laporan sken 1 geriatri

65
BAB I SKENARIO I BLOK GERIATRI ADUUH NEK, KAKEK JATUH TERJERUMUS PARIT Kakek Yoso, seorang pensiunan guru, yang masih bugar di usianya yang 60tahun, tiba-tiba merasa berkunang- kunang dan jatuh terjerumus parit pada saat jalan-jalan di pagi hari bersama istrinya. Esok harinya, nyeri lututnya kambuh kembali, bahkan sulit digerakkan dan minta dibawa ke dokter. Pemeriksaan dokter tekanan darah 190/100 mmHg. Hasil pemeriksaan lab UGD didapatkan GDS 200mg/Dl, Hb 10.5 gr%, tidak ditemukan proteinuria. EKG dalam batas normal. Kakek mengeluhkan mata kabur, pendengaran berkurang, dan sering lupa. Jika berjalan merasa tidak stabil dan nggliyeng (serasa ingin jatuh). Sebelumnya beliau minum bisoprolol dan HCT secara rutin, kadang-kadang mengkonsumsi juga antalgin atau meloxicam yang dibeli di took obat untuk meredam nyeri sendi.

Upload: farrah-putri-amalia

Post on 26-Sep-2015

54 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

tutorial

TRANSCRIPT

BAB I

SKENARIO I BLOK GERIATRI

ADUUH NEK, KAKEK JATUH TERJERUMUS PARIT

Kakek Yoso, seorang pensiunan guru, yang masih bugar di usianya yang 60tahun, tiba-tiba merasa berkunang-kunang dan jatuh terjerumus parit pada saat jalan-jalan di pagi hari bersama istrinya.

Esok harinya, nyeri lututnya kambuh kembali, bahkan sulit digerakkan dan minta dibawa ke dokter. Pemeriksaan dokter tekanan darah 190/100 mmHg. Hasil pemeriksaan lab UGD didapatkan GDS 200mg/Dl, Hb 10.5 gr%, tidak ditemukan proteinuria. EKG dalam batas normal.

Kakek mengeluhkan mata kabur, pendengaran berkurang, dan sering lupa. Jika berjalan merasa tidak stabil dan nggliyeng (serasa ingin jatuh).

Sebelumnya beliau minum bisoprolol dan HCT secara rutin, kadang-kadang mengkonsumsi juga antalgin atau meloxicam yang dibeli di took obat untuk meredam nyeri sendi.

BAB II

SEVEN JUMPS

JUMP 1: Klarifikasi istilah dan konsep

1. Meloxicam

Jenis AINS baru efektif untuk nyeri inflamasi. Bisa utuk OA dan RA.

2. Jatuh

Mendadak terbaring atau terduduk di lantai atau lebih rendah dari tempat semula dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.

3. HCT (hydrochlorothiazide)

Antihipertensi golongan thiazide

4. Bisoprolol

Obat golongan beta-blocker yang menghambat epinefrin/adrenalin. Bisa menghambat kontraktilitas jantung dan sebagai antihipertensi.

5. Proteinuria

Ekskresi protein dalam urin >100mg/hari. biasanya karena ada kerusakan pada glomerulus.

6. Antalgin

Obat analgesic antipiretik kuat. Golongan pirazolon

7. Nyeri sendi

Perlukaan pada cartilage/inflamasi pada cairan synovial. Elastisitas dan kekakuan sendi berkurang

JUMP II: Menentukan permasalahan

1. Apakah hubungan usia dan gender terhadap keluhan pasien?

2. Apa yang menyebabkan pasien tiba-tiba mata berkunang-kunang hingga jatuh?

3. Mengapa keesokan harinya nyeri lutut kambuh dan sulit digerakkan?

4. Bagaimana interpetasi px fisik dan lab?

5. Apakah ada hubungan keluhan pasien dengan obat yang dikonsumsi?

6. Patofisiologi terjadinya jatuh pada pasien bagaimana? Apa saja factor resiko, komplikasi, dan pencegahan?

7. Adakah hubungan gejala/ keluhan pasien dengan hasil px?

8. Mengapa kakek mengeluhkan mata kabur?

9. Bagaimana cara mengetahui umur biologis?

JUMP III: menganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara mengenai permasalahan

1. Geriatric

Penyakit yang sering pada usia geriatri: arthritis, hipertensi, gangguan pendengaran, penglihatan, DM.

