laporan tutorial geriatri sken 1

Upload: olivia-dwimaswasti

Post on 04-Jun-2018

298 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    1/26

    LAPORAN KELOMPOK

    BLOK XXII GERIATRI

    SKENARIO 1

    Kegawatan Jatuh pada Geriatri

    Diuun !"eh#

    Ke"!$p!% A&

    Na$a tut!r# Dra' (itri)ah

    (AK*LTAS KEDOKTERAN

    *NI+ERSITAS SEBELAS MARET

    ,-11

    1

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    2/26

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    3/26

    '. agaimana hubungan ri"ayat obesitas pasien dengan ri"ayat penyakit

    sekarang%

    . agaimana penatalaksanaan jatuh dan fraktur pada pasien%

    /' Tu0uan Penu"ian

    1. ntuk mengetahui faktor*faktor yang dapat menyebabkan jatuh pada

    lansia.

    2. ntuk mengetahui manajemen patah tulang akibat jatuh pada lansia.

    &. ntuk mengetahui pengaruh polifarmasi terhadap seorang lansia yang

    telah mengalami penurunan kapasitas fungsi jaringan dan organ secara

    fisiologis.

    '. ntuk mengetahui tindakan preventif yang dapat dilakukan dengan

    mempertimbangkan faktor*faktor pencetus.

    D' Manaat Penu"ian

    1. +engetahui fisiologi proses penuaan.

    2. +engetahui hubungan antara ri"ayat penyakit dahulu dan ri"ayat

    penyakit sekarang.

    &. +engetahui pengaruh konsumsi obat terhadap kondisi pasien.

    '. +engetahui nterpretasi hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, dan

    penunjang.

    . +engetahui hubungan ri"ayat obesitas pasien dengan ri"ayat penyakit

    sekarang.

    -. +engetahui penatalaksanaan, prognosis, dan tindakan preventif jatuh dan

    fraktur pada pasien geriatri.

    &

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    4/26

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    5/26

    BAB II

    TINJA*AN P*STAKA

    A' (ii!"!gi dan Te!ri Pr!e Penuaan

    1. 9eori +engenai Proses Penuaan

    a. 9eori radikal bebas

    +enyebutkan bah"a produk hasil metabolisme oksidatif yang sangat

    reaktif (radikal bebas) dapat bereaksi dengan komponen penting selular,

    termasuk protein, !;$, dan lipid, serta menjadi molekul* molekul yang tidak

    berfungsi namum bertahan lama dan mengganggu fungsi sel lainnya.

    Proses menua normal merupakan akibat dari kerusakan jaringan oleh

    radikal bebas, dimana mitokondria sebagai generator radikal bebas, juga

    merupakan target dari kerusakan radikal bebas tersebut.

    imatik yang menghasilkan

    pertautan glukosa*protein yang disebut sebagai advanced glycation end

    products ($?s) yang dapat menyebabkan penumpukan protein dan

    makromolekul lain yang termodifiakasi sehingga terjadi disfungsi pada

    he"an dan manusia.

    c. 9eori !;$ repair

    +enujukkan bah"a dengan adanya perbedaan pola laju perbaikan

    (repair) kerusakan !;$ yang diinduksi sinar ultraviolet (@) pada berbagai

    fibroblas yang dikultur. Aibroblas pada spesies yang mempunyai umur

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    6/26

    maksimum terpanjang menunjukkan laju !;$ repairterbesar, dan korelasi

    ini dapat ditunjukkan pada berbagai mamalia dan piniata.

    2. Aisiologi Proses +enua

    #omeostenosis yang merupakan karakteristik fisiologis penuaan adalah

    keadaaan penyempitan (berkurangnya) cadangan homeostasis yang terjadi

    sering meningkatanya usia pada setiap sistem organ.

    eiring bertambahnya usia, jumlah cadangan fisiologis untuk

    menghadapi berbagai perubahan semakin berkurang. etiap perubahan

    homeostasis merupakan pergerakan menjauhi keadaan dasar, dan semakin

    besar perubahan yang terjadi maka semakin besar cadangan fisiologis

    homeostasi yang diperlukan untuk kembali ke homeostasis. !i sisi lain,

    dengan makin berkurangnya cadangan fisiologis, maka seorang usia lanjut

    lebih mudah untuk mencapai suatu ambang, yang berupa keadaan sakit atau

    kematian akibat perubahan tersebut.

    eorang usia lanjut tidak hanya memiliki cadangan fisiologis yang

    semakin berkurang, namun mereka juga memakai atau menggunakan

    cadangan fisiologis tersebut untuk mempertahankan homeostasis. $kibatnya

    akan semakin sedikit cadangan yang tersedia untuk mengjhadapi perubahan.

