laporan tutorial i blok iii

Upload: kamalabdurrosidrosid

Post on 09-Oct-2015

62 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Tutorial i Blok III

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan berkah dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial berdasarkan hasil diskusi kami ini dengan tepat waktu.Di dalam laporan ini, kami membahas sebuah skenario yang berjudul Cerita Tetanggaku. Pada skenario tersebut, diceritakan mengenai seorang pemuda yang mengikuti ajang lomba lari marathon 10 km. Setelah mengikuti lomba lari tersebut, sang pemuda merasa kelelahan dan kepanasan hingga ia banyak berkeringat. Ketika ia buang air kecil, ia juga mendapati urinnya pekat dan sedikit.Demikian laporan ini kami susun dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi mahasiswa kedokteran untuk lebih memahami mengenai homeostasis cairan dan termoregulasi dalam tubuh. Terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan turut membantu dalam penyelesaian laporan ini, masukan sangat kami harapkan untuk perbaikan dalam pembuatan laporan tutorial selanjutnya.

Mataram, 12 November 2013

(Kelompok Tutorial IV)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar1Daftar Isi2I.Pendahuluan1.1 Skenario 1 Blok 331.2 Mind Map31.3 Learning Objectives3II.Pembahasan2.1 Homeostasis Cairan42.2 Komposisi Cairan dalam Tubuh42.3 Fungsi Cairan dalam Tubuh52.4 Mekanisme Perpindahan Cairan dalam Tubuh.. 52.5 Variasi Cairan dalam Setiap Individu72.6 Hubungan Homeostasis dengan Sel82.7 Hubungan Homeostasis dengan Cairan Isotonik 92.8 Sistem Keseimbangan Homeostasis Cairan92.9 Gangguan Homeostasis Cairan Tubuh 102.10 Termoregulasi 102.11 Keseimbangan Cairan dan Elektrolit132.12 Keseimbangan Asam Basa152.13 Sistem Kontrol Homeostatik (Mekanisme Feedback)17III.Penutup1. Kesimpulan18Daftar Pustaka19

I. PENDAHULUAN

1.1 SkenarioTrigger 1Cerita TetanggakuSeorang pemuda tetanggaku mengikuti ajang lomba lari marathon 10 km. Ia sangat antusias mengikuti acara ini sehingga persiapan pun telah dilakukan jauh hari sebelumnya. Di hari yang ditunggu, ia memulai start dengan semangat. Hampir setengah perjalanan lomba ia mulai terlihat lelah dan terengah. Keringat banyak bercucuran apalagi siang itu udara sangat terik. Mengatasi rasa haus yang mendera, di setiap pos lomba yang menyediakan air putih dan minuman isotonik, ia memperlambat kecepatan larinya agar bisa minum. Setelah berlari hampir 3 jam ia pun sampai di garis finish. ia langsung merebahkan badannya di rerumputan, membuka kaos yang dikenakan lalu mengipas badannya yang terasa panas dan basah dengan keringat. Sejenak kemudian ia merasa lebih segar. Pemuda tersebut kemudian ke kamar mandi untuk buang air kecil, ia mendapatkan kencingnya sedikit dan pekat. Apa saja mekanisme yang terjadi pada pemuda dalam skenario terkait dengan homeostasis cairan dan elektrolit?

1.2 Learning Objectives1. Sistem primer dalam regulasi homeostasis cairan2. Keseimbangan cairan dan elektrolit3. Keseimbangan asam basa4. Konsep dasar homeostasis5. Termoregulasi6. Mekanisme perpindahan cairan dalam tubuh7. Mekanisme umpan balik

II. PEMBAHASAN2.1 Homeostasis CairanHomeostasis cairan adalah pemeliharaan keseimbangan komposisi cairan dalam tubuh guna mempertahankan regulasi dan kerja sistem jaringan maupun organ dalam tubuh, agar dapat tetap berjalan dengan normal. Homeostasis cairan juga merupakan suatu siklus yang mengalami perubahan secara dinamis namun tetap dipertahankan kestabilannya oleh respons-respons fisiologis kompensatorik, agar perubahan yang terjadi tidak menyimpang jauh dari titik konstannya.Terdapat beberapa faktor dalam tubuh yang dikontrol homeostasis cairan, antara lain:- Konsentrasi molekul nutrient- Konsentrasi O2 dan CO2- Konsentrasi zat sisa- Kadar pH, volume, tekanan dan suhu- Kadar garam, air dan elektrolit

