skenario c kelompok 4
TRANSCRIPT
Skenario C blok 11 2012
Nazarudin, anak laki-laki, 5 tahun dibawa orangtuanya ke klinik Ginjal
anak RSMH dengan keluhan utama pada kedua kelopak mata.
Keluhan tambhan : buang air kecil sedikit, hanya sekitar 200ml/24 jam, berwarna
merah seperti cucian daging.
Riwayat Perjalanan Penyakit
5 hari sebelum dibawa ke RSMH Nazarudin menderita sembab. Sembab
mula-mula muncul pada waktu pagi hari di sekitar kelopak mata dan muka lalu
menjalar ke kedua tungkai dan telapak kaki.
2 hari sebelum dibawa ke RSMH orangtuanya mengatakan buang air kecil
anaknya sedikit hanya sekitar 1 gelas (200ml/hari) warnanya tampak merah
seperti air cucian daging.
Gejala-gejala penyakit ini baru pertama kali dialami, dalam keluarga tidak
ada yang menderita sakit seperti ini.
Riwayat penyakit sebelumnya : 2 minggu sebelum dibawa ke Klinik
Ginjal Anak RSMH Nazarudin menderita demam dan sakit tenggorok, setelah
berobat demam turun dan sakit tenggorok mereda.
Pemeriksaan Fisik
KU : sakit sedang, kesadaran : compos mentis
TD 120/90mmHg, Nadi 96x/m, RR 28x/m, temp 370C
BB 20 kg, TB 136cm
Edema ditemukan di sekitar kedua kelopak mata, kedua tungkai dan telapak kaki.
Tenggorok tidak hiperemis, tonsil tidak membesar.
Paru dan jantung dalam batas normal.
Abdomen datar, lemas, hepar, dan lien tidak teraba.
Pemeriksaan Laboratorium
Darah tepi : Hb 8,5 g/dl, leukosit 14.500/mm3, trombosit 400.00/mm3,
LED 100 mm/jam
Kimia darah : protein total 6,5 g/dl, albumin 3,5 gr/dl, globulin 3 gr/dl,
ureum 59 mg/dl, creatinin serum 1,5 mg/dl, kolesterol 180 mg/dl
1
Urinalisis : protein (+2), RBC 10-15 sel/LPB, WBC 5-10 sel/lPB, torak
hialin dan noktah
Biakan apusan tenggorok : streptokokus β-hemolitikus (+)
Immunoserologi : ASTO 200 IU, C3 35 IU
Klarifikasi Istilah
Hiperemis : kelebihan darah pada suatu daerah atau kemerahan
Torak hialin : Massa protein yang terdiri dari mucoprotein (protein Tamm-
Horsfall) yang dikeluarkan dari sel-sel tubulus ginjal.
Streptococcus β hemoliticus : tiap streptococcus yang dapat
menghemolisis eritrosit dimana dapat dibagi menjadi grup A – grup T
ASTO : Anti Streptococcus Titer O
C3 : komplemen 3, komplemen aktif dalam proses imun dalam tubuh
manusia
Tonsil : massa jaringan yang bulat dan kecil, khususnya jaringan limfoid
Edema : pengumpulan cairan yang abnormal
Identifikasi Masalah
1. Nazarudin, lk, 5 tahun dibawa ke klinik ginjal anak RSMH dengan
keluhan sembab pada kedua kelopak mata, buang air kecil sedikit, hanya
sekitar 200ml/24jam, berwarna merah seperti air cucian daging
2. Riwayat perjalanan penyakit :
o 5 hari sebelumnya menderita sembab, yang mula-mula muncul pada
waktu pagi hari di sekitar kelopak mata dan muka lalu menjalar ke
kedua tungkai dan telapak kaki
o 2 hari sebelumnya, BAK hanya sedikit sekitar 1 gelas (200ml/hari),
warna merah seperti air cucian daging
o 2 minggu sebelumnya menderita demam dan sakit tenggorok, setelah
berobat demam turun dan sakit tenggorok mereda
3. Riwayat keluarga : tidak ada
4. Pemeriksaan fisik
2
5. Pemeriksaan laboratorium
Analisis Masalah
1. Apa etiologi dari keluhan yang dialami Nazarudin?
Jawab :
Urin berwarna merah seperti cucian daging : penyakit glomerulus,
infeksi bakteri, tuberculosis, virus, hematologic (koagulopati,
trombositopenia, penyakit sel sabit, thrombosis vena renalis), batu
dan hiperkalsiuria, olahraga dan obat-obatan.
Mata sembab : alergi, gangguan ginjal
Demam : infeksi
Buang air kecil sedikit : dehidrasi, gangguan glomerulus, ISK, batu
ginjal
2. Bagaimana ciri-ciri BAK normal pada anak usia 5 tahun?
Jawab :
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
1) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake)
cairan dan faktor lainnya.
2) Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3) Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
4) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5) Berat jenis 1,015-1,020.
6) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
1) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.
3) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4) Pigmen (bilirubin dan urobilin).
3
5) Toksin.
6) Hormon.
Ciri-Ciri Urin Normal
1) Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk.
2) Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3) Baunya tajam.
4) Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
Volume
Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi. Usia Jumlah / hari
Hari pertama & kedua dari kehidupan 15 – 60 ml
Hari ketiga – kesepuluh dari kehidupan 100 – 300 ml
Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250 – 400 ml
Dua bulan – 1 tahun kehidupan 400 – 500 ml
1 – 3 tahun 500 – 600 ml
3 – 5 tahun 600 – 700 ml
5 – 8 tahun 700 – 1000 ml
8 – 14 tahun 800 – 1400 ml
14 tahun – dewasa 1500 ml
Dewasa tua 1500 ml / kurang
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang
dewasa, maka perlu lapor.
Warna :
Normal urine berwarna kekuning-kuningan
Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap
Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit.
Bau :
Normal urine berbau aromatik yang memusingkan
Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna
obat-obatan tertentu.