    &. $plikasi Klinis Proses +enua

    Site$ da"a$ Tu2uh Peru2ahan )ang Ter0adi

    istem ?ndokrin 9oleransi glukosa terganggu

    Penurunan !#?$

    Penurunan testosteron

    Penurunan hormon 9&

    Penurunan produksi vitamin ! oleh kulit

    Penurunan hormon ovarium

    Peningkatan kadar hormon sistein serum

    -

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    7/26

    istem

    Kardiovaskuler

    erkurangnya pengisian ventrikel kiri

    erkurangnya sel pacu jantung di nodus $

    #ipertrofi atrium kiri

    Baktu kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri

    lebih lamaPenuruana curah jantung maksimal

    =apisan subendotel menebal menjadi jaringan

    ikat

    Peningkatan resistensi vaskuler perifer

    9ekanan !arah Peningkatan tekanan darah sistolik

    9idak ada perubahan tekanan darah diastolik

    erkurangnya vasodilatasi dimediasi beta

    adrenergik

    9erganggunya perfusi autoregulasi otak

    Ctot +assa otot berkurang secara bermakna

    ?fek penuaan paling kecil pada otot diafragmaerkurangnya sintesis rantai berat myosin

    erkurangnya inervasi

    +eningkatnya myofibril

    nfiltrasi lemak ke berkas otot

    Peningkatan fatigabilitas

    erkurangnya laju metabolisme basal

    9ulang +elambatnya penyembuhan fraktur

    erkurangnya massa tulang

    erkurangnya formasi osteoblas tulang

    endi 9erganggunya matriks kartilago+odifikasi proteoglikan dan

    glikosaminoglikan

    Penglihatan 9erganggunya adaptasi gelap

    Pengeruhan pada lensa

    erkurangnya fokus penglihatan

    erkurangnya sensivitas terhadap kornea

    erkurangya lakrimasi

    injal erkurangya bersihan kreatinin

    Penuruan massa ginjal sebesar 26

    +enurunnya eksresi dan konservasi K dan ;a

    erkurangnya sekresi akibat penambah asam+enurunnya aktivasi vitamin !

    B' Jatuh dan (ra%tur Pada Geriatri

    1. Perubahan pada proses menua yang berkaitan dengan instabilitas dan jatuh

    a. Perubahan kontrol postural

    Proses menua mengakibatkan perubahan pada kontrol postural yang

    mungkin memegang peranan penting pada sebagian besar kejadian jatuh.

    /

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    8/26

    Pada lansia terjadi perubahan komponen dari kapasitas biomekanik meliputi

    latensi mioelektrik yang memanjang, "aktu untuk bereaksi yang memanjang,

    input proprioseptif yang berkurang, lingkup gerak sendi yang menurun,

    kekuatan otot yang menurun, perubahan postur tubuh, ayunan postural yang

    meningkat, dapat meningkatkan prevalensi kejadian jatuh pada lansia.

    b. Perubahan gaya berjalan

    Pada umumnya, lansia tidak dapat mengangkat kakinya cukup tinggi

    sehingga cenderung mudah terantuk. Pada lansia laki*laki, postur tubuh

    membungkuk dengan kedua kaki melebar dan langkah pendek*pendek. Pada

    lansia perempuan, kedua kaki menyempit dengan gaya jalan bergoyang*

    goyang. elain itu, pada lansia dibutuhkan "aktu yang lebih lama untuk

    menyelesaikan satu siklus berjalan. #al ini dapat meningkatkan risiko jatuh

    sebesar lima kali lipat.

    c. Peningkatan prevalensi kondisi patologis yang terkait dengan instabilitas

    Penyakit sendi degeneratif terutama vertebra servikal leher,

    lumbosakral, dan ekstremitas ba"ah, dapat menimbulkan rasa nyeri, sendi

    tidak stabil, kelemahan otot, dan gangguan neurologis. Araktur panggul dan

    femur yang baru menyembuh dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak

    normal dan kurang mantap. trok yang menyebabkan kelemahan otot dan

    defisit sensorik dapat menyebabkan instabilitas. erkurangnya input sensorik

    pada neuropati diabetik dan neuropati perifer lainnya, gangguan penglihatan,

    dan ganggguan pendengaran mengakibatkan berkurangnya isyarat dari

    lingkungan yang berperan dalam kestabilan. Penyakit lain yang sering

    dialami oleh usia lanjut, seperti penyakit Parkinson dan penyakit jantung

    dapat mengakibatkan instabilitas dan jatuh pula.d. Peningkatan prevalensi demensia

    angguan fungsi kognitif dapat mengakibatkan seseorang berjalan*

    jalan (wandering) ke tempat atau lingkungan yang tidak aman dan

    memudahkan untuk jatuh.

