laporan tutorial modul 3 blok 10

23
LAPORAN TUTORIAL MODUL 3 Peran Odontologi Forensik dalam Identifikasi Korban Tutor : drg. Bambang.R,Mkes Ketua : Maicitra Nur Fadhli Sekretaris : Ratu Amelia Chindy Septia N Anggota : Afriza Rabiansyah 1210343014 Chaira Maulida 1210342035 Chindy Septia N 1210343011 Felix Calvin E 1210342009 Hestia Warti 1210341006 Mia Ladiovina 1210342027 Nadya Permata Y.P 1210342041 Syarli Resti 1210342007

Upload: ratu-amelia

Post on 02-Oct-2015

267 views

Category:

Documents


50 download

DESCRIPTION

laporan tutorial blok 10

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIALMODUL 3

Peran Odontologi Forensik dalam Identifikasi Korban

Tutor

: drg. Bambang.R,MkesKetua

: Maicitra Nur FadhliSekretaris

: Ratu Amelia

Chindy Septia NAnggota

: Afriza Rabiansyah1210343014Chaira Maulida1210342035Chindy Septia N1210343011Felix Calvin E

1210342009Hestia Warti

1210341006Mia Ladiovina

1210342027Nadya Permata Y.P1210342041Syarli Resti

1210342007FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

2014

Skenario

RECHARGE OUR SPIRIT

Ketika liburan akhir blok IX pepeng,mahasiswa PSPDG UNAND pulang ke kampung halamanya di kota Nopan.Lelah rasanya setelah berjuang keras menghadapi ujian blok IX yang dirasakan amat sulit.

Hujan lebat mengguyur sepanjang perjalanannya,dalam pikirannya terbayang biasanya kalau begini sering terjadi longsor. Sesampainya di kampung langsung tertidur pulas sesudah makan malam karena terlalu capek dalam perjalanan.

Menjelang fajar ia terjaga dari tidurnya karena mendengan bunyi gemuruh yang keras, dari informasi radio komunikasi yang dibawa terdengar berita bahwa ada tanah longsor di kampungnya dan menimbun beberapa rumah,korban belum dapat diperkirakan.

Pepeng berpartisipasi membantu tim SAR yang terjun ke lapangan mencari korban,ia diberi tugas menerima laporan masyarakat yang kehilangan anggota keluarganya. Pepeng melihat ada anggota tim mewawancarai masyarakat yang kehilangan keluarganya dan mengisi formulir data antemortem dan postmortem, karena penasaran maka ia bertanya pada drg. Amitmundur yang bertugas dalam tim,untuk apa semua data-data itu,dijelaskan bahwa ada prosedur tertentu yang harus dilaksanakan dalam mengidentifikasi korban salah satunya adalah melengkapi data antemortem agar dapat mengidentifikasi korban secara cepat dan akurat.

Drg.Bawor juga menjelaskan bahwa identifikasi gigi seseorang sangat penting dan membantu sekali dalam mengidentifikasi korban seperti pengalamannya selama ini dalam tim SAR.Sehingga disarankan agar bila nanti telah menjadi dokter gigi yang kabarnya dari PSPDG UNAND mempunyai keunggulan dalam hal DVI harus mengetahui dengan baik serta tahu peranannya sebagai dokter gigi dalam tim SAR.

Mendengar penjelasan drg Amitmundur, semakin menggugah semangat pepeng untuk rajin belajar dan segera menyelesaikan studinya agar dapat mendharmabaktikan diri kepada negara dan sesama manusia.

Jelaskan pendapatmu tentang masalah ini !

Langkah 1.Terminologi

-

Langkah 2.Identifikasi Masalah

1. Apa saja macam-macam identifikasi ?

2. Apa saja metode-metode dalam identifikasi ?

3. Apa saja prosedur dalam mengidentifikasi koban ?

4. Bagaimana teknik identifikasi korban melului giginya ?

5. Apa alasan gigi dipakai untuk identifikasi ?

6. Apa informasi yang diperoleh dari data postmortem ?

Langkah 3.Analisa Masalah

1. Apa saja macam-macam identifikasi ?

Sistem terbuka

Korban tidak dikenali,data antemortemnya sulit didapatkan atau bahkan tidak ada data.

