laptut kelompok 6
DESCRIPTION
tutor 5TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
semua petunjuk dan bimbingannya sehingga laporan tutorial skenario 1 pada blok
IX ini bisa terselesaikan.
Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Arfi
Syamsun, Msi. Med, Sp.F atas bimbingan beliau pada kami dalam
melaksanakan diskusi. Kami juga mengucapkan terima kasih para pakar serta
teman-teman yang membantu kami dalam proses tutorial ini.
Kami sadar, bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami mohon kritik serta saran yang
membangun, agar dapat memperbaiki kesalahan tersebut pada kesempatan lain.
Akhir kata, Kami berharap laporan ini dapat memberi informasi yang berguna
serta bermanfaat bagi pembaca.
Mataram, 8 Desember 2012
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………......………..........…………. 1
Daftar Isi………………………………………………….....………………… 2
BAB I PENDAHULUAN
Skenario………………………………………………………....…………………..
.......3
Mind Map…………………………………………………………....……………...
.......4
Learning Objectives…………………………………………………...……………
.......5
BAB II PEMBAHASAN
Anatomi Sistem Reproduksi Pria…………………………………....……………...
.......6
Histologi Sistem Reproduksi Pria…………………………………...……………...
.......8
Spermatogenesis………………………………………………………...…………..
.......11
Oogenesis…………………………………………………………...………………
.......14
Siklus Seksual.....................…………………………………………...……………
.......20
Kriptorkidisme…………………………………………………………...…………
.......23
2
BAB III PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................................
.......25
Daftar Pustaka………………………………………..…………………… 26
BAB IPENDAHULUAN
SKENARIO I
HARAP – HARAP CEMASPasangan pengantin yang baru saja menikah 8 bulan yang lalu datang ke
dokter karena merasa haidnya terlambat 28 hari. Pengantin wanita mengaku semasa hidupnya memiliki siklus haid yang teratur berkisar 28 hari hari sekali. Pasangan pengantin ini memiliki tempat kerja yang jauh dari tempat tinggalnya dan memiliki aktifitas samapi dengan sore hari sehingga mereka awalnya khawatir terjadi gangguan pada sistem reproduksi mereka yang akan berpengaruh pada proses spermatogenesis maupun proses ovulasi akibat aktifitas mereka sehari-hari. Pada pemeriksaan dokter tidak ditemukan adanya kelainan. Kemudian sang istri diminta untuk periksa urine dan hasil pemeriksaan urin menunjukkan hCG test positif. Pasangan itu sangat bahagia mendengar berita tersebut, dan tidak sabar untuk menunggu kelahiran anak pertama mereka.
3
Mind Map
4
System reproduksi
histologi
oogenesis
kehamilan
anatomi fisiologi
spermatogenesis
gangguan
fertilisasi
gametogenesis
embriologi Tes kehamilan
Siklus ovarian
LEARNING OBJECTIVES
1. Siklus haid
2. Perkembangan embrionik
3. Test kehamilan
4. Gangguan sistem reproduksi dalam hal fertilisasi
5. Perkembangan jenis kelamin
5
BAB II
PEMBAHASAN
Anatomi Organ Reproduksi Pria
Organ reproduksi pria dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu organ reproduksi
internal dan organ reproduksi eksternal.
A. Organ Reproduksi Internal Pria
1. Testis
Testis merupakan organ reproduksi pria primer. Testis berperan dalam
spermatogenesis. Organ ini berbentuk oval dengan panjang 4 cm dan
diameter 2,5 cm. Bagian anterior dan lateral testis dilapisi oleh tunica
vaginalis. Pada bagian dalam testis terdapat septa yang membagi testis
menjadi 250 hingga 300 lobus, pada setiap lobusnya terdapat satu hingga
tiga tubulus seminiferus. Dalam tubulus seminiferus terdapat sel
interstisial atau sel Leydic yang berperan dalam produksi hormone
testosterone. Tubulus seminiferus juga memiliki lumen yang menyempit
yang tersusun dari epitel germinal yang terdiri dari beberapa lapis sel
germinal dan sedikit sel sustentakular atau sel Sertoli yang berperan
dalam sekresi hormone inhibin yang akan meregulasi jumlah sperma
6
yang akan diproduksi. Tubulus seminiferus akan berlanjut menjadi rete
testis.
