laporan tutorial blok 12 modul 4

Upload: wahyu-ramadani

Post on 06-Jul-2015

1.744 views

Category:

Documents


52 download

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIAL BLOK 12 MODUL 4 TENTANG PREVENTIF DENTISTRY

KELOMPOK 3 : TUTOR: drg. Hartini Shah Addientya Maykeza Vicky warian Wahyu ramadani Fitrin Yurensia Elvyani Dwirima Monica rosman Inggri Yelwita Seputri Novia dwi derosa Vania amanda Asfahani Latiefah PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN AJARAN 2010/2011

MODUL IV PREVENTIF DENTISTRY Skenario 4 : Heni dan beberapa orang mahasiswa kedokteran gigi pergi ke desa Ulungkadung dalam rangka pengabdian masyarakat yang diadakan oleh kampusnya. Disana mereka akan mengadakan penyuluhan mengenai usaha pencegahan karies dalam kedokteran gigi. Heni dan kawan-kawannya disuruh melakukan Dental Health Education dan beberapa prosedur pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah proses karies lainnya, diantaranya: pit and fissure sealant dan preventif resin. Selain itu masyarakat dianjurkan untuk mengatur pola makannya dengan diet karbohidrat yang benar serta dianjurkan untuk menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor. Meskipun Heni baru pertama kali mengikuti penyuluhan tetapi Heni sangat senang melihat masyarakat sangat antusias karena pengetahuan ini berguna bagi mereka dan anak anak mereka nantinya. Bagaimana saudara menjelaskan prosedur pencegahan yang d ilakukan para mahasiswa kedokteran gigi tersebut?

STEP 1 TERMINOLOGI 1. Preventif dentistry : ilmu pencegahan penyakit di kedokteran gigi dengan melibatkan perorangan dan kelompok yang berguna meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut 2. Pit and fissure sealant : suatu cara untuk mencegah terjadinya karies pada permukaan oklusal gigi yang rentan terhadap karies yaitu dengan melapisi atau memasukkan resin kedalam pit dan fissure gigi. 3. Dental health education : usaha terencana dalam bentuk pendidikan non formal untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut masyarakat 4. Preventif resin : usaha untuk mengisolasi pit dan fissure untuk mencegah karies dengan teknik etsa asa

STEP 2 MENGIDENTIFIKASI MASALAH Apa saja jenis preventif resin? Bagaimana prosedur pit dan fissure sealant? Apa tujuan diadakan dental health education? Apa indikasi dan kontraindikasi pit dab fissure sealant? Apa tujuan preventif dentistry? Apa saja program dental heatlh education dan bagaimana cara memberikan dental health education? 7. Bagaimana prosedur restorasi preventif resin? 8. Selain pada pasta gigi dimana saja terdapat fluor? 9. Apa tujuan preventif resin? 10. Kenapa perlu mengatur diet karbohidrat dan menggunakan pasta gigi yang berfluor? 11. Apa indikasi dan kontraindikasi preventif resin? 12. Metode apa yang dilakukan dalam dental health education 13. STEP 3 ANALISA MASALAH 1. Ada 2 jenis preventif dentistry : a. Pencegahan umum yaitu : Pencegahan terhadap substrat contohnya nasehat untuk mencegah konsumsi gula Pencegahan terhadap plak contohnya menggunakan obat kumur Pencegahan terhadap gigi contohnya penggunaan fluor sistemik dan local serta mengkonsumsi xylitol yang mencegah demineralisasi 1. 2. 3. 4. 5. 6.

b. Pencegahan khusus Pencegahan terhadap substrat contohnya diet karbohidrat Pencegahan terhadap plak contohnya penggunaan dental floss Pencegahan terhadap gigi contohnya penggunaan fissure sealant, restorasi, mouth protector dan preventif resin 2. Prsedur pit dan fissure sealant -bersihkan permukaan gigi -isolasi daerah kerja -etsa email dengan fosfat selama 1 menit (etching) -bilas 20 menit -aplikasikan resin -pemriksaan terakhir dengan sondasi -cek oklusal gigi dengan articulating paper agar tidak terjadi trauma oklusi 3. Tujuan dental health education : -merubah sikap dan tingkah laku individu yang mengarah ke pola hidup sehat -mengubah pola pikir seseorang agar memiliki kebiasaan hidup sehat 4. Indikasi pit dan fissure sealant : -pada pit dan fissure yang dalam -pada gigi yang mengalami kalsifikasi minimal -tidak ada karies interproksimal -umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun -memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva Kontraindikasi pit dan fissure sealent : -self cleansing yang baik pada pit dan fissure sealant -terdapat tanda klinis dan radiografis adanya karies proksimal yang memerlukan perawatan -banyaknya karies proksimal dan restorasi -gigi yang erupsi hanya sebagian yang tidak memungkinkan isolasi saliva -umur gigi kurang dari 4 tahun 5. Tujuan preventif dentistry ; -mencegah terjadinya kerusakan gigi pada individu -tujuan umum yaitu meningkatkan derajat kesehatan gigi masyarakat -mencegah resiko karies pada individu pada tingkat sedang sampai tinggi 6. Apa saja program dental heatlh education dan bagaimana cara memberikan dental health education : Penyuluhan kesehatan gigi dapat berupa : Pada pasien -petunjuk menggosok gigi -petunjuk flossing

-penyuluhan diet Pada masyarakat -kampanye kesehatan gigi -penyuluhan kesehatan gigi di sekolah-sekolah

1. Petunjuk Menggosok Gigi Dalam mengajar anak untuk menggosok gigi mereka tujuannya haruslah member instruksi dan mendorong semangat mereka untuk mengeluarkan semua debris dan plak dari semua permukaan gigi yang dapat dijangkau. Orang tua harus dinasehatkan untuk mulai menggososk gigi anak segera setelah gigi pertama erupsi, sehingga menggosok gigi dapat diterima sebagai kegiatan rutin. 2. Petunjuk Flossing Penggunaan dental floss memungkinkan plak dihilangkan dari permukaan aproksimal gigi yang tidak dapat dijangkau sikat gigi. Idealnya, flossing dilakukan disamping menggosok gigi sebagai latihan oral hygiene sehari-hari. Penggunaan dimulai dari gigi anterior diperluas ke gigi posterior. 3. Penyuluhan diet Idealnya penyuluhan diet diberikan pada ibu-ibu segera setelah melahirkan anak sehingga lebih mudah membangun kebiasaan yang baik daripada merubah kebiasaan yang buruk dikemudian hari. Pada ibu-ibu harus diingatkan jangan membiarkan bayi minum dari botol tanpa batas atau menggunakan dot sebagai penenang, khususnya pada malam hari. 4. Kampanye Kesehatan Gigi Setiap usaha yang dilakukan pada pendidikan kesehatan gigi masyarakat sangat tergantung pada tenaga kerja dan sumber dana serta prioritas yang diberikan pada aktivitas-aktivitas tersebut dalam hubungan dengan tekad pelayanan kesehatan gigi yang lain. Agar dapat dimengerti, pesan-pesan kesehatan gigi harus sederhana. Umumnya pesan-pesan tersebut meliputi 4 hal sebagai berikut : _ Hindari kudapan yang manis, lengket, diantara waktu makan. _ Gosok gigi secara menyeluruh sekurang-kurangnya sekali sehari dengan pasta yang mengandung fluor. _ Fluoridasi air minum _ Periksakan gigi secara teratur. 5. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan Gigi di Sekolah-Sekolah. Penyuluhan kesehatan gigi paling sering ditujukan pada anak-anak sekolah, khususnya anak sekolah dasar.

7. Prosedur restorasi preventif resin: -Isolasi daerah kerja

-preparasi daerah yang mengalami dekalsifikasi dan karies dini menggunakan round bour berkecepatan rendah -preparasi tidak pake undercut -pengetsaan asam dengan fosfat 37% pada oklusal gigi yang sudah dipreparasi/profilaksis -bonding resin/bonding dentin ke dalam preparasi kavitas -diikuti dengan komposit resin sesuai kavitas dan dilakukan penyinaran -pemeriksaan oklusal jangan sampai traumatic oklusal 8. Selain pada pasta gigi dimana saja terdapat fluor : -obat kumur yaitu sdium fluoride kadar normal 0,5% -pasta gigi yaitu sodium fluoride 11oo ppm -tablet fluor dapat diberi setiap hari 2,2 mg -air minum sebanyak 1bps -makanan laut seperti ikan kaleng 9 bps -the celup 1,4-1,43 bps -asi dan susu sapi 9. tujuan preventif resin : -menghentikan proses karies awal pada pit dan fissure khususnya M permanen - tindakan pencegahan terhadap karies pit dan fissure yang belum terkena karies pada gigi yang sama 10. Kenapa perlu mengatur diet karbohidrat dan menggunakan pasta gigi yang berfluor : -karena karbohidrat bersifat kariogenik yang dapat diubah oleh mikroorganisme sehingga merusak enamel atau mendemineralisasi enamel. -pasta gigi berfluor dapat meningkatkan daya tahan email terhadap larutan, remineralisasi, mengurangi asam dari mikroorganisme dalam mulut, mengurangi perubahan karbohidrat dalam mulut agar tidak menjadi plak. Gigi akan resisten terhadap karies dengan adanya ion fluor. 11. Indikasi dan kontraindikasi preventif resin : Indikasi preventif resin -pit dan fissure yang dalam -pit dan fissure yang terkena karies dini seluruh/sebagian -daerah yang dapat diisolasi dengan baik Kontraindikasi preventif resin : -karies dalam -anatomi pit dan fissure tidak menyebabkan terjadi karies

