makalah anemia

Upload: riindhu-screamo

Post on 02-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anak

TRANSCRIPT

MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DAN ANAK DENGAN ANEMIA

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Keperawatan Anak 1 dengan koordinator Lucia Endang Hartati, S.Kp.MN

Di susun Oleh :

Di susun Oleh Wakhyuni P.17420113036

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANGJURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2015

KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Makalah Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak Dengan Anemia dengan baik.Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Pihak-pihak tersebut adalah:1. Dosen pengampu atau koordinator mata kuliah Keperawatan Anak 1 dengan koordinator Lucia Endang Hartati, S.Kp.MN2. Orang tua yang telah memberi izin dan doa restu serta telah mendukung penulis dalam menyusun makalah.3. Teman-teman kelas 2A1 prodi DIII Keperawatan Semarang yang juga telah mendukung penulis dalam membuat makalah. 4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada bayi dan anak dengan anemia.Penulis telah berusaha sebaik-baiknya untuk menyusun makalah ini. Namun, makalah ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Semarang, 17 Januari 2015 Penulis

DAFTAR ISI

Halaman JuduliKata Pengantar iiDaftar Isi iiiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang 1B. Rumusan Masalah 2C. Tujuan Penulisan 2D. Manfaat Penulisan 2BAB II PEMBAHASANA. Tinjauan Teori 3B. Asuhan Keperawatan 11BAB III PENUTUPA.Simpulan 17B. Saran 17DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGBerdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKSRT) 2001, prevalensi anemia pada balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan remaja sekitar 26,5%. Sementara survei di DKI Jakarta 2004 menunjukkan angka prevalensi anemia pada balita sebesar 26,5%, 35 juta remaja menderita anemia gizi besi, usia 6 bulan cadangan besi itu akan menipis, sehingga diperlukan asupan besi tambahan untuk mencegah kekurangan besi.Anemia merupakan kondisi di mana kurangnya konsentrasi sel darah merah atau menurunnya kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal, penurunan kadar tersebut banyak dijumpai pada anak karena kurangnya kadar zat besi atau pendarahan, sehinggan anemia ini dapat disebut juga sebagai anemia defisiensi zat besi (anemi kurang zat besi), walaupun sebenarnya apabila bayi yang lahir dengan ibu non-anemia atau bergizi baik akan membuat bayi tersebut lahir dalam keadaan zat besi yang cukup apabila diberikan ASI yang cukup pula, akan tetapi apabila zat besi yang sebenarnya cukup tersedia dalam ASI tidak dimanfaatkan oleh ibu dan anak tersebut tidak mendapatkan sumber zat besi yang dapat diperoleh dari susu formula atau makanan yang kaya akan zat besi dapat menimbulkan adanya anemia, selain kadar zat besi anemia dapat juga ditimbulkan karena pendarahan seperti pendarahan pada usus atau kehilangan darah serta akibat makanan yang salah, atau pendarahan lain yang jumlahnya berlebihan.Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih berbahaya dari kerusakan sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak mungkin dikembalikan seperti semula. Karena itu, pada masa emas dan kritis perlu mendapat perhatian.

B. RUMUSAN MASALAHAdapun rumusan masalah sebagai berikut :1. Apa pengertian anemia?2. Apa penyebab anemia pada bayi dan anak?3. Apa klasifikasi anemia pada bayi dan anak?4. Bagaimana patofisiologi anemia pada bayi dan anak?5. Bagaimana manifestasi klinis anemia pada bayi dan anak?6. Bagaimana komplikasi anemia pada bayi dan anak?7. Bagaimana pemeriksaan penunjang anemia pada bayi dan anak? 8. Bagaimana penatalaksanaan medis anemia pada bayi dan anak?9. Bagaimana asuhan keperawatan anemia pada bayi dan anak?

