skenario 4 neuro

64
1 Memahami dan menjelaskan anatomi dan faal sistem limbik LI I. Memahami dan Menjelaskan Neuroanatomi dan Neurofisiologi Sistem Limbik SISTEM LIMBIK (LIMBIC SYSTEM) Pengertian : Yang termasuk ke dalam system limbic ialah semua bangunan berikut: 1. Lobus limbic (Broca) 2. Formatio hippocampi 3. Nucleus amygdaloideus 4. Hypothalamus 5. Nucleus anterior thalami 6. Nucleus medio dorsalis thalami 7. Area septi Beserta penghubungnya: 1. Alveus 2. Fimbra 3. Fornix 4. Tractus mammilothalamicus 5. Stria terminalis 6. Stria medullaris Dari bangunan-bangunan tersebut terlihat bahwa sistem limbik melibatkan: 1. Tal-encephalon 2. Di-encephalon LOBUS LIMBIK (BROCA)

Upload: puteri-hannani-mentira

Post on 16-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

neuroplasia

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario 4 Neuro

1 Memahami dan menjelaskan anatomi dan faal sistem limbik

LI I. Memahami dan Menjelaskan Neuroanatomi dan Neurofisiologi Sistem Limbik

SISTEM LIMBIK (LIMBIC SYSTEM)Pengertian : Yang termasuk ke dalam system limbic ialah semua bangunan berikut:

1. Lobus limbic (Broca)

2. Formatio hippocampi3. Nucleus amygdaloideus4. Hypothalamus5. Nucleus anterior thalami6. Nucleus medio dorsalis thalami7. Area septi

Beserta penghubungnya:1. Alveus2. Fimbra3. Fornix4. Tractus mammilothalamicus5. Stria terminalis6. Stria medullaris

Dari bangunan-bangunan tersebut terlihat bahwa sistem limbik melibatkan:1. Tal-encephalon2. Di-encephalon

LOBUS LIMBIK (BROCA)Pengertian: Lobus limbik merupakan bangunan berbentuk huruf C pada dataran medial haemispherum yang melingkari corpus callosum dan mempunyai kesatuan fungsi yang meliputi:

1. Gyrus subcallosum s. Subiculum: Terltak di depan lamina terminalis dan rostrum corpus collosum, jalan melingkari corppus callosum sampai splenium corporis calloni.

2. Gyrus cinguli: Terletak tepat di atas corpus callosum.3. Gyrus parahippocampi: Terletak antara fissura hippocampi dan sulcus collateralis Ke depan dia

lanjut menjadi uncus.

FORMATIO HIPPOCAMPIPengertian: Merupakan bangunan yang mempunyai satu kesatuan fungsi yang meliputi:

1. HIPOCAMPUS (cornu ammonis)

Page 2: Skenario 4 Neuro

Merupakan substansia grisea yang melengkung ke atas sepanjang dasar cornu inferior ventriculus lateralis. Ujumg depannya melebar membentuk : PES HIPPOCAMPI.Pada penampang frontal, hippocampus berbentuk seperti HURUF C.

Permukaan dalam ventrikulus yang melengkung dilapisi oleh EPENDYM. Di bawahnya terdapat selapis tipis substantia alba disebut sebagai : ALVEUS yang terdiri dari serabut saraf yang berasal dari hippocampus yang kemudian melengkung ke medial membentuk FIMBRIA. Fimbria sendiri meninggalkan ujung belakang hippocampus sebagai crus fornix. Crus fornix dari setiap sisi membelok ke belakang dan atas di bawah splenium corpus callosi dan mengelilingi dataran belakang thalamus.Kedua crus fornix tersebut kemudian menyatu membentuk Corpus Fornix yang terletak sangat dekat dengan dataran bawah corpus callosum.

Pada waktu kedua crura saling mendekat, dia dihubungkan dengan serabut saraf yang jalan melintang: Commissura fornuces yang akan saling bersilangan kiri dengan yang kanan dan akhirnya bergambung dengan hippocampus pada sisi yang sama.Fungsi hippocampus: berperan dalam proses belajar dan ingatan sekarang

2. GYRUS DENTATUSPengertian : Merupakan seberkas substantia grissea yang terletak antara Fimbria

Hippocampidan Gyrus Hippocampi.Struktur : Kebelakang Gyrus dentatus berjalan mendampingi fimbria sampai kedekat

Splenium Corporis callosi dimana dia lanjut menjadi: Induseum griseum.Induseum griseum sendiri merupakan seberkas tipis substantia grissea yangMenutupi dataran atas corpus callosum.Pada dataran atas Induseum griseum terdapat dua berkas serabut saraf:Stria longitudinalis mediale dan stria longitudinalis laterale. Kedua stria iniMerupakan sisa ( substantia alba ): Induseum grisea vestigiiGyrus dentatus dan hippocampus sama - sama berbentuk huruf C dan kedua hurufTersebut saling mengunci satu dengan lainnya.

3. SUBICULUM s.GYRUS SUBCALLOSUMMeruapakan bangunan yang terletak antara hypocampus dengan gyrus parahippocampus.Keseluruhan formatio hippocampi mempunyai panjang 5 cm mulai dari depan ( pada

amygdala ) kebelakang mencapai spelenium corporis callosi.

NUCLEUS AMYGDALOIDEUS ( amigdala )Bentuk :seperti buah almond

Merupakan massa nuclei yang terletak pada lobus temporalis di daerah transisi dengan dataran postero inferor lobus frontalis. Menrima aferen dari:

- Lobus olfactorius anterior- Cortex piriformis, temporalis, pre frontalis- Hypothalamus- Nucleus medio dorsalis thalami- Tegmentum

Mengirim eferen ke:- Area preopticum mediale- Nucleus area septi- Hypothalamus- Nucleus amygdaloideus sisi lain- Nucleus medio doralis thalami- Cortex prefrontalis- Tegmentum

Page 3: Skenario 4 Neuro

Letak : Sebagian didepan dan sebagian lagi daatas puncak cornu inferior ventriculuslateralis.Dia berhubungan dengan ujung ekor nucleus caudatus yang berjalan kedepan pada atap inferior ventriculus lateralis.Stria terminalis muncul dari daratan belakangnya.

Fungsi amigdala:1. kalau dipacu, terjadi perubahan suasana hati ( mood )2. kalau dirusak, terjadi sikap agresif3. melalui hypothalamus, dia mempercepat aktifitas endokrin, sex dan reproduksi

AREA SEPTI :- meruapakan bagian dari nuclei tel – encephalon- dibentuk oleh : - cortex area septi

- gyrus para terminalis- gyrus ( area ) subcallosum

- Letak : antara septum pellucidum dengan comminssura anterior- Hubungan timbale balik dengan formatio hippocampi via formix- Hubungan timbale balik dengan hypothalamus- berhubungan dengan habenula melalui stria medallarais thalami

HYPOTHALAMUS Pengertian: merupakan bagian paling depan dari di-encephalon satu-satunya bagian di-encephalon yang tidak ditutupi oleh hemisphaerum cerebri dapat dilihat lansung pada dataran bawah otak

Letak: mulai dari chiasma optici kebelakang mencapai lamina terminale dan commissura anterior daerah yang ditempati hypothalamus sering juga disebut sebagai: area pre-opticum

Bangunan pembentuk hypothalamus:a) chiasma opticumb) tuber cinereumc) infundibulumd) corpus mammilare

Struktur: nucleinya dibedakan: kel. Medial dan kel. Lateralpembatas: fornix dan tractus mammilothalamicusBerhubungan erat dgn HYPOPHYSIS AXIS HYPOTHALAMUS-HYPOPHYSIS

THALAMUSPembentuk utama di-encephalon subs.grisseaT.d beberapa kelompok nuclei:

1) Kel. Nuclei anterior thalami2) Kel. Nuclei intermedia thalami (nuclei of midline)3) Kel. Nuclei medialis thalami4) Kel. Nuclei lateralis thalami5) Kel. Nuclei posterior thalami

Masing-masing kelompok biasanya dibagi lagi atas beberapa sub-kelompok nucleiHubungan: menerima sensasi sensorik dari seluruh tubuh, kecuali : N. OLFACTORIUS (penciuman) Secara mandiri thalamus berfungsi:

• Menerima segala sensasi sensorik kecuali penciuman

Page 4: Skenario 4 Neuro

• Karena hubungannya yang luas dgn cortex lobus frontalis dan hypothalamus, maka diduga dia juga berfungsi sebagai pusat perasaan subjektif dan kepribadian seseorang

SERABUT PENGHUBUNG LOBUS LIMBIK :1. Alveus ( sudah diterangkan )2. Fimbria ( sudah diterangkan )3. Fornix ( sudah diterangkan )4. Tractus mammillothalamicus ( sudah diterangkan )5. Stria terminalis ( sudah diterangkan )6. Stria medullaris ( sudah diterangkan )7. Commissura anterior ( sudah diterangkan )

FUNGSI SISTEM LIMBIK

1. berkaitan erat dengan keadaan emosi dan perilaku, terutama: reaksi takut, marah dan libido2. khusus hippocampus mempunyai fungsi:

Pembelajaran Ingatan sekarang ( hal – hal baru )

3. Berkaitan erat dengan fungsi penciuman, walau tak cukup bukti4. Berkaitan erat dengan respons homeostatik terhadap perubahan lingkungan5. Berkaitan erat dengan perubahan emosi sehingga melibatkan aktivitas lokomotorik, saraf otonom dan

kelenjar endokrin6. Berkaitan erat dengan:

- Perasaan- Makan- Berkelahi- Melarikan diri- Mencari pasangan

1.2 Faal Sistem Limbik

Peran sistem limbik menguasai aksi yang memuaskan kebutuhan dasar dan emosi, sistem limbik berhubungan dengan

hipotalamus yang berperan penting dalam emosi dan respon terhadap stres atau pusat stres (flight or fight)

mampu memobilisasi tubuh untuk bereaksi pengendalian tambahan terhadap beberapa perilaku instinctif Sistem Limbik atau otak tengah, yang posisinya sedikit lebih ke depan dan terdiri atas Talamus dan Ganglia Basal atau otak tengah. Sistem Limbik penting bagi pembelajaran dan ingatan jangka pendek tetapi juga menjaga homeostatis di dalam tubuh (tekanan darah, suhu tubuh dan kadar gula darah). Terlibat dalam emosi ketahanan hidup dari hasrat seksual atau perlindungan diri.

Sistem Limbik mengandung Hipotalamus, yang sering dianggap sebagian bagian terpenting dari 'otak mamalia'. Hipotalamus meskipun kecil (besarnya hanya sepatuh gula kotak) dan beratnya hanya empat gram, hipotalamus mengatur hormon, hasrat seksual, emosi, makan, minum, suhu tubuh, keseimbangan kimiawi, tidur dan bangun, sekaligus mengatur kelenjar utama dari otak (kelenjar pituitari). Hipotalamus adalah bagian otak yang memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak, misalnya kapan kita lapar.

Page 5: Skenario 4 Neuro

Bagian limbik yang menjadi pusat emosi yang berada di amygdala dan hippocampus berfungsi mengatur emosi manusia dan memori emosi, menunjukan seorang penderita epilepsi yang mendapat terapi operasi otak dengan diangkatnya amigdala dan hypocampus memperlihatkan gejala hiperseks dan rakus setelah operasi.

Istilah Limbik berarti perbatasan aslinya limbik digunakan untuk menjelaskan struktur tepi sekeliling regio basal serebrum, dan pada perkembangan selanjutnya diperluas artinya keseluruh lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan dorongan motivasional.

Bagian utama sistem limbik adalah hipotalamus dengan struktur berkaitan, selain mengatur prilaku emosional juga mengatur kondisi internal tubuh seperti suhu tubuh, osmolalitas cairan tubuh, dan dorongan untuk makan dan minum serta mengatur berat badan Fungsi internal ini secara bersama-sama disebut fungsi vegetatif otak yang berkaitan erat pengaturannya dengan perilaku.

Bagaimana kerja Hipotalamus dan sistem limbik, dalam Guyton diterangkan Fungsi Perilaku dari Hipotalamus dan Sistem Limbik (Guyton, 1997:937)

1. Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya mengakibatkan timbulnya rasa haus dan nafsu makan tapi juga besarnya aktivitas emosi binatang seperti timbulnya rasa marah yang hebat dan keinginan berkelahi.

2. Perasangan nukleus ventromedial dan area sekelilingnya bila dirangsang menimbulkan rasa kenyang dan menurunkan nafsu makan dan binatang menjadi tenang.