-restorasi tidak boleh menyebabkan traumatic oklusal yang menyebabkan tekanan berlebihan pada resin 12. Metode yang dilakukan dalam dental health education : METODE PENYULUHAN Proses perubahan tingkah laku menekankan pada pendidikan dengan menggunakan pendekatan persuasif dan sugestif. Pendekatan persuasif dan sugestif dalam proses penyuluhan kesehatan gigi merupakan salah satu alternatif untuk mencapai hasil yang memuaskan. PENDEKATAN SUGESTIF _ Pemberian penjelasan tidak secara logis, cenderung memberi penekanan dan arahan melalui perasaan dan emosi dengan cara membujuk orang lain secara langsung/tidak langsung dengan suatu ide atau kepercayaan yang meyakinkan. _ Penyuluhan secara sugestif relatif cepat, sangat berhasil pada masyarakat yang pendidikan dan ekonominya kurang baik _ Kelemahannya : mudah melupakan hasil penyuluhan yang telah dilaksanakan. Agar dapat berhasil dengan baik perlu dibantu dengan alat peraga edukatif yang merangsang emosi manusia. PENDEKATAN PERSUASIF _Keunggulan pendekatan persuasif adalah perubahan perilaku menetap, lebih berhasil dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan logika dan perasaan, merasa puas karena ikut berpartisipasi dalam pemecahan masalah _ Kelemahan : y memerlukan waktu yang terlalu banyak y pada masyarakat dengan pendidikan dan social ekonomi rendah sulit untuk berdialog dan mengerti y pada masyarakat dengan emosional tinggi sulit berhasil . Agar pendekatan persuasif dapat berhasil dengan baik, perlu dibantu alat peraga edukatif yang menyentuh masalah logika dan fakt

Step 4 SKEMAHeni

Mahasiswa kedokteran gigi

Pengabdian masyarakat di desa Ulung Kadung

Penyuluhan usaha pencegahan karies

DHE

Preventif demtistry

karies

trauma

Pit dan fissure sealant

Aplikasi fluor

Mouth protector

Preventif resin

STEP 5 LEARNING OBJECTIVE 1. Mahasiswa mampu menjelaskan dental health education 2. Mahasiswa mampu menjelaskan pit dan fissure sealant 3. Mahasiswa mampu menjelaskan preventif resin

4. Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi fluor 5. Mahasiswa mampu menjelaskan mouth protector

1. Mahasiswa mampu menjelaskan DHE(Dental Health Education) Pendidikan / Penyuluhan Kesehatan Gigi / PKG Pengertian _ Suatu usaha terencana dan terarah dalam bentuk pendidikan non formal yang berkelanjutan _ Suatu bentuk kerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat. Tujuan Untuk merubah sikap dan tingkah laku individu atau sekelompok orang yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang mengarah kepada upaya hidup sehat. Perubahan sikap dan tingkah laku tersebut melalui proses dan proses memerlukan sumberdaya baik tenaga pengajar atau orang yang mampu memberikan informasi, sarana dan prasarana, maupun waktu yang diperlukan untuk berlangsungnya proses. Bloom membagi tujuan pendidikan dalam 3 pola tingkah laku : KOGNITIF : Tentang pengetahuan, membicarakan proses.Intelektual, diharapkan anak dapat mengingat,mengerti dan memecahkan permasalahannya. AFEKTIF : Tentang sikap, membicarakan proses perasaan dan sikap seseorang untuk menerima hal yang baru PSIKOMOTOR : Tentang keterampilan, membicarakan pengendalian dan pergerakan otototot tubuh yang tepat. POLA PENYULUHAN KESEHATAN GIGI MASYARAKAT _ Usia 1,5 tahun : tergantung sepenuhnya pada orang tua _ Usia 1,5 3 tahun : mulai dapat diajak kerja sama _ Usia 3 - 6 tahun : berpedoman pada proses belajar dan bermain dimana hal tersebut sesuai dengan perkembanganjiwanya _ Usia 8 10 tahun : anak sudah dapat membedakan tetapi belum dapat menghubungkan masalah yang satu dengan yang lain _ Usia 10 12 tahun : pengamatan anak cepat, pengertian, realities dan kritis. Misalnya anak sudah mengetahui bahwa gigi susu akan tanggal dan digantidengan gigi tetap. Jika gigi tetap tanggal maka tidak dapat tumbuh lagi maka perlu dirawat. _ Usia 12 14 tahun : anak memiliki emosi yang tinggi dan sering bersikap melawan. Pada saat ini bila anak menderita sakit gigi tidak akan mau berobat bila dia tidak suka. METODE PENYULUHAN Proses perubahan tingkah laku menekankan pada pendidikan dengan mengguna pendekatan persuasif dan sugestif. Pendekatan persuasif dan sugestif dalam proses penyuluhan kesehatan gigi merupakan salah satu alternatif untuk mencapai hasil yang memuaskan.

PENDEKATAN SUGESTIF _ Pemberian penjelasan tidak secara logis, cenderung memberi penekanan dan arahan melalui perasaan dan emosi dengan cara membujuk orang lain secara langsung/tidak langsung dengan suatu ide atau kepercayaan yang meyakinkan. _ Penyuluhan secara sugestif relatif cepat, sangat berhasil pada masyarakat yang pendidikan dan ekonominya kurang baik _ Kelemahannya : mudah melupakan hasil penyuluhan yang telah dilaksanakan. Agar dapat berhasil dengan baik, perlu dibantu dengan alat peraga edukatif yang merangsang emosi manusia. PENDEKATAN PERSUASIF _ Simon (1976) : menyatakan persuasif adalah rancangan komunikasi yang berkaitan dengan pendidikan pada manusia untuk mempengaruhi orang lain dengan memodifikasi kepercayaan, nilai-nilai atau perilaku secara fakta dan logika. _ Gondhoyoewono (1991) : dasar pendekatan persuasif adalah menunjukkan suatu fakta, menguraikan sebab akibat, menunjukkan konsekwensi suatu masalah, menjelaskan mengapa harus melakukan perubahan perilaku yang berkaitan dengan topik masalah dengan peninjauan dari berbagai segi pandang. _ Keunggulan pendekatan persuasif adalah perubahab perilaku menetap, lebih berhasil dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan logika dan perasaan, merasa puas karena ikut berpartisipasi dalam pemecahan masalah _ Kelemahan : - memerlukan waktu yang terlalu banyak pada masyarakat dengan pendidikan dan social ekonomi rendah sulit untuk berdialog dan mengerti pada masyarakat dengan emosional tinggi sulit berhasil . Agar pendekatan persuasif dapat berhasil dengan baik, perlu dibantu alat peraga edukatif yang menyentuh masalah logika dan fakta. Kemajuan teknologi program penyuluhan kesehatan gigi dapat dilakukan melalui komputer : _ Dapat dipercaya _ Dapat diulang kembali, hal ini merupakan metode yang populer untuk mendidik pasien _ Mudah digunakan _ Tidak mengintimidasi pasien _ Menyenangkan seluruh duna, namun masih membutuhkan informasi yang lebih lanjut. DENTAL HEALTH EDUCATION / DHE PENYULUHAN KESEHATAN GIGI / PKG PASIEN MASYARAKAT Petunjuk menggosok gigi Petunjuk flossing Penyuluhan diet Kampanye kesehatan gigi Penyuluhan Kesehatan Gigi disekolahsekolah 2. Mahasiswa mampu menjelaskan Pit and Fissure Sealant

Pit dan Fisura Pit adalah titik terdalam berada pada pertemuan antar beberapa groove atau akhir dari groove. Istilah pit sering berkaitan dengan fisura. Fisura adalah garis berupa celah yang dalam pada permukaan gigi (Russel C.Wheeler, 1974). Macam pit dan fisura bervariasi bentuk dan kedalamannya, dapat berupa tipe U (terbuka cukup lebar); tipe V (terbuka, nam sempit); tipe I un (bentuk seperti leher botol). Bentuk pit dan fisura bentuk U cenderung dangkal, lebar sehingga mudah dibersihkan dan lebih tahan karies. Sedangkan bentuk pit dan fisura bentuk V atau I cenderung dalam, sempit dan berkelok sehingga lebih rentan karies. Bentukan ini mengakibatkan penumpukan plak, mikroorganisme dan debris. Morfologi permukaan oklusal gigi bervariasi berbagai individu. Pada umumnya bentuk oklusal pada premolar nampak dengan tiga atau empat pit. Pada molar biasanya terdapat sepuluh pit terpisah dengan fisura tambahan (M. John hick dalam J.R Pinkham, 1994: 454).