    2. Aaktor

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    9/26

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    10/26

    &. Penyebab Datuh pada eriatri

    a. Kecelakaan

    Kecelakaan yang dimaksud adalah kecelakaan murni seperti

    terantuk, terpeleset, dan lain*lain yang mengakibatkan jatuh. Kecelakaan

    biasanya disebabkan interaksi antara bahaya di lingkungan dan faktor yang

    meningkatkan kerentanan.

    b. inkop

    inkop atau kehilangan kesadaran mendadak dapat disebabkan

    respons vasovagal, gangguan kardiovaskuler, gangguan neurologis akut,

    emboli paru, dan gangguan metabolit.

    c. Drop attacks

    !rop attacks merupakan kelemahan otot tungkai ba"ah mendadak

    yang menyebabkan jatuh tanpa kehilangan kesadaran. Kondisi tersebut

    sering kali dikaitkan dengan insufisiensi vertebrobasiler yang dipicu oleh

    perubahan posisi kepala.

    d. #ipotensi ortostatik

    ekitar 10*206 lansia mengalami hipotensi ortostatik yang sebagian

    besar tidak bergejala. eberapa kondisi dapat menyebabkan hipotensi

    ortostatik yang yang berat sehingga memicu timbulnya jatuh. Kondisi*

    kondisi tersebut antara lain curah jantung yang rendah, disfungsi otonom

    (akibat diabetes mellitus), gangguan aliran balik vena, tirah baring lama,

    serta beberapa obat.

    e. !i>>iness dan atau vertigo

    !i>>iness atau rasa tidak stabil merupakan keluhan yang sering

    diutarakan oleh lansia yang mengalami jatuh. @ertigo pada pasien geriatricbiasanya dikaitkan dengan kelainan telinga bagian dalam, penyakit +eniere,

    dan benign paroxysmal positional vertigo.

    10

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    11/26

    f. Cbat*obatan

    Cbat*obatan yang dapat menyebabkan jatuh antara lain diuretika,

    antihipertensi, antidepresi trisiklik, sedatif, antipsikotik, hipoglikemia, dan

    alkohol.

    g. Proses penyakit

    Kejadian jatuh biasanya dikaitkan dengan proses penyakit akut pada

    sistem kardiovaskuler dan neurologis.

    h. diopatik

    Datuh pada lansia yang tidak dapat diidentifikasi penyebabnya

    termasuk ke dalam golongan ini.

    '. Penatalaksanaan Datuh dan Araktur pada eriatri

    a. Prinsip penatalaksanaan jatuh pada geriatri

    1) +engkaji dan mengobati trauma fisik akibat jatuh

    2) +engobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh

    &) +emberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan,

    menguatkan otot, penggunaan alat bantu.

    ') +engubah agar lingkungan lebih aman seperti pencahayaan yang cukup,

    lantai yang tidak licin, dan lain*lain)

    ) =atihan fisik seperti senam tai chi.

    b. Penatalaksanaan medis fraktur

    9ujuan utama penanganan fraktu pada geriatri adalah

    mengembalikan pasien pada kondisi sebelum terjadi fraktur. Pada geriatri

    yang mengalami fraktur, perlu dilakukan operasi dan mobilisasi dini. 9etapi

    jika terdapat penyakit penyerta seperti ri"ayat infark miokard akut yang

    dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas operasi, operasi perlu ditundasampai risiko tersebut berkurang dan dapat ditangani. +obilisasi dini

    diperlukan untuk mencegah komplikasi akibat tirah baring lama. Cbat*

    obatan yang dikonsumsi pasien perlu dievaluasi dan hentikan penggunaan

    obat yang tidak efektif. ntuk mengurangi nyeri pasien, dapat diberikan

    parasetamol 00 mg sampai maksimal &000 mg per hari. Dika tidak adekuat,

    dapat ditambah kodein 10 mg. untuk nyeri yang sangat, terutama pada

    penderita osteoporosis, dapat diberikan kalsitonin 0*100 injeksi subkutan

    11

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    12/26

    malam hari. olongan narkotik sebaiknya tidak digunakan untuk

    mengurangi nyeri karena dapat menyebabkan delirium pada geriatri.

    /' Dia2ete Me"itu 3DM4 pada Lan0ut *iaPrevalensi !+ pada lanjut usia cenderung meningkat, hal ini dikarenakan

    !+ pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor intrinsik dan

    ekstrinsik. mur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat mandiri

    dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa.

    mumnya pasien diabetes de"asa 06 termasuk diabetes tipe 2. !ari jumlah

    tersebut dikatakan 06 adalah pasien berumur E -0 tahun.

    ntuk menentukan diabetes usia lanjut baru timbul pada saat tua,

    pendekatan selalu dimulai dari anamnesis, yaitu tidak adanya gejala klasik seperti

    poliuri, polidipsi atau polifagi. !emikian pula gejala komplikasi seperti neuropati,

    retinopati dan sebagainya, umumnya bias dengan perubahan fisik karena proses

    menua, oleh karena itu memerlukan konfirasi pemeriksaan fisik, kalau perlu

    pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik, pasien diabetes yang timbul pada

    usia lanjut kebanyakan tidak ditemukan adanya kelainan*kelainan yang

    sehubungan dengan diabetes seperti misalnya kaki diabetik, serta tumbuhnya

    jamur pada tempat*tempat tertentu.