C. TUJUANTujuan UmumMakalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak I.Tujuan Khusus1. Mengetahui pengertian anemia.2. Mengetahui penyebab anemia pada bayi dan anak.3. Mengetahui klasifikasi anemia pada bayi dan anak.4. Mengetahui patofisiologi anemia pada bayi dan anak.5. Mengetahui manifestasi klinis anemia pada bayi dan anak.6. Mengetahui komplikasi anemia pada bayi dan anak.7. Mengetahui pemeriksaan penunjang anemia pada bayi dan anak.8. Mengetahui penatalaksanaan medis anemia pada bayi dan anak.9. Mampu memahami asuhan keperawatan anemia pada bayi dan anak.D. MANFAATDapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, sehingga dapat mengetahui cara hidup sehat serta dapat menambah pengetahuan seputar tentang asuhan keperawatan pada bayi dan anak dengan anemia.

BAB IIPEMBAHASAN

1. Pengertian AnemiaAnemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

2. Penyebab AnemiaPenyebab anemia dapat dikelompokkan sebagai berikut:1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:- Perubahan sintesa Hb yag dapat menimbulkan anemia defisiensi Fe, Thalasemia, dan anemia infeksi kronik- Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan natrium yang dapat menimbulkan anemia pernisiosa dan anemia asam folat- Fungsi sel induk (stem sel) terganggu, sehingga dapat menimbulkan anemia aplastik dan leukemia.- Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.

2. Kehilangan darah- Akut karena perdarahan atau trauma/kecelakaan yang terjadi secara mendadak- Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia

3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis). Hemolisis dapat terjadi karena:- Faktor bawaan, misalnya kekurangan enzim C6PD (untuk mencegah kerusakan eritrosit)- Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit, misalnya ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal.

4. Bahan baku untuk pembentuk eritrosit tidak ada. Bahan baku yang dimaksud adalah protein, asam folat, vitamin B12, mineral Fe.

3. Klasifikasi Anemiaa. Anemia Defisiensi Zat Besi (Fe)Merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi yang merupakan bahan baku pembuat sel darah dan hemoglobin. Kekurangan zat besi (Fe) dapat disebabkan oleh berbagai hal yaitu asupan yang kurang mengandung zat besi terutama pada fase pertumbuhan cepat, penurunan reabsorbsi karena kelainan pada usus atau karena anak banyak mengkonsumsi the (menurut penelitian, ternyata teh dapat menghambat rebsorbsi Fe), dan kebutuhan yang mengikat, misalnya pada anak balita yang pertumbuhannya cepat sehingga memerlukan nutrisi yang lebih banyak.Bayi premature juga berisiko mengalami anemia defisiensi zat besi, karena berkurangnya persediaan Fe pada masa fetus. Pada trimester akhir kehamilan, Fe ditransfer dari ibu ke fetus, kemudian disimpan di liver, lien, dan sumsum tulang belakang. Cadangan Fe ini hanya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 5-6 bulan saja, bahkan pada bayi premature cadangan tersebut hanya cukup sampai usia 2-3 bulan. Jika kebutuhan Fe tidak dipasok dengan pemberian nutrisi yang mencukupi, maka anak akan mengalami defisiensi Fe (Wong, 1989:859).Sering dijumpai bahwa bayi yang kegemukan (overweight) mengalami defisiensi Fe. Hal ini disebabkan karena pemberian susu (PASI) yang berlebihan tanpa disertai dengan makanan tambahan lainnya. Bayi akan kelihatan pucat, perkembangan ototnya terlambat, dan mudah infeksi.Secara normal, tubuh hanya memerlukan Fe dalam jumlah sedikit. Oleh karena itu, ekskresi besi juga sangat sedikit. Pemberian Fe yang berlebihan dalam makanan dapat mengakibatkan hemosiderosis (pigmen Fe yang berlebihan akibat penguraian Hb) dan hemokromatosis (timbunan Fe yang berlebih dalam jaringan). Pada masa bayi dan pubertas, kebutuhan Fe meningkat karena pertumbuhan. Demikian juga, dalam keadaan infeksi.Kekurangan Fe meningkatkan kekurangan Hb, sehingga pembuatan eritrosit mengalami penurunan. Di samping itu, tiap eritrosit akan mengandung Hb dalam jumlah lebih sedikit. Akibatnya, bentuk selnya menjadi hipokromik mikrositik (bentuk sel darah kecil), karena tiap eritrosit mengandung Hb dalam jumlah yang lebih sedikit.