Setiap testis disuplai oleh arteri testicularis yang memiliki tekanan
yang sangat rendah. Konsentrasi oksigen pada arteri ini juga sangat
rendah. Hal ini menyebabkan sperma memiliki mitokondria yang besar
sehingga memungkinkan testis untuk bertahan pada lingkungan hipoksia
pada organ reproduksi wanita.
2. Duktus Spermatikus
Setelah dari testis, sperma akan lanjut berjalan untuk mencapai urethra
melalui serangkaian duktus.
a. Duktus eferen. Pada bagian posterior testis terdapat sekitar 12
duktus eferen kecil yang akan membawa sperma ke epididimis. Di
dalam duktus eferen tedapat sel bersilia yang akan membantu
menggerakkan sperma sampai ke epididimis.
b. Duktus epididimis. Epididimis merupakan tempat pematangan dan
penyimpanan sperma. Epididimis terletak pada bagian posterior
testis. Epididimis terbagi menjadi tiga bagian yaitu, caput, corpus
dan cauda. Selain sebagai tempat pematangan dan penyimpanan,
epididimis juga berperan dalam mereabsorpsi 90% cairan yang
dihasilkan oleh testis dan epididimis juga mendisitegrasi dan
mereabsorpsi sperma yang tidak diejakulasikan.
7
c. Duktus (vas) deferens. Vas deferens merupakan lanjutan dari
epididimis. Pada bagian terminalnya terdapat pelebaran yang disebut
ampula terminal yang akan bergabung dengan vesika seminalis.
d. Duktus ejakulatorius. Duktus ini merupakan pertemuan vas
deferens dengan vesika seminalis. Panjang duktus ejakulatorius
adalah sekitar 2 cm, yang mana akan melewati kelenjar prostat dan
akan berlanjut ke uretra.
3. Kelenjar Aksesorius
a. Vesika seminalis. Vesika seminalis merupakan sepasang kelenjar
yang terdapat pada posterior vesika urinaria. Vesika seminalis
memproduksi sekitar 50-60 % dari total volume cairan semen.
b. Kelenjar prostat. Kelenjar prostat mensekresi cairan seperti susu
yang merupakan 30% komposisi semen.
c. Kelenjar bulbouretral. Kelenjar ini berwarna kecoklatan dengan
bentuk sferis dan diameter sekitar 1 cm. Kelenjar ini berperan dalam
mensekresi cairan yang licin yang berperan sebagai lubrikan saat
koitus.
B. Organ Reproduksi Eksternal Pria
1. Skrotum
Skrotum adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit dan otot
polos yang melindungi testis dan epididimis dari cedera fisik dan
merupakan pengatur suhu testis.
2. Penis
Penis terdiri jaringan erektil dan dilalui uretra. Ujung penis disebut
glans yang juga mengandung jaringan erektil. Penis berfungsi saat
penetrasi.
HISTOLOGI SISTEM REPRODUKSI PRIA
TESTIS
Sebuah simpai jaringan ikat tebal, yaitu tunika albuginea, mengelilingi setiap testis. Di posterior, jaringan ikat meluas ke dalam setiap testis dan membentuk mediastinum testis. Septa jaringan ikat tipis mediastinum testis
8
membagi setiap testis ke dalam sekitar 250 kompartemen atau lobuli testis yang masing-masing mengandung 1-4 tubulus seminiferus. Setiap tubulus dilapisi oleh epitel germinal berlapis, mengandung sel-sel spermatogenik (germinal) yang berproliferasi dan sel penyokong (sustentakular) atau sel Sertoli yang tidak berprolifersi. Sel-sel spermatogenik menjadi matang dan diubah menjadi sperma matang di tubulus ini. Setiap tubulus dikelilingi oleh fibroblas, sel mirip-otot, saraf pembuluh darah, dan pembuluh limfatik. Di anata tubuli seminiferi terdapat kelompok sel epteloid, yaitu sel interstitial (sel Leydig) yang menghasilkan testosteron. Karena bermigrasi ke arah skrotum, setiap testis membawa serta suatu kantungserosa, yakni tunika vaginalis, yang bersal dari peritonium
Tubulus Seminiferus
Tubulus ini berkelok-kelok dan berawal sebagai suatu saluran buntu. Di
ujung setiap loulus, lumennya menyempit dan berlanjut ke dalam ruas
pendek yang dikenal sebgaia tubulus rektus, yang menghubungkan
tubulus seminiferus dengan labirin saluran berlapis epitel yang
beranastomosis, yaitu rete testis. Kira-kira 10-20 duktuli eferentes
menghubungkan rete testis dengan bagian sefalik epididmis.
