referat neuro tetanus

Upload: arypura

Post on 10-Jul-2015

191 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Referat TetanusSofiah Riski yulianti Annisa nurmulia Amelia fitrianti Inne nova

PendahuluanTetanus adalah penyakit yang mengenai sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin yang ditandai dengan spasme tonik persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras. Tetanus disebabkan oleh bakteri clostridium tetani. Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui luka dalam bentuk spora. Penyakit akan muncul bila spora tumbuh menjadi bentuk vegetatif yang menghasilkan tetanospasmin pada keadaan tekanan oksigen rendah, nekrosis jaringan atau berkurangnya potensi oksigen. Manifestsi klinis tetanus bervariasi dari kekakuan otot setempat, trismus sampai kejang yang hebat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi. Penatalaksanaan meliputi tatalaksana umum, netralisir toksin, eliminasi bakteri, suportif terapi dan konsultasi bila perlu. Tingkat keparahan dan prognosis dari tetanus dapat dilihat dengan kriteria Patel Joag.

Anatomi dan fisiologi Penghantaran Impuls Melalui Sel SarafPenghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf.

Penghantaran Impuls Melalui SinapsisTitik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya dopamin, norepinefrin, serotonin, asam gamaaminobutirat (GABA), glisin dan asetilkolin yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak. Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya

Mekanisme Timbulnya Kontraksi OtotTimbulnya kontraksi pada otot rangka dimulai dengan potensial aksi dalam serabut-serabut otot. Potensial aksi ini menimbulkan arus listrik yang menyebar ke bagian dalam serabut, dimana menyebabkan dilepaskannya ion-ion kalsium dari retikulum endoplasma. Selanjutnya ion kalsium menimbulkan peristiwa-peristiwa kimia proses kontraksi.

Ketika potensial aksi sampai padaneuromuscular junction, terjadi depolarisasi dari membran saraf, menyebabkan dilepaskan Acethylcholin, kemudian akan terikat pada motor end plate membran menyebabkan terjadinya pelepasan ion kalsium yang menyebabkan terjadinya ikatan Actin-Myosin yang akhirnya menyebabkan kontraksi otot

Mekanisme gerak biasa (gerak sadar)Rangsangan > saraf sensorik > otak > saraf motorik > gerak otot Mekanisme gerak reflek (gerak tidak sadar) Rangsangan > saraf sensorik > pusat integrasi di sumsum tulang belakang > saraf motorik > gerak otot

DefinisiTetanus adalah penyakit yang mengenai sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin yaitu neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, yang ditandai dengan spasme tonik persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras.

Etiologi batang gram positif bersifat obligat anaerob. menghasilkan spora Spora hanya dapat mati pada suhu120C selama 15 menit. dapat ditemukan pada tanah yang kering, debu, kotoran hewan Masuk ke jaringan host (manusia) melalui luka trauma, jaringan nekrosis, dan jaringan yang kurang vaskularisasi. Pada 15%-25% kasus tetanus, tidak didapatkan riwayat adanya luka.

PatofisiologiClostridium tetani dalam bentuk spora masuk melalui luka.

tumbuh menjadi bentuk vegetatif

Spora bentuk vegetatif jika: -keadaan tekanan oksigen rendah -nekrosis jaringan -berkurangnya potensi oksigen.

menghasilkan tetanospasmin

mempunyai efek neurotoksik

Patofisiologi Penyebaran toksinMasuk ke dalam otot melalui sistem limfatik

ke dalam pembuluh darah.

masuk ke SSP

Patofisiologi Toksintetanus berkaitan dengan gangliosid ujung membran presinaptik, baik pada neuromuskular junction, maupun pada susunan saraf pusat. Ikatan ini penting untuk transport toksin melalui serabut saraf, namun hubungan antara pengikat dan toksisitas belum diketahui secara jelas.