    Kriteria diagnosis !+ dapat mengacu pada rekomendasi $!$ (American

    Diabetes Association) yang tidak menunjukkan adanya pertimbangan spesifik

    umur. !iagnosis !+ dibuat setelah dua kali pemeriksaan gula darah puasa E 12-

    mg3dl (dengan sebelumnya puasa paling sedikit 5 jam). Pasien perlu dipastikan

    tidak dalam kondisi infeksi aktif atau sakit akut dalam pemeriksaan ini. $tau gula

    darah acak E 200 mg3dl dengan gejala*gejala diabetes. Pengukuran hemoglobin

    terglikosilasi (#b$1c) tidak direkomendasikan sebagai alat diagnostik, tetapi

    dipakai secara luas untuk memantau efektifitas pengobatan.

    Pena$pi"an %"ini DM pada "an0ut uia

    erbagai perubahan karena proses menua dapat mempengaruhi penampilan

    klinis !+ pada lanjut usia. ejalanya dapat sangat tidak khas dan menyelinap.

    !ikatakan paling sedikit separuh dari populasi lanjut usia tidak tahu bah"a

    mereka terkena !+. Keluhan tradisional dari hiperglikemia seperti polidipsi dan

    poliuria sering tidak jelas, karena penurunan respon haus dan peningkatan nilai

    12

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    13/26

    ambang ginjal untuk pengeluaran glukosa urin. Penurunan berat badan, kelelahan

    dan kencing malam hari dianggap hal yang biasa pada lanjut usia, berakibat

    tertundanya deteksi adanya !+. Penampilan klinis seperti dehidrasi, konfusio,

    inkontinentia dan komplikasi*komplikasi yang berkaitan !+ merupakan gejala*

    gejala yang tampak.

    Komplikasi mikrovaskuler seperti neuropati dapat berupa kesulitan untuk

    bangkit dari kursi atau menaiki tangga. Pandangan yang kabur atau diplopia juga

    dapat dikeluhkan, akibat mononeuropati yang mengenai syaraf kranialis yang

    mengatur okulomotorik.

    Proteinuria tanpa adanya infeksi, harus dicari kemungkinan adanya

    !+.nfeksi khusus yang sering berkaitan dengan !+, lebih banyak dijumpai

    pada lanjut usia antara lain otitis eksterna maligna dan kandidiasis urogenital.

    ebaliknya adanya penyakit*penyakit akut seperti bronkopneumoni, infark

    miokard atau stroke dapat meningkatkan kadar glukosa sehingga berakibat

    tercapainya kriteria diagnosis !+, pada mereka yang telah ada peningkatan kadar

    intoleransi glukosa. eberapa gejala unik yang dapat terjadi pada penderita lanjut

    usia antara lain adalah7 neuropati diabetika dengan kaheksia, neuropati diabetic

    akut, amiotropi, otitis eksterna maligna, nekrosis papilaris dari ginjal dan

    osteoporosis.

    ila terlambat diketahui adanya penyakit diabetes pada lanjut usia, penderita

    mungkin sudah dalam keadaan status dekompensasi dari sistem metabolik seperti

    hiperglikemi, hiperosmolaritas, sindroma non ketotik atau ketoasidosis diabetik.

    Penderita juga dapat dijumpai gejala*helaja hipoglikemi, yang biasanya

    disebabkan oleh obat*obat antidiabetik. Penampilan klinis hipoglikemia yang khas

    tampak sebagai perubahan status mental dan status neurologi seperti penurunanfungsi kognitif, konfusio, kjang, diaphoresis dan bradikadi.

    Keadaan yang menyertai hiperglikemi seperti hiponatremia

    (pseudohiponatremi), kondisi dehidrasi dan hipomagnesia (akibat diuresis

    osmotik) dapat juga terjadi. Profil lipid pada umunya menunjukkan peningkatan

    trigliserid, penurunan #!= sedangkan =!= kolesterol tidak selalu meningkat

    tetapi terisi oleh small dense =!= yang lebih banyak, yang lebih aterogenik.

    1&

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    14/26

    Pat!ii!"!gi DM pada Lan0ut *ia

    Patofisiologi !+ pada usia lanjut belum dapat diterangkan seluruhnya,

    namun didasarkan atas faktor*faktor yang muncul oleh perubahan proses

    menuanya sendiri. Aaktor*faktor tersebut antara lain perubahan komposisi tubuh,

    menurunnya aktifitas fisik, perubahan life style, faktor perubahan neurohormonal

    khusunya penurunan kadar !#? dan A*1 plasma, serta meningkatnya stres

    oksidatif. Pada usia lanjut diduga terjadi age related metabolic adaptation,oleh

    karena itu munculnya diabetes pada usia lanjut kemungkinan karena aged related

    insulin resistance atau aged related insulin inefficiency sebagai hasil dari

    preserved insulin action despite age.&

    erbagai faktor yang mengganggu homeostasis glukosa antara lain faktor

    genetik, lingkungan dan nutrisi. erdasarkan pada faktor*faktor yang

    mempengaruhi proses menua, yaitu faktor intrinsik yang terdiri atas faktor

    genetikdan biologik serta faktor ekstrinsik seperti faktor gaya hidup, lingkungan,

    kultur dan sosial ekonomi, maka timbulnya !+ pada lanjut usia bersifat

    muktifaktorial yang dapat mempengaruhi baik sekresi insulin maupun aksi insulin

    pada jaringan sasaran.