Epitel: Pseudostratified dan terdiri dari 2 jenis sel:
Sel-sel yang membentuk garis keturunan spermatogenik yang tersebar dalam
4-8 lapisan.
9
SALURAN KELUAR GENITALIA
Saluran keluar genitalia yang mengangkut spermatozoa yang dihasilkan di testis sampai meatus penis adalaha duktus epididimis, duktus deferens, dan uretra.
Duktus epididimis adalah saluran tunggal yang sangat berkelok. Duktus ini dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia yang terdiri dari sel-sel basal berbentuk bulat dan sel silindris. Sel-sel ini ditunjang oleh lamina basalis yang dikelilingi otot polos dengan kontraksi peristaltik yang membantu mendorong sperma di sepanjang saluran, dan dikelilingi oleh jaringan ikat longgar dengan banyak kapiler darah. Permukaan sel epitel dukutus ditutupi oleh stereosilia.
Dari epididimis keluar duktus deferens, yaitu suatu saluran berdinding otot tebal, yang mencurahkan isinya ke dalm uretra pars prostatica. Duktus deferens ditandai dengan lumen yang sempit dan otot polos tebal. Banyaknya otot polos menghasilkan kontraksi yang kuat ikut serta menyemprotkan spermatozoa keluar selama ejakulasi.
Sebelum memasuki prostat, duktus deferens melebar, membentuk ampula. Pada bagian akhir ampula, vesikula seminalis bergabung menjadi duktus. Dari tempat ini, duktus deferens kemudian memasuki prostat, dan bermuara ke dalam uretra pars prostatica. Segmen yang memasuki prostat disebut duktus ejakulatorius.
KELENJAR GENITALIA TAMBAHAN
Berfungsi untuk menghasilkan sekret yang diperlukan untuk fungsi reproduksi pria, yang meliputi vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretra.
a) Vesikula seminalis terdiri atas 2 tabung panjang ± 25 cm yang sangat berkelok. Mukosa seminalis melipat-lipat, dan dilapisi epitel bertingkat silindris yang mengandung banyak granula sekretoris. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang menghasilkan sekret kuning kental yang mengadung substansi penggiat-spermatozoa seperti fruktosa, sitrat, inositi, prostaglandin, dan berbagai protein. Karbohidrat yang diproduksi untuk pergerakan sperma.
b) Prostat merupakan suatu kumpulan 30-50 kelenjar tubuloalveolar (dibentuk oleh epitel bertingkat silindris atau kuboid) yang bercabang. Kelenjar prostat menghasilkn cairan prostat dan menyimpannya untuk dikeluarkan
10
saat ejakulasi. Duktusnya bermuara ke dalam uretra pars prostatica, yang menembus prostat. Prostat memiliki 3 zona berbeda:
Zona sentral, meliputi 25% volume kelenjar
Zona perifer, meliputi 70% volume kelenjar dan merupakan predileksi
timbulnya kanker prostat
Zona prostat, tempat asal sebagian besar hiperplasia prostat jinak.
c) Kelenjar bulbouretra (kelenjar Cowper) terletak di sebelah proksimal dari uretra pars membranasea dan ebrmuara ke dalam uretra ini. Mukus yang disekresikan berupa lendir bening dan berfungsi sebagai pelumas.