4
Berat jenis Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan
suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar.
Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml
Normal berat jenis : 1010 – 1025
Kejernihan
Normal urine terang dan transparan
Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus.
pH
Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5)
Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat
menjadi alkali karena aktifitas bakteri
Vegetarian urinennya sedikit alkali.
Protein
Normal : molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen,
globulin, tidak tersaring melalui ginjal — urine
Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring —
urine
Adanya protein didalam urine — proteinuria, adanya albumin dalam urine —
albuminuria.
Darah
Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak jelas.
Adanya darah dalam urine — hematuria
Glukosa
Normal : adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya
bersifat sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula banyak —
menetap pada pasien DM
Adanya gula dalam urine — glikosuria
Keton
Hasil oksidasi lemak yang berlebihan.
3. Bagaimana gambaran dari urin seperti cucian daging?
5
Jawab : urin seperti air cucian daging
4. Kenapa sembabnya mula-mula muncul pada pagi hari?
Jawab : Gravitasi : posisi tidur dalam keadaan sejajar sehingga cairan
berkumpul di daerah orbita
5. Kenapa sembabnya hanya terjadi pada kelopak mata, tungkai, dan telapak
kaki?
Jawab : Anatomi palpebra tersusun oleh jaringan kulit yang tipis dan
longgar cairan mudah terakumulasi disana
6. Bagaimana hubungan riwayat penyakit sebelumnya dengan keluhan yang
diderita Nazarudin sekarang?
Jawab : Sakit tenggorokan dan demam merupakan manifestasi dari infeksi
streptococcus β-hemoliticus grup A. Streptococcus ini memiliki protein M
yang menahan terjadinya fagositosis oleh factor imun tubuh. Setelah 1-2
minggu pembentukan antibody terhadap antigen, streptococcus terjadilah
kompleks Ab-Ag dan mengendap di glomerulus ginjal (pengendapan
terjadi di kapiler glomerulus karena kompleks imun mudah mengendap
pada daerah tubuh yang tekanan darahnya meninggi dan disertai putaran
arus). Inilah yang menyebabkan timbulnya keluhan-keluhan yang
sekarang.
6
7. Bagaimana hubungan riwayat keluarga dengan keluhan yang diderita
Nazarudin?
Jawab : tidak ada factor herediter, karena keluhan ini muncul akibat
infeksi streptococcus β-hemoliticus grup A
8. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas hasil pemeriksaan
fisik?
Jawab :
o Tekanan darah : hipertensi, normal : 112 mmHg/69 mmHg
Kerusakan glomerulus ginjal GFR menurun macula densa
mengeluarkan renin dan aldosteron retensi air dan garam
ECF meningkat hipertensi.
o Nadi, temperature, RR, BB, dan TB : normal
o Edema pada kedua kelopak mata, kedua tungkai, dan telapak kaki
Proteinuria akibat kerusakan glomerulus tekanan osmotic koloid
plasma menurun peningkatan filtrasi kapiler di bagian tubuh
tersebut edema
9. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas hasil pemeriksaan
laboratorium?
Jawab :
o Darah tepi :
Hb : anemia, (normal 13-15 g/dl)
Kerusakan glomerulus SDM banyak keluar melalui urin
(hematuria) anemia
Leukosit : leukositosis, (normal 5000-10000/mm3)
Akibat adanya peradangan, sehingga leukosit lebih banyak
dihasilkan untuk imunitas tubuh
Trombosit : agak tinggi, (normal 150-350.000/mm3)
Adanya peradangan
LED : tinggi normal (0-15mm/jam)
Banyaknya zat-zat yang mengendap seperti leukosit,
trombosit, factor-faktor inflamasi
7
o Kimia darah :
Protein total : normal (6,0-8,0 g/dl), albumin : normal (3,5-
5,0 g/dl), globulin (1,5-3 g/dl), kolesterol (<200mg/dl)
Ureum : tinggi (20-40 mg/dl), kreatinin : meningkat (0,4-
1,2 mg/dl
Kerusakan glomerulus retensi air dan elektrolit
uremia
o Urinalisis :
Protein (50-200mg/dl) : proteinuria, RBC : hematuria (normal 5-
10/LPB), WBC : leukosituria (normal >5/LPB), torak hialin dan
noktah
Kerusakan glomerulus permeabilitas glomerulus meningkat
proteinuria, hematuria, leukosituria
o Immunoserologi :
Terjadi infeksi streptococcus β-hemoliticus tipe A sehingga
terbentuk anti streptolisin O di dalam tubuh, normalnya <200 IU
C3 : turun karena adanya pengaktifan komplemen selama terjadi
kompleks imun di glomeruli normalnya 83-177 IU
10. Apa diagnosis banding pada kasus ini?
Jawab :
GNAPSGlomerulonefritis
Kronik
Sindroma
Nefrotik
Nefropati
IgA
Endokarditis
Bakterialis
Hematuria ++ + - + +
proteinuri
a
Proteinuria
lokalisasi+ Proteinuria masif +
Albumin ↓ ↓+++
(hipoalbuminemia)- -
8
ISPA
+
Setelah
masa laten
+ +/-+
(bersamaan)-
EdemaEdema
local+ Edema anasarka Jarang -
Hipertensi
+
(Kadang-
kadang
ada)
+, Ureum dan creatinine
↑, terdapat tanda-tanda
gagal ginjal seperti
hiperkalemia, asidosis,
hiperfosfatemia,
hipokalsemia
- Jarang ?
11. Apakah pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan untuk
memastikan diagnosis penyakit?
Jawab :
Kultur tenggorokan untuk mikroorganisme penyebab dan antibiotic
yang akan diberikan
USG ginjal untuk mengevaluasi ukuran ginjal
12. Berdasarkan semua keluhan dan hasil pemeriksaan, apa diagnosis penyakit
yang dialami Nazarudin?