Efek penuaan pada fungsional tubuh, terjadi penurunan khususnya anterior dan posterior karena input sensoris dan motoric menurun.

a. Otot mengalami atrofi dan elastisitas menurun

b. Sistem keseimbangan vestibuler terjadi degenerasi pada ampulla

c. Pada geriatric yang mengalami kifosis, pusat gravitasi terganggu sehingga sulit mengatur keseimbangan

d. Pada sistem kardiovaskular terjadi kekakuan arteri, fibrosis arteri, sclerosis vulva, fibrosis interstitial

e. Pada pendengaran terjadi obstruksi pada tuba, meatus auricular externa dan MAI terganggu sehingga menyebabkan tuli sensorineural.

f. Aktivitas sel imun mengalami penurunan

g. Sistem saraf motoric menurun dan berat otot menurun pula.

Penuaan mulai dari usia 30 tahun, di mana 1% fungsional tubuh menurun

2. LO

3. Nyeri lutut kambuh dan sulit digerakkan

4. Interpretasi px fisik dan lab

Tekanan darah kakek 190/100mmHg -> HT II

Staging HT

Sistol (mmHg)

Diastole (mmHg)

Staging

126 mg/Dl

tinggi

GDS

200mg/Dl

tinggi

TTGO

200mg/dL

tinggi

Kakek tidak dapat langsung diputuskan sebagai pasien DM, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan ada GDP nya.

Hb 10.5 gr% -> rendah ; normalnya untuk laki-laki 13

Proteinuria tidak ditemukan menandakan bahwa ginjal kakek masih dalam keadaan normal.

Pada scenario ini hubungan interpretasi dan px lab adalah kemungkinan mata berkunang hingga jatuh bisa saja diakibatkan karena darah di bawah normal. Selain itu, jatuhnya bisa juga karena kakinya yang sedang sakit.

5. LO

6. Jatuh

Penyebab jatuh ada banyak:

a. Factor intrinsic:

1) Kondisi medis dan neuropsikiatri

2) Gangguan penglihatan dan pendengaran

3) Proses penuaan yang berhubungan dengan perubahan pada neuromuscular, gait, reflex postural

b. Factor ekstrinsik:

1) Obat-obatan

2) Resep obat yang tidak sesuai

3) Lingkungan pasien

Proses jatuh:

Gerakan lambat dan ROM menurun -> jalan geriatric kecil-kecil dan pendek, lambat, kaki tidak kuat -> merasa berat tubuh atas lebih berat -> postur sway -> jatuh

Komplikasi jatuh:

a. Injuries

1) Injury pada jaringan lunak

2) Fraktur: tulang panggul, femur, humerus, pergelangan tangan, costae

3) Subdural hematom

b. Hospitalization

1) Komplikasi dari immobilisasi

2) Resiko penyakit iatrogenik

c. Disability

1) Kehilangan mobilitas karena cedera fisik

2) Kehilangan mobilitas karena takut, hilang percaya diri, dan dibatasi ambulasinya

d. Risk of institutionalization

e. Death

Pencegahan jatuh:

a. Rajin olahraga

b. Tongkat

c. Dibimbing dan ditemani saat berjalan

d. Senam latihan keseimbangan lansia

7. LO

8. LO

9. LO

JUMP IV: Skema alur pikir

Daya ingat

Penyakit kronik (OA, DM, Hipertensi)

