laporan tutorial skeario 2 blok 6

51
“TERKENA PARANG” LAPORAN TUTORIAL BLOK VI HEMATOLOGI SKENARIO 2 KELOMPOK A2 AGUNG SETIAWAN G0012007 ADHIZTI NALURIANNISA E N G0012003 AZALIA NEYSA ROSALIND G0012037 EMA NOVALIA DEWI K S G0012069 ILHAM RAMADHAN G0012095 M HAFIZH ISLAM S G0012119 MAHARDHIKA K G0012123 MONICA FRADISHA ZUKHRI G0012135 PARADA JIWANGGANA G0012159 RAHMI SYUADZAH G0012173 SALICHA OKTAMILA A G0012201 WIDORETNO PRABANDARI G0012229 NAMA TUTOR : Jarot Subandono, dr.,M.Kes. FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: parada-jiwanggana

Post on 18-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

hematologi

TRANSCRIPT

TERKENA PARANG

LAPORAN TUTORIAL BLOK VI HEMATOLOGI

SKENARIO 2

KELOMPOK A2

AGUNG SETIAWAN

G0012007

ADHIZTI NALURIANNISA E N

G0012003

AZALIA NEYSA ROSALIND

G0012037

EMA NOVALIA DEWI K S

G0012069

ILHAM RAMADHAN

G0012095

M HAFIZH ISLAM S

G0012119

MAHARDHIKA K

G0012123

MONICA FRADISHA ZUKHRI

G0012135

PARADA JIWANGGANA

G0012159

RAHMI SYUADZAH

G0012173

SALICHA OKTAMILA A

G0012201

WIDORETNO PRABANDARI

G0012229

NAMA TUTOR :

Jarot Subandono, dr.,M.Kes.FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

TAHUN 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transportasi zat (seperti oksigen), bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan sebagainya. Kaitannya dengan sistem pertahanan tubuh, sel darah putih atau leukosit (white blood cell) adalah komponen darah yang bertanggung jawab atas itu. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih memiliki karakteristik seperti tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler (diapedesis). Dalam keadaan normalnya terkandung 5.000-10.000 /ml darah.

Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang.

Sel darah putih dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan granulanya. Yang pertama adalah granulosit atau sel polimorfonuklear, yaitu basofil, eosinofil, dan neutrofil. Kelompok kedua adalah tanpa granula dalam sitoplasmanya atau agranulosit, yaitu limfosit dan monosit. Lalu, kelebihan atau kekurangan dari leukosit ini menyebabkan kondisi tubuh menurun bahkan bisa menjadi sangat fatal. Misalnya, pada kasus leukemia.

Leukosit ini juga berkaitan erat dengan kelenjar limfe. Terlebih jika ada kelainan di kelenjar limfe, aliran pembuluh limfe yang dapat membawa antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh, apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar. Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari organ itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, dan monosit, atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi sel-sel ganas.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana morfologi dan pembentukan leukosit itu ?2. Bagaimana limfosit dapat membuat antibodi ? dan menjadi sel apa saja ?3. Mengapa terdapat kemunculan metamyelosit pada pasien tersebut ?4. Bagaimana anatomi, fisiologi dan histologi kelenjar limfe ?5. Bagaimana patofisiologi dari Limfadenitis, Limfadenopati, Limfoma non hodgkins, dan Limfoma hodgkins ?6. Apa hubungan keluhan pasien dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium ?7. Apa hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan pasien ?8. Zat apa yang menyebabkan rasa nyeri ? dan bagaimana mekanismenya berdasarkan kasus pasien ?9. Bagaimana diagnosis dan penatalaksanaan penyakit pada pasien ?10. Apa saja komponen dari nanah ?11. Pemeriksaan laboratorium apa yang diperlukan ? (selain di skenario)C. Tujuan Pembahasan1. Mengetahui morfologi dan pemebentukan leukosit.2. Mengetahui mekanisme limfosit dalam kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh.3. Memahami penyebab munculnya metamielosit pada pasien di skenario.4. Mengetahui anatomi, fisiologi dan histologi kelenjar limfe.5. Mengetahui patofisiologi dari Limfadenitis, Limfadenopati, Limfoma non hodgkins, dan Limfoma hodgkins.6. Mengetahui hubungan keluhan pasien dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium.7. Mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan pasien.8. Mengetahui zat rasa nyeri dan mekanismenya berdasarkan kasus pada pasien tersebut.9. Mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan penyakit pada pasien.10. Mengetahui komponen dari nanah.11. Mengetahui pemeriksaan laboratorium apa yang diperlukan (selain di skenario).D. Skenario