Jawab : Diagnosis GNAPS/ Sindrom Nefritik Akut berdasarkan :
Gejala klinis :
Sembab preorbital pada pagi hari (75%)
Malaise, sakit kepala, muntah, panas dan anoreksia
Asites (kadanga-kadang)
Takikardia, takipnea, rales pada paru, dan cairan dalan
rongga pleura
Hipertensi (tekanan darah > 95 persentil menurut umur,
gender, dan tinggi badan pada >50% penderita
9
Urin merah seperti air cucian daging, oliguria, kadang-
kadang anuria
Pada pemeriksaan radiologic didapatkan tanda bendungan
darah paru, cairan dalam rongga pleura, dan kardiomegali
Laboratorium :
Urin
Proteinuria ringan
Hematuria makroskopis/mikroskopis
Torak granular, torak eritrosit
Darah
BUN naik pada fase akut, allu normal kembali
ASTO >100 kesatuan todd
C3 <50 mg/dl pada 4 minggu pertama
Hipergamaglobulinemia, terutama Ig,G
Anti DNA-ase beta dan properdin meningkat
Memenuhi 2 atau lebih gejala klinis seperti hematuria makroskopis
ataupun mikroskopis, hipertensi, edema. dan Nazarudin hampir memiliki
setiap gejala klinis GNAPS/sindrom nefritik akut.
13. Apa etiologi, epidemiologi dan factor risiko dari penyakit yang dialami
Nazarudin?
Jawab :
Etiologi : Streptococcus β-hemoliticus
Epidemiologi : Dapat terjadi pada semua usia, tersering pada usia
5-15 tahun. Jarang pada usia 2 tahun (<5% dari kasus). Rasio laki-
laki dan perempuan 2:1
14. Berapa GFR Nazarudin ?
GFR = {k x Tinggi badan (cm)} : kreatinin serum
= {0,55 x 136 cm} : 1,5 mg/dl
= 49,8
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)
10
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal
atau meningkat
≥90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG
menurun ringan
60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG
menurun sedang
30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG turun
berat
15-29
5 Gagal ginjal <15 atau dialysis
15. Bagaimana patofisiologi dari penyakit yang dialami Nazarudin?
Jawab :
Terdapat 2 hipotesis terjadinya glomerulonefritis akut pasca infeksi
Streptococcus β-hemoliticus :
Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada
membran basal glomerulus dan kemudian terjadi reaksi peradangan
disana.
Streptokokus nefritogen dan membrane basal glomerulus memiliki
komponen antigen yang sama sehingga dibentuk antibody yang
langsung merusak GBM.
11
Kompleks imun atau anti glomerular basement membrane (GBM)
antibodies yang mengendap/berlokasi pada glomeruli-aktivasi komplemen
jalur klasik atau altenatif dan sistem koagulasi terjadi lesi dan
peradangan leukosit dan trombosit menuju ke tempat lesi terjadi
fagositosis dan pelepasan enzim lisosom merusak endotel dan
membrane basal glomerulus (GBM) respon terhadap lesi yang terjadi,
proliferasi sel-sel mesangium dan sel epitel glomeruli tersumbat dan
ada juga yang tidak namun permeabilitasnya meningkat area filtrasi
menurun GFR menurun. Akibat permeabilitas yang meningkat
terjadilah hematuria, proteinuria, torak hialin dan noktah.
Aliran darah ginjal laju filtrasi glomeruler (LFG) ↓ retensi air dan
garam edema, hipervolemia, kongesti vaskuler (hipertensi, edema paru
dengan gejala sesak napas, ronki, kardiomegali), dan uremia. Retensi air
dan garam oliguria
LFG menurun aktivasi sistem renin-angiotensin. Angiotensin 2 yang
bersifat vasokonstriksi perifer perfusi ginjal makin menurun. LFG
12
makin turun disarnping timbulnya hipertensi. Angiotensin 2 yang
meningkat merangsang kortek adrenal melepaskan aldosteron retensi
air dan garam hipervolemia hipertensi.
13
Proteinuria , Hematuria,
Leukosituria
Permeabilitas meningkat
Glomerulus terjadi
inflamasi
Hipertensi
Edema
Retensi Na+ dan H2O
Aldosteron meningkat
GFR menurun
ECF meningkat
Terbentuk kompleks imun
bersirkulasi (sirculating
immune complex)
Inflamasi
Endapan komplemen di
GBM
Menarik leukosit dan
trombosit
Proliferasi dan kerusakan glomerulus
Terdeposisi di glomerulus ginjal
Terbentuk Antibodi (Ab)
Faringitis / sakit
Ikatan antibody dan antigen
(kompleks reaksi antigen antibody)
Infeksi streptokokus β
hemolitikus grup A
16. Bagaimana penatalaksanaan penyakit Nazarudin?
Jawab :
Medikamentsa
- Antibiotik seperti amoksisilin 40mg/kgBB dibagi 3 dosis selama 10
hari
- Diuretic diberikan untuk mengatasi retensi cairan dan hipertensi
seperti furosemid 20 mg/hari
Suportif
Tirah baring umumnya diperlukan jika pasien tampak sakit misalnya
penurunan kesadaran, hipertensi, edema.
Diet
- Rendah garam (0,5-1 g NaCl)
- Protein dibatasi 0,5-1g/kgBB/hari bila kadar ureum meninggi
- Pada pasien oliguria, jumlah cairan harus dibatasi (jumlah yang
masuk = yang keluar). Jumlah cairan yang diberikan {jumlah
urin+insensible water loss (20-25 ml/kgBB + jumlah keperluan
cairan pada setiap kenaikan suhu di atas normal 10ml/kgBB/hari)}
Tranfusi darah : jika Hb-nya >7 g/dl
17. Bagaimana prognosis dari penyakit yang dialami Nazarudin?
Jawab : Dubia ad bonam, umumnya self luimited diseasae.