b. Anemia Megaloblastik Merupakan anemi yang terjadi karena kekurangan asam folat. Disebut juga dengan anemia defisensi asam folat. Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA yang penting untuk metabolisme inti sel. DNA diperlukan untuk sintesis, sedangkan RNA untuk pematangan sel. Berdasarkan bentuk sel darah, anemi megaloblastik tergolong dalam anemi makrositik, seperti pada anemi pernisiosa. Ada beberapa penyebab penurunan asam folat (FK UI, 1985:437), yaitu:1. Masukan yang kurang. Pemberian susu saja pada bayi di atas 6 bulan (terutama susu formula) tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup juga dapat menyebabkan defisiensi asam folat.2. Gangguan absorbsi. Adanya penyakit atau gangguan pada gastrointestinal dapat menghambat absorbsi bahan makanan yang diperlukan tubuh.3. Pemberian obat yang antagonis terhadap asam folat. Anak yang mendapat obat-obat tertentu, seperti metotreksat, pitrimetasin, atau derivate barbiturate sering mengalami defisiensi asam folat. Obat-obat tersebut dapat menghambat kerja asam folam dalam tubuh, karena mempunyai sifat yang bertentangan.

c. Anemia PermisiosaMerupakan anemi yang terjadi karena kekurangan vitamin B12. Anemi permisiosa ini tergolong anemi megaloblastik karena bentuk sel darah yang hampir sama dengan anemi defisiensi asam folat. Bentuk sel darahnya tergolong anemi makrositik normokromik, yaitu ukuran sel darah merah yang besar dengan bentuk abnormal tetapi kadar Hb normal.Vitamin B12 (kobalamin) berfungsi untuk pematangan normoblas, metabolisma jaringan saraf, dan purin. Selain asupan yang kurang, anemi pernisiosa dapat disebabkan karena adanya kerusakan lambung, sehingga lambung tidak dapat mengeluarkan skeret yang berfungsi untuk absrobsi B12 (Markum, 1991:125).

d. Anemia PascapendarahanTerjadi sebagai akibat dari pendarahan yang massif (perdarahan terus menerus dan dalan jumlah banyak), sperti pada kecelakaan, operasi, dan persalinan dengan perdarahan hebat yang dapat terjadi secara mendadak maupun menahun. Berdasarkan bentuk sel darah, anemi pascapendarahan ini termasuk anemi normositik normokromik, yaitu sel darah berbentuk normal tetapi rusak/habis.Akibat kehilangan darah yang mendadak maka akan terjadi reflek cardiovascular yang fisiologis berupa kontraksi arteriol, pengurangan aliran darah ke organ yang kurang vital, dan penambahan aliran darah ke organ vital (otak dan jantung). Kehilangan darah yang mendadak lebih berbahaya dibandingkan dengan kehilangan darah dalam waktu yang lama.Kehilangan darah 12-15% akan menyebabkan pucat dan takikardi, tetapi kehilangan 15%-20% akan menimbulkan gejala syok (renjatan) yang reversible. Bila lebih 20% maka dapat menimbulkan syok yang irreversible (menetap).Selain reflek kardiovascular, akan terjadi pergeseran cairan ekstravaskular ke intravascular agar tekanan osmotic dapat dipertahankan. Akibatnya, terjadi hemodilusi dengan gejala: (1) rendahnya Hb, eritrosit, hematokrit, (2) leucositosis (15.000-20.000/mm3), (3) kadang-kadang terdapat gagal jantung, (4) kelaina cerebral akibat hipoksemia, dan (5) menurunnya aliran darah ke ginjal, sehingga dapat menyebabkan oliguria/anuria.Pada kehilangan darah yang terjadi secara menahun, pengaruhnya akan terlihat sebagai gejala akibat defisiensi besi bila tidak diimbangi masukan Fe yang cukup.

