laporan terbaru fix

92
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO C BLOK IV DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10 Tutor : dr. Dwi Aisyah Noer Maulidina 04011381320043 Dwina Yunita Marsya 04011381320051 Tri Kurniawan 04011281320019 Prizka Avilia Puspa 04011281320001 Yuni Paradita Djunaidi 040111001042 R. A. Delila Tsaniyah 040111001043 Lidya Kartika 040111001051 Fajar Ahmad Prasetya 040111001084 Desy Aryani 040111001085 Raisa Putri Secioria 040111001095 Cahyo Purnaning 040111001097 1

Upload: winamarsya

Post on 11-Nov-2015

287 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

djytjgtiuk

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO CBLOK IV

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 10

Tutor : dr. Dwi

Aisyah Noer Maulidina

04011381320043Dwina Yunita Marsya

04011381320051Tri Kurniawan

04011281320019Prizka Avilia Puspa

04011281320001Yuni Paradita Djunaidi

040111001042

R. A. Delila Tsaniyah

040111001043

Lidya Kartika

040111001051

Fajar Ahmad Prasetya

040111001084

Desy Aryani

040111001085

Raisa Putri Secioria

040111001095

Cahyo Purnaning

040111001097PENDIDIKAN DOKTER UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2013KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tugas tutorial skenario ini dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan ini betujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.

Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat bermanfaat untuk perbaikan di kemudian hari.

Palembang, Oktober 2013

Penyusun

DAFTAR ISIKata Pengantar.......................................................................................................................... 2 Daftar Isi.................................................................................................................................... 3 Skenario..................................................................................................................................... 4 Klarifikasi Istilah....................................................................................................................... 4 Identifikasi Masalah.................................................................................................................. 5 Analisis Masalah....................................................................................................................5 Kerterkaitan antarmasalah........................................................................................................33

Learning Issues.........................................................................................................................33

Sintesis.....................................................................................................................................35

Kerangka Konsep.....................................................................................................................35

Simpulan ..................................................................................................................................60Daftar Pustaka..........................................................................................................................61I. SKENARIO C BLOK IVTuan Mularis, usia 60 tahun bekerja sebagai tukang becak telah menikah dengan istrinya Maryam, usia 57 tahun. Mereka mempunyai 3 orang anak, 1 laki-laki dan 2 perempuan. Mereka merasa ada yang aneh pada fisik anak perempuan bungsunya yang bernama Sulastri yang sampai usia 15 tahun belum mendapatkan haid. Ciri-ciri fisik Sulastri bertubuh pendek dan berleher pendek. Selain itu, Sulastri agak terganggu pendengarannya, sering sesak nafas jika melakukan aktivitas fisik yang berlebihan. Saat sesak nafas bibirnya kebiruan, oleh karena kondisi Sulastri seperti itu, mereka membawa Sulastri ke RSUD Bari Palembang. Hasil pemeriksaan dokter, ciri-ciri fisik normal wanita, tetapi pada pemeriksaan USG tidak dijumpai adanya ovarium dan dari pemeriksaan seks kromatin di Bagian Biologi Kedokteran FK Unsri hasil seks kromatin negatif.

II. KLARIFIKASI ISTILAH

Aneh : ganjil, tidak seperti yang seharusnyaFisik : jasmani; badanHaid : Keadaan fisiologi dan siklik berupa pengeluaran sekret yang terdiri dari darah dan jaringan mukosa dari uterus non grafik melalui vagina Sesak nafas : kesulitan bernafasSeks kromatin (Barr body) : kompleks asam nukleat dan protein (khususnya histon) di dalam inti sel eukariot, yang menyusun kromosomUSG : gambaran struktur dalam tubuh dengan mencatat gema pulsa gelombang ultrasonik yang diarahkan dalam jaringan Tubuh pendek : tubuh yang tingginya di bawah rata-rata normalLeher pendek : leher yang panjangnya di bawah rata-rata normalOvarium : gonad perempuan; salah satu dari kelenjar seksual berpasangan pada perempuan tempat terbentuknya oositPendengaran : serangkaian peristiwa dimana gelombang suara di udara dikonversi menjadi sinyal listrik yang dikirim sebagai impuls saraf ke otak dimana mereka di tafsirkanKromatin negatif : tidak adanya kromatin seks atau Barr body; ciri khas inti sel somatik pada pria normal atau individu lain yang hanya memiliki satu kromosom

III. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Tuan Mularis, 60 tahun bekerja sebagai tukang becak menikah dengan Maryam, 57 tahun dan Maryam hamil anak ketiga pada usia tua (42 tahun). (problem priority)2. Pemeriksaan USG tidak dijumpai ovarium dan dari pemeriksaan seks kromatin hasil seks kromatin negatif.

