anemia soca

22
ANEMIA 1. Definisi Anemia Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal (Soebroto, 2010). Anemia adalah keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2007). Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo, 2008). Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer, 2006). Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana level Hb rendah karena kondisi patologis. Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Anemia adalah keadaan dimana kadar sel sel darah dan hemoglobin dalam darah kurang dari normal. Hemoglobin terdapat dalam sel sel darah merah dan merupakan pigmen pemberi warna merah sekaligus pembawa oksigen dari paru paru ke seluruh sel sel tubuh. Oksigen ini akan digunakan untuk membakar gula dan lemak menjadi energi. Hal ini dapat menjelaskan mengapa kurang darah menyebabkan gejala lemah lesu yang tidak biasa, merasa

Upload: ianindaclub

Post on 15-Apr-2016

236 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

socaanemia

TRANSCRIPT

Page 1: Anemia soca

ANEMIA

1.         Definisi AnemiaAnemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb)

dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal (Soebroto, 2010). Anemia

adalah keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah

dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2007).

Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang

beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh

(Handayani dan Haribowo, 2008).

Anemia dapat didefinisikan sebagai nilai hemoglobin, hematokrit, atau jumlah

eritrosit per milimeter kubik lebih rendah dari normal (Dallman dan Mentzer, 2006).

Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) Anemia didefinisikan sebagai keadaan di mana

level Hb rendah karena kondisi patologis. Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998) Anemia

adalah suatu penyakit di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.

Anemia adalah keadaan dimana kadar sel sel darah dan hemoglobin dalam darah

kurang dari normal. Hemoglobin terdapat dalam sel sel darah merah dan merupakan pigmen

pemberi warna merah sekaligus pembawa oksigen dari paru paru ke seluruh sel sel tubuh.

Oksigen ini akan digunakan untuk membakar gula dan lemak menjadi energi. Hal ini dapat

menjelaskan mengapa kurang darah menyebabkan gejala lemah lesu yang tidak biasa, merasa

cepat lelah, pucat, gelisah, dan terkadang sesak. Serta ditandai dengan warna pucat di

beberapa bagian tubuh seperti lidah dan kelopak mata. Walaupun gejalanya tidak terlihat atau

samar samar dalam jangka waktu lama. Kondisi ini tetap dapat membahayakan jiwa jika di

biarkan dan tidak diobati.Anemia biasanya terdeteksi setelah pemeriksaan darah untuk

mengetahui kadar sel darah merah , hemotokrit dan hemoglobin.

2.    Kategori AnemiaBerikut ini kategori tingkat keparahan pada anemia (Soebroto, 2010) :

a.       Kadar Hb 10 gr - 8 gr disebut anemia ringan

b.      Kadar Hb 8 gr – 5 gr disebut anemia sedang

c.       Kadar Hb kurang dari 5 gr disebut anemia berat

Kategori tingkat keparahan pada anemia (Waryana, 2010) yang bersumber

dari WHO adalah sebagai berikut:

Page 2: Anemia soca

a.       Kadar Hb 11 gr% tidak anemia

b.      Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan

c.       Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang

d.      Kadar Hb < 7 gr% anemia berat

Kategori tingkat keparahan anemia (Nugraheny E, 2009) adalah sebagai

berikut:

a.       Kadar Hb < 10 gr% disebut anemia ringan

b.      Kadar Hb 7-8 gr% disebut anemia sedang

c.       Kadar Hb < 6gr% disebut anemia berat

d.      Kadar Hb normal pada ibu nifas adalah 11-12 gr %

Pada penelitian ini menggunakan standart kementrian kesehatan yang

bersumber dari WHO.

3.      Jenis-Jenis Anemiaa. Anemia Defisiensi Zat Besi

Anemia akibat kekurangan zat besi. Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin.

