laporan pbl 2 fix

26
LAPORAN DISKUSI KELOMPOK VIII “KERACUNAN KARBON MONOKSIDA” BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENT II Tutor : dr. Busono Boenjamin Kelompok 8 Gabriella Cereira Angelina G1A012076 Nurul Hidayati G1A012077 Khoirunnisa Fajar Iriani Puarada G1A012078 Dyah Ajeng Permatahani G1A012079 Mas Anto Arif Wibowo G1A012080 Tedi Ismayadi G1A012081 Amalia Nur Hikmawati G1A012082 Ghiyas Ulinnuha G1A012083 Muhammad Fadhil Wasi Pradipta G1A012084 Yona Ajeng Triafatma G1A012085 JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN 1

Upload: nisafajar

Post on 27-Dec-2015

59 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pbl 2 Fix

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK VIII

“KERACUNAN KARBON MONOKSIDA”

BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENT II

Tutor : dr. Busono Boenjamin

Kelompok 8

Gabriella Cereira Angelina G1A012076

Nurul Hidayati G1A012077

Khoirunnisa Fajar Iriani Puarada G1A012078

Dyah Ajeng Permatahani G1A012079

Mas Anto Arif Wibowo G1A012080

Tedi Ismayadi G1A012081

Amalia Nur Hikmawati G1A012082

Ghiyas Ulinnuha G1A012083

Muhammad Fadhil Wasi Pradipta G1A012084

Yona Ajeng Triafatma G1A012085

JURUSAN KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

T.A. 2012/2013

1

Page 2: Laporan Pbl 2 Fix

A. KASUS

Seorang wanita, 30 tahun dirawat di RS karena penurunan kesadaran

dengan muntah-muntah.

Sejak 8 bulan yang lalu, setiap hari pasien mengeluhkan nyeri kepala

yang berdenyut pada kepala sisi kanan dan kiri, kadang disertai dengan perasaan

letih hebat, mual dan muntah.

Selama di RS, penderita tidak didapatkan adanya gejala.

Hasil pemeriksaan neurofisiologik, cardiologik dan neuroimaging dalam

keadaan normal.

Sehari setelah pulang dari RS, penderita kembali dengan keluhan sama.

Penderita tinggal bersama teman perempuannya di rumah kontrakan.

Teman penderita yang tinggal serumah tersebut juga mengeluhkan hal yang sama.

Di rumah mereka memiliki kebiasaan merokok, menyalakan obat nyamuk

bakar di malam hari, dan memasak dengan menggunakan kayu bakar. Keduanya

juga sering membakar sampah di belakang rumah. Pemeriksaan kadar

carboxyhemoglobin pada kedua pasien tersebut adalah 30.4% dan 31,2%.

B. KLARIFIKASI ISTILAH

Pada bahasan kali ini kami menemukan beberapa istilah, yaitu:

a. Mual

b. Muntah

c. Letih

d. Nyeri Kepala

e. Carboxyhemoglobin

Arti dari istilah-istilah tersebut adalah :

1. Mual (Nausea)

Mual adalah rasa ingin muntah atau gejolak dari dalam lambung.

Penyebabnya adalah terganggunya fungsi beberapa organ dalam tubuh,

2

Page 3: Laporan Pbl 2 Fix

seperti lambung, limpa, usus besar dan hati. Bisa saja hanya satu organ

yang terganggu, tetapi juga bisa bersamaan. Gangguan bisa juga

disebabkan karena angin panas, dingin, maupun lembab selain karena

makanan dan kehamilan (Sukanta, 2012).

2. Muntah

Muntah (vomitus) adalah pengeluaran isi lambung dengan kekuatan secara

aktif akibat adanya kontraksi abdomen, elevasi kardia, disertai relaksasi

sfingter esofagus bagian bawah dan dilatasi esofagus (Despopoulus et al,

2003)

3. Letih

Kelelahan atau keletihan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar

tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan

setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang

berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada

kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.

(Grandjean, 1988)

4. Nyeri Kepala

Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada seluruh

daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah belakang

kepala ( daerah oksipital dan sebahagian daerah tengkuk) (Sjahrir, 2008).