Seorang laki-laki, usia 59 tahun, datang dengan keluhan demam. Demam dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Pada inspeksi terlihat luka meradang di betis kkanan karena terkena parang 4 hari sebelumnya. Kulit sekitarnya bengkak dan berwarna kemerahan. Pada palpasi teraba hangat dan nyeri tekan, sehingga sulit berjalan. Pangkal paha kanan terasa nyeri, pada palpasi teraba pembesaran beberapa kelenjar limfe regional di inguinal dekstra ukuran 1-2 cm, berbatas tegas, lunak, mudah digerakkan dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan laboratorium didapat jumlah leukosit 16.000 sel/uL, LED (Laju endap darah) = 35 mm/jam dengan hitung jenis leukosit : basofil 1%, eosinofil 1%, metamyelosit 2%, netrofil batang 6%, netrofil segmen 75%, limfosit 4%, dan monosit 11%.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah dan jaringan pembentuk darah yang merupakan salah satu sistem organ terbesar didalam tubuh. Tiga jenis sel darah utama adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan trombosit. Fungsi utama darah adalah untuk transportasi. Sel darah merah tetap berada dalam sirkulasi dan mengandung pigmen pengangkut oksigen (hemoglobin). Sel darah putih bertanggung jawab terhadap pertahanan tubuh dan diangkut oleh darah ke berbagai jaringan tempat sel-sel tersebut melakukan fungsi fisologiknya. Trombosit berperan mencegah tubuh kehilangan darah akibat perdarahan dan melakukan fungsi utamanya di dinding pembuluh darah (Sacher Ronald A, McPherson Richard A, 2004).Leukosit merupakan unit yang aktif dalam sisi pertahanan tubuh. Ada lima macam sel darah putih yang secara normal ditemukan dalam darah. Keenam sel tersebut adalah netrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Netrofil, eosinofil dan basofil disebut granulosit karena memiliki granula. Sementara monosit dan limfosit disebut agranulosit karena tidak memiliki granula (Guyton AC dan Hall JE , 2007).Netrofil dibedakan menjadi 2 menurut bentuk intinya. Ada netrofil batang dan ada netrofil segmen. Keduanya mempunyai ukuran sedang, sitoplasma berwarna pucat, berukuran sedang-luas dengna granula halus. Inti pada netrofil batang berbentuk bantang melengkung, kromatin kurang besar dan menggumpal. Sementara pada inti sel netrofil memiliki segmen 2-5 lobus, kromatin kasar dan menggumpal. Netrofil batang dikatakan semakin netrofil yang kurang matang, karena pada akhirnya, netrofil batang akan tumbuh menjadi netrofil segmen. Netrofil aktif bergerak dan sejumlah besar dapat berkumpul ditempat cedera dalam waktu singkat. Netrofil merupakan pertahanan pertama tubuh apabila jaringan rusak atau benda asing masuk ke dalam tubuh (Sacher Ronald A, McPherson Richard A, 2004; Ganong William F, 2008).Eosinofil termasuk dalam kategori granulosit yang memiliki sel sedang, sitoplasma berwarna pucat, berukuran sedang-luas, bergranula besar, merah dan tidak menutupi inti. Intinya bilobus dengan kromatin kasar dan menggumpal. Eosinofil bergerak lambat kurang efektif dan kurang efisien dalam fagositosis dan pemusnahan bakteri. Eosinofil dapat menjadi indikasi adanya alergi dan memiliki kemampuan khas untuk merusak larva parasit tertentu (Sacher Ronald A, McPherson Richard A, 2004; Ganong William F, 2008).Basofil termasuk dalam kategori granulosit dengan ukuran sel sedang-kecil, sitoplasma berwarna pucat, terdapat granula besar, kasar, berwarna biru/ungu tua. Intinya tidak bersegmen, bilobug, sering ditutupi oleh granula. Granula pada basofil mengandung mukopolisakarida asam, asam hialuronat dan sejumlah besar histamin. Adanya basofil dalam darah perifer menunjukkan adanya keganasan (Sacher Ronald A, McPherson Richard A, 2004; Ganong William F, 2008).Limfosit merupaka sel agranulosit dengan ukuran kecil, sitoplasma sempit, kadang tidak tampak, sitoplasma berwarna biru, mempunyai inti bulat, kromatinnya kasar dan menggumpal. Limfosit merupakan leukosit kedua terbanyak di darah perifer. Sel ini merupakan komponen esensial pada sistem pertahanan imun, fungsi utamanya adalah berinteraksi dengan antigen dan menimbulkan respon imun. Limfosit dibagi menjadi dua subtipe utama yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit T berperan dalam imunitas seluler dan memodulasi responsivitas imun. Sementara limfosit B bertanggung jawab untuk imunitas humoral dan pembentukan antibodi (Sacher Ronald A, McPherson Richard A, 2004; Ganong William F, 2008).Monosit merupakan sel agranulosit dengan ukuran 14-20 u dengan sitoplasma berwarna biru abu-abu, intinya seperti tapal kuda, dan kromatin intinya tampak. Sel ini sangat aktif dalam fagositosis dan pemusnahan mikroorganisme. Adanya peradangan dapat merangsang monosit bermigrasi dari darah ke jaringan. Migrasi ini sangat mencolok pada keadaan subakut atau kronis. Pada saat terjadi peradangan, monosit menyatu sama lain menjadi sel raksasa berinti banyak. Keadaan seperti ini terutama terjadi pada peradangan granulamatosa (Sacher Ronald A, McPherson Richard A, 2004; Ganong William F, 2008).Leukosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang dan sebagian lagi di jaringan limfe. Granulosit dan monosit hanya ditemukan pada sumsum tulang. Limfosit dan sel plasma terutama diproduksi dalam berbagai organ limfogen, termasuk kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil (Sacher Ronald A, McPherson Richard A, 2004).