Pada pasien dengan perburukan fungsi ginjal berlangsung progresif dalam
waktu cepat( RPGN) dan biopsi ginjal glomerulonefritis cresentik
prognosis dubia ad malam
18. Apa komplikasi dari penyakit yang dialami Nazarudin?
Jawab :
Edema Paru: diobati dengan diuretik furosemid , bila gagal dialysis
Hipertensi ensefalopati ( Hipertensi berat+ disfungsi akut
otak).Tekanan darah sistolik/diastolik biasanya 180/120 mm Hg;
diobati dengan obat antihipertensi parenteral seperti klonidin +
furosemid
Gagal ginjal akut: Tanda pertama yang perlu diperhatikan adalah:
14
- Oliguria produksi urin antara 200 - 350 ml/m2/ 24 jam.
- Peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum
- Bila ditemukan asidosis metabolik :Perlu pemeriksaan
elektrolit ( Na, K, Ca, P, asam urat) dan analisa gas darah,
untuk koreksi
Glomerulo nefritis kronik
Bila hematuria dan proteinuria persisten > 1tahun perlu dipikirkan
GNC
19. Apa tindakan preventif untuk kasus ini?
Jawab : pengobatan harus dilakukan lebih awal terhadap ISPA yang
disebabkan oleh infeksi streptococcus untuk mengurangi resiko terkena
penyakit ini
20. Bagaimana KDU dalam kasus ini?
Jawab: Tingkat 3A
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat
memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis
yang relevan (bukan kasus gawat darurat).
Hipotesis
Nazarudin, anak laki-laki, 5 tahun, menderita Glomerulonefritis Akut Pasca
infeksi Streptokokus (GNAPS)
15
Kerangka Konsep
SINTESIS
1. Anatomi dan Fisiologi
16
GNAPS
hipertensi proteinuriaedemaoliguria Hematuria
Infeksi Streptococcus β-hemoliticus
Masa laten
Faringitis dan demam
Kompleks imun mengendap di GBM
Unit fungsional ginjal adalah nefron. Nefron terdiri dari:
1. Glomerulus
Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang
dapat masuk ke tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih
besar dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid
osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh
disebut glomerula filtration rate (GFR). GFR normal dewasa : 120
cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan tubuh). GFR normal umur 2-12
tahun : 30-90 cc/menit/luas permukaan tubuh anak.
2. Kapsula bowman
3. Tubulus proksimal
Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak
melakukan reabsorbsi yaitu ± 60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk
di glomerolus. Zat-zat yang direabsorbsi adalah protein, asam amino
17
dan glukosa yang direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit
(Na, K, Cl, Bikarbonat), endogenus organic ion (citrat, malat, asam
karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang diekskresi asam dan basa
organik.
4. Lengkung henle
Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan
ascending thick limb itu berfungsi untuk membuat cairan intratubuler
lebih hipotonik.
5. Tubulus distal
Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit
dengan cara reabsorbsi Na dan H2O dan ekskresi Na, K, Amonium
dan ion hidrogen. (Rauf, 2002 : 4-5).
Glomerulus terdiri dari anyaman-anyaman kapiler. Membrane kapiler
glomerulus terdiri dari:
a. Endotelium kapiler terdiri dari selapis endotel yang fenestra
yang berbentuk seperti saringan yang berdiameter kurang lebih
8 nanometer. Fenestra ini yang membuatnya seratus kali lebih
permeabel terhadap H2O dan zat-zat terlarut dibandingkan
kapiler lainnya.
b. Membran dasar terdiri dari serabut kolagen dan proteoglikan
yang memiliki muatan listrik yang sangat negative. Muatan
negative inilah yang mencegah terjadinya filtrasi protein
plasma. Muatan listrik negatif pada membrane dasar ini dapat
menghilang pada nefropati perubahan minimal.
c. Lapisan sel epithelial (podosit) mengelilingi permukaan luar
membrane dasar kapiler. Terdiri dari celah pori-pori (slit-pores)
yang juga bermuatan negatif. Sehingga protein tidak terfiltrasi
di glomerulus.
Ketiga lapisan membrane kapiler inilah yang merupakan sawar
filtrasi protein plasma. Selain itu, rumpun glomerulus secara
keseluruhan ditunjang oleh sel mesangium yang terletak
18
diantara kapiler. Matriks mesangium mirip membran basal
membentuk suatu jala tempat tersebarnya sel mesangium. Sel
ini dapat berkontraksi dan mampu berproliferasi, mengeluarkan
matrik dan kolagen, dan mengeluarkan sejumlah mediator aktif
biologis.
19
2. Urinalisis (Torak/ Silinder hialin)
Silinder
Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk di
tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya
dalam tubulus distal yang rumit atau saluran pengumpul (nefron distal).
Tubulus proksimal dan lengkung Henle bukan lokasi untuk pembentukan
silinder. Silinder dibagi-bagi berdasarkan gambaran morfologik dan
komposisinya. Faktor-faktor yang mendukung pembentukan silinder
adalah laju aliran yang rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine
yang rendah, dan pH rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi dan
precipitasi protein, terutama mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein
Tamm-Horsfall adalah matriks protein yang lengket yang terdiri dari
glikoprotein yang dihasilkan oleh sel epitel ginjal. Semua benda berupa
partikel atau sel yang terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah
melekat pada matriks protein yang lengket.
Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit,
leukosit, dan sel epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam
20
berbagai tahapan disintegrasi. Apabila silinder mengandung sel atau bahan
lain yang cukup banyak, silinder tersebut dilaporkan berdasarkan
konstituennya. Apabila konstituen selular mengalami disintegrasi menjadi
partikel granuler atau debris, biasanya silinder hanya disebut sebagai
silinder granular.
1. Silinder hialin
Silinder hialin atau silinder protein
terutama terdiri dari mucoprotein (protein Tamm-Horsfall) yang
dikeluarkan oleh sel-sel tubulus. Silinder ini homogen (tanpa struktur),
tekstur halus, jernih, sisi-sisinya parallel, dan ujung-ujungnya membulat.
