laporan tutorial modul 2 blok 9

33
LAPORAN TUTORIAL BLOK 9 MODUL 2 Kelainan DentoFacial KELOMPOK 3 Tutor : Drg. Aida Fitriana, M.Biomed Ketua : Zieta Sakinah Emdi (1311411022) Sekretaris I : Yanetry Adriani (1311419012) Sekretaris II : Chindy Jhonel Putri (1311419003) Anggota : Betri Dilla Andani (1311411027) Rafika Maulina (1311411012) Resty Dian Syafitri (1311411013) Rima Yulianti (1311411020) Rico Nelson Aurelius (1311419007) Siti Rahma (1311411025) Triadelita Pusoppinan Saogo (1311419006) Wiwi Kardina Saputri (1311411017)

Upload: yolandaprastica

Post on 04-Feb-2016

324 views

Category:

Documents


53 download

DESCRIPTION

Plak gigiYulinda Primilisa

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

LAPORAN TUTORIAL BLOK 9

MODUL 2

Kelainan DentoFacial

KELOMPOK 3

Tutor : Drg. Aida Fitriana, M.Biomed

Ketua : Zieta Sakinah Emdi (1311411022)

Sekretaris I : Yanetry Adriani (1311419012)

Sekretaris II : Chindy Jhonel Putri (1311419003)

Anggota : Betri Dilla Andani (1311411027)

Rafika Maulina (1311411012)

Resty Dian Syafitri (1311411013)

Rima Yulianti (1311411020)

Rico Nelson Aurelius (1311419007)

Siti Rahma (1311411025)

Triadelita Pusoppinan Saogo (1311419006)

Wiwi Kardina Saputri (1311411017)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

2014

Page 2: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

Modul 2

Kelainan DentoFacial

Skenario 2 :

“Gigi ku tonggos”

Seorang anak perempuan (13 th) bersama ibunya datang ke Praktek Drg.Yoga,Sp.Or, dia

mengeluhkan kondisi giginya maju kedepan sehingga merasa malu karena teman-temannya

sering mengejek. Saat berbicara pun seperti tidak jelas dengan huruf-huruf yang dilafalnya.

Menurut riwayat masa kecilnya, saat balita dia suka menghisap-hisap ibu jari dan hampir semua

keluarganya mempunyai riwayat yang sama.

Pada pemeriksaan klinis ditemukan adanya gigi anterior maksila protrusive, palatum

dalam dan sempit. Relasi gigi molar satu rahang atas kanan dan kiri, tonjol mesio bukal

berkontak dengan buccal groove molar satu bawah. Jarak gigit 7 mm, tumpang gigit 7 mm, serta

palatal bite.

Drg. Yoga menganjurkan rontgen foto panoramic dan cephalometri untuk mengetahui

maloklusi dental atau skeletal. Dokter gigi juga menjelaskan banyak kebiasaan buruk lain yang

dapat menyebabkan gangguan maloklusi.

Bagaimana saudara menjelaskan tentang kasus diatas?

Page 3: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

Langkah 1 : Terminologi

1. Maloklusi

Maloklusi adalah setiap keadaan yang menyimpang dari oklusi normal. Maloklusi juga

diartikan sebagai suatu kelainan susunan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah yang

berhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsi. Maloklusi adalah salah satu bentuk

masalah akibat penyimpangan dentofacial.

2. Palatal Bite

Palatal Bite merupakan suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal insisiv

maksila terhadap insisal insisiv mandibula dalam arah vertical melebihi 2-3mm. Dan palatal

bite merupakan keadaan dimana tepi mesial insisiv bawah mengenai palatum.

3. Gigi Protrusif

Gigi Protrusif merupakan Keadaan dimana gigi-gigi pada bagian rahang atas atau

maksilanya mengalami kemajuan.

Langkah 2 : Identifikasi Masalah

1. Apakah hubungan kebiasaan menghisap ibu jari saat balita dengan keadaan maloklusi?

2. Apakah penyebab dari protrusive anterior maksila?

3. Apa saja penyebab maloklusi dari kebiasaan buruk selain dari skenario?

4. Apa sajakah kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan maloklusi sekain dari skenario?

5. Apakah akibat yang ditimbulkan dari maloklusi selain yang disebutkan diskenario?

6. Tipe maloklusi apakah yang diderita oleh anak perempuan tersebut?

7. Apa saja klasifikasi dari maloklusi?

8. Apakah tujuan Drg. Yoga menganjurkan dilakukannya rontgen foto panoramic dan

cephalometri?