e. Anemia AplastikMerupakan anemi yang ditandai dengan pansitopenia (penurunan jumlah semua sel darah) darah tepi dan menurunnya selularitas sumsum tulang. Dengan menurunnya selularitas, susmsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah. Berdasarkan bentuk sel darahnya, anemia ini termasuk dalam anemia normositik normokromik seperti anemi pascapendarahan.Adapun beberapa penyebab terjadinya anemi aplastik diantaranya adalah:1.Menurunnya jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar sel darah. Penurunan sel darah induk bisa terjadi karena bawaan, dalam arti tidak jelas penyebabnya (idiopatik), yang dialami sekitar 50% penderita. Selain karena bawaan, penurunan sel induk juga bisa terjadi karena didapat, yaitu karena adanya pemakaian obat-obatan seperti bisulfan, kloramfenikol, dan klopromazina. Obat-obat tersebut menyebabkan penekanan sumsum tulang.2. Lingkungan mikro (micro environment) seperti radiasi dan kemoterapi yang lama dapat mengakibatkan sembab yang fibrinus dan infiltrasi sel.3. Penurunan poitin, sehingga yang befungsi merangsang tumbuhnya sel-sel darah dalam sumsum tulang tidak ada.4. Adanya sel inhibitor (T. Limphosit) sehingga menekan/menghambat maturasi sel-sel induk pada sumsum tulang.

f. Anemia HemolitikMerupakan anemi yang terjadi karena umur eritrosit yang lebih pendek/prematur. Secara normal, eritrosit berumur antara 100-120 hari. Adanya penghancuran eritrosit yang berlebihan akan mempengaruhi fungsi hepar, sehingga ada kemungkinan terjadinya peningkatan bilirubin. Selain itu, sumsum tulang dapat membentuk 6-8 kali lebih banyak sistem eritropoetik daripada biasanya, sehingga banyak dijumpai eritrosit dan retikulosit pada darah tepi. Benrdasarkan bentuk sel darahnya anemi hemolitik ini termasuk dalam anemi normositik normokromik. Kekurangan bahan pembentuk sel darah, seperti vitamin, protein, atau adanya infeksi dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara pengahancuran dan pembetukan sistem eritropoetik.Penyebab anemi hemolitik diduga sebagai berikut:1. Kongenital, misalnya kelainan rantai Hb dan defisiensi enzim G6PD.2. Didapat, misalnya infeksi sepsis, penggunaan obat-obatan, dan keganasan sel.

g. Anemia Sickle CellMerupakan anemi yang terjadi karena sintesa Hb abnormal dan mudah rusak, serta merupakan penyakit keturunan (hereditary hemoglobinophaty). Anemia sickle cell ini menyerupai anemia hemolitik.

4. PatofisiologiTimbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

5. Manifestasi KlinisGejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung (Sjaifoellah, 1998).6. KomplikasiAnemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

7. Pemeriksaan Penunjang Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

8. Penatalaksanaan MedisTindakan umum :Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. 1. Transpalasi sel darah merah. 2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi. 3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah. 4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen 5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada. 6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) : 1. Anemia defisiensi besi Penatalaksanaan : Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.Pemberian preparat fePerrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makanPeroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B123. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.

9. Asuhan KeperawatanPengkajian Keperawatan 1. UsiaAnak yang mengalami defisenisi Fe biasanya berusia 6-24 bulan dan pada masa pubertas. Pada usia tersebut kebutuhan Fecukup tinggi, karena digunakan untuk pertumbuhan yang relative terjadi cepat dibandingkan dengan periode pertumbuhan lainnya (Wong,1991).

2.Pucata) Pada anemi pascapendarahan, kehilangan darah sekitar 12-15% akan menyebabkan pucat, dan juga takikardi. Kehilangan darah yang cepat dapat menimbulkan reflek cardiovascular secara fisiologis berupa kontraksi arterial, penambahan aliran darah ke organ vital, dan pengurangan aliran darah yang kurang vital, seperti ekstremitas.b) Pada defisiensi zat besi maupun asam folat (pernisiosa), pucat terjadi karenatidak tercukupinya bahan baku pembuat sel darah maupun bahan esensial untuk pematangan sel, dalam hal ini zat besi dan asam folat.c) Sedangkan pucat pada anemi hemolitik terjadi karena penghancuran sel darah merah sebelum waktunya. Secara normal, sel darah merah akan hancur dalam waktu 120 hari, untuk selanjutnya membentuk sel darah baru.d) Pada anemi aplastik, pucat terjadi karena terhentinya pembentukan sel darah pada sumsum tulang. Hal ini terjadi karena sumsum tulang mengalami kerusakan.Warna kepucatan pada kulit ini dialami oleh hampir semua anak yang anemi. Warna pucat ini dapat dilihat pada telapak tangan, dasar kuku, konjungtiva, dan mukosa bibir. Cara yang sederhana adalah dengan membandingkan telapak tangan anak dengan telapak tangan petugas atau orang tuanya. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa telapak tangan pembanding haruslah normal.

