neonatus sakit, minimal sekali setiap 3

bulan.

8. Penerapan prosedur tetap, pelayanan esensial dan tatalaksana penyakit.

KENDALA ATAU MASALAH DALAM RUJUKAN

Yang paling banyak menimbulkan masalah rujukan adalah transportai terutama fasilitas yang

harus ada sewaktu pasien dibawa, disamping alat transportasi. Disamping itu adalah masalah

geografi jalan- jalan yang harus ditempuh sering merupakan penghambat, sehingga tak jarang

walaupun telah diberikan penerangan tentang rujukan tersebut kepada orang tua atau keluarga

tetapi akhirnya mereka keberatan membawa pasien tersebut ke rumah sakit yang lebih

mampu, ditambah lagi ditempat rujukan terbayang kepada mereka berapa lagi biaya yang

harus dikeluarkan untuk perawatan nanti.

Page 19: Laptut sken 5

BAB IV

KESIMPULAN

1. Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang

dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang

dokter kepada dokter lain yang sesuai.

2. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan

terdiri dari: rujukan internal dan rujukan eksternal.

3. Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi

dua, yaitu rujukan medik dan rujukan kesehatan masyarakat.

4. Tujuan umumnya adalah terwujudnya suatu

tatanan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang merata, terjangkau, bermutu, berdaya

guna dan berhasil guna.

5. Tujuan khususnya adalah agar mantapnya

pelayanan  kesehatan gigi dan mulut di setiap jenjang pelayanan kesehatan yang

berlaku.

Page 20: Laptut sken 5

DAFTAR PUSTAKA