    Aaktor risiko diabetes melitus akibat proses menua7

    Penurunan aktifitas fisik

    Peningkatan lemak

    ?fek penuaan pada kerja insulin

    Cbat*obatan

    enetik

    Penyakit lain yang ada

    ?fek penuaan pada sel

    Perubahan progresif metabolisme karbohidrat pada lanjut usia meliputi

    perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi glukosa dan hambatan pelepasan

    glukosa yang diperantarai insulin. esarnya penurunan sekresi insulin lebih

    tampak pada respon pemberian glukosa secara oral dibandingkan dengan

    1'

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    15/26

    pemberian intravena. Perubahan metabolisme karbohidrat ini antara lain berupa

    hilangnya fase pertama pelepsan insulin. Pada lanjut usia sering terjadi

    hiperglikemia (kadar glukosa darah E200 mg3dl) pada 2 jam setelah pembebanan

    glukosa dengan kadar gula darah puasa normal (F12- mg3dl) yang disebut

    Isolated Postcallenge !yperglikemia (P#).

    D' .iperteni pada *ia Lan0ut

    sia lanjut merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dan penyakit

    kardiovaskular lainnya. Pada orang lanjut usia, jenis hipertensi yang sering terjadi

    adalah hipertensi sistolik. #al itu karena tekanan darah sistolik (9!) meningkat

    sesuai dengan peningkatan usia. erbeda dengan peningkatan tekanan darah

    diastolik (9!!) yang seiring peningkatan 9! hanya sampai usia tahun dan

    kemudian menurun karena proses kekakuan arteri akibat aterosklerosis. ekitar

    usia -0 tahun, dua pertiga pasien hipertensi menderita hipertensi sistolik terisolasi

    (#9) sedangkan di atas / tahun tiga perempat pasien mempunyai hipertensi

    sistolik.

    #ipertensi sistolik terisolasi didefinisikan sebagai 9! G 1'0 m#g dengan

    9!! G 0 mm#g, diakibatkan oleh kehilangan elastisitas arteri karena proses

    menua. Kekakuan aorta akan meningkatkan 9! dan pengurangan volume aorta,

    yang pada akhirnya akan menurunkan 9!!. emakin besar perbedaan 9! dan

    9!! semakin besar risiko kardiovaskuler. 9ekanan nadi yang meningkat pada

    usia lanjut dengan #9 berkaitan dengan besarnya kerusakan pada organ target

    seperti jantung, otot, dan ginjal.

    Pada usia lanjut, hasil pengobatan tidak hanya diukur oleh keberhasilan

    penurunan tekanan darah pada morbiditas dan mortalitas kardiovaskular, tetapi

    juga oleh berbagai hal seperti efek terhadap diabetes, pencegahan demensia ataupenurunan kognitif, dan pengaruhnya terhadap indeks massa tubuh (+9 atau

    obesitas). Pasien !+ mempunyai risiko kardiovaskuler yang lebih besar

    dibandingkan tanpa !+. edangkan untuk masalah indeks massa tubuhm

    diketahui bah"a pasien hipertensi yang gemuk mempunyai prognosis baik

    dibandingkan yang kurus. Penurunan kognitif atau demensia bisa didapatkan pada

    hipertensi kronik. Keadaan ini terjadi karena penyempitan dan sklerosis arteri

    kecil di daerah subkortikal, yang mengakibatkan hipoperfusi, kehilangan

    1

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    16/26

    autoregulasi, penurunan sa"ar otak, dan pada akhirnya terjadi proses

    demielinisasi, mikroinfark, dan penurunan kognitif.

    Pengelolaan hipertensi pada dasarnya sama pada setiap tingkat usia kecuali

    adanya perbedaan seperti yang dibicarakan di atas. !irekomendasikan tekanan

    darah dapat mencapai kurang dari 1'030 mm#g. Pada pasien !+, sasaran

    tekanan darah adalah kurang dari 1&035 mm#g, sedangkan pada gagal jantung

    atau ginjal, sasaran yang dicapai adalah 9! paling rendah yang dapat ditolerir.

    E' Ote!arthriti 3OA4

    Csteoarthritis adalah penyakit sendi degenarif yang berkembang lambat,

    progresif, dan menyebabkan kerusakan kartilago sendi. Karakteristik penyakit ini

    antara lain menipisnya tulang ra"an sendi secara progresif disertai pembentukan

    tulang baru pada trabekula subkondral dan terbentuknya tulang ra"an sendi dan

    tulang baru pada tepi sendi (osteofit). ecara histopatologik, proses C$ ditandai

    dengan menipisnya ra"an sendi disertai pertumbuhan dan remodeling tulang di

    sekitarnya (bony overgrowt) diikuti dengan atrofi dan destruksi tulang di

    sekitarnya. eberapa faktor risiko C$ adalah

    1. mur7 jarang pada usia F '0 tahun dan tersering usia E -0 tahun.