Page 4: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

Langkah 3: Analisa Masalah

1. Apakah hubungan kebiasaan menghisap ibu jari saat balita dengan keadaan maloklusi?

Karena pada saat menghisap ibu jari, maka akan menyebabkan timbulnya suatu tekanan

pada gigi sehingga akan menyebabkan maloklusi. Jika kebiasaan menghisap ibu jari saat

balita maka gigi anterior maksila akan maju (Protrusif). Akibatnya dapat terjadi gigitan

terbuka (openbite), diastema, dan rotasi pada gigi

2. Apakah penyebab dari protrusive anterior maksila?

A. Penyebab dari faktor Ekstrinsik

1. Faktor keturunan

2. Kelainan bawaan

Yang kebanyakan sangat erat hubungannya dengan faktor keturunan

3. Gangguan keseimbangan endocrine

4. Kekurangan nutrisi

B. Penyebab dari faktor Instrinsik

1. Kelainan jumlah gigi

2. Kelainan ukuran gigi

3. Kelainan bentuk gigi

4. Premature Loss

5. Telambatnya pertumbuhan dari gigi permanen

6. Kelainan jalannya erupsi gigi

3. Apa saja penyebab maloklusi dari kebiasaan buruk selain dari skenario?

A. Gigi berjejal

B. Karena trauma

Trauma prenatal Pada masa intrauterine terjadi tekanan pada janin yang tangannya

membentur wajah janin tersebut sehingga wajahnya menjadi asimetris

C. Keseimbangan kelenjar endokrine

D. Pengaruh kelenjar tiroid yang menyebabkan erupsi terhambat

E. Pertumbuhan yang berlebihan dari tinggi ramus mandibula

Page 5: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

4. Apa sajakah kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan maloklusi sekain dari skenario?

A. Mengigitkan benda-benda tumpul kedalam mulut

B. Bernafas melalui mulut (mouth breathing)

Anak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit,  gigi anterior atas maju ke arah

labial, dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisiv atas

C. Mengigit bibir

Mengigit bibir yang diarahkan ke gigi anterior atas akan menyebabkan gigi menjadi

protrusive

D. Menggigit jari

Kebiasaan menggigit jari pada anak-anak timbul pada  usia 1-2 tahun. Jika dibiarkan terus

menerus sampai usia 5 tahun atau lebih dapat berakibat kelainan pada posisi gigi

5. Apakah akibat yang ditimbulkan dari maloklusi selain yang disebutkan diskenario?

A. Gangguan Pengunyahan

B. Pada gigi yang crowded sulit dibersihkan

C. Gangguan estetik

D. Gangguan pada TMJ yang dapat menyebabkan nyeri pada kepala dan leher

E. Kesulitan dalam berbicara dan mengigit

F. Kehilangan rasa percaya diri

G. Maloklusi juga dapat menyebabkan timbulnya karies

6. Tipe maloklusi apakah yang diderita oleh anak perempuan tersebut?

Berdasarkan ciri-ciri gigi anterior maksila protrusive, tonjol mesio bukal berkontak

dengan buccal groove molar satu bawah, maka menurut angle maloklusi ini diklasifikasikan

ke maloklusi kelas 2 divisi 1

7. Apa saja klasifikasi dari maloklusi?

A. Menurut Angle dibagi menjadi 3 kelas

B. Menurut Angle tetapi dimodifikasi oleh Martin Dewey dibagi menjadi 5 kelas

C. Menurut Banner dibagi menjadi 3 kelas

Page 6: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

8. Apakah tujuan Drg. Yoga menganjurkan dilakukannya rontgen foto panoramic dan

Cephalometri?