Pusing adalah perasaan seolah-olah lingkungan sekeliling kita bergoyang

atau berputar. Hal ini terjadi misalnya pada mabuk kendaraan atau mabuk

laut. Biang keladi pusing adalah terganggunya pusat keseimbangan yang

ada di telinga dalam (koklea). Gangguan tersebut bisa terjadi spontan atau

karena hal lain seperti hipertensi, anemia, atau cedera. Di dalam bahasa

medis, khusus sensasi berputar, baik merasa diri yang berputar maupun

merasa lingkungan yang berputar, disebut dengan vertigo.

5. Carboxyhemoglobin

Carboxyhemoglobin adalah hemoglobin yang bergabung dengan

karbonmonoksida, yang menempati daerah pada molekul hemoglobin

yang normalnya terikat dengan oksigen dan tidak mudah dilepaskan dari

molekul tersebut (Dorland, 2011). Carboxyhemoglobin mengakibatkan

3

Page 4: Laporan Pbl 2 Fix

penurunan kapasias pengikatan O2 dalam darah dan berfungsi sebagai zat

asfiksia kimia dan racun jaringan (Chadha,1995).

Kadar karboksihemoglobin dalam darah yang masih dapat ditoleransi

adalah sampai 1% COHb pada bukan perokok dan 2-10% COHb pada

perokok (ILO, 1998).

C. BATASAN PERMASALAHAN

1. Apa gejala dan tanda keracunan gas CO?

2. Dari mana sajakah sumber gas CO diperoleh?

3. Bagaimana exposure pathway CO pada manusia?

4. Penatalaksanaan apa yang dapat dilakukan jika terdapat kasus

keracunan gas CO?

4

Page 5: Laporan Pbl 2 Fix

D. BRAINSTORMING

1. Apa gejala dan tanda keracunan gas CO?

Gejala-gejala yang timbul akibat keracunan CO bergantung pada saturasi

darah oleh CO, berikut tabel antara konsentrasi CO dalam darah dan gejala

gejala yang timbul (Chadha,1995).

Konsentrasi CO dalam darah Gejala

<20% Tidak timbul gejala

20% Nafas sesak

30% Sakit kepala, lesu, nausea, nadi dan pernapasan

meningkat sedikit

30-40% Sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya

ingat, lemah, hilang daya koordinasi gerakan.

40-50% Kebingungan makin meningkat, setengah

sadar.

60-70% Tidak sadar, kehilangan daya mengontrol

faeces dan urin.

70-80% Koma, nadi tidak teratur, kematian karena

kegagalan pernapasan

Gejala-gejala umum antara lain (Ferdiaz, 2006):

a. Rileks

b. Halusinasi

c. Pusing

d. Mual dan muntah

e. Pingsan

f. Rasa lelah

g. Berkeringat banyak

h. Pernafasan meningkat

Tipe gejala:

a. Gejala akut (waktu singkat): bibir dan kuku kemerahan, sakit kepala,

pernafasan pendek dan dangkal, pusing, mual dan pingsan.

5

Page 6: Laporan Pbl 2 Fix

b. Gejala kronik (jangka panjang): berhubungan dengan pekerja tertentu

misalnya pemadam kebakaran yang memiliki faktor resiko penyakit

jantung dan infertilitas.

2. Dari mana sajakah sumber gas CO diperoleh?

Sumber gas CO secara umum terbagi menjadi :

1. Alami,

- Asap dari aktivitas gunung,

- Kebakaran hutan alami,

- Reaksi fotokimia (photochemical) di troposfir,

2. Buatan,

- Asap dari rokok,

- Lampu temple,

- Asap dari tungku pembakaran,

- Obat nyamuk bakar,

- Polusi udara oleh asap industry atau pabrik,

- Asap kendaraan dijalanan,

- Pembakaran sampah

Sumber CO juga dapat dibagi menjadi :

1) Indoor

Contoh: asap rokok, lilin, obat nyamuk, tungku bakar, lampu minyak, hair

spray.