Kurangnya zat besi dalam tubuh bisa disebabkan karena banyak hal. Kurangnya zat besi pada

orang dewasa hampir selalu disebabkan karena perdarahan menahun, berulang-ulang yang

bisa berasal dari semua bagian tubuh (Soebroto, 2010).

b. Anemia Defisiensi Vitamin C

Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin C yang berat dalam jangka waktu

lama. Penyebab kekurangan vitamin C adalah kurangnya asupan vitamin C dalam makanan

sehari-hari. Vitamin C banyak ditemukan pada cabai hijau, jeruk, lemon, strawberry, tomat,

brokoli, lobak hijau, dan sayuran hijau lainnya, serta semangka. Salah satu fungsi vitamin C

adalah membantu penyerapan zat besi, sehingga jika terjadi kekurangan vitamin C, maka

jumlah zat besi yang diserap akan berkurang dan bisa terjadi anemia (Soebroto, 2010).

c           c. Anemia Makrositik

Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12 atau asam folat yang diperlukan

dalam proses pembentukan dan pematangan sel darah merah, granulosit, dan platelet.

Kekurangan vitamin B12 dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya adalah karena

kegagalan usus untuk menyerap vitamin B12 dengan optimal (Soebroto, 2010).

Page 3: Anemia soca

d          d.  Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan lebih cepat dari normal.

Penyebabnya kemungkinan karena keturunan atau karena salah satu dari beberapa penyakit,

termasuk leukemia dan kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak normal, gangguan kekebalan,

dan hipertensi berat (Soebroto, 2010).

e           e. Anemia Sel Sabit

Yaitu suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk

sabit,    kaku, dan anemia hemolitik kronik (Soebroto, 2010). Anemia sel sabit merupakan

penyakit genetik yang resesif, artinya seseorang harus mewarisi dua gen pembawa penyakit

ini dari kedua orang tuanya. Gejala utama penderita anemia sel sabit adalah:

1)      Kurang energi dan sesak nafas

2)      Mengalami penyakit kuning (kulit dan mata berwarna kuning)

3)      Serangan sakit akut pada tulang dada atau daerah perut akibat

tersumbatnya pembuluh darah kapiler.

f                f.  Anemia Aplastik

Terjadi apabila sumsum tulang terganggu, dimana sumsum merupakan tempat pembuatan

sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), maupun trombosit (Soebroto, 2010).

g            Anemia Penyakit Kronik

Anemia ini disebabkan oleh penyakit kronis tertentu, contohnya kanker dan HIV/AIDS.

Dapat mempengaruhi produksi sel darah merah, menghasilkan anemia kronis. Gagal

ginjal juga dapat menyebabkan anemia.

4. Jenis Virus atau Bakteri Penyebab Anemia.

  Penyakit anemia tidak hanya disebabkan kekurangan hemoglobin ataupun zat besi,

namun juga bisa dikarenakan adanya jamur, cacing , bakteri, parasit atau peradangan di usus.

Di sisi lain, adanya penyakit kronik, seperti kecacingan, thalesimia, kanker, ginjal kronik,

hati, TBC, lupus, diare akut, gastritis esinofilik, bahkan HIV/ AIDS.

Cacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius. Penyakit ini dapat

mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya tumbuh

kembang anak, karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh, misalnya

protein, karbohidrat dan zat besi yang dapat menyebabkan anemia. Cacing penyebab panyakit

Page 4: Anemia soca

anemia terdiri dari Cacing gelang (Ascaris lumbricoides), Cacing cambuk (Trichuris

trichiura), Cacing kremi (Enterobius vermicularis atau Oxyuris vermicularis), Cacing

tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), Tremadota.

Kanker dapat menimbulkan anemia karena kanker meyebabkan umur sel darah merah

menjadi lebih pendek, menyebabkan hormon pembentuk eritrosit berkurang. Selain itu, sel –

sel kanker berkumpul di sum – sum tulang meyebabkan gangguan pembentukan sel darah

baru. Obat – obat kemoterapi juga memicu anemia karena membunuh sel – se darah muda

dan mengganggu kerja hormon pembentuk sel darah merah.

Penyakit anemia tidak secara langsung diakibatkan oleh virus atau bakteri, namun

keberadaan virus atau bakteri dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan gangguan

pada produksi sel darah merah. Seperti adanya virus HIV pada penyakit AIDS, bakteri

Tuberculosis pada TBC serta rotavirus, norwalk, adenovirus, bakteri Escherichia

coli, Salmonella sp., Shigella sp., Vibrio cholerae, Clostridium difficile pada penyakit diare

akut.