A. Tujuan dilakukan foto panoramic

1. Untuk mendiagnosa dalam melakukan perawatan

2. Untuk menentukan jenis maloklusi yang diderita oleh pasien

3. Untuk melihat benih gigi yang belum erupsi

B. Tujuan dilakukannya foto cephalometri

1. Untuk melihat hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap cranium

2. Untuk melihat kelainan dental dan skeletal

3. Untuk mengetahui profil wajah pasien

Page 7: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

Langkah 4 : Skema

Kelainan

Dentofacial

Kelainan

Maloklusi

Pemeriksaan Penunjang Maloklusi

Defenisi & Klasifikasi Maloklusi

Etiologi Maloklusi & Hubungan

dengan Gangguan Sendi

Akibat Gangguan Maloklusi

Pengaruh Kebiasaan Buruk

Tehadap Maloklusi

Page 8: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

Langkah 5 : Menentukan LO

1. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Definisi dan Klasifikasi Maloklusi

2. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Etiologi dan Pengaruh Kebiasaan

Buruk terhadap Maloklusi

3. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Akibat yang Ditimbulkan dari

Gangguan Maloklusi

4. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Pemeriksaan Penunjang pada

Kelainan Maloklusi

Langkah 6 : Mencari Informasi

\

Page 9: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

Langkah 7 : Sharing Information

1. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Definisi dan Klasifikasi Maloklusi

Definisi Maloklusi

A. Menurut Zenab 2010

Maloklusi adalah sebuah kondisi yang menyimpang dari relasi normal gigi

terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung terhadap lengkung rahang lawannya. Dan

maloklusi merupakan keadaan yang tidak menguntungkan dan meliputi ketidakteraturan

local dari gigi geligi seperti gigi berjejal, protrusive, malposisi atau hubungan yang

tidak harmonis dengan gigi lawannya

B. Menurut Proffit dan Fields 2007

Maloklusi adalah keadaan gigi yang tidak harmonis secara estetik yang

mempengaruhi penampilan seseorang dan mengganggu keseimbangan fungsi baik

fungsi pengunyahan maupun fungsi bicara. Maloklusi umumnya bukan merupakan

proses patologis tetapi proses penyimpangan dari perkembangan normal

C. Menurut Thomsom 2007

Maloklusi merupakan akibat dari malrealasi antara pertumbuhan, posisi dan

ukuran gigi. Maloklusi dibagi menjadi 2 :

1. Maloklusi Primer

Maloklusi yang timbul pada gigi geligi yang sedang berkembang

2. Maloklusi Sekunder

Maloklusi yang timbul pada orang dewasa akibat tanggalnya gigi dan pergerakan

gigi tetangga

Klasifikasi Maloklusi

A. Menurut Maulani 2005 membagi maloklusi berdasarkan letak kelainannya :

1. Tipe dental

Apabila perkembangan maksila dan mandibula terhadap tulang kepala normal

tetapi terdapat kelainan pada gigi-giginya

2. Tipe skeletal

Apabila terdapat kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan dari rahang

sehingga hubungan maksila dan mandibula tidak harmonis terhadap tulang kepala

Page 10: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

3. Tipe fungsional

Apabila terjadi kelainan perkembangan pada otot sehingga akan timbul

gangguan ketika mengunyah

4. Tipe dentoskeletal

Merupakan gabungan dari tipe dental dan tipe skeletal. Terjadi apabila terdapat

kelainan dari dental (gigi-giginya) dan skeletal (rahangnya)

B. Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle (1899) terdiri dari 3 kelas, yang berdasar

pada bidang sagital. Pada klasifikasi Angle, gigi molar pertama permanen rahang atas

dan bawah digunakan sebagai kunci klasifikasi maloklusi, karena gigi molar dianggap

gigi yang paling stabil dan kedudukannya jarang berubah

1. Kelas 1

Maloklusi kelas 1 atau biasa disebut neutroklusi terjadi dimana terdapat

hubungan normal anteroposterior antara maksila dan mandibula. Pada kelas ini,

gigi M1 rahang atas tonjol cusp mesiobukal berada pada bukal groove M1 rahang

bawah (Foster, 1993).

Dewey Anderson memodifikasi kelas 1 Angle, sehingga terbagi menjadi 5

tipe, yaitu :

a) Tipe 1 : Kelas 1 Angle dengan gigi bagian anterior maksila mengalami

crowding

b) Tipe 2 : Kelas 1 Angle dengan gigi anterior maksila labioversi

c) Tipe 3 : Kelas 1 Angle dengan gigi anterior palatoversi sehingga terjadi

gigitan terbalik (anterior crossbite)