2) Outdoor

Contoh: asap kendaraan bermotor, letusan gunung berapi, kebakaran

hutan, polusi dari pabrik industri. (Boenjamin, 2012)

Selain itu, diklasifikasikan juga sumber CO menurut kadarnya.Karbon

monoksida dapat ditemukan pada lingkungan alamiah dan buatan

(artifisial), berikut sumber-sumber gas karbon monoksida menurut

konsentrasinya dalam ppm (Gosink, 1983):

Konsentrasi Tempat/sumber

6

Page 7: Laporan Pbl 2 Fix

0.1 ppm kadar latar alami atmosfer – diukur secara MOPITT

0.5 - 5 ppm kadar rata-rata di rumah

5 - 15 ppm kadar dekat kompor gas rumah

100-200 ppm daerah pusat kota

5000 ppm cerobong asap rumah dari pembakaran kayu

7000 ppm gas knalpot mobil yang tidak diencerkan - tanpa

pengubah katalitik

30000 ppm asap rokok yang tidak diencerkan

3. Bagaimana exposure pathway CO pada manusia?

a. Mekanisme masuknya CO kedalam tubuh

Masuknya CO ke dalam tubuh manusia melalui jalur inhalasi

sebagaimana masuknya O2 ke dalam tubuh manusia.Saluran

penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah hidung,

faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus.Di dalam bronkiolus ada

yang disebut membran pernapasan yaitu tempat pertukaran gas antara

udara alveolus dan darah paru.Pada keadaan normal, 97% oksigen

yang diangkut dari paru ke jaringan dibawa dalam campuran kimiawi

dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Hemoglobin ini selain

dapat mengikat O2, dapat mengikat CO. Dan ikatan hemoglobin dan

CO ini pada tempat yang sama dengan ikatan hemoglobin dan O2

tetapi kekuatannya lebih kuat, yaitu sekitar 250-300 kali kekuatan O2

(Price, 2005).

b. Mekanisme penyebaran karbonmonoksida dalam darah

Karbon monoksida adalah sejenis gas yang tidak berwarna dan

tidak berbau yang merupakan hasil daripada pembakaran bahan yang

mengandung karbon seperti arang, gas dan kayu. Ia terdiri dari satu

atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen.

Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen

koordinasi antara atom karbon dan oksigen.Gas karbon monoksida

7

Page 8: Laporan Pbl 2 Fix

dapat ditemukan di dalam asap pembakaran, asap dari kendaraan dan

juga asap rokok (Tortora dan Derickson, 2006).

Apabila gas karbon dioksida memasuki sirkulasi darah, ia akan

berikatan dengan hemoglobin sama seperti oksigen. Tetapi, ikatan

karbon monoksida terhadap hemoglobin adalah 250 kali lebih kuat

berbanding pengikatan oksigen terhadap hemoglobin (Guyton dan

Hall, 2006). Maka, pada konsentrasi sekecil 0.1% sahaja pun (P co=

0.5mmHg), karbon monoksida akan berikatan dengan separuh

daripada total hemolgobin di dalam darah dan mengurangkan kapasitas

membawa oksigen darah sebesar 50% (Tortora dan Derickson, 2006).

Apabila hal ini berlanjutan, tubuh akan menjalankan

mekanisme kompensasi berupa peningkatan proses erythropoiesis

sebagai usaha untuk meningkatkan kadar penghantaran oksigen ke

jaringan. Maka, kadar hemoglobin akan meningkat dan menjadi lebih

tinggi berbanding pada kondisi normal. Salah satu penyebab terjadinya

hipoksia akibat peningkatan kadar karbon monoksida adalah merokok

(Adamson dan Longo, 2006).

c. Mekanisme kematian karena keracunan CO

Karbon monoksida tidak mengiritasi tetapi sangat berbahaya

(beracun) maka gas CO dijuluki sebagai “silent killer” (pembunuh

diam-diam). Keberadaan gas CO akan sangat berbahaya jika terhirup

oleh manusia, karena gas itu akan menggantikan posisi oksigen yang

berkaitan dengan haemoglobin dalam darah. Gas CO akan mengalir ke

dalam jantung, otak, serta organ vital. Ikatan antara CO dan

heamoglobin membentuk karboksihaemoglobin yang jauh lebih kuat

200 kali dibandingkan dengan ikatan antara oksigen dan haemoglobin.