3. Perangsangan pada zone tipis dari nuklei paraventrikuler yang terletak sangat berdekatan dengan ventrikel ketiga (atau bila disertai dengan perangsangan pada area kelabu dibagian tengah mesensefalon yang merupakan kelanjutan dari bagian hipotalamus biasanya berhubungan dengan rasa takut dan reaksi terhukum.

4. Dorongan seksual dapat timbul bila ada rangsangan pada beberapa area hipotalamus. Khususnya pada sebagian besar bagian anterior dan posterion hipotalamus.Hipotalamus, daerah pengatur utama untuk sistem limbik, berhubungan dengan semua tingkat

limbik. Hipotalamus mewakili kurang dari 1 persen masa otak, namun merupakan bagian penting dari jaras pengatur keluaran sistem limbik. Sebagai contoh perangsangan Kardiovaskular hipotalamus. Perangsangan efek neurogenik pada sistem kardiovaskular meliputi kenaikan tekanan arteri, penurunan tekanan arteri, peningkatan atau penurunan frekuensi denyut jantung. Pada umumnya, perangsangan bagian posterior dan lateral hipotalamus meningkatkan tekanan arteri dan frekuensi denyut jantung, sedangkan perangsangan area preoptik sering menimbulkan efek yang berlawanan. Pengaturan gastrointestinal, dimana perangsangan pada hipotalamik lateral berhubungan dengan pusat lapar, bila daerah ini rusak maka pada percobaan binatang, akan terjadi kehilangan nafsu makan menyebabkan kematian karena kelaparan (lethal starvation). Pusat kenyang terdapat di nukneus ventromedial, bila daerah ini dirangsang dengan listrik pada binatang percobaan akan menghentikan makannya dan benar-benar mengabaikan makanannya. Bila area ventromedial ini rusak secara bilateral maka, maka binatang tersebut jadi rakus, dan terjadi kegemukan yang hebat.(Guyton, 1997:933)

LI II. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Dopamin

Fisiologi Neurotransmiter Dopamin

Dopamin merupakan kelompok neurotransmiter katekholamin. Jumlah total neuron dopaminergik di otak manusia, tidak termasuk di retina dan bulbus olfaktorius diperkirakan berjumlah antara 300.000 sampai dengan 400.000.

Nukleus dopaminergik yang utama dijumpai pada substansia nigra pars compacta, daerah tegmental sentral, dan nukleus arcuatus. Dari substansia nigra dan daerah tegmental sentral neuron tersebut akan berproyeksi ke daerah mesolimbik, mesokortikal, dan daerah striatum. Dopamin disintesis dari tyrosine dibagian terminal presinaps untuk kemudian dilepaskan ke celah sinaps.

Page 6: Skenario 4 Neuro

Langkah pertama sintesis dopamin adalah proses uptake asam amino L-tyrosine dari aliran darah. Tyrosine akan dikonversi menjadi 3-4-dihidroxyphenylalanine (L-DOPA) oleh enzim tyrosine hydroxylase, dan kemudian L-DOPA dikonversi menjadi dopamin oleh enzim dopa decarboxylase. Dopamin disimpan dalam granula-granula di ujung presinaptik saraf, dan akan dilepaskan apabila ada rangsangan. Dopamin yang dilepaskan ke celah sinaps dapat mengalami satu atau lebih keadaan berikut:

1. mengalami pemecahan oleh enzim COMT/ Catechol-O-Methyl-Transferase atau enzim MAO/ Monoamine Oxidase,

2. mengalami difusi dari celah sinaps,

3. mengaktivasi reseptor pre sinaptik

4. mengaktivasi reseptor post sinaptik, dan

5. mengalami ambilan kembali (reuptake) ke terminal pre sinaptik.

6. Reseptor dopamin memiliki 2 sub tipe utama yaitu reseptor seperti D1 (D1dan D5) dan reseptor seperti D2 (D2, D3, dan D4) . Variasi tipe reseptor ditentukan oleh urutan asam amino DNA. Reseptor D2 memiliki 2 bentuk isoform yaitu D2 short dan D2long.

Perangsangan reseptor D2 post sinaps akan merangsang proses interseluler. Reseptor dopaminergik D2 dapat berperan sebagai autoreseptor. Reseptor dopaminergikD2 terletak di pre sinaps maupun post sinaps. Dopamin yang dilepaskan dari terminal saraf dapat mengaktivasi reseptor D2 pada terminal presinaptik yang sama, dan akan mengurangi sintesis atau pelepasan dopamin yang terlalu berlebihan, sehingga reseptor D2 akan berperan sebagai mekanisme umpan balik (feedback) negatif yang dapat memodulasi atau menghentikan pelepasan dopamin pada sinaps tertentu.

Pada otak manusia terdapat 3 nukleus dopaminergik yang utama yaitu:

1. Substansia nigra pars compacta yang berproyeksi ke striatum2. Area tegmental ventral yang berproyeksi ke nukleus accumbens dan korteks serebri3. Nukleus arcuatus hipotalamus yang berproyeksi ke area tuberoinfundibular dan hipofisis.

Reseptor Agonis Antagonis Lokasi

D1 - Haloperidol Neostriatum, korteks serebri, tuberkel olfaktorius, n. accumbens

D2 Bromocriptine Haloperidol, Raclopride, Sulpride

Neostriatum, tuberkel olfaktorius, n. accumbens

D3 - Quinpirole Raclopride Nucleus

Accumbens

D4 Clozapine Amygdala

D5 - - Hipokampus dan Hipotalamus

No Nama Efek utama

Page 7: Skenario 4 Neuro

1. Asam amino dan turunanya : Glycine Transmitter penghambat dalam SSP

2. Norepinephrin Tranmitter dalam SSP dan SS peririfir yang bersifat penghambat dan eksitasi

3. Gamma - aminobutyric acid (GABA) Transmitter penghambat dari SSP

4. Acetylcholine Transmitter eksitasi pada hubungan neromuskuler, transmitter eksitasi dan penghambat dalam SSP dan susunan saraf perifir

5. Enkephalin Transmitter yang mempunyai efek seperti morfin yaitu menghambat lintasan nyeri dalam SSP

Pembentukan Dopamine

Dopamin memiliki 4 jaras pathway :

A. Jalan Nigrostriata

Dari substansia nigra ke corpus striatum ganglia basalis. Jaras ini mengatur pergerakan pada manusia. Obat antispsikotik khususnya generasi I atau atipikal yang bekerja dengan memblok total jalan reseptor dapmin (khususnya D2) di pasca sinaps neuron. Akibat blocking berlebihan ini akan mengakibatkan EPS (Extrappiramidal syndrome) diantaranya distonia(kedutan) akut, trias parkinsonism, akathiasia(tidak bisa

Page 8: Skenario 4 Neuro

diam atau tetep bergerak akibat kekurangan dopamin) sampai bentuk paling berat dan kronis adalah diskinesia tardif (gangguan meggerakan tubuh berulang-ulang dengan onset lambat)

B. Jalan Mesolimbik

Dari tegmentum ventral midbrain ke corteks dan subcorteks sistem limbik (nukleus accumbens) terkait dengn perilaku, sensasi menyenangkan, rasa euforiapada drug abuse, waham dan halusinasi pada penderita psikosis (gejala positif) dan skizofrenia

C. Jaras Tuberinfudibuler

Dari nukleus arcuata hypothalamus ke vasa infundibulum. Jaras ini bertanggungjawab dengan pengontrolan sekresi prolaktin.

D. Jaras mesokorteks

Bermula dari area tegmental mdbrain ventral, namun aksonnya menuju krteks limbik. Jaras ini bertanggung jawab terhadap simptom positif dan negatif psikotik

 Efek Dopamin pada Sistem Limbik dan Sistem KortikalFungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh neuron-neuron yang

berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya sebagai inhibisi.(Guyton,1997: 714).

Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada beberapa area. Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area otak, sementara serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan sistem serotonin ke struktur garis tengah (midline).(Guyton,1997: 932)

Hubungan antara dopamin dan perilaku

Dopamin bekerja menghambat pelepasan prolaktin dari lobus interior pituitary. Sebagai pusat reward reinforcement dan motivasi perilaku. Sel saraf dopamin otak tengah sebagai pengkode dalam menentukan pengambilan keputusan.Tingginya kadar dopamin diasosiasikan dengan meningkatnya perhatian, hiperaktivitas, keresahan dan perilaku goal-oriented. Ketidakseimbangan kadar dopamin dalam otak juga diduga mempunyai korelasi dengan penyakit skizofrenia, Parkinson, Attention-Deficit/Hyperactivity Disorders (ADHD) dan autisme, dimana keduanya memberikan gejala abnormalitas pada perilaku pasien.

Pengaruh DOPAMINE

Neurotransmitter systems

Acetylcholine

Nucleus basalis of Meynert → Neocortex

Septal nuclei (Medial septal nucleus) → Fornix → Hippocampus

Striatum

BA/M

Dopaminergic pathways

Mesocortical pathway: Ventral tegmental area → Frontal cortex

Mesolimbic pathway: Ventral tegmental area → Nucleus accumbens

Nigrostriatal pathway: Pars compacta → Striatum

Tuberoinfundibular pathway: Hypothalamus → Pituitary gland

Page 9: Skenario 4 Neuro

Norepinephrine Locus coeruleus

Serotonin pathways Raphe nuclei · Anterior raphespinal tract · Lateral raphespinal tract

AA

Aspartate Climbing fibers

GABA Globus pallidus

Glycine Renshaw cells

Glutamate Thalamus · Subthalamic nucleus · Globus pallidus

Dopamine mengatur aktivitas di dalam frontal lobe, area otak yang mengatur komunikasi, motivasi, dan kemampuan untuk merasakan kesenangan. Kekurangan zat kimia ini dikaitkan dengan simptom psikologis seperti keresahan sosial, mengkritik diri sendiri, menunda atau sulit mempertahankan hubungan, begitu menurut riset di Leiden University Medical Center di Netherlands. Tapi begitu kekurangan ini dikoreksi, perempuan yang mengalaminya sering merasa lebih berenergi, dapat bergaul dan percaya diri.

Dopamin merupakan neurotransmitter aktif dalam sistem dopaminergik dan berhubungan dengan penyakit neuromotor (Parkinson) dan schizophrenia.Obat-obat yang meningkatkan efek dopamin dalam sistem ini menunjukkan aktivitas farmakologis terhadap kedua penyakit tersebut.

Seperti neurotransmiter lain, target terapetik dalam sistem dopaminergik meliputi : biosintesis, metabolisme, penyimpanan, reuptake dan reseptor (presinaps dan prasinaps) dopaminergik.

LI III. Psikopatologi pada Gangguan Psikotik

I. Pengenalan Sebagian besar tanda dan gejala yang terdaftar di bawah ini dapat dipahami sebagai nilai yang

bervariasi dari berbagai gambaran spektrum perilaku yang berkisar antara normal sampai abnormal. Sangat sulit untuk menemukan suatu gejala atau tanda patognomonik ( khas ) dalam psikiatri. Sebagai pembanding, pada pengobatan secara internal masih lebih mudah untuk menemukan tanda yang dapat menunjukkan adanya indikasi suatu penyakit atau gangguan tertentu, sebagai contoh, tanda “cincin Kayser-Fleischer” pada penyakit Wilson's atau refleks Babinski pada penyakit gangguan jalur piramidal.

A. Tanda : Pengamatan dan penemuan penyakit / gangguan oleh seorang dokter, seperti adanya suatu penyumbatan atau retardasi psikomotorik.

B. Gejala : pengalaman pribadi yang dirasakan dan diuraikan oleh pasien, sering dinyatakan dalam bentuk keluhan, seperti suasana hati tertekan atau kehilangan energi.

C. Sindrom : suatu kelompok tanda dan gejala yang bersama-sama menyusun suatu kondisi tertentu yang dapat dikenal, namun lebih samar-samar dibanding suatu gangguan / penyakit yang spesifik.