d) Tipe 4 : Kelas 1 dengan adanya crossbite pada gigi posterior

e) Tipe 5 : Kelas 1 dimana terjadinya mesial drift atau pergeseran kearah mesial

pada gigi molar akibat premature ekstraksi

Gambar 1.1 Maloklusi kelas 1

Page 11: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

2. Kelas 2

Maloklusi kelas 2 atau biasa disebut distoklusi ialah adanya relasi

posterior dari mandibula terhadap maksila. Sehingga tonjol mesiobukal cusp M1

rahang atas berada lebih mesial dari bukal groove M1 rahang bawah

Maloklusi kelas 2 dikelompokan menjadi 3 kelompok, yaitu :

a) Divisi I : pada gigi insisivus sentral rahang atas terjadi proklinasi

(kemiringan anterior kearah labial) sehingga didapatkan gigitan besar atau

overjet. Insisivus lateral rahang atas juga mengalami proklinasi sehingga

didapati overbite

b) Divisi II : Gigi insisivus sentral rahang atas mengalami retroklinasi atau

retrusi dan pada insisvus lateral rahang atas terjadi proklinasi sehingga

terjadi gigitan dalam atau deepbite

c) Subdivisi : apabila distooklusi hanya terjadi pada salah satu sisi rahang

3. Kelas 3

Maloklusi kelas 3 atau biasa disebut mesioklusi adanya relasi anterior dari

mandibula terhdap maksila. Sehingga, tonjol mesiobukal cusp M1 permanen rahang

atas berada lebih ke distal dari bukal groove M1 rahang bawah sehingga terdapat

anterior crossbite

Page 12: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

Oleh Dewey Anderson, maloklusi kelas 3 dibagi menjadi 3 tipe, yaitu ;

a) Tipe 1 : Adanya lengkung gigi yang baik, akan tetapi relasi lengkungnya tidak

baik sehingga pada gigi anterior terjadi edge to edge

b) Tipe 2 : adanya lengkung gigi yang baik dari gigi anterior maksila tetapi

terjadi linguoversi dari giigi anterior mandibula sehingga terjadinya crowding

c) Tipe 3 : lengkung maksila kurang berkembang sehingga terjadi crossbite pada

pada gigi anterior maksila yang crowding. Akan tetapi lengkung

mandibulanya berkembang dengan baik dan lurus

C. Modifikasi Lischer dari Klasifikasi Angle

Lischer memberikan istilah neutrocclusion, distocclusion, dan mesiocclusion pada

Kelas I, Kelas II, dan Kelas III Angle. Sebagai tambahan Lischer juga memberikan

beberapa istilah lain, yaitu :

a. Neutrocclusion 

Sama dengan maloklusi Klas I Angle

b. Distocclusion 

Sama dengan maloklusi Klas II Angle

c. Mesiocclusion

Sama dengan maloklusi Klas III Angle

d. Buccocclusion

Sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke buccal

e. Linguocclusion 

Sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke lingual

f. Supraocclusion 

Ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi diatas batas normal

g. Infraocclusion 

Ketika satu gigi atau sekelompok gigi erupsi dibawah batas normal

h. Mesioversion 

Lebih ke mesial daripada posisi normal

i. Distoversion

Lebih ke distal daripada posisi normal

Page 13: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

j. Transversion 

Transposisi dari dua gigi

k. Axiversion

Inklinasi aksial yang abnormal dari sebuah gigi

l. Torsiversion 

Rotasi gigi pada sumbu panjang

D. Klasifikasi Bennet

Norman Bennet mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan etiologinya :

a. Kelas I : Posisi abnormal satu gigi atau lebih dikarenakan faktor lokal

b. Kelas II : Formasi abnormal baik satu maupun kedua rahang dikarenakan defek

perkembangan pada tulang

c. Kelas III : Hubungan abnormal antara lengkung rahang atas dan bawah, dan antar

kedua rahang dengan kontur facial dan berhubungan dengan formasi abnormal dari

kedua rahang

Page 14: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

2. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Etiologi dan Pengaruh Kebiasaan

Buruk terhadap Maloklusi

Etiologi Maloklusi

Etiologi maloklusi dapat digolongkan menjadi dua yaitu, primary etiologi site dan

etiologi pendukung lainya. Primary etiologi site dibagi menjadi empat yaitu sistem

neuromuskular, tulang, gigi, dan jaringan lunak. Sedangkan etiologi pendukung lainya dapat

dibagi menjadi tujuh yaitu herediter, abnormalitas yang tidak diketahui penyebabnya, trauma,

agen fisik,kebiasaan buruk,penyakit,dan malnutrisi.