Kelenjar limfe merupakan kelenjar yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh yang membentuk pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi. Limfe mirip dengan plasma tetapi dengan kadar protein yanglebih kecil. Kelenjar-kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga jumlah sel itu sangat besar di dalam saluran limfe. Di dalam limfe tidak terdapat sel lain. Limfe dalam salurannya digerakkan oleh kontraksi otot disekitarnya dan dalam beberapa saluran limfe yang gerakannya besar itu dibantu oleh katup (Pearce Evelyn C, 2009).Jika terjadi peradangan, aliran saluran limfe meningkat dan membantu mengalirkan cairan edema dari ruang ekstravaskuler. Selain cairan, leukosit dan debris sel juga bisa menemukan jalan masuk ke dalam limfe. Bahkan, pada kedaan inflamasi luas, aliran limfe juga dapat mengangkut agen penyerang (mikroba atau kimiawi). Akibatnya, saluran limfe itu sendiri dapat mengalami peradangan sekunder (limfangitis) begitu pula kelenjar getah bening (limfadenitis) (Isselbacher Kurt J, 2008).Limfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan dan terlokalisais. Limfadenopati terjadi bila limfanodus lokal dan pembuluh darah mengalirkan materi terinfeksi yang tertangkap dalm jaringan folikuler nodus. Peningkatan aliran limfatik adalah karakteristik dari inflamasi lokal. Bila terjadi inflamasi pembuluh limfatik ini disebut limfangitis. Bila inflamasi mempengaruhi limfonodus, ini disebut limfadenitis. Sistem limfe membantu mempertahankan infeksi tetap terlokalisasi dan terisolasi dari aliran darah (Isselbacehr, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper, 2000).1. Morfologi dan Pembentukan Leukosit

A. Karakteristik

1) Jumlah

Jumlah normal sel darah putih adalah 7000 sampa 9000 per mm3.

Infeksi atau kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total leukosit.

2) Fungsi

Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap invasi benda asing termasuk bakteri dan virus.

Sebagian besar aktivitas leukosit berlangsung dalam jaringan dan bukan dalam aliran darah.

3) Diapedesis

Leukosit memiliki sifat diapedesis, yaiut kemampuan untuk menembus pori-pori membran kapiler dan masuk ke dalam jaringan.

4) Gerakan amuboid

Leukosit bergerak sendiri dengan gerakan amuboid (gerakan seperti gerakan amuba). Beberapa sel mampu bergerak tiga kali panjang tubuhnya dalam satu menit.

5) Kemampuan kemotaksis

Pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak menyebabkan leukosit bergerak mendekati (kemotaksis positif) atau menjauhi (kemotaksis negatif) sumber zat.

6) Fagositosis

Semua leukosit adalah fagositik, tetapi kemampuan ini lebih berkembang pada neutrofil dan monosit.

7) Rentang kehidupan

Setelah di produksi di sumsum tulang, leukosit bertahan kurang lebih satu hari dalam sirkulasi sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama beberapa hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan bergantung jenis leukositnya (Sloane E, 2003).

B. Pembentukan Leukosit

Diferensiasi dini sel stem hemopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe sel stem commited. Sel-sel commited ini selain membentuk sel darah merah juga membentuk dua silsilah utama sel darah putih, yaitu silsilah mielositik dan limfositik. Silsilah mielositik dimulai dari mieloblas dan silsilah limfositik dimulai dari limfoblas Gambar 1.