PENIS
Penis terdiri atas jaringan erektil, yaitu sepasang korpus kavernosum penis di bagian dorsal dan sebuah korpus spongiosum penis di ventral yang meluas ke distal sebagai glans penis. Uretra pars spongiosum berjalan di tengah korpus spongiosum. Setiap badan erektil dikelilingi oleh jaringan ikat padat, yaitu tunika albuginea. Jaringane rektil terdiri atas ruang- ruang vaskular tidak teratur dilapisi endotel vaskular. Trebekula antara ruang ini mengandung serat kolagen an elastin dan otot polos. Darah memasuki ruang-ruang vaskular melalui arteri dorsalis dan arteri profunda penis dan diangkut pergi oleh vena yang berbeda.
SPERMATOGENESIS
Di dalam testis terkemas tubulus seminiferosa penghasil sperma dengan
panjang sekitar 250 meter. Di dalam tubulus ini terdapat dua jenis sel penting : (1)
11
sel germinativum, yang sebagian besar berada dalam tahap perkembangan sperma,
dan (2) sel sertoli, yang sangat penting dalam menunjang spermatogenesis.
Spermatogenesis adalah suatu proses kompleks berikut : sel germinativum
primordial yang relatif tidak berdiferensiasi, spermatogonia (yang masing-masing
mengandung komplemen diploid 46 kromosom), berproliferasi dan diubah
menjadi spermatozoa (sperma) yg sangat khusus dan dapat bergerak, dan masing-
masing membawa set haploid 23 kromosom yang terdistribusi secara acak.
Pemeriksaan mikroskopik tubulus seminiferosa memperlihatkan adanya
lapisan-lapisan sel germinativum sesuai kemajuan perkembangan sperma, dimulai
dari yang paling kurang berkembang di lapisan luar ke bagian dalam melalui
berbagai tahap pembelahan ke lumen, tempat sperma yang telah berdiferensiasi
sempurna siap untuk keluar testis. Spermatogenesis memerlukan waktu 64 hari
dari spermatogonia menjadi sperma matang. Setipa hari beberapa ratus juta
sperma mencapai kematangan. Spermatogenesis mencakup tiga tahapan utama :
prliferasi mitotik; meiosis; dan pengemasan.
Proliferasi mitotik
Spermatogonia yang terletak di lapisan palig luar tubulus secara terus menerus
membelah dengan cara mitosis, dengan semua sel baru membawa 46 kromosom
yang identik dengan sel induk. Proliferasi ini menghasilkan kontinu sel-sel
germinativum baru. Setelah pembelahan mitosis spermatogonia, salah satu sel
anak tetap berada di tepi luar tubulus sebagai spermatogonium yang tidak
berdiferensiasi, dengan demikian mempertahankan lapisan sel germinativum.
Sementara itu, sel-sel anak lainnya mulai bergerak ke arah lumen sementara
mengalami berbagai tahapan yang diperlukan untuk membentuk sperma, yang
akan dikeluarkan dari lumen. Pada manusia, sel anak yang menghasilkan sperma
membelah diri secara mitosis dua kali untuk membentuk 4 spermatosit primer
yang identik. Setelah pembelahan mitosis yang terakhir, spermatosit primer
masuk ke fase istirahat selama kromosom mengalami duplikasi dan untai-untai
ganda tetap bersatu sebagai persiapan untuk pembelahan meiosis pertama.
12
Meiosis
Selama meiosis, setiap spermatosit primer (dengan 46 kromosom ganda)
membentuk dua spermatosit sekunder (masing-masing dengan 23 kromosom
ganda) selama pembelahan meiosis pertama, yang ahirnya menghasilkan empat
spermatid (masing-masing dengan 23 kromsom tunggal) sebagai hasil
pembelahan meiosis kedua. Setelah tahapan spermatogenesis ini tidak lagi terjadi
pembelahan sel. setiap spermatid mengalami modifikasi menjadi sebuah
spermatozoa. Karena setiap spermatogonia penghasil sperma secara mitosis
menghasilkan 4 spermatosit primer dan setiap spermatosit primer secara meiosis
menhasilkan 4 spermatid (bakal spermatozoa), rangkaian spermatogenik pada
manusia secara teoritis menghasilkan 16 spermatozoa setiap kali sebuah
spermatogonium memulai proses ini. Namun, biasanya sebagian sel lenyap di
berbagai tahapan perkembangan, sehingga efisiensi produktivitas jarang setinggi
angka tersebut.