A. Primary etiologi site terbagi menjadi :

1. System Neuromuskular

Beberapa pola kontraksi neuromuscular beradaptasi terhadap ketidakseimbangan

skeletal atau malposisi gigi. Pola- pola kontraksi yang tidak seimbang adalah bagian

penting dari hampir semua maloklusi

2. Tulang

Karena tulang muka, terutama maxilla dan mandibula berfungsi sebagai dasar

untuk dental arch, kesalahan dalam marfologi atau pertumbuhannya dapat merubah

hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian besar dari maloklusi ynag sangat serius adalah

membantu dalam identifikasi dishamorni osseus

3. Gigi

Gigi adalah tempat utama dalam etiologi dari kesalahan bentuk dentofacial dalam

berbagai macam cara. Variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah dan posisi gigi semua dapat

menyebabkan maloklusi. Hal yang sering dilupakan adalah kemungkinan bahwa

malposisisi dapat menyebabkan malfungsi, secara tidak langsung malfungsi merubah

pertumbuhan tulang. Yang sering bermasalah adalah gigi yang terlalu besar

4. Jaringan Lunak (tidak termasuk otot)

Peran dari jaringan lunak, selain neuromuskular dalam etiologi maloklusi, dapat

dilihat dengan jelas seperti tempat- tempat yang didiskusi sebelumnya. Tetapi,

maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit periodontal atau kehilangan perlekatan dan

berbagai macam lesi jaringan lunak termasuk struktur TMJ

Page 15: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

B. Etiologi Pendukung antara lain :

1. Herediter

Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal genetic

dapat menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir atau tidak dapat dilihat sampai 6

tahun setelah kelahiran (contoh : pola erupsi gigi). Genetic gigi adalah kesamaan dalam

bentuk keluarga sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi atau tempat aksi genetiknya

tidak diketahui kecuali pada beberapa kasus ( contoh : absesnya gigi atau penampilan

beberapa syndrome craniofacial)

2. Perkembangan abnormal yang tidak diketahui penyebabnya

Misalnya : Deferensiasi yang penting pada perkembangan embrio. Contoh : facial cleft

3. Trauma

Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan atau

kesalahan bentuk dentofacial

a. Prenatal trauma atau injuri semasa kelahiran. Contohnya:

1. Hipoplasia dari mandibula yang disebabkan karena tekanan intrauterine

(kandungan) atau trauma selama proses kelahiran

2. Asymetri yang disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga

menyebabkan ketidaksimetrian pertumbuhan muka

b. Prostnatal trauma

1. Retak tulang rahang dan gigi

2. Kebiasaan dapat menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama

4. Agen Fisik

a. Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung

b. Makanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang bekerja lebih dan

peningkatan fungsi gigi. Jenis makanan seperti ini menimbulkan karies yang

lebih sedikit

5. Kebiasaan buruk

Terdapat bermacam-macam kebiasaan buruk dalam mulut anak, antara lain

bernafas melalui mulut, menjulurkan lidah, menggigit jari, mengisap jari, menghisap

bibir.

Page 16: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

6. Penyakit

a. Penyakit sistemik

Mengakibatkan pengaruh pada kualitas gigi daripada kuantitas pertumbuhan gigi

b. Gangguan endokrin

Disfungsi endokrin saat prenatal bisa berwujud dalam hipoplasia, gangguan endokrin

saat postnatal bias mengganggu tetapi biasanya tidak merusak atau merubah bentuk

arah pertumbuhan muka. Ini dapat mempengaruhi erupsi gigi dan resorpsi gigi

sulung

c. Penyakit local

Penyakit disekitar mulut yang dapat mempengaruhi gigi geligi

1. Penyakit gingival periodontal dapat menyebabkan efek langsung seperti

hilangnya gigi, perubahan pola penutupan mandibula untuk mencegah trauma,

dan ancylosis gigi

2. Trauma

3. Karies

7. Malnutrisi

Malnutrisi ini akan berakibat pada kualitas jaringan dan kecepatan dari kalsifikasi

Page 17: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

Pengaruh Kebiasaan Buruk terhadap Maloklusi

Klasifikasi kebiasaan buruk yang terjadi pada oral :

1. Bernafas melalui mulut (mouth breathing)

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga sebagai berikut :

a. Obstruktif : Anak yang mempunyai gangguan dalam menghirup udara melalui

saluran hidung

b. Habitual : Disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormalnya

sudah dihilangkan

c. Anatomical : Bila anatomi bibir atas – bawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa usaha untuk menutupnya

Anak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit,  gigi anterior atas maju ke

arah labial, dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas..

