laporan fix
DESCRIPTION
fixTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial untuk skenario I dengan baik serta tepat waktu.
Laporan tutorial ini disusun untuk melengkapi tugas tutorial dengan didukung oleh referensi-referensi yang bisa dipertanggungjawabkan. Laporan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas dari materi tutorial, agar para mahasiswa Universitas Jember bisa menggunakan etika dan sopan santun dalam berkomunikasi.
Penulis menyusun laporan tutorial ini melalui berbagai tahap baik dari pencarian bahan, pembahasan, belajar mandiri, dan lain-lain. Laporan ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya kerjasama yang baik dengan pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
drg. Hafiedz Maulana, M.Biomed sebagai pembimbing tutorial yang telah banyak membantu dalam proses tutorial.
Teman-teman anggota tutorial VI.
Semoga laporan tutorial ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.Tiada gading yang tak retak,apabila ada yang kurang sempurna dalam laporan ini,penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca guna perbaikan lebih lanjut pada masa yang akan datang.
Jember, 30 Maret 2015
Tutorial IV
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
...1
Daftar Isi
...2
Bab I : Pendahuluan
....3
I.1 Latar Belakang.....3
I.2 Skenario
......4Bab II : Tinjauan Pustaka............................................................................5Bab III : Pembahasan
............................................................................63.1 Komponen kelenjar saliva.......................................................63.2 Sumber dari sekresi saliva........................................................103.3 Kelainan pada sekresi saliva ....................................................133.4 Kendali saraf pada sekresi saliva.........................................20Bab IV : Kesimpulan
...........................................................................23Daftar Pustaka
.............................................................................24BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam rongga mulut banyak sekali jaringan keras maupun lunak bahkan cairan yang membantu dalam pencernaan makanan. Salah satu cairan di rongga mulut tersebut adalah saliva. Sekilas saliva memang dianggap tidak begitu penting bagi kaum awam, bahkan saliva dianggap menjijikkan. Namun, dibalik hal itu saliva sangat penting. Menurut Mendel (1993) saliva memiliki peranan untuk menegakkan diagnosa bagi kedokteran gigi, fisiologi, internal medicine, endocrinology, pediatrics, immunology, clinical pathology, forensic medicine, pshycology, and sport medicine.
Saliva adalah suatu cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit seperti sodium, potassium, kalium, khloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan beberapa protein yang berperan sebagai enzim, antimikroba, immunoglobulin, glukosa, albumin, glikoprotein, polipeptida, dan oligopeptida yang secara keseluruhan berperan penting dalam menjaga kesehaatan rongga mulut.
Saliva tidak hanya membantu proses pengunyahan, juga dijadikan pelindung multidimensional dan saliva dapat dijadikan bahan informasi untuk tingkat cairan jaringan sesudah minum obat, status emosional, status hormon, status imunologi, status neurologi, status nutrisi dan pengaruh metabolisme. Karena itu, saliva dapat dijadikan sebagai suatu media dalam mendiagnostik dalam bidang kedokteran gigi menurut pernyataan Screebny dan Mandel yang diutarakan oleh Nikiforuk (1995).
Dalam menjaga kesehatan rongga mulut, saliva berperan menjaga keseimbangan sistem buffer, membunuh mikroorganisme, membantu sistem pengunyahan dan pencernaan makanan, membantu proses bicara, serta membantu lidah dalam kaitannya dengan penghantaran reseptor rasa. Apabila terjadi ketidakseimbangan dalam sekresi saliva seperti mulut kering atau xerostomia dapat menyababkan karies menjalar dengan cepat karena saliva menurun volumenya sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai antimikroba. Sebaliknya jika volume saliva meningkat atau dikenal dengan hipersalivasi juga mengganggu dalam proses bicara, menyanyi, dan sebagainya.1.2 Rumusan masalah 1.2.1 Apakah saja komponen-komponen dari kelenjar saliva dan fungsi komponen tersebut ?1.2.2 Dari mana sekresi saliva berasal?