    2. Denis kelamin7 "anita (khususnya mengenai banyak sendi dan sendi lutut),

    laki*laki (biasanya pada sendi pinggul, pergelangan tangan, dan leher) dan

    setelah menopause lebih sering pada "anita dibanding laki*laki.

    &. uku bangsa7 orang kaukasoid lebih sering terkena daripada orang asia dan

    kulit hitamH orang ndian lebih sering dari orang kulit putih.

    Klasifikasi osteoartritis menurut etiologinya7

    1. Csteoartritis primer7 kausanya tidak diketahui (idiopatik)

    2. Csteoartritis sekunder7 pekerjaan dan olahraga (tekanan berlebih, obesitas(beban tubuh berlebih), usia lanjut (proses penuaan), gangguan endokrin

    (menopause), cedera sendi) (inflamasi), genetik, kelainan pertumbuhan.

    +anifestasi klinis osteoartritis antar lain nyeri sendi, hambatan gerak

    (keterbatasan range of motion), krepitasi (rasa gemeretak akibat gesekan kedua

    permukaan sendi saat digerakkan), pembengkakan sendi, perubahan gaya berjalan.

    !iagnosis C$ dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan

    1-

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    17/26

    pemeriksaan penunjang. eberapa pemeriksaan dalam penegakkan diagnosis C$

    antara lain7

    1. Aisik7 terdapat gambaran gejala klinis seperti yang disebut di atas.

    2.

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    18/26

    angguan homeostasis sendi

    Perlunakan, perpecahan, dan pengelupasan lapisan tulang ra"an sendi

    (osteoarthritis)

    15

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    19/26

    BAB III

    PEMBA.ASAN

    eorang pasien "anita berumur /0 tahun dengan 941-& cm dan 4 kg

    mengalami kondisi jatuh. aat ini, pasien juga merupakan penderita diabetes

    mellitus (!+) selama &0 tahun, hipertensi (#9), dan osteoarthritis (C$). sia tua

    dapat menjadi etiologi dari !+, #9, maupun C$. elain itu, obesitas yang

    dialami penderita pada "aktu muda juga merupakan faktor risiko !+, #9, dan

    C$.

    Pasien juga memiliki keluhan nafsu makan menurun, keinginan untuk

    minum berkurang, pendengaran turun, sering lupa, dan mata kabur. Keluhan*

    keluhan tersebut merupakan proses fisiologis yang dapat dialami oleh seorang

    geriatri berumur /0 tahun. ;amun, dari ri"ayat penyakit yang dimiliki oleh

    pasien, maka perlu dilihat apakah perubahan yang terjadi pada organ tubuh pasien

    meruupakan proses fisiologi atau merupakan komplikasi dari penyakit primer

    yang diderita oleh pasien. Pada pasien dalam skenario ini menderita !+ tipe

    karena onsetnya pada umur '0 tahun. Pada usia lanjut diduga terjadi age related

    metabolic adaptation, oleh karena itu munculnya diabetes pada usia lanjutkemungkinan karena aged related insulin resistance atau aged related insulin

    inefficiencysebagai hasil daripreserved insulin action despite age. #al tersebut

    menyebabkan resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin sehingga terjadi

    gangguan toleransi glukosa dan diabetes melitus tipe 2. erdasarkan ri"ayatnya,

    pasien sudah mengalami !+ selama &0 tahun maka dapat terjadi komplikasi

    kronik, yaitu retinopati diabetika, neuropati diabetika, nefropati diabetika dan

    penyakit kardiovaskuler. !i samping itu, penderita !+ biasanya mengkonsumsi

    obat antidiabetik yang dapat menimbulkan efek hipoglikemi. emua hal tersebut

    dapat meningkatkan faktor risiko jatuh pada geriatri.

    Pasien juga mengalami hipertensi. Pada pasien dengan usia lanjut terjadi

    perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer yang

    bertanggungja"ab pada perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi

    aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi

    otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

    1

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    20/26

    distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar

    berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa

    oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan

    peningkatan tahanan perifer Proses penyakit kardiovaskuler dapat menyebabkan

    jatuh pada geriatri juga dikarenakan penggunaan obat*obat antihipertensi dapat

    menimbulkan hipotensi ortostatik. elain itu, sering lupa dapat pula terjadi pada

    #9 kronik yang menyebabkan penyempitan dan sklerosis arteri kecil di daerah

    subkortikal sehingga terjadi penurunan fungsi kognitif dan demensia.