Penglihatan

Pendengaran

Lingkungan

pencahayaan

EKSTRINSIK

INTRINSIK

JATUH

JUMP V: LO

1. Penyebab mata berkunang-kunang

2. Penyebab mata kabur dan pendengaran turun

3. Hubungan riwayat obat dan keluhan

4. Cara mengukur usia biologis

5. Hubungan gejala dan interpretasi pemeriksaan

6. Tatalaksana pada kakek

7. Perubahan tekanan darah normal pada penambahan usia (yang fisiologis)

8. Obat pada scenario (indikasi, kontraindikasi, cara kerja obat, efek samping, dkk)

JUMP VI: Mengumpulkan informasi baru

Setiap anggota kelompok mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan learning objective.

JUMP VII: Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi yang diperoleh

1. Penyebab mata berkunang-kunang

Salah satu penyebab: hipertensi

Pada geriatric, terjadi perubaan struktur penyusun mata dan juga struktur tulang belakang terganggu -> produksi sel darah tidak optimal -> aritemia -> klinisnya salahsatunya berkunang-kunang.

2. Penyebab mata kabur dan pendengaran turun

a. Mata kabur

1) Perubahan struktur: pembesaran lensa, CoA menyempit -> resiko glaucoma, kejernihan lensa menurun, jumlah sel conus menurun, elastisitas lensa mata menurun, tekanan intra ocular meningkat

2) Perubahan fungsional: presbiopi, daya refraksi menurun, sensitivitas , lapang pandang menurun, kontras menurun, sensitivitas kontras menurun, lapang pandang menurun, produksi air mata menurun, degenerasi makula pada lansia

b. Pendengaran turun

1) Rusak pada ossicula auditiva

Menyebabkan tuli konduktif: rusak mekanik, serumen props.

Sensorineural: terpapar bising, obat-obat tertentu

2) Presbiakusis

a) Sensorik: menghilangnya sel-sel rambut pada membrane basalis koklea -> tidak bisa mendengar frekuensi tinggi

b) Neural: hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis -> tidak bisa mencerna kata-kata

c) Trial: abnormalitas / atrofi pada stria vaskularis -> pada orang yang masih muda lebih sering dari pada lansia

d) Konduktif koklea: perubahan anatomis koklear -> pendengaran mengalami enurunan secara keseluruhan

3. Hubungan riwayat obat dan keluhan

Obat yang sudah dikonsumsi Kakek Yoso: bisoprolol, HCT, antalgin, meloxicam

Obat meloxicam dapat memperberat hipertensi pada pasien dengan hipertensi dan menaikkan tensi pada orang yang mempunyai factor resiko hipertensi (menghilangkan efek-efek obat antihipertensi juga, khususnya thiazide).

Obat antalgin menyebabkan anemia.

Polifarmasi (penggunaan obat 5 atau lebih dari indikasi klinis) pada geriatric hendaknya dilakukan seefektif dan seefisien mungkin untuk menghindari akibat polifarmasi

Polifarmasi menyebabkan interaksi obat, bisa terjadi positif atau negative. Efek negative yang akan ditutupi oleh obat lain -> tidak efektif

Penyebab polifarmasi

1) Geriatric biasanya enyakitnya kronik

2) Berganti-ganti dokter

3) Menghilangkan efek obat

Pencegahan polifarmasi

1) Melihat obat yang sudah diminum-> analisis efektivitas obat

2) Berikan dari dosis rendah

3) Sebisa mungkin tidak diberikan obat baru

4) Jika efek sudah tampak, dosis obat bisa diturunkan sedikit demi sedikit

4. Cara mengukur usia biologis

Dicek dengan px radiologi;metode cervical vertebral maturation:

a. Skeletal: pada daerah phalanx, carpal, radial

b. Dental

5. Hubungan gejala dan interpretasi pemeriksaan

Mata berkunang-kunang ada kemungkinan karena pasien dalam keadaan anemia. Jatuh pada pasien bisa disebabkan multifactorial, baik ekstrinsik maupun intrinsic. Nyeri lutut pada pasies diduga karena pasien mengalami peradangan pada lutut. Mata kabur akibat proses fisiologis penuaan pada geriatric.

