blok 10 sken 4 pseudomembranous colitis
TRANSCRIPT
1
KOLITIS PSEUDOMEMBRAN
2
BATASAN
Adalah peradangan kolon akibat toksin yang ditandai dengan terbentuknya lapisan eksudatif (pseudomembran) yang lekat di permukaan mukosa.
ETIOLOGIo Kuman penyebab adalah Clostridium diffiile, toksin-toksin yang dikeluarkan mengakibatkan kolitis.
3
EPIDEMIOLOGI
Bisa mengenai semua tingkatan umur. Penularan bisa secara kontak langsung
lewat tangan atau perantaraan makanan minuman yang tercemar.
Semua jenis antibiotik, kecuali aminoglikosida intra-vena, potensial menimbulkan kolitis pseudomembran, namun yang paling sering adalah ampisillin, klindamisin dan sefalosporin.
4
PATOGENESIS
C.difficile menimbulkan kolitis dengan cara toxin-mediated. Kuman mengeluarkan 2 toksin utama, toksin A dan toksin B.
Toksin A merupakan enterotoksin yang sangat berpengaruh terhadap semua kelainan yang terjadi
Toksin B adalah sitotoksin dan tidak melekat pada mukosa yang masih utuh.
5
GEJALA KLINIS
Yang paling sering dikeluhkan adalah diare cair disertai kram perut.
Sebagian besar pasien mengalami demam, walaupun dapat terjadi hiperpireksia, tetapi umumnya suhu tidak melampaui 38oC.
Terdapat leukositosis, sering sampai 50.000/mm3.
6
Nyeri tekan abdomen bawah, hipoalbuminemia dan edema.
Pada kasus yang berat dapat terjadi komplikasi berupa dehidrasi, edema anasarka, gangguan elektrolit, megakolon toksik atau perforasi kolon.
7
DIAGNOSIS
Jika ditemukan pasien diare selama atau setelah menggunakan antibiotik perlu dipikirkan terjadinya kolitis pseudomembran.
Diagnosis dapat cepat dibuat dan akurat dengan melakukan kolonoskopi.
C.difficile tumbuh pada 95% biakan tinja pasien yang terdiagnosis secara kolonoskopi.
8
Sebagai gold standart adalah ditemukannya toksin B di tinja, sehubungan dengan efek sitopatik toksin B pada kultur jaringan. Karena memakan waktu dan mahal biasanya cukup memeriksa terdapatnya toksin A dengan metode ELISA.
9
10
DIAGNOSIS BANDING
Kolitis pseudomembran perlu dibedakan dengan kasus diare akibat kuman patogen lain, efek samping penggunaan obat yang bukan antibiotik, kolitis non-infeksi dan sepsis intraabdominal.
PENATALAKSANAAN Tindakan awal terpenting adalah menghentikan
antibiotik yang diduga menjadi penyebab, juga obat yang mengganggu peristaltik dan mencegah penyebaran nosokomial.
11
Pada kasus dengan gejala-gejala yang lebih berat seyogyanya dilakukan pemeriksaan deteksi toksin C.difficile dan terapi spesifik per oral menggunakan metronidazol atau vankomisin.
Pada kolitis ringan smpai sedang digunakan metronidazol dengan dosis per oral 250-500 mg 4 kali sehari selama 7-10 hari.
12
Pada kolitis berat menggunakan vankomisin per oral, dosisnya 125-500 mg 4 kali sehari selama 7-14 hari.
Alternatif pengobatan lainnya menggunakan kolestiramin untuk mengikat toksin yang dihasilkan C.difficile, tetapi obat ini juga mengikat vankomisin, diberikan per oral dengan dosis 4 gram 3 kali sehari selama 5-10 hari.
13
Dianjurkan setelah pengobatan spesifik diusahakan kembalinya flora normal usus dengan memberikan kuman laktobasilus atau ragi (Saccharomyces boulardii) selama beberapa minggu.