2.2 Histopatologi Karies pada Pit dan Fisura Permukaan oklusal gigi posterior merupakan daerah yang paling rawan untuk terjadinya karies. Bentuk anatiomis gigi ini yang memungkinkan terjadinya retensi dan maturasi plak. Aktivitas bakteri dalam plak berakibat terjadinya fluktuasi pH. Kondisi naiknya pH memberikan keuntungan terjadinya penambahan mineral (remineralisasi) gigi, sedangkan turunnya pH akan berakibat hilangnya mineral gigi. Kehilangan mineral ini merupakan suatu proses demineralisasi jaringan keras yang menjadi tanda dan gejala sebuah penyakit (Sari Kervanto, 2009: 9). Gejala dini suatu karies enamel yang terlihat secra makroskopik adalah berupa bercak putih. Bercak ini memiliki warna yang tampak sangat berbeda dengan enamel sekitarnya yang masih sehat. Kadang-kadang lesi akan tampak berwarna coklat disebabkan oleh materi di sekelilingnya yang terserap ke dalam pori-porinya. Baik bercak putih maupun bercak coklat bisa bertahan tahunan lamanya (Edwina A.M. Kidd, 1992:19). Istilah karies fisura menggambarkan adanya karies pada pit dan fisura. Karies berawal dari dinding-dinding fisura. Karies ini membesar ukurannya dan menyatu pada dasar fisura. Karies enamel akan melebar kearah dentin dibawahnya sesuai dengan arah prisma enamelnya. Arah perkembangan karies ke lateral sehingga terbentuk karies yang menggaung (Edwina A.M. Kidd, 1992:25). Awal pembentukan karies dimulai dari fisura, yaitu bagian terdalam dan bagian paling dasar dari permukaan gigi. Kemudian karies berlanjut ke arah lateral dinding fisura dan lereng cusp (M. John hick dalam J.R Pinkham, 1994: 454). Enamel pada dasar fisura merupakan daerah yang terkena karies paling awal, karies akan menyebar sepanjang enamel, kemudian karies berlanjut hingga dentinoenamel junction. Bila dentin terkena karies, maka perkembangan karies menjadi lebih cepat dibandingkan saat enamel terkena

lesi. Pada kavitas fisura terjadi kehilangan mineral dan struktur pendukung dari enamel dan dentin, sehingga secara klinis nampak karies (M. John Hick dalam J.R Pinkham, 1994: 455).

Fissure sealant merupakan bahan yang diletakkan pada pit dan fisura gigi yang bertujuan untuk mencegah proses karies gigi (J.H. Nunn et al, 2000). Bentuk pit dan fisura beragam, akan tetapi bentuk umumnya adalah sempit, melipat dan tidak teratur. Bakteri dan sisa makanan menumpuk di daerah tersebut. Saliva dan alat pembersih mekanis sulit menjangkaunya. Dengan diberikannya bahan penutup pit dan fisura pada aw erupsi gigi, diharapkan dapat mencegah bakteri sisa al makanan berada dalam pit dan fisura (Sari Kervanto, 2009: 12). Tujuan utama diberikannya sealant adalah agar terjadinya penetrasi bahan ke dalam pit dan fisura serta berpolimerisai dan menutup daerah tersebut dari bakteri dan debris (Kenneth J Anusavice, 2004: 260-261). Bahan sealant ideal mempunyai kemampuan retensi yang tahan lama, kelarutan terhadap cairan mulut rendah, biokompatibel dengan jaringan rongga mulut, dsn mudah diaplikasikan (Donna Lesser, 2001). Dua bahan sealant yang sering digunakan adalah sealant berbasis resin dan sealant semen ionomer kaca (SIK). Bahan sealant berbasis resin dapat melakukan polimerisasi secara autopolimerisasi dan fotopolimerisasi. Sedangkan sealant SIK yang sering digunakan bersifat autopolimerisasi (Sari Kervanto, 2009: 20). Sealant berbasis resin bertahan lebih lama dan kuat karena memiliki kemampuan penetrasi yang lebih bagus. Hal ini karena adanya proses etsa pada enamel gigi yang menghasilkan kontak yang lebih baik antara bahan resin dengan permukaan enamel (Mahadevan Ganesh, 2007). Etsa menghilangkan mineral enamel gigi dan menghasilkan resin tag dan secara klinis nampak lebih putih dan pudar. Bahan sealant yang diberikan pada area yang dietsa akan berpenetrasi ke dalam resin tag. Hal ini dapat meningkatkan retensi mekanis bahan sealant dengan permukaan enamel gigi (Carline Paarmann, 1991:13). Sealant ionomer kaca memiliki kemampuan mencegah karies yang hampir sama dengan sealant berbasis resin. Manipulasi sealant semen ionomer kaca lebih mudah, dan tidak diperlukan tahapan pengetsaan pada permukaan gigi (Subramaniam, 2008). Berbeda dengan sealant berbasis resin, bahan sealant semen ionomer kaca melakukan interaksi khusus dengan enamel gigi dengan melepaskan kalsium, strontium dan ion fluor yang bersifat kariostatik dan mengurangi perkembangan karies pada daerah yang diberi sealant (Laurence J. Walsh, 2006). Perawatan Pit dan Fisura Menurut M. John Hick (dalam J.R Pinkham, 1994: 456), sejumlah pilihan perawatan bagi para dokter gigi dalam merawat pit dan fisura, meliputi: a. Melalui pengamatan (observasi), menjaga oral higiene, dan pemberian fluor b. Pemberian sealant

Upaya pencegahan terjadinya karies permukaan gigi telah dilakukan melalui fluoridasi air minum, aplikasi topikal fluor selama perkembangan enamel, dan program plak kontrol. Namun tindakan ini tidak sepenuhnya efektif menurunkan insiden karies pada pit dan fisura, dikarenakan adanya sisi anatomi gigi yang sempit (Robert G.Craig:1979: 29). Pemberian fluor secara topikal dan sistemik, tidak banyak berpengaruh terhadap insidensi karies pit dan fisura. Hal ini karena pit dan fisura merupakan daerah cekungan yang dalam dan sempit. Fluor yang telah diberikan tidak cukup kuat untuk mencegah karies. (R.J Andlaw, 1992: 58). Pemberian fluor ini terbukti efektif bila diberikan pada permukaan gigi yang halus, dengan pit dan fisura minimal (M. John Hick dalam J.R Pinkham, 1994: 455). Upaya lain dalam pencegahan karies pit dan fisura telah dilakukan pada ujicoba klnis pada i tahun 1965 melalui penggunaan sealant pada pit dan fisura. Tujuan sealant pada pit dan fisura adalah agar sealant berpenetrasi dan menutup semua celah, pit dan fisura pada permukaan oklusal baik gigi sulung maupun permanent. Area tersebut diduga menjadi tempat awal terjadinya karies dan sulit dilakukan pembersihan secara mekanis (Robert G.Craig :1979: 29). Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah sebagai berikut: a. Dalam, pit dan fisura retentif b. Pit dan fisura dengan dekalsifikasi minimal c. Karies pada pit dan fisura atau restorasi pada gigi sulung atau permanen lainnya d. Tidak adanya karies interproximal e. Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva f. Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun. Sedangkan kontraindikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah a. Self cleansing yang baik pada pit dan fisura b. Terdapat tanda klinis maupun radiografis adanya karies interproximal yang memerlukan perawatan c. Banyaknya karies interproximal dan restorasi d. Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva e. Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun. (M. John Hick dalam J.R Pinkham, 1994: 459-61) Pertimbangan lain dalam pemberian sealant juga sebaiknya diperhatikan. Umur anak berkaitan dengan waktu awal erupsi gigi-gigi tersebut. Umur 3-4 tahun merupakan waktu yang berharga untuk pemberian sealant pada geligi susu; umur 6 tahun merupakan saat erupsi gigi -7 permanen molar pertama; umur 11-13 tahun merupakan saatnya molar kedua dan premolar erupsi. Sealant segera dapat diletakkan pada gigi tersebut secepatnya. Sealant juga seharusnya diberikan pada gigi dewasa bila terbukti banyak konsumsi gula berlebih atau karena efek obat dan radiasi yang mengakibatkan xerostomia (Norman O. Harris, 1999: 245-6). Etsa Asam Sejak tahun 1950-an sejumlah laboratorium dan klinik mempelajari tipe asam, konsentrasi asam, dan lama pengetsaan yang bisa memberikan perlekatan optimal bahan bonding dengan kehilangan minimal pada permukaan enamel. Asam fosfor dengan konsentrasi 35 -40% dengan