5.     Jalur Masuk Anemia ke Tubuh Pasien anemia mempunyai pengurangan massa sel darah merah yang berarti dan

berhubungan dengan penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen. Dalam keadaan

normal, volume darah dipertahankan pada suatu tingkat yang hampir konstan. Karenanya,

anemia mengakibatkan penurunan konsentrasi sel-sel darah atau hemoglobin di dalam darah

tepi. (H, Ahmad. 1995. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta: EGC).

Anemia merupakan ketidakmampuan sumsum tulang membuat sel darah merah. Suatu

keadaan langka yang penyebabnya tidak diketahui pada sebagian besar kasus, kendati dapat

terjadi akibat penggunaan obat tertentu. (Weller, Barbara F. 1997. Kamus Saku Perawat Edisi

22. Jakarta: EGC).

Jalur masuknya penyakit anemia ke dalam tubuh dapat melalui jalur pencernaan,

pernapasan dan peredaran darah. Melalui jalur pencernaan yakni seringnya mengkonsumsi

makanan yang tidak steril, rendah zat besi serta keracunan makanan ataupun zat – zat beracun

seperti timbak (Pb). Di sisi lain, tangan yang tidak bersih sering kali digunakan untuk makan

hingga menjadi kecacingan.

Menurut Tarwoto, dkk (2010) adalah Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk

remaja putri) lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang kandungan zat besinya

sedikit, dibandingkan dengan makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat besi tidak

terpenuhi . Selain itu, Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga membatasi

asupan makanan . Padahal setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang diekskresi,

Page 5: Anemia soca

khusunya melalui feses (tinja). Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana

kehilangan zat besi ±1,3 mg per hari, sehingga kebutuhan zat besi lebih banyak dari pada

pria.

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya gejala anemia timbul karena

dua hal yakni Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa

oleh darah kejaringan dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap Anemia.

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), Anemia Gizi Besi dapat terjadi karena a.)

Kandungan zat besi dari makanan yang di konsumsi tidak mencukupi kebutuhan. Makanan

yang kaya akan kandungan zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan,

daging, hati, ayam). Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau tua,

yang walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh

usus.

b.) Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi. Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak

dan remaja, kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat tajam. Pada masa hamil kebutuhan zat

besi meningkat karena zat besi diperlukan untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan

ibu sendiri. Pada penderita menahun seperti TBC.

c.) Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. Perdarahan atau kehilangan darah dapat

menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita Kecacingan (terutama cacing tambang),

infeksi cacing tambang menyebabkan perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi

terjadi terus menerus yang mengakibatkan hilangnya darah atau zat besi. Malaria pada

penderita Anemia Gizi Besi, dapat memperberat keadaan anemianya, serta kehilangan darah

pada waktu haid berarti mengeluarkan zat besi yang ada dalam darah.

6.     Etiologi ( Penyebab ) Anemia 1.    Karena cacat sel darah merah

Sel darah merah mempunyai komponen penyusun yang banyak sekali. Tiap-tiap

komponen ini bila mengalami cacat atau kelainan, akan menimbulkan masalah bagi sel darah

merah sendiri, sehingga sel ini tidak berfungsi sebagai mana mestinya dan dengan cepat

mengalami penuaan dan segera dihancurkan. Pada umumnya cacat yang dialami sel darah

merah menyangkut senyawa-senyawa protein yang menyusunnya. Oleh karena kelainan ini

menyangkut protein, sedangkan sintesis protein dikendalikan oleh gen di DNA.

2.    Karena kekurangan zat gizi

Page 6: Anemia soca

Anemia jenis ini merupakan salah satu anemia yang disebabkan oleh faktor luar tubuh,

yaitu kekurangan salah satu zat gizi. Anemia karena kelainan dalamsel darah merah

disebabkan oleh faktor konstitutif yang menyusun sel tersebut. Anemia jenis ini tidak dapat

diobati, yang dapat dilakukan adalah hanya memperpanjang usia Sel darah merah sehingga

mendekati umur yang seharusnya, mengurangi beratnya gejala atau bahkan hanya

mengurangi penyulit yang terjadi.