2.2 Komposisi Cairan dalam TubuhCairan menyusun kurang lebih 70% tubuh manusia. Pada bayi dan anak-anak, cairan dalam tubuh memiliki jumlah persentasi yang lebih tinggi. Hal ini dapat dikarenakan semakin bertambahnya usia seseorang, presentasi lemak dalam tubuh juga semakin meningkat sehingga mengurangi kadar cairan tubuh.Cairan tubuh dibagi menjadi dua, yaitu:- Cairan intraseluler (ICF): ICF menyusun dua pertiga dari total cairan tubuh. - Cairan ekstraseluler (ECF): ECF menyusun sepertiga dari total cairan tubuh. Cairan ekstraseluler terbagi menjadi tiga yaitu cairan interstitial dan limfe yang jumlahnya sekitar 15% dari cairan tubuh, cairan intravaskuler atau plasma darah yang berjumlah sekitar 3% dari cairan tubuh, dan cairan transseluler yang terdiri dari cairan gastrointestinal, urin, cerebrospinal fluid, dll.Zat terlarut yang menyusun cairan tubuh dibagi menjadi dua. yaitu:- Non elektrolit: Tidak larut dalam larutan dan juga tidak menghantarkan listrik, contohnya protein, glukosa, oksigen- Elektrolit: Berupa garam yang dapat larut dalam larutan dan menghantarkan listrik (ion), contohnya Na+ , K+ , Ca2+ , Mg2+ , dll

2.3 Fungsi Cairan dalam Tubuha. Mengatur suhu tubuh dan lingkungan selulerb. Alat transportasi nutrient, elektrolit dan sisa metabolismec. Menyeimbangkan O2, CO2 dan pHd. Mengencerkan darah (komponen penyusun sel, plasma darah)e. Mempertahankan hidup sel

2.4 Mekanisme Perpindahan Cairan dalam Tubuha. Transpor Pasif Difusi : Perpindahan molekul/ion dari bagian yang berkonsentrasi tinggi ke rendah Difusi Sederhana: Gerakan molekul/ion terjadi melalui suatu celah membrane atau melalui ruang antar molekul. Difusi Terfasilitasi: Gerakan molekul/ion terjadi dengan membutuhkan interaksi protein pembawa. Adapun yang melewati membran sel melalui proses difusi terfasilitasi adalah Glukosa dan Asam Amino

(Gambar: Difusi Sederhana dan Difusi Terfasilitasi) Osmosis : Pergerakan netto air dari yang tinggi ke rendah atau pergerakan air dari cairan osmolalitas rendah (cair) ke cairan yang osmolalitas tinggi (pekat) yang melalui membran semipermeable.

(Gambar: Osmosis)

Filtrasi : Terjadi karena adanya perbedaan antar 2 ruang yang dibatasi membran terdapat cairan yang bergerak dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah. Umumnya terjadi pada proses filtrasi di Glomelurus.

(Gambar: Filtrasi di Glomerulus)b. Transpor AktifPerpindahan zat terlarut melalui membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi atau mutan listrik dan membutuhkan ATP (Adenosin Trifosfat) sebagai energi. Salah satu zat yang ditranspor secara aktif ion natrium dan ion kalium yang melalui Pompa Natrium Kalium. Pompa Natrium Kalium: Yaitu proses yang memompa ion natrium keluar membran dan memompa ion Kalium dari luar ke dalam. Dengan bantuan energy berupa ATP dan enzim ATPase yang memecah ATP menjadi ADP dan membebaskan energi dari sebuah ikatan fosfat. Dimana energi ini akan mendorong 2 ion Natrium keluar dan 2 ion Kalium kedalam.