3. Sulastri agak terganggu pendengarannya, sering sesak nafas jika melakukan aktivitas berlebihan; dan saat sesak nafas bibirnya kebiruan.

4. Sulastri 15 tahun belum mendapat haid.

5. Ciri-ciri fisik Sulastri bertubuh pendek dan berleher pendek.

IV. ANALISIS MASALAH

1. Tuan Mularis, 60 tahun bekerja sebagai tukang becak menikah dengan Maryam, 57 tahun dan Maryam hamil anak ketiga pada usia tua (42 tahun).

a. Bagaimana cara mengidentifikasi kelainan seks kromatin pasca natal?

Berikut adalah beberapa cara mendeteksi kelainan genetika sejak dini.

-Amniocentesis

Ini merupakan sebuah tes untuk mendeteksi kelainan kromosom, yang menyebabkan anak menderita down syndrom atau spina bifida. Amniocentesis biasanya dilakukan saat kehamilan memasuki trimester kedua (antara minggu ke-15 hingga minggu ke-20) atau menjelang kelahiran saat paru-paru bayi sudah terbentuk sempurna.

Pada tes ini dokter akan memasukkan jarum yang sangat kecil ke bagian dinding perut sampai masuk ke bagian rahim untuk mengambil contoh cairan ketuban dari kantong yang menyelimuti janin. Cairan ini kemudian dianalisa di laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya kelainan genetik atau kromosom. Hasil tes amniocentesis bisa diketahui dua minggu kemudian.

-Chorionic villus sampling

Cara ini lebih akurat untuk mendeteksi ketidaknormalan kromosom, yang salah satunya mengakibatkan down syndrome. Metode tes ini dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah dengan menyuntikkan jarum yang sangat pipih dan kecil ke bagian perut ibu hamil untuk mengambil contoh sel dari plasenta yang disebut chorionic villi.

Cara kedua adalah dengan menggunakan kateter yang dimasukkan lewat vagina sampai ke dekat plasenta di rahim untuk mengambil contoh sel. Hasil sampel ini kemudian dianalisa di laboratorium. Chorionic villus sampling (CVS) biasanya dilakukan di awal kehamilan, yakni pada minggu ke-10 atau minggu ke-12. Hasil tes ini juga lebih akurat dan lebih cepat.

-Pemeriksaan darah

Belum lama ini para peneliti dari Universitas Hongkong, China, mengenalkan teknik pemeriksaan darah untuk mengidentifikasi sejumlah kelainan penyakit bawaan pada janin. Tes ini bekerja dengan cara memeriksa DNA janin dalam darah ibu.

- Pemeriksaan atau identifikasi kelainan seks kromatin ada 2 cara, yaitu:(i) Pemeriksaan Barr body dan drum stick, dengan cara memeriksa mukosa atau pemeriksaan sel darah putih.

(ii) Pemeriksaan karyotype.

b. Apa saja jenis kelainan seks kromosom?

Secara garis besar, kelainan kromosom dapat dibedakan menjadi dua, kelainan numerik dan kelainan struktural.

Kelainan kromosom numerikal

Yaitu hilangnya atau bertambahnya satu kromosom atau secara keseluruhan. Terjadi karena kesalahan dalam pemisahan kromosom homolog atau non disjunction pada fase meiosis I dan II.

Monosomi : hilangnya satu kromosom pada sepasang kromosom. Monosomi dapat terjadi akibat non-disjunction atau anaphase lag.

Trisomi : bertambahnya satu kromosom pada sepasang kromosom. Trisomi biasanya dikarenakan terjadinya non-disjunction atau gagal berpisah pada kromosom homolog saat meiosis I atau non-disjunction pada kromatid saat meiosis II.