II. Tanda dan Gejala Gangguan PsikiatriA. Kesadaran : Status kesadaran ( istilah sensorium kadang-kadang digunakan sebagai suatu sinonim untuk kesadaran).1. Gangguan kesadaran

Page 10: Skenario 4 Neuro

a. Disorientasi : Gangguan orientasi dalam hal waktu, tempat, atau orang. b. Kesadaran berkabut : kesadaran yang tidak sempurna dengan gangguan persepsi dan sikap.

c. Stupor : ketiadaan reaksi dan tidak mengenal lingkungan.

d. Delirium : reaksi kebingungan, disorientasi, gelisah yang berhubungan dengan ketakutan dan halusinasi.

e. Koma : Derajat tingkat keadaan pingsan yang dalam.

f. Koma vigil / terjaga : keadaan koma di mana pasien nampak seperti tertidur tetapi siap untuk dibangunkan (dikenal sebagai mutisme akinetik).

g. Status kesadaran senjakala : gangguan kesadaran dengan halusinasi

h. Status seperti mimpi : sering digunakan sebagai sinonim untuk bangkitan parsial kompleks atau epilepsi psikomotorik.

i. Somnolen : keadaan mengantuk yang abnormal.

j. Kebingungan : Gangguan kesadaran di mana reaksi ke stimuli lingkungan tidak sesuai; yang dinyatakan dengan disorientasi dalam hal waktu, tempat, atau orang.

k. Keadaan mengantuk : suatu status kesadaran lemah berhubungan dengan suatu keinginan atau kecenderungan untuk tidur.

l. Terbenamnya matahari : sindrom pada orang lanjut usia yang umumnya terjadi pada malam hari dan ditandai oleh keadaan mengantuk, kebingungan, kehilangan keseimbangan dan jatuh karena dalam pengobatan sedatif, yang disebut sindrom sundowner's. 2. Gangguan perhatian : perhatian adalah sejumlah usaha yang digunakan dalam memperhatikan dan fokus terhadap suatu hal tertentu dari suatu pengalaman; kemampuan untuk fokus pada satu aktivitas; dan kemampuan untuk berkonsentrasi.

a. Distraktibilitas : Ketidakmampuan untuk konsentrasi dalam memberi perhatian; keadaan di mana perhatian ditarik menuju stimuli eksternal yang tidak relevan atau tidak penting.

b. Inatensi selektif : Perhatian yang terbatas hanya pada berbagai hal yang menghasilkan ketertarikan.

c. Hypervigilans : perhatian berlebihan yang terpusat pada semua stimuli internal dan eksternal, terjadi sekunder pada delusi atau paranoid; berhubungan dengan hyperpragia: aktivitas mental dan pemikiran berlebihan.

d. Trans : perhatian yang terpusat dan kesadaran berubah, umumnya dilihat pada keadaan hipnosa, gangguan disasosiasi, dan pengalaman religius yang sangat menggembirakan.

e. Disinhibisi : Perpindahan efek inhibisi, yang mengakibatkan orang hilang kendali ketika dalam keadaan mabuk oleh alkohol.

3. Gangguan Sugestibilitas : respon tanpa kritik dan mengalah terhadap suatu ide / pendapat yang mempengaruhi.

a. Folie a deux ( folie a trois) : gangguan komunikasi emosional antara dua ( atau tiga) orang. b. Hipnosa : modifikasi kesadaran yang ditandai oleh suatu peningkatan sugestibilitas.

B. Emosi: status perasaan yang kompleks termasuuk didalamnya faktor psikis, somatis, maupun prilaku yang berhubungan atau dapat mempengaruhi suasana hati.1. Afek : ungkapan emosi yang dapat diamati, yang mungkin dapat berbeda dengan apa yang dikeluhkan oleh pasien.

a. Afek yang sesuai : kondisi di mana ungkapan emosi selaras dengan pikiran, ide maupun perkataan ; dapat diuraikan lebih lanjut sebagai afek yang yang diekspresikan secara wajar.

Page 11: Skenario 4 Neuro

b. Afek tidak sesuai : ketidaksesuaian antara ungkapan emosi yang dirasakan dengan pikiran, ide maupun perkataan.

c. Afek tumpul : gangguan afek yang ditandai oleh adanya pengurangan sejumlah besar intensitas ungkapan emosi / perasaan secara eksternal .

d. Afek terbatas : pengurangan dalam intensitas ungkapan emosi / perasaan; lebih sedikit dibanding Afek tumpul namun tetap jelas adanya pengurangan.

e. Afek datar : Ekspresi afeksi yang bisa ada ataupun tidak ada: ditandai dengan suara yang monoton, wajah tak bergerak ( tanpa ekspresi ).

f. Afek labil : perubahan yang kasar dan cepat dalam ungkapan emosional, tidak berhubungan dengan stimuli eksternal.

2. Suasana hati ( Mood ) : suatu pengalaman subyektif yang menggambarkan dan mendukung emosi / perasaan yang dapat disampaikan oleh pasien dan yang dapa diamati oleh orang lain; misalnya adanya tekanan, kegembiraan, dan kemarahan.

a. Mood Disforik : suatu suasana hati tak enak.b. Mood Eutimik : cakupan suasana hati normal, menyiratkan tidak adanya perasaan tertekan atau

persaan senang berlebihan.c. Mood ekspansif ( leluasa ) : ungkapan seseorang yang merasakan kebebasan, biasanya dengan

suatu pengakuan akan arti penting dari diri sendiri.d. Mood sensitif ( mudah marah ): suatu keadaan pada seseorang yang mudah merasa terganggu dan

cepat marah.e. Mood berayun ( labil ) : perpaduan suasana hati antara bahagia dan tertekan atau cemas

berlebihan.f. Mood terangkat ( naik ) : suasana hati yang terisi oleh kenikmatan dan kepercayaan diri; suatu

suasana hati yang lebih gembira dari biasanya. g. Euforia : Suasana hati yang terangkat dan penuh kegembiraan.

h. Ekstasi : Suasana hati yang terlalu gembira diluar kewajaran.

i. Tekanan : Perasaan sedih yang bersifat Psikopatologik.

j. Anhedonia : hilangnya minat dan ketertarikan terhadap segala kegiatan / aktifitas yangbiasanya menyenangkan, sering berhubungan dengan adanya tekanan.

k. Duka cita Atau Perkabungan : Kesedihan yang sesuai dengan kondisi karena meninggalnya seseorang yang dikasihi, juga disebut kehilangan.

l. Alexithymia : ketidakmampuan seseorang untuk menguraikan atau kesulitan di dalam menggambarkan secara sadar emosi / perasaan dan suasana hatinya.

m. Keinginan bunuh diri : Pemikiran tentang ingin mengakhiri hidupnya sendiri.

n. Kegembiraan : perasaan sukacita, senang, bahagia, kemenangan, kepuasan dan optimisme.

o. Hypomania : Kelainan suasana hati ( mood ) dengan karakteristik mania yang kwalitatif, tetapi intensitasnya lebih sedikit.

p. Mania : Status suasana hati yang ditandai oleh kegembiraan, hiperaktif, gelisah, hiperseks, dan yang dipercepat oleh pemikiran dan perkataannya sendiri.

q. Melankolia : keadaan perasaan yang sangat tertekan; digunakan dalam istilah melankolia involusional, yang juga berhubungan dengan intensitas tekanan.

r. Sikap acuh tak acuh : sikap yang tidak menunjukkan kepedulian / perhatian terhadap kelemahan atau kekurangan seseorang.

Page 12: Skenario 4 Neuro

3. Emosi lainnya:a. Ansietas ( kecemasan ) : perasaan takut yang disebabkan oleh adanya bahaya yang dapat terjadi,

bisa berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar.b. Kecemasan mengambang : ketakutan yang tidak terpusat pada satu hal tertentu.

c. Takut : Kecemasan yang disebabkan oleh kesadaran akan suatu bahaya yang nyata dan dikenal.

d. Agitasi ( gelisah ) : kecemasan yang dalam berhubungan dengan kegelisahan motorik; serupa dengan iritabilitas ( sifat lekas marah ) yang mudah dicetuskan oleh kemarahan atau gangguan.

e. Ketegangan : Peningkatan aktifitas motorik yang tidak menyenangkan berhubungan dengan faktor psikologis.

f. Panik : serangan kecemasan yang berlebihan, bersifat episodik, yang dapat berhubungan dengan gangguan sistem saraf otonom, juga oleh karena perasaan ngeri yang hebat.

g. Apati : ketumpulan emosi yang berhubungan dengan sikap acuh tak acuh.

h. Ambivalen : adanya dua hal yang saling bertentangan ( berbeda ) dalam diri seseorang yang dialami dalam waktu bersamaan.

i. Abreksi : pelepasan emosional atau membebaskan ingatan – ingatan terhadap pengalaman yang menyakitkan.

j. Malu : Perasaan gagal untuk mengerjakan sesuatu yang diharapkan.

k. Rasa bersalah : Emosi sekunder yang timbul setelah melakukan sesuatu yang dianggap kesalahan.

l. Pengendalian diri : Kemampuan untuk menahan diri terhadap godaan, dorongan hati atau hasutan yang diikuti suatu tindakan.

m. Inefabilitas : keadaan sangat gembira pada seseorang yang tak terlukiskan, sulit digambarkan, dan mustahil untuk disampaikan kepada orang lain.

n. Akateksis : ketiadaan perasaan terhadap sesuatu yang menjadi beban secara emosi; pada kateksis dapat dihubungkan dengan perasaan.

o. Dekatesis : melepaskan emosid dari pemikiran, gagasan, atau para orang.

4. Gangguan fisiologis berhubungan dengan suasana hati ( Mood ) :Tanda-tanda gangguan somatis ( biasanya otonomik ), paling sering berhubungan dengan depresi / tertekan ( disebut juga tanda vegetatif ).

a. Anorexia : hilangnya atau penurunan selera makan. b. Hiperfagia : Peningkatan nafsu makanan.

c. Insomnia : ketidakmampuan atau kesulitan untuk tidur. Awal : kesukaran dalam upaya untuk tidur. Pertengahan : Kesukaran untuk tidur sepanjang malam tanpa terbangun dan kesukaran

untuk dapat tidur kembali. Terminal : terbangun pagi-pagi benar.

d. Hipersomnia : tidur yang berlebihan. e. Variasi Diurnal ( siang hari ) : secara teratur suasana hati terburuk pada pagi hari, sesaat setelah

bangun, dan mulai membaik pada jam-jam berikutnya.f. Penurunan Libido : penurunan minat / ketertarikan seksual, tindakan dan pencapaiannya ;

(peningkatan libido sering dihubungkan dengan negara status manik).g. Fatig ( kelelahan ) : suatu perasaan keletihan, lemah dan mengantuk, atau iritabilitas yang

menyertai suatu aktifitas tubuh maupun mental.

Page 13: Skenario 4 Neuro

h. Pika : keinginan untuk mengkonsumsi benda yang bukan makanan, seperti cat dan tanah liat.i. Pseudosiesis : kondisi yang jarang terjadi di mana seseorang yang tidak hamil namun

mempunyai tanda dan gejala kehamilan, seperti distensi abdominal, payudara membesar, pigmentasi, amenore ( tidak turun haid ) dan mual pagi hari.

j. Bulimia : rasa lapar yang tak terpenuhi dan keinginan berlebihan untuk makan; dapat dilihat pada bulimia nervosa dan depresi atipik.

k. Adinamia : Kelemahan dan kelelahan ( Fatig ).

C. Perilaku Motorik : Aspek psikis yang meliputi dorongan hati, motivasi, berbagai keinginan, rangsangan, naluri, dan hasrat, yang dinyatakan oleh aktivitas motorik atau perilaku seseorang. 1. Ekopraksia : Gangguan / penyakit pada orang yang suka meniru orang lain.2. Katatonia dan Kelainan Postural : terlihat pada Schizofrenia katatonik dan beberapa kasus gangguan otak, seperti encephalitis.

a. Katalepsi : istilah umum untuk suatu posisi diam / tak bergerak yang dilakukan secara konstan.b. Rangsangan katatonik : agitasi / gelisah, aktifitas motorik yang tak bertujuan dan tidak

dipengaruhi oleh stimuli eksternal.c. Stupor katatonik : aktivitas motorik yang lamban, sering sampai pada batas imobilitas dan

tampak acuh pada lingkungan sekitar.d. Kekakuan / Rigiditas katatonik: asumsi volunter pada postur / posisi tubuh yang kaku, berupaya

untuk melawan semua usaha untuk dipindahkan.e. Postur katatonik : pengambilan suatu posisi atau sikap tubuh yang tidak biasa / ganjil dalam

waktu yang lama.f. Cereafleksibilitas ( fleksibilitas sepertii lilin): kondisi dimana seseorang yang diatur dalam suatu

posisi tertentu untuk dirawat / diperiksa; ketika si pemeriksa memindahkan atau menggerakkan salah satu anggota tubuh pasien, maka bagian tersebut terasa seperti terbuat dari lilin.

g. Akinesia : ketiadaan pergerakan fisik, seperti pada Schizofren Katatonik ; bisa juga terjadi sebagai efek samping ekstrapiramidal dari pengobatan antipsikosis.

