laporan simulasi pbl

25
LAPORAN SIMULASI PBL DK1 : 9 NOVEMBER 2009 DK2 : 12 NOVEMBER 2009 Oleh: Ketua : Phandu Putra Haryu Dharma S. Sekretaris : Rissa Septi Rahardini Anggota : 1. Novita Amelia 2. Patricia Golda Gunawan 3. Putri Khairina Sari 4. Rachmatika Pramana 5. Rizki Widya Pratiwi 6. Muhammad Rizky Radliya Maulana 7. Monia Tarida 8. Monika Danuseputro FASILITATOR : drg. Loeki Enggar

Upload: amalia-kautsaria

Post on 30-Jun-2015

337 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN SIMULASI PBL

LAPORAN SIMULASI PBL

DK1 : 9 NOVEMBER 2009

DK2 : 12 NOVEMBER 2009

Oleh:

Ketua : Phandu Putra Haryu Dharma S.

Sekretaris : Rissa Septi Rahardini

Anggota : 1. Novita Amelia

2. Patricia Golda Gunawan

3. Putri Khairina Sari

4. Rachmatika Pramana

5. Rizki Widya Pratiwi

6. Muhammad Rizky Radliya Maulana

7. Monia Tarida

8. Monika Danuseputro

FASILITATOR : drg. Loeki Enggar

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2009

Page 2: LAPORAN SIMULASI PBL

LATAR BELAKANG

Indera Penciuman dan Pengecapan, atau dalam bahasa kedokterannya

disebut Olfaktori dan Gustatori, adalah dua indera yang sangat penting dan saling

berkoordinasi dalam merasakan makanan. Kedua organ ini saling berkoordinasi

dan berkomplementer membentuk sebuah kesatuan sistem perasa, karena jika

manusia mengecap makanan maka pasti organ penciuman bekerja membaui

makanan tersebut, begitu pula sebaliknya, jika manusia membaui sesuatu, maka

akan berpengaruh pada organ pengecap. Jika salah satu dari kedua organ tersebut

tidak bekerja dengan baik, saat flu misalnya, maka sinyal pengecapan atau

pembauan yang diterima oleh otak tidak akan optimal.

Pentingnya mengetahui organ olfaktori dan gustatori serta keterkaitannya

inilah yang mendorong keingintahuan dan rasa haus belajar tentang organ-organ

tersebut, disamping tuntutan sebagai dokter gigi yang memang telah terspesifikasi

untuk belajar bagian hidung dan mulut. Diharapkan setelah mengetahui kedua

organ tersebut, ilmu ini dapat diterapkan di masyarakat luas.

BATASAN MASALAH

Batasan masalah yang diajukan penulis disini adalah :

1. Anatomi dan Fisiologi Organ Olfaktorius

2. Anatomi dan Fisiologi Organ Gustatori

3. Keterkaitan antara Olfaktorius dan Gustatori

4. Sensasi Rasa Utama

Page 3: LAPORAN SIMULASI PBL

ORGAN OLFAKTORIUS

Indera Penciuman merupakan rasa yang paling tidak dapat di pahami

dengan baik. Hal ini disebakan oleh letak membran olfaktori yang tinggi dalam

hidung, tempat sukar diselidiki, dan juga penciuman merupakan suatu fenomena

subjektif.

Anatomi Indera Penciuman

A. Hidung Luar

Hidung berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas kebawah adalah :

1. Pangkal hidung (bridge)

2. Dorsum nasi

3. Puncak hidung

4. Ala nasi

5. Kolumela

6. Lubang hidung (nares anterior)

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit,

jaringan ikat, dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M.

Nasalis pars allaris.

Page 4: LAPORAN SIMULASI PBL

Van De Graaff Human Anatomy, 6th ed (McGraw-Hill 2001)

Vander - Human Physiology - The Mechanism of Body Function, 8th ed (McGraw-Hill 2001)

Page 5: LAPORAN SIMULASI PBL

B. Kavum Nasi

Dengan adanya septum nasi, maka kavum nasi dibagi menjadi 2 ruangan yang

membentang dari nares sanpai koana (aperture posterior). Kavum nasi ini

berhubungan dengan sinus frontal, sinus sphenoid, fossa cranial anterior dan fossa

cranial media.