Polyploidi : dalam satu sel terdapat banyak kromosom haploid, seperti 69, triploidi, atau 92, tetraploidi. Poliploidi dapat merupakan sebab dari: 1) fertilisasi oleh dua sperma, 2)sperma yang diploid akibat non-disjunction pada meiosis; ovum yang diploid akibat non-disjunction pada meiosis.

Mosaik : adanya dua/lebih macam sel pada individu atau jaringan yang berbeda aturan genetiknya namun tetap diturunkan dari zygote yang sama, jadi memiliki asal genetik yang sama.

Ada 4 tipe penyebab kelainan kromosom, yaitu

Nondisjunction: ada gangguan dalam pelepasan sepasang kromosom, entah terjadi pada sebagian atau seluruhnya.

Translokasi : terjadi penukaran 2 kromosom yang berasal dari pasangan berbeda.

Mosaik : terjadi salah mutasi pada mitosis/pembelahan di tingkat zigot.

Reduplikasi atau hilangnya sebagian kromosom.

Trisomi 21 SINDROM DOWN

Pada Sindrom Down terdapat sebuah salinan ekstra dari kromosom 21 di dalam genom (47,XX+21 or 47,XY+21). Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan Secara sitogenetik, terdapat 3 jenis kasus sindrom down yaitu, trisomi, robertsonian translokasi, dan mosaik. Yang paling banyak ditemukan adalah keadaan trisomi (95%), translokasi (4%), dan keadaan mosaik (1%).

Sindroma down pertama kali dideskripsikan dan dipublikasikan oleh John Langdon Down pada1866. Penderita kelainan kromosom ini pada umumnya memiliki karakteristik fisik yang khas. Ciri fisik ini penting digunakan dokter untuk membuat diagnosis klinis. Beberapa ciri fisik penyandang kelainan ini di antaranya, bagian belakang kepala rata (Flattening of the back of the head), alis mata miring (slanting of the eyelids), telinga lebih kecil, mulut yang mungil, otot lunak, persendian longgar (loose ligament), tangan kaki yang mungi, bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar

Trisomi 13 SINDROM PATAU

Trisomi 13 atau Sindrom Patau disebabkan oleh adanya 3 untai kromosom 13 pada tiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Kelainan ini dapat menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung, ginjal, bibir dan rongga mulut (bibir sumbing), juga pertumbuhan jari tangan dan kaki. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000 sampai 10.000 bayi yang lahir dan biasanya jika gejalanya sangat berat dapat menyebabkan kematian beberapa jam atau beberapa minggu setelah kelahiran.

Trisomi 18 SINDROM EDWARD

Trisomi 18 atau sindrom Edward disebabkan oleh adanya 3 untai kromosom 18 pada tiap sel penderita. Berlebihnya jumlah kromosom 28 ini jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 5000 bayi lahir dan gejalanya adalah retardasi mental berat, gangguan pertumbuhan ukuran kepala dan pinggul yang kecil, dan kelainan pada tangan dan kaki.

Separuh penderita sindrom ini meninggal pada minggu pertama kelahiran, 45 persen lainnya meninggal sebelum usia setahun, dan mereka yang bertahan melebihi 12 bulan mengalami retardasi berat. Hampir semua sistem organ dapat terkena oleh trisomi 18. Hampir 95 persen bayi yang terkena memperlihatkan cacat jantung. Kelainan lain yang sering dijumpai adalah anomali ginjal, obstruksi saluran cerna, dan cacat tulang rangka.Kelainan kromosom sex

A. Klinefelter syndrome

Biasanya kariotip menunjukkan adanya penambahan kromosom X. Pada sebagian kasus dapat ditemukan adanya keadaan mosaik (46, XY/47, XXY). Kasus ini dapat pula dijumpai pada laki-laki (48, XXXY atau 49, XXXXY), namun jarang sekali terjadi.

Tampilan klinis pada penderita saat lahir: Jari-jari tangan yang menggembung (puffy hand and feet), selaput leher (webbed neck), dada seperti perisai (shield chest), dada lebar, perawakan tinggi, garis batas rambut letak rendah (low hairline), valgus pada cubitus, kelainan jantung dan ginjal.