3.    Karena perdarahan

Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah Sel

darah merah dalam darah, sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan besar dan

dalam waktu singkat ini secara nisbi jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi karena

kecelakaan dan bahaya yang diakibatkannya langsung disadari. Akibatnya, segala usaha akan

dilakukan untuk mencegah perdarahan dan kalau mungkin mengembalikan jumlah darah ke

keadaan semula, misalnya dengan tranfusi.

4.    Karena otoimun

Dalam keadaan tertentu, sistem imun tubuh dapat mengenali dan menghancurkan bagian-

bagian tubuh yang biasanya tidak dihancurkan. Keadaan ini sebanarnya tidak seharusnya

terjadi dalam jumlah besar. Bila hal tersebut terjadi terhadap Sel darah merah , umur Sel

darah merah akan memendek karena dengan cepat dihancurkan oleh sistem imun. 

7.        Diagnosis (gejala atau tanda-tanda) Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah:

1.        kelelahan, lemah, pucat, dan kurang bergairah

2.        sakit kepala, dan mudah marah

3.        tidak mampu berkonsentrasi, dan rentan terhadap infeksi

4.        asimtomatik 

   Tanpa gejala nyata dari suatu penyakit. Penyakit asimptomatik mungkin tidak akan

ditemukan  sampai pasien melakukan tes medikal (sinar X atau investigasi lainnya).Beberapa

penyakit tetap tidak diketahui gejalanya untuk waktu yang panjang, termasuk anemia. Jika

pasien asimptomatik, jalan pencegahan harus ditempuh. Jika hal tersebut tidak segera di

lakukan maka akan terjadi tingkat keparahan terutama bila anemia terjadi dalam waktu yang

lama.

5.        Letargi 

Page 7: Anemia soca

       Letargi adalah suatu keadaan di mana terjadi penurunan kesadaran dan pemusatan

perhatian serta kesiagaan. Kondisi ini juga seringkali dipakai untuk menggambarkan saat

seseorang tertidur lelap, dapat dibangunkan sebentar namun kesadaran yang ada tidak penuh,

dan berakhir dengan tertidur kembali. Pada saat mengalami letargi, penderita mungkin akan

mengalami kebingungnan yang disertai dengan mengigau, tetapi masih mempunyai sedikit

kemampuan untuk berkomunikasi.

1.        Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia lain yaitu:

a.)    Koilorikia : kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan cekung sehingga menjadi

sendok.

b.)    Atrofi papilla lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah

menghilang.

c.)    Stomatitis angularis : adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak pada bercak

berwarna pucat keputihan. 

Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi

kapiler mempengaruhi warna kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang

dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta konjungtiva

dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.

Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang

meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (sakit

dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena

iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongesif sebab

otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja

jantung yang meningkat. Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu

melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit

kepala, pusing, kelemahan dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan

berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul

gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala

ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan mulut).

Cara Mendiagnosis Anemia Dalam mendiagnosis anemia tidak hanya berdasarkan gejala-gejala yang dikeluhkan

pasien, namun juga dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter. Dokter memerlukan

Page 8: Anemia soca

tes laboratorium, uji laboratorium yang paling baik untuk mendiagnosis anemia meliputi

pengukuran hematokrit atau kadar hemoglobin (Hb). Anemia dapat didiagnosis dengan pasti

kalau kadar Hb lebih rendah dari batas normal, berdasarkan kelompok umur dan jenis

kelamin (Soebroto, 2010).

Pemeriksaan Anemia yang sering dilakukan yaitu :

a.)    Metode Sahli

Metode sahli merupakan satu cara penetapan hemoglobin secara visual. Darah diencerkan

dengan larutan HCl sehingga hemoglobin berubah menjadi hematin asam.

b.)    Hemometer Digital

Metode Hemometer Digital merupakan satu cara penetapan hemoglobin menggunakan

alat bantu digital yang akurat, lebih cepat dan simpel.