6. Tatalaksana pada kakek

Dianjurkan kakek mengikuti senam lansia secara teratur untuk meningkatkan kestabilan tubuh

Obat-obat yang dikonsumsi kakek dikoreksi apakah sudah efisien atau belum sesuai indikasi yang ada pada kakek

Hendaknya kakek ditemani jika sedang berjalan untuk menghindari komplikasi terjadi jatuh

7. Perubahan tekanan darah normal pada penambahan usia (yang fisiologis)

Perubahan kardiovaskular fisiologis pada geriatric

No

Morfologi

Fungsi

1

Elongasi arteri, termasuk aorta

Penurunan cardiac output selama berolahraga

2

Peningkatan penebalan dinding dalam arteri

Penurunan denyut jantung sebagai respon stress

3

Peningkatan fibrosis media arteri

Penurunan setoran ke darah perifer

4

Sclerosis pada vulva jantung

Proses penambahan tekanan darah dan pengaruh pada fungsi kognitif

Penyempitan dan sclerosis arteri di daerah subcortical

Sawar darah otak menurun, hipoperfusi, autoregulasi menurun

Mikroinfark; demyelinisasi pada subcortical (substansia alba)

Fungsi kognitif menurun

8. Obat pada scenario (indikasi, kontraindikasi, cara kerja obat, efek samping, dkk)

Antalgin

Antalgin atau levorphanol, digunakan untuk pereda nyeri dan premedikasi (anestesi)terhadap tindakan invasif. Tidak dibolehkan penggunaan untuk anak usia dibawah 18 tahun.

Kelas : analgesik opioid

Cara kerja obat :

Analgesik agonis narkotik pada reseptor opioid. Mencegah jalur nyeri, yang disebabkan karena pengubahan respons dari pusat nyeri ke otak. Menghasilkan analgesik sebagai pereda nyeri, dan menyebabkan kantuk.

Farmakokinetik :

Waktu paruh : 12-16 jam

Onset of action : 10-60 menit (per oral)

Durasi : 4-8 jam

Metabolisme : liver (konyugasi dengan asam glukoronat)

Ekskresi : Urin

Kontraindikasi

Absolut : kondisi nyeri abdominal akut, kolitis pseudomembranous, gangguan respiratori.

Relatif : asma, inflammatory bowel disease, respiratory impairment

Efek samping :

Pusing, hipoventilasi, mual, gatal, hipotensi, konstipasi, muntah, gangguan kesadaran dan mood, bradiaritmia, henti jantung, gangguan ritme jantung, palpitasi, takiaritmia, apnea

Meloxicam

Kelas : Anti inflamasi non steroid

Cara kerja obat :

Anggota dari kelas oxicam, menghambat sintesis dari prostaglandin di jaringan tubuh dengan menghambat isoenzim COX-2, COX-1, dan COX-2. COX-2 akan dihambat lebih baik daripada COX-1.

Farmakokinetik

Absorpsi, bioavailabilitas : 89 %

Distribusi, pengikatan protein : 99,4 %

Metabolisme : di hepar dengan CYP3A4

Eliminasi, waktu paruh : 15-20 jam

Ekskresi : Urin, feses-

Kontraindikasi :

Absolut :

Alergi salisilat, nyeri operasi pasca operasi Coronary artery bypass graft (CABG)

Relatif :

Kelainan perdarahan, SLE, kolitis ulseratif, hamil tua, gastritis, perdarahan usus, ulkus gastrointestinal, predisposisi perdarahan gastrointestinal, penyakit hepar

Perlu diperhatikan :

Pada pasien dengan resiko kardiovaskuler, AINS akan meningkatkan resiko trombus kardiovaskuler, infark miokard, dan stroke yang akan berakibat fatal. ANIS juga dapat memperlama durasi penggunaan. Pasien yang telah memiliki penyakit jantung atau faktor resiko dari beberapa penyakit akan memperparah keadaan penyakit. AINS berkontraindikasi terhadap nyeri pasca operasi CABG

Resiko gastrointestine, AINS akan meningkatkan resiko dari penyakit di GIT, seperti perdarahan, ulserasi, dan gastritis atau perforasi usus, yang akan berakibat fatal. Resiko ini akan meningkat pada pasien dengan lanjut usia.