aplikasi selama 15-20 detik untuk gigi permanen dan gigi sulung telah memberikan perlekatan yang bagus, dengan kehilangan minimal pada permukaan enamel. Etsa asam pada permukaan enamel menghasilkan sejumlah porositas. Dengan adanya porositas ini, maka bahan sealant masuk ke dalam porositas yang telah dibuat. Dengan demikian terjadi retensi mekanis antara enamel yang dietsa dengan bahan sealant (M. John hick dalam J.R Pinkham, 1994: 470). Aplikasi asam fosfor selama satu menit menghilangkan kira-kira 10 milimikron email permukaan dan etsa permukaan dibawahnya sampai kedalaman 20 milimikron. Etsa menghasilkan kedalaman 20 milimikron. Etsa menghasilkan lapisan porus sehingga resin dapat mengalir masuk; porositas ini memberikan permukaan retensi mekanis yang sangat baik (R.J Andlaw, 1992: 58). Menurut Carline Paarmann (1991), pemberian etsa asam fosfor selama satu menit dapat menghilangkan mineral permukaan gigi dengan kedalaman 15 -25 milimikron. Dan secara klinis warna nampak pudar, putih seperti kapur atau seperti warna es. Hasil etsa berupa resin tag yang berperan penting dalam retensi dan keberhasilan aplikasi sealant. Tahapan penting dalam aplikasi sealant adalah pada saat pengetsaan dilakukan. Bila saliva dibiarkan kontak dengan bahan etsa, maka proses etsa akan ter ambat. Karena adanya kontak h dengan saliva, proses remineralisasi gigi segera terjadi. Bila kontak saliva terjadi, maka etsa ulang dilakukan selama 20-30 detik. Bahan etsa yang digunakan adalah asam fosfor dengan konsentrasi 35-37% dan dilakukan aplikasi selama 30-60 detik. Dentin kondisioner merupakan bahan yang digunakan untuk meningkatkan perlekatan bahan glass ionomer dan dentin, dengan cara menghilangkan smear layer dentin. Bahan yang biasanya digunakan adalah asam poliakrilat 10 % yang diaplikasikan s elama 20 detik (Carline Paarmann, 1991:14). Bahan material sealant tidak hanya secara sederhana melekat di atas permukaan enamel, tetapi melalui penetrasi bahan ke dalam mikroporositas yang terbentuk selama proses pengetsaan. Infiltrasi etsa pada enamel menghasilkan bentukan resin tag dimana menyediakan retensi mekanis bahan sealant. Resin tag yang terbentuk selama pengetsaan memiliki kedalaman 25 mikrometer. -50 Resin tag mempunyai sejumlah fungsi. Resin tag menyediakan retensi mekanis bagi bahan sealant. Bis-GMA adalah bahan material sealant yang tidak larut asam dan menyediakan proteksi terhadap adanya pembentukan karies selama adanya ikatan resin dan enamel. Ikatan resin dan enamel merupakan barier terhadap kolonisasi bakteri, menutupi fisura dan menghalangi terjebaknya sisa makanan ke dalam fisura (M. John Hick dalam J.R Pinkham, 1994: 471-2).

2.5 Bahan Penutup Pit dan Fisura Terdapat beberapa bentukan pit dan fisura, seperti telah dijelaskan sebelumnya. Bahan sealant yang ada diaplikasikan untuk menutupi bentukan anatomi tersebut, guna mencegah masuknya bakteri, food debris ke dalam pit dan fisura (Carline Paarmann, 1991:10).

Pencegahan karies pada permukaan gigi terutama, pit dan fisura perlu perhatian khusus. Hal ini dikarenakan bagian ini merupakan daerah yang paling rentan karies. Prevalensi karies oklusal pada anak-anak terbanyak ditemukan pada permukaan pit dan fisura. Area ini sering tidak terjangkau oleh bulu sikat gigi. Molar pertama merupakan gigi permanen yang memiliki waktu terlama berada dalam rongga mulut. Sealant diaplikasikan pada pit dan fisura guna menutup dan melindungi dari karies. Bahan sealant dibedakan menurut bahan dasar yang digunakan, metode polimerisasi, dan ada tidaknya kandungan fluoride. Meskipun kebanyakan sealant di pasaran bahan sealant berbahan dasar dan , memiliki komposisi kimia sama, namun hal ini penting guna mengetahui keefektifan dan kemampuan retensi masing-masing bahan tersebut. Kemampuan sealant untuk melepaskan fluoride, pada permukaan pit dan fisura akan memberikan keuntungan tersendiri pada bahan sealant semen ionomer. Semen ionomer disarankan sebagai bahan ideal untuk menutup pit dan fisura karena memiliki kemampuan melepas fluoride dan melekat pada enamel (Subramaniam, 2008).

2.6 Bahan Sealant Berbasis Resin a. Bahan matriks resin Bahan matriksnya adalah bisfenol A-glisidil metakrilat (bis-GMA), suatu resin dimetakrilat. Karena bis-GMA memiliki berat molekul yang lebih tinggi dari metal metakrilat, kepadatan gugus metakrilat berikatan ganda adalah lebih rendah dalam monomer bis-GMA, suatu faktor yang mengurangi pengerutan polimerisasi. Penggunaan dimetakrilat juga menyebabkan bertambahnya ikatan silang dan perbaikan sifat polimer (Kenneth J Anusavice, 2004: 230). Bis-GMA, urethane dimetrakilat (UEDMA), dan trietil glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah dimetakrilat yang umum digunakan dalam komposit gigi. Monomer dengan berat molekul tinggi, khususnya bis-GMA amatlah kental pada temperature ruang. Penggunaan monomer pengental penting untuk memperoleh tingkat pengisi yang tinggi dan menghasilkan konsistensi pasta yang dapat digunakan secara klinis. Pengencer bisa berupa monomer metakrilat dan monomer dimetakrilat (Kenneth J Anusavice, 2004: 230). Kebanyakan bahan resin saat ini menggunakan molekul bis -GMA, yang merupakan monomer dimetakrilat yang disintesis oleh reaksi antara bisfenol-A dan glisidil metakrilat. Reaksi ini dikatalisasi melalui sistem amine-peroksida (Lloyd Baum, 1997: 254). b. Partikel bahan pengisi Dimasukkannya partikel bahan pengisi ke dalam suatu matriks secara nyata meningkatkan sifat bahan matriks bila partikel pengisi benar-benar berikatan dengan matriks. Penyerapan air dan koefisiensi termal dari komposit juga lebih kecil dibandingkan dengan resin tanpa bahan pengisi. Sifat mekanis seperti kekuatan kompresi, kekuatan tarik, dan modulus elastis membaik, begitu juga ketahanan aus. Semua perbaikan ini terjadi dengan peningkatan volume fraksi bahan pengisi (Kenneth J Anusavice, 2004: 230-1).

Bis-GMA saat ini merupakan matriks resin pilihan sebagai bahan sealant. Bisa dengan atau tanpa bahan pengisi. Penambahan bahan pengisi meliputi serpih kaca mikroskopis, partikel quartz dan bahan pengisi lainnya. Bahan ini membuat sealant lebih tahan terhadap abrasi (Norman O. Harris, 1999: 246). Bahan yang digunakan bahan pengisi makro adalah partikel-partikel halus dari komponen silika, cristalin quartz, atau silikat glass boron. Quartz telah digunakan secara luas sebagai bahan pengisi. Quartz memiliki keunggulan sebagai bahan kimia yang kuat. Sementara sifat radiopak bahan pengisi disebabkan oleh sejumlah kaca dan porselen yang mengandung logam berat seperti barium, strontium dan zirconium. Penambahan bahan pengisi mengurangi pengerutan pada saat polimerisasi dan menambah kekerasan (Lloyd Baum, 1997: 254). c. Bahan coupling Bahan pengisi sangatlah penting berikatan dengan matriks resin. Hal ini memungkinkan matriks polimer lebih fleksibel dalam meneruskan tekanan ke partikel yang lebih kaku. Ikatan antara 2 fase komposit diperoleh dengan bahan coupling. Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat meningkatan sifat mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan hidrolitik dengan mencegah air menembus sepanjang antar bahan pengisi dan resin. -metakriloksipropiltrimetoksi silane adalah bahan yang sering digunakan sebagai bahan coupling (Kenneth J Anusavice, 2004: 230-1). d. Penghambat Untuk mencegah polimerisasi spontan dari monomer, bahan penghambat ditambahkan pada sistem resin. Penghambat ini mempunyai potensi reaksi kuat dengan radikal bebas. Bila radikal bebas telah terbentuk, bahan penghambat akan bereaksi dengan radikal bebas kemudian menghambat perpanjangan rantai dengan mengakhiri kemampuan radikal bebas untuk mengawali proses polimerisasi. Bahan penghambat yang umum digunakan adalah butylated hydroxytoluene (Kenneth J. Anusavice, 2004: 232). e. Sifat bahan resin Secara umum resin memiliki sifat mekanis yang baik, kelarutan bahan resin sangat rendah. Sifat termis bahan resin sebagai isolator termis yang baik. Bahan resin memiliki koefisien termal yang tinggi. Kebanyakan resin bersifat radiopaque (E.C Combe, 1992: 176-7). Resin memiliki karakteristik warna yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan perawatan. Sifat mekanis yang baik sehingga dapat digunakan pada gigi dengan beban kunyah besar Terjadinya . pengerutan selama proses polimerisasi yang tinggi menyebabkan kelemahan klinis dan sering menyebabkan kegagalan. Kebocoran tepi akibat pengerutan dalam proses polimerisasi dapat menyebabkan karies sekunder. Pemolesan bahan harus bagus karena kekasaran pada permukaan komposit dapat dijadikan tempat menempelnya plak (Kenneth J Anusavice, 2004: 247). f. Indikasi fisure sealant berbasis resin Penggunaan sealant berbasis resin digukanan pada hal berikut: a. Digunakan pada geligi permanen b. Kekuatan kunyah besar

c. d. e. f.