8.         Tubuh Beraksi Terhadap Penyakit Anemia Kesimpulan apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah

merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan

dasar:

1.    Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;

2.    Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya,

seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

Page 9: Anemia soca

Pengaruh Anemia pada Struktur Jantung

Seperti yang telah diketahui bahwa anemia didefinisikan oleh WHO sebagai keadaan

kadar hemoglobin dalam darah < 13 g/dL pada pria atau < 12 g/dL pada wanita. Oksigen di

dalam darah berikatan dengan hemoglobin, dan dibawa ke seluruh tubuh tentunya melalui

peredaran darah. Dengan kata lain bila kadar hemoglobin dalam darah berkurang maka kadar

oksigen dalam darah pun akan berkurang karena oksigen kehilangan “transportasi”nya untuk

diedarkan ke seluruh tubuh.

Tubuh akan merespon yaitu melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan jumlah

darah yang beredar dengan cara meningkatkan kerja jantung. Bila hal ini berlangsung terus

menerus dalam jangka waktu yang lama maka jantung kita akan mengalami perubahan

bentuk berupa pembesaran otot jantung (hipertrofi) karena dipakai berlebihan. Namun,hal ini

berakibat buruk pada jantung, masa kompensasi ini juga ada waktunya sampai di mana

jantung kita tidak dapat lagi berkompensasi dan mengalami yang kita sebut gagal jantung.

9.      Patofisologis AnemiaAnemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin

(Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke

seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang.

Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari

2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang

memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki

(Sjaifoellah, 1998).

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam

tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang

dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta

perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas

pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah

mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini,

bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat

pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang

tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke

atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).\

Page 10: Anemia soca

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah

merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan

nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.

Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat

akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang

menyebabkan destruksi sel darah merah.

 

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system

retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin

yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)

segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl,

kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan

hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila

konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk

hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus

ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), dampak anemia pada remaja putri ialah

Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi

Page 11: Anemia soca

badan tidak mencapai optimal, menurunkan kemampuan fisik olahragawati serta

mengakibatkan muka pucat.

Menurut Reksodiputro (2004) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010), komplikasi dari

anemia yaitu: Gagal jantung kongesif; Parestesia; Konfusi kanker; Penyakit ginjal; Gondok;

Gangguan pembentukan heme; Penyakit infeksi kuman; Thalasemia; Kelainan jantung;

Rematoid; Meningitis; Gangguan sistem imun.

Menurut Moore (1997) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010) dampak anemia pada

remaja adalah menurunnya produktivitas ataupun kemampuan akademis di sekolah, karena

tidak adanya gairah belajar dan konsentrasi, mengganggu pertumbuhan di mana tinggi dan

berat badan menjadi tidak sempurna, daya tahan tubuh akan menurun sehingga mudah

terserang penyakit, serta menurunnya produksi energi dan akumulasi laktat dalam otot.

10. Cara Pencegahan Anemia

Menurut Tarwoto, dkk (2010), upaya-upaya untuk mencegah anemia, antara lain sebagai

berikut:

a.) Makan makanan yang mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati,

dan telur); dan dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan, dan

tempe).

b.) Banyak makan makanan sumber vitamin c yang bermanfaat untuk meningkatkan

penyerapan zat besi, misalnya: jambu, jeruk, tomat, dan nanas.

c.) Minum 1 tablet penambah darah setiap hari, khususnya saat mengalami haid.

d.) Bila merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasikan ke dokter untuk

dicari penyebabnya dan diberikan pengobatan.

Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), mencegah anemia dengan:

a.       Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging,

ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-

kacangan, tempe).

b.      Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk,

daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk

meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus

c.       Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD).

Page 12: Anemia soca

Menurut Lubis (2008) dalam referensi kesehatan.html, tindakan penting yang dilakukan

untuk mencegah kekurangan besi antara lain:

a.)       Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup secara

rutin pada usia remaja.

b.)      Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan laut

disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk meningkatkan

absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es, minuman ringan

yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.

c.)       Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan prevalensi

tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.

d.)      Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama susu,

kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung

phosphate dan kalsium.

e.)       Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan untuk

skrining anemia defisiensi besi.