3. Mudah lelah/lemahBerkurangnya kadar oksigen dalam tbuh mengakibatkan keterbatasan energi yang dihasilkan oleh tubuh, sehingga anak kelihatan lesu, kurang bergairah, dan mudah lelah. Oksigen yang terikat dengan Hb pada sel darah merah mempunyai salah satu fungsi untuk aktivitas tubuh.

4. Pusing kepalaPusing kepala pada anak anemi disebabkan karena pasokan atau aliran darah ke otak berkurang.

5. Napas pendekRendahnya kadar Hb akan menurunkan kadar oksigen, karena Hb merupakan pembawa oksigen. Oleh karena itu, sebagai kompensasi atas kekurangan oksigen tersebut, pernapasan menjadi lebih cepat dan pendek.

6. Nadi cepatPeningkatan denyut nadi sering terjadi, terutama pada pendarahan mendadak yang merupakan kompensasi dari reflek cardiovascular. Kompensasi peningkatan denyut nadi ini terjadi untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.

7. Eliminasi urine dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urineAdanya perdarahan yang hebat dapat mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal sehingga merangsang hormone renin angiotensin aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perfusi dengan manifestasi penurunan produksi urine.

8. Gangguan pada sistem sarafAnemia defisiensi vitamin B12 dapat menimbulkan gangguan pada system saraf sehingga timbul keluhan seperti kesemutan (gringginen), ekstremitas lemah, spastisitas, dan gangguan melangkah.

9. Gangguan saluran cernaPada anemi yang berat, sering timbul keluhan nyeri perut, mual,muntah, dan penurunan nafsu makan (anoreksia).

10. PikaMerupakan suatu keadaan yang berulang karena anak makan zat yang tidak bergizi, tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik. Sering terdapat pada anak berusia 1-4 tahun yang kurang gizi, anak terlantar, anak yang mengalami gangguan mental, dan kurang pengawasan. Zat yang sering dimakan, misalnya kapur, lemak, dan lain-lain. Kebiasaan pika akan menghilang, bila anak mendapat perhatian dan kasih saying yang cukup atau sudah teratasi masalah aneminya.

11. Iritabel (cengeng, rewel, atau mudah tersinggung)Anak cengeng/rewel sering terjadi terutama pada kasus anemi defisiensi besi. Walaupun anak tersebut telah terpenuhi kebutuhannya, seperti minum dan makan, tetapi anak tetap rewel. Apabila sebelumnya anak rewel kemudian setelah diberi minum/makan anak menjadi diam, maka hal ini tidak termasuk cengeng (iritabel).

12. Suhu tubuh meningkatDiduga terjadi sebagai akibat dari dikeluarkan leukosit dan jaringan akemik (jaringan yang mati akibat kekurangan oksigen).

13. Pola makanPada anemia defisiensi, sering terjadi kesalahan pola makan sehingga asupan tidak mencukupi, misalnya terlambat memberikan makanan tambahan pada bayi usia 6 bulan.

14. Pemeriksaan PenunjangPerlu pemeriksaan darah tepi untuk mengetahui Hb, eritrosit, dan hematokrit. Pada anemi defisiensi besi, kadar Hb kurang dari 10 gr/dl dan eritrosit menurun. Eritrosit berbentuk mikrositik hipokromik (kecil dan pucat). Sedangkan pada defisiensi asam folat dan vitamin B12, bentuk sel darahnya adalah makrositik normokromik (megaloblastik), yaitu bentuk sel besar dan warna normal. Berikut ini disajikan tabel tentang nilai normal sel darah.