3. Negativisme : Pertahanan diri untuk dipindahkan atau penolakan terhadap semua instruksi yang diberikan.4. Katapleksi : hilangnya kekuatan otot secara temporer dan kelemahan yang dipicu oleh berbagai beban emosi.5. Stereotipik: Pengulangan secara seksama suatu pola atau bentuk aksi fisik maupun perkataan tertentu.6. Manerisme ( Lagak ) : pergerakan involunter ( tidak disengaja ) yang sudah menjadi kebiasaan.7. Otomatisme : suatu tindakan atau penampilan otomatis yang biasanya mewakili aktivitas yang tidak disadari.8. Perintah Otomatis : kepatuhan untuk melakukan suatu perintah secara otomatis.9. Mutisme : seseorang yang tidak dapat bicara atau mengeluarkan suara tanpa adanya kelainan struktural.10. Aktifitas berlebihan :

a. Agitasi Psikomotorik : aktifitas motorik dan kognitif yang berlebihan, biasanya nonproduktif dan merupakan respon terhadap ketegangan dari dalam diri sendiri.

b. Hiperaktif ( hiperkinesis) : tidak bisa diam, agresif dan destruktif yang sering dihubungkan dengan adanya kelainan pada otak.

c. Tik : pergerakan motorik spasmodik / tak teratur dan tanpa disengaja.d. Somnabulisme ( berjalan saat tidur): aktivitas motorik selama tidur

Page 14: Skenario 4 Neuro

e. Akathisia : perasaan subyektif berupa ketegangan otot sekunder karena obat antipsikotik maupun obat yang lain, yang dapat menyebabkan kegelisahan, serta mengulangi posisi duduk dan berdiri; dapat keliru dianggap sebagai gangguan jiwa agitasi.

f. Kompulsi : dorongan hati yang tak dapat dikendalikan untuk melakukan suatu tindakan secara berulang.

Dipsomania : kompulsi untuk minum alkohol. Kleptomania : kompulsi untuk mencuri. Nimfomania : kebutuhan yang memaksa dan berlebihan untuk berhubungan seks di

pada seorang perempuan. Satiriasis : kebutuhan yang memaksa dan berlebihan untuk berhubungan seks pada

seorang laki-laki. Trikotillomania : kompulsi untuk mencabut rambut. Ritual : aktivitas otomatis, kompulsi secara alamiah, ansietas terhadap suatu perubahan.

g. Ataksia : Kegagalan koordinasi otot; ketidakteraturan tindakan otot.h. Polifagi : kelainan berupa makan secara berlebihan.i. Polidipsi : kelainan berupa minum secara berlebihan.j. Tremor : perubahan irama pergerakan, pada umumnya gemetaran lebih cepat dari satu detik;

bersifat khas atau tipikal, akan berkurang selama periode relaksasi dan tidur dan akan meningkat dalam keadaan marah atau tegang.

k. Flosilasi : gerakan memilin tanpa tujuan, biasanya pada pakaian, sprei maupun sarung bantal ; dapat terlihat pada Delirium.

11. Hipoaktifitas ( hipokinesis) : penurunan aktifitas motorik dan kognitif seperti pada retardasi psikomotor ; keterlambatan dalam berpikir, berbicara dan bergerak. 12. Suka meniru: aktivitas motori pada masa kanak-kanak suka meniru gerakan sederhana.13. Agresi: kekuatan penuh dalam berbagai tindakan yang bertujuan baik secara fisik maupun dalam berbicara; merupakan kendali motorik yang terhadap amukan, kemarahan, atau permusuhan.14. Berakting ( pemeranan ): ekspresi keinginan bawah sadar atau rangsangan terhadap suatu tindakan; prilaku yang timbul oleh karena fantasi bawah sadar.15. Abulia: penurunan rangsangan dalam bertindak dan berpikir, berhubungan dengan sikap acuh tak acuh; merupakan salah satu akibat dari defisit neurologis.16. Anergia: ketiadaan energi.17. Astasia Abasia : ketidakmampuan untuk berdiri atau berjalan secara normal, meskipun pergerakan kaki normal dapat dilakukan pada saat duduk atau posisi berbaring. Gaya berjalan atau melangkah terlihat ganjil namun bukan disebabkan oleh karena suatu lesi organik yang spesifik; terlihat pada kelainan konversi.18. Koprofagia : suka makan kotoran atau tinja.19. Diskinesia : Kesukaran dalam melakukan pergerakan volunter, seperti pada kelainan ekstrapiramidal20. Kekakuan Otot : keadaan dimana otot sulit digerakkan; terlihat pada Skozofrenia.21. Berputar-putar : suatu tanda pada anak-anak autistik yang secara terus menerus memutarkan badan searah putaran kepala mereka.22. Bradikinesia : kelambatan aktifitas motorik ditandai dengan suatu penurunan pergerakan spontan yang normal.23. Korea : pergerakan cepat, tersentak-sentak yang tak bertujuan dan dilakukan tanpa sadar.24. Konvulsi : involunter, suatu kontraksi hebat atau spasme otot.

Konvulsi klonik : konvulsi dimana otot akan berkontraksi dan relaksasi secara bergantian.

Page 15: Skenario 4 Neuro

Konvulsi tonik : Konvulsi dimana otot akan terus- menerus berkontraksi.

25. Bangkitan : suatu serangan mendadak dari gejala tertentu, seperti konvulsi, hilangnya kesadaran, dan gangguan psikis maupun sensoris; terlihat pada epilepsi dan bisa juga karena rangsangan lain.

Bangkitan tonik-klonik umum: serangan berupa gerakan tonik-lonik anggota tubuh, lidah yang tergigit, dan inkontinensia yang berangsur-angsur akan sadar dan pulih; disebut juga bangkitan Grand Mal dan bangkitan psikomotorik.

Bangkitan parsial sederhana : bangkitan yang terlokalisir pada bagian iktal tanpa perubahan dalam kesadaran.

Bangkitan parsial kompleks : bangkitan yang terlokalisir pada bagian iktal yang disertai perubahan kesadaran.

26. Distonia : kelambatan, kontraksi dari batang tubuh dan anggota gerak; terlihat pada distona karena pengobatan tertentu.27. Aminia : Ketidakmampuan untuk membuat bahasa tubuh / gestur sendiri atau untuk memahami gestur yang dibuat orang lain.D. Pemikiran: merupakan arus gagasan, lambang / simbol, dan asosiasi bertujuan yang diaktifkan oleh suatu masalah atau tugas yang menghasilkan kesimpulan berdasarkan kenyataan; ketika suatu peristiwa logis terjadi, maka secara normal kita akan berpikir; parapraksis ( kehilangan motivasi logika tanpa disadari, disebut juga Freudian Slip) yang dianggap sebagai bagian dari pemikiran yang normal. Pemikiran abstrak adalah kemampuan untuk menggapai hal-hal yang penting secara utuh, untuk memisahkannya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, dan untuk membedakannya dari pandangan umum.1. Gangguan umum dalam proses berpikir

a. Gangguan Mental : secara klinis perilaku yang timbul atau sindrom psikologis yang terjadi berhubungan dengan penderitaan dan kecacatan, bukan hanya respon yang tidak diharapkan untuk menjawab peristiwa tertentu atau membatasi hubungan antara seseorang dan masyarakat sekitar.

b. Psikosis : Ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dan khayalan; dengan menciptakan suatu kenyataan baru ( berbeda dengan neurosis: gangguan mental di mana kenyataan yang sebenarnya tetap utuh; perilaku yang tidak melanggar berbagai norma sosial, tetapi akan cenderung kumat dan berlangsung kronis bila tanpa perawatan.

c. Uji realitas : merupakan evaluasi dan penilaian yang obyektif terhadap dunia diluar diri sendiri .d. Gangguan Pikiran formal : lebih mengarah kepada gangguan dalam bentuk pikiran dan bukan isi

pikiran; pemikiran yang ditandai oleh hlangnya asosiasi, pembentukan kata baru / neologisme, dan hal-hal konstruktif tapi tidak masuk akal; gangguan proses berpikir, dan orang tersebut dikategorikan sebagai psikosis.

e. Pemikiran yang tidak masuk akal: pemikiran yang berisi kesimpulan yang salah atau pertentangan secara internal; dapat dianggap sebagai gangguan psikis bila tanda-tandanya jelas dan bukan disebabkan oleh defisit intelektual atau nilai-nilai budaya.

f. Dereisme : Aktivitas mental yang tidak sesuai kenyataan dan pengalaman.g. Pemikiran Autistik : Keasyikan dengan diri sendiri, dunia pribadi; istilah yang terkadang disama

artikan dengan dereisme.

Page 16: Skenario 4 Neuro

h. Pemikiran gaib : suatu bentuk pikiran dereistik; pemikiran yang serupa dengan pemikiran pada tahap anak-anak (Jean Piaget), di mana pemikiran, kata-kata, atau tindakan yang menunjukkan kekuasaan ( sebagai contoh, menjadi penyebab atau pencegah suatu peristiwa hebat).

i. Proses berpikir primer : istilah umum untuk pemikiran dereistik, tidak masuk akal, dan gaib; ditemukan secara normal dalam mimpi, secara tidak normal pada psikosis.

j. Pengertian emosional yang dalam: tingkat kesadaran atau pemahaman yang tinggi pada seseorang yang dapat mendorong untuk melakukan hal-hal positif dalam prilaku dan kepribadiannya.

2. Gangguan spesifik dalam bentuk pikirana. Neologisme : kata-kata baru yang diciptakan oleh pasien, sering dengan kombinasi suku kata

dari kata-kata yang lain, untuk pertimbangan psikologis idiosinkratik.b. Salad kata-kata : campuran kata-kata yang tidak logis dan tidak bertautan dengan kalimat. c. Sirkumstantial : Kalimat yang tak langsung mencapai tujuan / maksud yang sebenarnya tetapi

berputar-putar pada kalimat yang lain; yang ditandai oleh suatu detail yang tumpang-tindih dan keterangan sambil lalu.

d. Tangential : Ketidakmampuan untuk membentuk asosiasi pikiran yang bertujuan; pembicara tidak mendapat tujuan yang diingankan.

e. Ketidaksesuaian : pada umumnya apa yang dipikirkan tak dapat dimengerti / dipahami; pemikiran dan perkataan yang berjalan bersama namun tidak saling berhubungan, menghasilkan tatabahasa yang tidak beraturan.

f. Perseverasi : mempertahankan respon terhadap stimulus yang sebelumnya setelah suatu stimulus baru diberikan; sering berhubungan dengan gangguan kognitif.

g. Verbigerasi : pengulangan kata-kata atau ungkapan tertentu yang tidak mengandung arti.h. Ekolalia : psikopatologis berupa pengulangan kata-kata atau kalimat dari seseorang kepada yang

lain; pengulangan yang dipertahankan; dapat disampaikan dalam bentuk ejekan maupun dengan intonasi yang keras.

i. kondensasi : Peleburan berbagai konsep menjadi satu.j. Jawaban tidak relevan : Jawaban yang tidak selaras dengan pertanyaan yang diajukan

(seseorang yang mengabaikan atau tidak mempedulikan pertanyaan yang dimaksud ).k. Kehilangan asosiasi : arus berpikir di mana berbagai gagasan bergeser dari satu topik ke topik

yang lain dan tidak saling berkaitan; pada keadaan yang lebih berat, terjadi ketidaksesuaian dalam perkataan.

l. Penyimpangan : terjadi deviasi mendadak dalam pikiran tanpa dapat dihentikan; terkadang digunakan sebagai sinonim dari kehilangan asosiasi.

m. Flight of idea ( ide yang berterbangan ): perkataan yang cepat dan beruntun, ide / gagasan yang berpindah-pindah, dengan tujuan untuk dapat dihubungkan; pada keadaan yang lebih ringan masih dapat diikuti oleh orang yang mendengarkan.

n. Asosiasi klang : asosiasi kata-kata dengan bunyi yang sama tetapi tanpa arti; kata-kata yang tidak mempunya koneksi logis; termasuk sajak dan permainan kata-kata.