Menurut De Maeyer (1995) yang dikutip oleh Tarwoto, dkk (2010), pencegahan adanya

anemia defisiensi zat besi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan dasar yaitu sebagai

berikut:

a.)    Memperkaya makanana pokok dengan zat besi, seperti: hati, sayuran berwarna hijau dan

kacang-kacangan. Zat besi dapat membantu pembentukan hemoglobin (sel darah merah)

yang baru

b.)    Pemberian suplemen zat besi. Pada saat ini pemerintah mempunyai Program

Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri, untuk mencegah dan

menanggulangi masalah Anemia gizi besi melalui suplementasi zat besi

c.)    Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran makanan siap saji

(fast food) dapat mempengaruhi pola makan remaja. Makanan siap saji umumnya rendah zat

besi, kalsium, riboflavin, vitamin A, dan asam folat. Makanan siap saji mengandung lemak

jenuh, kolesterol dan natrium yang tinggi.

Page 13: Anemia soca

2.4.Pengobatan Anemia

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada setiap kasus anemia perlu diperhatikan

prinsip-prinsip sebagai berikut ini :

a.)    Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.

b.)    Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien.

Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah:

1.      Terapi gawat darurat

Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung, maka harus segera

diberikan terapi darurat dengan transfusi sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk

mencegah perburukan payah jantung tersebut.

2.      Terapi khas untuk masing-masing anemia

Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi untuk

anemia defisiensi besi.

3.      Terapi kausal

Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi penyebab

anemia. Misalnya, anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang harus

diberikan obat anti-cacing tambang.

4.      Terapi ex-juvantivus (empiris)

Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan, jika terapi ini

berhasil, berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas

diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini, penderita harus diawasi dengan

ketat. Jika terdapat respons yang baik, terapi diteruskan, tetapi jika tidak terdapat respons,

maka harus dilakukan evaluasi kembali.

Menurut Yayan Ahyar Israr (2008) Setelah diagnosis ditegakan maka dibuat rencana

pemberian terapi, terapi terhadap anemia difesiensi besi dapat berupa :

a.)     Terapi kausal: tergantung penyebabnya, misalnya, pengobatan cacing tambang, pengobatan

hemoroid, pengobatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia

akan kambuh kembali.

b.)     Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh

1.      Besi per oral merupakan obat pilihan pertama karena efektif, murah, dan aman. preparat

yang tersedia, yaitu:

a.       Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan efektif). Dosis: 3 x

200 mg.

Page 14: Anemia soca

b.      Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate, harga lebih

mahal, tetepi efektivitas dan efek samping hampir sama.

2.      Besi parenteral

Efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih mahal. Indikasi, yaitu :

a.       Intoleransi oral berat

b.      Kepatuhan berobat kurang

c.       Kolitis ulserativa

d.      Perlu peningkatan Hb secara cepat (misal preoperasi, hamil trimester akhir).

c.)     Penatalaksanaan yang juga dapat dilakukan

1.      Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik

yang sesuai.

2.      Pemberian preparat Fe : Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis

4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan.

Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.

3.      Bedah : Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena

diverticulum Meckel.

4.      Suportif : Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi yang

bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan).

Menurut Ahmad Syafiq, dkk (2008) screening diperlukan untuk mengidentifikasi

kelompok wanita yang harus diobati dalam mengurangi mordibitas anemia. CDC

menyarankan agar remaja putri dan wanita dewasa yang tidak hamil harus di-screening tiap

5-10 tahun melalui uji kesehatan, meskipun tidak ada faktor risiko anemia seperti perdarahan,

rendahnya intake Fe, dan sebagainya Namun, jika disertai adanya faktor risiko anemia, maka

screening harus dilakukan secara tahunan. Penderita anemia harus mengkonsumsi 60-120 mg

Fe per hari dan meningkatkan asupan makanan sumber Fe. Satu bulan kemudian harus

dilakukan screening ulang. Bila hasilnya menunjukkan peningkatan konsentrasi Hb minimal

1 g/dl atau hematokrit minimal 3%, pengobatan harus diteruskan sampai tiga bulan.

PENUTUP