Sistem tertutup

Korban memiliki data antemortem Semi terbuka tertutup

Sebagian data korban diketahui dan sebagiannya lagi tidak

Komperatif

Membandingkan data antemortem dan postmortem

Rekonstruktif

2. Apa saja metode-metode dalam identifikasi ?

Sederhana

Visual

Tubuh korban masih utuh

Melihat pakaian yang dikenakan

Ilmiah

DNA,sidik jari,gigi

Eksklusi

Jika 9 dari 10 korban sudah dikenali,maka korban ke 10 tidak perlu diidentifikasi lagi. Metode ini hanya bisa digunakan pada kecelakaan atau bencana massal yang ada data antemortemnya,seperti daftar nama penumpang.

Superinposisi

Membandingkan foto semasa hidup dengan tengkorak

3. Apa saja prosedur dalam mengidentifikasi koban ?

Amankan tempat kejadian dan lakukan evakuasi korban

Mengumpulkan data postmortem dan antemortem

Membandingkan data antemortem dan postmortem

Jika sudah cocok,maka dibuatkan surat keterangan kematian

4. Bagaimana teknik identifikasi korban melului giginya ?

Manual

Radiologi

Bitemark

Penentuan usia

score and master

gustaffson neonatal

asam aspartat

jenis kelamin

ukuran mesiodistal : laki-laki 7mm,perempuan 6,7

sel pada pulpa

golongan darah

saliva pulpa

5. Apa alasan gigi dipakai untuk identifikasi ?

Merupakan bagian terkeras karena > 90% terdiri dari bahan anorganik sehingga tahan terhadap tekanan

Gigi ada 32 yang morfologinya berbeda setiap orang

Dapat digunakan untuk identifikasi usia,as,jenis kelamin

Tahan terhadap suhu ekstrim

6. Apa informasi yang diperoleh dari data postmortem ?

Gigi yang ada dan tidak ada

Restorasi gigi dengan klasifikasi kavitas dan bahan yang dipakai

Protesa

Karies

Malposisi dan rotasi

Kelainan bentuk mahkota

Oklusi dengan klasifikasi angle

Pola tulang alveolar dilihat dengan foto rontgen

Keadaan patologis dalam mulut, termasuk di dalamnya torus,kelainan lidah,keadaan gusi dan kista

Perubahan yang terjadi pada gigi seperti atrisi dan abrasi

Rontgen postmortem

Langkah 4.Skema

Langkah 5.Menentukan Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan tentang jenis,prosedur,dan metode identifikasi korban

2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan tentang peran dokter gigi dan odontologi forensik dalam mengidentifikasi korban

3. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan tentang apa saja teknik identifikasi yang digunakan dalam odontologi forensik

Langkah 6.Mengumpulkan InformasiLangkah 7.Sintesa dan Uji Informasi

1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan tentang jenis,prosedur,dan metode identifikasi korban

Identifikasi korban adalah identifikasi jenazah tidak dikenal,jenazah rusak,membusuk,hangus terbakar pada kecelakaan,bencana alam,huru hara yang mengakibatkan korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka Identifikasi minimal harus menggunakan 2 cara dengan hasil positif. Prinsipnya,membandingkan data tersangka korban dengan data dari korban yang tidak dikenal.

Identifikasi positif :

Minimal satu identitas primer,dengan atau tanpa identitas sekunder atau minimal dua identitas sekunder bila tidak ada identitas primer

Metode

Primer

: sidik jari,gigi,DNASidik jari

Membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari ante mortem. Pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang.Keuntungan dari metode ini mudah dilakukan secara massal dan biaya yang murah. Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari antemortem. Sampai sekarang, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menetukan identitas seseorang. Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baikbya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik hari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik. Odontologi

Suatu proses identifikasi dengan objeknya adalah gigi. Hal ini dilakukan karena daya tahan gigi yang baik, sifatnya sangat individual, informasi yang didapat (umur, ras, sex, golongan darah, raut muka). Daya tahan panas gigi tingga hingga mencapai abu bila pada suhu 538-649 derajat celcius dan 871 derajat celcius pada tambalan amalgam. Tanda adanya data dental antemortem, data dental post mortem tidak berarti karena tidak ada pembanding.DNA DNA adalah materi genetik yang membawa informasi yang dapat diturunkan. Di dalam sel manusia DNA dapat ditemukan di dalam inti sel dan di dalam mitokondria.