Efek samping :

Indigestif, ISPA, sakit kepala, diare, mual, nyeri perut, edema, anemia, pusing, angina, gagal jantung kongestif, gangguan purpura, perdarahan GIT, perforasi GIT, ulkus GIT, hepatitis, hipertensi, kelainan inflamasi dari GIT, infark miokard, muntah, reaksi anafilaktik, demam, asma, bronkospasme, kegawatdaruratan cerebrovaskuler, eritema multiformis, hipersensitivitas, nefritis, gagal ginjal, SJS, tinnitus, TEN.

Bisoprolol

Bisoprolol, digunakan untuk terapi hipertensi pada lansia, gagal jantung, gangguan ginjal.

Kelas : beta-blockers, beta-1-selective

Cara kerja obat :

Memblok respon stimulasi dari beta-adrenergik, cardioselective untuk beta-1 pada dosis rendah

Farmakokinetik :

Waktu paruh : 9-12 jam

Bioavailabilitas : 80 %

Metabolisme : hepar

Ekskresi : half renal

Kontraindikasi :

Sinus bradikardia, syok kardiogenik, blok jantung, kegagalan pada jantung, hipersensitivitas, sindroma sinus tanpa pacemaker permanen

Efek samping :

Pusing, dissomnia, bradiaritmia, ISPA, diare, rinitis, arthralgia, batuk, dispnea, nausea, faringitis, sinusitis, muntah, dingin pada ekstremitas, hipotensi, depresi, dispepsi, bronkospasme

HCT

HCT (hydrochlorotiazide), digunakan untuk terapi hipertensi dengan cara menurunkan tekanan darah, dan digunakan pula untuk keseimbangan elektrolit pada pasien lansia dengan cara diuresis, selain itu juga digunakan untuk edema, dan pasien hipertensi. Dosis nya ialah 12,5 25 mg / hari

Cara kerja obat :

Diuretik tiazid, menghambat reabsorpsi sodium di tubulus distal renal, yang akan meningkatkan skresi air dan sodium, potassium, dan ion H.

Farmakokinetik :

Bioavailabilitas : 65 - 75 %

Ikatan protein : 40 68 %

Metabolisme : minimal

Eliminasi melalui eksresi urin.

Kontraindikasi :

Hipersensitivitas terhadap HCT dan sulfonamid, anuria

Efek samping :

Anafilaksis, anoreksia, gangguan struktur hematopoietik, pusing, nyeri epigastrik, kelemahan, nyeri kepala, hepatotoksisitas, hiperkalsemia, hiperkolesterolemia, hiperglikemia, hiperlipidemia hiperurisemia, hipokalemia, hipomagnesimia, nefritis, asidosis metabolik, kelemahan otot dan keram, mual, pankreatitis, angitis nekrosis, fototoksisitas, pneumonia, edem pulmo, purpura, rash, gangguan respirasi, SJS, TEN, vertigo, muntah

BAB III

PEMBAHASAN

A. Perubahan fisiologis, anatomis, dan biologis pada geriatric

1. Pengelihatan

Perubahan sistem pengelihatan yang terkait dengan penuaan dibagi menjadi secara struktural dan secara fungsional.

a. Secara struktural

Pembesaran lensa mata yang menyebabkan menyempitya camera occuli anterior.

Penurunan kejernihan lensa yang menyebabkan penurunan jumlah cahaya yang dapat masuk ke retina.

