r dahlia anemia

21
1 LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ANEMIA A. DEFINISI ANEMIA Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat terdapat keadaan tertentu di mana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. (Sudoyo Aru, dkk 2009). Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah) dan kadar haemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai dengan anemi yang ditandai warna kepucatan pada tubuh, terutama ektremitas. (Fida dan Maya, 2012). Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh (Price, 2007). B. ETIOLOGI ANEMIA Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena: 1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:

Upload: dzanihanaarizawa

Post on 05-Jan-2016

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: R Dahlia Anemia

1

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ANEMIA

A. DEFINISI ANEMIA

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung

eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan

oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat terdapat keadaan tertentu di mana ketiga

parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi,

perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak

cukup hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit

dasar yang menyebabkan anemia tersebut. (Sudoyo Aru, dkk 2009).

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit (sel darah merah) dan kadar

haemoglobin (Hb) dalam setiap millimeter kubik darah. Hampir semua gangguan

pada sistem peredaran darah disertai dengan anemi yang ditandai warna

kepucatan pada tubuh, terutama ektremitas. (Fida dan Maya, 2012).

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar

penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau

gangguan fungsi tubuh (Price, 2007).

B. ETIOLOGI ANEMIA

Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri (disease entity), tetapi

merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying disease). Pada

dasarnya anemia disebabkan oleh karena:

1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:

a. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi defisiensi Fe,

Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.

b. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient yang dapat

menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.

c. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu, sehingga dapat menimbulkan anemi

aplastik dan leukemia.

d. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.

2. Kehilangan darah:

a. Akut karena perdarahan atau trauma/kecelakaan yang terjadi secara

mendadak.

b. Kronis karena perdarahan sluran cerna atau menorhagia.

Page 2: R Dahlia Anemia

2

3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis).

4. Bahan baku untuk pembentuk eritrosit tidak ada. Bahan baku yang dimaksud

adalah protein, asam folat, vitamin B 12, dan mineral Fe.

C. KLASIFIKASI ANEMIA

1. Anemia defisiensi zat besi (Fe): kekurangan bahan baku pembuat sel darah.

Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang

bertambah.

2. Anemia megaloblastik: anemi yang terjadi karena kekurangan asam folat.

Disebut juga dengan anemi defisiensi asam folat. Disebabkan karena intake

yang kurang, gangguan penyerapan pada gastrointestinal, pemberian obat

ynag antagonis oleh asam folat.

3. Anemia pernisiosa: kekurangan vitamin B 12. Disebabkan karena intake yang

kurang, adanya kerusakan lambung sehingga lambung tidak dapat

mengeluarkan sekret yang berfungsi untuk absorpsi B 12.

4. Anemia pasca perdarahan: akibat perdarahan massif (perdarahan secara terus-

menerus dan dalam jumlah banyak) seperti kecelakaan, operasi dan persalinan

dengan perdarahan hebat yang dapat terjadi secara mendadak maupun

menahun.

5. Anemia aplastik: disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum

tulang (kerusakan sumsum tulang).

6. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena

faktor intrasel: thalasemia, hemoglobinopatie. Sedang faktor ekstrasel:

intoksikasi, infeksi–malaria, reaksi hemolitik transfusi darah. Anemia aplastik

disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan

sumsum tulang).

7. Anemia sickle cell: anemia yang terjadi karena sintesa Hb abnormal dan

mudah rusak, serta merupakan penyakit keturunan.

D. MANIFESTASI KLINIS ANEMIA

1. Manifestasi klinis yang paling sering muncul:

a. Pusing

b. Mudah berkunang-kunang

c. Lesu

d. Aktivitas menurun

e. Rasa mengantuk

Page 3: R Dahlia Anemia

3

f. Susah konsentrasi

g. Cepat lelah

h. Prestasi kerja fisik/pikiran menurun

2. Manifestasi khusus pada anemia:

a. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia

defisiensi besi

b. Ikterus, urine berwarna kuning tua/coklat, perut makin buncit pada anemia

hemolitik

c. Mudah infeksi pada anemia aplastik.