Hampir semua sampel biologis dapat dipakai untuk tes DNA, seperti buccal swab (usapan mulut pada pipisebelah dalam), darah, rambut beserta akarnya, walaupun lebih dipilih penggunaan darah dalam tabung (sebanyak 2 ml) sebagai sumber DNA.

Tes DNA dilakukan dengan berbagai alasan seperti persoalan pribadi dan hukum antara lain ; tunjangan anak, perwalian anak, adopsi, imigrasi, warisan dan masalah forensik (dalam identifikasi korban bencana). Sekunder: rekam medik umum,data barang pribadi korban,foto Sederhana: visual, property, foto, eksklusiVisual Cara visual dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada keluarga yang kehilangan anggota keluarganya. Bermanfaat bila kondisi mayat masih baik, mudah karena identitas dikenal melalui penampakan luar berupa profil tubuh atau muka. Tidak dapat diterapkan bila mayat telah busuk, terbakar, mutilasi Dengan memperhatikan dengan cermat atas korban, terutama wajahnya oleh pihak keluarga atau rekan dekatnya, maka jati diri korban dapat diketahui. Walaupun metode ini sederhana, untuk mendapatkan hasil yang diharapkan perlu diketahui bahwa metode ini baru dapat dilakukan bila keadaan tubuh dan terutama wajah korban dalam keadaan baik dan belum terjadi pembusukan yang lanjut.

Selain itu perlu diperhatikan faktor psikologis, emosi, latar belakang pendidikan; oleh karena faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.Property

Melalui kepemilikan (property) identititas cukup dapat dipercaya terutama bila kepemilikan tersebut berupa pakaian, perhiasan yang masih melekat pada tubuh korban.

Eksklusi

Eksklusi digunakan pada kasus kecelakaan masal yang dapat diketahui identitasnya, misalnya penumpang pesawat udara, kapal laut dan sebagainya. Bila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode indentifikasi yang lain, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode-metode tersebut diatas, maka sisa korban diindentifikasi menurut daftar penumpang.

Ilmiah

: sidik jari,DNA, odontologi,antropologi,serologi Ketika tidak ada yang dapat diidentifikasi, gigi dapat membantu untuk membedakan usia seseorang, jenis kelamin,dan ras. Hal ini dapat membantu untuk membatasi korban yang sedang dicari atau untuk membenarkan/memperkuat identitas korban.

Penentuan Usia

Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Identifikasi melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik daripada pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan gigi desidua diawali pada minggu ke 6 intra uteri. Mineralisasi gigi dimulai saat 12 16 minggu dan berlanjut setelah bayi lahir. Trauma pada bayi dapat merangsang stress metabolik yang mempengaruhi pembentukan sel gigi. Kelainan sel ini akan mengakibatkan garis tipis yang memisahkan enamel dan dentin di sebut sebagai neonatal line. Neonatal line ini akan tetap ada walaupun seluruh enamel dan dentin telah dibentuk. Ketika ditemukan mayat bayi, dan ditemukan garis ini menunjukkan bahwa mayat sudah pernah dilahirkan sebelumnya. Pembentukan enamel dan dentin ini umumnya secara kasar berdasarkan teori dapat digunakan dengan melihat ketebalan dari struktur di atas neonatal line. Pertumbuhan gigi permanen diikuti dengan penyerapan kalsium, dimulai dari gigi molar pertama dan dilanjutkan sampai akar dan gigi molar kedua yang menjadi lengkap pada usia 14 16 tahun. Ini bukan referensi standar yang dapat digunakan untuk menentukan umur, penentuan secara klinis dan radiografi juga dapat digunakan untuk penentuan perkembangan gigi.

Gambar 1

Gambar 1 memperlihatkan gambaran panoramic X ray pada anak-anak (a) gambaran yang menunjukkan suatu pola pertumbuhan gigi dan perkembangan pada usia 9 tahun (pada usia 6 tahun terjadi erupsi dari akar gigi molar atau gigi 6 tapi belum tumbuh secara utuh). Dibandingkan dengan diagram yang diambil dari Schour dan Massler (b) menunjukkan pertumbuhan gigi pada anak usia 9 tahun.