Pengemasan
Bahkan setelah meiosis, secara struktural spermatid masih mirip dengan
spermatogonia yang belum berdiferensiasi, kecuali jumlah kromosomnya.
Pembentukan spermatozoa yang dapat bergerak dan bersifat sangat spesifik dari
spermatid memerlukan remodelling ekstensif atau pengemasan (packaging),
unsur-unsur sel, suatu proses yang dikenal sebagai spermiogenesis. Sperma pada
dasarnya adalah sel-sel yag “dilucuti”, dengan sebagian besar sitisol dan organel
yang tidak diperlukan untuk tugas penyaluran informasi genetik sperma ke ovum
disingkirkan. Spermatozoa memiliki 4 bagian: kepala, akrosom, bagian tengah,
dan ekor. Kepala terutama terdiri dari nukleus yang mengandung informasi
genetik sperma. Akrosom, suatu vesikel berisi enzim diujung kepala, digunakan
sebagai “bor enzimatik” untuk menembus ovum. Akrosom dibentuk dari agregasi
vesikel-vesikel yang dihasilkan oleh kompleks golgi/retikulum endoplasma
sebelum organel-organel tersebut dibuang. Mobilitas spermatozoa dihasilkan oleh
ekor, yang terjadi akibat pergeseran relatif mikrotubulus-mikrotubulus
13
konstituennya, dijalankan oleh energi yang dihasilkan oleh mitokondia yang
terkonsentrasi di bagian tengah sperma.
Sampai pematangan sperma tuntas, sel-sel germinativum yang bersala dari
spermatosit tetap bersatu karena dihubungkan oleh jembatan-jembatan sitoplasma.
Hubungan ini, yang terjadi akibat pembelahan sitplasma yang tidak sempura,
memungkinkan pertukaran sitoplasma antara keempat sperma yang berkembang.
Hubungan ini penting, karena kromosom X-lah dan bukan kromosom Y yang
mengandung gen yang mengkode produk-produk sel untuk perkembangan
sperma. Selama meiosis , separuh sperma menerima sebuah X dan separuh
lainnya menerima sebuah Y. Jika tidak ada pertukaran sitoplasma yang
memungkinka semua sel haploid memiliki produk-produk yang dikode oleh
kromosom X sampai perkembangan sperma tuntas, sperma yang mengandung Y
dan menentukan jenis kelamin pria tidak akan mampu berkembang dan bertahan
hidup.
OOGENESIS
Oogenesis merupakan proses pembentukan oosit sekunder. Proses ini sudah
dimulai dari masa 4 bulan prenatal. Pada saat ini terdapat 5 juta oogonia. Pada
14
saat lahir, banyak oogonia yang berdegenerasi, dan pembelahan berhenti untuk
sementara. Pada saat ini sel tersebut disebut oosit primer, yang dikelilingi oleh
struktur yang disebut primoridial folikel. Pada saat pubertas, primordial folikel
berubah menjadi folikel primer dan terjadi pembesaran lapisan tunggal granulose.
Beberapa lapisan granulose terkadang terdeposit pada sekitar oosit primer yang
disebut zona pelucida.
Beberapa folikel primer berlanjut tumbih dan membentuk folikel sekunder. Sel
granulose bermultiplikasi dan membentuk lapisan yang sangat banyak sekitar
oosit. Disekitar sel granulose terbentuk vesikula yang mengandung cairan.
Kemudian folikel skunder berkembang dan terbentuk sel disekitarnya, yaitu theca.
Theca terdapat dua lapisan, theca interna dan theca eksterna.
Ketika folikel terus berkembang, dan mengandung cairan dalam rongga, yang
disebut antrum, dan folikel tersebut disebut folikel de Graff. Antrum kemudian
terus membesar pada ukuran dan terisi oleh cairan tambahan, dan folikel
membentuk sebuah gumpalan pada permukaan ovarium.