E. PATOFISIOLOGI ANEMIA

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang

dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau

kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang

melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,

masalahnya dapat diakibatkan efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan

ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa faktor diluar sel darah

merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik atau

dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil

samping proses ini, bilirubin, yang sedang terbentuk dalam fagosit akan

memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis)

segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya

1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan

oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak

mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar yakni hitung retikulosist

dalam darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan

cara pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsy, dan ada atau tidaknya

hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Page 4: R Dahlia Anemia

4

F. PATHWAY ANEMIA

(Sumber: Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &

NANDA NIC-NOC).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ANEMIA

1. Pemeriksaan darah lengkap: retikulosit (jumlah darah bervariasi dari 30% -

50%), leukositos (khususnya pada krisis vaso-oklusit) penurunan Hb/Ht dan

total SDM.

Kekurangan nutrisi

Kegagalan sumsum tulang

Anemia (Hb) ↓

Resistensi aliran darah perifer

Penurunan transport O2

Hipoksia

Ketidakefektifan perfusi jaringan

Perdarahan hemolisis (destruksi

sel darah merah)

Kehilangan sel darah merah

Pertahanan sekunder tidak adekuat

Resiko infeksi

Lemah, lesu

Intoleransi aktivitas

Gangguan fungsi otak

Intake nutrisi turunAnoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Deficit perawatan diri makan

Pusing

Nyeri akut

Page 5: R Dahlia Anemia

5

2. Pemeriksaan pewarnaan SDM: menunjukkan sabit sebagian atau lengkap, sel

bentuk bulan sabit.

3. Elektroforesis hemoglobin: mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin

abnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait.

H. PENATALAKSANAAN ANEMIA

Pada anemia defisiensi zat besi, folat, atau vitamin B12, maka cara yang dapat

dilakukan adalah mengonsumsi makanan yang mengandung zat tersebut. Untuk

diperhatikan:

1. Sumber zat besi adalah daging berwarna merah (sapi, kambing, domba),

buncis, sayuran hijau, telur, kacang-kacangan, sea food. Sumber folat adalah

buah segar, sayuran hijau, kembang kol, hati, ginjal, produk olahan susu.

Sebaiknya sayuran dikonsumsi mentah atau setengah matang. Sumber vitamin

B12 adalah daging dan produk olahan susu, daging, hati, ginjal, tiram, keju,

dan telur.

2. Mengonsumsi suplemen zat besi mungkin diperlukan dalam beberapa tahun

dengan mewaspadai efek sampingnya. Kelebihan zat besi mengakibatkan

kelelahan, muntah, diare, sakit kepala, mudah tersinggung, dan muncul

masalah pada persendian.

3. Vitamin C diperlukan untuk membantu penyerapan besi di dalam saluran

pencernaan, kecuali penderita gangguan pencernaan. Sebab vitamin C bisa

memperparah penderita gangguan pencernaan.

4. Hindari kafein, misalnya kopi atau teh dalam jumlah banyak, karena kafein

dapat mengganggu penyerapan besi di saluran pencernaan.

5. Hindari alkohol dan obat-obatan tertentu yang dapat mengakibatkan defisiensi

asam folat.

6. Jika Anda seorang vegetarian, konsultasikan kepada dokter atau ahli nutrisi

tentang diet untuk mencukupi kebutuhan vitamin B12. Mungkin diperlukan

suplemen untuk mencukupi kebutuhan tersebut.

7. Kekurangan vitamin B12 juga dapat disebabkan oleh infeksi parasit,

konsultasikan ke dokter untuk mengatasi infeksi tersebut.

Hubungi dokter bila:

a. Merasa kelelahan menetap, kesulitan bernapas, denyut nadi cepat (di atas

100 kali/menit), kulit menjadi pucat atau terdapat tanda lain terjadinya

anemia.

b. Periode menstruasi sangat mengganggu, atau terdapat penyakit perlukaan

saluran cerna (ulkus), hemoroid (wasir), atau kanker kolon (usus besar).

Page 6: R Dahlia Anemia

6

1. Penatalaksanaan medis

a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma

ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan

infus IV apa saja.

b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari.

Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.

c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan

infeksi sekunder, makanan dan istirahat.