Penentuan Jenis Kelamin

Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin. Gigi geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya. Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada wanita berdiameter kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm. Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk membedakan jenis kelamin.

Penentuan Ras

Gambaran gigi untuk ras mongoloid adalah sebagai berikut:

1. Insisivus berbentuk sekop. Insisivus pada maksila menunjukkan nyata berbentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9 % ras kaukasoid dan 12 % ras negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop walaupun tidak terlalu jelas.

2. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada permukaan oklusal premolar bawah pada 1-4% ras mongoloid.

3. Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula ditemukan pada 20% mongoloid.

4. Lengkungan palatum berbentuk elips.

5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus.

Gambar 2

Gambaran gigi untuk Ras kaukasoid adalah sebagai berikut:1. Cusp carabelli, yakni berupa tonjolan pada molar2. Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi premolar kedua dari mandibula.3. Maloklusi pada gigi anterior.4. Palatum sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan parabola.5. Dagu menonjol.

Gambar 3Gambaran gigi untuk ras negroid adalah sebagai berikut:1. Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga tonjolan.2. Sering terdapat open bite. 3. Palatum berbentuk lebar.4. Protrusi bimaksila.

2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan tentang peran dokter gigi dan odontologi forensik dalam mengidentifikasi korban

Salah satu metode dengan keakuratan cukup tinggi yang digunakan dalam proses identifikasi terhadap korban dengan kerusakan tubuh yang parah adalah dengan penerapan ilmu kedokteran gigi dalam bidang forensik atau kedokteran gigi forensik. Hal ini dikarenakan gigi merupakan bagian dari tubuh manusia yang paling kuat, biaya yang relatif murah dan tahan terhadap kerusakan seperti kebakaran maupun pembusukan.

Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai sarana identifikasi:

Pertama, gigi adalah bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisi bahan organik dan airnya sedikit sekali dan sebagian besar terdiri atas bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak. Kedua, manusia memiliki 32 gigi dengan bentuk yang jelas dan masing-masing mempunyai lima permukaan. Dengan demikian di dalam rongga mulut terdapat 160 permukaan gigi dengan berbagai variasi keadaan, yaitu baik, rusak, ditambal, dicabut, gigi tiruan, implant dll. Di dunia ini menurut dokter gigi fornes menerangkan bahwa kemungkinan terdapatnya dua orang dengan data gigi dan mulut yang identik adalah satu berbanding dua milyar penduduk. Melalui pengamatan gigi geligi, kita dapat memperoleh informasi tentang umur, ras, jenis kelamin, golongan darah, ciri-ciri khas, dan bentuk wajah atau raut muka korban.

Saat ini di pengambilan data antemortem melalui pemeriksaan gigi dilakukan dengan beberapa metoda, diantaranya charting (odontogram), radiologi, dan cetakan gigi. Namun dalam pembuatan data antemortem memerlukan biaya yang cukup besar sehingga sehingga metoda charting(odontogram) merupakan metoda yang paling sederhana dan murah, mudah dalam pembuatan dan penyimpanannya sehingga bisa dilaksanakan di semua klinik dan praktek dokter gigi.

Kematian yang tidak wajar, tidak terduga, dalam kondisi bencana massal, kerusakan fisik yang tidak direncanakan dan keterlambatan dalam penemuan jenazah, bias mempersulit identifikasi. Dalam kondisi inilah peranan kedokteran gigi forensik diperlukan walaupun tubuh korban sudah tidak dikenali lagi.Identifikasi dalam kematian penting dilakukan, karena menyangkut masalah kemanusiaan dan hukum. Masalah kemanusian menyangkut hak bagi yang meninggal, dan adanya kepentingan untuk menentukan pemakaman berdasarkan agama dan permintaan keluarga. Mengenai masalah hukum, seseorang yang tidak teridentifiksi karena hilang, tidak dipersoalkan lagi apabila telah mencapai 7 tahun atau lebih. Dengan demikian surat wasiat, asuransi, masalah pekerjaan dan hukum yang perlu diselesaikan, serta masalah status pernikahan menjadi tidak berlaku lagi. Sebelum sebab kematian ditemukan atau pemeriksa medis berhasil menentukan jenazah yang sulit diidentifikasi, harus diingat bahwa kegagalan menemukan rekaman gigi dapat mengakibatkan hambatan dalam identifikasi dan menghilangkan semua harapan keluarga, sehingga sangat diperlukan rekaman gigi setiap orang sebelum dia meninggal.Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama padajenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Selain itu identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayitertukar, atau diragukan orangtua nya.Identitas seseorang yang dipastikan bila paling sedikit dua metode yang digunakan memberikan hasil positif.