Jenis Sel DarahUsia

Bayi baru lahir1 Tahun5 Tahun8-12 Tahun

Eritrosit (juta/mikro lt0)5,9 (4,1-7,5)4,6 (4,1-5,1)4,7 (4,2-5,2)4,5-5,4

Hb (gr/dl)19 (14-24)12 (11-15)13,5 (12,5-15)14 (13-15,5)

Leukosit (per mikro lt)17.000 (8-38)10.000 (5-15)8000 (5-13)8000 (5-12)

Trombosit (per mikro lt)200.000260.000260.000260.000

Hematokrit (%)54363840

15. Program terapi, prinsipnya:a) Tergantung pada berat ringannya anemi, etiologi, akut, atau kronik.b) Tidak selalu berupa transfusi darahc) Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala.

Diagnosa Keperawatan Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang

Perencanaan Keperawatan Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemiaRencana Tindakan:1. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue, dispneu, pusing, perubahan warna kulit, dan lainya2. Bantu aktivitas dalam batas tolerasi3. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan meningkatkan istirahat4. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen5. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat

Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat : kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhanRencana Tindakan:1. Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang, gandum, sereal kering yang diperkaya zat besi2. Berikan susu suplemen setelah makan padat3. Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat,fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi berikan bersama jeruk.4. Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat besi dengan cara berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air atau jus jeruk.5. Berikan multivitamin6. Jangan berikan preparat Fe bersama susu7. Kaji feses karena pemberian yang cukup akan mengubah feses menjadi hijau gelap.8. Monitor kadar Hb atau tanda klinis9. Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi.10. Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau dalam diet. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orangRencana Tindakan:1. Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur diagnosis.2. Jelaskan tujuan pemberian komponen darah.3. Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu aktivitas anak.4. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan.5. Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan, denganharapan anak mau menerima.

BAB IIIPENUTUP

A. SimpulanAnemia merupakan kondisi di mana kurangnya konsentrasi sel darah merah atau menurunnya kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal, penurunan kadar tersebut banyak dijumpai pada anak karena kurangnya kadar zat besi atau pendarahan, sehinggan anemia ini dapat disebut juga sebagai anemia defisiensi zat besi (anemi kurang zat besi), walaupun sebenarnya apabila bayi yang lahir dengan ibu non-anemia atau bergizi baik akan membuat bayi tersebut lahir dalam keadaan zat besi yang cukup apabila diberikan ASI yang cukup pula, akan tetapi apabila zat besi yang sebenarnya cukup tersedia dalam ASI tidak dimanfaatkan oleh ibu dan anak tersebut tidak mendapatkan sumber zat besi yang dapat diperoleh dari susu formula atau makanan yang kaya akan zat besi dapat menimbulkan adanya anemia, selain kadar zat besi anemia dapat juga ditimbulkan karena pendarahan seperti pendarahan pada usus atau kehilangan darah serta akibat makanan yang salah, atau pendarahan lain yang jumlahnya berlebihan.Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih berbahaya dari kerusakan sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak mungkin dikembalikan seperti semula. Karena itu, pada masa emas dan kritis perlu mendapat perhatian.

B. Saran1. Bagi Petugas KesehatanSebaiknya memberikan asuhan keperawatan yang benar dan sesuai pada bayi dan anak yang mengalami kasus anemia.

2. Bagi MasyarakatSebaiknya kita sebagai makhluk ciptaan Allah senantiasa menjaga kesehatan tubuh kita sebagai ungkapan rasa syukur dan perlu memperhatikan asupan gizi terutama pada ibu hamil agar bayi yang di kandungnya sehat dan gizinya tercukupi sehingga tidak mengalami kelainan dan setelah melahirkan bayi dan anak di berikan gizi yang cukup agar sehat.DAFTAR PUSTAKAHassan Rusepno, A. Huesin. 1998. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:Info Medika.https://hidayat2.wordpress.com/2009/05/04/askep-anemia-pada-anak/http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep-anemia.htmlhttp://julandari.blogspot.com/2013/05/anemia-anak-askep.htmlhttps://marlina2.wordpress.com/2010/04/29/askep-anemia-pada-anak/