Bila hal ini dilakukan terus menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan

rahang atas protusif dan gigitan depan menjadi terbuka(open bite).

Page 18: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

2. Kebiasaan menghisap ibu jari

Menghisap  ibu  jari  merupakan  kebiasaan  yang  umum  pada  anak. Kebiasaan

menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Tekanan pipi

pada sudut mulut merupakan tekanan yang tertinggi, Tekanan otot pipi terhadap gigi-

gigi posterior  rahang  atas  ini  meningkat  akibat kontraksi  otot buccinators selama

mengisap  pada  saat  yang  sama sehingga akan  memberikan  risiko  lengkung  maksila

menjadi berbentuk V

3. Kebiasaan mendorong lidah (tongue thrusting)

Menurut Straub (1960), kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan

karena bottlefeeding  yang tidak tepat dan biasanya disertai dengn kebiasaan buruk lain

seperti kebiasaan menghisap ibu jari, menggigit bibir, dan menggigit kuku. Jika

kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite dan incomplete coverbite

serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal

Page 19: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

4. Kebiasaan menggigit benda

Terdiri dari :

A. Menggigit kuku

Mengigit kuku (nail biting) merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi

gigi insisiv atas dan bawah mengalami penekanan gigi pada bagian kuku tersebut.

Nail biting dapat menyebabkan rotasi gigi, atrisi pada ujung insisal gigi dan

protrusive gigi pada gigi yang sering digunakan untuk mengigit

B. Menggigit jari

Kebiasaan mengigit jari pada anak-anak timbul pada usia 1-2 tahun. Jika

dibiarkan terus menerus sampai usia 5 tahun atau lebih dapat berakibat

kelainan pada posisi gigi. Jari akan menekan gigi rahang atas ke depan

dan gigi rahang bawah ke dalam, sehingga gigi tampak maju ke depan

(protrusive). Selain kebiasaan kebiasaan di atas, kebiasaan menopang dagu juga

dapat mengakibatkan pertumbuhan tulang rahang bawah yang tidak sempurna.

Kebiasaan ini dapat menyebabkan tidak simetrisnya antara kanan dan kiri tulang

rahang tersebut karena dalam kebiasaan ini dagu tertopang sebagian yang artinya

sebagian rahang bawah mendapat suatu tekanan sehingga pertumbuhan rahang

tidak sempurna. Hal inilah yang nantinya dapat menyebabkan maloklusi.

Page 20: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

5 . Bruxism

Menyebabkan erupsi dari gigi insisiv jadi terhambat dan terjadi atrisi pada gigi

anterior. Bruxism yang terjadi pada masa anak-anak akan menyebabkan erupsi gigi

yang tidak sempurna pada gigi posterior dan menurunnya pertumbuhan vertical maksla

anterior

6 . Lip Sucking

Merupakan kebiasaan mengigit bibir yang akan menyebabkan gigi anterior

maksila menjadi protusi, gigi mandibula menjadi retrusi dan terjadi peningkatan dari

overjet

Page 21: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

3. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Akibat yang Ditimbulkan dari

Gangguan Maloklusi

A. Gangguan pengunyahan

Dapat berupa rasa tidak nyaman pada saat mengunyah, nyeri pada TMJ dan

mengakibatkan nyeri pada kepala dan leher. Tanggalnya gigi bisa juga mengakibatkan

perubahan pola pengunyahan, misalnya mengunyah pada satu sisi dan hal ini juga bisa

mengakibatkan nyeri pada TMJ

B. Gangguan Pembersihan

Pada gigi yang crowded (berjejal) dapat mengakibatkan kesulitan pada saat

pembersihan dan hal ini mengakibatkan gigi jadi lebih mudah terserang karies.

C. Gangguan bicara

Maloklusi mengakibatkan ketidakjelasan bicara seseorang. Apabila ciri –ciri

maloklusinya adalah distoklusi maka susah mengucapkan huruf p dan b. Apabila ciri

maloklusinya berupa mesioklusi maka akan kesulitan mengucapkan huruf s, z, t dan n.