3.Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan tentang apa saja teknik identifikasi yang digunakan dalam odontologi forensik

A. Bitemarka. Klasifikasi Pola gigitan (bitemark)Pola gigitan mempunyai derajat perlukaan sesuai dengan kerasnya gigitan, pada pola gigitan manusia terdapat 6 kelas yaitu:

Kelas I : pola gigitan terdapat jarak dari gigi insisive dan kaninus.

Kelas II : pola gigitan kelas II seperti pola gigitan kelas I tetapi terlihat pola gigitan cusp bukalis dan palatalis maupun cusp bukalis dan cusp lingualis tetapi derajat pola gigitannya masih sedikit.

Kelas III: pola gigitan kelas III derajat luka lebih parah dari kelas II yaitu permukaan gigit insisive telah menyatu akan tetapi dalamnya luka gigitan mempunyai derajat lebih parah dari pola gigitan kelas II.

Kelas IV: pola gigitan kelas IV terdapat luka pada kulit dan otot di bawah kulit yang sedikit terlepas atau rupture sehingga terlihat pola gigitan irreguler.

Kelas V: pola gigitan kelas V terlihat luka yang menyatu pola gigitan insisive, kaninus dan premolar baik pada rahang atas maupun bawah.

Kelas VI: pola gigitan kelas VI memperlihatkan luka dari seluruh gigitan dari rahang atas, rahang bawah, dan jaringan kulit serta jaringan otot terlepas sesuai dengan kekerasan oklusi dan pembukaan mulut.

b. Jenis-jenis pola gigitan pada manusiaPola gigitan pada jaringan manusia sangatlah berbeda tergantung organ tubuh mana yang terkena, apabial pola gigitan pelaku seksual mempunyai lokasi tertentu, pada penyiksaan anak mempunyai pola gigitan pada bagian tubuh tertentu pula akan tetapi pada gigitan yang dikenal sebagai child abuse maka pola gigitannya hampir semua bagian tubuh. Jenis pola gigitan pada manusia ada 4 macam yaitu: pola gigitan heteroseksual, pola gigitan pada penyiksaan anak (child abuse), pola gigitan hewan, pola gigitan homoseksual / lesbian, luka pada tubuh korban yang menyerupai lluka pola gigitan

1. Pola gigitan heteroseksual

Pola gigitan pada pelaku-pelaku hubungan intim antar lawan jenis dengan perkataan lain hubungan seksual antara pria dan wanita terdapat penyimpangan yang sifatnya sedikit melakukan penyiksaan yang menyebabkan lawan jenis sedikit kesakitan atau menimbulkan rasa sakit.

Pola gigitan dengan aksi lidah dan bibir: pola gigitan ini terjadi pada waktu pelaksanaan birahi antara pria dan wanita.

Pola gigitan pada organ genital: pola gigitan ini bila terjadi pada pria biasanya dilakukan gigitan oleh orang yang dekat dengannya misalnya istrinya atau teman selingkuhnyanya yang mengalami cemburu buta.

Pola gigitan pada sekitar organ genital: pola gigitan ini terjadi akibat pelampiasan dari pasangannya atau istrinya akibat cemburu buta yang dilakukan pada waktu suaminya tertidur pulas setelah melakukan hubungan seksual.

Pola gigitan pada organ genital: pola gigitan ini modus operandinya yaitu pelampiasan emosional dari lawan jenis atau istri karena cemburu buta. Biasanya hal itu terjadi pada waktu korban tertidur lelap stelah melakukan hubungan intim.

Pola gigitan pada mammae: pola gigitan ini terjadi pada waktu pelaksanaan senggama atau berhubungan intim dengan lawan jenis. Pola gigitan ini baik disekitar papilla mammae dan lateral dari mammae. Oleh karena mammae merupakan suatu organ tubuh setengah bulatan maka luka pola gigitan yang dominan adalah gigitan kaninus. Sedangkan pola gigitan gigi seri terlihat sedikit atau hanya memar saja.