(Gambar: Pompa Natrium-Kalium)

(Gambar: Perbedaan Difusi dan Transpor Aktif)

2.5 Variasi Cairan dalam Setiap IndividuCairan dalam setiap individu memiliki variasi yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena:a. Usia: Usia mempengaruhi proporsi tubuh, kebutuhan metabolik serta berat badan. Bayi dan anak-anak umumnya memerlukan lebih banyak pemasukan cairan dikarenakan cairan yang hilang juga banyak. Hal ini dapat terjadi karena laju metabolic yang tinggi dan kondisi ginjal yang belum matur. Pada lansia, sering terjadi permasalahan pada organ yang tidak berfungsi dengan normal sehingga berpengaruhi pada jumlah cairan tubuh yang masuk atau keluar.b. Aktivitas: Aktitivitas dapat meningkatkan laju metabolisme. Insensible water loss juga dapat terjadi akibat peningkatan laju pernafasan dan aktivasi kelenjar keringatc. Iklim: Orang yang tinggal di lingkungan bersuhu tinggi dapat mengalami insensible water loss dari ekskresi keringat dan pernafasan yang meningkat dibanding orang yang tinggal di lingkungan bersuhu rendah.d. Diet: Asupan nutrisi juga dapat memengaruhi kadar asupan cairan dan elektrolit yang seharusnya diterima tubuh.e. Stress: Stress dapat meningkatkan produksi hormone antidiuretik sehingga mengurangi produksi urin.f. Penyakit: Gangguan pada organ, khususnya pada organ yang berperan dalam homeostasis cairan seperti ginjal, tentunya akan mengacaukan sistem organ tersebut sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya dengan normal. Hal ini akan mempengaruhi homeostasis cairan dalam tubuh.g. Obat: Konsumsi beberapa jenis obat, misalnya diuretik apalagi secara berlebihan, dapat meningkatkan kehilangan cairan tubuh.h. Pembedahan atau tindakan medis: Homeostasis cairan dapat terganggu saat tindakan operasi, misalnya karena kekurangan banyak darah atau kelebihan asupan cairan intravena.

2.6 Hubungan Homeostasis dengan SelEsensial bagi kelangsungan hidupMempertahankanMembentuk

2.7 Hubungan Homeostasis dengan Cairan IsotonikCairan atau minuman isotonic merupakan cairan yang mengandung energi dan elektrolit. Elektrolit dibutuhkan untuk mengganti garam atau ion tubuh yang hilang dalam bentuk keringat. Penggantiannya akan membantu cairan untuk proses pencernaan maupun osmosis sehingga dapat diabsorbsi oleh otot tubuh yang sedang bekerja. Tanpa elektrolit, cairan di dalam minuman tidak dapat diabsorbsi sepenuhnya dan efek dehidrasi tubuh akan lebih cepat terjadi

2.8 Sistem Primer yang Berperan dalam Homeostasis CairanTerdapat berbagai sistem primer dalam tubuh yang berfungsi untuk memperthanakan keadaan hemoistasis cairan dalam tubuh, diantaranya terdiri dari :

Sistem Sirkulasi Merupakan sistem pengangkut yang mengangkut berbagai bahan, misalnya nutrien, oksigen, karbondiaksida, zat sisa, elektrolit, dan hormon dari satu bagian tubuh kebagian yang lain. Sistem Pencernaan Sistem pencernaan berfungsi menguraikan makan menjadi molekul-molekul yang dapat diserap kedalam plasma untuk didistribusikan kesemua sel tubuh. Sistem ini juga memindahkan air dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke lingkungan internal. Sistem PernapasanSistem pernapasan terdiri dari paru-paru dan saluran napas, berfungsi menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida kel lingkunnganeksternal. Dengan menyesuaikan kecepatan pengeluarankarbondioksida, penghasil asam, sistem pernapasna juga penting mempertahankan pH lingkungan internal yang sesuai. Sistem KemihSistem kemih berfungsi mengeluarkan kelebihan air, garam, asam dan elektrolitlain dari plasma serta mengeluarkannya ke urin, bersama denga zat-zat sisa selain karbondioksida. Sistem ini mencakup ginjal, dan saluran perpipaannya. Sistem IntegumenTerdiri dari kulit dan struktur terkaitnya, berfungsi sebagai sawar protektif luar yang mencegah cairan internal keluar dari tubuh dan mikroorhganisme asing masuk ke dalam tubuh. Sistem ini juga penting mengatur suhu tubuh, dengan proses jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh ke lingkungan eksternal dapat disesuaikan dengan mengontrol produksi keringat dan mengatur aliran darah. Sistem EndokinSistem Endokrin adalah sistem regulatorik utama yang secara umum terdiri atas kelenjar-kelenjar penghasil hormon yang mengatur aktivitas yang relatif membutuhkan durasi waktu daripada keceptan. Sistem ini sangat penting dalam mengontrol konsentrasi nutrien, dan mengontrol volume serta komposisi elektrolit lingkungan internal dengan mengatur fungsi ginjal.2.9 Gangguan Homeostasis Cairan Tubuha. Hipovolemia atau kekurangan volume cairan ECF adalah saat dimana seseorang kehilangan cairan tubuh isotoniknya, yang disertai denga kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama.b. Hipervolemia atau kelebihan volume cairan ECF adalah ketika natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan jumlah yang kurang lebih sama. Seiring terkumpulnya cairan isotonik secara berlebihan di ECF, maka cairan akan berpindah ke kompartemen cairan interstitisial sehingga menyebabkan terjadinya edema (pembengkakan karena kelebihan cairan).