Akibatnya sangat fatal. Pertama, oksigen akan kalah bersaing dengan

CO saat berikatan dengan molekul haemoglobin. Ini berarti jantung

akan memompa co ke sluruh bagian jaringan tubuh dan kadar oksigen

dalam darah akan berkurang. Padahal seperti diketahui oksigen sangat

diperlukan oleh sel-sel dan jaringan tubuh untuk melakukan fungsi

8

Page 9: Laporan Pbl 2 Fix

metabolisme. Kedua, gas CO akan menghambat komplek oksidasi

sitokrom. Hal ini menyebabkan respirasi intraseluler menjadi kurang

efektif.Terakhir, CO dapat berikatan secara langsung dengan sel otot

jantung dan tulang.Efek paling serius adalah terjadi keracunan secara

langsung terhadap sel-sel tersebut, juga menyebabkan gangguan pada

sistem saraf (BPOM, 2004).

d. Efek bagi kesehatan disebabkan karena CO dapat menggeser oxigen

yang terikat pada hemoglobin (Hb) dan mengikat HB menjadi karbon

monoksida hemoglobin (COHb) seperti reaksi berikut ini (Slamet,

1994),

O2Hb + CO –> COHb + O2

Hal ini disebabkan karena afinitas CO terhadap Hb=210 x daripada

afinitas O2 terhadap Hb. Reaksi ini mengakibatkan berkurangnya

kapasitas darah untuk menyalurkan oksigen kepada jaringan-jaringan

tbuh. COHb misal, pada kosentrasi CO sebesar 10 ppm, akan terdapat

2% COHb dalam darah pada keadaan seimbang (Slamet, 1994).

4. Penatalaksanaan apa yang dapat dilakukan jika terdapat kasus

keracunan gas CO?

Bila terjadi keracunan karbon monoksida, maka

untuk pertolongan pertama adalah segera bawa korban ke

tempat yang jauh dari sumber karbon monoksida,

longgarkan pakaian korban supaya mudah bernafas.

Pastikan korban masih bernafas dan segera berikan oksigen

murni. Korban harus istirahat dan usahakan tenang.

Meningkatnya gerakan otot menyebabkan meningkatnya

kebutuhan oksigen, sehingga persediaan oksigen untuk otak

dapat berkurang. Segera bawa ke rumah sakit terdekat.

(Sentra Informasi dan Keracunan Lokal Badan POM)

Penanganan keracunan CO non Farmako dapat melalui beberapa tahap:

9

Page 10: Laporan Pbl 2 Fix

1) Laboratorium

Penanganan di laboratorium dapat dengan dua cara:

a) Mengukur kadar COHb dalam darah sesegera mungkin untuk dapat

menetapkan diagnosis keracunan gas CO. Contoh atau darah sample

dapat diambil dari darah arteri atau darah vena yang diukur dengan

spektrofotometer (CO-Oximeter) (Wichaksana, 2003)

b) Mengukur kadar COHb udara ekspirasi. Kadar COHb dapat diukur

dengan cara kromatografi, dimana udara pernafasan ditampung dalam

kantong dan kadar CO ditentukan dengan detektor perubahan ionisasi

sesudah hidralasi katalik dengan tometane. (Wichaksana, 2003)

c) Pemeriksaan gas darah arteri juga diperlukan. Tingkat tekanan oksigen

arteri (PaO2) harus tetap normal. Walaupun begitu, PaO2 tidak akurat

menggambarkan derajat keracunan CO atau terjadinya hipoksia seluler.

Saturasi oksigen hanya akurat bila diperiksa langsung, tidak melaui

PaO2 yang sering dilakukan dengan analisa gas darah. PaO2

menggambarkan oksigen terlarut dalam darah yang tidak terganggu oleh

hemoglobin yang mengikat CO.

2) Pemeriksaan imaging

X-foto thorax. Pemeriksaan x-foto thorax perlu dilakukan pada

kasus-kasus keracunan gas dan saat terapi oksigen hiperbarik diperlukan.

Hasil pemeriksaan xfoto thorax biasanya dalam batas normal. Adanya

gambaran ground-glass appearance, perkabutan parahiler, dan intra

alveolar edema menunjukkan prognosis yang lebih jelek.(1,4)

CT scan. Pemeriksaan CT Scan kepala perlu dilakukan pada kasus

keracunan berat gas CO atau bila terdapat perubahan status mental yang

tidak pulih dengan cepat. Edema serebri dan lesi fokal dengan densitas

rendah pada basal ganglia bisa didapatkan dan halo tersebut dapat

memprediksi adanya komplikasi neurologis.