Antrum terus dipenuhi oelh cairan yang dibentuk sel granulose, kemudian oosit
terdorong pada satu sisi folikel dan masuk kedalam masa sel folikel yang disebut
massa cumulus atau oophorus commulus. Sel terdalam dari massa ini menyerupai
mahkota memutar akibat oosit dan disebut korona radiata.
Biasanya, hanya satu folikel de Graff yang mencapai tahap terakhir
perkembangan dan diovulasikan. Folikel lainnya berdegenerasi. Pada folikel
matur, beberapa ssat sebelum ovulasi, oosit primer menyelesaikan meiosis
pertamanya dan membentuk oosit sekunder dan sebuah badan polar. Pembagian
oosit tersebut tidak imbang, dimana badan polar menerima sitoplasma yang lebih
sedikit. Oosit sekunder kemudian melanjutkan tahap meiosis, dmana berhenti
pada fase metaphase 2.
Oosit sekunder kemudian keluar dari folikel dan diovulasikan. Proses maturasi
dari oosit sekunder ini dapat berlanjut jika terjadi fertilisasi. Jika tidak difertilisasi,
oosit sekunder ini akan berdegenerasi dan dikeluarkan dari system.
15
16
17
Hormon yang mempengaruhi gametogenesis
18
Tahap-tahapan Oogenesis :
1. Lapisan endoderm kantong kuning telur (Yolk sac) dari embrio
menyediakan sel geminal primordial yang nantinya akan bermigrasi dan
tinggal pada saluran genitalia wanita, terutama pada ovarium.
2. Sel germinal (oogonia) lalu membelah menjadi divisi-divisi yang terdiri dari
400.000 sel germinal.
3. Sel germinal nantinya akan memasuki meiosis I (beristirahat saat profase)
dan mereka akan dikelilingi lapisan tipis sel folikular untuk membentuk
folikel primordial. Sel germinal pada bagian tengah berisi oosit primer.
4. Divisi meiotik pertama telah selesai dilakukan sebelum ovulasi dan meliputi
divisi yang sama terhadap kromatin, tetapi berbeda untuk sitoplasmanya.
Penyelesaian meiosis I menghasilkan oosit sekunder, dimana nantinya oosit
sekunder ini sebagian besar akan membelah menjadi ootid yang nantinya
berkembang menjadi ovum, sedangkan hasil pembelahan yang lainnya akan
menjadi badan polar I.
5. Kira-kira 20 jam sebelum ovulasi, ovum memasuki tahap meiosis II
(berhenti saat metaphase sampai fertilisasi terjadi). Pada saat fertilisasi
dan meiosis II telah selesai, badan polar II akan dilepaskan. Hasil fertilisasi
ovum oleh sperma disebut juga zigot.
Hormon-hormon yang berperan dalam oogenesis :
1. GnRH
2. LH & FSH
3. Estrogen & progesteron
• FSH hipofisis mestimulasi perkembangan folikel saat pertama siklus
menstruasi.
• Folikel yang berkembang memproduksi estrogen, yang memiliki efek
umpan balik (-) pada produksi FSH.
• Penghentian produksi FSH menstimulasi penghasilan LH yang mengontrol
maturasi akhir folikel, menstimulasi ovulasi, dan mengontrol formasi dan
pemeliharaan korpus luteum.
19
• Korpus luteum memproduksi estrogen dan progesterone.
• Progesteron menginhibisi produksi LH, menyebabkan korpus luteum
berdegenerasi setelah 14 hari terjadinya fertilisasi.
• Jika ovum yang telah terfertilisasi dan berimplan pada uterus, hormone
korionik gonadotropin diproduksi pada plasenta yang sedang berkembang
menggantikan korpus luteum yang berdegenerasi karena ketiadaan LH.
SIKLUS SEKSUAL
Merupakan peristiwa siklik yang terjadi rata-rata selama 28 hari dan bervariasi
antara 20-45 hari dan diregulasi oleh hubungan umpan balik hipotalamus-
hipofisis-ovarium-uterus. Siklus seksual terdiri dari dua siklus yang berhubungan
antara lain siklus ovarian yaitu siklus yang mencakup peristiwa yang terjadi di
ovarium dan siklus menstruasi yaitu siklus yang mencakup peristiwa di uterus.