Sekresi protein Tamm-Horsfall membentuk sebuah silinder hialin di
saluran pengumpul.
Silinder hialin tidak selalu menunjukkan penyakit klinis. Silinder hialin
dapat dilihat bahkan pada pasien yang sehat. Sedimen urin normal
mungkin berisi 0 – 1 silinder hialin per LPL. Jumlah yang lebih besar
dapat dikaitkan dengan proteinuria ginjal (misalnya, penyakit glomerular)
atau ekstra-ginjal (misalnya, overflow proteinuria seperti dalam myeloma).
Silinder protein dengan panjang, ekor tipis terbentuk di persimpangan
lengkung Henle's dan tubulus distal yang rumit disebut silindroid
(cylindroids).
2. Silinder Eritrosit
21
Silinder eritrosit bersifat granuler dan
mengandung hemoglobin dari kerusakan eritrosit. Adanya silinder eritrosit
disertai hematuria mikroskopik memperkuat diagnosis untuk kelainan
glomerulus. Cedera glomerulus yang parah dengan kebocoran eritrosit
atau kerusakan tubular yang parah menyebabkan sel-sel eritrosit melekat
pada matriks protein (mukoprotein Tamm-Horsfall) dan membentuk
silinder eritrosit.
3. Silinder Leukosit
Silinder lekosit atau silinder nanah, terjadi ketika
leukosit masuk dalam matriks Silinder. Kehadiran mereka menunjukkan
peradangan pada ginjal, karena silinder tersebut tidak akan terbentuk
kecuali dalam ginjal. Silinder lekosit paling khas untuk pielonefritis akut,
tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit glomerulus (glomerulonefritis).
Glitter sel (fagositik neutrofil) biasanya akan menyertai silinder lekosit.
Penemuan silinder leukosit yang bercampur dengan bakteri mempunyai
arti penting untuk pielonefritis, mengingat pielonefritis dapat berjalan
tanpa keluhan meskipun telah merusak jaringan ginjal secara progresif.
4. Silinder Granular
22
Silinder granular adalah silinder selular
yang mengalami degenerasi. Disintegrasi sel selama transit melalui sistem
saluran kemih menghasilkan perubahan membran sel, fragmentasi inti, dan
granulasi sitoplasma. Hasil disintegrasi awalnya granular kasar, kemudian
menjadi butiran halus.
5. Silinder Lilin (Waxy Cast)
Silinder lilin adalah silinder tua hasil
silinder granular yang mengalami perubahan degeneratif lebih lanjut.
Ketika silinder selular tetap berada di nefron untuk beberapa waktu
sebelum mereka dikeluarkan ke kandung kemih, sel-sel dapat berubah
menjadi silinder granular kasar, kemudian menjadi sebuah silinder
granular halus, dan akhirnya, menjadi silinder yang licin seperti lilin
(waxy). Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit ginjal berat dan
amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka menunjukkan keparahan penyakit
dan dilasi nefron dan karena itu terlihat pada tahap akhir penyakit ginjal
kronis.
Yang disebut telescoped urinary sediment adalah salah satu di mana
eritrosit, leukosit, oval fat bodies, dan segala jenis silinder yang ditemukan
23
kurang lebih sama-sama berlimpah. Kondisi yang dapat menyebabkan
telescoped urinary sediment adalah: 1) lupus nefritis 2) hipertensi ganas 3)
diabetes glomerulosclerosis, dan 4) glomerulonefritis progresif cepat.
Pada tahap akhir penyakit ginjal dari setiap penyebab, sedimen saluran
kemih sering menjadi sangat kurang karena nefron yang masih tersisa
menghasilkan urin encer.
3. Glomerulonefritis Post Streptococcus/Sindrom Nefritik
Definisi SNA adalah kumpulan gejala-gejala nefritis yang timbul secara
mendadak, terdiri atas hernaturia proteinuria, silinderuria (terutama
selinder eritrosit), dengan atau tanpa disertai hipertensi, edema, kongestif
vaskuler atau gagal ginjal akut sebagai akibat dari suatu proses peradangan
yang lazimnya ditimbulkan oleh reaksi imunologi pada ginjal yang secara
spesifik mengenai glomeruli.
Etiologi
Glomerulonefritis Primer
Glomerulonefritis pasca streptococcus
Glomerulonefritis proliferatif difuse idiopati
Glomerulonefritis membrano proliferatif
Penyakit IgA
Glomerulonefritis Sekunder
Lupus eritematosus sistemik (LES).
Sindrome Goodpasture
Vaskulitis
a. Glomerulonefritis proliferatif
b. Penyakit mikroangiopati
- Sindrom uremia hemolitik
- Trombositopenia trombotik
24
Sindroma nefritik akut bisa timbul setelah suatu infeksi oleh streptokokus,
misalnya strep throat. Kasus seperti ini disebut glomerulonefritis pasca
streptokokus. Glomeruli mengalami kerusakan akibat penimbunan antigen dari
gumpalan bakteri streptokokus yang mati dan antibodi yang menetralisirnya.
Gumpalan ini membungkus selaput glomeruli dan mempengaruhi fungsinya.
Nefritis timbul dalam waktu 1-6 minggu (rata-rata 2 minggu) setelah infeksi dan
bakteri streptokokus telah mati, sehingga pemberian antibiotik akan efektif.
Glomerulonefritis pasca streptokokus paling sering terjadi pada anak-anak diatas 3
tahun dan dewasa muda. Sekitar 50% kasus terjadi pada usia diatas 50 tahun.
Sindroma nefritik akut juga bisa disebabkan oleh reaksi terhadap infeksi lainnya,
seperti:
- infeksi pada bagian tubuh buatan
- endokarditis bakterialis
- pneumonia
- abses pada organ perut
- cacar air
- hepatitis infeksios
- sifilis
- malaria
Etiologi dan Faktor risiko
a. Faktor infeksi
Nefritis yang timbul setelah infeksi Streptococcus beta hemolyticus
(Glomerulonefritis akut paska streptococcus).