Granulosit dan monosit hanya dibentuk di dalam sumsum tulang. Limfosit dan sel plasma terutama diproduksi diberbagai jaringan limfogen khususnya di kelenjar limfe, limfa, timus dan tonsil (Guyton AC dan Hall JE, 2007).

Gambar 1. Proses Hemopoesis

Sloane, Ethel (2003). Anatomy and physiology: an easy learner. Cetakan ke-1. Jakarta : EGC.

C. Klasifikasi

Ada lima jenis leukosit dalam sirkulasi darah yang dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki granula sitoplasma disebut granulosit; sel tanpa granula disebut agranulosit.

1) Granulosit ; terbagi menjadi neutrofil, eosinofil dan basofil berdasarkan warna granula sitoplasmanya saat dilakukan pewarnaan dengan zat warna darah Wright.

a) Neutrofil

Mencapai 60% dari jumlah sel darah putih.

Struktur : memiliki granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki tiga sampai lima lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis. Diameternya mencapai 9 m sampai dengan 12 m.

Fungsi : neutrofil sangat fagositik dan sangat aktif. Sel-sel ini sampai di jaringan terinfeksi untuk menyerang dan menghancurkan bakteri, virus, atau agens penyebab cedera lainnya.

b) Eosinofil

Mencapai 1-3% jumlah sel darah putih.

Struktur : memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus dua dan berdiameter 12 m sampai dengan 15 m.

Fungsi :

i. Eosinofil adalah fagositik lemah. Jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit, tetapi akan berkurang selama stress berkepanjangan.

ii. Sel ini berfungsi dalam detoksikasi histamin yang diproduksi sel mast dan jaringan yang cedera saat inflamasi berlangsung.

iii. Eosinofil mengandung peroksidase dan fosfatase yaitu enzim yang mampu menguraikan protein. Enzim ini mungkin terlibat dalam detoksifikasi bakteri dan pemindahan kompleks antigen-antibodi, tetapi fungsi pastinya belum diketahui.

c) Basofil

Mencapai kurang dari 1% jumlah sel darah putih.

Struktur : memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan dan akan berwarna keunguan sampai hitam serta memperlihatkan nukleus berbentun S. Diameternya sekitar 12 m sampai 15 m.

Fungsi : menyerupai fungsi sel mast. Sel ini mengandung histamin, mungkin untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera dan juga antikoagulan heparin, mungkin untuk membantu mencegah penggumpalan darah intravaskular. Fungsi sebenarnya belum diketahui.

2) Agranulosit ; leukosit tanpa granula sitoplasma, yaitu limfosit dan monosit.

a) Limfosit

Mencapai 30% jumlah total sel darah putih dalam darah. Sebagian besar limfosit dalam tubuh ditemukan di jaringan limfatik. Rentang hidupnya dapat mencapai beberapa tahun.

Struktur : limfosit mengandung nukleus bulat berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma. Ukurannya bervariasi (ukuran terkecil 5-8 m ; ukuran terbesar 15 m).

Asal dan fungsi : limfosit berasal dari sel-sel batang sumsum tulang merah tetapi melanjutkan diferensiasi dan proliferasinya dalam organ lain. Sel ini berfungsi dalam reaksi imunologis.

b) Monosit

Mencapai 3-8% jumlah total sel darah putih.

Struktur : merupakan sel darah terbesar, diameternya rata-rata berukuran 12-15 m. Nukleusnya besar, berbentuk telur atau seperti ginjal yang dikelilingi sitoplasma berwarna biru keabuan pucat.

Fungsi : sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap bermigrasi melalui pembuluh darah. Jika monosit telah meninggalkan aliran darah, maka sel ini menjadi histlosit jaringan (makrofag tetap) (Sloane E, 2003).

D. Limfosit

Limfosit merupakan jenis imunitas didapat di dalam tubuh yang dapat berupa imunitas yang diperantarai sel dan imunitas humoral. Limfosit dibedakan menjadi dua yaitu limfosit T dan limfosit B. limfosit T dari namanya berasal dari Timus, jadi sebelum limfosit T dilepaskan dan berperan pada tubuh, dia menetap dan matang di Timus. Saat meninggalkan timus, dipastikan tidak akan bereaksi terhadap tubuh atau protein dan antigen di tubuh karena sebelum dilepaskan, diseleksi dengan cara mencampur limfosit T dengan antigen sendiri dari jaringan tubuh sendiri. Bila bereaksi terhadap antigen tubuhsendiri ia akandihancurkan dan difagositosis, tetapi bila tidak bereaksi maka dapat dilepaskan dan berfungsi di dalam tubuh. Limfosit T ini bertanggungjawab dalam pembentukan limfosit teraktivasi yang dapat membentuk imunitas diperantarai sel.