Pemeriksaan MRI lebih akurat dibandingkan dengan CT Scan

untuk mendeteksi lesi fokal dan demyelinasi substansia alba dan MRI

sering digunakan untuk follow up pasien. Pemeriksaan CT Scan serial

10

Page 11: Laporan Pbl 2 Fix

diperlukan jika terjadi gangguan status mental yang menetap. Pernah

dilaporkan hasil CT Scan adanya hidrosefalus akut pada anak-anak yang

menderita keracunan gas CO.

3) Pemeriksaan lainnya.

Elektrokardiogram. Sinus takikardi adalah ketidaknormalan yang

sering didapatkan. Adanya aritmia mungkin disebabkan oleh hipoksia

iskemia atau infark. Bahkan pasien dengan kadar HbCO rendah dapat

menyebabkan kerusakkan yang serius pada pasien penderita penyakit

kardiovaskuler.

Pulse oximetry. Cutaneus pulse tidak akurat untuk mengukur

saturasi hemoglobin yang dapat naik secara semu karena CO yang

mengikat hemoglobin. Cooximetry (darah arteri) menggunakan tehnik

refraksi 4 panjang gelombang dapat secara akurat mengukur kadarHbCO.

4) Tata Laksana

a) Sesegera mungkin pindahkan dan jauhkan korban dari sumber pajanan

gas CO, kemudian longgarkan pakaian yang dikenakan korban supaya

lebih mudah bernafas (Handayani, 2006).

b) Pemberian oksigen 100% atau oksigen murni denagn masker karet yang

ketat atau endotracheal tube. Pastikan korban harus istirahat, dalam

keadaan hangat, dan tenang (Handayani, 2006).

c) Melakukan terapi hiperbarik, dengan menggunakan oksigen bertekanan

3 atmosfer (Wichaksana, 2003).

5) Penatalaksanaan keracunan CO secara farmakologi

Prinsip pada pengobatan Sakit Kepala karena intoksikasi CO ialah

mengembalikan keadaan agar supply 02 untuk sel-sel jaringan kembali

menjadi normal dan cukup, seperti semula. Tindakan yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

a) Yang penting adalah memindahkan penderita kedalam ruangan dengan

udara segar.

11

Page 12: Laporan Pbl 2 Fix

b) Tindakan berikut adalah pemberian oksigen,

Terapi Oksigen

Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam

mempertahankan okasigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan

utama pemberian O2 adalah

(1) untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas

Darah,

(2) untuk menurunkan kerja nafas dan meurunkan kerja miokard.

Syarat-syarat pemberian O2meliputi :

(1) Konsentrasi O2 udara inspirasi dapat terkontrol,

(2) Tidak terjadi penumpukan CO2,

(3) mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah,

(4) efisien dan ekonomis,

(5) nyaman untuk pasien.

Dalam pemberian terapi O2 perlu diperhatikan “Humidification”.Hal

ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah

mengalami humidfikasi sedangkan O2 yang diperoleh dari sumber O2

(Tabung) merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi,

humidifikasi yang adekuat dapat mencegah komplikasi pada pernafasan.

Indikasi Pemberian O2

Berdasarkan tujuan terapi pemberian O2 yang telah disebutkan, maka

adapun indikasi utama pemberian O2 ini adalah sebagai berikut :

(1) Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah,

(2) Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap

keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan

serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan,

(3) Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha

untuk

mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang ad

12

Page 13: Laporan Pbl 2 Fix

ekuat.

Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi pemberian O2

dindikasikan kepada klien dengan gejala: (1) sianosis, (2) hipovolemi,

(3) perdarahan, (4) anemia berat, (5) keracunan CO, (6) asidosis, (7)

selama dan sesudah pembedahan, (8) klien dengan keadaan tidak sadar.

Metode Pemberian O2

Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 teknik, yaitu :

(1) Sistem aliran rendah

Teknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi

udara ruangan.Teknik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung

pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal pasien. Pemberian O2

sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang memerlukan O2

tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya

klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20

kali permenit.

Contoh system aliran rendah ini adal;ah : (1) kataeter naal, (2) kanula

nasal, (3) sungkup muka sederhana, (4) sungkup muka dengan kantong

rebreathing, (5) sungkup muka dengan kantong non rebreathing.

Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system :

(a) Kateter nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara

kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.

Keuntungan:

Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah

dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.

Kerugian:

Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, teknik

memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi

distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran

dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan

13

Page 14: Laporan Pbl 2 Fix

nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.

(b) Kanula nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2

kontinu dengan aliran 1 sampai 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama

dengan kateter nasal.

Keuntungan:

Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,

mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan,

bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.

Kerugian:

Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2

berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam

kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.

(c) Sungkup muka sederhana

Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt

dengan konsentrasi O2 40 – 60%.

Keuntungan:

Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula

nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan

sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi

aerosol.

Kerugian:

Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat

menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.

(d) Sungkup muka dengan kantong rebreathing :

Suatu teknik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80%

dengan aliran 8 – 12 L/mnt

14

Page 15: Laporan Pbl 2 Fix

Keuntungan:

Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak

mengeringkan selaput lender

Kerugian:

Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah

dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.

(e) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing

Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai

99% dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur

dengan udara ekspirasi.

Keuntungan:

Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak

mengeringkan selaput lendir.

Kerugianz:

Kantong O2 bisa terlipat.

(2) Sistem aliran tinggi

Suatu teknik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak

dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan teknik ini dapat

menambahkan konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur. Adapun

contoh teknik system aliran  tinggi  yaitu sungkup muka dengan ventury.

Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari

tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk

mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya

udaraluar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak.

Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 L/mnt dengan konsentrasi 30 –

55%.

Keuntungan:

15

Page 16: Laporan Pbl 2 Fix

Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat

dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan

kelembaban gas dapat dikontrl serta tidak terjadi penumpukan CO2

Kerugian:

Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka

yang lain pada aliran rendah.

c) Selain ini hendaknya juga dilakukan usaha yang bersifat supportif yaitu

penderita diusahakan agar selalu panas dengan menggunakan selimut

dan sebagainya. Agar sama sekali tidak melakukan gerakan/aktifitas

fisik, supaya ke butuhan oksigen oleh jaringan jadi seminimal mungkin.

d) Pemberian obat simptomatis sebagai pereda nyeri kepala(acethaminofen

atau aspirin).

Selain hal tersebut di atas, penatalaksanaan pasien yang mengalami

keracunan CO menurut (Chadha,1995):

1. Pindahkan pasien dari lingkungan yang mengandung CO

2. Berikan bantuan dan masker oksigen

3. Tekanan darah harus ditingkatkan dengan injeksi adrenalin bila denyut

nadi <60/menit dan kualitas denyut nadi lemah.

4. Suhu tubuh pasien harus dijaga agar tetap hangat

5. Antibiotik profilaksis harus diberikan.

16

Page 17: Laporan Pbl 2 Fix

DAFTAR PUSTAKA

BPOM. “Keracunan Karbon Monoksida.” Available at :

http://www.pom.go.id/public/siker/desc/produk/RacunKarMon.pdf

(diakses pada tanggal 28 Mei 2013)

Chadha, P. V. 1995. Catatan Kuliah : Ilmu Forensik dan Toksikologi edisi V.

Jakarta : Widya Medika

Despopoulos & Silbernagl. 2003. Color Atlas of Physiology. Chapter 9.

Philadelphia: Elsevier.

Dorland, W. A. Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran DORLAND edisi 28.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Ferdiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius

Gosink, T (1983). "What Do Carbon Monoxide Levels Mean?". Alaska Science

Forum. Geophysical Institute, University of Alaska Fairbanks.

International Labour Office. 1998. J.M. Stellman. ed. Encyclopedia of

Occupational Health and Safety. 4th ed. Geneva: International Labour

Office.

Jaouen, G., Ed. (2006). Bioorganometallics: Biomolecules, Labeling, Medicine.

Weinheim: Wiley-VCH. ISBN 3-527-30990-X.

Soekamto, Tomie Hermawan. 2012. Intoksikasi Karbon Monoksida. Available at :

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/CO%20Intoxication.pdf (diakses tanggal

29 Mei 2013)

Sukanta, Putu Oka. 2012. Akupresur Dan Minuman Untuk Mengatasi Gangguan

Pencernaan. Available at : http://books.google.co.id/books?

id=9NViPwkpBxQC&pg=PA51&dq=mual+adalah&hl=en&sa=X&ei=91

K-T6iLFMPYrQej7JWnDQ&redir_esc=y#v=onepage&q=mual

%20adalah&f=fals e (diakses pada tanggal 27 mei 2013)

17