1.2.3 Apa saja kelainan dari sekresi saliva?
1.2.4 Bagaimana persarafan dari kelenjar saliva?
1.3 Tujuan 1.3.1 Mampu mengetahui komponen kelenjar saliva dan fungsi komponennya
1.3.2 Mampu mengetahui sumber dari sekresi saliva1.3.3 Mampu mengetahui kelainan sekresi saliva
1.3.4 Mampu mengetahui persarafan dari kelenjar saliva
1.4 SkenarioSeorang peneliti muda melakukan penelitian tentang kecepatan air saliva. Mahasiswa itu menggunakan manusia sebagai subjek penelitiannya. Sebelum dilakukan pengambilan salivanya, subjek penelitian diinstruksikan untuk tidak makan dan minum serta gosok gigi selama 2 jam. Subjek penelitian diinstruksikan untuk membuka mulut dan peneliti melakukan pengambilan saliva di bawah lidah selama 1 menit dalam wadah plastik. Setelah itu, peneliti menginstruksikan subjek penelitian disuruh mengumpulkan saliva di dalam wadah plastik selama 5 menit. Masing-masing sampel saliva diukur volumenya dan dihitung kecepatan salivanya. Selain diukur kecepatan air saliva, saliva juga dilihat perbedaan viskositasnya.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Saliva merupakan cairan yang sangat penting di rongga mulut yang dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva memiliki peranan menegakkan diagnosa dalam bidang Kedokteran Gigi, Fisiologi, Internal Medicine, Endocrinology, Pediatrics, Immunology, Clinical Pathology, Forensic Medicine, Psycology dan Sport Medicine.
Saliva diproduksi oleh kelenjar saliva mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor merupakan kelenjar saliva utama yang terdiri dari kelenjar parotid, kelenjar submandibular, dan kelenjar sublingual. Kelenjar parotid adalah kelenjar yang murni serus pada manusia dewasa, walaupun kadang-kadang sel mukus ditemukan pada anak-anak. Kelenjar parotid bermuara pada duktus Stensens. Kelenjar submandibular merupakan campuran, tapi yang lebih dominan adalah serus dan bermuara pada duktus Whartoni. Kelenjar sublingual merupakan campuran tapi yang lebih dominan adalah mukus. Pada kelenjar ini ditemukan sedikit acini serus dan bermuara pada duktus Bartholin. Sel serus menghasilkan saliva yang encer sehingga viskositasnya menjadi lebih rendah sedangkan sel mukus menghasilkan saliva yang kental sehingga viskositas lebih tinggi.
Kelenjar saliva minor ditemukan di sepanjang mukosa rongga mulut. Kelenjar lingual ditemukan bilateral dan terbagi kedalam beberapa kelompok. Kelenjar lingual anterior terdapat pada permukaan anterior lidah dekat ujung lidah dan terbagi atas kelenjar mukus anterior dan campuran pada posterior. Kelenjar lingual posterior terdapat pada gabungan dengan lingual tonsil dan permukaan lateral lidah. Merupakan kelenjar mukus murni. Kelenjar serus (von ebner) mengalir kedalam saluran-saluran di sekeliling papilla circumvallata. Kelenjar bukal dan labial ditemukan pada pipi dan bibir. Unit terminal secretory mengandung sekresi mukus dan serus. Kelenjar palatinal merupakan murni mukus dan ditemukan pada palatum lunak dan uvula, dan didalam regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatina merupakan mukus murni yang berlokasi di lipatan glossopalatina. (www.repository.usu.ac.id)
BAB IIIPEMBAHASAN
3.1. Komponen kelenjar Saliva3.1.1 Komponen organik saliva:
Amilase
Amilase merupakan protein saliva konsentrasi tinggi. Amilase adalah enzim pencernaan yang terutama diproduksi oleh kelenjar parotis dan submandibular. Amilase mengubah tepung kanji dari glikogen menjadi kesatuan karbohidrat yang lebih kecil dan akibat pengaruh amilase, polisakarida dapat dicerna dengan mudah.Immunoglobulin
Immunoglobulin terlibat pada sistem penolakan fisik dan agen antibakteri. Immunoglobulin terdiri dari sebagian besar IgA sekretorik (SIgA) dan sebagian kecil IgM dan IgG. Aktivitas antibakteri SIgA yang terdapat dalam mukosa mulut bersifat mukus dan bersifat melekat dengan kuat, sehingga antigen dalam bentuk bakteri dan virus akan melekat erat dalam mukosa mulut yang kemudian dilumpuhkan oleh SIgA. Bakteri mulut yang diselubungi oleh SIgA lebih mudah difagositosis oleh leukosit
3. Protein Kaya Prolin
Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi penting yaitu mempertahankan konsentrasi kalsium di dalam saliva agar tetap konstan yang menghambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi
4.Mukus Glikoprotein
Mukus glikoprotein merupakan lapisan pada rongga mulut yang berfungsi dalam lubrikasi jaringan rongga mulut, pengatur interaksi antara epitel permukaan dengan lingkungan luar dan perangkap bakteri.