Pada limfosit B, nama B berasal dari kata Busa Fabricus yang merupakan organ pada burung yang khusus menghasilkan limfosit B, dimana organ sejenis ini tidak terdapat pada manusia. Hanya saja pada manusia limfosit B dihasilkan di hati pada saat janin dan berganti di sumsum tulang saat setelah lahir. Limfosit ini berfungsi untuk membentuk antibody dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : Limfosit B limfoblasplasmablas sel plasma. Sel plasma ini merupakan sel limfosit yang telah matur membesar dan menghasilkan zat-zat antibodi untuk system imunitas humoral.

Kelainan DiGeorge / DiGeorge Anomaly adalah gangguan kekurangan system kekebalan tubuh bawaan yang mana tidak adanya kelenjar thymus atau tidak terbentuk ketika lahir. Biasanya, diGeorge anomaly berkaitan dengan ketidaknormalan kromosom namun tidak selalu menurun. Janin tidak bertumbuh dengan normal, ketidak normalan jantung, kelenjar paratiroid, muka, dan kelenjar thymus seringkali terjadi. Kelenjar thymus sangat penting untuk pembentukan normal pad agetah bening T. Sebagai konsekwensi, orang dengan gangguan ini memiliki jumlah getah bening T yang rendah, membatasi kemampuan mereka untuk melawan berbagai infeksi. Infeksi segera terjadi setelah lahir dan seringkali terulang. Meskipun begitu, derajat yang mempengaruhi system kekebalan sangat bervariasi (Kumar, 2007), (Guyton AC dan Hall JE, 2007), (Price Sylvia A, 2005).

E. Kelainan Leukosit

1) Leukemia

Sejenis kanker yang ditandai dengan proliferasi sel darah putih yang tidka terkendali. Jenis leukemia ditentukan berdasarkan jenis sel yang dominan seperti mielositik (granulosit), limfositik, atau leukemia monositik, dan berdasarkan durasi penyakit dari awitannya, seperti leukimia kronik atau akut.

2) Mononukleosis infeksius

Disebabkan oleh virus Epstein-Barr yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah limfosit dan ketidakseimbangan jumlah sel yang abnormal dan tidak matang.

3) Acquired immune deficiency syndrome (AIDS)

Disebabkan human immunodeficiency virus (HIV), merusak sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang rangkaian limfosit tertentu yang disebut sel T (Sloane, 2003).

F. Munculnya metamielosit

Metamielosit secara normal muncul pada darah tepi hanya saat produksi sel meningkat sebagai respon dari stress. Pada kondisi ini sel-sel tersebut akan lebih banyak dibanding mieloblas dan promielosit. Mielosit dan metamielosit juga muncul dalam aliran darah pada penyakit akut (Theml H, Diem H, Haferlach T, Thieme, 2004).2. Kelenjar limfe

A. Anatomi kelenjar limfe

Sistem Limfatik terdiri atas: pembuluh limfe, nodus limfatik, organ limfatik, nodul limfatik dan sel limfatik.

1) pembuluh limfe:

Kapiler limfe, berada di sepanjang jaringan kapiler kecuali sumsum tulang merah dan sistem saraf pusat. Ukurannya lebih besar dan tidak beraturan dibanding kapilar darah, tapi sturktur dasarnya sama.

Trunkus limfatikus: muara pembuluh limfe, terdiri atas: trunkus yugularis (dari kepala dan leher), trunkus subclavia (dariexterminitas superior, glandula mama, dinding thorax superficialis), trunkusBronchomediastinalis(daristruktur thorax bagiandalam), trunkusIntestinalis (struktur abdomen), trunkusLumbalis (dariextremitas inferior, dindingabdominoperlvicdan organ perlvis)

Duktus limfatikus : muara trunkus limfatikus, terdiri atas:

duktus limfatikus dextra: bermuara pada pertemuan vena jugularis interna dan vena subclavia kanan. duktus ini mendapat aliran limfe dari sisi kanan kepala dan leher serta lengan kanan.

duktus thoracicus:mengumpulkan cairan dari seluruh tubuh, kecuali kuadran kanan atas. duktus ini memasuki vena subclavia kiri pada sisi pertemuan vena tersebut dengan vena jugularis interna. duktus ini berasal dari sterna chyli yang menyerupai kantong terdilatasi pada regio lumbar rongga abdomen. sisterna chyli adalah duktus pengumpul untuk semua limfatik yang berasal dari hati, usus, pelvis dan tungkai bawah.