    Pasien juga mengeluh lutut kanan pasien sakit jika digerakkan. #al ini dapat

    merupakan manifestasi dari C$. Csteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi

    degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang ra"an sendi yang berkembang lambat

    dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi*sendi tangan dan sendi

    besar yang menanggung beban. ecara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri,

    deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak pada sendi*sendi tangan dan

    sendi besar. eringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang

    berulang*ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit*penyakit sendi

    lainnya. Banita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi. edangkan laki*

    laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. ecara

    keseluruhan, diba"ah ' tahun, frekuensi osteoartritis kurang lebih sama antara

    pada laki*laki dan "anita, tetapi diatas usia 0 tahuh (setelah menopause)

    frekuensi osteoartritis lebih banyak pada "anita daripada pria. #al ini diduga

    karena hormon estrogen berpengaruh pada patogenesis osteoartritis

    pascamenopause.

    Kaki pasien yang bengkak dapat dievaluasi dengan pemeriksaan jantung dan

    ginjal. $danya lutut yang sakit dan kaki bengkak menyebabkan pasien kesulitan

    berjalan. alah satu pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi mobilitas sehingga

    dapat mendeteksi perubahan klinis bermakna yang menyebabkan seseorang

    berisiko untuk jatuh atau timbul disabilitas dalam mobilitas adalah go up and go

    test (). !alam uji dilakukan prosedur sebagai berikut7

    1. Pasien duduk di kursi dengan lengan berada di pegangan kursi.

    2. Pasien disuruh berdiri dari kursi dan dinilai, sebagai berikut7

    20

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    21/26

    a. ila pasien dapat berdiri tanpa menggunakan tumpuan tangan maka nilainya

    adalah 0 yang berarti normal.

    b. ila pasien menggunakan satu tumpuan maka nilainya 1.

    c. ila pasien menggunakan dua tangan dan berdiri secara lambat maka

    nilainya &.

    d. ila pasien memerlukan bantuan orang lain dalam berdiri, maka nilainya '.

    &. Pasien berjalan & meter.

    '. Pasien kembali duduk.

    . !inilai, "aktu normal yang dibutuhkan adalah F 10 detik.

    aat pasien berjalan yang dinilai adalah cara berjalan, keseimbangannya,

    serta lebar langkahnya. Pasien yang memerlukan "aktu E 10 detik dianggap

    memiliki kelainan mobilitas dan perlu pemeriksaan lebih lanjut. !ari hasil

    pemeriksaan didapatkan pasien dapat berjalan 1 m dalam menit. Dika

    dikonversikan dengan metode uji yang dituliskan oleh +athias et al. (2000),

    maka pasien termasuk dalam klasifikasi pasien yang memiliki mobilitas terganggu

    dan ketergantungan pada kebanyakan aktivitas karena risiko jatuh tinggi.

    Pasien sering mengeluh bengkak*bengkak pada kedua kaki. Kaki yang

    bengkak pada pasien dapat disebabkan gangguan pada ginjal pasien, hipertensi,

    dan diabetes mellitus. #ipertensi kronik dapat menyebabkan penyempitan

    pembuluh darah pada ginjal sehingga perfusi di ginjal berkurang dan

    menimbulkan kerusakan pada ginjal. Polifarmasi pada pasien juga merupakan

    faktor risiko yang dapat menimbulkan gangguan pada ginjal pasien.

    $kibat jatuh, pasien menderita fraktur collum femoris. Araktur collum

    femoris merupakan fraktur yang berhubungan dengan proses menua dan

    osteoporosis. Araktur kolum femoris adalah komplikasi utama akibat jatuh padalansia. Perlukaan jaringan lunak yang serius seperti subdural hematom,

    hemarthroses, memar dan keseleo otot juga sering merupakan komplikasi akibat

    jatuh. elain jatuh, faktor risiko kejadian fraktur collum femoris pada pasien

    adalah osteoporosis. Csteoporosis pada pasien dapat merupakan osteoporosis

    primer akibat menopause dan dapat pula sekunder akibat gangguan absorpsi

    kalsium yang biasanya terjadi pada senilis. elain itu, penggunakan kortikosteroid

    kronik (dalam skenario de:ametason) juga merupakan faktor risiko yang perlu

    21

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    22/26

    di"aspadai. #anya saja, dalam skenario tidak disebutkan sejak kapan pasien

    mengonsumsi de:ametason.

    eberapa pengobatan yang telah diberikan kepada pasien adalah glurenom

    2:1, metformin &:00 mg, melo:icam 2:/, mg, de:ametason &:1 tablet,

    antalgin tablet &:1, bisoprolol &:1 tablet dan furosemid 1*0*0. lurenorm adalah

    merek dagang dari liJuidone, obat golongan sulfonilurea yang digunakan untuk

    indikasi !+ . ulfoniuria lebih tepat dipilih untuk penderita !+ dengan berat

    badan normal. Cbat ini bila diberikan bersama dengan metformin bisa

    mengakibatkan laktat asidosis. +etformin merupakan >at antihiperglikemik oral

    golongan biguanid. +ekanisme kerja metformin menurunkan kadar gula darah

    dan tidak meningkatkan sekresi insulin. +etformin berguna untuk penyandang

    diabetes gemuk yang mengalami penurunan kerja insulin. $lasan penggunaan

    metformin pada penyandang diabetes gemuk adalah karena obat ini menurunkan

    nafsu makan dan menyebabkan penurunan berat badan. Kontraindikasi dari

    metformin adalah gangguan fungsi ginjal. Pada pasien dalam skenario telah

    mengalami nefropati diabetik, maka penggunaan metformin dirasa kurang tepat.

    elain karena indikasi pada pasien gemuk yang tidak tepat juga karena pada

    penderita gangguan ginjal sebisa mungkin menggunakan obat kombinasi untuk

    meminimalisir kerusakan ginjal.