2.10 TermoregulasiTermoregulasi adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan suhu dalam batas-batas tertentu, bahkan ketika suhu eksternal sangat berbeda.Termoregulasi merupakan proses fisiologis yaitu suatu kegiatan integrasi dan koordinasi antara termoreseptor perifer dan termoreseptor sentral. Sehingga Termoregulasi bertujuan sebagai suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Suhu nilai normal tubuh berkisar 36,5c-37,2c yang terdiri dari suhu inti tubuh dan suhu kulit (permukaan). Adapun Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh : Kecepatan metabolisme basal Rangsangan saraf simpatis Hormon pertumbuhan Hormon tiroid Hormon kelamin Demam ( peradangan ) Status gizi Aktivitas Gangguan organ Lingkungan

Interaksi Tubuh dengan lingkungan yang Dapat mengakibatkan pertukaran panas meliputi :

Radiasi Radiasi menyebabkan tubuh kehilangan panas sebanyak 60 % melalui gelombang elektromagnetik atau gelombang panas. Dipengaruhi oleh: suhu permukaan tubuh dan suhu sekitarnya. Ketika suatu energi radiasi mengenai sebuah bendaa dan diserap maka energi gerakan gelombang akan diubah menjadi panas dalam bneda. Tubuh manusia memancarkan (sumber yang kehilangan panas) dan menyerap (sumber yang memperoleh panas) energi radiasi. Konduksi Konduksi (hantaran) adalah pemindahan panas antara benda-benda yang berbeda suhunya yang berkontak langsung satu sama lain, dengan panas mengalir menuruni gradien suhu dari benda yang lebih hangat ke benda yang lebih dingin melalui pemindahan dari molekul ke molekul sekitarnya, dimana melalui konduksi ini tubuh dapat kehilangan panas sebanyak 3%. Misalnya bersinggungan dengan objek yang lebih dingin Konveksi Konveksi dapat menyebabkan tubuh kehilangan melalui gerakan udara, dimulai dari konduksi dari kulit ke udara sekitar, melalui konveksi ini tubuh dapat kehilangan panas sebanyak 12 %. Dipengaruhi oleh angin Evaporasi Evaporasi merupakan suatu penguapan tanpa dirasakan melalui kulit dan paru-paru. Evaporasi merupakan metode terakhir pemindahan panas yang digunakan oleh tubuh. Ketika udara menguap dari permukaan kulit, panas yang diperlukan untuk mengubah air dari keadaan cair menjadi gas diserap dari kulit sehingga tubuh menjadi lebih dingin. Diatur melalui pengeluaran keringat.

Pengaturan suhu tubuhHipotalamus berfungsi sebagai termostat atau pengatur suhu tubuh, yatu suatu sistem yang berguan untuk memantau suhu dengan memicu mekanisme panas atau mekanisme pendingin sesuai dengan kebutuhan kebutuhan tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang ditentukan. Hipotalamus sebagai pusat integrasi termogulasi tubuh, yaitu dengan menerima informasi aferen yang berkaitan dengan suhu tubuh diberbagai bagian tubuh yang diterima oleh reseptor peka terhadap suhu (termoreseptor), yaitu termoreseptor sentral pada suhu inti dan termoreseptor perifer pada suhu permukaan kulit dan setelah itu hipotalamus akan memicu penyesuaian yang sangat kompleks dan terkoordinasi dalam mekanisme penerimaan panas dan pembuangan panas sesuai kebutuhan untuk mempertahan kisaran suhu normal.