Peningkatan kekakuan lensa dan penurunan kelengkungan lensa mata.

Berkurangnya sel kerucut pada mata.

Vitreous humor menjadi lebih cair sehingga kestabilan bentuk mata berkurang.

Kehilangan tonus otot pada kelopak mata sehingga dapat terjadi entropion maupun ektoprion.

Meningkatnya tekanan intraokular mata.

b. Secara fungsional

Terjadinya presbiopia karena menurunnya

Menurunnya daya refraksi mata

Menurunnya adaptasi pada tempat gelap

Menurunnya sensitifitas terhadap kontras

Menurunnya lapang pandang mata

Menurunnya produksi air mata yang menyebabkan mata menjadi kering

Semakin sulit memandang ke atas

2. Pendengaran

Pada orang tua akan terjadi penurunan pada organ pendengaran. Penurunnan ini menyebabkan terganggunya proses mendengar baik secara konduksi maupun sensoris. Perubahan perubahan tersebut antara lain :

Atrofi dan menghilangnya sel pada telinga bagian dalam.

Angiosklerosis pada telinga bagian dalam.

Kalsifikasi pada membran timpani.

Ketidakseimbangan biomekanika dan bioelektrik pada telinga bagian dalam.

Degenaris dan menghilangnya sel ganglion dan serabut serabutnya pada nervus kranialis ke delapan.

Penutupan kanal nervus kranialis ke dalapan dengan kehancuran dari serabut serabut saraf.

Atrofi dan menghilangnya sel pada seluruh pusat auditori pada batang otak.

Berkurangnya sel sel di area auditoris pada kortex.

3. Muskuloskeletal

Pada orangtua dapat terjadi penurunan massa otot, penurunan produksi cairan sinovial sendi, penurunan kepadatan tulang karena tidak seimbangnya penghancuran dan pembentukan matriks tulang, penipisan kartilago kartilago pada tulang, dan dapat terjadi kelainan pada muskuloskeletal yang disebabkan karena bahan bahan biokimiawi yang tertimbun pada sistem muskuloskeletal.

Penipisan dan retaknya cartilago pada sendi dikenal dengan sebutan osteoarthritis. OA dapat ditemukan pada kebanyakan orangtua yang berusia lebih dari 65 tahun. Persendian yang biasanya terkena dampak dari OA primer antara lain : lutut, pinggul, distal interphalangeal joint (DIP), proximal interphalangeal joint (PIP), first metatarsophalangeal (MTP) joint, sendi acromioclavicular, permukaan sendi pada tulang belakang regio servikal, dan permukaan sendi pada tulang belakang regio lumbal.

Penyakit asam urat adalah penyakit yang disebabkan penumpukan kristal asam urat pada sinovium dan jaringan yang lain. Ektremitas atas biasanya lebih banyak terkena pada orang tua.

4. Sistem keseimbangan

Sistem keseimbangan merupakan proses yang kompleks yang diatur oleh sistem visual, vestibular , dan propioseptif. Pada orangtua terjadi penurunan pada ketiga sistem penunjang sistem keseimbangan.

Pada sistem vestibuler dapat terjadi beberapa hal, antara lain : degenerasi ampulla, labirinitis, dan vestibular neuronitis.

Pada sistem visual dapat terjadi : katarak, glaukoma, penurunan kejernihan lensa, penurunan daya refraksi lensa, penurunan sel kerucut maupun sel batang, dll.

Pada sistem propioseptif dapat terjadi : penurunan sensoris pada otot otot leher dan telapak kaki. Juga dapat terjadi kelemahan pada otot sehingga mengurangi respon motorik dalam rangka menjaga keseimbangan.

5. Fungsi Kognitif

Penurunan fungsi intelektual erat hubungannya dengan perubahan pada sulcus dan gyrus cerebri yang semakin dangkal. Hal ini membuat lansia cenderung menjadi pelupa terutama terhadap memor jangka pendek, namun memori jangka panjangnya masih baik. Selain itu, terjadi pula penurunan efisiensi transmisi informasi akibat densitas koneksi dendritik yang memburuk.