Nefritis yang berhubungan dengan infeksi sistemik lain endokarditis
bakterialis subakut dan shunt nepritis.
25
b. Penyakit multisistemik antara lain:
Lupus eritematosus sistemik (LES).
Purpura Henoch Schonlein (PHS) .
c. Penyakit ginjal primer.
d. Nefropati IgA.
e. Glomerulopati (GP)idiopatik /primer
o GP akut proliferatif
o GP mesangioproliferatif (IgA) (penyakit Burger)
o GP membranoproliferatif.
f. Glomerulopati pasca infeksi
pasca infeksi beta hemoliticus
endokarditis bakterialis (nefritis lohlein)
stafilokok albus
abses visceral
hepatitis B antigemia
g. Vaskulitis:
o poliarteritis nodosa
o Wagener Granulomatosis
o Krioglobulinemia
h. nefritis herediter (sindrom Alport)
26
Epidemiologi Lebih sering umur 6-7 thn, jarang < 3 thn dan insiden pada Laki –
laki Lebih banyak disbanding perempuan. Pada 10- 12 % kasus diawali oleh
infeksi streptokokus b hemolitikus grup dan biasanya didahului ISPA atau
piodermi.
Morfologi
Makroskopik Ginjal pada Glomerulonefritis akut membesar simetrik, sampai
tegang dan mudah dikupas, permukaan licin, merah tengguli.Kadang-kadang
tampak titik-titik hemoragik fokal.Pada penampang, kortex tampak sembab dan
melebar; kortex dan medula berbatas jelas. Glomerlurus dapat terlihat sebagai
titik-titik putih kelabu, kadang-kadang terdapat daerah-daerah merah
fokal.Piramida-piramida dan pelvis kongestif atau normal.
Mikroskopik Tampak hampir semua glomerulus terkena. Glomerulus tampak
membesar dan hiperseluler.Karena itu disebut juga glomerulonephritis acuta
proliferativa.Belum ada kesepakatan mengenai jenis sel yang berproliferasi,
kemungkinan ialah endotelial, mesangial atau sebukan sel monokleus.Sebukan
lekosit polimorfonukleus mungkin ada.Akibat proliferasi sel, lumen kapiler-
kaliper tersumbat, dan glomelurus seolah-olah menjadi avaskuler dan tidak
mengandung darah.Kadang-kadang dapat pula ditemukan trombus dalam kapiler-
kaliper.Sekali-kali tampak nekrosis fibrinoid dinding kapiler.Dalam ruang
Bowman kadang-kadang dapat ditemukan banyak eritrosit.Selain eritrosit, ruang
Bowman berisi endapan protein dan lekosit.Proliferasi sel epitel mungkin juga
ada, tetapi hanya ringan, kadang-kadang dengan pembentukkan bulan sabit
(crescent) dan mungkin terjadi perlekatan antara gelung glomerulus dan simpai
Bowman.Membrana basalis kapiler dapat menunjukkan penebalan fokal.
Tubulus menunjukkan vakuolisasi lipoid dan pembentukkan “hyaline-droplet”
dalam sel epitel dan dilatasi tubulus proximalis. Dalam tubulus dapat ditemukan
berbagai torak (cast). Pada bentuk necrotik dan hemoragik ditemukan torak
eritrosit yang berdegenerasi dalam tubulus distalis. Interstisium bersebukan lekosit
27
polimorfonukleus atau sel mononukleus dan menunjukkan edema
setempat.Pembuluh darah arteri dan arteriol tidak menunjukkan kelainan jelas.
Manifestasi klinik
a. SNA dengan hipokomplemenemia, dapat asimptomatis atau simtomatis.
Termasuk kelompok ini antara lain adalah:
1) Glomerulonefritis akut paska infeksi streptococcus.
2) Glomerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi sistemik seperti:
a) Endokarditis bakterialis akut/subakut.
b) Shunt nephritis.
2) Glomerulonefritis proliferatif membranosa.
3) Nefritis yang berhubungan dengan LES (nefritis lupus).
b. Sindroma nefritis akut dengan normokomplemenemia (dapat asimptomatis
atau simtomatis). Termasuk kelompok ini antara lain adalah:
1) Nefritis yang berhubungan dengan PHS.
2) Nefropati IgA.
Gejala klinis glomerulonefritis akut pasca streptokok sangat bervariasi, dari
keluhan-keluhan ringan atau tanpa keluhan sampai timbul gejala-gejala berat
dengan bendungan paru akut, gagal ginjal akut, atau ensefalopati hipertensi.
Kumpulan gambaran klinis yang klasik dari glomerulonefritis akut dikenal dengan
sindrom nefritik akut.Bendungan paru akut dapat merupakan gambaran klinis dari
glomerulonefritis akut pada orang dewasa atau anak yang besar.Sebaliknya pada
pasien anak-anak, ensefalopati akut hipertensif sering merupakan gambaran klinis
pertama.
a. Riwayat klasik didahului (10-14 hari) oleh faringitis, tonsilitis atau infeksi
kulit (impetigo). Data-data epidemiologi membuktikan, bahwa prevalensi
glomerulonefritis meningkat mencapai 30% dari suatu epidemi infeksi
saluran nafas. Insiden glomerulonefritis akut pasca impetigo relatif rendah,
sekitar 5-10%.
28
b. Glomerulonefritis akut pasca streptokok tidak memberikan keluhan dan ciri
khusus. Keluhan-keluhan seperti anoreksia, lemah badan, tidak jarang disertai
panas badan, dapat ditemukan pada setiap penyakit infeksi.
c. Keluhan saluran kemih
d. Hematuria makroskopis (gross) sering ditemukan, hampir 40% dari semua
pasien. Hematuria ini tidak jarang disertai keluhan-keluhan seperti infeksi
saluran kemih bawah walaupun tidak terbukti secara bakteriologis.
e. Oligouria atau anuria merupakan tanda prognosis buruk pada pasien dewasa.
f. Hipertensi sistolik dan atau diastolik sering ditemukan hampir pada semua
pasien. Hipertensi biasanya ringan atau sedang, dan kembali normotensi
setelah terdapat diuresis tanpa pemberian obat-obatan antihipertensi.