Menurut Bruggeman,anomali dental yang mengakibatkan gangguan bicara adalah :

1. Ruang antar gigi (spaces) yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan semua huruf

terutama s, sh, z, zh kecuali huruf n dan y.

2. Lebar lengkung yaitu terjadi kelainan saat mengucapkan huruf s, z, th.

3. Open bite yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s, sh, z, zh, th, dan

kadang-kadang pada huruf t dan d.

4. Derajat protrusi yaitu terjadi kelainan bunyi saat mengucapkan huruf s, sh,z, zh.

5. Pada gigi yang rotasi kelainan bunyi yang terjadi sama dengan kelainan pada ruang

antar gigi

D. Gangguan estetis 

Gigi yang tidak rapi bisa mengurangi nilai estetis dari seseorang dan penampilan

wajah yang menjadi kurang menarik sehingga mempunyai dampak yang tidak

menguntungkan pada perkembangan psikologis seseorang, apalagi pada saat usia masa

remaja. Beberapa kasus maloklusi pada anak remaja sangat berpengaruh terhadap

psikologis dan perkembangan sosial yang disebabkan oleh ejekan atau hinaan dari teman

sekolahnya. Pengalaman psikis yang tidak menguntungkan dapat sangat menyakitkan

hati sehingga remaja korban penindasan tersebut akan menjadi sangat depresi.

Page 22: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

4. Mahasiswa Mampu Mempelajari dan Menjelaskan tentang Pemeriksaan Penunjang pada

Maloklusi

Pemeriksaan pada Maloklusi

Untuk mengetahui adanya maloklusi bisa dilakukan record ortodonti, yang meliputi:

A. Study model

1. Menunjukkan detail seluruh gigi yang telah tumbuh dan prosessus alveolaris

sebanyak mungkin

2. Memperoleh kedalaman sulcus bukal maximal

B. Radiograf

Pada diagnosa ortodonti untuk memastikan adanya gigi yang tidak erupsi dan

memonitor keadaan seluruh gigi

Film intraoral tidak memadai untuk tujuan ini

Film yang paling bermanfaat diambil dengan oblique lateral jaw untuk sel gigi

belakang caninus (posterior) dan anterior oklusal untuk daerah Insisivus atas

Pada insisiv bawah tidak terdeteksi bila dengan cara ini namun kelainan jarang

ditemukan pada daerah ini. Tetapi bila ada keadaan yang meragukan film intra oral

digunakan

Interpretasi:

a. Identifikasi gigi : Gigi tidak ada, Kelainan bentuk dan maloklusi

b. Identifikasi mahkota

c. Pemeriksaan akar gigi

d. Pemeriksaan jaringan pendukung

C. Pemeriksaan Foto

1. Foto Panoramik

Biasanya digunakanuntuk mendapatkan informasi mengenai angulasi gigi,

periode maturasi dan keadaan jaringan periodontal

Adapun seleksi kasus yang memerlukaan gambaran panoramik dalam

penegakan diagnosa diantaranya seperti:

1. Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang

menghalangi gambaran pada intra-oral

2. Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm

Page 23: Laporan Tutorial Modul 2 Blok 9

3. Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan

4. Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui

keadaan gigi atau benih gigi

5. Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula

6. Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height

2. Foto Cephalometri

Dapat memberikan informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan ruang

kepala, analisis kasus dan menegakkan diagnosis (adanya kelainan skeletal)

dan memperhatikan perubahan akibat pertumbuhan dan perawatan

Macam-macam foto cephalometri

1. Lateral : Berguna untuk menyediakan tampilan lateral

2. Frontal : Berguna untuk menyediakan tampilan anterioposterior

Kegunaan foto cephalometri

1. Membantu menegakkan diagnosis

Yang berguna untuk mempelajari struktur skeletal, dental dan jaringan

lunak dari region kraniofacial

2. Membantu klasifikasi abnormalitas skeletal dan dental serta membantu

menentukan tipe facial pasien

3. Membantu menentukan rencana perawatan

4. Membantu evaluasi hasil dari perawatan

5. Membantu memprediksi perubahan yang berhubungan dengan

pertumbuhan untuk tindakan perawatan bedah

D. Analisis Ruang

Diperlukan untuk membandingankan antara ruang yang tersedia dengan ruang

yang diperlukan untuk mengatur gigi sebagaimana mestinya

Analisis ruang yang digunakan pada periode gigi bercampur berupa metode

Mayers, metode huckaba, dan metode nance