Keadaan lain yang sering terjadi pada lansia adalah delirium dan dementia. Delirium terjadi karena penurunan mendadak pasokan darah dan oksigenasinya yang mengganggu jalur metabolik otak. Hal ini sangat mencolok pada lansia, di mana semua mekanisme cadangan homeostatik sudah sangat buruk. Gambaran klinik dari delirium adalah kesadaran yang berkabut dengan derajat kewaspadaan yang berfluktuasi. Gangguan pada memori jangka pendek mungkin disertai dengan halusinasi (terutama visual) atau mis-interpretasi visual. Yang terjadi adalah awitan akut dengan jangka waktu pendek (beberapa hari). Kecemasan, ketakutan, agitasi, delusi, halusinasi, dan mis-interpretasi visual sangat jelas. Keadaan fisik cepat memburuk, penderita tampak sakit berat. Hasil dari pemeriksaan fisik dan penunjang akan memperlihatkan penyakit yang mendasari.

Harus dibedakan dengan dementia Alzheimer, yang jelas bahwa penderita dalam kesadaran penuh. Juga awitannya yang lambat, dan terjadi dalam jangka waktu yang lama (6 bulan atau lebih). Fungsi kognitif memburuk secara progresif. Memori jangka pendek dan panjang terganggu. Pasien sering tidak menghiraukan masalah ini dan tampak gembira. Pasien sulit mempertahankan pembicaraan dan jawaban sering tidak sesuai. Hasil pemeriksaan tidak memberikan bukti yang mendukung diagnosis penyakit Alzheimer.

6. Sistem Kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta pada manusia akan menurun dengan bertambahnya usia. Secara histologis hal ini disebabkan karena perubahan progresif pada tunika media. Perubahan pada aorta ini menyebabkan isolated aortic incompetence dan terdengarnya bising pada apex cordis.

Tidak seperti pada organ lain, pertambahan usia justru menyebabkan hipertrofi. Pada batas umur 30-90 tahun massa jantung bertambah 1 gram/tahun pada laki-laki dan 1,5 gram/tahun pada wanita.

Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut. Daun-daun yang menjadi kaku karena perubahan ini dapat menjadi penyebab terdengarnya bising sistolik ejeksi.

Ukuran katup jantung bertambah seiring berjalannya waktu, selain itu terjadi penebalan katup mitral dan aorta. Perubahan ini disebabkan karena degenerasi jaringan kolagen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak, dan kalsifikasi.

Perubahan miokardium karena proses menua berupa brown atropy, penurunan berat jantung, disertai dengan akumulasi lipofuchsin pada serat-serat miokardium. Lebih penting lagi adalah timbulnya lesi fibrotik di antara serat miokardium. Lesi yang ukurannya >2cm mempunyai sifat-sifat sebagai infark dan mempunyai korelasi positif dengan beratnya kelainan arteri koroner pada orang tersebut, sedangkan lesi yang 205 mg, ada 61% pada usia > 70 tahun.

Kriteria Diabetes

Disepakati dari berbagai penelitian ada kenaikan gula darah sewaktu dengan usia, jadi toleransi glukosa berkurang pada usia lanjut. Dalam sebuah referensi disebutkan ternyata memang ada resistensi insulin perifer yang menandai DM-2 ini pada kelompok usia ini. Menurunnya toleransi glukosa pada usia lanjut ini berhubungan dengan berkurangnya sensitivitas sel perifer terhadap efek insulin (resistensi insulin). Ada juga factor sekunder yaitu perubahan pola hidup dan timbulnya penyakit lain.

Secara umum, digunakan kriteria Diabetes menurut Konsensus PERKENI 2006, seperti berikut :

Bukan DM

Belum pasti DM

DM

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)

Plasma darah