2. Pola gigitan pada penyiksaan anak (child abuse)

Pola gigitan ini dapat terjadi pada seluruh lokasi atau di sekeliling tubuh anak-anak atau balita yang dilakukan oleh ibunya sendiri. Hal ini disebabkan oleh suatu aplikasi dari pelampiasan gangguan psikis dari ibunya oleh karena kenakalan anaknya atau kerewelan anaknya ataupun kebandelan dari anaknya.Pola gigitan ini terjadi akibat faktor-faktor iri dan dengki dari teman ibunya, atau ibu anak tetangganya oleh karena anak tersebut lebih pandai, lebih lincah, lebih komunikatif dari anaknya sendiri maka ia melakukan pelampiasan dengan menggunakan gigitannya dari anak tersebut. Hal ini terjadi dengan rencana oleh karena ditunggu pada waktu korban tersebut melewati pinggir atau depan rumahnya dan kemudian setelah melakukan gigitan itu, ibu tersebut melarikan diri. Lokasi pola gigitan pada bagian tubuh tertentu yaitu daerah punggung, bahu atas, leher.

3. Pola gigitan hewan

Pola gigitan hewan umumnya terjadi sebagai akibat dari penyerangan hewan peliharaan kepada korban yang tidak disukai oleh hewan tersebut. Kejadian tersebut dapat terjadi tanpa instruksi dari pemeliharanya atau dengan instruksi dari pemeliharanya. Beberapa hewan yang menyerang korban karena instruksi dari pemeliharanya biasanya berjenis herder atau Doberman yang memang secara khusus dipelihara pawang anjing di jajaran kepolisian untuk menangkap pelaku atau tersangka. Pola gigitan hewan juga disebabkan sebagai mekanisme pertahanan diri maupun sebagai pola penyerangan terhadap mangsanya

4. Pola gigitan homoseksual / lesbian

Pola gigitan ini terjadi sesama jenis pada waktu pelampiasan birahinya. Biasanya pola gigitan ini di sekitar organ genital yaitu paha, leher dan lain-lain.

5. Luka pada tubuh korban yang menyerupai luka pola gigitan.

Luka-luka ini terjadi pada mereka yang menderita depresi berat sehingga ia secara nekat melakukan bunuh diri. Yang sebelumnya ia mengkonsumsi alcohol dalam jumlah overdosis.

c. Klasifikasi Pola gigitan pada manusia1. Kelas I

Polanya menyebar. Tidak ada tanda-tanda gigi individu diidentifikasi. Mungkin ada tanda salah satu atau kedua lengkung rahang. Mungkin ada sedikit atau tidak ada nilai pembuktian untuk pencocokan pada tersangka. Bahkan, mungkin gigitan kelas I tidak dapat diidentifikasi sebagai pola gigitan manusia, hanya luka berbentuk bulat. Bagaimanapun, yang mungkin menjadi nilai besar dalam hal ini yaitu seperti saliva, DNA, bentuk lengkung, dan sebagainya.

2. Kelas II

Luka gigitan ini memiliki karakteristik kedua kelas dan karakteristik individual. Lengkung rahang atas (maksila) dan rahang bawah (mandibula) dapat diidentifikasi. Gigi yang spesifik mungkin diidentifikasi. Gigitan kelas II mungkin lebih digunakan untuk eksklusi daripada inklusi pada tersangka.

3. Kelas III

Gigitan ini akan memperlihatkan morfologi gigi yang sangat baik paling sedikit pada satu rahang. Bentuk gigi spesifik dan posisinya pada lengkung geligi dapat diidentifikasi. Pola gigitan kelas ini dapat menghasilkan profil geligi dari si penggigit dan akan digunakan baik pada inklusi maupun eksklusi. Dimensi ketiga lekukan-lekukan ini mungkin tampak dan dapat membantu memperkirakan waktu gigitan diberikan dalam hubungannya dengan waktu kematian.