Tempat kerja utama toksin adalah padasinaps inhibisi dari susunan saraf pusat, yaitu dengan jalan mencegah pelepasan neurotransmitter inhibisi seperti glisin, Gamma Amino Butyric Acid (GABA), dopamin dan noradrenalin. Toksin tetanus tidak mencegah sintesis atau penyimpanan glisin maupun GABA, namun secara spesifik menghambat pelepasan kedua neurotransmitter tersebut di daerah sinaps dangan cara mempengaruhi sensitifitas terhadap kalsium dan proses eksositosis.

Efek terhadap inhibisi presinapmenimbulkan keadaan terjadinya letupan listrik yang terus-menerus. Keadaan ini menimbulkan aliran impuls dengan frekuensi tinggi dari SSP ke perifer, sehingga terjadi kekakuan otot dan kejang. Semakin banyak saraf inhibisi yang terkena makin berat kejang yang terjadi.

Gangguan sistem autonom bisa terjadisecara umum mengenai berbagai organ seperti kardiovaskular, saluran cerna, kandung kemih, fungsi kendali suhu dan kendali otot bronkus, namun dapat pula hanya mengenai salah satu organ tertentu.

Gangguan sistem pernafasan dapat terjadi akibat : Kekakuan dan hipertonus dari otot-otot interkostal, badan dan abdomen; otot diafragma terkena paling akhir. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret trakea dan bronkus karena adanya spasme dan kekakuan otot faring dan ketidakmampuan untuk dapat batuk dan menelan dengan baik.

Metabolik rate pada tetanus secarabermakna meningkat dikarenakan adanya kejang, peningkatan tonus otot, aktifitas berlebihan dari sistem saraf simpatik dan perubahan hormonal.

Manifestasi klinis Tetanus lokalGejalanya meliputi kekakuan dan spasme yang menetap disertai rasa sakit pada otot disekitar atau proksimal luka. Tetanus sefal Bentuk tetanus lokal yang mengenai wajah, Gejalanya berupa trismus, disfagia, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial. Tetanus umum Paling sering ditemukan. Gejala klinis dapat berupa berupa trismus, iritable, kekakuan leher, susah menelan, kekakuan dada dan perut (opisthotonus), fleksi-abduksi lengan serta ekstensi tungkai, rasa sakit dan kecemasan yang hebat serta kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.

Tetanus neonatorumTetanus yang terjadi pada bayi baru lahir.

Posisi tubuh klasik : trismus, kekakuan pada otot punggung menyebabkan opisthotonus yang berat dengan lordosis lumbal. Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada, pergelangan tangan fleksi, jari mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada pergelangan dan fleksi jari-jari

Kriteria Patel Joag Kriteria 1 : rahang kaku, spasme terbatas ,disfagia dan kekakuan otot tulang belakang Kriteria 2 : Spasme, tanpa mempertimbangkan frekuensi maupun derajat keparahan Kriteria 3 : Masa inkubasi 7hari Kriteria 4 : waktu onset 48 jam dan kejang pertama) Kriteria 5 : Peningkatan temperature : rectal 100F, atau aksila 99F (37,6 C)

Grading Derajat 1 : Kasus ringan : terdapat satu criteria,

biasanya kriteria 1 atau 2 (tidak ada kematian) Derajat 2 : Kasus sedang : terdapat 2 kriteria, biasanya kriteria 1 dan 2. Biasanya masa inkubasi lebih dari 7 hari dan onset lebih dari 48 jam (kematian 10%) Derajat 3 : Kasus berat : terdapat 3 kriteria, biasanya masa inkubasi kurang dari 7 hari atau onset kurang dari 48 jam (kematian 32%) Derajat 4 : Kasus sangat berat : terdapat minimal 4 kriteria (kematian 60%) Derajat 5 : bila terdapat 5 kriteria termasuk puerpurium dan tetanus neonatorum (kematian 84%)