B. Turner syndrome

Merupakan monosomi kromosom X. Terdapat beberapa variasi sindrom Turner ini, sindrom Turner klasik (45, X), mosaik (46, XX/46, X), dan isokromosom X atau delesi sebagian kecil lengan kromosom X. Tampilan klinis pada penderita saat lahir: Pada bayi tampak kecil, kaki dan tangan bengkak karena edema limfe, pterygium colli (kelebihan kulit leher), batas rambut belakang rendah, pada dewasa bentuk badan pendek, dan amenorrhea karena ovarium yang sangat kecil.

C. XXX females

Survei menunjukkan bahwa 0,1% dari seluruh perempuan memiliki kariotipe 47, XXX. Kasus ini biasanya terjadi karena kesalahan pada meiosis I. Tampilan klinis pada penderita saat lahir:

D. XYY males

Penambahan kromosom Y dapat kebayakan dikarenakan non-disjunction meiosis II yang bersifat paternal atau post-zygotic event. Tampilan klinis pada penderita saat lahir:

E. Fragile X syndrome

Disebut juga dengan sindrom Martin Bell. Penyakit diturunkan mengikuti hukum mendel (X linked). Kasus ini biasanya diderita oleh laki-laki, dan perempuan hanya sebagai pembawa sifat. Secara sitogenetik ampak adanya fragile site pada ujung lengan kromosom X. Carrier wanita secara molekuler pada promoterregion gen FMR-1 Mempunyai CGG repeat lebih dari 200 disebut mutasi penuh, sedang yang CGG repeat 50-200 disebut premutasi. Tampilan klinis pada penderita saat lahir: Wajah memanjang, jidat lebar, bibir tebal, testis besar, retardasi mental.

c. Apa kemungkinan kelainan yang diderita oleh Sulastri?

Sindrom Turner

Sindrom Turner atau Ullrich-sindrom Turner (juga dikenal sebagai "disgenesis gonad") meliputi beberapa kondisi, yang monosomi X (tidak adanya kromosom seks seluruh) adalah yang paling umum. Ini adalah kelainan kromosom di mana semua atau bagian dari salah satu kromosom seks tidak ada (manusia tidak terpengaruh memiliki 46 kromosom, dimana 2 adalah kromosom seks). Khas perempuan memiliki 2 kromosom X, tapi dalam sindrom Turner, salah satu kromosom seks hilang atau memiliki kelainan lainnya. Dalam beberapa kasus, kromosom hilang hadir dalam beberapa sel tetapi tidak yang lain, suatu kondisi yang disebut sebagai mosaicism atau 'Turner mosaicism'.

Terjadi pada 1 dari setiap 2.500 anak perempuan, sindrom memanifestasikan dirinya dalam beberapa cara. Ada kelainan fisik karakteristik, seperti perawakan pendek, pembengkakan, dada lebar, garis rambut rendah, rendah-set telinga, dan leher berselaput. Anak perempuan dengan sindrom Turner biasanya mengalami disfungsi gonad (ovarium tidak bekerja), yang mengakibatkan amenore (tidak adanya siklus menstruasi) dan kemandulan. Masalah kesehatan Concurrent juga sering hadir, termasuk penyakit jantung bawaan, hipotiroidisme (sekresi hormon tiroid berkurang), diabetes, masalah penglihatan, masalah pendengaran, dan banyak penyakit autoimun lainnya. Akhirnya, pola tertentu defisit kognitif sering diamati, dengan kesulitan tertentu dalam visuospatial, matematika, dan daerah memori.