Suhu luar turun- cold receptorimpuls ke hipotalamus serat eferenke efektortingkatkan produksi panas Suhu luar panasSuhu luar panasimpuls aferenthipotalserat eferentingkatkan kehilangan panas

Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah- Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat :a. Vasodilatasi disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior (penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.b. Berkeringat merupakan pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi. c. Penurunan pembentukan panas terdiri atas beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia.- Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun :a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.b. Piloereksi merupakan rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut berdiri. c. Peningkatan pembentukan panas dengan mempengaruhi sistem metabolisme mengakibatkan sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.2.11 Keseimbangan Cairan dan ElektrolitKeseimbangan cairan perlu mempertahankan dua faktor penting, yaitu volum cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volum cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolalitas cairan ekstrasel. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.1. Pengaturan volume cairan ekstraseluler Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang. Mempertahankan keseinbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang keluar dan yang massuk ke dalam tubuh. Hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartemen dan antara tubuh dan lingkungan luarnya. Memperhatikan keseimbangan garam seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memperhatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehinnga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cendrung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus di ekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.Ginjal mengontrol jumlah garam yang diekskresi dengan cara: a. Mengontrol jumlah garam (natrium) yang di filtrasi dengan pengaturan laju filtrasi glomelurus (LFG).b. Mengontrol jumlah yang di reabsorbsi di tubulus ginjal.Jumlah Na yang direabsorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na dan retensi Na di tubulus distal dan collecting. Retensi Na meningkatkan rentensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri. Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi oleh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan ekskresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.2. Pengaturan osmolalitas cairan ekstraselulerOsmolalitas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. Semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solut atau semakin rendah konsentrasi semakin rendah solut (konsentrasi air lebih tnggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan melalui perubahan osmolaritas di nefron. Disepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urin yang sesuaidengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di duktus koligen. Glomelurus menghasilkan cairan yang isosomotik di tubulus proksimal. Dinding tubulus ansa henle pars decending sangat pemeabel terhadap air, sehinnga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritu bular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik. Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeabel terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsorbsi garam garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitasnya bervariasi bergantung pada ada tidaknya (ADH), urine yang di bentuk bergantung juga pada ada tidaknya (ADH).

2.12 Keseimbangan Asam BasaKeseimbangan Asam Basa terkait dengan pengaturan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran konsentrasi ion H yang bebas dalam tubuh. DImana: Asam: Melepas ion H Basa: Mengikat ion H dan mengeluarkannyaSehingga apabila H meningkat lingkungan semakin asamAdapun tingkat keasaman dalam tubuh adalah: pH > 7,45: Alkalosis pH 7,35-7,45 : Normal pH < 7,35: Asidosis

Yang mengatur keseimbangan Asam Basa adalah buffer. Sebagai penyangga buffer dapat meminimalkan perubahan pH. Yang termasuk Buffer adalah: Bikarbonat Sistem Respirasi Protein Hemoglobin Darah Fosfat Saluran Kemih Perubahan ion H dapat berupa perubahan dari asam karbonat yang terdisosiasi H + HCO Katabolisme zat organic disosiasi asam organik pada metabolisme intermediet.

Penyimpangan keseimbangan Asam Basa bergantung pada sumber dan arah perubahan abnormal [H]. Adapun sebab terjadinya ketidakseimbangan disebabkan oleh disfungsi pernapasan atau metabolic yang dibagi menjadi 4 yaitu: Asidosis Respiratorik Retensi abnormal CO kerena hipoventilasi (ventilasi yang kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolik akan penyaluran O dan pengeluaran CO). Karena CO yang keluar dari paru lebih sedikit daripada normal maka peningkatan pembentukan dan penguraian HCO yang menyebabkan peningkatan [H].Penyebab: Penyakit paru, depresi pusat, dll.

Alkalosis Respiratorik Pengeluaran CO yang berlebihan kerena hiperventilasi (kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolik tubuh akan pengeluaran CO). Karena CO yang keluar dari paru lebih banyak daripada normal maka pembentukan dan penguraian HCO menjadi berkurang sehingga [H] menurun.Penyebab: Demam, rasa cemas, dan keracunan asprin.

Asidosis Metabolik Pengeluaran cairan HCOyang berlebihan dari tubuh.Penyebab: Diare berat, Diabetes Melitus (DM), olahraga berat, dan asidosis uremik.