    9erapi hipertensi pada pasien ini adalah isoprolol. isoprolol merupakan

    bloker reseptor *1 adrenergik utama (bersifat kardioselektif) tanpa aktivitas

    stimulasi reseptor *2 dan "aktu paruh eliminasi plasma sekitar 10*12 jam

    sehingga memungkinkan dosis sekali sehari. !engan ciri tersebut isoprolol

    sebagai dapat *bloker dapat mengobati hipertensi dan angina pektoris. isoprolol

    mengurangi tekanan darah pada pasien hipertensi pada posisi berdiri maupunberbaring. #ipertensi postural atau hipertensi yang disebabkan oleh

    ketidakseimbangan elektrolit tidak termasuk indikasi isoprolol. Pada dosis

    terapi, isoprolol lebih sedikit efek konstriksinya pada pembuluh darah perifer

    dan bronkiol daripada golongan *bloker yang nonselektif.

    elain itu juga digunakan Aurosemid sebagai diuretik kuat pada pagi hari.

    Aurosemid diberikan pagi hari untuk mencegah diuresis pada malam hari. 9erapi

    Aurosemid juga digunakan untuk mempercepat diuresis indikasi udem pada kaki,

    22

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    23/26

    karena terjadi perubahan hemodinamik dan penurunan volume cairan ekstrasel

    dengan cepat, sehingga alir balik vena dan curah ventrikel kanan berkurang.

    Lairan diekskresikan melalui urin sehingga edema pun berkurang.

    9erapi C$ yang digunakan adalah antalgin, melo:icam, dan de:ametason.

    +elo:icam merupakan golongan $nti nflamasi ;on steroid (;$!) derivat

    asam enolat yang bekerja dengan cara menghambat biosintesis prostaglandin yang

    merupakan mediator inflamasi melalui penghambat cycloo:ygenase 2 (LCM*2),

    sehingga terjadinya proses inflamasi dapat dihambat tanpa terjadi efek samping

    terhadap ginjal dan gastro intestinal yang merupakan ciri khas pada penggunaan

    obat*obat $nti nflamasi ;on teroid selama ini. ;amun hati*hati pada kombinasi

    berbagai macam obat. eberapa obat yang dapat berinteraksi dengan melo:icam

    contohnya $L? inhibitor seperti lisinopril, captopril, dan ramiprilH kortikosteroid

    seperti prednisone, hidrokortison, dan deksametason, dan diuretik seperti

    hidroklorotia>ida, torsemide, dan furosemide. +elo:icam yang berinteraksi obat

    tersebut dapat meningkatkan risiko sakit lambung yang berkembang atau

    kerusakan ginjal pada beberapa orang.

    +anajemen fraktur pada geriatri dibutuhkan bersifat lintas disipliner yang

    melibatkan bidang keahlian bedah ortopedi, rehabilitasi medik, interna, dan kerja

    sama yang baik dari pihak keluarga. Araktur dapat ditangani dengan operasi dan

    mobilisasi dini untuk mencegah komplikasi akibat tirah baring lama. Dika terdapat

    ri"ayat atau keadaan patologis yang meningkatkan risiko operasi, maka operasi

    ditunda sampai faktor risiko tersebut dapat dikurangi. +anajemen pasca operasi

    juga sangat penting untuk mencegah komplikasi pasca operasi seperti delirium

    akibat pemberian obat anestesi. elain itu, mobilisasi dini juga sangat penting

    untuk mencegah ulkus decubitus, kontraktur, dan thrombosis vena. Pasien padaskenario menderita !+ dan #9 sehingga memerlukan penanganan yang baik

    sebelum, selama, dan sesudah operasi. ?dukasi kepada keluarga merupakan hal

    yang sangat penting untuk mencegah terjadinya jatuh di kemudian hari seperti

    keamanan di rumah pasien dan penga"asan minum obat.

    2&

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    24/26

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    25/26

    DA(TAR P*STAKA

    $malia. 2005. "steoartritis. http733fkui.org3tikido"nload3"iki3attachment.php.

    (1/ +aret 2011).

    $nonim. 200.#ematik.

    http733""".stikeskabmalang.files."ordpress.com320030-3rematik.doc(1/

    +aret 2011).

    $nonim. 2010. $lurenorm.

    http733""".epgonline.org3vie"drug.cfm3drugd3!

  • 8/13/2019 Laporan Tutorial Geriatri Sken 1

    26/26