5. Lisozim
Lisozim mempunyai fungsi proteksi terhadap bakteri yaitu berperan aktif menghancurkan dinding sel bakteri Gram positif dan sangat efektif dalam melisiskan bakteri. Pada saliva, lisozim berasal dari kelenjar parotis, kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual
6. Sistem Peroksidase
Peroksida berperan sebagai sistem antibakteri yang banyak hadir pada kelenjar parotis, terdiri dari hidrogen peroksida, tiosanat dan laktoproksidase Sistem ini menghambat produksi asam dan pertumbuhan bakteri streptokokus dan laktobasilus yang ikut menjaga pH rongga mulut sekaligus mengurangi terjadinya karies akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri
7. Laktoferin
Laktoferin merupakan hasil produksi sel epitel kelenjar dan leukosit PMN yang mempunyai efek bakterisid yang merupakan salah satu fungsi proteksi terhadap infeksi mikroorganisme ke dalam tubuh manusia Laktoferin juga mengikat ion ion Fe+, yang diperlukan bagi pertumbuhann bakteri
8. Laktoperoksidase
Laktoperoksidase menkatalisis oksidasi tiosanat menjadi hipotiosianat yang
mampu menghambat pertumbuhan dan pertukaran zat bakteri
3.1.2 Komponen Anorganik
Komponen anorganik yang terdapat di dalam saliva berupa ion kalsium, magnesium, fluorida, HCO3, kalium, natrium, klorida, NH4. Selain itu terdapat gas seperti karbondioksida, nitrogen dan oksigen (Rensburg, 1995). Dari kation yang terdapat di dalam saliva, natrium dan kalium memiliki konsentrasi tertinggi. Klorida sangat penting untuk aktivitas enzimatik amilase. Kalium dan fosfat yang terkandung dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi email. Kadar fluorida di dalam saliva dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida di dalam air minum dan makanan. Tiosianat merupakan suatu gen antibakteri yang bekerja samadengan sistem laktoperoksidase. Bikarbonat adalah ion bufer terpenting dalam saliva. Dalam saliva yang dirangsang, ion ini menghasilkan 85% dari kapasitas bufer dalam sistem fosfat 14%. Konsentrasi bikarbonat pada kelenjar parotis dan kelenjar submandibular meningkat dengan meningkatnya aliran saliva
3.1.3 Fungsi Protein pada Saliva
Lisosim
Lisosim terdapat hampir pada semua cairan tubuh dan terdeteksi pada fetus manusia umur 9-12 tahun. Sumber lisosim saliva berasal dari glandula salivarius mayor dan minur, sel fagosit maupun cairan krevikular gingival. Fungsi lisosim adalah sebagai berikut
Aktivitas muramidase, yaitu lisosim mampu menghidrolisa ikatan (1-4) antara asam N-asetil muramik dan N-asetilglukosamin pada lapisan peptidoglikan dinding sel bakteri. Hidrolisa lapisan peptidoglikan akan melisis bakteri.
Aktivitas bakterial autolysin tergantung pada kationik. Oleh karena lisosim merupakan kationik. Lisosim dapat merusak membrane bakteri dan mengaktifkan mekanisme bacterial autolysin karena aktivasi muramidase dan autolysin
Menyebabkan terjadinya agregasi bakteri
Mencegah perlekatan bakteri pada permukaan gigi
Mencegah penggunaan glukosa oleh bakteri
Memecah rantai streptokokus
Sistem Peroksidase Saliva
Sumber utama sistem peroksidase saliva (SPS) ialah glandula salivarius dan sel lekosit. SPS yang berasal dari glandula salivarius disebut salivary peroksidase, sedangkan SPS yang berasal dari lekosit disebut mieloperoksidase. Salivary peroksidase manusia kadang-kadang disebut pula laktoperoksidase karena kesamaannya dengan laktoperoksidase susu sapi.
Aktivitas antimicrobial
Melindungi sel dari efek toksik hydrogen peroksida
Melindungi bakteri dari efek bakteriosidadl hydrogen peroksida
Melindungi asam sialik dari dekarbosilase okksidatif oleh hydrogen peroksida
Inaktivasi komponen mutagenic dan karsinogenik
Laktoferin
Laktoferin (LF) adalah glikoprotein (berat molekul 76 kilodalton) yang mengikat besi. Glikoprotein ini dikeluarkan oleh sel serosa dan glandula salivarius minor. Dalam rongga mulut, sumber penting LF ialah cairan gingival. Fungsi utama LF sangat ditentukan oleh tingginya afinitas LF untuk mengikat ion besi, sehingga mLF mampu menurunkan level ion besi yang merupakan bahan esensial untuk metabolism mikroorganisme patogen. Dengan kata lain, sifat bakteriostatik LF karena ikatannya dengan ion besi. LF mampu pula bersifat bakteriosid terhadap S. mutan secara invitro dengan suhu 370C.
Salivari Aglutinin
Saliva mengandung beberapa komponen yang mampu mengaglutinasi bakteri mulut. Akibatnya interaksi komponen tersebut dengan bakteri menghasilkan agregasi bakteri (membentuk endapan bakteri) yang mudah dibersihkan oleh saliva dan kemudian tertelan. Komponen tersebut adalah:
Glikoprotein dengan berat molekul tinggi
Salivary IgA
Lisosim mikroglobulin (, m)
Fibronektin (FN)
Proline Rich protein (PRP)
PRP adalah protein kaya prolin yang merupakan sekelompok kompleks protein yang mampu menghambat presipitasi spotan garam kalsium fosfat. Protein ini dengan cepat akan teradsorbsi dari saliva ke permukaan hidroksi apatit. Diperkirakan adsorbs ini menghambat pertumbuhan Kristal garam kalsium.
Protein antimicrobial anionic
Saliva mengandung 4 macam protenin anionic yang dapat menghambat pertumbuhan S. mutans. Berat molekul protein ini adalah 14-17 kilodalton. Pada orang yang bebas karies, protein ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
3.1.4 Fungsi Lipid pada Saliva
Dalam saliva lipid merupakan perantara substansi lipofilik agar dapat menembus mukosa mulut dan lipid mengganggu interaksi kalsium dengan protein dan glikoprotein saliva. Beberapa lipid saliva seperti lisofosfatidilkolin dapat mempengaruhi akktivitas enzim glukosiltransferase bakteri kariogenik, seperti S. mutans. Lipid mampu menstabilkan ikatan hidrofobik antara bakteri dengan jaringan mulut. Pelikel lipid memelihara kohesi plak bakteri, sehingga mempercepat terbentuknya kalkulus. Tetapi lipid dalam pelikel mampu menghambat proses terjadinya karies.
3.2 Sumber-sumber dari sekresi salivaDiperkirakan kelenjar saliva mayor (parotis, submandibular dan sublingual) menghasilkan 90% dari total volume saliva (Bradley, 1995).
Kelenjar parotis Kelenjar terbesar dengan berat 20 30 gram pada dewasa (Brobeck, 1981). Kelenjar parotis terletak pada bagian samping wajah atau pada bagian bawah dan bagian depan telinga. Duktus ekskretorinya yang disebut duktus Stensen berjalan ke depan menyilang pada otot maseter kemudian berbelok tajam melewati otot businator dan bermuara pada vestibulum di daerah molar kedua permanen rahang atas. Kelenjar ini bersifat serosa pada orang dewasa walaupun terkadang terdapat sel asinar mukus pada kelenjar saat masih anak - anak (Rensburg, 1995).
Merupakan kelenjar tubuloasinosa dan kelenjar tubulosa kompleks. Sel-sel serosa yang sedikit hampir seluruhnya ikut membentuk demilune. Duktus interkalaris dan duktus stria jarang terlihat. Terdapat 10-20 saluran keluar duktus sublingualis yang bermuara ke sepanjang lipatan mukosa yaitu plika sublingualis, dan masing-masing mempunyai muara sendiri. Saluran keluar utamanya yaitu duktus sublingualis mayor Bartjoli yang bermuara pada karunkula sublingualis bersama-sama dengan duktus Wharton, dan terkadang keduanya menjadi satu. (Finn Geneser, 1994)
Kelenjar submandibular
kelenjar dengan berat 8 10 gram, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula dan meluas ke sisi leher melalui bagian tepi bawah mandibula (Brobeck,1981; Amerongen, 1991). Duktus ekskretorinya disebut duktus Wharton yang bermuara pada sebelah lateral frenulum lingualis. Kelenjar ini bersifat campuran dan yang paling dominan bersifat serosa (Rensburg, 1995).
Terdiri dari jaringan ikat padat. Kelenjar submandibularis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks yg pd manusia terutama adalah kelenjar campur dengan sel sel serosa yg dominan, terdapat duktus interkalaris tetapi saluran ini pendek karena itu tidak banyak dijelaskan. Sebaliknya duktus striata berkembang baik dan panjang. Saluran utamanya adalah duktus submandibularis Wharton bermuara pada ujung papilla sublingualis pd dasar rongga mulut dekat dengan frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. (Finn Geneser, 1994)
Kelenjar sublingual
sepasang kelenjar dengan berat 2 3 gram, terletak pada otot mylohyoid meluas ke lateral terhadap mandibula dan ke medial terhadap otot geniolosus (Brobeck, 1981; Amerongen, 1991). Kelenjar ini memiliki 10 20 duktus kecil yang menembus membran mukosa dan bermuara pada dasar mulut atau pada saluran kelenjar submandibular. Kelenjar ini bersifat campuran dengan sifat mukus yang paling dominan (Rensburg, 1995).
Merupakan kelenjar tubuloasinosa dan kelenjar tubulosa kompleks. Sel-sel serosa yang sedikit hampir seluruhnya ikut membentuk demilune. Duktus interkalaris dan duktus stria jarang terlihat. Terdapat 10-20 saluran keluar duktus sublingualis yang bermuara ke sepanjang lipatan mukosa yaitu plika sublingualis, dan masing-masing mempunyai muara sendiri. Saluran keluar utamanya yaitu duktus sublingualis mayor Bartjoli yang bermuara pada karunkula sublingualis bersama-sama dengan duktus Wharton, dan terkadang keduanya menjadi satu. (Finn Geneser, 1994)
Kelenjar asesori terdiri dari:Kelenjar lingualis, ditemukan bilateral dan terdiri dari dua bagian, yaitu kelenjar lingualis anterior yang terletak di permukaan inferior lidah dekat apeks. Kelenjar lingualis posterior bergabung dengan tonsil lidah di sepanjang permukaan lateral lidah.Kelenjar bukalis dan labialis, terletak di mukosa pipi dan mukosa bibir.Kelenjar palatinal terletak di mukosa langit langit lunak, uvula dan bagian posterolateral dari langit langit keras.Kelenjar glossopalatinal, terletak di lipatan glossopalatina (Rensburg, 1995).3.2 Kelainan pada sekresi salivaKelainan Sekresi Saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva yang dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau nyeri.Terdapat beberapa kelainan pada kelenjar saliva antara lain: MucoceleMucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh pecahnya saluran kelenjar saliva dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di sekitarnya. Mucocele dapat terjadi pada bagian mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Etiologi Umumnya disebabkan trauma, mis: bibir yang sering tergigit atau pukulan di wajah. Karena penyumbatan duktus (saluran) kelenjar liur minor. Obat-obatan yang mempunyai efek mengentalkan ludah.
Gambaran Klinis Batas tegaskonsistensi lunakUkuran biasanya kecilTidak ada keluhan sakitKadang-kadang pecah, hilang tapi tidak lama kemudian akan timbul lagiDiagnosis Melakukan anamnesa lengkap dan cermat secara visual
Bimanual palpasi intra & extraoral
Aspirasi
Melakukan pemeriksaan laboratories
Pemeriksaan radiologis dengan kontras media
Pemeriksaan mikroskopis, pemeriksaan biopsy
RanulaEtiologi Ranula terbentuk sebagai akibat normal melalui duktus ekskretorius major yang membesar atau terputus.Gambaran klinisBentuk dan rupa kista ini seperti perut kodok yang menggelembung keluar
Dinding sangat tipis dan mengkilap
Warna translucentKebiru-biruanPalpasi ada fluktuasiTumbuh lambat dan expansif
SialadenitisSialadenitis adalah infeksi bakteri dari glandula salivatorius, biasanya disebababkan oleh hyposecretion kelenjar. Proses ini dapat bersifat akut dan dapat menyebabkan pembentukan abses terutama sebagai akibat infeksi bakteri.
Etiologi Sialadenitis biasanya terjadi setelah obstruksi hyposecretion atau saluran. Sialadenitis paling sering terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya terjadi pada pasien dengan umur 50-an sampai 60-an, khususnya pada pasien sakit kronis dengan xerostomia,dan pasien dengan sindrom Sjgren, dan pada mereka yang melakukan terapi radiasi pada rongga mulut. Organisme yang merupakan penyebab paling umum pada penyakit ini adalah Staphylococcus aureus organisme lain meliputi Streptococcus, koli, dan berbagai bakteri anaerob.Gambaran klinis Meliputi gumpalan lembut yang nyeri di pipi atau di bawah dagu, dan dalam kasus yang parah penderita , demam, dan menggigilSjorgen syndromeSjorgen syndrome merupakan suatu penyakit auto imun yang ditandai oleh produksi abnormal dari extra antibodi dalam darah yang diarahkan terhadap berbagai jaringan tubuh. Ini merupakan suatu penyakit autoimun peradangan pada kelenjar saliva yang dapat menyebabkan mulut kering dan bibir kering.
Gejala Mulut kering
Susah menelan
Kerusakan gigi
Penyakit gingiva
Mulut luka dan pembengkakan
Infeksi pada kelenjar parotis bagian dalam pipi.
Etiologi Penyebab sjorgen syndrome tidak diketahui, namun ada dukungan ilmiah yang menyatakan bahwa penyakit ini adalah penyakit turunan atau adanya faktor genetik, penyakit ini kadang-kadang ditemukan pada anggota keluarga lainnya. Hal ini juga ditemukan lebih umum pada orang yang memiliki penyakit autoimun lainnya seperti lupus, autoimun penyakit tiroid, diabetes, dll.
Diagnosis
Sjorgen syndrome dapat didiagnosis dengan cara biopsi
Sialorrhea Sialorrhea adalah suatu kondisi medis yang detandai dengan menetesnya air liur atau sekresi saliva yang berlebihan.
Etiologi Penyebab dari sialorrhea dapat bevariasi berupa gejala dan gangguan neurologis, infeksi atau keracunan logam berat dan insektisida serta efek samping dari obat-obatan tertentuSialosis Sialosis didefinisikan sebagai pembengkakan non-inflamasi dan non-neoplastik dari kelenjar saliva. Paling sering mengenai kelenjar parotis biasanya bilateral, tapi kadang-kadang juga mengenai kelenjar submandibularis dan sublingualis.
Etiologi Penyebab sialosis sering dihubungkan dengan sejumlah penyakit sistemik, terutama diabetes melitus, akromegali, alkoholisme, malnutrisi, bulimia nervosa dan anoreksia nervosa. Juga akibat efek samping sejumlah obat-obatan.
Sialometaplasia necrotic
Lesi pada kelenjar saliva yang bersifat nonneoplastik, peradangan yang dapat sembuh dengan sendirinya, terutama mengenai kelenjar saliva yang terdapat pada palatum.
Gejala klinis
Muncul secara spontan
Terdapat lesi dan pembengkakan
Ukuran maksimal 1-2 cm
Lesi bilateral atau unilateral
Burning sensation (sensasi terbakar)
Etiologi Penyebab sialosis sering dihubungkan dengan sejumlah penyakit sistemik, terutama diabetes melitus, akromegali, alkoholisme, malnutrisi, bulimia nervosa dan anoreksia nervosa. Juga akibat efek samping sejumlah obat-obatan.
Sialolitiasis
Sialolitiasis merupakan pembatuan yang terjadi akibat pengendapan dari bahan-bahan organic dan anorganik antara lain deposisi garam-garam kalsium disekitar nidus organik yang terdiri dari alterasi musin-musin saliva bersama dengan adanya deskuamasi sel-sel epitel, dekomposisi protein yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri dan mikroorganisme (infeksi akut).
Etiologi Reaksi pengobatan.
Peradangan
Kelainan Sistemik
Gejala klinis
Mulut kering
Wajah membengkak
Rasa Sakit/Nyeri pada mulut
Mulut kemerahan
Pembengkakan pada mulut dan sekitarnya
Kesulitan Menelan
Pembengkakan pada leher
Kesulitan Membuka Mulut
Rasa Sakit/Nyeri pada leher dan wajah
Xerostomia
Adalah kekeringan mulut yang terjadi karena adanya gangguan fungsi kelenjar saliva yang disebabkan oleh :
Factor Psikis
Reaksi emosiolnal, secara proses faal mengganggu aliran saliva
Dehidrasi, karena kehilangan banyak cairan tubuh ( diare,muntah)
Anomali
Aplasia kelenjar saliva (kelenjar saliva tidak terbentuk)
Proses menua, karena atropi jaringan sekretorik dan mempengaruhi kecepatan aliran saliva
Radiasi daerah leher dan kepala
Mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan derajat kerusakan yang berbeda-beda tergantung dari dosis dan lamanya penyinaran
Berkurangnya saliva menyebabkan mengeringnya selaput lendir, mukosa mulut menjadi kering, mudah mengalami iritasi dan infeksi. Keadaan ini disebabkan oleh karena tidak adanya daya lubrikasi infeksi dan proteksi dari saliva (Amerongan, 1991; Kidd dan Bechal, 1992). Proses pengunyahan dan penelanan, apalagi makanan yang membutuhkan pengunyahan yang banyak dan makanan kering dan kental akan sulit dilakukan. Rasa pengecapan dan proses bicara juga akan terganggu (Kidd dan Bechal,1992; Amerongan,1991; Son is dkk, 1995).
Kekeringan pada mulut menyebabkan fungsi pembersih dari saliva berkurang, sehingga terjadi radang yang kronis dari selaput lendir yang disertai keluhan mulut terasa seperti terbakar (Wall, 1990).
Pada penderita yang memakai gigi palsu, akan timbul masalah dalam hal toleransi terhadap gigi palsu. Mukosa yang kering menyebabkan pemakaian gigi palsu tidak menyenangkan, karena gagal untuk membentuk selapis tipis mukus untuk tempat gigi palsu melayang pada permukaannya (Haskell dan Gayford,1990). Selain itu karena turunnya tegangan permukaan antara mukosa yang kering dengan permukaan gigi palsu (Kidd den Bechal,1992).
Susunan mikroflora mulut mengalami perubahan, dimana mikro organisme kariogenik seperti streptokokus mutans, laktobacillus den candida meningkat. Selain. itu, fungsi bakteriostase dari saliva berkurang. Akibatnya pasien yang menderita mulut kering akan mengalami peningkatan proses karies gigi, infeksi candida dan gingivitis (Amerongan,1991; Kidd dan Bechai,1992; Sonis dkk,1995).
Sialorrhea (hipersalivasi)
Adalah suatu keadaan terjadinya sekresi saliva yang berlebihan. Sialorrhea bukanlah suatu penyakit, tetapi suatu symptom dari banyak kelainan yang berhubungan dengan kelenjar-kelenjar saliva, baik dalam keadaan local maupun sistemik.Mumps
Mumps ( Gondongan) adalah suatu infeksi paramyxovirus menular yang menyebabkan pembengkakan pada kelenjar parotos, submandibula dan kelenjar saliva lainnya yang disertai nyeriSialadenitis supuratif akut
Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1828. Sebagian besar penyakit ini melibatkan kelenjar parotis, dan terkadang juga melibatkan kelenjar submandibula. Seringnya terjadi keterlibatan kelenjar parotis dibandingkan dengan kelenjar saliva lainnya disebabkan karena aktivitas bakteriostatis pada kelenjar parotis lebih rendah dibandingkan pada kelenjar saliva lainnya.
Organisme penyebab infeksi dapat berupa Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Eschericia coli, serta Haemophylus influenzae. Bakteri anaerob penyebab yang paling sering adalah Bacteroides melaninogenicus dan Streptocccus micros3.4 Kendali Saraf Pada Sekresi Saliva Aliran saliva dapat dipicu melalui stimulus psikis (pikiran akan makanan), mekanis (keberadaan makanan), atau kimiawi (jenis makanan).
Stimulus dibawa melalui serabut aferen dalam saraf kranial V, VII, IX dan X menuju nuklei salivatori inferior dan superior dalam medula. Semua kelenjar saliva dipersarafi serabut simpatis dan parasimpatis.
Volume dan komposisi saliva bervariasi sesuai jenis stimulus dan jenis inervasinya (sistem simpatis dan parasimpatis).
Stimulasi parasimpatis mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah dan sekresi berair (serosa) yang banyak sekali.
Stimulasi simpatis mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah dan sekresi mukus yang lebih kental dan lengket. Obat-obatan yang mengandung penghambat kolinergik (neuro transmitter parasimpatis) mengakibatkan terjadinya sensai mulut kering.
Pada manusia normal, saliva yang disekresi permenit adalah sebanyak 1 ml. Saliva yang disekresi dapat mencapau 1 L sampai 1,5 L dalam 24 jam. (Ethel Sloane, 2004 ) Nuklei Inferior dan superior salivatory terdapat di medula oblongata. Awalnya berhubungan dengan nukleus batang otak dari nervus facial, akhirnya ujungnya bersatu dengan nervus IX. (Isselhard,2003) Salivasi juga dapat dirangsang atau dihambat oleh sinyal-sinyal saraf yang tiba pada nukleus salivatorius dari pusat-pusat sistem saraf pusat yang lebih tinggi. Sebagai contoh, bila seseorang mencium atau makan makanan yang disukainya, pengeluaran saliva lebih banyak daripada bia ia mencium atau makan makanan yang tidak disukainya. Daerah nafsu makan pada otak, yang mengatur sebagian efek ini, terletak di dekat pusat parasimpatis hipotalamus anterior, dan berfungsi teruatama sebagai respons terhadap sinyal dari daerah pengecapan dan pencuman dari korteks serebral atau amigdala.
Salivasi juga dapat terjadi sebagai respons terhadap refleks yang berasal dari lambung dan usus bagian atas, khususnya saat menelan makanan yang sangat mengiritasi atau bila seseorang mual karena adanya beberapa kelainan gastrointestinal. Saliva yang ditelan diperkirakan membantu menghilangkan faktor iritan pada traktus gastrointestinal dengan cara mengencerkan atau menetralkan zat iritan.
Perangsangan simpatis juga dapat meningkatkan salivasi dalam jumlah sedang, tetapi lebih sedikit dari perangsangan parasimpatis. Saraf-saraf simpatis berasal dari ganglia servikalis superior dan kemudian berjalan sepanjang pembuluh darah ke kelenjar-kelenjar saliva.
Faktor kedua yang mempengaruhi sekresi adalah supladi darah ke kelenjar karena sekresi selalu membutuhkan nutrisi yang adekuat. Sinyal-sinyal saraf parasimpatis yang sangt merangsang salivasi, pada saat bersamaan melebarkan pembuluh-pembuluh darah. Tetapi, selain itu, salivasi sendiri secara langsung melebarkan pembuluh-pembuluh darah, sehingga menyediakan peningkatan nutrisis seperti yang dibutuhkannya. Sebagian dari tambahan efek vasodilator ini disebabkan oleh kalikrein yang disekresikan oleh sel-sel saliva yang aktif, yang kemudian bekerja sebagai suatu enzim untuk memisahkan satu protein darah, yaitu alfa2-globulin, untuk membentuk bradikinin, suatu vasodilator yang kuat. (Guyton & Hall, 1997).
BAB IVKESIMPULAN
Saliva merupakan suatu cairan di rongga mulut yang diproduksi serta diekskresi oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut . Saliva diekskresikan oleh kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor meliputi kelenjar parotid, kelenjar submandibularis dan kelenjar sublingualis. Komposisi saliva terdiri atas bahan organic dan anorganik dan air yang berguna untuk system buffer , pelumas,pengangkutan, dan pencernaan makanan serta membunuh mikrooganisme di dalam rongga mulut. Sekresi saliva memiliki beberapa tipe yaitu serus, mucus dan campuran ( serus-mukus) .
DAFTAR PUSTAKA
Eroschenko, Victor C.2010.Atlas Histology difiore.Jakarta: EGC
Ganong.1999.Buku Ajar Fisiologi Manusia Edisi 17. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC
Geneser, Finn.1994.Buku Text Histology Jilid 2. Jakarta Barat : Binarupa Aksara.
Isselhard, Brand. 2003. Anatomy of Orofacial Structure. America : Mosby
Rensburg.1995. Oral Biology. Chicago: Quistessence Publishing Co,Inc.
Sherwood, L.2001.Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC
www.repository.usu.ac.id