Alkalosis Metabolik Peningkatan HCO pada keadaan tak terkompensasi dan tidak disertai oleh perubahan [CO].Penyebab: Muntah dan ingesti obat alkali.Agar Asam dan Basa tetap seimbang, maka pemasukan H harus terus-menerus diimbangi oleh pengeluaran H melalui eksresi H urin dan pengeluaran CO penghasil H di paru-paru.1. Pernapasan Mengeliminasi CO yang diproduksi secara metabolis sehingga HCO tidak menumpuk di cairan tubuh.H Meningkat (Asam)Peningkatan Pembuangan COMengurangi pembentukan H

2. GinjalHampir semua H disekresikan di urin melalui sekresi. Regulasi terjadi di tubulus proksimal dan tubulus distal.Adapun proses sekresi H dimulai dari: H Menurun (Basa)Pengurangan Pembuangan COMeningkatkan pembentukan H

MembentukTerdapatReabsorpsiKarbonat AnhidraseCO berdifusiSel TubulusMelalui:1. Plasma2. Cairan Tubulus3. CO yang diproduksi secara metabolis di sel tubulusCO+HOFiltrat GlomelurusNaHCOTeruraiHCOHKeluar Sel menuju Lumen TubulusSekresi

2.13 Sistem Kontrol Homeostatik (Mekanisme Feedback)Sistem kontrol homeostatik suatu jalinan komponen-komponen tubuh yang saling berhubungan secara fungsional dan bekerja untuk mempertahankan suatu faktor dalam lingkungan internal agar relatif konstan disekitar suatu tingkat optimal.Sistem kontrol homeostatik dikelompokkan menjadi dua yaitu instrinsik dan ekstrinsik. Kontrol instrinsik (lokal) terdapat di dalam suatu organ. Misalnya, suatu otot rangka yang sedang berolahraga menggunakan O dengan cepat untuk menghasilkan energi untuk menunjang aktivitas kontraktilnya, maka konsentrasi O di dalam otot turun. Sedangkan kontrol ekstrinsik yaitu mekanisme regulasi yang dimulai di luar suatu organ untuk mengubah aktivitas organ tersebut. Kontrol ini dilakukan oleh sistem saraf dan endokrin. Contohnya, untuk memulihkan tekanan darah ke tingkat yang sesuai jika tekanan tersebut turun terlalu rendah, sistem saraf secara simultan bekerja pada jantung dan pembuluh darah diseluruh tubuh untuk meningkatkan tekanan darah ke normal.Sistem kontrol homeostatik harus mampu mendeteksi dan menahan perubahan. Sistem kontrol instrinsik maupun ekstrinsik bekerja berdasarkan prinsip umpan balik (feedback) negatif yang berhubungan dengan homeostasis. Umpan balik negatif adalah respon yang terjadi setelah terdeteksinya suatu perubahan, umpan balik ini melawan perubahan awal. Kita mengambil contoh, pada saat tubuh kita kekurangan air (HO), maka hipotalamus-hipofisis anterior akan mengeluarkan hormon ADH (hormon antidiuretik, vasopresin) yang bekerja pada ginjal selama pembentukan urin untuk membantu mempertahankan keseimbangan air dengan meningkatkan konservasi air dengan mengurangi pengeluaran air melalui urin.Apabila terjadi umpan balik positif, dimana terjadi peningkatan atau penguatan faktor, bukannya mengembalikan homeostasis ke keadaan normal, maka hal tersebut dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan pada sistem kontrol. Hal ini biasanya terjadi akibat adanya gangguan pada fungsi salah satu organ yang berperan dalam sistem homeostasis.

III. PENUTUP3.1 KesimpulanHomeostasis merupakan suatu kontrol terhadap perubahan yang terjadi secara dinamis, baik dari lingkungan internal maupun eksternal, agar perubahan tersebut tidak memberi efek yang terlalu menyimpang dari kondisi normal sehingga kondisi internal tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Homeostasis dapat dipertahankan dengan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit serta menjaga keseimbangan asam basa dengan mengontrol kadar konsentrasi ion H+ dalam cairan. Untuk menjaga homeostasis, tubuh juga akan memberi respon umpan balik negatif untuk tetap menjaga kestabilan.

IV. DAFTAR PUSTAKASherwood, Lauralee. 2009. Fisiologi Manusia edisi 6. Jakarta: EGC

Guyton & Hall. 2007. Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC.Junqueira, L. C., Carneiro, J. 2007. Teks dan atlas histologi dasar. Jakarta : EGC.

Sylvia A.Price dan Lorraine M.Wilson, 2005, Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, Jakarta: EGC

17