2. Penatalaksanaan keperawatan

Pada dasarnya perawatan pasien anemia memerlukan perawatan tersendiri

dan perhatian lebih. Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan

nutrisi (pasien menderita anoreksia), risiko terjadi komplikasi akibat transfusi

yang berulang-ulang, gangguan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya

pengetahuan orang tua mengenai penyakit. Seperti pasien lain yang juga

menderita anoreksia bahkan hal itulah yang biasanya merupakan keluhan

orang tua yang utama, maka yang dijumpai adalah pasien dengan keadaan gizi

buruk dan pucat. Keadaan demikian jika tidak diatasi akan makin

memperburuk keadaan pasien. Perbaikan anoreksia hanya dengan cara

memperbaiki keadaan anemianya, yaitu dengan memberikan transfusi darah

disamping usaha memberikan makanan per oral yang cukup gizi tetapi tidak

boleh diberikan makanan yang mengandung zat besi seperti hati, atau sayuran

seperti kangkung, bayam atau makanan lain yang mengandung zat besi karena

di dalam tubuh pasien telah kelebihan zat besi. Dalam keadaan lemah sekali

pasien perlu disuapi dan dibujuk.

I. KOMPLIKASI ANEMIA

Merasa cepat lelah saat bekerja sehingga produktivitas juga menurun. Karena

jantung harus bekerja lebih keras untuk mengkompensasi kekurangan oksigen di

dalam darah akibat anemia, pada akhirnya dapat mengakibatkan serangan jantung

atau stroke. Jika anemia yang terjadi akibat defisiensi B12, secara bersamaan juga

bisa terjadi kerusakan saraf dan gangguan fungsi otak. Karena Vitamin B12 juga

dibutuhkan untuk kesehatan saraf dan fungsi otak.

Page 7: R Dahlia Anemia

7

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN ANEMIA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Identifikasi klien: nama klien, usia, jenis kelamin, agama, suku/ bangsa,

pendidikan, pekerjaan, dan alamat.

Anak yang mengalami defisiensi Fe biasanya berusia antara 6-24 bulan dan

pada masa pubertas. Pada usia tersebut kebutuhan Fe cukup tinggi, karena

digunakan untuk pertumbuhan yang terjadi relatif cepat dibandingkan dengan

periode pertumbuhan lainnya (Wong, 2003).

2. Identitas penanggung jawab

3. Keluhan utama dan riwayat kesehatan masa lalu

Keluhan utama: pada keluhan utama akan nampak semua yang dirasakan

klien pada saat itu seperti kelemahan, nafsu makan menurun, dan pucat.

4. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat kesehatan masa lalu akan memberikan

informasi kesehatan atau penyakit masa lalu yang pernah diderita.

5. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual

a. Aktivitas/ istirahat

Gejala: Keletihan/ kelemahan terus-menerus sepanjang hari.

b. Kebutuhan tidur lebih besar dan istirahat

Tanda: Gangguan gaya berjalan.

c. Sirkulasi

Gejala: Palpitasi atau nyeri.

Tanda: Tekanan darah menurun, nadi lemah, pernafasan lambat, warna

kulit pucat atau sianosis, konjungtiva pucat.

d. Eliminasi

Gejala: Sering berkemih, nokturia (berkemih malam hari).

e. Integritas ego

Gejala: Kuatir, takut.

Tanda: Ansietas, gelisah.

f. Makanan/cairan

Gejala: Nafsu makan menurun.

Tanda: Penurunan berat badan, turgor kulit buruk, tampak kulit dan

membran mukosa kering.

Page 8: R Dahlia Anemia

8

g. Hygiene

Gejala: Keletihan / kelemahan

Tanda: Penampilan tidak rapi.

h. Neurosensori

Gejala: Sakit kepala/pusing, gangguan penglihatan.

Tanda: Kelemahan otot, penurunan kekuatan otot.

i. Nyeri/kenyamanan

Gejala: Nyeri pada punggung, sakit kepala.

Tanda: Penurunan rentang gerak, gelisah.

j. Pernafasan

Gejala: Dispnea saat bekerja.

Tanda: Mengi

k. Keamanan

Gejala: Riwayat transfusi.

Tanda: Demam ringan, gangguan penglihatan.

l. Seksualitas

Gejala: Kehilangan libido.

6. Riwayat imunisasi

Jenis

vaksin

Dosis & Cara

pemberian

Jadwal

pemberian

Usia

pemberian

Tujuan pemberian

vaksin

BCG 0,05cc

IC pada daerah

insersio di

musculus

deltoideus

kanan

1 kali 0-11 bulan Untuk menimbulkan

kekebalan aktif

terhadap penyakit

TBC.