Diagnosis Ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi: Adanya riwayat luka yang terkontaminasi, namun 20% dapat tanpa riwayat luka. Riwayat tidak diimunisasi atau imunisasi tidak lengkap Trismus, disfagia, rhisus sardonikus, kekakuan pada leher, punggung, dan otot perut (opisthotonus), rasa sakit serta kecemasan. Pada tetanus neonatorum keluhan awal berupa tidak bisa menetek Kejang umum episodik dicetuskan dengan rangsang minimal maupun spontan dimana kesadaran tetap baik. Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis nanah yang diambil dari luka dapat membantu, tetapi Clostridium tetani sulit tumbuh

PENATALAKSANAANA. Umum Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa: Membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka Diet cukup kalori dan protein, Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bla perlu. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

B. Netralisasi Toksin Tetanus Imunoglobulin TIG intrathecal Anti Tetanus Serum C. Eliminasi Bakteri Lokasi luka dibersihkan kalau perlu dieksisi. Kultur luka untuk menemukan bakterinya, tetapi tidak selalu berhasil. Penicillin adalah drug of choice: berikan prokain penicillin, Untuk pasien yang alergi penicillin dapat diberikan tetracycline

D. Suportif Terapi Nutrisi dan cairan Menjaga agar pernafasan tetap efisien Mengurangi kekakuan dan mengatasi kejang Neuromuscular blockers perawatan intensif E. Konsultasi

Komplikasi asfiksia takikardia, hipertensi, vasokonstriksi perifer dan rangsangan miokardium. perdarahan dalam otot fraktura columna vertebralis aspirasi pneumoni, atelektasis Pneumotoraks dan mediastinal emfisema Penyebab kematian penderita tetanus akibat komplikasi yaitu: Bronkopneumonia, cardiac arrest, septikemia dan pneumotoraks.

PrognosisPada tetanus lokal, prognosis baik, tetapi kematian mencapai 50% pada tetanus generalisata . Derajat keparahan dan prognosis dari tetanus dapatdijelaskan sebagai berikut : Masing- masing poin dibawah ini memiliki nilai satu : 1. masa inkubasi kurang dari 7 hari 2. periode onset kurang dari 48 jam 3. masuk melalui luka bakar, luka operasi, fraktur terbuka, pemotongan tali pusat, injeksi intramuskular 4. ketergantungan NAPZA 5. tetanus umum 6. suhu tubuh lebih dari 40 C 7. takikardi lebih dari 120 kali per menit pada dewasa, dan lenih dari 150 kali per menit pada neonatus

Nilai total dari poin-poin diatas mengindikasikan derajat keparahan dan prognosis tetanus: nilai 0-1 : derajat ringan dengan tingkat mortalitas kurang dari 10 % nilai 2-3 : derajat sedang dengan tingkat mortalitas 10-20 % nilai 4 : derajat berat dengan tingkat mortalitas 20-40 % nilai 5-6 : derajat sangat berat dengan tingkat mortalitas lebih dari 50 % tetanus cefal biasanya termasuk dalam derajat berat atau sangat berat tetanus neonatal termasuk derajat sangat berat

PENCEGAHAN 1. 2. 3. 4.Imunisasi aktif Mencegah terjadinya luka. Merawat luka secara adekuat. Pemberian anti tetanus serum (ATS) atau Tetanus Imunoglobulin (TIG).

kesimpulan Angka kejadian penyakit tetanus sudah mulai berkurang diNegara maju, namun berbeda dengan yang terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, insiden dan angka kematian akibat tetanus masih cukup tinggi Tetanus adalah Gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani yang berspora dan masuk tubuh manusia melalui luka. Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis, riwayat imunisasi, dan Hasil pemeriksaan laboratorium. Penatalaksanaan meliputi tatalaksana umum, netralisir toksin, eliminasi bakteri, suportif terapi dan konsultasi bila perlu. Pada tetanus lokal, prognosanya lebih baik dari tetanus umum. Pencegahan sperti imunisai dilakukan guna mengurangi insidensi terjadinya tetanus,