Page 17: Skenario 4 Neuro

o. Bloking ( Ganjalan ) : interupsi / hadangan keras terhadap pikiran sebelum pikiran atau ide tersebut dapat diselesaikan; setelah jeda itu, orang tersebut tidak dapat mengingat lagi apa yang sudah dikatakan atau yang baru akan dikatakan ( disebut juga deprivasi pikiran ).

p. Glossolalia : Ungkapan suatu pesan atau pewahyuan melalui kata-kata yang tak dapat dipahami ( dikenal sebagai bahasa lidah); tidak berhubungan dengan suatu gangguan pikiran jika hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari kegiatan spiritual ( Gereja Pantekosta ); dikenal juga sebagai criptolalia, suatu bahasa yang khusus.

3. Gangguan spesifik dalam isi pikirana. Kemiskinan isi : pikiran yang hanya memberi sedikit informasi oleh karena ketidakjelasan, tidak

ada pengulangan kata-kata, atau ungkapan yang tidak jelas.b. Ide berlebihan : tidak masuk akal, mempertahankan kepercayan terhadap sesuatu yang salah,

lebih kuat dibandingkan suatu khayalan / delusi.c. Delusi ( khayalan ) : kepercayaan palsu, berdasarkan pada kesimpulan salah tentang kenyataan

diluar, tidak sesuai dengan tingkat kecerdasan pasien dan latar belakang budaya; namun tidak bisa dikoreksi dengan alasan lain.

Delusi Ganjil : tidak masuk akal, sangat mustahil, kepercayaan yang aneh dan salah (contohnya, penyerbu dari ruang angkasa telah menanamkan elektroda dalam otak seseorang).

Delusi yang diatur : kepercayaan palsu yang berhubungan dengan tema atau peristiwa tertentu ( sebagai contoh, seseorang telah dianiaya oleh CIA, FBI, atau Mafia).

Delusi sesuai mood : khayalan yang dihubungkan dengan isi suasana hati seseorang (contohnya, seorang pasien depresi percaya bahwa dia yang bertanggung jawab atas kehancuran dunia).

Delusi tidak sesuai mood : Khayalan yang tidak memiliki hubungan dengan isi suasana hati atau kondisi mood yang stabil ( sebagai contoh, seorang pasien depresi berkhayal sebagai pemegang kendali pikiran atau pikiran tentang penyiaran).

Delusi nihilistik : perasaan yang salah tentang menyatakan diri sendiri, orang lain, atau dunia ini adalah hampa atau akan segera berakhir.

Delusi kemiskinan : kepercayaan yang salah dari seseorang bahwa dia telah atau akan kehilangan semua harta miliknya.

Delusi somatis : kepercayaan yang salah pada seseorang yang berhubungan dengan fungsi tubuh ( sebagai contoh, ia percaya bahwa otaknya melebur atau meleleh ).

Delusi paranoid : meliputi khayalan tentang penganiayaan, pengendalian, dan kekuasaan (dibedakan dari pikiran paranoid , yang kecurigaannya lebih sedikit daripada delusional ).

o Delusi penyiksaan: kepercayaan palsu dari seseorang bahwa dia telah diganggu, ditipu, atau dianiaya; sering ditemukan pada pasien yang mempunyai kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan sah secara hukum oleh karena penganiayaan dibayangkan.

o Delusi kekuasaan / kehebatan: konsep berpikir yang berlebihan dari seseorang yang menganggap dirinya penting, berkuasa dan terkenal.

Page 18: Skenario 4 Neuro

o Delusi acuan: kepercayaan palsu dari seseorang bahwa perilaku orang lain lain mengacu pada dirinya; peristiwa tertentu, obyek, atau orang lain hanya memiliki kemampuan yang biasa atau kemampuan yang berdampak negatif; berdasarkan ide acuan ini, pasien menganggap bahwa orang lain sedang membicarakannya ( sebagai contoh, ia percaya bahwa orang yang bekerja di stasiun televisi maupun radio sedang membicarakan dirinya ).

Delusi tuduhan : perasaan bersalah dan menyesali kesalahan diri sendiri. Delusi kendali : perasaan bahwa kehendak, pemikiran, bahkan perasaan seseorang dikendalikan

oleh kekuatan diluar dirinya.o Penarikan Pikiran: Khayalan bahwa pikiran seseorang telah dipindahkan oleh orang lain

atau kekuatan tertentu.o Penyisipan Pikiran: Khayalan bahwa pikiran tertentu telah ditanamkan dalam otak

seseorang oleh orang lain atau kekuatan tertentu.o Penyiaran Pikiran: Khayalan bahwa pikiran seseorang dapat didengar oleh orang lain

melalui penyiaran di udara.o Pengendalian Pikiran: Khayalan bahwa pikiran seseorang sedang dikendalikan oleh

orang lain atau kekuatan tertentu. Delusi ketidaksetiaan ( delusi kecemburuan): kepercayaan palsu yang diperoleh dari

kecemburuan yang patologis tentang ketidaksetiaan seseorang terhadap kekasihnya. Erotomania : Delusi Kepercayaan, terjadi lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki, yang

menganggap bahwa seseorang sangat mencintainya ( dikenal sebagai Clerembault Kadinsky kompleks ).

Pseudologia Fantasika : suatu tipe kebohongan dimana seseorang percaya bahwa kfantasi / khayalannya adalah sesuatu yang nyata dan benar-benar mereka alami; berhubungan dengan sindrom Munchausen, selalu berpura-pura sakit.

Kecenderungan atau Keasyikan pikiran: memusatkan isi pikiran pada suatu hal tertentu, berhubungan dengan afek yang kuat, seperti paranoid atau kecenderungan untuk menyiksa atau membunuh diri sendiri.

Egomania : kecenderungan memikirkan kepentingan sendiri yang patologis. Monomania : kecenderungan untuk asyik pada suatu obyek tertentu. Hipokondria : perhatian yang berlebihan terhadap kesehatannya berdasarkan kelainan /

patologi yang tidak nyata, namun membuat interpretasi tentang tanda dan gejala penyakit yang dibuat-buat.

Obsesi : ketekunan pikiran yang patologis terhadap sesuatu yang dianggap menarik yang tidak dapat dibatasi oleh akal sehat; berhubungan dengan ansietas.

Kompulsi : kebutuhan untuk melakukan sesuatu karena dorongan hati yang patologis dan bila tidak terpenuhi akan mengalami ansietas / kecemasan; , tindakan yang dilakukan berulang-ulang oleh karena obsesi yang tidak akan pernah berakhir bila tidak segera dihentikan.

Koprolalia : Ucapan-ucapan kompulsif yang berisi kata-kata yang fulgar.

Page 19: Skenario 4 Neuro

Fobia : perasaan yang tidak masuk akal tapi tetap dipertahankan, berupa ketakutan yang berlebihan terhadap suatu hal atau situasi tertentu; sehingga berusaha untuk menghindari sumber ketakutan tersebut.

o Fobia spesifik : perasaan ngeri yang terbatas pada suatu situasi atau obyek tertentu (contoh, perasaan takut pada laba-laba atau ular).

o Fobia sosial : Perasaan ngeri dipermalukan didepan umum, seperti takut berbicara dan tampil bahkan makan di tempat umum.

o Akrofobia : Perasaan ngeri berada di tempat tinggi.o Agorafobia : Perasaan ngeri berada di tempat terbuka.o Algofobia : Perasaan ngeri terhadap rasa sakit.o Ailurofobia : Perasaan ngeri pada kucing.o Erythrofobia : Perasaan ngeri terhadap warna merah ( seperti ketakutan menjadi merah

karena malu ).o Panfobia : Perasaan ngeri terhadap segala sesuatu.o Klaustrofobia : Perasaan ngeri berada di tempat tertutup.o Xenofobia : Perasaan ngeri terhadap orang asing.o Zoofobia : Perasaan ngeri terhadap binatang.o Fobia jarum : ketakutan patologik terhadap suntikan; disebut juga fobia suntikan darah.

Noesis : perasaan tentang dibukanya suatu rahasia ( pewahyuan ) bahwa seseorang telah dipilih menjadi pemimpin untuk memerintah.

Mistis : perasaan tentang adanya kekuatan mistik yang bersatu dengan suatu kekuatan tak terbatas yang berhubungan dengan agama atau kebudayaan tertentu.

E. Perkataan / Pembicaraan: Gagasan, pemikiran, dan perasaan yang dinyatakan melalui bahasa; komunikasi yang menggunakan kata-kata dan bahasa.1. Gangguan dalam berkata-kata / berbicara

a. Tekanan dalam perkataan : perkataan yang cepat dan semakin banyak yang sulit untuk disela.b. Volubilitas ( Logorrhea) : perkataan yang logis, saling berhubungan dan dapat dipahami.c. Kemiskinan perkataan : pembatasan dalam jumlah perkataan yang digunakan; memberikan

jawaban dengan suku kata yang sama.d. Perkataan yang tidak spontan: tanggapan lisan yang diberi hanya ketika diminta untuk berbicara

secara langsung; tidak ada inisiatif untuk mulai berbicara terlebih dahulu.e. Kemiskinan isi perkataan : perkataan dalam jumlah yang hanya cukup untuk menyampaikan

sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekurangan kata-kata, atau meniru-niru ungkapan.f. Disprosodi : hilangnya melodi / irama kata-kata yang normal ( disebut prosodi).g. Disarthria : Kesukaran dalam artikulasi, bukan dalam mencari kata-kata atau tata bahasanya.h. Suara yang terlalu lembut atau nyaring: hilangnya modulasi volume suara normal; dapat

mnenggambarkan adanya gangguan psikosis menjadi depresi kemudian menjadi tuli.i. Bicara menggagap : perpanjangan atau pengulangan suatu bunyi atau suku kata, yang

mengakibatkan gangguan kelancaran bicara.j. Perkataan kacau balau : Perkataan yang tak seirama dan tidak menentu, berentetan secara

cepat dan tidak teratur.

Page 20: Skenario 4 Neuro

k. Akulalia : perkataan yang tidak masuk akal yang berhubungan dengangangguan kesesuaian.l. Bradilalia : perkataan lambat yang abnormal.m. Disfonia : kesulitan atau nyeri saat berbicara.

2. Gangguan Afasik : Gangguan dalam berbahasa.a. Afasia Motorik : gangguan bicara yang disebabkan oleh adanya gangguan kognitif di mana

pasien dapat memahami namun sulit untuk menyampaikan dalam bentuk kata-kata; sering berhenti, perlu banyak tenaga, dan suara yang tidak akurat ( disebut juga Broca, nonfluen, dan afasia ekspresi )

b. Afasia snsorik : hilangnya kemampuan organik untuk memahami arti dari kata-kata; mengalir dengan spontan namun tidak saling berhubungan dan tidak ada arti yang jelas ( disebut juga Wernick’s Fluent dan afasia reseptif ).

c. Afasia nominal : kesulitan dalam mengenal nama suatu objek ( istilah lain anomia dan afasia amnestik ).

d. Afasia sintaksis : ketidakmampuan untuk menyusun kata-kata dalam urutan yang sesuai.e. Afasia Jargon : semua kata yang dihasilkan merupakan neologistik; kata-kata omong kosong

yang diulangi dengan intonasi dan nada suara yang berbeda.f. Afasia global : kombinasi antara afasia nonfluent dan afasia fluent yang berat.g. Alogia : Ketidakmampuan untuk berbicara oleh karena gangguan mental atau fase demensia.h. Koproprasia : penggunaan bahasa yang fulgar; terlihat pada sindrom Tourett dan beberapa

kasus skizofrenia.

F. Persepsi: Proses pemindahan rangsangan fisik ke dalam informasi psikologis; suatu proses mental dimana rangsangan sensorik dibawa ke alam sadar.1. Gangguan persepsi

a. Halusinasi : persepsi sensorik palsu yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dari luar; dapat merupakan atau bukan merupakan suatu interpretasi khayalan dari pengalaman dalam halusinasi .

Halusinasi Hipnagogik : persepsi sensorik palsu yang terjadi saat tidur; biasanya dianggap nonpatologik.

Halusinasi Hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat bangun tidur; biasanya dianggap nonpatologik.

Halusinasi Auditorius : persepsi palsu tentang bunyi, biasanya suara tertentu atau keributan lainnya, seperti musik: halusinasi tersering dalam gangguan psikiatri.

Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatan: dalam bentuk yang berwujud (contohnya orang-orang) dan yang tak berwujud ( misalnya kilatan cahaya); paling sering pada gangguan determinasi kesehatan.