DPT 0,5cc

IM

3 kali 2-11 bulan Untuk mencegah

terjadinya penyakit

difteri, pertusis, dan

tetanus.

Polio 2 tetes

Diteteskan ke

mulut

4 kali 0-11 bulan Untuk mencegah

terjadinya penyakit

poliomyelitis,

Campak 0,5cc

SC di lengan

kiri atas

1 kali 9-11 bulan Untuk menghindari

agar tidak terkena

morbili.

Page 9: R Dahlia Anemia

9

Jenis

vaksin

Dosis & cara

pemberian

Jadwal

pemberian

Usia

pemberian

Tujuan pemberian

vaksin

Hepatiti

s B

IM pada paha

bagian luar

3 kali 0-11 bulan Untuk memberikan

kekebalan terhadap

penyakit hepatitis.

HiB 0,5cc

IM di paha kiri

atau kanan

3 kali 2-11 bulan Untuk mencegah

terjadinya penyakit

haemophilus

influenza tipe b.

7. Pengkajian Tumbuh-Kembang Anak Balita (1-3 tahun)

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Dalam

perkembangan anak terdapat masa kritis, di mana diperlukan

rangsangan/stimulasi yang  berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu

mendapat perhatian. Melalui Denver Development Stress Test  (DDST)

mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai

perkembangan anak balita yaitu :

a. Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial)

b. Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)

c. Language (bahasa)

d. Gross motor (perkembangan motorik kasar)

Ada juga yang membagi perkembangan balita ini menjadi 7 aspek

perkembangan, seperti pada buku petunjuk program BKB (Bina Keluarga dan

Balita) yaitu perkembangan:

a. Tingkah laku sosial

b. Menolong diri sendiri

c. Intelektual

d. Gerakan motorik halus

e. Komunikasi pasif

f. Komunikasi aktif

g. Gerakan motorik kasar.

Page 10: R Dahlia Anemia

10

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan konsentrasi

Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang kurang, anoreksia.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder

leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses metabolism yang terganggu.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan konsentrasi

Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

menunjukkan perfusi yang adekuat.

Kriteria hasil:

a. Tanda-tanda vital stabil

b. Membran mukosa berwarna merah muda

c. Pengisian kapiler

d. Haluaran urine adekuat.

NO. INTERVENSI RASIONAL

1. Ukur tanda-tanda vital,

observasi pengisian kapiler,

warna kulit/membrane mukosa,

dasar kuku.

Memberikan informasi tentang

keadekuatan perfusi jaringan dan

membantu kebutuhan intervensi.

2. Auskultasi bunyi napas. Dispnea, gemericik menunjukkan

CHF karena regangan jantung

lama/peningkatan kompensasi curah

jantung.

3. Observasi keluhan nyeri dada,

palpitasi.

Iskemia seluler mempengaruhi

jaringan miokardial/potensial resiko

infark.

4. Evaluasi respon verbal

melambat, agitasi, gangguan

memori, bingung.

Dapat mengindikasikan gangguan

perfusi serebral karena hipoksia.

5. Evaluasi keluhan dingin,

pertahankan suhu lingkungan

dan tubuh supaya tetap hangat.

Vasokonstriksi (ke organ vital)

menurunkan sirkulasi perifer.

Page 11: R Dahlia Anemia

11

NO. INTERVENSI RASIONAL

Kolaborasi:

6. Observasi hasil pemeriksaan

laboratorium darah lengkap.

Mengidentifikasi defisiensi dan

kebutuhan pengobatan/respons

terhadap terapi.

7. Berikan transfusi darah

lengkap/packed sesuai indikasi.

Meningkatkan jumlah sel pembawa

oksigen, memperbaiki defisiensi

untuk mengurangi resiko

perdarahan.

8. Berikan oksigen sesuai indikasi. Memaksimalkan transpor oksigen ke

jaringan.

9. Siapkan intervensi pembedahan

sesuai indikasi.

Transplantasi sumsum tulang

dilakukan pada kegagalan sumsum

tulang/ anemia aplastik.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang kurang, anoreksia.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu

mempertahankan berat badan yang stabil.

Kriteria hasil :

a. Asupan nutrisi adekuat

b. Berat badan normal

c. Nilai laboratorium dalam batas normal :

Albumin : 4 – 5,8 g/dL

Hb : 11 – 16 g/dL

Ht : 31 – 43 %

Trombosit : 150.000 – 400.000 µL

Eritrosit : 3,8 – 5,5 x 1012

NO. INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi dan catat masukan

makanan anak.