2) Nodul limfatik

Kelompok sel limfatik yang diselubungi oleh matrix extra celluler.Bagian tengah disebut pusat benih (germinal center) yang berisi proliferasi limfosit B dan makrofag. Limfosit T terdapat diluar pusatbenih.Berfungsi menyaring dan membunuh antigen.

Malt (Mucosa-Associated Lymphatic Tissue): Kumpulan Nodul Limfatik yang terdapat dilamina propria mucosa tractus gastrointestinalis, respiratoriusgenitalisdanurinarius. Sangat banyak di ileum, yang disebut peyer patches.

Tonsil: Merupakan kelompok sel limfatik dan matrix extra seluler yang dibungkus oleh capsul jaringan pemyambung, tetapi tidak lengkap, terdiri atas:bagian tengah (germinal center) dan Crypti. Berada dipharyngeal:tonsil pharyngeal (posterior naso pharynx), tonsil palatine (posteo lateral cavum oral), tonsil lingualis (sepanjang 1/3 posterior lidah)

3) Organ Limfatik

thymus: di mediastinum anterior berupa 2 lobus.

limpa: di quadranataskiri abdomen, di inferior diaphragma yang memanjang dariiga 9 11. Bagian postero lateral disebut permukaan diaphragmatic dan bagian antero medeoial berisi hillus dimana arteri, vena dan nervus yang keluar masuk. Limpa disuplai oleh Arteri Splenicus.

4) Nodus limfe

Tersusun dari saluran-saluran sejumlah pembuluh limfe.Berbentukoval atau menyerupai buncis yang berukuran anatar 1mm-20mm. Lokasi beberapa nodus limfe berdasarkan kepentingan klinis:

a. nodus submaksilaris: bagian dasar mulut

b. nodus serviks: pada leher di sepanjang otot sternokleidomastoid

c. nodus supratroklear: di atas lekukan siku

d. nodus aksilaris: terakumulasi jauh di dalam lengan bawah dan regio dada atas

e. nodus inguinal: di lipat paha (Yanwirasti, 2010).

B. Histologi Kelenjar Limfe

Kelenjar limfe ditutupi oleh kapsul jaringan fibrosa ikat. Kelenjar limfe juga memiliki trabekula trabekula yang merupakan perpanjangan kapsul jaringan ikat, memanjang dari korteks ke medulla. Pada kelenjar limfe juga terdapat stroma yang mendukung jaringan internal dengan jaringan ikat serat reticular.

Kelenjar limfe terdiri atas korteks dan medula.

a. Korteks merupakan bagian terluar dari kelenjar limfe yang diisi dengan folikel getah bening. Tepi luar folikel mengandung lebih banyak sel T sedangkan pusat germinal adalah tempat sel-B berproliferasi.b. Medulla merupakan bagian terdalam dari kelenjar limfe. Tali meduler berisi limfosit, makrofag, sel plasma (sel B diaktifkan). Kabel meduler membentang dari korteks dan mengandung sel-sel B, sel T, dan sel plasma. Sepanjang node adalah sinus getah bening saling silang dengan serat reticular. Makrofag berada pada serat ini di mana mereka memfagositasi benda asing (Thompson JF, 2011).

C. Fisiologi Kelenjar Limfe

Sistem limfatikSebuah rute aksesori dimana darah dan ruang interstitial dapat bertukar cairan. Limfe dari bagian bawah tubuh ke bermuara duktus toraks bersama-sama dengan bagian kiri atas kepala, leher dan daerah dada. Bagian atas tubuh dialiri oleh saluran getah bening yang tepat. Saluran getah bening dan duktus toraks kedua memasuki sistem vena tubuh. Sistem limfatik adalah cara khusus memerangi dan melokalisir infeksi.