Insidensi karies relatif rendah Gigi sudah erupsi sempurna Area bebas kontaminasi atau mudah dikontrol Pasien kooperatif, karena banyaknya tahapan yang membutuhkan waktu lebih lama.

2.7 Pengerasan Sealant Berbasis Resin Terdapat dua tipe bis-GMA yaitu yang mengalami polimerisasi setelah pencampuran komponen katalis dan yang mengalami polimerisasi hanya setelah sumber sinar yang sesuai. Sampai sekarang sinar ultraviolet (panjang gelombang 365 nm) telah digunakan, tetapi telah banyak digantikan oleh sinar tampak (biru) dengan panjang gelombang 430-490 nm (R.J Andlaw, 1992: 58). 2.7.1 Pengerasan Sealant Berbasis Resin secara Otomatis Proses ini kadang disebut dengan cold curing, chemical curing, atau self curing. Bahan yang dipasok dalam 2 pasta, satu mengandung inisiator benzoil peroksida dan lainnya mengandung amin tersier. Bila kedua pasta diaduk, amin bereaksi dengan benzoil peroksida untuk membentuk radikal bebas dan polimerisasi tambahan dimulai (Kenneth J. Anusavice, 200 Sealant bis-GMA dipolimerisasi oleh bahan amina organik akselerator yang terdiri atas dua sistem komponen. Komponen pertama berisi bis-GMA tipe monomer dan inisiator benzoil peroksida, dan komponen kedua berisi tipe monomer bis-GMA dengan akselerator 5% amina organik. Monomer bis-GMA dilarutkan dengan monomer metal metakrilat. Sebuah bahan sealant komersil berisi pigmen putih, dimana mengandung 40% bahan partikel quartz dengan diameter rata -rata 2 mikrometer. Kedua komponen tadi bercampur sebelum diaplikasikan ke gigi dan berp olimerisasi ikatan silang sebagai reaksi sederhana (Norman O.Harris, 1979: 30) Pada bahan ini operator tidak memiliki kemampuan mengendalikan waktu kerja setelah bahan diaduk. Jadi pembentukan kontur restorasi harus diselesaikan begitu tahap inisiasi sel sai. e Jadi proses polimerisasi terus-menerus terganggu sampai operator telah menyelesaikan proses pembentukan kontur restorasi (Kenneth J. Anusavice, 2004: 235).

2.7.2 Pengerasan Sealant Berbasis Resin dengan Sinar Radikal bebas pemula reaksi polimerisasi terdiri atas foto-inisiator dan activator amin terdapat dalam satu pasta. Bila tidak terkena sinar, maka kedua komponen tersebut tidak bereaksi. Pemaparan terhadap sinar dengan panjang gelombang yang tepat (468 nm) merangsang fotoinisiator berinteraksi dengan amin untuk membentuk radikal bebas yang mengawali polimerisasi tambahan. Foto-inisiator yang digunakan adalah camphoroquinone. Sumber sinar modern biasanya berasal dari bohlam tungsten halogen melalui suatu filter sinar ultra merah dan spectrum sinar tampak dengan panjang gelombang 500 nm (Gambar10). Waktu polimerisasi sekitar 20 detik. -60 Untuk mengimbangi penurunan intensitas sinar, waktu pemaparan harus diperpanjang 2 atau 3 kali (Kenneth J. Anusavice, 2004: 232-5).

Saat ini telah tersedia bahan fissure sealant berbasis resin dalam syringe yang akan berpolimerisasi setelah diaktivasi dengan sinar (Gambar 9). Sealant bis-GMA berpolimerisasi dengan sinar ultraviolet (340-400 nm) adalah satu sistem tanpa diperlukan adanya pencampuran. Tiga bahan kental monomer bis-GMA dilarutkan dengan 1 bagian monomer metil metakrilat. Dengan aktivator berupa 2% benzoin metil eter (Robert G. Craig, 1979: 30). 2.8 Teknik Aplikasi Fissure Sealant Berbasis Resin 2.8.1 Pembersihan pit dan fisura pada gigi yang akan dilakukan aplikasi fissure sealant menggunakan brush dan pumis (Gambar 1) Syarat pumis yang digunakan dalam perawatan gigi: a. Memiliki kemampuan abrasif ringan b. Tanpa ada pencampur bahan perasa c. Tidak mengandung minyak d. Tidak mengandung Fluor e. Mampu membersihkan dan menghilangkan debris, plak dan stain f. Memiliki kemampuan poles yang bagus 2.8.2 Pembilasan dengan air Syarat air: a. Air bersih b. Air tidak mengandung mineral c. Air tidak mengandung bahan kontaminan 2.8.3 Isolasi gigi Gunakan cotton roll atau gunakan rubber dam 2.8.4 Keringkan permukaan gigi selama 20-30 detik dengan udara. Syarat udara : Udara harus kering Udara tidak membawa air (tidak lembab) Udara tidak mengandung minyak Udara sebaiknya tersimpan dalam syringe udara dan dihembuskan langsung ke permukaan gigi. 2.8.4 Lakukan pengetsaan pada permukaan gigi a. Lama etsa tergantung petunjuk pabrik b. Jika jenis etsa yang digunakan adalah gel, maka etsa bentuk gel tersebut harus dipertahankan pada permukaan gigi yang dietsa hingga waktu etsa telah cukup. c. Jika jenis etsa yang digunakan adalah berbentuk cair, maka etsa bentuk cair tersebut harus terus-menerus diberikan pada permukaan gigi yang dietsa hingga waktu etsa telah cukup. 2.8.5 Pembilasan dengan air selama 60 detik Syarat air sama dengan point 2. a. b. c. d.

2.8.6 Pengeringan dengan udara setelah pengetsaan permukaan pit dan fisura a. Syarat udara sama dengan point 3. b. Cek keberhasilan pengetsaan dengan mengeringkannya dengan udara, permukaan yang teretsa akan tampak lebih putih c. Jika tidak berhasil, ulangi proses etsa d. Letakkan cotton roll baru, dan keringkan e. Keringkan dengan udara selama 20-30 detik 2.8.7 Aplikasi bahan sealant a. Self curing: campurkan kedua bagian komponen bahan, polimerisasi akan terjadi selama 60 90 detik. b. Light curing: aplikasi dengan alat pabrikan (semacam syringe), aplikasi penyinaran pada bahan, polimerisasi akan terjadi dalam 20-30 detik. 2.8.8 Evaluasi permukaan oklusal a. Cek oklusi dengan articulating paper b. Penyesuaian dilakukan bila terdapat kontak berlebih (spot grinding) (Donna Lesser, 2001)

2.9 Bahan Sealant Semen Ionomer Kaca Semen ionomer kaca adalah nama generik dari sekelompok bahan yang menggunakan bubuk kaca silikat dan larutan asam poliakrilat. Bahan ini mendapatkan namanya dari formulanya yaitu suatu bubuk kaca dan asam ionomer yang mengandung gugus karboksil. Juga disebut sebagai semen polialkenoat. Bahan dalam semen ionomer kaca terdiri atas bubuk dan cairan. a. Bubuk semen ionomer kaca Bubuk adalah kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut dalam asam. Komposisi dari bubuk semen ionomer kaca adalah silica, alumina, aluminium fluoride, calsium fluoride, sodium fluoride, dan aluminium phosphate. Bahan-bahan mentah digabung sehingga membentuk kaca yang seragam dengan memanaskannya samapi temperature 1100-1500 C. Lanthanum, strontium, barium, atau oksida seng ditambahkan untuk menimbulkan sifat ra diopak (Kenneth J. Anusavice, 2004: 449). b. Cairan semen ionomer kaca Cairan yang digunakan untuk semen ini adalah larutan asam poliakrilat dengan konsentrasi 50%. Cairannya cukup kental dan cenderung membentuk gel setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, asam poliakrilat dalam cairan adalah dalam bentuk kopolimer dengan asam itikonik, maleik atau trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah reaktivitas dari cairan, mengurangi kekentalan, dan mengurangi kecenderungan membentuk gel. Selain itu, memperbaiki karakteristik manipulasi dan meningkatkan waktu kerja dan memperpendek waktu pengerasan (Lloyd Baum, 1997: 254). c. Pengerasan