4. Kelas IV

Gigitan ini akan menjadi eksisi atau insisi pada jaringan. Darah tampak pada permukaan dan DNA mungkin terkontaminasi. Gigitan kelas ini sulit jika tidak memungkinkan untuk mendapatkan profil gigi yang menyebabkannya. Bagaimanapun, gigitan kelas IV akan hampir selalu menghasilkan luka permanen atau cacat : hilangnya jari atau telinga. Atau bekas luka permanen.

d. Langkah-langkah Identifikasi

1. Mendokumentasi luka bekas gigitan

2. Periksa luka beka gigitan, jika masih terdapat sisa saliva pelaku maka dapat diambil sampelnya untuk pemeriksaan DNA. Caranya yaitu :

TeknikPengumpulan DNA dari Saliva:

Ambil foto dari luka bekas gigitan pada objek sebelum melakukan langkah selanjutnya

Gunakan sarung tangan steril untuk mencegah kontaminasi silang dari DNA pemeriksa (rambut,saliva) ke daerah bekas luka gigitan. Jangan sampai sampel terkontaminasi silang.

Teknik 4 sapuan (Four swab technique)

3. Jika tidak terdapat sisa saliva maka dapat dibuat cetakan gigi pelaku melalui luka bekas gigitan tersebut. Dengan cara menggunakan mangkuk cetak dari masker kain keras atau dengan menggunakan kain kasa sepanjang diameter pencetakan dan berlapis-lapis. Berikutnya diaduk bahan cetak yang flow system ditempatkan dan ditekan dengan getaran pada sekitar pola gigitan kemudian mangkuk cetak diisi setengah dari mangkuk oleh bahan yang flow system kemudian dijadikan satu dengan bahan flow system sekitar pola gigitan. Kemudian hasil cetakan dari pola gigitan menghasilakan suatu model dari gips yang telah dicor dari model negatif, kemudian dicekatkan pada okludatora atau artikulator apabila gigitanaya tidak stabil. Hal ini dapat diketahui terdapat pola gigitan rahang atas maupun pola gigitan rahang bawah.

B. Radiologi

Pemeriksaan radiologi untuk tujuan identifikasi dapat dibagi dalam 3 kelompok : untuk pemeriksaan struktur anatomis dari tulang mayat, apakah mayat yang diperiksa adalah manusia atau binatang dan selanjutnya untuk perkiraan umur dan seks dari mayat tersebut untuk tujuan perbandingan, apabila kita sudah memiliki satu set dokumen foto rontgen dari korban yang dahulu dibuat untuk kepentingan diagnosa. untuk mengetahui ada tidaknya kelainan struktur tulang dari korban tersenut misalnya bekas tindakan operasi,kelainan kongenital dan kelainan karena suatu proses penyakit tulang Radiografi berperan penting dalam odontologi forensik terutama penentuan identifikasi . Ketepatan bentuk perbandingan antara radiograf ante mortem dan post mortem berdasarkan satu gigi, bentuk satu restorasi, protesa gigi, bentuk akar gigi, dan trabekular tulang alveolar Perbandingan radiografi adalah faktor esensial untuk memperkuat identifikasi korban bencana masal dengan konsekuen data ante mortem tersedia dari praktek dokter gigi.Seperti dalam bentuk radiograf panoramik, sepalometri, periapikal, lateral, bite-wing Peran radiologi dalam identifikasi korban,diantaranya :

1. Jenis kelamin dapat ditentukan berdasarkan perhitungan dan pengamatan pada morfologi tengkorak kepala dan mandibula

2. Pada perkiraan usia biasanya digunakan radiografi gigi dibandingkan dengan standar tertentu ataupun melalui analisis statistik.

3. Penentuan tinggi badan melalui gambaran radiografi dapat dilakukan dengan bantuan sefalogram lateral. Berdasarkan penelitian Mahalaksmi et al (2013) tinggi badan dapat diukur melalui 10 variabel sefalometri linear, dan kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus regresi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan

4. Metode Van HeerdenVan Heerden mengevaluasi perkembangan akar mesial dari molar ketiga menggunakan radiografi panoramik. Biasanya dilakukan dengan sefalogram lateral, radiografi panoramik, dan radiografi tengkorak kepalaContoh foto rontgen :

z

Pepeng

Bencana alam

Membantu tim SAR

Identifikasi korban

odontologi forensik

Jenis,prosedur,metode

Peran dokter gigi

Teknik identifikasi