Hampir 100 ml per jam getah bening melewati saluran toraks seorang yang pria beristirahat setiap jam. Juga sekitar 20 ml melewati sirkulasi setiap jam yang kemudian total 120 ml / jam atau 2-3 liter per 24 jam. Tekanan cairan interstitial memiliki efek pada aliran getah bening di dalam tubuh. Faktor-faktor berikut mempengaruhi tekanan cairan interstitial

1. Penurunan tekanan osmotik plasma collioid

2. Peningkatan permeabilitas kapiler3. Peningkatan tekanan kapiler

4. Peningkatan cairan interstitial tekanan osmotik koloidAliran getah bening tidak meningkat lebih lanjut ketika tekanan cairan interstitial naik di atas 1 sampai 2 ml lebih tinggi dari tekanan atmosfer (Thompson JF, 2011).3. Peradangan

A. PengertianRadang merupakan mekanisme pertahanan tubuh disebabkan adanya respons jaringan terhadap pengaruh-pengaruh merusak baik bersifat lokal maupun yang masuk ke dalam tubuh. Pengaruh-pengaruh merusak (noksi) dapat berupa noksi fisika, kimia, bakteri. parasit dan sebagainya. Noksi fisika misalnya suhu tinggi, cahaya, sinar X dan radium, juga termasuk benda-benda asing yang tertanam pada jaringan atau sebab lain yang menimbulkan pengaruh merusak. Asam kuat, basa kuat dan racun termasuk noksi kimia. Bakteri patogen antara lain Streptococcus, Staphylococcus dan Pneumococcus (Mansjoer S, 2003).

B. Proses peradangan

Proses peradangan akut dimulai dengan sel yang sudah hadir di semua jaringan, terutama penduduk makrofag, sel dendritik, histiosit, sel Kupffer dan mastocytes. Sel-sel ini hadir pada permukaan mereka reseptor tertentu bernama reseptor pengenalan pola (PRRS), yang mengenali molekul yang luas dimiliki oleh patogen, tetapi dibedakan dari molekul tuan rumah, secara kolektif disebut sebagai pola molekul patogen terkait (PAMPs). Pada awal infeksi, terbakar, atau cedera lain, sel-sel mengalami aktivasi (salah satu PRRS mereka mengakui PAMP) dan melepaskan mediator inflamasi bertanggung jawab atas tanda-tanda klinis peradangan. Vasodilatasi dan dihasilkan meningkat aliran darah menyebabkan kemerahan (rubor) dan peningkatan panas (kalor). Peningkatan permeabilitas pembuluh darah dalam hasil eksudasi (kebocoran) dari protein dan cairan ke dalam jaringan (edema), yang memanifestasikan dirinya sebagai pembengkakan (tumor). Beberapa mediator dirilis seperti peningkatan bradikinin kepekaan terhadap nyeri (hiperalgesia, dolor). Mediator molekul secara juga mengubah pembuluh darah untuk mengizinkan migrasi leukosit, terutama neutrofil, di luar pembuluh darah (ekstravasasi) ke dalam jaringan. Neutrofil bermigrasi sepanjang gradien kemotaktik yang dibuat oleh sel-sel lokal untuk mencapai lokasi cedera. Hilangnya fungsi (functio laesa) mungkin adalah hasil dari refleks saraf dalam menanggapi rasa sakit..

Selain mediator sel yang diturunkan, beberapa sistem kaskade biokimia aselular terdiri dari preformed plasma protein bertindak secara paralel untuk memulai dan menyebarkan respon inflamasi. Ini termasuk sistem komplemen diaktifkan oleh bakteri dan koagulasi dan fibrinolisis sistem diaktifkan oleh nekrosis, misalnya luka bakar atau trauma .

Respon inflamasi akut membutuhkan stimulasi konstan dipertahankan. Mediator inflamasi memiliki kehidupan yang pendek dan cepat terdegradasi dalam jaringan. Oleh karena itu, peradangan akut berhenti setelah stimulus telah dihapus.

(http://www.hcc.bcu.ac.uk/physiology/inflammation.htm, http://www.virtualmedicalcentre.com/symptoms/inflammation/60)C. Zat Penyebab Rasa Sakit

Kerusakan sel akibat adanya noksi akan membebaskan berbagai mediator atau substansi radang antara lain histamin, bradikinin, kalidin, serotonin, prostaglandin, leukotrien dan sebagainya. Histamin terdapat pada semua jaringan juga pada leukosit basofil. Di dalam jaringan, histamin disimpan dalam sel mast dan dibebaskan sebagai hasil interaksi antigen dengan antibodi IgE pada permukaan sel mast, berperanan pada reaksi hipersensitif dan alergi. Substans tersebut merupakan mediator utusan pertama dari sedemikian banyak mediator lain, segera muncul dalam beberapa detik. Sebagai mediator radang bradikinin dan kalidin bereaksi lokal, menimbulkan rasa sakit, vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler dan berperan meningkatkan potensi prostaglandin (Mansjoer S, 2003) D. Timbulnya nanah

Bila neutrofil dan makrofag menelan sejumlah besar bakteri dan jaringan nekrotik, maka pada dasarnya semua neutrofil dan kebanyakan makrofag akhirnya mati. Sesudah beberapa hari, dalam jaringan yang meradang akan terdpat rongga yang mengandung berbagai bagian jaringan nekrotik, neutrofol mati, makrofag mati dan cairan jaringan. Campuran inilah yang kita sebut dengan nanah. Setelah proses infeksi dapat ditekan, sel-sel mati dan jaringan nekrotik dalam nanah secara bertahap akan mengalami autolisis dalam waktu beberapa hari, dan biasanya produk akhir dari proses autolisis diabsorbsi ke dalam jaringan sekitar hingga swluruh proses kerusakan jaringan itu hilang (Guyton AC dan Hall JE , 2007).