Ketika bubuk dan cairan dicampur untuk membentuk suatu pasta (gambar 2), permukan partikel kaca akan terpajan asam. Ion-ion kalsium, aluminium, natrium dan fluorin dilepaskan ke dalam media yang bersifat cair. Rantai asam poliakrilat akan berikatan silang dengan ion-ion kalsium dan membentuk masa yang padat. Selama 24 jam berikutnya, terbentuk fase baru dimana ion-ion aluminium menjadi terikat dalam campuran semen. Ini membuat semen menjadi lebih kaku. Ion natrium dan fluorin tidak berperan serta di dalam ikatan silang dari semen. Beberapa ion natrium dapat menngantikan ion -ion hidrogen dari gugus karboksil, sementara sisanya bergabung dengan ion-ion fluorin membentuk natrium fluoride yang menyebar merata di dalam semen yang mengeras (Kenneth J. Anusavice, 2004: 451). Mekanisme pengikatan ionomer kaca dengan struktur gigi belum dapat diterangkan dengan jelas. Meskipun demikian, perekatan ini diduga terutama melibatkan proses kelasi dari gugus karboksil dari poliasam dengan kalsium di kristal apatit pada enamel dan dentin. Ikatan antara semen dengan enamel selalu lebih besar daripada ikatannya dengan dentin, mungkin karena kandungan anorganiknya enamel yang lebih banyak dan homogenitasnya lebih besar (Kenneth J. Anusavice, 2004: 452). d. Sifat semen ionomer kaca Semen ini memiliki sifat kekerasan yang baik, namun jauh inferior dibanding kekerasan bahan resin. Kemampuan adhesi melibatkan proses kelasi dari gugus karboksil dari poliasam dengan kalsium di kristal apatit enamel dan dentin. Semen ini memiliki sifat anti karies karena kemampuannya melepaskan fluor. Dalam proses pengerasan harus dihindarkan dari saliva karena mudah larut dalam cairan dan menurunkan kemampuan adhesi. Ikatan fisiko kimiawi antara bahan dan permukaan gigi sangat baik sehingga mengurangi kebocoran tepi tumpatan (Kenneth J. Anusavice, 2004: 453). e. Indikasi fisure sealant semen ionomer kaca Indikasi penggunaan Fissure sealant dengan semen ionomer kaca sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. Digunakan pada geligi sulung Kekuatan kunyah relatif tidak besar Pada insidensi karies tinggi Gigi yang belum erupsi sempurna Area yang kontaminasi sulit dihindari Pasien kurang kooperatif

2.10 Teknik Aplikasi Fissure Sealant dengan Sealant Semen Ionomer Kaca 2.10.1 Pembersihan pit dan fisura pada gigi yang akan dilakukan aplikasi fissure sealant menggunakan brush dan pumis (Gambar 1) Syarat pumis yang digunakan dalam perawatan gigi: a. Memiliki kemampuan abrasif ringan b. Tanpa ada pencampur bahan perasa c. Tidak mengandung minyak

d. Tidak mengandung Fluor e. Mampu membersihkan dan menghilangkan debris, plak dan stain f. Memiliki kemampuan poles yang bagus 2.10.2 Pembilasan dengan air Syarat air: a. Air bersih b. Air tidak mengandung mineral c. Air tidak mengandung bahan kontaminan 2.10.3 Isolasi gigi Gunakan cotton roll atau gunakan rubber dam 2.10.4 Keringkan permukaan gigi selama 20-30 detik dengan udara. Syarat udara : a. Udara harus kering b. Udara tidak membawa air (tidak lembab) c. Udara tidak mengandung minyak d. Udara sebaiknya tersimpan dalam syringe udara dan dihembuskan langsung ke permukaan gigi. 2.10.5 Aplikasi bahan dentin kondisioner selama 10-20 detik (tergantung instruksi pabrik). Hal ini akan menghilangkan plak dan pelikel dan mempersiapkan semen beradaptasi dengan baik dengan permukaan gigi dan memberikan perlekatan yang bagus (Gambar 3). 2.10.6 Pembilasan dengan air selama 60 detik Syarat air sama dengan point 2. 2.10.7 Pengeringan dengan udara setelah aplikasi dentin kondisioner permukaan pit dan fisura dilakukan pembilasan a. Syarat udara sama dengan point 3. b. Keringkan dengan udara selama 20-30 detik 2.10.8 Aplikasikan bahan SIK pada pit dan fisura (Gambar 4). 2.10.9 Segera aplikasi bahan varnish setelah aplikasi fissure sealant dilakukan (Gambar 5). 2.10.10 Evaluasi permukaan oklusal a. Cek oklusi dengan articulating paper b. Penyesuaian dilakukan bila terdapat kontak berlebih (spot grinding) (Departemen Kesehatan North Sidney, 2008) 3. Mahasiswa mampu menjelaskan Preventiv Resin

Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu pada email, dentin, dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidat yang diragikan.

Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Namun, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi, pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan (Kidd & Bechal, 1992). Pada anak-anak, proses demineralisasi pada karies gigi berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini disebabkan : (1) email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai maturasi setelah erupsi (meneruskan mineralisasi dan pengambilan flourida) yang berlangsung terutama satu tahun setelah erupsi; (2) remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan fisiologis, tetapi sebagai akibat pola makannya (sering makan makanan kecil); (3) lebar tubuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi yang tidak memadai; dan (4) diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada anak -anak terdapat jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil, diperkuat oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar di dalam mulut (Schuurs, 1993). Berbagai upaya telah dilakukan prevalensi karies pada gigi molar satu permanen pada anak-anak. Upaya tersebut mengingat bahwa pentingnya fungsi gigi molar permanen dalam sistem stomatognatik. Gigi molar satu permanen mudah diserang karies gigi karena bentuk anatomisnya, permukaannya memiliki pit dan fisur yang memudahkan retensi makanan dan merupakan tempat ideal bagi pertumbuhan bakteri karies. Selain itu, sulit bagi anak untuk membersihkan secara baik daerah pit dan fisur gigi molarnya dengan sikat gigi, karena sebagian besar bagian dalam pit dan fisur tidak dapat dicapai dengan bulu sikat gigi. Dengan demikian gigi molar satu permanen paling mudah terkena karies dibandingkan gigi permanen lainnya (Andlaw & Rock,1993). Mengingat prevalensi karies pada pit dan fisur cukup tinggi, maka dilakukan berbagai upaya untuk mengubah permukaan oklusal gigi molar satu permanen menjadi lebih tahan terhadap serangan karies. Sejak tahun 1923, Hyatt telah menerapkan tehnik prophylactic odontotomy yaitu memakai prinsip extension for prevention yaitu melakukan p reparasi kavitas pada fisur dalam yang belum terkena karies, kemudian menambalnya dengan amalgam untuk tujuan profilaksis. Bodecker pada tahun 1929 melakukan fissure eradication yaitu menghilangkan fisur dan menghaluskannya tetapi tidak diikuti dengan penambalan. Tehnik ini tidak berkembang dan kemudian ditinggalkan. Walaupun kemudian sejak tahun 1950 perkembangan fluoridasi secara topikal dan sistemik berpengaruh besar terhadap prevalensi karies pada gigi anak, tetapi ternyata kurang efektif untuk permukaan oklusal (Yoga, 1997). Sampai kemudian pada tahun 1950 Buonocore memperkenalkan metode perlekatan resin pada permukaan email yang dietsa asam. Metode ini potensial untuk tindakan pencegahan terhadap karies dan dapat diaplikasikan langsung ke permukaan oklusal. Sejak saat itu banyak penelitian dilakukan diantaranya ditemukan bahwa semen glass ionomer dapat digunakan sebagai bahan penutup permukaan oklusal dengan tehnik dan manipulasi lebih sederhana daripada resin komposit karena dapat berikatan langsung dengan email, dentin dan sementum secara fisik. Walaupun telah diupayan semaksimal mungkin untuk mencegah terjadinya karies pada permukaan oklusal gigi molar satu permanen, tetapi banyak ditemukan lesi karies kecil pada pit dan fisur yang dalam (Waggoner, 1991; Kilpatrick, 1996; Yoga, 1997). Restorasi Preventif Resin sebagai Alternatif Restorasi Pencegahan Karies pada Pit dan Fisur