Sindrom Turner Gejala

Gejala umum dari sindrom Turner meliputi:

Perawakan pendek

Lymphedema (pembengkakan) dari tangan dan kaki

Luas dada (dada''''perisai) dan luas-spasi puting

Rambut Rendah

Rendah-set telinga

Reproduksi sterilitas

Rudimenter streak gonad ovarium (struktur gonad belum berkembang)

Amenore, atau tidak adanya periode menstruasi

Peningkatan berat badan, obesitas

Perisai berbentuk jantung dada

Dipersingkat metakarpal IV (tangan)

Kuku kecil

Karakteristik wajah fitur

Berselaput leher dari hygroma kistik pada bayi

Coarctation aorta

Miskin perkembangan payudara

Horseshoe ginjal

Visual gangguan sklera, kornea, glaukoma, dll

Infeksi telinga dan gangguan pendengaran

Gejala lain mungkin termasuk rahang bawah kecil (micrognathia), cubitus valgus (berbalik-out siku), kuku terbalik lembut, lipatan palmar dan kelopak mata terkulai. Kurang umum adalah tahi lalat berpigmen, gangguan pendengaran, dan langit-langit tinggi-arch (rahang sempit). Sindrom Turner memanifestasikan dirinya berbeda di setiap wanita dipengaruhi oleh kondisi, dan tidak ada dua individu akan berbagi gejala yang sama.

Wanita dengan sindrom Turner memiliki kelenjar kelamin (gonad) yang tidak berfungsi dengan baik dan dilahirkan tanpa ovari atau uterus. Apabila seorang wanita tidak memiliki ovari maka hormon estrogen tidak diproduksi dan wanita tersebut menjadi infertil. Namun, apabila seorang penderita sindrom Turner memiliki sel normal (XX) dan sel cacat (sindrom Turner/XO) di dalam tubuhnya, maka ada kemungkinan wanita tersebut fertil. Wanita dengan keadaan demikian disebut mosaikisme (mosaicism). Penderita sindrom Turner memiliki beberapa cenderung ciri fisik tertentu seperti bertubuh pendek, kehilangan lipatan kulit di sekitar leher, pembengkakan pada tangan dan kaki, wajah menyerupai anak kecil, dan dada berukuran kecil.

Beberapa penyakit cenderung menyerang penderita sindrom ini, di antaranya adalah penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal dan tiroid, kelainan rangka tulang seperti skoliosis dan osteoporosis, obesitas, serta gangguan pendengaran dan penglihatan.

Sebagian besar penderita sindrom ini tidak memiliki keterbelakangan intelektual, namun dibandingkan wanita normal, penderita memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menderita keterbelakangan intelektual.[6] Sebagian penderita sindrom Turner memiliki kesulitan dalam menghafal, mempelajari matematika, serta kemampuan visual dan pemahaman ruangnya rendah. Perbedaan fisik dengan wanita normal juga membuat penderita sindrom Turner cenderung sulit untuk bersosialisasi.

Faktor Risiko Sindrom Turner

Faktor risiko sindrom Turner tidak dikenal. Nondisjunctions meningkat dengan usia ibu, seperti untuk sindrom Down, tapi efek yang tidak jelas untuk sindrom Turner. Hal ini juga diketahui jika ada hadiah predisposisi genetik yang menyebabkan kelainan, meskipun sebagian besar peneliti dan dokter yang mengobati wanita Turner setuju bahwa ini adalah sangat tidak mungkin.

Saat ini tidak ada penyebab dikenal untuk sindrom Turner, meskipun ada beberapa teori seputar subjek. Satu-satunya fakta yang solid yang dikenal saat ini, adalah bahwa selama konsepsi sebagian atau seluruh kromosom seks kedua tidak ditransfer ke janin.

Sindrom Turner Insiden

Sekitar 98 persen dari semua janin dengan hasil sindrom Turner di keguguran. Sindrom Turner menyumbang sekitar 10 persen dari jumlah aborsi spontan di Amerika Serikat. Kejadian sindrom Turner pada kelahiran perempuan hidup diyakini 1 di 2500.

Sindrom Turner Sejarah

Sindrom ini dinamai setelah Henry Turner, seorang endokrinologi Oklahoma, yang digambarkan pada tahun 1938. Di Eropa, ini sering disebut sindrom Turner Ullrich-atau bahkan Bonnevie-Ullrich-sindrom Turner untuk mengakui bahwa kasus-kasus sebelumnya juga telah dijelaskan oleh para dokter Eropa.

Laporan pertama yang diterbitkan atas seorang wanita dengan 45, kariotipe X adalah pada tahun 1959 oleh Dr Charles Ford dan rekan di Rumah Sakit Harwell dan Guy di London. Ini ditemukan di seorang gadis 14 tahun dengan tanda-tanda sindrom Turner. d. Bagaimana hasil pemeriksaan seks kromatin pada wanita normal?

Kromatin seks negatif adalah tidak adanya kromatin seks (badan Barr), yaitu ciri khas inti sel somatik pada wanita normal dan individu lain yang sekurang-kurangnya memiliki dua kromosom X.e. Apa saja penyebab wanita tidak memiliki ovarium dan seks kromatin negatif?Sulastri tidak mempunyai ovarium karena dia mengalami Turner Syndrome, sedangkan dia tidak memiliki seks kromatin karena terjadinya nondisjunktion pada meiosis I saat gametogenesis orang tua nya.f. Apa dampak tidak memiliki ovarium pada wanita?

Sulastri tidak akan pernah mendapatkan haid dan tidak akan mendapat kehamilan selama hidupnya. Dikarenakan kehamilan terjadi di ovarium, sedangkan Sulastri tidak memiliki ovarium tersebut.

g. Apa hubungan hamil di usia tua dengan kelainan genetik pada anaknya?

Bila seseorang hamil di atas usia 35 tahun saja sebenarnya sudah termasuk rawan, baik untuk sang ibu ( seperti tekanan darah tinggi dan pre-eklampsia), dan anak ( seperti risiko down syndrome dan beberapa kelainan genetik lainnya). Dalam ilmu kedokteran, reproduksi sehat untuk hamil antara 25-30 tahun, sehingga, dari segi kesehatan reproduksi, sebetulnya sehat untuk hamil ternyata kemudian hamil, berarti risiko itu telah terlewati.Hanya saja, usia ini memang tergolong berisiko tinggi dalam kehamilan. Yakni, melahirkan bayi dengan sindroma down, yang berciri khas berbagai tingkat keterbelakangan mental, ciri wajah tertentu, berkurangnya tonus otot, dan sebagainya. Risiko ini akan meningkat sesuai dengan usia ibu, yakni 6-8 per mil untuk usia 35 sampai 39 tahun dan 10-15 per mil untuk usia diatas 40 tahun.

Kelainan kromosom dan lainnya yang diperkirakan karena sel telur sudah berusia lanjut, terkena radiasi, terpengaruh obat-obatan, infeksi, dan sebagainya, diduga merupakan penyebab sindroma down dan beberapa kelainan genetik lainnya.Selain itu hamil di usia tua juga beresiko:

- Melahirkan bayi yang menderita cacat lahir.

- Melahirkan bayi kembar. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan hormonal yang terjadi di dalam tubuh sehingga sel telur yang dikeluarkan terkadang jumlahnya lebih dari satu.

- Keguguran pun akan semakin meningkat. Ada banyak hal yang bisa menyebabkan peningkatan resiko keguguran ini, antara lain adalah kurangnya aliran darah yang mengalir ke uterus, sel telur yang tidak sempurna dan masih banyak yang lainnya.

- Diabetes gestational adalah jenis diabetes mellitus yang berkembang hanya selama kehamilan dan biasanya menghilang pada saat persalinan.- Tekanan darah tinggi (Hipertensi) adalah gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenikan tekanan darah diatas nilai normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg. Wanita hamil dengan usia yang lebih tua juga akan lebih sering mengalami masalah pada kandung kemih dibandingkan wanita hamil dengan usia yang lebih muda. Resiko-resiko lainnya adalah resiko keguguran lebih besar, lebih banyak yang melahirkan melalui operasi Caesar karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal, dan juga memiliki resiko lebih tinggi melahirkan bayi cacat. Kehamilan di atas usia 30 tahun berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi seperti pre-eklampsia, diabetes gestational, kelahiran premature (persalinan premature), bayi dengan berat badan rendah, serta komplikasi plasenta yang dikenal dengan placenta previa (Irawan, 2009)- Pre-ekslampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Rachimbadi, 2006:282)- Diabetes gestational adalah jenis diabetes mellitus yang berkembang hanya selama kehamilan dan biasanya menghilang pada saat persalinan (Harlinda, 2012)- Kelahiran premature (persalinan premature) adalah persalinan sebelum kehamilan memasuki pecan ke-37 minggu atau ke-38 minggu (Marcelina, 2013)- Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian jalan lahir (Wiknjosastro, 2002)Untuk mencermati adanya sindroma ini, dapat dilakukan pemeriksaan amniosentesis, pada pemeriksaan ini cairan ketuban diambil melalui perut ibu. Bisa juga dilakukan dengan cara kordosentesis. Bedanya, jika amniosentesis mengambil cairan ketuban, pada kordosentesis diambil sampel darah janin dari tali pusat.