Komponen nanah: neutrofil, sel debris dan jaringan nekrotik kuman. Komponen nanah ini ditemuka pada tipe radang purulenta:

Cellulitis: eksudat purulen pada jaringan sub kutan

Abses: kumpulan nanah/pus di dalam organ

Pustula: kumpulan nanah/pus pada epidermis

Mukopurulen:nanah /pus dalam bentuk mucus

Fibrinopurulen ;nanah /pus bercampur fibrin (Kardena IM, 2010).4. Limfadenitis, Limfadenopati, Limfoma Hodgkin, Limfoma Non Hodgkin

A. Limfadenitis

Limfadenitis adalah peradangan kelenjar getah bening (kelenjar limfe) regional dari lesi primer akibat adanya infeksi dari bagian tubuh yang lain. Streptokokus dan bakteri staphylococcal adalah penyebab paling umum dari limfadenitis, meskipun virus, protozoa, rickettsiae, jamur, dan basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar getah bening. Streptokokus dan bakteri penyebab adalah pagar staphylococcal limfadenitis Umum, meskipun virus, protozoa, rickettsiae, jamur, dan TBC juga dapat menginfeksi kelenjar getah bening. Penyakit yang melibatkan kelenjar getah bening di seluruh tubuh termasuk mononucleosis, infeksi sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan brucellosis. Gejala awal limfadenitis adalah pembengkakan kelenjar yang disebabkan oleh penumpukan cairan jaringan dan peningkatan jumlah sel darah putih akibat respon tubuh terhadap infeksi. Kehilangan nafsu makan, vehicles keringat, nadi cepat, dan kelemahan. Kelenjar getah bening (KGB) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya di daerah sub mandibular (bagian bawah rahang bawah; sub: bawah; mandibula: rahang bawah), ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat. Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke KGB sehingga dari lokasi KGB akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar. Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya) sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolite macrophage (gaucher disease). Dengan mengetahui lokasi pembesaran KGB maka kita dapat mengarahkan kepada lokasi kemungkinan terjadinya infeksi atau penyebab pembesaran KGB.Benjolan, bisa berupa tumor baik jinak atau ganas, bisa juga berupa pembesaran kelenjar getah bening. Kelenjar ini ada banyak sekali di tubuh kita, antara lain di daerah leher, ketiak, dalam rongga dada dan perut, di sepanjang tulang belakang kiri dan kanan sampai mata kaki. Kelenjar getah bening berfungsi sebagai penyaring bila ada infeksi lokal yang disebabkan bakteri atau virus. Jadi, fungsinya justru sebagai benteng pertahanan tubuh. Jika tidak terjadi infeksi, kemungkinan adalah tumor. Apalagi bila pembesaran kelenjar di daerah-daerah tersebut di atas, pertumbuhannya cepat dan mudah membesar. Bila sudah sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan tidak sakit, maka perlu diwaspadai. Jalan terbaik, adalah dilakukan biopsy di kelenjar tersebut. Diperiksa jenis sel-nya untuk memastikan apakah sekedar infeksi atau keganasan. Jika tumor dan ternyata ganas, pembesaran kelenjar akan cepat terjadi. Dalam sebulan, misalnya, sudah membesar dan tak terasa sakit saat ditekan. Beda dengan yang disebabkan infeksi. Umumnya tidak bertambah besar dan jika daerah di sekitar benjolan ditekan, terasa sakit.

(http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/lymphadenitis )

B. LimfadenopatiLimfadenopati adalah berarti penyakit pada kelenjar getah bening. Hal ini sering ditandai dengan "bengkak / pembesaran kelenjar getah bening". Ini bisa disebabkan oleh penyakit infeksi, auto-imun, atau keganasan.

Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45% pada anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu masalah klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang dengan sendirinya apabila disebabkan infeksi virus.

Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus. Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati yang tidak diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2% kasus membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan. Penderita limfadenopati usia >40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4% dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia