laporan tutorial b blok 10
TRANSCRIPT
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 1/66
I. SKENARIO
Nyonya A, 45 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan demam, dan berat
badan (BB) turun sejak 6 minggu yang lalu. Keluhan ini disertai mengigil, berkeringat,
dan anorexia yang terus memburuk. Ia juga merasa nyeri punggung menetap sejak 4
minggu sebelum masuk rumah sakit. Selama ini ia sudah sering mengeluh sesak napas
jika berjalan cukup jauh, tetapi sesak semakin lama semakin berat. Saat masuk rumah
sakit BB telah turun 5 kg.
Sewaktu kecil ia menderita rheumatic fever dengan gejala pembengkakan sendi
dan demam sehingga harus dirawat (di rumah) selama 3 bulan.
Dokter yang memeriksa mengatakan bahwa Ny. A menderita endokarditis.
Pemeriksaan Fisik:
Vital sign: compos mentis, Nadi:90x/m, RR: 28x/m, TD: 130/80 mmHg, Suhu : 39 C
Pemeriksaan Spesifik:
Kepala & leher: normal
Thorax : - Perkusi: ukuran jantung normal
- Auskultasi: Murmur diastolik dengan nada rendah, pada dada kiri terdapat
suara pembukaan katup mitral yang keras (loud opening snap)
Pemeriksaan Penunjang:
Kultur darah: Streptococcus viridans
Echocardiography: stenosis mitral (pada apex jantung)
II. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Anorexia :Menurunnya atau hilangnya nafsu makan.
2. Rheumatic fever :Penyakit demam yang terjadi sebagai lanjutan
dari infeksi S. Hemolitik grup A.
1
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 2/66
3. Stenosis Mitral :Penyempitan ostium ventrikular sinistrum.
4. Murmur diastolik :Murmur yang terdengar selama periode
diastolik biasanya akibat regurgitasi katup
semilunaris atau gangguan aliran darah melalui
katup atrioventrikular.
5. Endokarditis :Perubahan peradangan proliferatif dan
eksodatif pada endokardium. (infeksi yang
serius pada salah satu dari keempat jantung
6. Compos mentis :Tingkat kesadaran yang mengatakan kejernihan
pikiran.
7. S. viridans :Bakteri golongan streptococcus A, yang
merupakan grup alfa-hemolitic, yang biasanya
terdapat dimulut. Bakteri ini juga dpt
menyebabkan terjadinya rheumatic fever.
8. Echocardiography :Perekaman posisi dan gerakan dinding jantung
atau struktur dalam jantung yang diperoleh dari
pancaran gelombang ultrasonik.
9. Kultur darah :Pembiakan mikroorganisme atau sel jaringan
hidup pada media darah.
10. Loud opening snap :Pembukaan katup mitral yang keras.
11. Nyeri :Pengalaman sensorik dan emosional yang
menyenangkan akibat jaringan, tidak kerusakan
baik aktual maupun potensial, atau yang
digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut.
III. IDENTIFIKASI MASALAH
2
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 3/66
No. Fakta Kesesuaian Concern
1. Nyonya A, 45 tahun, masuk rumah sakit dengan
keluhan demam, sesak napas, berat badan turun 5
kg sejak 6 minggu yang lalu, disertai mengigil,
berkeringat, dan anorexia yang terus memburuk
- ***
2. Ny. A merasa nyeri punggung menetap sejak 4
minggu sebelum masuk rumah sakit
- **
3. Selama ini Ny. A sering mengeluh sesak napas jika
berjalan cukup jauh, tetapi sesak semakin lama
semakin berat.- **
4. Sewaktu kecil Ny. A menderita rheumatic fever
dengan gejala pembengkakan sendi dan demam
sehingga harus dirawat dirumah selama 3 bulan- **
5. Pemeriksaan Fisik:
RR: 28x/m, TD: 130/80 mmHg, Suhu : 39 C
Pemeriksaan Spesifik:
Thorax : Auskultasi: Murmur diastolik dengan nada
rendah, pada dada kiri terdapat suara pembukaan
katup mitral yang keras (loud opening snap)
Pemeriksaan Penunjang:
Kultur darah: S. Viridans
Echocardiography: stenosis mitral (pada apex
jantung
- **
IV. ANALISIS MASALAH
3
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 4/66
1. Nyonya A, 45 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan demam, sesak
napas, berat badan turun 5 kg sejak 6 minggu yang lalu, disertai mengigil,
berkeringat, dan anorexia yang terus memburuk
a. Bagaimana mekanisme dari (berdasarkan skenario) :
1. Demam
Demam yang diderita oleh Ny. A termasuk golongan demam yang terjadi akibat
infeksi bakterial. Hal ini juga didukung dari hasil kultur darah yang menunjukkan
bahwa memang terdapat bakteri golongan Streptococcus viridans yang berada di dalam
tubuh Ny. A.
Bakteri yang masuk kedalam tubuh Ny. A akan di fagosit oleh sel fagosit sebagai
sistem imun non spesifik. Dalam kerjanya, monosit juga berinteraksi dengan sistem
komplemen dan sistem imun spesifik. Tahap pertama adalah adanya gerakan monosit ke
tempat infeksi sebagai respon terhadap berbagai faktor seperti produk bakteri dan faktor
biokimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen. Monosit akan menyerang bakteri
(memfagositosis) lalu akan terjadi pengaktifan makrofag.
Endotoksin atau eksotoksin yang dihasilkan bakteri akan menstimulasi makrofag
untuk melepaskan mediator proinflamasi seperti IL-1 dan TNF. Zat-zat inilah yang akan
merangsang hipothalamus untuk merangsang pengeluaran prostaglandin yang
berpengaruh terhadap peningkatan suhu tubuh. Akibatnya terjadilah demam.
Peningkatan suhu tubuh ini berperan penting karena pada suhu tubuh yang tinggi akan
menghambat pembelahan bakteri di tubuh pejamu.
2. Sesak napas
Darah dari atrium kiri sedikit masuk ke ventrikel kiri karena penyempitan katup
mitral tertampung dlm atrium kiri Tekanan atrium kiri meningkat kembali ke
paru-paru (peningkatan tekanan atrium kiri sewaktu melakukan aktivitas fisik
memperberat kongesti paru-paru) Pelebaran pembuluh darah pulmonalis
4
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 5/66
(vasodilatasi) Cairan dalam pembuluh darah keluar (Extravasasi) Memperbesar
jarak alveoli dengan kapiler
Pertukaran O2 & CO2 sulit
Sesak nafas.
3. Berat badan turun
Berat badan turun bisa disebabkan secara tidak langsung oleh anoreksia, selain itu
sebagai penyebab langsung adalah reaksi imunologis terhadap infeksi Streptococcus
viridians yang akan merangsang pembentukan jalur inflamasi oleh makrofag, makrofag
akan mengaktifkan sitokin. Sitokin akan mengaktifkan sistem melanokortin yang akan
menyebabkan anoreksia - berat badan turun.
4. Mengigil
Infeksi bakteri S. viridan merangsang pelepasan pirogen endogen yang dapat
meningkatkan thermostatic set point di hipotalamus yang memberi isyarat kepada
serabut saraf simpatis untuk menahan panas dengan vasokontriksi pembuluh darah dan
produksi panas dengan cara menggigil
5. Berkeringat
Pada temperature di atas 34 0C, pengaturan sirkulasi panas tidak cukup dengan
radiasi, dimana pada kondisi ini tubuh mendapat panas dari radiasi. mekanisme panas
yang dipakai dalam keadaan ini dengan cara penguapan (evaporasi). Gerakan kontraksi
pada kelenjar keringat, berfungsi secara periodic memompa tetesan cairan keringat dari
lumen permukaan kulit keringat merupakan mekanisme pendingin yang paling efektif.
6. Anorexia
5
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 6/66
Anorexia adalah menurunnya atau hilangnya nafsu makan. Asupan makanan
diatur lewat dua buah pusat di hipotalamus “pusat makan” di bagian lateral ( Nuklei
Hipotalamus Lateral / LHN ) dan “pusat rasa kenyang” di bagian ventromedial ( Nuklei
Ventromedial / VMN ). Pusat rasa kenyang menghambat pusat makan setelah seseorang
makan hingga timbul rasa kenyang. Anorexia umumnya terlihat pada penyakit traktus
gastrointestinal dan hepar. Namun dapat pula menjadi gambaran pada penyakit
ekstraintestinal. Nyeri kronik karena berbagai sebab dapat menimbulkan kehilangan
selera makan. Anorexia bisa terlihat mencolok pada penyakit jantung kongestif seperti
pada kasus Ny. A ini.
Pada penyakit kardiovaskular (dalam kasus Ny. A ini yaitu stenosis mitralis
yang mengakibatkan alirah darah ke seluruh tubuh berkurang karena aliran darah dari
atrium sinistrum ke ventrikulus sinistra tidak tercukupi), penurunan aliran darah ke GI
tract , dapat menyebabkan anorexia. Di sisi lain, penurunan aliran darah ke otak dan
sekitarnya dapat mengganggu pusat lapar dan kenyang, sehingga timbul anorexia.
b. Bagaimana interpretasi berat badan Ny. A yang turun 5 kg selama 6minggu?
Penurunan berat badan yang konsisten lebih dari 1kg/minggu tanpa melakukan
stress fisik seperti olahraga adalah sesuatu hal yang patologis (penyakit).
c. Bagaimana hubungan dari BB Ny. A turun dengan anorexia?
Anorexia adalah pengurangan asupan makanan yang terutama disebabkan oleh
hilangnya nafsu makan. Beberapa sitokin inflamasi yang mencakup TNF alfa, IL-6, IL-
1 beta dan suatu faktor pemicu proteolisis telah terbukti dapat menyebabkan anoreksia.
Sebagian besar sitokin inflamasi menyebabkan anoreksia melalui aktivasi sistem
melanokortin di hipothalamus. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya anoreksia.
6
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 7/66
Pada skenario dapat kita simpulkan bahwa anokresia pada Ny. A dapat
disebabkan oleh reaksi sitokin inflamasi akibat mikroorganisme yang masuk ke dalam
tubuh Ny. A.
2. Ny. A merasa nyeri punggung menetap sejak 4 minggu sebelum masuk
rumah sakit
a. Apa saja jenis-jenis nyeri?
Berdasarkan waktu :
• Akut : Penyebab biasanya diketahui, durasi singkat.
• Kronik : Penyebab seringkali tidak diketahui, durasi berlangsung
minimal 3-6 bulan setelah kelainan patologik asal sembuh. Berlangsung
melebihi batas waktu wajar penyembuhan.
Berdasarkan patofisiologi :
•
Fisiologik : Nyeri yang timbul akibat berbagai stimuli yang tidak menimbulkan kerusakan jaringan.
• Klinis
1. Nyeri nosiseptif : Nyeri yang timbul akibat berbagai stimuli yang
menimbulkan kerusakan jaringan (inflamasi).
• Somatik
• Visceral
•
Reffered pain2. Nyeri neuropatik : Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau
disfungsi primer pada sistem saraf.
• Perifer
• Sentral
• Psikogenik / idiopatik : Nyeri dimana faktor psikogenik dominan,
tanpa kerusakan jaringan dan sistem saraf sebagai penyebab.
7
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 8/66
b. Bagaimana patofisiologi nyeri punggung sesuai skenario?
Nyeri punggung yang dialami pada kasus ini berupa nyeri alih (reffered pain).
Nyeri jantung tidak dirasakan di jantung tetapi beralih ke bagian kulit (dermatom) yang
dipersarafi oleh saraf spinalis (somatik) yang sesuai,karena itu, daerah kulit yang
dipersarafi oleh lima saraf interkostalis teratas dan oleh saraf brachialis interkostal (T2)
akan terkena, pada jantung , dermatom yang memiliki kesesuaian dengan daerah
punggung adalah daerah C3-T5 kemungkinan nyeri punggung yang terjadi merupakan
representasi dari nyeri yang dirasakan di bagian jantung dan bermanifestasi pada
punggung dikarenakan daerah inervasi yang sama pada medulla spinalis.
c. Bagaimana hubungan nyeri punggung sejak 4 minggu yang lalu dengan
keluhan selama 6 minggu yang lalu?
Nyeri punggung pada Ny. A disebabkan oleh nyeri alih pada dermatom C3-T5
dimana dermatom ini juga mempersarafi daerah dada. Sesak nafas yang ada tidak harus
diawali dengan nyeri dada.
3. Selama ini Ny. A sering mengeluh sesak napas jika berjalan cukup jauh,
tetapi sesak semakin lama semakin berat.
a. Apa saja jenis jenis sesak napas?
a) Dyspnea (Sesak Nafas) akut
Sesak Nafas akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum
8
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 9/66
kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya penyakit
pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau trauma dada.
b) Dyspnea (Sesak Nafas) kronis
Sesak Nafas kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara.
Gejala lain mirip sesak napas :
a) Tacypnea, adalah frekuensi pernapasan yang cepat, lebih cepat dari
pernapasan normal yang dapat muncul dengan atau tanpa dispenia
b) Hiperventilasi adalah ventilasi yang lebih besar daripada jumlah yang
dibutuhkan untuk mempertahankan pengeluaran karbon dioksida normal
c) Ortopnea, adalah napas pendek yang terjadi pada posisi berbaring dan
biasanya keadaan diperjelas dengan penambahan sejumlah bantal atau
penambahan sudut untuk mencegah perasaan tersebut.
b. Apa saja faktor resiko sesak napas?
• Demam : karena peningkatan 1 derajat nilai normal maka akan
menyebabkan peningkatan BMR, dan meningkatnya kebutuhan oksigen
sebesar 20%.
• Usia : dapat terjadi disemua usia tergantung etiologinya
• Psikis : stress, depresi, marah
• Pekerjaan & lingkungan: paparan dengan alergen
• Aktivitas : aktivitas yg berlebihan/berat
• Riwayat alergi/genetik: misalnya :asma, alergi obat-obatan
9
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 10/66
c. Mengapa sesak napas semakin lama semakin berat?
Mekanisme sesak napas pada kasus Ny. A erat kaitannya degan stenosis mitral
yang dialaminya tersebut. Pada penderita stenosis mitral, katup mitral tidak membuka
sempurna pada saat pengisian darah dari atrium sinistrum ke ventrikulus sinister (fase
diastolik), akibatnya darah yang masuk ke ventirkulus sinister tidak tercukupi dan darah
tersebut banyak tertampung di atrium sinistrum. Darah yang tertampung di atrium
sinistrum akan menyebabkan tekanan atrium sinistrum meninggi menyebabkan darah
kembali ke paru-paru (karena tidak memberikan efek untuk mencukupi pengisian darah
ke ventrikulus sinister) dan menumpuk di paru-paru tersebut.
Darah yang menumpuk di paru-paru ini (disebut juga kongesti paru-paru)
menyebabkan pembuluh darah di paru-paru bervasodilatasi, namun tidak bertahan lama
sehingga darah keluar dari pembuluh darah (ekstravasasi) dan mengisi ruang antara
kapiler dan alveolus. Darah yang mengisi ruang ini akan menghambat proses pertukaran
O2 dan CO2 (difusi) yang menyebabkan terjadinya sesak napas. Sesak napas semakin
parah jika beraktifitas (berjalan jauh) dikarenakan peningkatan tekanan atrium sinistrum
oleh aktifitas tersebut sehingga darah akan lebih cepat terkumpul di paru-paru dan
menyebabkan sesak napas.
Sedangkan sesak napas semakin lama semakin berat dikarenakan tidak ada tata
laksana selama gejala untuk mengurangi atau menyembuhkan sesak napas ini sehingga
darah yang terkumpul di paru-paru semakin lama semakin banyak. Akibatnya dalam
kondisi istirahat atau aktifitas ringan maka sesak napas akan terjadi.
4. Sewaktu kecil Ny. A menderita rheumatic fever dengan gejala
pembengkakan sendi dan demam sehingga harus dirawat dirumah selama 3
bulan.
a. Jelaskan patogenesis rheumatic fever?
Hubungan patogenik antara infeksi saluran napas bagian atas oleh Streptococcus
β-hemolyticus grup A dengan demam reumatik masih belum jelas. Salah satu rintangan
terbesar dari usaha untuk memahami patogenesis demam reumatik dan penyakit jantung
10
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 11/66
reumatik adalah tidak terdapatnya binatang percobaan. Banyak teori dari demam
reumatikdan penyakit jantung reumatik yang telah diusulkan, namun hanya 2 yang
dapat dipertimbangkan yaitu the cytotoxicity theory dan teori imunologik.
The cytotoxicity theory berpendapat bahwa suatu toxin dari Streptococcus β-
hemolyticus grup A terlibat dalam patogenesis demam reumatik dan penyakit jantung
reumatik. Toksin ini akan beredar melalui pembuluh darah dan mempengaruhi sistem
tubuh lainnya. Streptococcus β-hemolyticus grup A memproduksi berbagai enzim yang
bersifat sitotoksik untuk sel jantung mamalia, seperti streptolisin O, yang mempunyai
efek sitotoksik langsung terhadap sel mamalia dalam kultur jaringan. Pendukung
terbanyak dari teori cytotoxicity berpusat pada enzim ini. Namun, salah satu masalah
utama dari hipotesis ini adalah ketidakmampuannya untuk menjelaskan periode laten
antara faringitis oleh Streptococcus β-hemolyticus grup A dengan onset dari demam
reumatik.
Teori imunologik menyatakan adanya suatu immune-mediated patogenesis untuk
demam reumatik dan penyakit jantung reumatik. Munculnya teori ini oleh karena
adanya persamaan manifestasi klinik dari demam reumatik dengan penyakit-penyakit
lain yang disebabkan oleh proses imunopatogenik dan adanya periode laten antara
infeksi Streptococcus β-hemolyticus grup A dengan demam reumatik.Teori ini
menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh sistem imun tubuh yang bertindak
tidak sesuai. Sel imun tubuh (antibody), yang dibuat secara spesifik untuk mengenali
dan menghancurksn agen penyebab penyakit yang memasuki tubuh – dalam hal ini,
Streptococcus β-hemolyticus grup A. Antibodi ini mampu mengenali bakteri ini karena
bakteri ini mengandung marker spesifik sebagai tanda pengenal yang disebut antigen.
Determinan antigenik antara komponen Streptococcus β-hemolyticus Grup A (protein
M, membran protoblas, karbohidrat dinding sel grup A, kapsul hialuronat) dan jaringan
spesifik mamalia (jantung, otak, persendian) serupa. Sebagai contoh, beberapa M
protein (M1, M5, M6, M19) berbagi epitop dengan tropomiosin dan miosin pada
manusia. Oleh karena adanya persamaan antara antigen Streptococcus β-hemolyticus
grup A dan antigen sel-sel tubuh tertentu, maka antibodi tersebut dapat salah mengenali
dan menyerang sel tubuh sendiri.
11
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 12/66
b. Hubungan rheumatic fever dengan diagnosis penyakit sekarang?
Reumatic fever merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik non supuratif yang
digolongkan pada kelainan vaskular kolagen atau jaringan ikat. Proses rematik ini
merupakan reaksi peradangan yang dapat menginfeksi banyak organ tubuh terutama
jantung. Reumatic Fever dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, tetapi
manifestasi akut dapat timbul kembali berulang – ulang, yang disebut dengan
kekambuan ( recurrent ). Dan biasanya setelah peradangan akibat infeksi kuman /
bakteri stretococcus, akan menimbulkan manifestasi klinik yang buruk seperti
endokarditis.
Manifestasi klinik penyakit ini akibat kuman streptococcus Grup – A beta
hemolyticus pada tonsilofaringitis dengan masa laten 1 – 3 minggu, berupa infeksi
saluran pernapasan. Rheumatic fever mampu menyebabkan katup – katup jantung
menjadi fibrosis, yang akan menimbulkan gangguan hermodinamik dengan penyakit
jantung yang kronis dan berat. Ketika katup jantung sudah mengalami kerusakan, akan bisa sekali menyebabkan bakteri yang mengikuti peredaran darah tersangkut dan
menetap di sana.
Terjadinya endokarditis karena menempelnya mikro organisme dari sirkulasi
darah pada permukaan endokardial, kemudian mengadakan multiplikasi, terutama pada
katup-katup yang telah cacat. penempelan bakteri-bakteri tersebut akan membentuk
koloni, dimana nutrisinya diambil dari darah. Adanya koloni bakteri tersebut
memudahkan terjadinya thrombosis, kejadian tersebut dipermudah oleh thromboplastin,
yang ditimbulkan oleh lekosit yang bereaksi dengan fibrin. Jaringan fibrin yang baru
akan menyelimuti koloni-koloni bakteri dan menyebabkan vegetasi bertambah.
Daerah endokardium yang sering terkena yaitu katup mitral, aorta. Vegetasi juga
terjadi pada tempat-tempat yang mengalami jet lessions, sehingga endothelnya menajdi
kasar dan terjadi fibrosis, selain itu terjadi juga turbulensi yang akan mengenai
endothelium. Bentuk vegetasi dapat kecil sampai besar, berwarna putih sampai coklat,
koloni dari mikroorganisme tercampur dengan platelet fibrin dimana disekelilingnya
12
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 13/66
akan terjadi reaksi radang. Bila keadaan berlanjut akan terjadi absces yang akan
mengenai otot jantung yang berdekatan, dan secara hematogen akan menyebar ke
seluruh otot jantung. Bila absces mengenai sistim konduksi akan menyebabkan arithmia
dengan segala manifestasi kliniknya.
Jaringan yang rusak tersebut akan membentuk luka dan histiocyt akan terkumpul
pada dasar 3 vegetasi. Sementara itu endothelium mulai menutupi permukaan dari sisi
peripher, proses ini akan berhasil bila mendapat terapi secara baik. Makrophage akan
memakan bakteri, kemudian fibroblast akan terbentuk diikuti pembentukan jaringan ikat
kolagen.
Pada jaringan baru akan terbentuk jaringan parut atau kadang-kadang terjadi
ruptur dari chordae tendinen, oto papillaris, septum ventrikel. Sehingga pada katup
menimbulkan bentuk katup yang abnormal, dan berpengaruh terahdap
fungsinya.Permukaan maupun bentuk katup yang abnormal/cacad ini akan
memudahkan terjadinya infeksi ulang. Vegetasi tersebut dapat terlepas dan
menimbulkan emboli diberbagai organ.
Pasen dengan endokarditis biasanya mempunyai titer antibodi terhadap
mikroorganisme penyebab, hal tersebut akan membentuk immune complexes, yang
menyebabkan gromerulonephritis, arthritis, dan berbagai macam manifestasi kelainan
mucocutaneus, juga vasculitis.
c. Jelaskan morfologi, sifat, patogenesis, dan klasifikasi dari bakteri
penyebab penyakit sekarang maupun penyakit rheumatic fever?
Family: Streptococcaceae
Genus:
–S pyogenes (Group A)
– S. agalactiae (Group B)
– S. equisimilis (Group C)
– S. faecalis (Group D)
– S. pneumoniae
– S. viridans
13
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 14/66
Sifat Umum:
Jenis: Gram Positif; bisa Gram Negatif (tua)
Bentuk: bulat – lonjong (coccus); φ =< 2 μm
Pembelahan sel satu arah berpasangan, rantai
Homofermentan (Lactic acid)
Klasifikasi klasik:
– Beta-hemolytic
– Alpha-hemolytic = Perubahan warna kehijauan
– Gamma-hemolytic = Non-hemolytic
GROUP A STREPTOCOCCI (S. PYOGENES)
Morfologi:
– φ 0.6 - 1 μm
– Dinding sel (+) M-Protein spesifik Kapsul
Fisiologi
– anaerobik fakultatif
– Homofermentan Lactic acid
– Tidak mampu sintesis beberapa asam Amino perlu media kaya
– 60 C, 30’ Kecuali: Group D
Sifat Pertumbuhan
pH 7.4-7.6; Suhu pertumbuhan 37º C
Media isolasi primer: (+) Darah;
Rendah O2Mengapa ?
– Oksidasi Intraseluler: Produksi H2O2
– Katalase (-) H2O2 menumpuk Toksik
– Darah (+) Katalase --? Meningkatkan pertumbuhan aerob
– Terlihat gambaran Beta-hemolisis
Pemeriksaan Laboratorium:
37 º C, 16-24 jam pada LAD (Lempeng Agar Darah)
– Koloni: Keruh keabuan
14
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 15/66
– Diameter: 0.5 mm
– Dikelilingi daerah Beta-hemolisis:(Meningkat jika ditanam di bawah permukaan atau
O2 tekanan rendah)
Peka terhadap bacitracin
(Tidak pada grup hemolitik beta yang lain)
Katalase Negative (pada Staphylococcus positif)
STRUKTUR ANTIGEN
KARBOHIDRAT
– Rebecca Lancefield (1933) klasifikasi serologik
– Antigen = DINDING SEL Polysakharida & asamTeikhoat
PROTEIN Group A Protein Ag permukaan (M, T)
– M Protein:
Asam, tahan panas
Peka tripsin; Tahan terhadap fagosit
Rusak oleh Protease pada pH dibawah 6.5
– T Protein:
Asam, rusak oleh pemanasan
Tahan terhadap Pepsin/Tripsin
Faktor keganasan
A. M-protein
B. Hemolisin
1. Streptolisin O (SLO)
Antigenik B-hemolitik; Rusak oleh oksigen; Toksik terhadap: SDM, SDP, sel otot
jantung.
2. Streptolisin S (SLS)
Non-antigenik; Rusak oleh oksigen; Litik terhadap : SDM, SDP.
3. Eksotoksin pirogenik (erythrogenic toxin)
- [++] pada group a streptococcus; Penyebab gejala kemerahan pada Scarlet fever;
Rusak oleh panas; Tahan terhadap: asam, alkali, pepsin
4. DNases
Penyakit klinis :
15
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 16/66
Infeksi streptococcus akut
– >> oleh streptococcus grup a
– >> faringitis, impetigo
– Menyebar lewat droplets & alat rumah tangga yang tercemar
– Contoh: faringitis, demam scarlet , impetigo, sepsis, puerperalis (childbed fever),
bronkhopnemonia.
Komplikasi infeksi Streptococcus akut
1. Demam rematik akut = Acute Rheumatic fever (ARF)
2. Glomerulonefritis akuta post Streptococcus
Demam rematik akut = Acute Rheumatic Fever (ARF)
2-3 minggu setelah infeksi
Arthritis, carditis, erythema marginatum
Kriteria Jones pada demam rematik akuta (ARF) jika: (+) 2 major atau 1 major + 2
minor.
Kriteria Mayor: * KARDITIS
* ARTHRITIS
* KHOREA
* ERITEMA MARGINATUM
* NODUL SUB-KUTAN
Kriteria Minor: * DEMAM
* ARTRALGIA
* C-REACTIVE PROT >>
* PERUBAHAN ECG
* PERNAH DEMAM RHEUMATIK
Patogenesis:
– Reaksi silang antar Antigen Streptococcus& sel jantung (Myosin)
16
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 17/66
– Efek toksin secara langsung
– Penembusan bakteri ke sel otot jantung
– Penimbunan Antigen dalam jaringan rusak
Streptococcus viridans
– Tidak bisa digolongkan berdasar antigen karbohhidrat
– Contoh:
S. Pneumonia; S. Mitior (mitis); S. Sanguis; S. Milleri; S. Mutans
– Penting pada pembentukan plak gigi
– Menghasilkan dextransucrase sukrose dekstran polimer tidak larut
d. Mekanisme pembengkakan sendi dan demam pada rheumatic fever?
Tanda-tanda demam reumatik biasanya timbul 2-3 minggu setelah infeksi
tenggorokan bermula. Saat inilah, muncul gejala-gejala akibat peradangan yang
disebabkan karena reaksi imunologis. Yang paling sering terjadi adalah peradangan
pada sendi. Sendi-sendi besar, terutama pada lutut, siku, pergelangan tangan dan
pergelangan kaki, akan membengkak, tampak kemerahan, terasahangat jika diraba dan
dirasakan sakit. Arthritis mencapai keparahan maksimum dalam 12-24 jam dan menetap
selama 2-6 hari (jarang lebih dari 4 minggu, tetapi pernah dilaporkan arthritis yang
bertahan sampai 44 hari) pada masing-masing tempat dan berpindah-pindah tetapi tidak
bertambah. Sehingga peradangan pada sendi ini disebut poliartritis migrans, artinya
radang pada banyak sendi yang berpindah-pindah.
Bakteri yang masuk ke rongga sendi berkembang dalam cairan sendi dan
sebagian akan mati akibat di fagositosis oleh synovial lining cells dan sebagian
membaentuk abses didalam membran sinovial. Bila bakteri mencapai sinovium melalui
aliran darah,maka kuman akan berkembang biak dan membentuk abses subsinovial
yang akhirnya pecah dan bakteri masuk ke rongga sendi.
5. Pemeriksaan fisik
RR: 28x/m, TD: 130/80 mmHg, Suhu : 39 C
17
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 18/66
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik
• RR: 28x/m,
Normal = 16 – 20 kali / menit
RR Nyonya A, termasuk dalam kategori tidak normal bisa disebut tacypneu,
yaitu frekuensi pernapasan yang cepat, lebih cepat dari pernapasan normal yang dapat
muncul dengan atau tanpa dispenia. Pernapasan cepat ini diakibatkan kerusakan katup –
katup jantung akibat infeksi bakteri yang menetap disana ( terkadang sampai
penimbunan nanah ataupun perforasi / perlubangan ) sehingga menyebabkan peningkatan kerja pernapasan guna memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
• TD: 130/80 mmHg
Tekanan darah Ny. A normal.
Borderline = 140/ 90 mmHg
b. Bagaimana mekanisme pemeriksaan fisik : RR
RR : 28 kali per menit artinya terjadi tacipnea.
Akibat dari stenosis mitral menyebabkan aliran darah dari atrium kiri ke
ventrikel kiri terhalang. Akibatnya terjadi penimbunan darah dalam atrium kiri
menyebabkan peningkatan yang progresif pada tekanan atrium kiri. Karena tekanan
atrium kiri meningkat, darah mulai tertimbun di pulmo. Digantikannya udara di pulmo
oleh darah dapat menyebabkan penurunan kapasitas vital, fisiologi restriktif dan
terperangkapnya udara akibat adanya cairan di alveoli. Akibatnya kerja pernapasan pun
meningkat . Peningkatan usaha tubuh dengan gerakan otot, sendi dan tendon untuk
mengembangkan pulmo akan disalurkan oleh proprioseptor ke medulla spinalis yang
menyebabkan sensasi dyspnea yang termanifestasikan dengan peningkatan frekuensi
pernapasan.
6. Pemeriksaan penunjang
18
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 19/66
a. Bagaimana interpretasi & mekanisme auskultasi tidak normal
Pada kasus Ny. A, didapatkan hasil pemeriksaan spesifik yaitu murmur
diastolik, artinya pada saat dilakukan auskultasi thorax pada Ny. A terdengar suara
bising jantung (murmur) pada fase diastolik dan pada dada kiri juga terdapat suara
pembukaan katup mitral yang keras (loud opening snap). Hal ini menandakan bahwa
telah terjadi kelainan pada katup mitral (pemisah antara atrium sinistrum dan
ventrikulus sinister) yaitu tidak membuka sempurna saat pengisian darah dari atrium
sinistrum ke ventrikulus sinister (fase diastolik). Kemungkinan penyakit yang
mengakibatkan murmur diastolik dan loud opening snap ini salah satunya adalah
stenosis mitral.
19
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 20/66
7. Pemeriksaan penunjang
Kultur darah: S.viridans
Echocardiography: stenosis mitral (pada apex jantung)
a. Bagaimana cara mengidentifikasi S. Viridans melalui kultur darah?
Kultur darah yang positif merupakan kriteria diagnostik utama dan memberikan
petunjuk sensitivitas antimikroba. Beberapa peneliti merekomendasikan kultur darah
diambil pada saat suhu tubuh tinggi. Dianjurkan pengambilan darah kultur 3 kali,
sekurang-kurangnya dengan interval 1 jam, dan tidak melalui jalr infus. Pemeriksaan
kultur darah terdiri atas satu botol untuk kuman aerob dan satu botol untuk kuman
anaerob dan diencerkan sekurang-kurangnya 1:5 dalam broth media. Minimal jumlah
darah yang diambil 5 ml, lebih baik 10 ml pada orang dewasa. Jika kondisi pasien tidak
akut, terapi antibiotika dapat ditunda 2-4 hari
Di dalam kultur darah, S. viridans tumbuhnya dapat sangat lambat, jika diduga
ada endokarditis perbenihan dibiarkan dieram selama 1-2 minggu baru dibuang. Kadar CO2 10% dapat mempercepat terjadinya hemolisis. Cakram basitrasin yang
mengandung 0.2 unit menghambat pertumbuhan streptococcus group A.
S.viridans termasuk golongan alfa-hemolitic atau non hemolytic. Jika termasuk
dalam beta-hemolitic , S.viridans yang ditanam pada kultur darah akan mereduksi
hemoglobin menjadi metaglobin yang akan menghasilkan pigmen hijau pada media,
sedangkan jika termasuk non hemolytic, pada media tidak terjadi hemolisis darah.
b. Bagaimana cara menginterpretasi echocardiography pada stenosis mitral?
20
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 21/66
Echocardiography adalah alat diagnostik di bidang kardiovaskular dengan
prinsip dasar gelombang suara frekuensi tinggi. Dengan transmisi gelombang suara,
diharapkan terjadi pantulan gelombang yang akan memberikan kontur yang sesuai
dengan jaringan yang memantulkan transmisi gelombang. Sehingga dengan alat ini akan
diperoleh kontur dinding pembuluh darah, ruang-ruang jantung, katup serta selaput
pembungkus jantung. Pencitraan akan tergambar dalam bentuk satu dimensi ( Motion
mode) dan 2 D.
Untuk stenosis mitral dengan echo kita dapat meilhat struktur katup, pliabilitas
dari daun katup, ukuran dari area katup, struktur dari aparatus subvalvular dan fungsi
ventrikel pun dapat ditentukan. Derajat berat ringannya stenosis mitral dapat ditentukandari gradien transmitral, area katup mitral serta besarnya tekanan pulmonal. Jika
ditemukan area mitral kurang dari 1,5 cm2 (stenosis sedang atau berat) pada echo perlu
dilakukan evaluasi lanjutan dan pencegahan terhadap kemungkinan endokarditis.
Pada Endokarditis akan didapatkan gambaran bentukan vegetasi di katup dan
adanya stenosis mitral. Deteksi ekokardiografi transtorakal atau trans esofageal dapat
dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis.
c. Bagaimana patofisiologi dari stenosis mitral?
Stenosis katup mitral merupakan penyempitan pada lubang katup mitral yang
akan menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri.
Kelainan struktur mitral ini menyebabkan angguan pembukaan sehingga timbul
gangguan pengisian ventrikel kiri saat diastol.
21
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 22/66
Penyempitan terjadi akibat demam reumatik yang nantinya akan menyebabkan
peradangan dan pembentukan nodul tipis di sepanjang garis penutupan katup. Proses ini
akan menimbulkan fibrosis dan penebalan katup, kalsifikasi fusi komisuran fusi serta
pemendekan korda atau kombinasinya. Keadaan ini akan menimbulkan distorsi dari
aparatus mitral yang normalmengcilnya area katup mitral menjadi seperti bentuk mulut
ikan ( fish mouth) atau lubang kancing ( button hole).
Dibagi atas : Reumatik (> 90% ) dan non reumatik. Sebagian terjadi pada usia <
20 tahun yang disebut ” Juvenile Mitral Stenosis ”
Stenosis mitral menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama
fase diastolik ventrikel untuk mempertahankan curah jantung, atrium kiri harus
menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melewati katup yang
sempit sehingga terjadi :
- Hipertrofi atrium kiri untuk meningkatkan kekuatan memompa darah
Dilatasi atrium kiri terjadi karena volume atrium kiri meningkat karena
ketidakmampuan atrium untuk mengosongkan diri secara normal. Kongesti ventrikel
pulmonalis akibat dari peningkatan tekanan dan volume atrium kiri yang dipantulkan
kebelakang pembuluh paru-paru sehingga tekanan dalam katup pulmonalis dan kapiler
meningkat, kongesti paru-paru tekanan dan atrium pulmonalis meningkat sebagai akibat
dari resistensi ventrikel pulmonalis yang meningkat. Hipertensi pulmonalis meningkat
resistensi ejeksi ventrikel kanan menuju arteria pulmonalis ventrikel kanan memberi
respon dengan hipertrofi.
- Curah jantung yang menetap.
Pada keadaan normal area katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm². Bila area
orifisium katup ini berkurang sampai 2 cm², maka diperlukan upaya aktif atrium kiri
berupa peningkatan tekanan atrium kiriagar aliran transmitral yang normal tetap terjadi.
Stenosis mitral yang kritis terjadi bila pembukaan katup berkurang hingga mencapai 1
cm². Pada tahap ini dibutuhkan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk
mempertahankan curah jantung yang normal (swain,2005). Derajat berat ringannya
stenosis mitral, selain berdasarkan gradien transmitral, dapat juga ditentukan oleh
22
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 23/66
luasnya area katup mitral, serta hubungan antara lamanya waktu antara penutupan katup
aorta dan opening snap. Berdasarkan luasnya area katup mitral derajat stenosis mitral
sebagai berikut :
1. Minimal : bila area > 25 cm²
2. Ringan : Bila area 1,4 – 2,5 cm²
3. Sedang : Bila area 1 – 1,4 cm²
4. Berat : Bila area < 1,0 cm²
5. Reaktif : Bila area < 1,0 cm²
Keluhan dan gejala stenosis mitral mulai akan muncul bila luas area katup
mitral menurun sampai seperdua normal ( <2-2,5 cm²).
Pada stenosis mitral yang ringan simptom yang muncul biasanya dicetuskan
oleh faktor yang meningkatkan kecepatan aliran atau curah jantung, atau menurunkan
periode pengisisan diastole, yang akan meningkatkan tekanan atrium kiri secara
dramatis.
8. Diagnosis dokter
Kultur darah: S. viridans
Echocardiography: stenosis mitral (pada apex jantung)
a. Bagaimana patogenesis endokarditis?
Terjadinya endokarditis karena menempelnya mikro organisme dari sirkulasi
darah pada permukaan endokardial, kemudian mengadakan multiplikasi, terutama pada
katup-katup yang telah cacad. Penempelan bakteri-bakteri tersebut akanmembentuk
koloni, dimana nutrisinya diambil dari darah. Adanya koloni bakteri tersebut
memudahkan terjadinya thrombosis, kejadian tersebut dipermudah oleh thromboplastin,
23
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 24/66
yang ditimbulkan oleh leukosit yang bereaksi dengan fibrin. Jaringan fibrin yang baru
akan menyelimuti koloni-koloni bakteri dan menyebabkan vegetasi bertambah. Daerah
endokardium yang sering terkena yaitu katup mitral, aorta. Vegetasi juga terjadi pada
tempat-tempat yang mengalami jet lessions, sehingga endothelnya menajdi kasar dan
terjadi fibrosis, selain itu terjadi juga turbulensi yang akan mengenai endothelium.
Bentuk vegetasi dapat kecil sampai besar, berwarna putih sampai coklat, koloni
dari mikroorganisme tercampur dengan platelet fibrin dimana disekelilingnya akan
terjadi reaksi radang. Bila keadaan berlanjut akan terjadi absces yang akan mengenai
otot jantung yang berdekatan, dan secara hematogen akan menyebar ke seluruh otot
jantung. Bila absces mengenai sistim konduksi akan menyebabkan arithmia dengan
segala manifestasi kliniknya. Jaringan yang rusak tersebut akan membentuk luka dan
histiocyt akan terkumpul pada dasar vegetasi. Sementara itu endothelium mulai
menutupi permukaan dari sisi peripher, proses ini akan berhasil bila mendapat terapi
secara baik. Makrophage akan memakan bakteri, kemudian fibroblast akan terbentuk
diikuti pembentukanjaringan ikat kolagen.
Pada jaringan baru akan terbentuk jaringan parut atau kadang-kadang terjadiruptur dari chordae tendineae, otot papillaris, septum ventrikel. Sehingga pada katup
menimbulkan bentuk katup yang abnormal, dan berpengaruh terahdap fungsinya.
Permukaan maupun bentuk katup yang abnormal/cacad ini akan memudahkan
terjadinya infeksi ulang. Vegetasi tersebut dapat terlepas dan menimbulkan emboli
diberbagai organ.
Pasien dengan endokarditis biasanya mempunyai titer antibodi terhadap
mikroorganisme penyebab. Hal tersebut akan membentuk immune complexes, yang
menyebabkan gromerulonephritis, arthritis, dan berbagai macam manifestasi kelainan
mucocutaneus, juga vasculitis.
b. Bagaimana prognosis endokarditis?
Bila keadaan berlanjut akan terjadi absces yang akan mengenai otot jantung yang
berdekatan, dan secara hematogen akan menyebar ke seluruh otot jantung. Bila absces
24
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 25/66
mengenai sistim konduksi akan menyebabkan arithmia dengan segala manifestasi
kliniknya. Jaringan yang rusak tersebut akan membentuk luka dan histiocyt akan
terkumpul pada dasar vegetasi. Sementara itu endothelium mulai menutupi permukaan
dari sisi peripher, proses ini akan berhasil bila mendapat terapi secara baik. Makrophage
akan memakan bakteri, kemudian fibroblast akan terbentuk diikuti pembentukan
jaringan ikat kolagen. Pada jaringan baru akan terbentuk jaringan parut atau kadang-
kadang terjadi ruptur dari chordae tendinen, oto papillaris, septum ventrikel. Sehingga
pada katup menimbulkan bentuk katup yang abnormal, dan berpengaruh terahdap
fungsinya. Permukaan maupun bentuk katup yang abnormal/cacad ini akan
memudahkan terjadinya infeksi ulang. Vegetasi tersebut dapat terlepas dan
menimbulkan emboli diberbagai organ.
Endokarditis mempunyai prognosis yang buruk bila:
- Bakteri penyebab non streptococcus
- Berkembang menjadi payah jantung
- Berkenanya katup aorta
- Infeksi pada katup tiruan
- Usia tua
- Terjadinya absces pada miokard
Dengan angka kematian berkisar 20 – 40%. Komplikasi endokarditis bakterialis
ke sistim saraf akan lebih memperburuk prognosenya, dengan angka kematiannya (41%
- 86%). Perdarahan otak, infark otak sering sebagai penyebab kematian.
c. Bagaimana tatalaksana endokarditis?
Pemberian obat yang sesuai dengan uji resistensi dipakai obat yang diperkirakan
sensitif terhadap mikroorganisme yang diduga. Bila penyebabnya streptococcus viridan
yang sensitif terhadpa penicillin G , diberikan dosis 2,4 - 6 juta unit per hari selama 4
minggu, parenteral untuk dua minggu, kemudian dapat diberikan parenteral / peroral
25
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 26/66
penicillin V karena efek sirnegis dengan streptomicin, dapat ditambah 0,5 gram tiap 12
jam untuk dua minggu . Kuman streptokokous fecalis (post operasi obs-gin) relatif
resisten terhadap penisilin sering kambuh dan resiko emboli lebih besar oleh karena itu
digunakan penisilin bersama dengan gentamisin yang merupakan obat pilihan. Dengan
dosis penisilin G 12 - 24 juta unit/hari,dan gentamisin 3 - 5 mg/kgBB dibagi dalam 2 - 3
dosis. Ampisilin dapat dipakai untuk pengganti penisilin G dengan dosis 6 - 12 gr/hari .
Lama pengobatan 4 minggu dan dianjurkan sampai 6 minggu. Bila kuman resisten
dapat dipakai sefalotin 1,5 gr tiap jam (IV) atau nafcilin 1,5 gr tiap 4 jam atau oksasilin
12 gr/hari atau vankomisin 0,5 gram/6 jam, eritromisin 0,5 gr/8 jam lama pemberian
obat adalah 4 minggu. Untuk kuman gram negatif diberikan obat golongan
aminoglikosid : gentamisin 5 - 7 mg/kgBB per hari, gentamisin sering dikombinsaikan
dengan sefalotin, sefazolia 2 - 4 gr/hari , ampisilin dan karbenisilin. Untuk penyebab
jamur dipakai amfoterisin B 0,5 - 1,2 mg/kgB per hari (IV) dan flucitosin 150 mg/Kg
BB per hari peroral dapat dipakai sendiri atua kombinasi. Infeksi yang terjadi katub
prostetik tidak dapat diatasi oleh obat biasa, biasanya memerlukan tindakan bedah.
Selain pengobatan dengan antibiotik penting sekali mengobati penyakit lain yang
menyertai seperti : gagal jantung. Juga keseimbangan elektrolit, dan intake yang cukup.
V. KETERKAITAN ANTAR MASALAH
26
- Ny. A, 45 tahun, masuk rumah sakit
dengan keluhan demam, sesak napas, berat
badan turun 5 kg sejak 6 minggu yang lalu,
disertai mengigil, berkeringat, dan anorexia
yang terus memburuk
- Dua minggu kemudian mengalami nyeri
menetap
Masuk Rumah Sakit
Rheumatic fever
(gejala
pembekakan
sendi & demam)
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 27/66
VI. LEARNING ISSUE
1. Streptococcus
2. Endokarditis Rheumatic fever
3. Anatomi jantung
4. Sesak napas
VII. SINTESIS MASALAH
1. STREPTOCOCCUS
DIVISI: Prokaryot
KELAS: Schyzomycetes
ORDO: Eubacteriales
FAMILI: Streptococcaceae
GENUS: Streptococcus
SPESIES:
– S pyogenes (Group A)
27
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan spesifik
Diagnosis dokter Ny. A
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 28/66
– S. agalactiae (Group B)
– S. equisimilis (Group C)
– S. faecalis (Group D)
– S. pneumoniae
– S. viridans
Morfologi dan identifikasi
Kuman berbentuk bulat atau bulat telur, kadang menyerupai batang, tersusun
berderet seperti rantai. Panjang rantai bervariasi dan sebagian besar ditentukan oleh
faktor lingkungan. Rantai akan lebih panjang pada media cair dibanding pada media
padat. Pada pertumbuhan tua atau kuman yang mati sifat gram positifnya akan hilang
dan menjadi gram negatif. Streptococcus terdiri dari kokus yang berdiameter 0,5-1 μm.
Dalam bentuk rantai yang khas, kokus agak memanjang pada arah sumbu rantai.
Streptococcus patogen jika ditanam dalam perbenihan cair atau padat yang cocok sering
membentuk rantai panjang yang terdiri dari 8 buah kokus atau lebih. Streptococcus yang
menimbulkan infeksi pada manusia adalah positif gram, tetapi varietas tertentu yang
diasingkan dari tinja manusia dan jaringan binatang ada yang negatif gram. Pada
perbenihan yang baru kuman ini positif gram, bila perbenihan telah berumur beberapa
hari dapat berubah menjadi negatif gram. Tidak membentuk spora, kecuali beberapa
strain yang hidupnya saprofitik. Geraknya negatif. Strain yang virulen membuat
selubung yang mengandung hyaluronic acid dan M type specific protein.
Sifat pertumbuhan
Umumnya streptococcus bersifat anaerob fakultatif, hanya beberapa jenis yang
bersifat anaerob obligat. Pada umumnya tekanan O2 harus dikurangi, kecuali untuk
enterokokus. Pada perbenihan biasa, pertumbuhannya kurang subur jika ke dalamnya
tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh
baik pada pH 7,4-7,6, suhu optimum untuk pertumbuhan
37oC, pertumbuhannya cepat berkurang pada 40oC.
28
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 29/66
Bacterial structure=
Fimbrae: attachment &adherence
M protein: major virulence factor
Hyaluronic acid capsule: prevents phagocytosis
Lipotechoic acid:bind epitel cell
Streptococcus membentuk 2 macam koloni, mucoid dan glossy. Yang dahulu
disebut matt , sebenarnya bentuk mucoid yang telah mengalami dehidrasi. Koloni
berbentuk mucoid dibentuk oleh kuman yang berselubung asam hialuronat. Tes katalasa
negatif untuk streptococcus, ini dapat membedakan dengan stafilokokus di mana tes
katalase positif. Juga streptococcus hemolyticus grup A sensitif pada cakram basitrasin
0,2 μg, sifat ini digunakan untuk membedakan dengan grup lainnya yang resisten
terhadap basitrasin. Hanya jenis dari lancefield grup B dan D yang koloninya
membentuk pigmen berwarna merah bata atau kuning.
http://www.digplanet.com/wiki/Streptococcus
Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini dibagi
dalam:
29
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 30/66
a.) hemolisis tipe alfa, membentuk warna kehijau-hijauan dan hemolisis sebagian di
sekeliling koloninya, bila disimpan dalam peti es zona yang paling luar akan berubah
menjadi tidak berwarna.
b.) Hemolisis tipe beta, membentuk zona bening di sekeliling koloninya, tak ada sel
darah merah yang masih utuh, zona tidak bertambah lebar setelah disimpan dalam peti
es.
c.) Hemolisis tipe gamma, tidak menyebabkan hemolisis.
Untuk membedakan hemolisis yang jelas sehingga mudah dibeda-bedakan maka
dipergunakan darah kuda atau kelinci dan media tidak boleh mengandung glukosa.
Streptococcus yang memberikan hemolisis tipe alfa juga disebut streptoccocus viridans.
Yang memberikan hemolisis tipe beta disebut streptococcus hemolyticus dan tipe
gamma sering disebut sebagai streptoccocus anhemolyticus.
Sifat-sifat streptococcus:
1. Pembuatan toxin.
Streptococcus mengeluarkan exotoxin, yang dapat diasingkan dari perbenihan
cair. Toxin-toxin yang dikeluarkan, ialah : haemolysin, leucocidin, erythrogenic
(scarlatical toxin), fibrinolysin. Fibrinolysin ini dapat menghancurkan fibrin manusia in
vitro. Erythogenic toxin ini digunakan sebagai diagnosticum, apakah seseorang sudah
immun atau belum, terhadap penyakit scarlatina (scarlet fever). Percobaan ini dikenal
dengan “DICK TEST”.
2. Pembagian streptococcus.
Penggolongan streptococcus ada beberapa cara :
A. Menurut Schotmuller.
B. Menurut Dubois.
C. Menurut Lancefields.
30
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 31/66
D. Menurut Griffith.
A. Menurut Schotmuller.
Pembagian ini berdasarkan pada agar-darah, apakah dapat/tidak merusak darah.
Pada umumnya klasifikasi menurut Schotmuller ini dipergunakan, terutama dalam
memberikan diagnosa streptococcus. Atas dasar pada agar darah, streptococcus dapat
dibagi atas 3 golongan :
1) Alpha streptococcus (hemodigesti).
Adalah streptococcus yang mencernakan eritrosit menjadi met-Hb (Hb diubah
menjadi met-Hb). Sekeliling koloni terbentuk gelanggang hijau, peristiwa ini disebut
juga alpha hemolyse. Golongan ini sangat toxis, contohnya streptococcus viridans
(=hijau).
2) Beta streptococcus (hemolyse).
Adalah golongan streptococcus yang menghemolysakan darah, sehingga Hb
keluar dari eritrosit. Sekeliling koloni terdapat gelanggang jernih. Golongan beta
streptooccus inipun pathogen. Contohnya streptococcus pyogenik.
3) Gamma streptococcus (anhemolyse).
Adalah golongan streptococcus yang tidak merusak atau menghemolysakan
darah pada agar darah. Golongan ini tidak pathogen. Contohnya : Enterococcus.
B. Menurut Dubois.
Streptococcus dibagi atas 4 golongan, yaitu :
1) Gol. Streptococcus viridans, yang menyebabkan hemodigesti pada agar darah.
2) Gol. Streptococcus hemolyse, menghemolysakan darah.
3) Gol. Streptococcus usus (enterococcus), adalah streptococcus yang terdapat
dalam usus, misalnya : Streptococcus fecalis.
31
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 32/66
4) Gol. Streptococcus susu, adalah streptococcus yang terdapat dalam susu,
menyebabkan susu menjadi asam (Streptococcus lactis).
C. Menurut Lancefields.
Pembagian menurut Lancefields berdasarkan atas presipitasi dan antisera.
Dengan mempergunakan antisera, terdapat beberapa golongan streptococcus.
Gol. A : Adalah golongan strep. yang menyebabkan beta hemolysis pada agar darah.
Type-type ini berasal atau terdapat pada manusia, yang sering menyebabkan infeksi.
Ditinjau dari sudut kedokteran golongan ini yang terpenting. Gol. A sama dengan gol.
Streptococcus pyogenes.
Gol. B : Adalaah golongan streptococcus yang beta dan gamma hemolytik. Beta
hemolytik megeluarkan S hemolysin, tetapi hemolysin yang dikeluarkannya kurang
daripada streptococcus gol. A. banyak terdapat pada susu lembu, yang menyebabkan
mastitis. Beberapa jenis terdapat pada vagina dan kerongkongan manusia dan dapat
menyebabkan infeksi puerperalis. Gol. B = Strep.agalactiae yang menyebabkan mastitis
pada lembu.
Gol. C : Golongan ini terutama terdapat pada hewan-hewan, tetapi dapat juga
menyebabkan sepsis-peuralis pada manusia. Dalam agar darah termasuk beta hemolyse,
mengeluarkan S hemolysin.
Gol. D : Terdapat pada feces dan vagina manusia dan juga pada keju. Pada agar
darah beta hemolytik dan mengeluarkan S hemolysin. Golongan ini = gol.enterococcus
pada klasifikasi Dubois.
Gol. F : Pada agar darah beta hemolytik, mengeluarkan S hemolysin. Dijumpai pada
infeksi-infeksi kerongkongan dan saluran pernapasan sebelah atas.
Gol. G : Mengeluarkan O dan S hemolysin. Sebagian besar rombongan ini hidupnya
komensal pada tubuh manusia (apathogen). Beberapa diantaranya dapat juga
menyebabkan infeksi.
32
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 33/66
Gol. E, H dan K : Pada umumnya komensal, tetapi sekali-sekali dapat menyebabkan
infeksi sekunder.
D. Menurut Griffith.
Pembagian streptococcus menurut Griffith, berdasarkan agglutinasi dan
agglutinasi-absorbsi. Griffith membagi streptococcus kira-kira 30 type. Perbedaan ini
berdasarkan adanya ”nucle-protein antigen” pada streptococcus. Atas dasar penetapan
type streptococcus menurut Griffith ini, dapat ditentukan sumber-sumber penyakit
scarlet fever atau menyelidiki orang-orang carier (pembawa kuman).
Patogenitas
Penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh streptococcus, antara lain :
› Luka-luka infeksi dan abses lokal.
› Erypsepelas (api luka, yaitu penyakit kulit yang akut, disertai demam dan
menular. Biasanya datangnya dari luka yang disebabkan oleh streptococcus
Fehleinsen).
› Lymphangitis (radang pembuluh getah bening).
› Lymphadenitis (radang kelenjar lympha).
› Septicaema (misalnya : puerperal septicaemia sesudah masa nifas).
› Pyaemia.
› Infeksi-infeksi sekunder, seperti :
- tonsillitis (radang amandel).
- otitis (radang telinga).
- Broncho-pneumoniae, laryngitis, meningitis.
› Endocarditis lenta (kerusakan klep jantung).
33
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 34/66
2. ENDOKARDITIS
A. Definisi
Endokarditis merupakan peradangan pada katup dan permukaan endotel jantung.
Endokarditis bisa bersifat endokarditis rematik dan endokarditis infeksi. Terjadinya
endokarditis rematik disebabkan langsung oleh demam rematik yang merupakan
penyakit sistemik karena infeksi streptococcus. Endokarditis infeksi (endokarditis
bakterial) adalah infeksi yang disebabkan oleh invasi langsung oleh bakteri atau
organisme lain, sehingga menyebabkan deformitas bilah katup. Infeksi biasanya terjadi
pada katup jantung, namun dapat juga terjadi pada lokasi defek septal, atau korda
tendinea atau endokardium mural.
B. Klasifikasi
I. Berdasarkan gambaran klinisnya, dibedakan menjadi 2 yaitu (Hersunarti, 2003):
- Endokarditis bacterial subakut, timbul dalam beberapa minggu atau bulan,
disebabkan oleh bakteri yang kurang ganas seperti Streptococcus viridans.
- Endokarditis bacterial akut, timbul dalam beberapa hari sampai minggu, tanda
klinis lebih berat. Sering disebabkan oleh bakteri yang ganas seperti Staphylococcus
aureus.
II. Berdasarkan jenis katup dan patogenesis terjadinya infeksi, endokarditis juga
dibedakan menjadi tiga yaitu (Hersunarti, 2003):
34
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 35/66
- Native valve endocarditis, pada katup jantung alami.
-
Prosthetic valve endocarditis, pada katup jantung buatan.
- Endokarditis pada penyalahguna narkoba intravena (intravenous drug abuse)
C. Etiologi
Walaupun banyak spesies bakteri dan fungi kadang dapat menyebabkan
endokarditis, hanya sedikit spesies bakteri yang menjadi penyebab dari sebagian besar
kasus endokarditis. Berbagai jenis bakteri yang berbeda menimbulkan gejala klinis yang
sedikit bervariasi pada endokarditis. Hal ini dikarenakan jalur masuk masing-masing
bakteri juga berbeda. Rongga mulut, kulit, dan saluran pernapasan atas adalah jalur
masuk primer bagi Streptococcus viridans, Staphylococcus, dan organisme HACEK
( Haemophyllus, Actinobacillus, Cardiobacterium, Eikenella, dan Kingella) yang
menyebabkan native valve endocarditis yang didapatkan dari
lingkungan. Streptococcus bovis berasal dari saluran cerna, dan entreroccus memasuki
aliran darah lewat traktus urogenital. Native valve endocarditis nosokomial merupakan
akibat bakteremia dari infeksi kateter intravascular, luka nosokomial dan infeksi traktus
urinarius, serta prosedur invasif kronis seperti hemodialisis. Pada
bakteremia Staphylococcus aureus akibat kateter, 6-25% mengalami komplikasi
menjadi endokarditis (Fauci et al., 2008).
Endokarditis katup buatan yang muncul dalam 2 bulan setelah pembedahan
katup umumnya merupakan akibat dari kontaminasi intraoperatif dari katup buatannya
atau komplikasi bakteremia postoperatif. Infeksi nosokomial terlihat dari bakteri primer
yang menjadi penyebabnya: Staphylococcus koagulase-negatif (CoNS), Staphylococcusaureus, basil gram negative fakultatif, diphteroid, dan fungi. Jika lebih dari 12 bulan
setelah pembedahan muncul endokarditis, maka jalur masuk dan mikroba penyebabnya
sama dengan endokarditis katup asli yang infeksinya didapat dari lingkungan. Jika
timbul antara 2-12 bulan, sering disebabkan karena infeksi nosokomial yang onsetnya
lambat. Kurang lebih sebanyak 85% dari strain CoNS yang menyebabkan endokarditis
katup buatan dalam 12 bulan setelah pembedahan resisten terhadap methicillin; angka
35
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 36/66
resistensi methicilline turun menjadi 25% diantara strain CoNS yang timbul lebih dari
satu tahun setelah pembedahan katup (Fauci et al., 2008).
Endokarditis yang terjadi pada pemakai narkoba intravena, khususnya pada
infeksi katup tricuspid, umumnya disebabkan oleh S. aureus, yang banyak diantaranya
resisten terhadap methicillin. Infeksi jantung sebelah kiri pada pecandu narkoba
disebabkan oleh etiologi yang lebih bervariasi dan melibatkan katup yang abnormal,
yang seringkali telah rusak akibat endokarditis yang telah terjadi sebelumnya. Sebagian
kasus tersebut disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan Candida, dan jarang
disebabkan oleh Bacillus, Lactobacillus, dan Corynebacterium. Endokarditis akibat
berbagai macam mikroba lebih umum terjadi pada pecandu narkoba intravena daripada
pasien yang yang tidak menyalahgunakan obat intravena (Fauci et al., 2008).
Sebanyak 5% hingga 15% pasien endokarditis mempunyai kultur darah negatif; pada
sepertiga hingga setengah kasus, kultur negatif karena telah diberikan antibiotik.
Sisanya, pasien terinfeksi oleh organisme selektif, sepertiGranulocatella, Abiotrophia,
organisme HACEK, dan Bartonella. Beberapa organisme selektif tersebut juga
menyebabkan hal serupa pada epidemiologi khusus (misalnya Coxiella burnetti di
Eropa, Brucella di Timur Tengah). Tropheryma whipplei menyebabkan kultur negatif,
dan bentuk endokarditis yang lambat serta tidak umum (Fauci et al., 2008).
D. Epidemiologi dan Faktor Predisposisi
EI lebih sering terjadi pada pria. Sekitar 36-75% pasien EI katup asli
mempunyai faktor predisposisi: penyakit jantung reumatik, penyakit jantung congenital,
prolaps katup mitral, katup yang floppy pada sindroma Marfan, tindakan bedah gigi
atau orofaring yang baru, tindakan atau pembedahan pada traktus urogenital atau
saluran pernapasan, luka bakar, hemodialisis, penggunaan kateter vena sentral,
pemberian nutrisi parenteral yang lama, penyakit jantung degeneratif, hipertrofi septal
asimetrik, atau penyalahguna narkoba intravena (PNIV). Sekitar 7-25% kasus
melibatkan katup prostetik. Faktor predisposisi tidak teridentifikasi pada sekitar 25-47%
pasien (Alwi, 2007; Hersunarti, 2003).
E. Patogenesis
36
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 37/66
Mikrotrombi steril menempel pada endokardium yang rusak, diduga menjadi
nodus primer untuk adhesi bakteri. Faktor hemodinamik (stress mekanik) dan proses
imunologis berperan penting dalam kerusakan endokard. Selanjutnya, kerusakan endotel
menyebabkan deposisi fibrin dan agregasi trombosit, sehingga terbentuk
lesinonbacterial thrombotic endocardial (NBTE). Jika terjadi infeksi mikrorganisme
yang masuk sirkulasi, maka endokarditis nonbakterial akan menjadi EI. Setelah bakteri
melekat pada plak thrombus-trombosit, bakteri kemudian berproliferasi lokal dengan
penyebaran hematogen (Alwi, 2007).
F. Patologi Endokarditis
Patologi katup asli dapat lokal (kardiak) mencakup valvular dan perivalvular
atau distal (non kardiak) karena perlekatan vegetasi septic dengan emboli, infeksi
metastatic dan septicemia. Vegetasi biasanya melekat pada aspek atrial katup
atrioventrikular dan sisi ventricular katup semilunar, predominan pada garis penutupan
katup (Alwi, 2007). Pada katup prostetik, lokasi infeksi adalah perivalvular dan
komplikasi yang biasa adalah periprosthetic leaks dan dehiscence, abses cincin danfistula, disrupsi sistem konduksi dan perikarditis purulenta. Pada katup bioprotese,
elemen yang bergerak berasal dari jaringan, mungkin menjadi lokasi infeksi dan
perforasi katup serta vegetasi (Alwi, 2007).
Patofisiologi (Alwi, 2007)
• Efek destruksi lokal akibat infeksi intrakardiak mengakibatkan kerusakan dan
kebocoran katup, terbentuk abses atau perluasan vegetasi ke perivalvular.
• Vegetasi fragmen septic yang terlepas mengakibatkan tromboemboli (pada sisi
kanan atau kiri), mulai dari emboli paru sampai emboli otak.
• Vegetasi melepas bakteri terus menerus kedalam sirkulasi, mengakibatkan gejala
konstitusional seperti demam, malaise, tidak nafsu makan, penurunan berat
badan dan sebagainya.
37
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 38/66
• Respon antibody humoral dan seluler terhadap infeksi dengan kerusakan
jaringan akibat kompleks imun atau interaksi komplemen-antibodi dengan
antigen yang menetap dalam jaringan.
G. Gejala Klinis
Endokarditis subakut
Setelah 2 minggu inkubasi, keluhan seperti infeksi umum (panas tidak terlalu
tinggi, sakit kepala, nafsu makan kurang, lemas, berat badan turun). Timbulnya gejala
komplikasi seperti gagal jantung, gejala emboli pada organ, misalnya gejala neurologis,
sakit dada, sakit perut kiri atas, hematuria, tanda iskemia di ekstremitas, dan sebagainya
(Hersunarti, 2003).
Endokarditis akut
Gejala timbul lebih berat dalam waktu singkat. Pasien kelihatan sakit, biasanya
anemis, kurus dan pucat. Panas tidak spesifik merupakan gejala paling umum.
Ditemukan bising jantung, tetapi jika tidak ada bising belum tentu endokarditis negatif.
Tanda karena kelainan vaskuler seperti petekie, splinter haemorrhage (bercak
kemerahan dibawah kulit), osler node (nodulus kemerahan, menonjol dan sakit pada
kulit tangan atau kaki terutama pada ujung jari) dan janeway lesions (bercak kemerahan
pada tangan atau kaki). Tanda pada mata berupa petekie konjungtiva, perdarahan retina,
kebutaan, tanda endoftalmitis, panoftalmitis. Jari tabuh, splenomegali. Semua tanda
yang disebutkan diatas tidak selalu ada pada penderita endokarditis (Hersunarti, 2003).
Elektrokardiogram dan gambaran radiologis tergantung kelainan dasar jantung.
Gangguan konduksi menunjukkan kemungkinan terjadinya abses atau endokarditis. Bila
ada gagal jantung akan ditemukan pembesaran jantung dan tanda terdengar di paru
(Hersunarti, 2003).
Manifestasi klinik
Manifestasi klinik akan tampak pada 2 minggu setelah terjadi factor presipitasi.
Onset biasanya gradual dengan gejala panas yang tak terlalu tinggi ini terjadi bila
patogenitas kuman rendah. Bila kuman mempunyai patogenitas tinggi onsetnya akut
38
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 39/66
dengan panas yang tinggi. Secara umum manifestasi klinik dari infeksi endokarditis
terbagi menjadi 4:
1. Kegagalan jantung kongestif, ini merupakan 50-70% dari kasus yang disebabkan
kerusakan katup jantung. Infeksi dapat menyebar ke bagian jantung yang lain dan
menimbulkan miokarditis, miokardial absces, kelainan irama, perikarditis purulenta.
Pada pemeriksaan didapatkan nadi yang cepat karena panas atau penurunannya fungsi
jantung. Irregularitas pada irama menunjukkan terjadinya absces dekat dengan sistim
konduksi. Adanya trias, yang terdiri panas, anemia, bising pada jantung menunjukkan
kecurigaan adanya endokarditis. Bising tersebut karena adanya regurgitas dari katup
mitral atau aorta, yang tersering adanya mitral insuffisiensi ataupun aorta insuffisiensi.
2. Phenomena emboli merupakan 30-40% kasus, ini merupakan akibat dari terlepasnya
vegetasi dari jantung, tergantung ukuran dan jumlah embolusnya dapat mengenai
pembuluh, darah besar atau menyebabkan mikro emboli yang diffuse kesusunan syaraf
pusat atau organ lain. Emboli kesusunan syaraf 50%, ke organ abdominal 40%, ke
organ yang lain 10% antara lain menyebabkan Janeway lession.
3. Bakteriemia, menyebabkan gejala-gejala umum seperti panas berkeringat, kehilangan
nafsu makan, anemia, splenomegali, metastase infeksi ketempat yang jauh. Gejala lain
yang mencurigakan ialah: kelemahan umum, nyeri kepala, punggung, artralgia
4. Reaksi immunologi menyebabkan terjadinya hypergamaglobulin, pembentukan
immune complex, rhematoid faktor (+), semakin lama infeksi endokarditisnya, semakin
tinggi kadar immune complexnya, ini menyebabkan terjadinya petechiae. Pada
pemeriksaan fisik pasen endokarditis akan didapatkan gejala-gejala infeksi berupa
panas, berkeringat, menggigil, pasen tampak lemah, penurunan berat badan. Anemia
sedang sampai berat sehingga pasen tampak pucat. Vaskular phenomena akan tampak
menyolok, dengan didapatkan pethechide pada pembuluh adrah kulit dan pembrana
mukosa, ataupun karena fragilitas kapiler, ini dapat pula ditimbulkan dengan teyrniquet
test. Bila kumannya pathogen maka dapat pula terjadi DIC. Splinter haermorhage,
tampak sebagai garis-garis tipis kemeraham di bawah kuku tetapi tidak mencapai ujung
39
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 40/66
kuku, hal ini karena mikro emboli pada pembuluh darah kapiler dibawah kuku. Osler’s
node merupakan nodul lunak kemerahan yang nyeri biasanya dijumpai jari-jari tangan,
ini karena proses inflamasi disekitar daerah distal arterial yang mengalami emboli,
sehingga pada phase akut dapat dijumpai kuman penyebab didaerah ini. Juga diduga
karena immuologi, terutama pada kasus sub akut.
5. Janeway lesions, merupakan bintik-bintik merah yang tak nyeri, pada penekanan
tampak pucat dengan ukuran < 5 mm. Biasanya terletak ditelapak tangan atau kaki.
Clubbing finger, ini terjadi 10% dari kasus emboli. Penurunan / menghilangnya pulsus
arteri di extremitas, ini menunjukkan adanya penyumbatan daro arteri besar oleh
fragment vegetasi. Gejala lain yang dapat timbul yaitu infark lien, ginjal, usus, yang
ditandai adanya rasa nyeri, seperti akut abdominal, peritonitis. Myokard infark dapat
terjadi karena tersumbatnya arteri koronaria yang dapat menyebabkan payah jantung
dan kematian. Komplikasi neurologi akan memperberat lagi keadaan pasen
endokarditis. Manifestasi klinik lain yang mungkin terjadi: arthritis, glomerulonephritis,
tenosynevitis, clubbing finger, gejala-gejala uremia, proteinuria, hematuria.
H. Diagnosis
Investigasi diagnosis harus dilakukan jika pasien demam disertai satu atau lebih
gejala kardinal; ada predisposisi lesi jantung atau pola lingkungan, bakteremia,
fenomena emboli dan bukti proses endokard aktif, serta pasien dengan katup prostetik
(Alwi, 2007). Diagnosis ditegakkan dari riwayat penyakit adanya panas pada penderita
dengan lesi jantung, ditunjang pemeriksaan fisik dan laboratorium yang mendukung,
dan diperkuat dengan terlihatnya vegetasi pada pemeriksaan ekokardiografi (Hersunarti,
2003).
Pada anamnesis, keluhan tersering yang muncul adalah demam, kemudian
keluhan lainnya yang muncul seperti menggigil, sesak napas, batuk, nyeri dada, mual,
muntah, penurunan berat badan dan nyeri otot atau sendi (Alwi, 2007).
Pada pemeriksaan fisik yang cukup penting adalah ditemukannya murmur pada katup
yang terlibat. Murmur yang khas adalah blowing holosistolik pada garis sternal kiri
40
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 41/66
bawah dan terdengar lebih jelas saat inspirasi. Tanda EI pada pemeriksaan fisik yang
lain adalah tanda-tanda kelainan pada kulit yang telah disebutkan diatas (Alwi, 2007).
Pada pemeriksaan laboratorium sering didapatkan hemoglobin rendah, lekositosis, laju
endap darah (LED) meningkat, analisis urin menunjukkan hematuria dengan
proteinuria. Pemeriksaan kultur darah untuk kuman baik aerob maupun anaerob
(Hersunarti, 2003).
I. Komplikasi
Komplikasi dapat berupa gagal jantung (tersering, 55%), emboli, gejala-gejala
neurologis (dapat berupa stroke, kejang-kejang, gejala-gejala psikiatri, dan sebagainya)
dan aneurisma mikotik (bila ada kerusakan dinding pembuluh darah karena proses
peradangan). Aneurisma mikotik paling sering terjadi pada aorta, pembuluh darah
daerah abdomen, pembuluh darah daerah ekstremitas dan pembuluh darah pada otak
(Hersunarti, 2003).
J. PenatalaksanaanPrinsip dasarnya adalah membasmi kuman penyebab secepat mungkin, tindakan
operasi pada saat yang tepat bila diperlukan, dan mengobati komplikasi yang terjadi
(Hersunarti, 2003).
Pada endokarditis bacterial subakut kondisi stabil, pemberian antibiotika
sebaiknya menunggu hasil kultur tes resistensi. Bila kondisinya tidak stabil, atau pada
endokarditis akut, perlu pemberian antibiotika secepat mungkin sesuai dengan standar
antibiotika secara empiris, sesuai dengan gambaran klinisnya (Hersunarti, 2003).
Pemeriksaan penunjang
Kelainan EKG
Kelainan EKG yang dijumpai adanya infark miokard karena emboli dari arteri
koronaris karena vegetasi. Kelainan konduksi berupa arteri ventricular aritmia dapat
juga terjadi karena perluasan infark miokardium, abaces didekat sistim konduksi,
41
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 42/66
sehingga terjadi blok sistim hantaran.
Pada foto dada : terlihat di atasi dari satu atau lebih dari bilik jantung, yang akan
berkembang menjadi kegagalan ventrikel kiri dengan terlihatnya adema paru, pleural
effusi.
Echokardiography
Tampak adanya vegetasi pada katup-katup jantung disertai dilatasi atau
hipertropi adri bilik jantung.
Laboratorium
Anemia normokrom normositer. Terdapat toxic granule, kadang didapatkan
staphylococcus dalamnya. LED akan meningkat, lekosi tosis, kultur darah (+). Pada
50% kasus, paling sedikit selama 6 minggu menunjukkan rhematik faktor yang (+).
Antibodi terhadap teichoic acid (+), ini merupakan antigen terhadap dinding
ataphylococus aureus. Pada pemeriksaan urin didapatkan: proteinuria atau
mikroskopic hematuria pada 20-30% kasus.
K. GAMBARAN KLINIS
Jejas langsung pada katup (yang menyebabkan insufisiensi dengan disertai gagal
jantung kongestif) atau pada miokardium dan aorta (yang menyebabkan abses cincin
atau perforasi).
Emboli dari vegetasi ke lien, ginjal, jantung, dan otak yang disertai infark atau
infeksi metastatik.
42
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 43/66
Jejas renal meliputi infarksi atau infeksi embolik, disetai glomerulonefritis yang
diperantai kompleks antigen-antibodi (dengan disertai sindrom nefrotik, gagal ginjal
atau keduanya).
Diagnosis endokarditis infektif dipastikan lewat kriteria Duke, yang dirangkum
dalam Tabel 12-2; kultur darah merupakan pemeriksaan penting untuk mengarahkan
terapi (positif pada 80%-95% kasus).
43
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 44/66
Kriteria klinis duke untuk endokarditis infektif (EI):
EI definite:
• Kriteria Patologis
Mikroorganisme: ditemukan dengan kultur atau histologi dalam vegetasi yang
mengalami emboli atau dalam suatu abses intrkardiak
Lesi patologis: vegetasi atau terdapat abses intrakardiak yang dikonfirmasi dengan
histologis yang menunjukkan endokarditis aktif
• Kriteria Klinis
Menggunakan definisi spesifik, yaitu: dua kriteria mayor atau satu mayor dan tiga
kriteria minor atau lima kriteria minor
Kriteria Mayor:
1. Kultur darah positif untuk endokarditis infektif (EI)
A. Mikroorganisme khas konsisten untuk EI dari 2 kultur darah terpisah seperti
tertulis di bawah ini:
(i) Streptococci viridans, streptococcus bovis atau grup HACEK atau
44
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 45/66
(ii) Community acquired staphylococcus aureus atau enterococci tanpa ada
fokus primer atau
B. Mikroorganismr konsisten dengan EI dari kultur darah positif persisten
didefinisikan sebagai:
(i) ≥2 kultur dari sampel darah yang diambil terpisah >12 jam atau
(ii) Semua dari 3 atau mayoritas dari ≥4 kultur darah terpisah (dengan sample
awal dan akhir diambil terpisah ≥1 jam)
2. Bukti keterlibatan kardial
A. Ekokardiografi positif untuk EI didefinisikan sebagai:
(i) Masa intrkardiak oscilating pada katup atau struktur yang menyokong, di
jalur aliran jet regurgitasi atau pada material yang diimplantasikan tanpa
ada alternatif anatomi yang dapat menerangkan, atau
(ii) Abses, atau
(iii) Tonjolan baru pada katup prostetik atau
B.
Regurgitasi valvular yang baru terjadi (memburuk atau berubah dari murmur yang ada sebelumnya tidak cukup)
Kriteria Minor:
1. Predisposisi: presdiposisi kondisi jantung atau pengguna obat intravena
2. Demam: suhu≥380C
3. Fenomena vaskular: emboli arteri besar, infark pulmonal septik, aneurisma
mikotik, perdarahan intrakranial, pendarahan konjungtiva, dan lesy janeway
4. Fenomena imunologis: glomerulonefritis, Osler’s nodes, Roth Spots, dan faktor
reumatoid
5. Bukti mikrobiologi: kultur darah positif tetapi tidak memenuhi kriteria mayor
sepeti tertulis diatas atau bukti serologis infektif aktif oleh mikroorganisme
konsisten dengan EI
6. Temuan kardiografi: konsisten dengan EI tetapi tidak memenuhi kriteria seperti
tertulis di atas
El Possible
45
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 46/66
Temuan konsisten dengan EI turun dari kriteria definite tetapi tidak memenuhi
kriteria rejected
El Rejected
Diagnosis alternatif tidak memenuhi manifestasi endokarditis atau resolusi
manifestasi endokarditis dengan terapi antibiotik selama<4>
Tidak ditemukan bukti patologis EI pada saat operasi atau autopsi setelah terapi
antibiotik>4 hari
DIAGNOSIS BANDING
Demam rematik akut dengan karditis, sepsis tuberkulosis milier, lupus eritematosussistemik, glomerulonefritis pasca streptokokus, pielonefritis, poliarteritis nodosa, reaksi
obat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin EKG, foto toraks, ekokardiografi, transesofageae ekokardiografi, kultur
darah
TERAPI
Prinsip terapi adalh oksigenasi, cairan intravena yang cukup, antipiretik, antibiotika.
Regimen yang dianjurkan (AHA)
1. Endokarditis katup asli karena streptococcus viridans dan str. Bovis:
• Penisilin G kristal 12-28 juta unit/24 jam iv kontinu atau 6 dosis terbagi selama 4
minggu atau seftriakson 2 g 1 kali/hari iv atau im selama 4 minggu
• Penisilin G kristal 12-28 juta unit/24 jam iv kontinu atau 6 dosis terbagi selama 2
minggu dengan gentamicin sulfat 1 mg/kgBB im atau iv tiap 8 jam selama 2minggu
• Vankomisin hidroklorida 30 mg/kgBB 24 jam iv dalam 2 dosis terbagi, tidak>2
g/24 jam kecuali kadar serum dipantau selama 4 minggu
2. Endokarditis katup asli karena str. Viridans dan str. Bovis relatif resisten terhadap
penisilin G
• Penisilin G kristal 18 juta unit/24 jam iv kontinu atau 6 dosis terbagi selama 4
minggu dengan gentamicin sulfat 1 mg/kgBB im atau iv tiap 8 jam selama 2
minggu
46
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 47/66
• Vankomisin hidroklorida 30 mg/kgBB 24 jam iv dalam 2 dosis terbagi, tidak>2
g/24 jam kecuali kadar serum dipantau selama 4 minggu
3. Endokarditis karena enterococci
• Penisilin G kristal 18-30 juta unit/24 jam iv kontinu atau 6 dosis terbagi selama 4-6
minggu dengan gentamicin sulfat 1 mg/kgBB im atau iv tiap 8 jam selama 4-6
minggu
• Ampisilin 12 g/24 jam/24 jam iv kontinu atau 6 dosis terbagi selama 4-6 minggu
dengan gentamicin sulfat 1 mg/kgBB im atau iv tiap 8 jam selama 4-6 minggu
•
Vankomisin hidroklorida 30 mg/kgBB 24 jam iv dalam 2 dosis terbagi, tidak>2g/24 jam selama 4-6 minggu dengan gentamisin sulfat 1 mg/kgBB im atau iv
tiap 8 jam selama 4-6 minggu
4. Endokarditis karena satfilokokus tanpa materi prostetik
a. Regimen untuk methicilin succeptible staphylococci
- Nafsilin atau oksasilin 2 g IV tiap 4 jam selama 4-6 minggu dengan opsional
ditambah gentamisin sulfat 1 mg/kgBB im atau iv tiap 8 jam selama 3-5 hari
b. Regimen untuk pasien alergi beta laktam
• Cefazolin (atau sefalospirin generasi 1 laian dalam dosis setara) 2 g iv tiap 8
jam selama 4-6 minggu dengan opsional ditambah gentamisin sulfat 1
mg/kgBB im atau iv tiap 8 jam selama 3-5 hari
• Vankomisin hidroklorida 30 mg/kgBB 24 jam iv dalam 2 dosis terbagi, tidak>2
g/24 jam kecuali kadar serum dipantau selama 4 minggu
Operasi dilakukan bila
Bakteremia yang menetap setelah penberian terapi medis yang adekuat, gagal jantung
kongestif yang tidak responsif terhadap terapi medis, vegatasi yang menetap setelah
emboli sitemik, dan ekstensi perivalvular
KOMPLIKASI
Gagal jantung, emboli, aneurisma nekrotik, gangguan neurologi, perikarditis
PROGNOSIS
Tergantung beratnya gejala dan komplikasi
47
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 48/66
WEWENANG
• RS pendidikan: Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS Penyakit Dalam dengankonsultasi pada konsulen Penyakit Dalam
• RS non pendidikan: Dokter Spesialis Penyakit Dalam
UNIT YANG MENANGANI
• RS pendidikan: Departemen Ilmu Penyakit Dalam-Divisi Kardiologi
• RS non pendidikan: Bagian Ilmu Penyakit Dalam
UNIT TERKAIT
• RS pendidikan: Departemen Bedah
• RS non pendidikan: Bagian Bedah
L. Pencegahan
Pemberian profilaksin antibiotika diberikan secara empiric pada pencabutan gigiatau pembedahan, untuk mencegah bakteremia pada pasien dengan lesi jantung,
disesuaikan dengan kondisi pasien (Hersunarti, 2003).
3. RHEUMATIC FEVER (RF)
RF adalah penyakit sistemik yang muncul setelah faringitis pada anak,
disebabkan group A beta hemolytic streptococcal (GABHS). RF dan komplikasinya
yang paling serius, Rheumatic Heart Disease (RHD), dipercaya merupakan hasil dari
respon autoimun. Meskipun demikian, patogenesis sebenarnya belum diketahui.
PATOFISIOLOGI
RF muncul pada anak dan remaja setelah faringitis karena GABHS
(contohnya Streptococcus pyogenes). Organisme tersebut menempel pada sel epitel
traktus respiratorik atas dan memproduksi sejumlah enzim, yang membuat mereka dapat
merusak dan menginvasi jaringan manusia. Setelah periode inkubasi sekitar 2-4 hari,
48
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 49/66
organisme tersebut merangsang respon inflamasi akut, dengan 3-5 hari sakit
tenggorokan, demam, malaise, sakit kepala, dan meningkatnya jumlah leukosit. Pada
sebagian kecil pasien, infeksi menimbulkan RF beberapa minggu setelah sakit
tenggorokan sembuh.
Organisme GABHS adalah coccus gram positif, yang sering berkoloni di kulit
dan orofaring. Organisme ini dapat menyebabkan penyakit supuratif (contohnya
faringitis, impetigo, cellulitis, myositis) dan juga dapat diasosiasikan dengan penyakit
nonsupuratif (seperti RF, acute poststreptococcal glomerulonephritis). Group
A Streptococci (GAS) mengeluarkan toksin sitolitik, streptolisin S dan O. Streptolisin O
menyebabkan tingginya titer antibodi yang persisten yang sangat berguna untuk
menyediakan marker infeksi GAS dan komplikasi nonsupuratifnya.
Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang tenggorokan yang
disebabkan oleh infeksi Streptokokus betahemolitikus grup A, sehingga kuman tersebut
dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut. Infeksi tenggorok yang terjadi bisa
berat, sedang, ringan atau asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai
3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.
Hingga sekarang masih belum diketahui dengan pasti hubungan langsung antara
infeksi Streptokokus dengan gejala demam reumatik akut. Yang masih dianut hingga
sekarang adalah teori autoimunitas. Produk Streptokokus yang antigenik secara difusi
keluar dari sel-sel tenggorok dan merangsang jaringan limfoid untuk membentuk zat
anti. Beberapa antigen Streptokokus, khususnya Streptolisin O dapat mengadakan reaksi
silang dengan antigen jaringan tubuh sehingga terjadi reaksi antigen-antibodi antara zat
anti terhadap Streptokokus dan jaringan tubuh.
Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi eksudatif maupun
proliferatif dengan manifestasi artritis, karditis, nodul subkutan, eritema marginatum
dan/atau khorea. Kelainan pada jantung dapat berupa endokarditis, miokarditis,
perikarditis dan/atau pankarditis
GEJALA/ TANDA FISIK
Kriteria Jones yang telah diperbarui tahun 1992 digunakan
sebagai guideline untuk membuat diagnosis RF. Kriteria Jones membutuhkan adanya 2
49
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 50/66
kriteria mayor atau 1 mayor dan 2 minor untuk mendiagnosis RF. Adanya bukti riwayat
faringitis GAS juga diperlukan. Kriteria-kriteria ini tidaklah absolute, dan diagnosis RF
dapat dibuat pada pasien hanya dengan adanya faringitis streptococcal dan chorea.
DIAGNOSIS
Diagnosis kemungkinan besar demam reumatik memakai kriteria Jones sebagai
pedoman, yaitu :
- 2 manifestasi mayor, atau
- 1 manifestasi mayor + 2 manifestasi minor, ditambah adanya gejala infeksi
streptokokus beta hemolitikus golongan A sebelumnya.
Manifestasi Klinis Mayor:
a. Arthritis
- Polyarthritis adalah gejala yang paling umum dan sering merupakan manifestasi
paling awal dari RF akut (70-75%)
- Arthritis dimulai pada sendi yang besar di ektremitas bawah (lutut, ankle) dan
kemudian berpindah ke sendi besar lainnya di ekstremitas atas atau bawah (siku,
pergelangan tangan)
- Sendi yang terinfeksi akan terasa sakit, bengkak, hangat, kemerahan, dan range of
motion terbatas.
50
Manifestasi Mayor Manifestasi Minor
. Karditis Klinis :
. Poliartritis . Demam
. Khorea . Arthralgia
. Eritema marginatum . Riwayat demam reumatik atau penyakit jantung reumatik
. Nodul subkutan Laboratorium :
. Reaksi fase akut :
- LED , lekositosis
- CRP + - Interval P-R memanjang
Ditambah bukti adanya bukti infeksi streptokokus yang mendahului: titer ASO atau titer antibodi terhadap streptokokus lainnya yang meningkat, kultur hapusan tenggorokan
positif streptokokus grup A, atau demam skarlatina.
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 51/66
- Arthritis mencapai keparahan maksimum dalam 12-24 jam dan menetap selama 2-6
hari (jarang lebih dari 4 minggu, tetapi pernah dilaporkan arthritis yang bertahan sampai
44 hari) pada masing-masing tempat dan berpindah-pindah tetapi tidak bertambah.
- Arthritis merespon aspirin dengan cepat yang menurunkan gejala pada sendi yang
terkena dan mencegah migrasi lebih jauh dari arthritis.
- Polyarthritis lebih umum dan lebih parah pada remaja dan dewasa muda dibandingkan
dengan anak-anak.
b. Carditis
- Pancarditis adalah komplikasi yang paling serius dan komplikasi tersering kedua dari
RF (50%)
- Pada kasus yang berat, pasien mungkin mengalami dyspnea, rasa tidak nyaman
pada dada ringan sampai sedang, sakit dada pleuritik, edema, batuk atau orthopnea.
- Carditis paling umum diketahui dengan murmur baru dan takikardi di luar proporsi
untuk demam. Murmur yang baru atau berubah secara tradisional telah dibutuhkan
untuk diagnosis rheumatic valvulitis. Murmur pada akut RF adalah dari regurgitasi
katup dan murmur pada kronik RF adalah dari stenosis katup.
c. Chorea
Pada tidak adanya riwayat Huntington’s Chorea pada keluarga atau temuan yang
konsisten dengan SLE, diagnosis akut RF hampir pasti. Periode laten yang panjang ada
antara faringitis streptococcal (1-6 bulan) dan onset chorea, dan riwayat terdahulu dari
sakit tenggorokan sering tidak didapat. Pasien dengan chorea sering tidak
menunjukkan Kriteria Jones yang lain. Chorea sedikit lebih sering pada wanita daripada
pria. Chorea dikenal juga sebagai rheumatic chorea, Sydenham chorea, chorea minor,
dan St. Vitus dance.
d. Gangguan pergerakan poststreptococcal
Deskripsi gangguan pergerakan poststreptococcal termasuk pediatric autoimmune
neuropsychiatric disorder associated with streptococcal infection (PANDAS)
dan Tourette syndrome.
Contoh tulisan tangan sehari-hari dapat digunakan sebagai indikator dari progress atau
resolusi penyakit. Beberapa memperkirakan bahwa infeksi streptococcal memicu
51
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 52/66
formasi antibodi yang bereaksi silang dengan basal ganglia dari host dan menyebabkan
gejala yang kompleks.
e. Erythema marginatum
Karakter ruam ini, juga dikenal sebagai erythema annulare, muncul pada 5-13%
pasien dengan akut RF. Erythema marginatum dimulai sebagai makula atau papula tidak
gatal berwarna pink sampai merah berdiameter 1-3 cm, pada trunk dan anggota badan
proksimal tetapi tidak pernah muncul di wajah. Ruam mungkin hilang dan muncul
kembali dalam beberapa jam dan diperburuk dengan panas. Ruam muncul di awal
penyakit dan bertahan lama. Erythema marginatum juga dilaporkan berasosiasi dengan
sepsis, reaksi obat, dan glomerulonephritis.
f. Nodul subkutan
Nodul subkutaneus sekarang adalah manifestasi yang jarang pada RF. Saat muncul,
nodul terdapat pada bagian ekstensor siku, lutut, ankle, scalp, dan prosesus spinosus
dari lumbar dan thorakal. Nodul-nodul ini berasosiasi erat dengan severe rheumatic
carditis.
Manifestasi klinis lain:
a. Sakit Perut
Biasa muncul pada onset akut RF, menyerupai kondisi lain dengan inflamasi akut
mesentrika mikrovaskular dan mirip dengan appendisitis akut.
b. Arthralgia
Pasien mungkin mengalami arthralgia, tapi tidak bisa digolongkan sebagai
manifestasi minor jika terdapat arthritis
c. Epistaxis
Mungkin berasosiasi dengan severe protracted rheumatic carditis.
d. Demam
Demam lebih dari 39°C tanpa pola karakteristik muncul di awal RF akut pada
hampir semua pasien. Demam mungkin di grade rendah (38-38,5) pada anak dengan
carditis ringan. Demam menurun tanpa terapi antipiretik pada sekitar 1 minggu, tetapi
demam grade rendah bertahan sampai 2-3 minggu.
52
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 53/66
e. Rheumatic pneumonia
Pasien menunjukkan gejala sama dengan infeksi pneumonia.
ETIOLOGI
RF dipercaya adalah hasil dari respon autoimun, walaupun pathogenesis
sebenarnya belum diketahui. RF hanya muncul pada anak dan remaja setelah faringitis
GABHS dan hanya infeksi faring yang menginisiasi atau mengaktifkan RF.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan di bawah ini diindikasikan pada pasien RF:
- Kultur tenggorok
- Tes cepat deteksi antigen
- Antistreptococcal antibodies
- Acute-phase reactants
- Heart reactive antibodies
- Tes deteksi cepat untuk D8/17
PENGOBATAN
Terapi ditujukan langsung untuk menghilangkan faringitis GABHS (jika masih
ada), menekan inflamasi dari respon autoimun, dan menyediakan pengobatan suportif
untuk congestive heart failure (CHF). Pengobatan inflamasi akut sebagai manifestasi
RF akut terdiri dari salisilat dan steroid. Aspirin pada dosis anti inflamasi menurunkan
secara efektif semua manifestasi penyakit ini kecuali chorea.
PENATALAKSANAAN
Tirah Baring.
Semua penderita demam reumatik perlu tirah baring. Lamanya tergantung berat
ringannya penyakit.
53
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 54/66
Tabel 2. : Tirah baring dan mobilisasi penderita demam reumatik (Taranta &
Markowitz, 1989)
Status Jantung Penatalaksanaan
Tanpa KarditisTirah baring selama 2 minggu dan mobilisasi bertahap selama 2
minggu
Karditis tanpa
Kardiomegali
Tirah baring selama 4 minggudan mobilisasi bertahap selama 4
minggu
Karditis dengan
Kardiomegali
Tirah baring selama 6 minggu dan mobilisasi bertahap selama 6
minggu
Karditis dengan
gagal jantung
Tirah baring selama dalam keadaan gagal jantung dan mobilisasi
bertahap selama 3 bulan
Antibiotika :
1. Penisilin Benzatin 600.000 U untuk anak dengan berat badan kurang dari 30 kg
dan l,2 juta U bila berat badan lebih dari 30 kg diberikan sekali.
2. Penisilin oral 4 x 250 mg/hari untuk anak besar dan 4 x 125 mg/hari bila berat
badan kurang dari 20 kg diberikan selama 10 hari.
3. Pada penderita yang alergi terhadap penisilin dapat diberikan eritromisin 50
mg/kg BB/hari selama 10 hari.
Obat-obat lain tidak dianjurkan.
Analgesik dan anti-inflamasi
Obat anti radang diberikan untuk menekan gejala radang akut yang timbul meskipun
adanya radang dan perjalanan penyakitnya sendiri tidak berubah. Oleh karena itu obat
anti radang sebaiknya hanya diberikan bila diagnosis telah ditegakkan.
Tabel 3 : Pedoman pemberian analgetik dan anti-inflamasi
Manifestasi Klinik Pengobatan
Artralgia Salisilat saja 75-100 mg/kg BB/hari
54
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 55/66
Artritis saja, dan/atau
karditis tanpa
kardiomegali
Salisilat saja 100 mg/kg BB/hari selama 2 minggu dilanjutkan
dengan 75 mg/kg BB selama 4-6 minggu.
Karditis dengan
kardiomegali atau gagal
jantung
Prednison 2 mg/kg/ BB/hari selama 2 minggu,dikurangi bertahap
selama 2 minggu ditambah salisilat 75 mg/kg BB selama 6 minggu.
4. JANTUNG
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk
oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel
kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal kira-
kira 6 cm.Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih
besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa
periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah.
55
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 56/66
A. Letak dan Posisi Jantung
Gambar 1 : letak dan posisi jantung pada thorack
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan beradaditengah tengah dada,
bertumpu pada diaphragmthoracis dan berada kira-kira5 cm diatas processus
xiphoideus.Pada tepi kanan cranial berada pada tepicranialis pars cartilaginis costa III
dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis
pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung
berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri
caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.
B. Ruang Jantung
56
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 57/66
Gambar 2. Ruang Jantung
Ruang dalam jantung dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Atrium Kanan (Serambi Kanan)
Atrium kanan yang berdinding tipis ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
darah dan sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik yang mengalir ke
ventrikel kanan. Darah yang berasal dari pembuluh vena ini masuk ke dalam atrium
kanan melalui vena kava superior, vena kava inverior dan sinus koronarius. Dalam
muara vena kava tidak terdapat katup - katup sejati. Yang memisahkan vena kava dari
atrium jantung ini hanyalah lipatan katup atau pita otot yang rudimenter. Oleh karena
itu, peningkatan tekanan atrium kanan akibat bendungan darah disisi kanan jantung
akan dibalikan kembali ke dalam vena sikulasi sistemik. Sekitar 75% aliran balik vena
kedalam atrium kanan akan mengalir secara pasif kedalam ventrikel kanan melalui
katup trikuspidalis. 25% sisanya akan mengisi ventrikel selama kontraksi atrium.
Pengisian ventrikel secara aktif ini disebut atrialkick. Hilangnya atrialkick pada
disritmia jantung dapat menurunkan pengisian ventrikel sehingga menurunkan curah
ventrikel.
2. Ventrikel Kanan ( Bilik Kanan)
Pada kontraksi ventrikel, setiap ventrikel harus menghasilkan kekuatan yang
cukup besar untuk dapat memompa darah yang diterimanya dari atrium ke sirkulasi
pulmonar maupun sirkulasi sistemik. Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit yang unik,
guna menghasilkan kontraksi bertekanan rendah yang cukup untuk mengalirkan darah
kedalam arteria pulmonalis. Sirkulasi paruh merupakan sistem aliran darah bertekanan
rendah, dengan resistensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah ventrikel kanan,
dibandingkan tekanan tinggi sirkulasi sistemik terhadap aliran darah dari ventrikel kiri.
Oleh karena itu, beban kerja ventrikel kanan jauh lebih ringan dari pada ventrikel kiri.
Akibatnaya, tebal dinding ventrikel kanan hanya 1/3 dari dinding ventrikel kiri. Untuk
menghadapi tekanan paru yang meningkat secara perlahan, seperti pada kasus hipertensi
57
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 58/66
pulmonar progresif maka sel otot ventrikel kanan mengalami hipertrofi untuk
memperbesar daya pompa agar dapat mengatasi peningkatn resistensi pulmonar, dan
dapat mengosongkan ventrikel. Tetapi pada kasus resistensi paru yang meningkat secara
akut (seperti pada emboli paru masif) maka kemampuan pemompaan venrikel kanan
tidak cukup kuat sehingga dapat tejadi kematian.
3. Atrium Kiri (Serambi Kiri)
Atrium kiri menerima darah teroksigenasi dari paru-paru melalui keempat
vena pulmonalis. Antara vena pumonalis dan atrium kiri tidak terdapat katup sejati.
Oleh karena itu, perubahan tekanan atrium kiri mudah membalik secara retrograd ke
dalam pembuluh paru-paru. Peningkatan akut tekanan atrium kiri akan menyebabkan
bendungan paru. Atrium kiri memiliki dinding yang tipis dan bertekanan rendah. Darah
mengalir dari atrium kiri ke dalam ventrikel kiri melalui katup mitralis.
4. Ventrikel Kiri (Bilik Kiri)
Ventrikel kiri menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan
sirkulsi sistemik, dan mempertahankan aliran darah kejaringan perifer. Ventrikel kiri
mempunyai otot-otot yang tebal dengan bentuk yang menyerupai lingkaran sehingga
mempermudah pembentukan tekanan tinggi selama ventrikel berkontraksi. Bahkan
sekat pembatas kedua ventrikel (septum interventrikularis) juga membantu memperkuat
tekanan ynang ditimbulkan oleh seluruh ruang ventrikel selama kontraksi. Pada saat
kontraksi, tekanan ventrikel kiri meningkat sekitar lima kali lebih tinggi dari pada
ventrikel kanan ; bila ada hubungan abnormal antara kedua ventrikel (seperti pada kasus
robeknya septum interventrikularis pasca – infark miokardium), maka darah akan
mengalir dari kiri ke kanan melalui robekan tersebut. Akibatnaya terjadi penurunan
jumlah aliran darah dari ventrikel kiri melalui katup aorta ke dalam aorta.
C. Katup Jantung
58
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 59/66
Gambar 3. Katup pada Jantung
Darah mengalir melalui jantung dalam satu arah tetap dari vena ke atria ke
ventrikel ke arteri. Adanya empat katup jantung satu arah memastikan darah mengalir
satu arah. Katup-katup terletak sedemikian rupa sehingga mereka membuka dan
menutup secara pasif karena perbedaan tekanan, serupa dengan tekanan pintu satu arah.
Gradient tekanan ke arah depan mendorong katup terbuka, seperti anda membuka pintu
dengan mendorong salah satu sisinya, sementara gradient tekanan ke arah belakang
mendorong katup menutup, seperti anda mendorong ke pintu sisi lain yang berlawanan
untuk menutupnya. Perhatikan bahwa gradient ke arah belakang dapat mendorong
katup menutup, tetapi tidak dapat membukanya : yaitu, katup jantung bukan seperti
pintu ayun ditempat minuman.
Keempat katup jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah
melalui bilik - bilik jantung. Ada 2 jenis katup : katup antrioventrikularis (AV), yang
memisahkan atrium dengan ventrikel dan katup semilunaris, yang memisahkan arteria
pulmonalis dan aorta dari ventrikel yang bersangkutan. Katup - katup ini membuka dan
menutup secara pasif, menanggapi tekanan dan volume dalam bilik dan pembuluh darah
jantung.
59
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 60/66
Gambar 4. Katup Jantung
1. Katup Atrioventrikularis (AV)
Katup atrioventrikularis terdiri dari katup trikuspidalis dan katup mitralis.
Daun-daun katup atrioventrikularis halus tetapi tahan lama. Katup trikuspidalis yang
terletak antara atrium dan ventrikel kanan mempunyai 3 buah daun katup. Katup
mitralis yang memisahkan atrium dan ventrikel kiri, merupakan katup bikuspidalis
dengan dua buah daun katup. Daun katup dari kedua katup ini tertambat melalui berkas-
berkas tipis jaringan fibrosa yang disebut kordatendinae. Kordatendinae akan meluas
menjadi otot kapilaris, yaitu tonjolan otot pada dinding ventrikel. Kordatendinae
menyokong katup pada waktu kontraksi ventrikel untuk mencegah membaliknya daun
katup ke dalam atrium. Apabila kordatendinae atau otot papilaris mengalami gangguan
(rupture, iskemia), darah akan mengalir kembali ke dalam atrium jantung sewaktu
ventrikel berkontraksi.
2. Katup Semilunaris
60
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 61/66
Kedua katup semilunaris sama bentuknya ; katup ini terdiri dari 3 daun katup
simetris yang menyerupai corong yang tertambat kuat pada annulus fibrosus. Katup
aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta, sedangkan katup pulmonalis terletak
antara ventrikel kanan dan arteria pulmonalis. Katup semilunaris mencegah aliran
kembali darah dari aorta atau arteria pulmonalis ke dalam ventrikel, sewaktu ventrikel
dalam keadaan istirahat. Tepat di atas daun aorta, terdapat kantung menonjol dari
dinding aorta dan arteria pulmonalis, yang disebut sinus valsalva. Muara arteria
koronaria terletak di dalam kantung-kantung tersebut. Sinus-sinus ini melindungi muara
koronaria tersebut dari penyumbatan oleh daun katup, pada waktu katup aorta terbuka.
5. SESAK NAPAS
Sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika melakukan
aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa penyakit dan dapat bersifat
akut atau kronis.
Macam - Macam Sesak Napas (Dyspnea) Dyspnea akut
Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum
kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya penyakit
pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau trauma dada.
Dyspnea kronis
Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara.
Asma Bronkiale
• Sering kambuh pada saat-saat tertentu (menjelang pagi, udara dingin, banyak
debu, dll)
• Nafas berbunyi, disertai/ tanpa sputum
• Kadang ada riwayat alergi (makanan tertentu, Obat, dll)
• Ada riwayat alergi/ sesak pada keluarga lain yang sedarah
•
Kadang dicetuskan oleh stres.
61
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 62/66
Payah Jantung (Decompensatio Cordis)
• Timbul setelah aktivitas fisik berat (jalan jauh, naik tangga, dll) dan berkurang
dengan istirahat. Lebih enak berbaring dengan bantal tinggi.
VIII. KERANGKA KONSEP
62
Invasi Streptococcus grup A (Beta
hemolyticus)
Serang jaringanikat dan kolagen
sendi
Pembengkakan
sendi
Stenosis
mitral
Kerusakan
katup
Antibodi serang
katup
Adanya reaksi autoimun di jantung
Rheumatic fever dengan
pengobatan yang tidak
tuntas
Infeksi
Bakteri
Endokardit
is
Kolonisasi S. viridans di katup
jantung
Infeksi S.
viridans
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 63/66
IX. KESIMPULAN
Ny. A mengalami endokarditis diakibatkan terinfeksi oleh Streptococcus
viridians. Riwayat penyakit terdahulu, Ny.A mengalami demam rematik yang
disebabkan secara tidak langsung oleh Streptococcus Grup A Beta Hemolitycus (S.
pyogenes) yang ditegakkan oleh Kriteria Jones. Hubungan antara kedua penyakit
ini adalah tujuan infeksinya sama yaitu katup jantung, khususnya katup mitral.
Diagnosis sementara pasien ini adalah endokarditis infektif subakut oleh S.
viridians yang ditegakkan dengan Kriteria Duke
63
tacphyn
ea dyspn
ea
Usaha
peningkatan
pernapasan
Akumulasi
cairan di
alveoli darahMurmur
diastolik
dengan loud
opening snap
Reaksi
imunit
as
Aktivasi
bradikinin
Reaksi
Enzim
streptokinas
e bakteri
Menggig
il
Dema
m
Rangsang
jalur
melanokort
in
Nyeri alih
pada
punggung
( C3-T5)
Anoreksia
& BB
turunBerkering
at
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 64/66
64
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 65/66
DAFTAR PUSTAKA
• Alwi I. Diagnosis dan Penatalaksanaan Endokarditis Infektif pada Penyalah
guna Obat Intravena. In: Setiati S, Sudoyo AW, Alwi I, Bawazier LA, Soejono
CH, Lydia A, et al, editors. Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu
Penyakit Dalam 2000. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu
Penykit Dalam FKUI; 1999.p. 171-86.
• Brooks, Geo F., dkk. 2008. Mikrobiologi Kedokteran Jawets, Melnick, &
Adelberg Edisi 23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
• Chin, Thomas K. Rheumatic Fever . Diunduh
dari http://emedicine.medscape.com/article/1007946-overview pada 18 Oktober
2012
• Chin, Thomas K. Rheumatic Fever: Differential Diagnoses & Workup. Diunduh
dari http://emedicine.medscape.com/article/1007946-diagnosis pada 18 Oktober
2012.
• Chin, Thomas K. Rheumatic Fever: Treatment & Medication. Diunduh
dari http://emedicine.medscape.com/article/1007946-treatment pada 18 Oktober
2012.
• Guyton dan Hall. 2008. Fisiologi Kedokteran Edisi 11, Jakarta: EGC.
• Japardi, Iskandar. Gejala Neurologis Endokarditis Bakterial . Fakultas
Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara. Diunduh pada 18
Oktober 2012.
• Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. 2010. Jakarta : EGC.
• Kumar, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7, Jakarta : EGC.
• Kuntaman. 2007. Streptococcus spp. Surabaya: Departemen Mikrobiologi FK
UNAIR.
• Kisworo, Bambang. 1997. Demam Rematik . Surakarta: Rumah Sakit Dr. OEN
dari Cermin Dunia Kedokteran.
65
7/29/2019 Laporan Tutorial B Blok 10
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-tutorial-b-blok-10 66/66
• Leman, Suharman. Demam Jantung dan Penyakit Jantung Reumatik . Naskah
Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Ilmu Penyakit Dalam 2000. Jakarta: Pusat
Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penykit Dalam FKUI; 1999.p. 171-86.
• Mader, Sylvia S. 2004. Understanding Human Anatomy&Physiology Fifth
edition. The Mc Graw Hill Company.
• Nito, Imran. 2009. Berat Badan Turun (Loss Body Weight). Jakarta:
http://imrannito.blogspot.com/.
• Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. 2012. PATOFISIOLOGI Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1 Edisi 6 . Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
• Putz R,. Pabst R. 2006. Atlas Anatomi Sobotta edisi 22. Jakarta: EGC.
• Richard S. Snell. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi
6.Jakarta : EGC.
• Seeley et all. 2004. Anatomy and Physiology 6 th edition. The Mc Graw Hill
Company.
•
Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke SistemEdisi 6 . Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
• Siregar, Abdullah A. 2008. Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik
Permasalahan Indonesia. Medan: Universitas Sumatera Utara.
• Snell, Richard. 2006. Anatomi Klinik untuk mahasiswa Kedokteran, Jakarta :
EGC.