C. Mukosa hidung

Ronga hidung dilapisi mukosa yang dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa

penghidu. Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan

permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan

diantaranya terdapat sel goblet. Pada keadaan normal mukosa berwarna merah muda

dan selalu basah karena diliputi oleh palut lender (mucosa blanket) yang dihasilkan

oleh kelenjar mukosa dan sel goblet.

Silia yang terdapat pada lapisan epitel mempunyai fungsi penting. Dengan

gerakan teratur palut lendir akan didorong kearah nasofaring. Sehingga mukosa

mempunyai daya untuk membersihkan diri dan untuk mengeluarkan benda asing yang

masuk ke hidung.

Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga

bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak besilia.

Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor

penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna kuning kecoklatan.

D. Membran Olfaktoria

Page 6: LAPORAN SIMULASI PBL

Membran Olfaktoria

Membran olfaktoria terletak pada bagian superior setiap lubang hidung. Di

medial ia melipat ke bawah pada permukaan septum, dan di lateral ia melipat di

atas konka superior , dan malahan sebagian kecil bagian atas konka media. Pada

setiap rongga hidung membran olfaktoria mempunyai luas permukan sekitar

2,4cm2.

Sel-Sel Olfaktoria

Sel-sel reseptor untuk penciuman adalah sek-sel olfaktoria yang

merupakan sel-sel bipolar yang berasal dari susunan saraf pusat itu sendiri.

Terdapat sekitar 100 juta sel-sel ini pada epitel olfaktoria yang di selang-seling

antara sel sustentakular. Ujung-ujung mukosa sel-sel olfaktoria membentuk

Page 7: LAPORAN SIMULASI PBL

pentolan yang dinamakan vesikel olfaktoria, yang dari tempat ini akan

dikeluarkan 4-25 rambut olfaktoria atau silia yang bergaris tengah 0,3 mikrometer

dan panjangnya sampai 200 mikrometer, menonjol ke dalam mukus yang melapisi

permukaan dalam rongga hidung. Rambut olfaktoria yang menonjol ini diduga

bereaksi terhadap bau-bau dalam udara dan kemudian merangsang sel-sel

olfaktoria. Ruang antara sel-sel olfaktoria pada membran olfaktoria terisi banyak

kelenjar bowman kecil yang mensekresi mukus ke permukaan membran

olfaktoria.

Rangsangan yang diperlukan bagi penciuman, selain secara kimia harus

merangsang sel-sel olfaktoria tetapi juga harus diketahui sifat fisika zat-zat yang

menyebabkan rangsangan penciuman. Pertama, zat harus mudah menguap

sehingga ia dapat dihirup masuk ke lubang hidung . Kedua, zat harus sedikit larut

dalam air sehingga ia dapat melalui mukus untuk mencapai sel olfaktoria. Dan,

ketiga, ia harus juga larut dalam lipid, diduga karena rambut-rambut olfaktoria

dan ujung luar sel-sel olfaktoria terutama terdiri atas zat-zat lipid.

Dengan mengabaikan mekanisme dasar dasar sel-sel olfaktoria dirangsang,

telah diketahui bahwa sel-sel olfaktoria hanya terangsang bila udara mengalir ke

atas, masuk daerah superior hidung. Oleh karena itu, penciuman terjadi dalam

siklus inspirasi, yang menunjukkan bahwa reseptor-reseptor olfaktoria memberi

respon dalam milidetik terhadap agen yang mudah menguap. Karena intensitas

bau ditingkatkan oleh arus udara melalui bagian atas hidung, seseorang dapat

menambah kepekaan pembauaannya dengan teknik menghirup yang telah dikenal.

1.1 Fisiologi Hidung

1. Sebagai Jalan Napas

Hidung menjadi tempat proses inspirasi dan ekspirasi.

2. Pengatur Kondisi Udara (air conditioning)

Hidung diperlukan sebagai pengatur kondisi udara yang akan masuk ke

dalam alveolus paru-paru. Fungsi dilakukan dengan cara mengatur

kelembapan uadar dan mengatur suhu.

Page 8: LAPORAN SIMULASI PBL

3. Sebagai Penyaring dan Pelindung

Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan

bakteri yang dilakukan oleh : (a) rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi

(b) silia (c) palut lendir (mucous blanket).

4. Indra Penghidu

Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa

olfaktorius pada atap rongga hidung., konka superior, dan sepertiga

bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara

difusi dengan palut lender atau bila menarik nafas dengan kuat.

5. Resonansi Suara

Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan

menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang

sehingga terdengar suara sengau.

6. Proses Bicara

Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata dibentuk oleh

lidah, bibir, dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal

(m,n,ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun

untuk aliran udara.

7. Refleks Nassal

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan

saluran cerna, cardiovaskuler, dan pernapasan. Contohnya, iritasi mukosa

hidung menyebabkan refleks bersin dan napas terhenti.

8. Adaptasi

Adaptasi adalah suatu keadaan kita bias mencium bau tertentu dan sebagai

ambang untuk mencium bau-bau lainnya yang tidak berubah yang

disebabkan karena perubahan.

Page 9: LAPORAN SIMULASI PBL

9. Deskriminasi Berbagai Bau

Manusia dapat membedakan antara 2000 sampai 4000 bau namun sampai

saat ini, deskriminasi penciuman tidak terbatas.

10. Mendengus

Bagian rongga hidung yang mengadung reseptor, pencium mendapatkan

fentilasi sedikit. Mendengus adalah respons semirefleks yang biasanya

terjadi apabila ada bau yang baru yang menarik perhatian.

Membran Olfaktoria

Membran olfaktoria terletak pada bagian superior setiap lubang hidung. Di

medial ia melipat ke bawah pada permukaan septum, dan di lateral ia melipat di

atas konka superior , dan malahan sebagian kecil bagian atas konka media. Pada

setiap rongga hidung membran olfaktoria mempunyai luas permukan sekitar

2,4cm2.

Sel-Sel Olfaktoria

Sel-sel reseptor untuk penciuman adalah sek-sel olfaktoria yang

merupakan sel-sel bipolar yang berasal dari susunan saraf pusat itu sendiri.

Terdapat sekitar 100 juta sel-sel ini pada epitel olfaktoria yang di selang-seling

antara sel sustentakular. Ujung-ujung mukosa sel-sel olfaktoria membentuk

pentolan yang dinamakan vesikel olfaktoria, yang dari tempat ini akan

dikeluarkan 4-25 rambut olfaktoria atau silia yang bergaris tengah 0,3 mikrometer

dan panjangnya samapai 200 mikrometer, menonjol ke dalam mukus yang

melapisi permukaan dalam rongga hidung. Rambut olfaktoria yang menonjol ini

diduga bereaksi terhadap bau-bau dalam udara dan kemudian merangsang sel-sel

olfaktoria. Ruang antara sel-sel olfaktoria pada membran olfaktoria terisi banyak

kelenjar bowman kecil yang mensekresi mukus ke permukaan membran

olfaktoria.

Rangsangan yang diperlukan bagi penciuman, selain secara kimia harus

merangsang sel-sel olfaktoria tetapi juga harus diketahui sifat fisika zat-zat yang

Page 10: LAPORAN SIMULASI PBL

menyebabkan rangsangan penciuman. Pertama, zat harus mudah menguap

sehingga ia dapat dihirup masuk ke lubang hidung . Kedua, zat harus sedikit larut

dalam air sehingga ia dapat melalui mukus untuk mencapai sel olfaktoria. Dan,

ketiga, ia harus juga larut dalam lipid, diduga karena rambut-rambut olfaktoria

dan ujung luar sel-sel olfaktoria terutama terdiri atas zat-zat lipid.

Dengan mengabaikan mekanisme dasar dasar sel-sel olfaktoria dirangsang,

telah diketahui bahwa sel-sel olfaktoria hanya terangsang bila udara mengalir ke

atas, masuk daerah superior hidung. Oleh karena itu, penciuman terjadi dalam

siklus inspirasi, yang menunjukkan bahwa reseptor-reseptor olfaktoria memberi

respon dalam milidetik terhadap agen yang mudah menguap. Karena intensitas

bau ditingkatkan oleh arus udara melalui bagian atas hidung, seseorang dapat

menambah kepekaan pembauaannya dengan teknik menghirup yang telah dikenal.

Mekanisme Eksitasi Pada Sel-Sel Olfaktorius

Makna yang paling penting dari mekanisme eksitasi pada sel-sel olfaktorius

adalah bahwa mekanisme tersebut sangat melipatgandakan efek perangsangan,

bahkan dari bau yang paling lemah sekalipun. Mekanismenya adalah sebagai

berikut:

1. Aktivasi protein reseptor oleh substansi bau dapat megaktivasi kompleks

protein-G.

2. Hal ini kemudian mengaktivasi banyak molekul adenilat siklase di bagian

dalam membran sel olfaktorius.

3. Selanjutnya, hal iniakan menyebabkanpembentkan jumlah molekul cAMP

menjadi berkali lipat lebih banyak.

4. Akhirnya, cAMP tetap membuka kanal ion natrium yang jumlahnya

semakin banyak.

Oleh karena itu, bau tertentu yang mempunyai konsentrasi yang paling kecil, tetap

dapat memulai rangkaian efek yang akan membuka banyak sekali kanal natriu.

Hal ini menimbulkan sensitivitas yang sangat besar pada neuron-neuron

olfaktorius, bahkan bila jumlah bau itu sedikit sekali.

Page 11: LAPORAN SIMULASI PBL

Sensasi Utama Olfaktorius

Sebagian besar ahli fisiologi berpendapat bahwa beberapa sensasi

penghidu berasal dari sejumlah kecil sensasi utama. Berdasarkan penelitian

psikologis, sensasi-sensasi penghidu diklasifikasikan menjadi:

1. Camphoraceous

2. Musky

3. Harum bunga-bungaan (floral)

4. Pepperminty

5. Sangat samar (ethereal)

6. Bau yang tajam (pungen)

7. Busuk (Putrid)

Penghantaran Sensasi Bau ke Susunan Saraf Pusat

Fungsi susunan saraf pusat pada penciuman hampir tidak sejelas fungsi

reseptor-reseptor perifer. Sejumlah sel-sel olfaktoria terpisah mengirimkan akson

ke bulbus olfaktorius untuk berakhir pada dendrit-dendrit sel-sel mitral dalam

struktur yang dinamakan glomerulus. Kira-kira 25.000 akson dari sel olfaktoria

masuk pada setiap glomerulus dan bersinaps dengan sekitar 25 sel mitral yang

selanjutnya mengirimkan isyarat ke dalam otak. Terdapat total sekitar 5.000

glomerulus.

Lintasan-lintasan utama untuk penghantaran isyarat penghidu dari sel

mitral ke otak dimulai dari serabut-serabut sel mitral berjalan melalui traktus

olfaktorius dan berakhir terutama atau melalui neuron pemancar dalam dua derah

utama pada otak yang masing-masing dinamakan area olfaktoria media dan area

olffaktoria lateral. Area olfaktoria media terdiri atas kelompokan inti yang terletak

pada bagian tengah otak superior dan anterior terhadap talamus. Kelompokan ini

terdiri atas septum pelusidum, girus subkalosus, area paraolfakttoria, trigonum

olfaktoria, dan bagian medial substantia perforata anterior.

Page 12: LAPORAN SIMULASI PBL

Area olfaktoria lateral terletak bilateral, terutama di bagian anterior

inferior lobus temporalis. Ia terdiri dari area prepirrformis, unkus, bagian lateral

substansia perforata anterior dan bagian nuklei amigdaloid.

Traktus olfaktorius sekunder berjalan dari nuklei pada area iolfaktoria

lateral menuju ke hipotalamus, talamus, hipokampus, dan nuklei batang otak.

Daerah sekunder ini mengatur espon otomatik tubuh terhadap rangsangan

penciuman, termasuk aktivitas makan otomatis dan juga respon emosi, seperti

ketakutan, keadaan terangsang, kenikmattan, dan dorongan seksual.

Pembuangan seluruh area olfaktoria lateral sangat mempengaruhi respon

primitif penghidu, seperti menjilat bibir, salivasi, dan respon makan lain yang

disebabkan oleh bau makanan atau seperti berbagai emosiyang berhubungan

dengan bau. Sebaliknya, pembuangan tersebut menghilangkan refleks bersyarat

yang lebih kompleks yang tergantung pada rangsang penghidu. Oleh karena itu,

daerah ini sering dianggap sebagai korteks olfaktoria primer untuk penghidu. Pada

manusia, tumor pada daerah unkus dan amigdala sering menyebabkan orang

menerima bau abnormal.

ORGAN GUSTATORI

Pada hakekatnya lidah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

indera khusus pengecap. Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot. Otot

intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot ekstrinsik

mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan-

Page 13: LAPORAN SIMULASI PBL

gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan. Lidah

mengaduk-aduk makanan, menekannya ke langit-langit dan gigi, dan

mendorongnya ke dalam faring.

Lidah terletak pada dasar mulut, sementara pembuluh darah dan urat saraf

masuk dan keluar pada akarnya. Ujung serta pinggiran lidah bersentuhan dengan

gigi bawah, sementara dorsum merupakan permukaan melengkung pada bagian

atas lidah. Bila lidah digulung ke belakang, maka tampaklah permukaan

bawahnya yang disebut frenulum linguae, sebuah struktur ligamen halus yang

mengaitkan bagian posterior lidah pada dasar mulut. Bagian anterior lidah bebas

tidak terkait. Bila dijulurkan, maka ujung lidah meruncing, dan bila terletak

tenang di dasar mulut, maka ujung lidah berbentuk bulat.

Selaput lendir (membran mukosa) lidah selalu lembab, dan pada waktu

ehat berwarna merah jambu. Permukaan atasnya seperti beludru dan ditutupi

papil-papil, yang terdiri dari 3 jenis, yaitu:

1. Papilae sirkumvalata

Ada 8-12 buah dari jenis ini yang terletak pada bagian dasar lidah. Papilae

sirkumvalata adalah jenis papilae yang terbesar, dan masing-masing

dikelilingi semacam lekukan seperti parit. Papilae ini tersusun berjejer

membentuk huruf V pada bagian belakang lidah.

2. Papilae fungiformis menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan

berbentuk jamur.

3. Papilae filiformis adalah yang terbanyak dan menyebar pada seluruh

permukaan lidah. Organ ujung untuk pengecapan adalah puting-puting

pengecap yang sangat banyak terdapat dalam dinding papilae sirkumvalata

dan fungiforum. Papilae filiform lebih berfungsi untuk menerima rasa

sentuh, daripada rasa pengecapan yang sebenarnya. Selaput lendir langit-

langit dan faring juga bermuatan puting-puting pengecap

Makanan memiliki ciri harum dan ciri rasa, tetapi ciri-ciri itu merangsang

ujung saraf penciuman bukan ujung saraf pengecapan. Nervus olfaktorius atau

saraf kranial pertama melayani ujung organ penciuman. Serabut-serabut saraf ini

Page 14: LAPORAN SIMULASI PBL

timbul ppada bagian atas selaput lendir hidung, yang dikenal sebagai bagian

olfaktorik hidung.

Nervus olfaktorius dilapisi sel-sel yang sangat khusus, yang mengeluarkan

fibril-fibril halus untuk berjalin dengan serabut dari bulbus olfaktorius. Bulbus

olfaktorius merupakan bagian otak yang terpencil, adalah bagian yang agak

berbentuk bulbus (membesar) dari saraf olfaktorius yang terletak di atas lempeng

kribiformis tulang etmoid. Dari bulbus olfaktorius, perasaan bergerak melalui

traktus olfaktorius dengan perantaraan beberapa stasiun penghubung, hingga

mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada lobus temporalis

otak, dimana perasaan itu ditafsirkan.

Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang terhirup ataupun oleh unsur-

unsur halus. Rasa penciuman ini sangat peka, dan kepekaanya mudah hilang, bila

dihadapkan pada suatu bau yang sama untuk suatu waktu yang cukup lama. Rasa

penciuman juga diperlemah, bila selaput lendir hidung sangat kering, sangat

basah, atau membengkak, seperti halnya seseorang yang diserang pilek.

Sensasi Pengecapan Utama

Seseorang dapat merasakan pengecapan yang bermacam-macm. Namun,

pengecapan tersebut merupakan kombinasi dari sensasi-sensai pengecapan dasar

yang di sebut juga sensasi pengecapan utama. Sensasi pengecapan utama dibagi

menjadi lima kategori umum diantaranya:

1. Rasa Asam

Rasa asam disebabka oleh adanya konsentrasi ion hidrogen.

Intensitas sensasi asam ini hampir sama dengan logaritma konsentrasi ion

hidrogen. Yang berarti, semakin asam suatu makanan, semakin kuat pula

sensasi asam yang terbentuk.

2. Rasa Asin

Page 15: LAPORAN SIMULASI PBL

Rasa asin dihasilkan dari garam yang terionisasi, terutama garam

yang terionisasi karena konsentrasi ion natrium. Kualitas antara garam

yang satu dengan yang lain berbeda-beda, karena ada beberapa garam

yang menghasilkan sensasi rasa selain rasa asin. Kation garam, khususnya

kation natrium, terutama berperan membentuk rasa asin, tetapi untuk anion

juga ikut berperan embentuk rasa asin meskipn perannya lebih kecil.