Halusinasi Olfaktorius : persepsi palsu tentang bau; paling sering pada gangguan kesehatan.

Halusinasi Gustatorius : persepsi palsu dalam pengecapan, seperti rasa yang tidak sedap, disebabkan oleh suatu bangkitan uncinate: paling sering pada gangguan kesehatan.

Halusinasi taktil : persepsi palsu tentang perabaan, seperti pada kasus amputasi anggota tubuh; tearsa seperti ada sesuatu yang merayap di bawah kulit.

Page 21: Skenario 4 Neuro

Halusinasi Somatik : sensasi palsu yang dirasakan dalam tubuh, paling sering pada organ visceral ( dikenal sebagai halusinasi Senestetik ).

Halusinasi Lilliput : persepsi palsu di mana objek terlihat dalam ukuran yang lebih kecil (disebut juga mikropsia).

Halusinasi berdasarkan Mood: Halusinasi berkaitan dengan suatu perasaan tertekan atau manik; sebagai contoh, seorang pasien depresi mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang jahat; seorang pasien manik mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa dirinya penuh dengan pengetahuan dan kekuasaan serta harga diri yang tinggi.

Halusinasi tidak berdasar Mood: Halusinasi yang tidak berdasarkan suasana hati yang tertekan maupun manik ( contohnya, pada keadaan depresi halusinasi tidak berhubungan dengan beberapa hal seperti rasa bersalah, hukuman yang setimpal, atau ketidakmampuan; pada mania, halusinasi tidak berhubungan dengan adanya kekuatan atau harga diri ).

Halusinosis : berhalusinasi, paling sering pada pendengaran, yang dihubungkan dengan penyalahgunaan alkohol tanpa gangguan sensorik, berbeda dengan delirium tremens, halusinasi terjadi disertai gangguan sensorik.

Sinesthesia : sensasi halusinasi disebabkan oleh sensasi lain ( sebagai contoh, sensasi pendengaran yang disertai oleh tercetusnya sensasi visual; suatu bunyi; sensasi pendengaran yang dapat dilihat atau sebaliknya sensasi penglihatan yang dapat didengar).

Fenomena jejak : kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obatan halusinogenyang menyebabkan objek terlihat sebagai suatu gambaran yang terangkai.

Halusinasi Perintah : persepsi palsu yang mennyebabkan seseorang berkewajiban untuk mematuhi perintah dan tidak boleh membantah.

b. Ilusi : persepsi atau interpretasi yang salah terhadap rangsangan sensorik yang nyata dari luar.

2. Gangguan berhubungan dengan kelainan kognitif dan kondisi kesehatan a) Agnosia : ketidakmampuan untuk mengenali dan menginterpretasikan arti / kesan dari suatu

rangsangan sensorik.b) Anosognosia ( Ketidaktahuan tentang penyakit ) : ketidakmampuan seseorang untuk mengenali

suatu gangguan neurologik yang terjadi pada dirinya.c) Somatopagnosia ( Ketidaktahuan tentang tubuh ): ketidakmampuan seseorang untuk mengenali

salah satu bagian tubuhnya sendiri (disebut juga Autotopagnosia). d) Agnosia visual : Ketidakmampuan untuk mengenali objek atau orang.e) Astereognosis : ketidakmampuan untuk mengenali objek melalui sentuhan / perabaan.f) Prosopagnosia : Ketidakmampuan untuk mengenali wajah.g) Apraksia : Ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas spesifik.h) Simultagnosia : Ketidakmampuan untuk memahami lebih dari satu unsur visual pada waktu yang

sama atau untuk mengintegrasikan beberapa bagian menjadi satu.i) Adiadokokinesia : Ketidakmampuan untuk melaksanakan pergerakan cepat secara berurutan.

Page 22: Skenario 4 Neuro

j) Aura : Sensasi peringatan seperti otomatisme, perut yang kenyang, wajah merona, perubahan dalam pernafasan, sensasi kognitif, dan status afeksi yang biasanya dialami sebelum terjadi serangan; suatu sensasi awal yang mendahului suatu nyeri akibat migrain.

3. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena disosiatif dan konversi: somatisasi dari materi yang ditekan atau pengembangan gejala fisik dan penyimpangan otot-otot volunter atau organ pengindraan khusus; yang tidak dikendalikan oleh volunter dan yang tak dapat dihubungkan dengan gangguan fisik manapun.

a) Anesthesia histerikal : hilangnya unsur-unsur sensorik sebagai hasil dari konflik emosi. b) Makropsia : anggapan bahwa suatu objek terlihat dalam ukuran yang lebih besar dari biasanya. c) Mikropsia : anggapan bahwa suatu objek terlihat dalam ukuran yang lebih kecil dari

biasanya(makropsia dan mikropsia dapat dihubungkan dengan kondisi organik yang jelas seperti bangkitan parsial kompleks).

d) Depersonalisasi : sensasi subyektif pada seseorang yang merasakan adanya keanehan, tidak nyata dan perasaan asing.

e) Derealisasi : suatu sensasi subyektif yang menganggap ada keanehan pada lingkungan sekitar dan terasa tidak nyata .

f) Fugue ( Fuga ) : menggunakan identitas yang baru karena mengalami amnesia terhadap identitas yang lama; sering melakukan perjalanan dan pengembaraan ke tempat-tempat yang baru.

g) Kepribadian ganda : seseorang yang muncul dalam waktu yang berbeda dengan dua atau lebih karakter dan kepribadian yang berbeda ( disebut disosiatif identitas yang terdapat dalam edisi revisi dari Diagnostic and statistical Manual of Mental Disorders [DSM-IV-TR] ).

h) Disosiasi : mekanisme pertahanan dibawah sadar yang disertai oleh sekelompok proses mental dan prilaku yang merupakan bagian akhir dari aktifitas fisik seseorang; yang membutuhkan pemisahan antara suatu gagasan / ide dengan ungkapan emosinya, seperti yang terlihat pada gangguan disosiasi dan konversi.

G. MemoriBerperan melaui informasi dan data yang tersimpan dalam otak yang selanjtnya akan dimunculkan kembali dalam bentuk ingatan dalam keadaan sadar. Orientasi adalah kondisi / status normal dalam diri seseorang maupun lingkungan sekitar seperti waktu, tempat dan orang. 1. Gangguan Memori

a) Amnesia : ketidakmampuan total maupun parsial untuk mengingat kembali pengalaman yang terjadi sebelumnya; dalam bentuk peristiwa maupun perasaan yang nyata.

Anterograde : hilang ingatan sesaat setelah suatu peristiwa tertentu terjadi. Retrograde : hilang ingatan untuk peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum satu waktu

tertentu.b) Paramnesia : Pemalsuan memori oleh adanya distorsi dalam ingatan.

Fausse reconnaissance : pengenalan palsu. Pemalsuan retrospektif : Memori yang terjadi tanpa disengaja ( tidak disadari ) yang

didistorsikan melalui suatu penyaringan terhadap kondisi emosi, kognitif, dan pengalaman dari seseorang.

Konfabulasi : perasaan adanya celah dalam memori yang tanpa disadari dan disebabkan oleh bayangan akan suatu pengalaman yang tidak benar-benar terjadi namun dipercayai

Page 23: Skenario 4 Neuro

oleh orang tersebut tanpa ada dasar bukti yang nyata: paling sering berhubungan dengan penyakit organik.

Déjà vu : Ilusi tentang pengenalan visual di mana adanya memori terhadap suatu situasi baru yang dianggap merupakan pengulangan dari peristiwa yang terjadi sebelumnya .

Deja Entendu : Ilusi tentang pengenalan yang berhubungan dengan pendengaran. Deja Pense : Ilusi tentang suatu pikiran baru yang dikenali sebagai pikiran yang sudah

dirasakan sebelumnya dan sudah dinyatakan. Jamais vu : perasaan asing dengan suatu situasi nyata yang sudah dialami oleh

seseorang. Memori palsu : kepercayaan dan ingatan seseorang terhadap suatu peristiwa yang tidak

nyata terjadi.c) Hipermnesia : derajat daya dan tingkat ingatan yang berlebihan. d) Gambaran Eidetik : memori visual yang hampir menjadi halusunasi yang hidup. e) Memori Tabir : suatu memori yang disadari dapat menjadi tabir pelindung terhadap memori lain

yang menyakitkan.f) Represi : suatu mekanisme pertahanan yang ditandai oleh ketidaksadaran untuk melupakan

rangsangan atau gagasan yang tidak dapat diterima.g) Lethologika : ketidakmampuan temporer untuk mengingat suatu benda atau nama. h) Blackout : Hilang ingatan tentang perilaku selama dalam keadaan mabuk pada seorang

peminum alkohol; umumnya menunjukkan telah terjadi kerusakan pada otak.

2. Tingkat memoria) Segera : reproduksi atau daya ingat terhadap beberapa hal tertentu dalam hitungan detik

sampai menit.b) Yang Terbaru : daya ingat terhadap peristiwa-peristiwa yang telah lewat beberapa hari.c) Masa lampau terbaru : daya ingat terhadap peristiwa yang telah lewat beberapa bulan.d) Remote : daya ingat terhadap peristiwa-peristiwa yang telah lama berlalu.

H. Kecerdasan/Inteligensia: Kemampuan untuk memahami, mengingat, mengarahkan, dan mengintegrasikan secara konstruktif pelajaran sebelumnya saat berada dalam situasi yang baru.

1. Retardasi Mental : ketiadaan inteligensia sampai batas tertentu yang melibatkan lembaga khusus dalam masyarakat:

ringan (IQ 50 - 55 sampai sekitar 70), sedang ( IQ 35 - 40 sampai 50 - 55), IQ yang rendah 20 - 25 sampai 35 - 40, atau IQ yang sangat rendah dibawah 20 - 25; istilah jaman dulu disebut idiot ( kapasitas otak sesuai usia kurang dari 3 tahun), imbesil ( sesuai usia 3 - 7 tahun), dan pandir (sesuai usia kira-kira 8 tahun).

2. Demensia : kemunduran fungsi intelektual secara menyeluruh tanpa kesadaran berkabut. Diskalkulia ( Akalkulia): hilangnya kemampuan untuk berhitung; bukan disebabkan oleh

ansietas atau gangguan konsentrasi.

Page 24: Skenario 4 Neuro

Disgrafia ( Agrafia): hilangnya kemampuan untuk menulis kata-kata; hilangnya struktur kata.

Aleksia: hilangnya kemampuan membaca yang sebelumnya telah dikuasai; tidak dapat dihubungkan dengan gangguan penglihatan.

3. Pseudodimensia : corak klinis mirip dimensia yang tidak disebabkan oleh suatu gangguan organik; paling sering disebabkan oleh depresi ( sindrom dimensia karena depresi).

4. Pemikiran Konkrit : pemikiran harafiah; membatasi penggunaan kiasan tanpa memahami arti yang tersirat; pikiran satu dimensi .

5. Pemikiran Abstrak : kemampuan untuk menangkap arti yang tersirat; pikiran multidimensi dengan kemampuan untuk menggunakan kiasan dan hipotesis yang sewajarnya.

I. Pengertian yang mendalam: Kemampuan seseorang untuk memahami maksud / arti dan penyebab yang sesungguhnya dari suatu peristiwa ( seperti satu set gejala ).

1. Intelektual yang dalam : Pemahaman tentang hal-hal nyata dalam satu situasi tertentu tanpa kemampuan untuk menerapkan pemahaman tersebut menjadi sesuatu yang berguna dalam upaya untuk mengasai situasi yang ada.

2. Pengertian benar yang mendalam : Pemahaman tentang hal-hal nyata dalam situasi tertentu, kemudian digabungkan dengan motivasi dan dorongan emosi untuk dapat menguasai situasi yang ada.

3. Pengertian mendalam yang lemah : kurangnya kemapuan untuk memahami hal-hal nyata dari satu situasi tertentu.

J. Pertimbangan: Kemampuan untuk menilai suatu situasi dengan tepat dan mengambil tindakan yang sewajarnya dalam situasi tersebut.

1. Pertimbangan kritis : Kemampuan untuk menilai, melihat dengan tajam, dan memilih di antara beberapa opsi dalam satu situasi tertentu.

2. Pertimbangan otomatis : Capaian refleks dari suatu tindakan yang disesuaikan dengan situasi saat itu.

3. Pertimbangan lemah : kurangnya kemampuan untuk memahami dengan benar dan mengambil tindakan yang tepat dalam satu situasi tertentu.