Restorasi pencegahan adalah suatu perawatan pencegahan yang merupakan pengembangan dari pemakaian sealant pada permukaan oklusal, yaitu integrasi dari pencegahan karies dengan sealant dan penambalan karies dengan resin komposit pada permukaan yang sama. Lesi awal pada pemukaan gigi dihilangkan dengan preparasi seminimal mungkin, ditambal kemudian untuk mencegah terjadinya karies di masa mendatang permukaan tambalan diberi sealant (Mathewson&Primosch,1995). Tujuan dari restorasi pencegahan adalah untuk menghentikan proses karies awal yang terdapat pada pit dan fisur, terutama pada gigi molar permanen yang memiliki pit dna fisur, seklaigus melakukan tindakan pencegahan terhadap karies pada pit dan fisur yang belum terkena karies pada gigi yang sama. Pit dan fisur yang dalam dan sempit atau pit dan fisur yang memiliki bentuk seperti leher botol, secara klinis merupakan daerah yang sangat mudah terserang karies, karena sewaktu gigi disikat bagian dalam pit dan fisur tidak dapat dijangkau oleh bulu sikat gigi (Yoga,1997). Preventive resin restoration merupakan suatu prosedur klinik yang digunakan untuk mengisolasi pit dan fisur dan sekaligus mencegah terjadinya karies pada pit dan fisur dengan memakai tehnik etsa asam. Tehnik ini diperkenalkan pertama kali oleh Simonsen pada tahun 1977, meliputi pelebaran daerah pit dan fisur kemudian pembuangan email dan dentin yang telah terkena karies sep anjang pit dan fisur. Menurut Simonsen, terdapat tiga tipe bahan restorasi pencegahan dengan resin (tipe A, tipe B dan tipe C) yang diklasifikasikan berdasarkan pada perluasan dan kedalaman karies. Klasifikasi ini untuk menentukan bahan restorasi yang akan dipakai (Simonsen 1980; Yoga,1997). Awalnya, bahan yang dipakai adalah bahan sealant tanpa partikel pengisi (unfilled) untuk tipe A, resin komposit yang dilute untuk tipe B dan filled resin komposit untuk tipe C. Dengan perkembangan tehnologi ditemukan ditemukan bahan yang lebih tahan terhadap pemakaian, pengerasannya diaktivasi sinar yakni resin komposit untuk gigi posterior. Generasi baru dari bahan tersebut akan mempertinggi keberhasilan restorasi resin pencegahan. Selain resin komposit, dipakai juga bahan tambal lain agar dapat didapat kekuatan yang lebih besar. Seperti pada tehnik glass ionomer resin preventive restoration, glass ionomer preventive restoration dan sealant-amalgam preventive restoration(Yoga,1997). Efek peletakan sealant terhadap kelangsungan hidup mikroorganisme dan perkembangan karies di bawah restorasi sealant telah banyak didokumentasikan. Menurut Handelman et al. Menyatakan bahwa terdapat penurunan yang signifikandalam jumlah mikroorganisme yang dapat hidup setelah 2 minggu penempatan sealant, dan setelah 2 tahun terjadi penurunan 99,9% mikroorganisme dapat hidup. Prosedur etsa sendiri juga dapat mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat hidup sebanyak 75%. Bahan sealant juga efektif mengisolasi bakteri yang terperangkap di kedalam fisur an dari sumber nutrisi karbohidrat yang berasal dari lingkungan mulut (Hicks & Flaitz, 1992; Octiara, 2002). Aplikasi sealant juga telah diketahui dapat menghentikan perkembangan lesi karies dengan bahan sealant dari lingkungan mulut dapat memudahkan odontoblast untuk membentuk dentin reparatif pada daerah yang didemineralisasi oleh serangan karies. Hasil respon biologis ini akan menahan dan memineralisasi kembali lesi dentin (Hicks, 1984; Octiara, 2002). Banyak metode yang digunakan untuk mempersiapkan restorasi resin pencegahan diterangakn dalam literatur. Namun pada dasarnya menggunakan urutan perawatan sebagai berikut: isolasi, preparasi, restorasi dan aplikasi sealant. Pada tahap awal, permukaan oklusal gigi dibersihkan memakai rubber dam atau dapat juga dengan gulungan kapas (cotton roll) disertai saliva ejektor (Yoga, 1997).

Permukaan yang kering sangat penting untuk retensi bonding. Kontaminasi salivadan cairan harus dihindarkan selama aplikasi sealant dan polimerisasi. Menurut Ferguson dan Rip pada tahun a 1980 mengindikasikan bahwa isolasi dengan rubber dam menghasilkan retensi yang lebih baik untuk sealant yang diaktivasi dengan sinar, tetapi tidka untuk bahan sealant autopolimerisasi yang tanpa dilakukan tanpa bantuan asisten. Namun, menurut penelitian Eidelman et al. (1983), tidak ada perbedaan yang bermakna antara pemakaian rubber dam dengan gulungan kapas terhadap retensi fisur silen, yakni pemakaian rubber dam silen yang beretensi penuh rata-rata antara 97% setelah 6 bulan dan 96% setelah 24 bulan sedangkan isolasi dengan emmakai gulungan kapas rata-rata 99% silen yang beretensi penuh untuk 6 bulan dan 88% untuk 24 bulan. Gambar 1. Tahapan tehnik restorasi preventif resin. (1) pemberian rubber dam, (2) hasil preparasi kavitas, (3) pemberian etsa asam berupa gel selama 15 detik, (4) pemberian dentin/enamel primer, (5) selapis tipis resin adhesive, (6) aplikasi resin komposit pada kavitas Sumber : Strassler & Goodman, 2002 Pada pembuangan jaringan karies, maka daerah pit dan fisur yang buang a dalah daerah yang mengalami dekalsifikasi atau yang dicurigai telah terjadi karies dengan menggunakan round bur kekuatan rendah. Daerah retnsi tidak diperlukan karena restorasi ini mendapatkan perlekatan ke jaringan dengan tehnik etsa asam. Tujuannya adalah untuk membuang seluruh jaringan karies dan struktur gigi seminimal mungkin. Selanjutnya dilakukan profilaksi dengan pumis yang tidak mengandung fluor sehingga permukaan email benar-benar bersih dan dibur sebelum dietsa. Sebagai alternatif untuk memperoleh tujuan yang sama, dapat menggunakan sikat gigi dan pasta gigi. Dengan metode ini nilai retensi yang diperoleh sebanding dengan metode menggunakan profilaksis pumis (Yoga, 1997). Tahap selanjutnya adalah penetsaan asam menggunakan asam fosfat 37% yang dil takkan pada e permukaan email di oklusal gigi (pit dan fisur). Pengetsaan ini menghasilkan pori-pori yag memungkinakan infiltrasi nikroskopis resin ke dalam permukaan gigi yang kemudian resin akan berpolimerisasi dan membentuk ikatan dengan gigi (Simonsen 1980; Yoga, 1997). Bentuk bahan etsa asam fosfat ada dua macam ayaitu larutan dan gel. Menurut Brown (1988) bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada penetrasi asam fosfat yang berbentuk larutan atau gel pada pit dan fisur sehingga sama efektifnya karena mempunyai pola etsa yang mirip dan keduanya tidak efektif membuang sisa debris dari pit dan fisur. Tetapi sehubungan dengan kualitas panganan klinis yang lebih baik dianjurkan penggunaan bahan etsa bentuk gel untuk aplikasi sealant. Selanjutnya diletakkan selapis tipis bonding resin atau bonding dentin ke dalam preparasi kavitas, kemudian diikuti dengan komposit posterior yang dicairkan untuk kavitas tipe B atau bahan komposit posterior untuk tipe C yang dilanjtkan dengan penyinaran selama 60 detik. Aplikasikan bahan sealant di atas daerah restorasi dan pit dan fisur sekitarnya yang telah dietsa, kemudian disinar selama 40 detik. Untuk restorasi preventif resin tipe A hanya bahan silen yang diaplikasikan pada permukaan oklusal termasuk enamel yang dipreparasi (Octiara, 2002).

Gambar 2. Hasil perawatan menggunakan tehnik restorasi preventif resin. (A) Gambaran klinis lesi karies pada gigi premolar pertama rahang atas dan molar pertama (sebelum perawatan), (B) folow up selama 5 tahun menujukkan hasil yang baik (sesudah perawatan) Sumber : Strassler & Goodman, 2002 Pada ketiga tipe bahan di atas yaitu tipe A, tipe B dan tipe C sebagiman halnya sealant memerlukan pemeriksaan ulangan setiap 6 bulan, karena walaupun terlihat baik tetapi beberapa bulan kemudian kemungkinan terlihat lepasnya bahan tambal dari gigi, baik sebagian amupun seluruhnya. Kontaminasi cairan adalah alasan yang paling sering menyebabkan kegagalan bonding. Selain itu penyebab lainnya adalah berkurangnya resin karena pemakaian. Keadaan ini dapat ditutupi dengan penambahan material pada kunjungan ulang (Mathewson & Primosch, 1995).4. Mahasiswa mampu menjelaskan Aplikasi FlourDefinisi Fluor Fluor merupakan unsur yang penting dalam pembentukan gigi dan tulang. Kekerasan gigi dan tulang ditentukan oleh kadar senyawa-senyawa kalsium yang tinggi di dalam tulang. Fluor adalah mineral yang secara alamiah terdapat di semua sumber air termasuk laut. Fluor tidak pernah ditemukan dalam bentuk bebas di alam. Ia bergabung dengan unsur lain membentuk senyawa fluoride. 1.2 Peranan Fluor Dalam Gigi Tubuh kita pasti sangat membutuhkan senyawa gula untuk menjaga stamina dan energi kita didalam tubuh. Kebanyakan orang jika ingin menjaga stamina pasti mengkonsumsi susu. Fluor ini berperan dalam pembentukan email gigi dan membuat struktur gigi lebih kuat sehingga akan membuat gigi lebih tahan terhadap pengikisan oleh asam. Asam itu sendiri dibentuk ketika bakteri di dalam plak memecah gula dan karbohidrat yang berasal dari makanan. Serangan asam yang berulang-ulang akan merusak gigi yang dapat menyebabkan gigi berlubang. Di sini fluor berperan mengurangi kemampuan bakteri untuk membentuk asam. Fluor juga berfungsi merangsang pembentukkan mineral kembali yang akan menghentikan proses terjadinya gigi berlubang. 1.3 Jenis Flour yang Ada dalam Kehidupan Fluor yang berbentuk senyawa ada 2 macam, sitemik dan topikal. Yaitu sebagai berikut: Pemberian Fluor Secara Sistemik Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan perlindungan topikal karena fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi gigi. Fluoride sistemik ini meliputi fluoridasi air minum dan melalui pemberian makanan tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap. Namun di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan berbagai metode penggunaan fluor, yang kemudian dibedakan menjadi metode perorangan dan kolektif. Contoh penggunaan kolektif yaitu fluoridasi air minum (biasa kita peroleh dari air kemasan) dan fluoridasi garam dapur. Penggunaan Fluor Secara Topikal Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada

1.