3. Rasa manis

Beberapa tipe zat kimia yang menyebabkan rasa manis diantaranya

adalah gula, glikol, alkohol, aldehid, keton, amida, ester, beberapa asam

amino, bebrapa protein kecil, asam sulfonat, asam halogenasi, dan garam-

garam anorganik dari timah dan berilium. Penambahan radikal sederhana

pada struktur kimia sering kali dapat mengubah zat dari rasa manis

menjadi rasa pehit.

4. Rasa Pahit

Zat yang memberikan rasa pahit hampir seluruhnya merupakan

substansi organik, diantaranya:

a. Substansi organik rantai panjang yang mengandung nitrogen

b. Substansi organik rantai panjang yang mengandung alkaloid

seperti kuinin, kafein, striknin, dan nikotin.

Sensasi rasa pahit ini merupakan salah satu fungsi yang penting, karena

banyak toksin mematikan yang ditemkan dalam tanaman beracun

merupakan alkaloid.

5. Rasa Umami

Rasa umami merupakan rasa yang dominan ditemukan pada makanan

yang mengandung L-glutamat. Beberapa para ahli fisiologi menganggap

rasa ini harus dipisahkan, sehingga menjadi kategori kelima dari sensasi

pengecapan utama.

Page 16: LAPORAN SIMULASI PBL

Mekanisme Perangsangan Taste Bud Potensial Reseptor

Pengikatan zat kimia kecap

Membuka kanal ion

Ion Na+ masuk

Mendepolarisasi kenegatifan normal

Dibersihkan dari vilus pengecap oleh saliva

Rangsangan hilang

Jadi, mekanisme perangsangan taste bud potensial reseptor adalah dengan

pengikatan xat kimia kecap pada milekul reseptor protein yang dekat atau

menonjol melalui membran vilus. Hal tersebut kemudian membuka kanal ion,

sehingga membuat ion natrium yang memiliki muatan positif masuk dan

mendepolarisasi kenegatifan ormal di dalam sel. Selanjutnya zat kimia kecap

secara bertahap dibersihkan dari vilus pengecap oleh saliva, sehingga akan

menghilangkan rangsangan.

KETERKAITAN HIDUNG DENGAN LIDAH

Bau merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi persepsi selera

makan, itu semua dapat dilihat berdasarkan perjalanan dari alat pernafasan yaitu

hidung yang menyalurkan bau makanan lewat reseptor yand ditujukan ke sel-sel

olfaktoria dan dikirimkan ke akson bulbus olfaktorius yang berakhi pada dendrit

Page 17: LAPORAN SIMULASI PBL

sel-sel mitral yang tidak lain adalah glomerulus dan akan berjalan ke traktus

olfaktorius yang merupakan saluran menuju ke otak dimana akan berakir pada 2

area yaitu area olfaktoria media dan area olfaktoria lateral yang berada di dalam

otak yang selanjutnya berjalan menuju hipotalamus lewat nuklei. Di dalam otak

bau tersebut akan dikirimkan kembali oleh otak atau yang biasa kita kenal dengan

reaksi atau perasaan yang dirasakan manusia setelah otak mendapatkan

rangsangan.

Jika hidung kita mengalami gangguan seperti pilek, atau dapat dikatakan

radang mukosa nasal (RMN), maka perjalanan dari hidung akan tetap berjalan dan

mempengaruhi hasil yang di tangkap oleh otak sehingga reaksi yang dihasilkan

oleh otak tidak akan sempurna atau normal. Itu semua menyebabkan perasaan

seseorang terhadap makanan tidak baik dan meimbulkan seseorang kehilangan

nafsu makan, itu lah keterkaitan yang ditemukan sehingga manusia dapat

kehilangan selera makan apabila mengalami gangguan alat pernafasan.

KESIMPULAN

Organ Olfaktorius dan Gustatori memang sangat-sangat erat hubungannya

dan saling berkoordinasi dalam merasakan makanan dan aroma. Hal ini dapat

dilihat pada keterkaitan kedua organ tersebut serta hal yang terjadi jika salah satu

organ tersebut tidak berfungsi secara optimal seperti pada kasus pilek. Contoh

langsung nya adalah pada pemicu yang diberikan, dimana Tompi tidak bisa

merasakan aroma masakan ibunya karena pilek, walaupun memang dia masih bisa

merasakan makanan pada lidahnya.