4. Memahami dan menjelaskan Skizofrenia1. Definisi SkizofreniaSkizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan psikiatrik mayor

yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003).

Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan, ‘miskin’ kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif.

2. Etiologi

Page 25: Skenario 4 Neuro

Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab skizofrenia, antara lain : 1. Faktor Genetik

Menurut Maramis (1995), faktor keturunan juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%; bagi saudara kandung 7 – 15%; bagi anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7 – 16%; bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40 – 68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 -15%; bagi kembar satu telur (monozigot) 61 – 86%.

Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa risiko untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini (Durand & Barlow, 2007). 2. Faktor Biokimia

Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak yang disebut neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan neuron-neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas neurotransmitter dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang abnormal terhadap dopamine. Banyak ahli yang berpendapat bahwa aktivitas dopamine yang berlebihan saja tidak cukup untuk skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain seperti serotonin dan norepinephrine tampaknya juga memainkan peranan (Durand, 2007).3. Faktor Psikologis dan Sosial

Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-anak yang patogenik, serta interaksi yang patogenik dalam keluarga (Wiraminaradja & Sutardjo, 2005).

Banyak penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam keluarga mempengaruhi penderita skizofrenia. Sebagai contoh, istilah schizophregenic mother kadang-kadang digunakan untuk mendeskripsikan tentang ibu yang memiliki sifat dingin, dominan, dan penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada anak-anaknya (Durand & Barlow, 2007).

Menurut Coleman dan Maramis (1994 dalam Baihaqi et al, 2005), keluarga pada masa kanak-kanak memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Orangtua terkadang bertindak terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak untuk berkembang, ada kalanya orangtua bertindak terlalu sedikit dan tidak merangsang anak, atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang dibutuhkannya.

3. EpidemiologiSkizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di berbagai daerah. Insiden dan

tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama di seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah urban dibandingkan daerah rural (Sadock, 2003).

Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko penyalahgunaan zat, terutama ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan nikotin. Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku menyerang. Bunuh diri merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia yang terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri (Kazadi, 2008).

Menurut Howard, Castle, Wessely, dan Murray, 1993 di seluruh dunia prevalensi seumur hidup skizofrenia kira-kira sama antara laki-laki dan perempuan diperkirakan sekitar 0,2%-1,5%. Meskipun ada beberapa ketidaksepakatan tentang distribusi skizofrenia di antara laki-laki dan perempuan, perbedaan di antara kedua jenis kelamin dalam hal umur dan onset-nya jelas. Onset untuk perempuan lebih rendah

Page 26: Skenario 4 Neuro

dibandingkan laki-laki, yaitu sampai umur 36 tahun, yang perbandingan risiko onsetnya menjadi terbalik, sehingga lebih banyak perempuan yang mengalami skizofrenia pada usia yang lebih lanjut bila dibandingkan dengan laki-laki (Durand, 2007).

4. Klasifikasi

1. Skizofrenia ParanoidMemenuhi kriteria diagnostik skizofreniaSebagai tambahan :Halusinasi dan atau waham harus menonjol :

Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “Passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.

2. Skizofrenia HebefrenikMemenuhi kriteria umum diagnosis skizofreniaDiagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.

Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :

Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.

Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases).

Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol.

Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi

Page 27: Skenario 4 Neuro

yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.

3. Skizofrenia KatatonikMemenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofreniaSatu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :

Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara)

Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh)

Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan)

Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya) Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi

yang dapat dibentuk dari luar) Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah),

dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis

skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.

Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated)Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan kedalam salah satu

tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

5. Depresi Pasca-SkizofreniaDiagnosis harus ditegakkan hanya kalau :

Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini

Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode

depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresif. Bila

gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.

6. Skizofrenia ResidualUntuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :

Page 28: Skenario 4 Neuro

Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk

Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia

Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia

Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.

Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.

7. Skizofrenia SimpleksDiagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :

gejala “negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik

disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.

Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya. Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.

8. Skizofrenia lainnyaSelain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya (yang tidak berdasarkan DSM IV TR), antara lain : Bouffe delirante (psikosis delusional akut)

Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis melaporkan bahwa kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media skizofrenia. Skizofrenia laten

Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten sering merupakan diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga dinamakan skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu. Oneiroid

Page 29: Skenario 4 Neuro

Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan tempat. Istilah “skizofrenik oneiroid” telah digunakan bagipasien skizofrenik yang khususnya terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala tersebut. Parafrenia

Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk “skizofrenia paranoid”. Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya system waham yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi. Pseudoneurotik

Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tidak seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang sering sulit menghilang. Didalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah. Skizofrenia Tipe I

Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan. Skizofrenia tipe II

Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom negative yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan.

5. PatofisiologiPerjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu. Perjalanan klinis skizofrenia

berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi beberapa fase yang dimulai dari keadaan premorbid, prodromal, fase aktif dan keadaan residual (Sadock, 2003; Buchanan, 2005).

Pola gejala premorbid merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala yang ada dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala skizofrenia yang dimulai pada masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti dengan perkembangan gejala prodromal yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa cemas, gundah (gelisah), merasa diteror atau depresi. Penelitian retrospektif terhadap pasien dengan skizofrenia menyatakan bahwa sebagian penderita mengeluhkan gejala somatik, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan dan masalah pencernaan (Sadock, 2003). Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis, yaitu adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Penilaian pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk sampai tidak ada. Fase residual ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri (withdrawal) dan perilaku aneh (Buchanan, 2005).

Patofisiologi skizofrenia melibatkan system dopaminergik dan serotonergik (more recently: glutamat). Hipotesis/teori tentang patofisiologi skizofrenia :

Pada pasien skizoprenia terjadi hiperreaktivitas sistem dopaminergik Hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik berkaitan dengan gejala positif Hipodopaminergia pada sistem mesocortis dan nigrostriatal bertanggung jawab terhadap gejala

negatif dan gejala ekstrapiramidalJalur dopaminergik saraf :

Page 30: Skenario 4 Neuro

Jalur nigrostriatal : dari substantia nigra ke basal ganglia fungsi gerakan, EPS Jalur mesolimbik : dari tegmental area menuju ke sistem limbik memori, sikap, kesadaran,

proses stimulus Jalur mesocortical : dari tegmental area menuju ke frontal cortex kognisi, fungsi sosial,

komunikasi, respons terhadap stress Jalur tuberoinfendibular : dari hipotalamus ke kelenjar pituitary pelepasan prolaktinReseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor dopamine-2 (D2) dijumpai peningkatan densitas

reseptor D2 pada jaringan otak pasien skizoprenia. Peningkatan aktivitas sistem dopaminergik pada sistem mesolimbik bertanggungjawab terhadap timbulnya gejala positif. Peningkatan aktivitas serotonergik menurunkan aktivitas dopaminergik pada sistem mesocortis dan bertanggung-jawab terhadap gejala negatif.Proses Perjalanan PenyakitGejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase antara lain :

1) Fase Prodomal Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun Gangguan dapat berupa self care, gangguan dalam akademik, gangguan dalam

pekerjaan,gangguan fungsi sosial, gangguan pikiran dan persepsi.2) Fase Aktif

Berlangsung kurang lebih 1 bulan Gangguan dapat berupa gejala psikotik; Halusinasi, delusi, disorganisasi proses

berfikir,gangguan bicara, gangguan perilaku, disertai kelainan neurokimiawi3) Fase Residual

Kien mengalami minimal 2 gejala; gangguan afek dan gangguan peran, serangan biasanya berulang.

6. Manifestasi klinisIndikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain :

1. Ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi : wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.

2. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial).

Page 31: Skenario 4 Neuro

3. Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi.

4. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.

Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas : 1. Gejala-gejala Positif. Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini

disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.2. Gejala-gejala Negatif. Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan

dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).

Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren..

Tidak semua orang yang memiliki indikator pra-sakit pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stressor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stressor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis.

7. Diagnosis dan DDDiagnosis

PEDOMAN DIAGNOSTIK BERDASARKAN PPDGJ III1) Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih

bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :a) - Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umumnya mengetahuinya.

b) - Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).

Page 32: Skenario 4 Neuro

- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

c) Halusional Auditorik ;- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara atau- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham

yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.

g) Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h) Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.

* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.Perjalanan Gangguan Skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan kode lima karakter berikut:

F20.X0 Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan kemunduran progresif, F20 X2 episodik dengan kemunduran stabil, F20.X3 Episode berulang , F20. X4 remisi tak sempurna, F20.X5 remisi sempurna, F20.X8. lainnya, F20.X9. Periode pengamatan kurang dari satu tahun.

Page 33: Skenario 4 Neuro

F.20 Skizofrenia ParanoidPedoman diagnostik1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia2. Sebagai tambahan:- Sebagai tambahan :* Halusinasi dan/ waham arus menonjol;(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;· Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.Diagnosa Banding :- Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan- Keadaan paranoid involusional (F22.8)- Paranoid (F22.0)

F20.1 Skizofrenia HebefrenikPedoman Diagnostik- Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia- Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).- Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini- Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme, ada kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien yang dangkal (shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan (gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum sendiri (self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyerigai, (grimaces), manneriwme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakalI dan ungkapan dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases), dan proses pikir yang mengalamu disorganisasi dan pembicaraan yang tak menentu (rambling) dan inkoherens- Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir biasanya menonjol, halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak menonjol ) fleeting and fragmentaty delusion and hallucinations, dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determnation) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose) Tujuan aimless tdan tampa maksud (empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal, dan bersifat dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikirannya.

F20.3 Skizofrenia Tak terinci (undifferentiated )Pedoman diagnostik :(1) Memenuhi kriteria umu untuk diagnosa skizofrenia(2) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik.’(3) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skiszofrenia

F20.5 Skizofrenia ResidualPedoman diagnostik:

Page 34: Skenario 4 Neuro

Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus di penuhi semua:(a) Gejala “Negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketidak adaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk, seperti ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang buruk.(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia(d) Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya, depresi kronis atau institusionla yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.

F20.6 Skizofrenia SimpleksPedoman diagnostik- Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan berlahan dan progresif dari: (1) gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Dan (2) disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.- Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya dibanding dengan sub type skisofrenia lainnya.

KRITERIA DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual - IV).A. Khas / Karakteristik : 2 gejala berikut atau lebih dari yang berikut ini, masing-masing ditemukan pada bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan : (gejala tahap aktif psikosis)

a. Delusi / waham : satu gejala ini sudah cukup bila wahamnya bizarreb. Halusinasi : satu gejala ini sudah cukup bila halusinasi berupa pendengaran/ bisikan yang terus

mengomentari perilaku dan pikiran pasien, atau beberapa orang terdengar membicarakan pasienc. Disorganized speech (bicara kacau, sering ngelantur atau inkoheren, tidak nyambung)d. Perilaku kacau atau katatonike. Gejala negative, misal :

a. Emosi mendatar, dingin, tak hangat, acuhb. Alogia : diam seribu bahasac. Avolition : malas, tak ada aksi/kerjaHanya 1 gejala kriteria A yang diperlukan jika waham kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengomentari perilaku / pikiran pasien / dau atau lebih suara yang saling bercakap.

B. Disfungsi Sosial/Okupasional : untuk jangka waktu yang cukup lama, salah satu area fungsi sosial/okuparsional terganggu, yaitu: 1. pekerjaan 2. hubungan interpersonal 3. perawatan diri tidak yang memadai(atau bila onset pada anak – anak atau remaja, gagal mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan )

C. Lamanya Gangguan : sedikitnya 6 bulan terus menerus; Periode 6 bulan ini harus termasuk paling kurang 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati) gejala yang memenuhi kriteria A (gejala fase aktif) dan dapat termasuk perode gejala prodromal atau residual. Selama periode prodromal atau residual ini, tanda dari gangguan mungkin dimanifestasikan oleh hanya gejala negative atau dua atau lebih gejala yang tercantum pada kriteria A yang timbul dalam bentuk yang kurang jelas (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yag tidak lazim)

Page 35: Skenario 4 Neuro

D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood : gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik, disingkirkan karena salah satu dari (1) tidak ada episode Depresi Mayor, Manik, atau campuran yang terjadi secara bersamaan dengan gejala fase aktif, atau (2) jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif, durasi seluruhnya relative singkat dibandingkan durasii periode aktif dan residual.