Hipertensi berat dengan atau tanpa esefalopati hanya dijumpai pada kira-kira
5-10% dari semua pasien.
g. Oedem dan bendungan paru akut
h. Hampir semua pasien dengan riwayat oedem pada kelopak mata atau
pergelangan kaki bawah, timbul pagi hari dan hilang siang hari. Bila
perjalanan penyakit berat dan progresif, oedem ini akan menetap atau
persisten, tidak jarang disertai dengan asites dan efusi rongga pleura.
Sekitar 50% penderita tidak menunjukkan gejala. Gejala yang muncul sekitar 1-2
minggu setelah infeksi faringeal oleh streptokokus ataupun 4-6 minggu setelah
pioderma karena streptokokus. Jika ada gejala, yang pertama kali muncul adalah
penimbunan cairan disertai pembengkakan jaringan (edema), berkurangnya
volume air kemih dan air kemih berwarna gelap karena mengandung darah.
Edema muncul dari retensi garam dan air dan nefrotik sindrom bisa muncul pada
10-20% kasus. Edema subglotis akut dan membahayakan jalan napas juga telah
dilaporkan.
Pada awalnya edema timbul sebagai pembengkakan di wajah dan kelopak mata,
tetapi selanjutnya lebih dominan di tungkai dan bisa menjadi hebat. Tekanan
darah tinggi dan pembengkakan otak bisa menimbulkan sakit kepala, gangguan
penglihatan dan gangguan fungsi hati yang lebih serius. Gejala spesifik seperti
29
malaise, letargi, nyeri abdomen, dan demam kadang muncul. Abnormalitas akut
secara general akan selesai pada 2-3 minggu; C3 komplemen dapat normal pada 3
hari awal atau paling lambat 30 hari setelah onset. Walaupun mikroskopik
hematuri dapat muncul selama setahun, kebanyakan anak sembuh sempurna.
Keadaan ginjal yang memburuk secara persisten, abnormalitas urin selama 18
bulan, Hipokomplementemia persisten, dan sindrom nefrotik adalah tanda
berbahaya. Jika salah satu muncul, maka merupakan indikasi untuk biopsi renal.
Penegakan Diagnosa
Dasar diagnosa
1. diagnosis:
a. kelainan urinalisis: proteinuri, hematuri
b. foto thorax: kardiomegali&bend.paru
c. ECG: voltase rendah, T inverted, QT >
2. Diagnosis perjalanan penyakit:
a. faal ginjal kenaikan BUN & kreatin
b. elektrolit serum: Na.turun, K naik.
c. protein darah tetap/turun, profil lemak normal
d. ggn.faktor pembekuan: fibrinogen, F.VII, fibrinolitik
3. Diagnosa etiologi GN post infeksi streptokok
a. Pemeriksaan serologi
antibodi anti streptokok, kenaikan konsentrasi imunoglobulin, anti imunoglobulin,
kompleks imun, deperesi komplemen serum
30
b. pemeriksaan histopatologi
- gambaran glomerulonefritis proliferatif difus
- ditemukan deposit electron terletak antara membran basal glomerulus &
subepitelial
- deposit granuler difus (imunoglobulin), komplemen C3 pada dinding kapiler
glomerulus
4. Streptococcus β-hemoliticus
Morfologi dan identifikasi
Kuman berbentuk bulat atau bulat telur, kadang menyerupai batang, tersusun
berderet seperti rantai. Panjang rantai bervariasi dan sebagian besar ditentukan
oleh
faktor lingkungan. Rantai akan lebih panjang pada media cair dibanding pada
media
padat. Pada pertumbuhan tua atau kuman yang mati sifat gram positifnya akan
hilang dan menjadi gram negative. Streptokokus terdiri dari kokus yang
berdiameter 0,5-1 μm. Dalam bentuk rantai yang khas, kokus agak memanjang
pada arah sumbu rantai. Streptokokus patogen jika ditanam dalam perbenihan cair
atau padat yang cocok sering membentuk rantai panjang yang terdiri dari 8 buah
kokus atau lebih.
Streptokokus yang menimbulkan infeksi pada manusia adalah positif gram, tetapi
varietas tertentu yang diasingkan dari tinja manusia dan jaringan binatang ada
yang
negatif gram. Pada perbenihan yang baru kuman ini positif gram, bila perbenihan
telah berumur beberapa hari dapat berubah menjadi negatif gram. Tidak
membentuk spora, kecuali beberapa strain yang hidupnya saprofitik. Geraknya
negatif. Strain yang virulen membuat selubung yang mengandung hyaluronic acid
dan M type specific protein.
Sifat pertumbuhan
Umumnya streptokokus bersifat anaerob fakultatif, hanya beberapa jenis yang
31
bersifat anaerob obligat. Pada umumnya tekanan O2 harus dikurangi, kecuali
untuk
enterokokus. Pada perbenihan biasa, pertumbuhannya kurang subur jika ke
dalamnya tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh baik pada pH
7,4-7,6, suhu optimum untuk pertumbuhan 37oC, pertumbuhannya cepat
berkurang pada 40oC. Streptococcus hemolyticus meragi glukosa dengan
membentuk asam laktat yang dapat menghambat pertumbuhannya. Tumbuhnya
akan subur bila diberi glukosa berlebih dan diberikan bahan yang dapat
menetralkan asam laktat yang terbentuk.
Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam semua enriched media. Untuk
isolasi primer harus dipakai media yang mengandung darah lengkap, serum atau
transudat misalnya cairan asites atau pleura. Penambahan glukosa dalam
konsentrasi 0,5% meningkatkan pertumbuhannya tetapi menyebabkan penurunan
daya lisisnyaterhadap sel darah merah. Dalam lempeng agar darah yang dieram
pada 370C setelah 18-24 jam akan membentuk koloni kecil ke abu-abuan dan
agak opalesen, bentuknya bulat, pinggir rata, pada permukaan media, koloni
tampak sebagai setitik cairan. Streptokokus membentuk 2 macam koloni, mucoid
dan glossy. Yang dahulu disebut matt, sebenarnya bentuk mucoid yang telah
mengalami dehidrasi. Koloni berbentuk mucoid dibentuk oleh kuman yang
berselubung asam hialuronat. Tes katalasa negatif untuk streptokokus, ini dapat
membedakan dengan stafilokokus di mana tes katalase positif. Juga streptococcus
hemolyticus grup A sensitif pada cakram basitrasin 0,2 μg, sifat ini digunakan
untuk membedakan dengan grup lainnya yang resisten terhadap basitrasin.
Hanya jenis dari lancefield grup B dan D yang koloninya membentuk pigmen
berwarna merah bata atau kuning.
Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini dibagi dalam:
a. hemolisis tipe alfa, membentuk warna kehijau-hijauan dan hemolisis sebagian
di
sekeliling koloninya, bila disimpan dalam peti es zona yang paling luar akan
berubah menjadi tidak berwarna.
Alpha (a):hemolysis showing a greenish discoloration around the area
32
surrounding the colony due to incomplete hemolysis of the red blood cells
in the agar
b. Hemolisis tipe beta, membentuk zona bening di sekeliling koloninya, tak ada
sel
darah merah yang masih utuh, zona tidak bertambah lebar setelah disimpan dalam
peti es.
Beta (ß) a clear, colorless zone around the colony caused by complete
hemolysis of the red blood cells in the agar
c. Hemolisis tipe gamma, tidak menyebabkan hemolisis.
Untuk membedakan hemolisis yang jelas sehingga mudah dibeda-bedakan maka
dipergunakan darah kuda atau kelinci dan media tidak boleh mengandung
glukosa. Streptokokus yang memberikan hemolisis tipe alfa juga disebut
streptoccocus viridans. Yang memberikan hemolisis tipe beta disebut
streptococcus hemolyticus dan tipe gamma sering disebut sebagai streptoccocus
anhemolyticus.
No hemolysis (gamma): colonies show no hemolysis or discoloration
Struktur antigen :
Karbohidrat C : Zat ini terdapat dalam dinding sel.
Protein M : Protein ini ada hubungannya dengan virulensi kuman SGA,
kerjanya menghambat fagositosis. Terutama dihasilkan oleh kuman koloni
tipe mukoid. M protein dan N asetil glukosamin pada bakteri memiliki
kemiripan dengan bagian tubuh ( molecular mimicry) yaitu :
o Miosin dan tropomiosin pada jantung
o Laminin pada katup
o Vimentin pada sinovial
o Keratin padd kulit
o Lysogangliosida pada subtalamikus dan caudate nuclei di otak
Sehingga menimbulkan reaksi imun.
Substansi T : Antigen ini diperoleh dari kuman dengan menggunakan
enzim proteolitik. Antigen ini merangsang pembentukan agglutinin.
33
Toksin eritogenik : Toksin ini merupakan penyebab terjadinya rash pada
febris scarlantina. Kemampuan untuk membuat toksin bersifat antigenic
dan dapat menyebabkan dibentuknya zat antitoksin di dalam tubuh.
Hemolisin : dapat menyebabkan terjadinya hemolisis SDM. Terdapat 2
macam hemolisin : Streptolisin-O dan Streptolisin-S
Stretopkinase : Enzim ini juga disebut fibrinolisis, kerjanya merubah
plasminogen dalam serum menjadi plasmin, yaitu suatu enizm proteolitik
yang menghancurkan fibrin dan protein lainnya.
Stretodornase : Enzim juga disebut deoksiribonuklease dan kerjanya
memecah DNA.
Pengobatan
Semua streptococcus β-hemoliticus grup A sensitive terhadap penisilin G.
Ada beberapa yang resisten terhadap tetrasiklin. Pada endokarditis bakterialis,
tes sensitivitas kuman terhadap berbagai macam antibiotika sangat
diperlukan, karena hasilnya sangat penting untuk menentukan pengobatan
yang optimum. Aminoglikosida sering dapat mempertinggi daya kerja
penisilin terhadap kuman streptococcus, terutama enterococcus. Obat-obat
antibiotika tidak berpengaruh terhadap glomerulonefritis dan demam rheuma
yang telah terjadi. Namun pada streptococcus yang akut, harus diusahakan
untuk membasmi bersih kuman streptococcus dari tubuh penderita, yang
berarti mencegah terbentuknya antigen yang dapat menyebabkan penyakit-
penyakit setelah infeksi streptococcus. Obat-obat antibiotika juga bermanfaat
untuk mencegah atau untuk mengobati penderita rheuma terhadap reinfeksi
oleh streptococcu β-hemoliticus grup A.
34
DAFTAR PUSTAKA
o Guyton, Arthur C., dkk.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC
o Price, Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi.Jakarta:EGC
o Tim editor.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Pusat Penerbitan
IPD FKUI
o Purnomo, Basuki 2007. Dasar-dasar Urologi.edisi kedua. Sagung
seto:Jakarta
o Staff pengajar FKUI.1994.Mikrobiologi Kedokteran.edisi revisi.Jakarta
Pusat : Binarupa Aksara
o Buku ajar patologi Robbins/editor, Vinay Kumar, Ramzi S.Cotran, Stanley
L. Robbins ; alih bahasa, Brahm U. Pendit – Ed.7 – Jakarta : EGC, 2007.
o Mansjoer, Arif, suprohaita, dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.edisi
ketiga.Jakarta : Media Aesculapius
35