Mengawasi masukan kalori atau

kualitas kekurangan konsumsi

makanan.

2. Berikan makanan sedikit tapi

sering.

Makan sedikit dapat menurunkan

kelemahan dan meningkatkan asupan

nutrisi.

3. Observasi mual / muntah,

flatus.

Gejala GI menunjukkan efek anemia

(hipoksia) pada organ.

NO. INTERVENSI RASIONAL

Page 12: R Dahlia Anemia

12

4. Bantu anak melakukan oral

hygiene, gunakan sikat gigi

yang halus dan lakukan

penyikatan yang lembut.

Meningkatkan nafsu makan dan

pemasukan oral. Menurunkan

pertumbuhan bakteri, meminimalkan

kemungkinan infeksi. Teknik

perawatan mulut diperlukan bila

jaringan rapuh/lunak/perdarahan.

Kolaborasi:

5. Observasi pemeriksaan

laboratorium : Hb, Ht,

Eritrosit, Trombosit, Albumin.

Mengetahui efektivitas program

pengobatan, mengetahui sumber diet

nutrisi yang dibutuhkan.

6. Berikan diet halus rendah

serat, hindari makanan pedas

atau terlalu asam sesuai

indikasi.

Bila ada lesi oral, nyeri membatasi

tipe makanan yang dapat ditoleransi

anak.

7. Berikan suplemen nutrisi

misal: ensure, isocal.

Meningkatkan masukan protein dan

kalori.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder

leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infeksi tidak

terjadi.

Kriteria hasil :

a. Tanda – tanda vital dalam batas normal

b. Leukosit dalam batas normal

c. Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak.

NO

.

INTERVENSI RASSIONAL

1. Ukur tanda – tanda vital setiap

8 jam.

Demam mengindikasikan terjadinya

infeksi.

2. Tempatkan anak di ruang

isolasi bila memungkinkan dan

beri tahu keluarga supaya

menggunakan masker saat

berkunjung.

Mengurangi resiko penularan

mikroorganisme kepada anak.

3. Pertahankan teknik aseptik

pada setiap prosedur

perawatan.

Mencegah infeksi nosokomial.

Page 13: R Dahlia Anemia

13

NO

.

INTERVENSI RASIONAL

Kolaborasi:

4. Observasi hasil pemeriksaan

leukosit.

Leukositosis mengidentifikasikan

terjadinya infeksi dan leukositopenia

mengidentifikasikan penurunan daya

tahan tubuh dan beresiko untuk

terjadi infeksi.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses metabolisme yang terganggu.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak melaporkan

peningkatan toleransi aktivitas.

Kriteria hasil :

a. Tanda – tanda vital dalam batas normal

b. Anak bermain dan istirahat dengan tenang

c. Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan

d. Anak tidak menunjukkan tanda – tanda keletihan.

NO

.

INTERVENSI RASIONAL

1. Ukur tanda – tanda vital setiap

8 jam.

Manifestasi kardiopulmonal dari

upaya jantung dan paru untuk

membawa jumlah oksigen adekuat ke

jaringan.

2. Observasi adanya tanda – tanda

keletihan (takikardia, palpitasi,

dispnea, pusing, kunang –

kunang, lemas, postur loyo,

gerakan lambat dan tegang.

Membantu menentukan intervensi

yang tepat.

3. Bantu anak dalam aktivitas

diluar batas toleransi anak.

Mencegah kelelahan.

4. Berikan aktivitas bermain

pengalihan sesuai toleransi

anak.

Meningkatkan istirahat, mencegah

kebosanan dan menarik diri.

Page 14: R Dahlia Anemia

14

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan

klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah

intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana.

E. EVALUASI KEPERAWATAN

1. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat

2. Mempertahankan asupan nutrisi adekuat dan berat badan stabil

3. Infeksi tidak terjadi

4. Mengalami peningkatan toleransi aktivitas.

Page 15: R Dahlia Anemia

15

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Fitri Respati & Nasution, Nita, 2012, Buku Pintar Asuhan Keperawatan Bayi dan Balita, Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.

Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C.G, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi, 2013, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC, Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, (2002), Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3, Jakarta: EGC.

Wong, Donna L, 2003, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric, Jakarta: EGC.