E. Penyingkiran zat / KMU : gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum.

F. Hubungan dengan gangguan pervasif : jika terdapat adanya riwayat gangguan autistik / gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosa tambahan skizofren dibuat hanya jika waham / halusinasi yang menonjol juga ditemukan sekurang-kurangnya satu bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil)

G. Perjalanan Penyakit Skizofrenia :Setelah episode serangan skizofrenia yang pertama, pasien skizofrenia akan memiliki periode pemulihan yang bertahap, yang dapat memakan waktu yang lama untuk menuju pada periode fungsi dasar yang relatif normal. Dalam periode pemulihan menuju keadaan relative normal tersebut, kekambuhan (relaps) biasanya terjadi. Masing-masing relaps akan diikuti oleh pemburukan lebih lanjut pada fungsi dasar pasien. Semakin sering relaps, semakin sulit kembali ke fungsi dasar semula. Pada akhirnya, pasien skizofrenia menyadari adanya kesulitan atau kegagalan untuk kembali ke fungsi dasar semulanya, dan keadaan inilah yang membuat pasien menyimpulkan bahwa kehancuran yang bermakna pada kehidupannya telah terjadi akibat gangguan ini.

Diagnosis Banding1. Medis dan neurologis:

Akibat zat: amfetamin, alkaloid beladonna, kokain, halusinosis alkohol,dan sebagainya Epilepsi: terutama epilepsi Lobus temporalNeoplasma, penyakit serebrovaskuler/trauma terutama frontalis dan limbik Kondisi lain:AIDS,ensefalitis herpes, porfiria intermiten akut,def.B12, keracunan monoksida

2. Psikiatrik

Page 36: Skenario 4 Neuro

Psikosis atipikal Gangguan akustik Gangguan psikotik singkat Gangguan delusionalGangguan buatan dengan tanda dan gejala psikosis yg menonjol Berpura – pura Gangguan moodMasa remaja normalGangguan obsesi kompulsif Gangguan kepribadian-skizotipal, skizoid, ambang, paranoidGangguan skizoafektif Gangguan skizofreniform

Gangguan Skizoafektif:Diagnosis bila ada Skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat bersamaan

(simultan) atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam 1 episode penyakit yang sama dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria, baik skizofrenia ataupun episode manik-depresif.Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofren dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.

8. TatalaksanaA. Terapi Somatik (Medikamentosa)Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).

1) Antipsikotik KonvensionalObat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :

Haldol (haloperidol) Mellaril (thioridazine) Navane (thiothixene) Prolixin (fluphenazine) Stelazine ( trifluoperazine) Thorazine ( chlorpromazine) Trilafon (perphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.---- Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistemdepot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.

Page 37: Skenario 4 Neuro

2) Newer Atypcal AntipsycoticObat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional.Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :

Risperdal (risperidone) Seroquel (quetiapine) Zyprexa (olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien dengan Skizofrenia.

3) ClozarilClozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis AnjuranNo. Nama Generik Sediaan Dosis1. Klorpromazin Tablet 25 dan 100 mg,

injeksi 25 mg/ml150 - 600 mg/hari

2. Haloperidol Tablet 0,5 mg, 1,5 mg,5 mgInjeksi 5 mg/ml

5 - 15 mg/hari

3. Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12 - 24 mg/hari4. Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10 - 15 mg/hari5. Flufenazin dekanoat Inj 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu6. Levomeprazin Tablet 25 mg

Injeksi 25 mg/ml25 - 50 mg/hari

7. Trifluperazin Tablet 1 mg dan 5 mg 10 - 15 mg/hari8. Tioridazin Tablet 50 dan 100 mg 150 - 600 mg/hari9. Sulpirid Tablet 200 mg

Injeksi 50 mg/ml300 - 600 mg/hari

10. Pimozid Tablet 1 dan 4 mg 1 - 4 mg/hari11. Risperidon Tablet 1, 2, 3 mg 2 - 6 mg/hari

Cara penggunaano Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klnis) yang sama pada

dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder.o Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek

samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.o Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang sudah

optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil efek samping belum tentu sama.

o Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang

o Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

Page 38: Skenario 4 Neuro

Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari) Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping (dosis pagi

kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasieno Mulai dosis awal dengan dosis anjuran à dinaikkan setiap 2-3 hari à sampai mencapai dosis

efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) à dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan à dosis optimal à dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) à diturunkan setiap 2 minggu à dosis maintanance à dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/mingu) à tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) à stop

o Untuk pasien dengan serangan sndroma psikosis multi episode terapi pemeliharaan dapat dibarikan palong sedikit selama 5 tahun.

o Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis.

o Pada umumnya pemberian oabt psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kueun waktu 2 minggu – 2 bulan.

o Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali

o Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu: gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin 0,25 mg IM dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari)

o Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap kasus skizofrenia.

o Penggunaan CPZ injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu perubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya dengan injeksi nor adrenalin (effortil IM)

o Haloperidol sering menimbulkan sindroma parkinson. Mengatasinya dengan tablet trihexyphenidyl 3-4x2 mg/hari, SA 0,5-0,75 mg/hari.

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) PertamaNewer atypical antipsycoic merupakan terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia episode pertama

karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah. Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril).

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting untuk mengetahui

alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.

Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya. Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai

Page 39: Skenario 4 Neuro

anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.

Pengobatan Selama fase PenyembuhanSangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh. Penelitian

terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.

Efek Samping Obat-obat AntipsikotikKarena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat penting untuk

menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.

Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.

Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit. Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.

Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.

B. Terapi Psikososial1) Terapi perilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

2) Terapi berorientasi-keluargaTerapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan

Page 40: Skenario 4 Neuro

kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

3) Terapi kelompokTerapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.

4) Psikoterapi individualPenelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

C. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi,

keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.

Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di rumah sakit yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo cerleti(1887-1963). Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini belum diketahui secara pasti. Alat yang digunakan adalah alat

Page 41: Skenario 4 Neuro

yang mengeluarkan aliran listrik sinusoid sehingga penderita menerima aliran listrik yang terputus putus. Tegangan yang digunakan 100-150 Volt dan waktu yang digunakan 2-3 detik.Pada pelaksanaan Terapi ini dibutuhkan persiapan sebagai berikut :

o Pemeriksaan jantung, paru, dan tulang punggung.o Penderita harus puasao Kandung kemih dan rektum perlu dikosongkano Gigi palsu , dan benda benda metal perlu dilepaskan.o Penderita berbaring telentang lurus di atas permukaan yang datar dan agak keras.o Bagian kepala yang akan dipasang elektroda ( antara os prontal dan os temporalis) dibersihkan.o Diantara kedua rahang di beri bahan lunak dan di suruh agar pasien menggigitnya.

Frekuensi dilakukannya terapi ini tergantung dari keadaan penderita dapat diberi:o 2-4 hari berturut - turut 1-2 kali sehario 2-3 kali seminggu pada keadaan yang lebih ringano Maintenance tiap 2-4 mingguo Dahulu sebelum jaman psikotropik dilakukan 12-20 kali tetapi sekarang tidak dianut lagi.Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik dan bagi pasien karena alasan

tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau tidak adanya perbaikan setelah pemberian antipsikotik.

Kontra indikasi Elektro konvulsif terapi adalah Dekompensasio kordis, aneurisma aorta, penyakit tulang dengan bahaya fraktur tetapi dengan pemberian obat pelemas otot pada pasien dengan keadaan diatas boleh dilakukan. Kontra indikasi mutlak adalah tumor otak. Sebagai komplikasi terapi ini dapat terjadi luksasio pada rahang, fraktur pada vertebra, Robekan otot-otot, dapat juga terjadi apnue, amnesia dan terjadi degenerasi sel-sel otak.

9. KomplikasiOrang dengan gangguan jiwa khususnya depresi dan skizofrenia memiliki risiko tinggi melakukan

bunuh diri. Risiko bunuh diri pada penderita skizofrenia yaitu sebesar 46,3 %, sedangkan pada pasien depresi risiko bunuh diri sebesar 26,8 %.

10. PrognosisWalaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia itu ada, kebanyakan orang mempunyai gejala

sisa dengan keparahan yang bervariasi. Secara umum 25% individu sembuh sempurna, 40% mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan. Sampai saat ini belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yang akan menjadi sembuh siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya seperti : usia tua, faktor pencetus jelas, onset akut, riwayat sosial / pekerjaan pramorbid baik, gejala depresi, menikah, riwayat keluarga gangguan mood, sistem pendukung baik dan gejala positif ini akan memberikan prognosis yang baik sedangkan onset muda, tidak ada faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat sosial buruk, autistik, tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga skizofrenia, sistem pendukung buruk, gejala negatif, riwayat trauma prenatal, tidak remisi dalam 3 tahun, sering relaps dan riwayat agresif akan memberikan prognosis yang buruk.

11. PencegahanMenurut Prof. Tuti, terdapat tiga bentuk pencegahan primer. Pertama, pencegahan universal,

ditujukan kepada populasi umum agar tidak terjadi faktor risiko. Caranya adalah mencegah komplikasi kehamilan dan persalinan. Kedua, pencegahan selektif, ditujukan kepada kelompok yang mempunyai risiko tinggi dengan cara, orang tua menciptakan keluarga yang harmonis, hangat, dan stabil. Ketiga, pencegahan terindikasi, yaitu mencegah mereka yang baru memperlihatkan tanda-tanda fase prodromal tidak menjadi skizofrenia yang nyata, dengan cara memberikan obat antipsikotik dan suasana keluarga yang kondusif.

Page 42: Skenario 4 Neuro

Skizofrenia sendiri merupakan gangguan jiwa yang paling berat, menyerang bagian yang sangat inti dari manusia yaitu persepsi, pikiran, emosi dan perilaku, sehingga gejalanya sangat kompleks dan bercampur baur. Pada penderita skizofrenia yang terganggu adalah sirkuit saraf otaknya, sehingga kadang-kadang disebut misconnection syndrome. Kemampuan berpikir dan merasakan yang tidak terorganisasi, tidak berkaitan atau salah mengaitkan, terjadi karena adanya gangguan pada sirkuit saraf pada iregion-regio otak terkait untuk mengirimkan dan menerima pesan secara efisien dan tepat.

1. Ibadah MahdhohDitinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya; ‘Ibadah Mahdhah,  artinya  penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini  memiliki 4 prinsip:

1) Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.

2) Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

النسآء … الله باذن ليطاع اال رسول من 64وماارسلناDan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4:

64). … الحشر فانتهوا عنه نهاكم وما فخذوه الرسول آتاكم 7وما

Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).

Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:البخاري . رواه اصلى رايتمونى كما مناسككم .   صلوا عنى خذوا   .

Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer disebut bid’ah:  Sabda Nabi saw.:

عليه . . متفق رد فهو ليسمنه ما هذا امرنا فى احدث الخلفآء  من وسنة بسنتى عليكمفان االمور، ومحدثات واياكم ، بالنواجذ بها وعضوا بها تمسكوا ، بعدى من المهديين الراشدين

ضاللة بدعة وكل بدعة، محدثة ، .  كل ماجه وابن والترمذي وابوداود احمد فان  رواه بعد، امامحمد هدي الهدي وخير ، الله كتاب الحديث .  خير بدعة محدثة وكل محدثاتها االمور وشر ص

مسلم . رواه ضاللة بدعة وكلSalah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:

امرتكم فاذا انبيآئهم، على واختالفهم سؤالهم بكثرة قبلكم كان من هلك فانما تركتكم، ما ذرونىمسلم . اخرجه فدعوه شيئ عن نهيتكم واذا ماستطعتم منه فأتوا بشيئ

3) Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.

4) Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi:Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :

Wudhu, Tayammum Mandi hadats

Page 43: Skenario 4 Neuro

Adzan Iqamat Shalat Membaca al-Quran I’tikaf Shiyam ( Puasa ) Haji Umrah Tajhiz al- Janazah

Hikmah Ibadah MahdhahPokok dari semua ajaran Islam adalah “Tawhiedul ilaah” (KeEsaan Allah), dan ibadah mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan Allah itu, sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan:

Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang). Shalat semuanya harus menghadap ke arah ka’bah, itu bukan menyembah Ka’bah, dia adalah batu tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat menghadap ke sana  untuk menyatukan arah pandang, sebagai perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke arah sanalah kiblatnya  (QS. 2: 144).

Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama, terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku’), sujud dan duduk. Demikian halnya ketika thawaf dan sa’i, arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang diibadati hanya satu.

Tawhiedul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang disembah (diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu bahasa, demikian juga membaca al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini al-Quran adalah bahasa al-Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca al-Quran.