2.

enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi kimia : Ca10(PO4)6(OH)2+F Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. Remineralisasi adalah proses perbaikan kristal hidroksiapatit dengan cara penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah kehilangan mineral tersebut . Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal hidroksiapatit email gigi, yang terutama disusun oleh mineral anorganik yaitu kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai mencapai pH kritis (pH 5) oleh bakteri yang menghasilkan asam. Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari proses karies. Penggunaan fluor secara topikal dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: 1. Topikal aplikasi yang mengandung fluor 2. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor 3. Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor2.1 TOPIKAL FLUORIDE Topikal fluoride adalah fluoride yang diaplikasikan langsung ke gigi, misalnya pasta gigi dan obat kumur. Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan gigi dari proses karies. Penggunaan fluor secara topikal dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 1. Topikal aplikasi yang mengandung fluor 2. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor 3. Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor Pada makalah ini kami akan membahas mengenai penggunaan topikal fluor dalam bentuk obat kumur. 2.2 OBAT KUMUR BERFLUORIDE Senyawa fluoride yang paling umum digunakan pada obat kumur adalah natrium fluoride. Obat kumur lebih efektif bagi mereka yang berisiko tinggi untuk karies, tapi biasanya kontra indikasi untuk anak-anak, terutama di daerah dengan air minum berfluoride. Namun, di daerah tanpa air minum berfluoride, obat kumur mengandung fluoride ini kadang-kadang diresepkan untuk anak-anak. Apabila kandungan fluor pada sumber air lokal kurang dari 0,3 ppm, maka suplemen fluor yang dibutuhkan oleh anak-anak usia 6 bulan - 3 tahun adalah 0,25 mg/hari, anak usia 3-6 tahun sebanyak 0,5 mg/hari, dan anak usia 6-16 tahun sebanyak 1 mg/hari. Kebutuhan suplemen fluor menjadi lebih rendah apabila kandungan fluor dalam sumber air lokal lebih tinggi, misalnya 0,3 - 0,6 ppm, maka anak usia 6 bulan - 3 tahun tidak memerlukan suplemen fluor, sedangkan untuk anak usia 3 - 6 tahun, kebutuhannya menjadi berkurang separuhnya yaitu 0,25 mg/ hari dan 0,5 mg/hari untuk anak usia 6 - 16 tahun. Namun jika kandungan fluor lebih besar dari 0,6 ppm, maka untuk semua usia tersebut sudah tidak diperlukan lagi suplemen fluor.

FLUOR KADAR DAN CARA PEMBERIAN 1. Kadar ideal fluor dalam air minum pada daerah beriklim sedang adalah 1 ppm (part per million) 2. Pada daerah tropis dimana orang lebih sering minum karena panas, disarankan kadar fluor yang lebih rendah. Di Indonesia air minum tidak difluoridasi. BERBAGAI BENTUK FLUOR : 1. Untuk Ditelan tablet 0,25 ; 0,50 dan 1,00 mg obat tetes 0,125 mg setiap tetsnya 2. Tidak Untuk Ditelan A. obat kumur 0,05 % NaF (natrium fluoride)(tiap hari)

0,02 % NaF (tiap minggu) B. pasta gigi 0,5 inci mengandung 1 mg fluor KEBUTUHAN DAN CARA PEMBERIAN : Bila kadar fluor dalam air minum kurang dari 0,3 ppm disarankan mengunakan fluor tambahan tabel sbb : USIA KEBUTUHAN FLUOR 0 6 bulan Tak memerlukan fluor tambahan 6 bln 2 thn 2 tetes fluor langsung ke dlm mulut; lalu ganti dg tablet 0,25 mg bila gigi geraham sdh tumbuh 2 4 thn 1 tablet 0,50 mg dimasukkan ke dlm mulut dan dibiarkan selama anak tidur 4 14 tahun 1 tablet 1 mg dimasukkan ke dlm mulut dan dibiarkan selama tidur (John Besford Good Mouthkeeping, 1996) KANDUNGAN FLUOR Spesifikasi Fluor pada pasta gigi berdasarkan SII (Standar Industri Indonesia) : 1. maksimum adalah 1.500 ppm senyawa fluor, 2. WHO menetapkan komponen fluor minimal yang masih berperan aktif dalam pasta gigi adalah 800 ppm. 3. Beberapa pasta gigi di pasaran dengan merk terkenal rata-rata mengandung sekitar 1.000 ppm fluoride.(Plasschaert, 1975; Levy, 1993), 4. jumlah ini sama dengan 1 mg fluor dalam 1 gr pasta gigi (1 gram pasta setara dengan 12 mm pasta gigi ). FLUOR PADA PASTA GIGI ANAK 1. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan pasta gigi berfluor pada usia dini dihubungkan dengan tingginya kejadian fluorosis (WHO, 1994). Karena itu anak di bawah usia 3 tahun (kemampuan motorik untuk kumur-kumurnya belum optimal) sebaiknya jangan memakai pasta gigi yang berfluoride karena kemungkinan besar sisa pasta giginya akan tertelan). 2. Untuk itu anak-anak dianjurkan menggunakan pasta gigi dengan kadar fluor sekitar 500 ppm (Levy dkk, 1993), 3. Singapura direkomendasikan agar anak-anak sebaiknya menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor tidak lebih dari 400 ppm (nn, 1998). 4. Namun perlu diperhatikan bahwa kandungan fluor kurang dari 500 ppm, efisiensisnya terhadap karies gigi belum dibuktikan (WHO, 1994).

5. Mahasiswa mampu menjelaskan Mouth Protector

Sebuah mouthguard (juga dikenal sebagai pelindung mulut, bagian mulut, gumshield atau nightguard) adalah perangkat pelindung untuk mulut yang menutupi gigi dan gusi untuk mencegah dan mengurangi cedera pada gigi , lengkungan, bibir dan gusi . Mouthguards yang paling sering digunakan untuk mencegah cedera dalam olahraga kontak , sebagai pengobatan untuk bruxism atau TMD , atau sebagai bagian dari prosedur gigi tertentu, seperti gigi pemutihan Selain penggunaan di bidang olahraga, mouth guard juga memiliki kegunaan di bidang medis. Alat ini dapat digunakan sebagai splint pada penderita kelainan sendi rahang (temporomandibular/TMJ disorder) dan bruxism. Bruxism adalah kebiasaan buruk mengerat tidur tanpa sadar terutama saat tidur malam, dan dapat menyebabkan permukaan gigi menjadi

aus. Oleh karena itu mouth guard digunakan untuk melindungi gigi. Alat ini umumnya terbuat dari material plastik. Ada beberapa jenis mouth guard yang dapat digunakan: Stock/Ready made mouth guard. Jenis ini sudah dibuat di pabrik dengan berbagai ukuran tapi tidak dapat disesuaikan dengan ukuran dan bentuk si pemakai. Jenis ini banyak tersedia di toko atau toko olahraga namun kurang disarankan karena ukurannya yang tidak pas sehingga seringkali mengganggu saat bicara atau bernapas. Fungsi perlindungannya juga kurang optimal. Mouth adapted (boil and bite). Jenis ini terbuat dari material thermoplastic (plastik yang dapat melunak saat dipanaskan dan mengeras saat mendingin). Cara penggunaannya diletakkan dalam air panas hingga lunak lalu dimasukkan ke dalam mulut dan dibentuk dengan jari dibantu lidah agar sesuai dengan bentuk gigi dan rahang pemakai. Namun ketersediannya di Indonesia masih relatif jarang. Custom fitted mouth protector. Dari ketiga jenis mouth guard dapat dikatakan jenis ini yang terbaik, karena dibuat secara individual untuk masing-masing pasien sehingga dapat pas dengan ukuran gigi dan rahangnya. Umumnya jenis ini dibuat oleh dokter gigi yang mencetak rahang pasien lalu dikirim untuk dikerjakan di laboratorium dental. Karena proses pembuatannya yang spesifik, umumnya harganya pun lebih mahal dibandingkan kedua jenis diatas, namun memberikan kenyamanan dan perlindungan yang maksimal