A. Siklus Ovarian
1. Fase follicular
Fase yang terjadi dari awal menstruasi (hari 1) sampai ovulasi (hari 14).
Fase ini dibagi menjadi dua yaitu fase menstrual dan fase preovulasi.
a. Fase menstrual (hari 1-5)
Merupakan peristiwa pelepasan cairan menstrual yang terjadi pada hari
1- 5. Fase ini diinisiasi oleh peningkatan sekresi FSH yang mulai
terjadi sejak tiga hari sebelum menstruasi yang akan menstimulasi 20-
25 oosit primer untuk memulai meiosis I. Oosit primer masuk ke
selapis sel follicular squamosa (folikel primordial) kemudian sel ini
akan membesar menjadi sel kuboid yang disebut dengan folikel
primer. Folikel primer bermultiplikasi dan membentuk theca folliculi
yang terbagi menjadi theca eksterna yang akan menjadi kapsul fibrosa
dan theca interna yang menyekresikan androgen yang oleh sel
granulose diubah menjadi estrogen dan kemudian diakumulasikan di
antrum. Pada keadaan ini folikel disebut sebagai folikel sekunder dan
sel yang mengelilinginya disebut dengan sel granulose yang berperan
melapisi oosit dan melindungi folikel. Selain itu, sel granulose juga
20
menyekresi lapisan gel yang disebut zona pellucid antara sel granulose
dan oosit.
b. Fase preovulasi (hari 6-14)
Estrogen yang disekresi pada fase sebelumnya menimbulkan efek
antara lain menurunkan sekresi FSH oleh hipofisis dan membuat
folikel menjadi lebih sensitive terhadap FSH, menstimulasi sel
granulose pada folikelnya sendiri untuk memproduksi estrogen lagi,
dan bersama FSH berperan dalam pematangan folikel untuk
memproduksi reseptor LH yang penting untuk fase selanjutnya. Folikel
yang kurang berkembang dan kurang sensitive akan mengalami atresia
(degenerasi) sedangkan folikel yang berkembang yang ditandai dengan
diameter sekitar 2.5 cm menjadi folikel matur (folikel de graaf).
Dengan matangnya folikel, oosit primer selesai melakukan meiosis I
dan menjadi oosit sekunder dan memulai meiosis II namun berhenti
pada tahap metaphase II.
2. Fase ovulasi (hari 14)
Merupakan peristiwa pelepasan oosit yang terjadi pada hari ke 14 dan
berlangsung hanya sekitar 2-3 menit. Peristiwa ini diinisiasi oleh
peningkatan kadar estrogen yang menstimulasi hipofisis anterior untuk
menyekresi LH dan hipotalamus untuk menyekresi GnRH. GnRH
kemudian menstimulasi hipofisis anterior untuk menyekresi FSH dan LH,
keadaan ini membuat kadar FSH dan LH khususnya sangat meningkat. LH
kemudian menyebabkan peningkatan aliran darah pada folikel yang
menyebabkan membesarnya folikel. Selain itu, LH juga menstimulasi
theca interna untuk menyekresi collagenase yaitu enzim untuk
melemahkan dinding ovarium. Keadaan ini menyebabkan munculnya
stigma pada permukaan ovarium yang diikuti dengan rupturnya folikel
sehingga oosit terdorong keluar lalu terbawa oleh silia menuju tuba fallopi.
3. Fase postovulasi (hari 15-28)
Dibedakan menjadi fase luteal (hari 15-26) dan fase prementruasi (hari 27-
28). Setelah mengeluarkan oosit, folikel yang kolaps dialiri ke antrum,
21
bekuan darah diabsorpsi ke antrum, dan sel granulose serta theca interna
bermultiplkasi dan mengisi antrum. Sel theca interna dipenuhi lipid
berwarna kuning dan disebut sebagai sel lutein. Pada keadaan ini folikel
disebut sebagai corpus luteum. Sel lutein kemudian menyekresi androgen
yang oleh sel granulose diubah menjadi progesterone, sedikit estrogen, dan
inhibin. Inhibin berperan dalam menekan sekresi FSH dan mencegah
perkembangan folikel baru. Progesterone selain disekresikan oleh sel
lutein juga disekresi oleh corpus luteum. Hormone ini kemudian
menstimulasi perkembangan di uterus dan menurunkan sekresi FSH dan
LH. Penurunan kadar LH menyebabkan involusi (atrophy) corpus luteum
yang berlangsung pada hari ke 24-26. Pada hari ke 26 involusi selesai dan
corpus luteum berubah menjadi scar inaktif yang disebut corpus albicans.
Kejadian ini juga menginduksi sekresi GnRH oleh hipotalamus yang
menyebabkan disekresikannya FSH oleh hipofisis dan menginisiasi
perkembangan folikel baru untuk memulai siklus baru.
22
B. Siklus Menstruasi
KRIPTORKIDISME
Kriptorkidisme adalah kegagalan salah satu atau kedua testis untuk
berdesenden ke dalam kantong scrotal dari abdomen pada waktu atau sekitar
waktu kelahiran. Selama perkembangan janin pria, testis berasal dari tonjolan
genital di abdomen. Akan tetapi, kira-kira 3 minggu sampai 1 bulan sebelum
kelahiran bayi, testis turun secara normal melalui kanalis inguinalis ke dalam
skrotum. Kadang-kadang penurunan ini tidak terjadi sama sekali atau terjadi
sebagian, sehingga salah satu atau kedua testis tetap berada di abdomen, kanalis
inguinalis atau di tempat lain sepanjang jalur penurunannya.
Testis yang tetap berada di dalam rongga abdomen sepanjang hidupnya tidak
mempunyai kemampuan untuk membentuk sperma. Epitel tubulus akan
berdegenerasi dan hanya meninggalkan struktur interstisial testis. Muncul
23
anggapan bahwa suhu di dalam rongga abdomen yang hanya beberapa derajat
lebih tinggi dari pada suhu skrotum, sudah cukup untuk menyebabkan degenerasi
epitel tubulus dan akibatnya timbul sterilitas. Meskipun demikian, tindakan
operasi untuk melokalisasi testis yang mengalami kriptorkidisme dari rongga
abdomen ke dalam skrotum sering dilakukan sebelum awal masa seksual dewasa
pada anak pria yang mengalami kegagalan penurunan testis.
Sekresi testosterone oleh janin itu sendiri merupakan stimulus normal yang
menyebabkan testis turun dari dalam skrotum dari abdomen. Karena itu banyak
contoh kriptorkidisme yang disebabkan oleh kelainan pembentukan testis yang
tidak mampu untuk menyekresi cukup testosterone. Tindakan operasi untuk
kriptorkidisme pada pasien ini sepertinya tidak berhasil dengan baik.
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia bisa mempertahankan keturunannya dengan melakukan hubungan
seksual. Sistem reproduksi mengontrol perkembangan struktural dan fungsional
yang berbeda antara pria dan wanita, dan sistem ini juga mempengaruhi perilaku
manusia.
Walaupun sistem reproduksi pria dan wanita menunjukkan banyak perbedaan,
mereka juga memperlihatkan beberapa kesamaan diantara keduanya. Beberapa
organ reproduksi pria dan wanita berasal dari struktur-struktur embriologi yang
sama. Sebagai tambahan, beberapa hormone yang sama terdapat pada tubuh pria
dan wanita, walaupun hormon-hormon tersebut bekerja dengan jalan yang
berbeda.
Pada saat proses kehamilan, terdapat perubahan anatomi dan fisiologi yang
menyeluruh dari tubuh si ibu. Mulai dari fertilisasi ovum oleh sperma, terjadi
berbagai tahap perkembangan pada hasil konsepsi tersebut hingga mencapai
dewasa.
25
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Junqueira, LC., Carneiro, J. Histologi Dasar Teks & Atlas. 2007. Jakarta: EGC.
Saladin, K.S., 2006. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function 4th
ed., New York: McGraw‐Hill Science/Engineering/Math.
Sherwood, L. 2009. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC.
26