Pemeriksaan itu sendiri bisa dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 16-20 minggu. Jika ditemukan kelainan, dokter akan menyerahkan keputusan pada pasangan suami-istri. Apakah akan meneruskan kehamilan atau menggugurkannya. Jika memaksa melahirkan bayi dengan down sindroma, makin tinggi usia ibu makin tinggi pula risiko untuk melahirkan. Hal ini dapat berisiko bagi kesehatan ibu sendiri. Bahkan, risiko kematian pun meningkat.

2. Sulastri agak terganggu pendengarannya, sering sesak nafas jika melakukan aktivitas berlebihan; dan saat sesak nafas bibirnya kebiruan.

a. Apa penyebab Sulastri mengalami gangguan pendengaran, sesak nafas, dan bibir kebiruan saat sesak nafas?

Dikaitkan dengan penyakit Defek Sekat Atrium (Atrial Septal Defect, ASD)

-Abnormalitas genetik dapat disebabkan oleh mutasi gen tunggal (single gene mutation), kelainan kromosomal (delesi, trisomi, monosomi). Mutasi gen tunggal menyebabkan terbentuknya protein struktural maupun regulator serta protein untuk pengaturan persinyalan molekular yang defek dan biasanya dapat diprediksi pola penurunannya mengingat diturunkan dengan pola Mendelian. Kelainan kromosomal yang sering menyebabkan ASD di antaranya sindrom Turner (45X), sindrom Down (trisomi 21), serta sindrom Miller Dieker (delesi 17p). Namun demikian perlu diingat bahwa banyak kelainan kromosomal dapat menyebabkan penyakit jantung kongenital, meskipun tidak spesifik menyebabkan kelainan tertentu. Kelainan jantung pada sindrom Down merupakan kelainan yang paling jelas mekanismenya karena melibatkan anomali struktur yang berasal dari bantalan endokardium (termasuk sekat atrioventrikular dan katup jantung). Gejala yang paling sering menyertai penderita ASD adalah sesak nafas dan rasa lelah yang cepat timbul setelah aktivitas fisik. Sesak nafas dapat terjadi pasa aktivitas biasa disertai dengan berdebar-debar (takiartimia). Tanda-tanda sianosis sentral (seperti kebiruan di kuku dan sekitar bibir) biasanya kurang ditemukan kecuali defek terjadi dalam intensitas yang besar (suatu kondisi yang jarang dapat disebabkan oleh bukaan yang sangat lebar akibat ketiadaan septum interatrial, disebut dengan istilah cor trilokulare biventrikulare1 dan sering disertai defek fatal lain di daerah jantung). Semakin tua usia seseorang dengan kelainan ini makin rentan mengalami gagal jantung kongestif (terutama dekade keempat dan kelima) disertai dengan aritmia. Secara umum, gangguan pendengaran yang dialami Sulastri adalah kelainan pendengaran konginetal. Gangguan ini terjadi pada telinga bagian tengah saat embriogenesis. Gangguan ini juga menyebabkan peluang terjadinya otitis media lebih besar.

Diagnosis Sindrom Turner

Sindrom Turner dapat didiagnosis dengan amniosentesis selama kehamilan. Kadang-kadang, janin dengan sindrom Turner diidentifikasi oleh temuan USG abnormal (cacat jantung yaitu, kelainan ginjal, hygroma kistik, asites). Meskipun risiko kekambuhan tidak meningkat, konseling genetik sering direkomendasikan bagi keluarga yang memiliki kehamilan atau anak dengan sindrom Turner.

Tes, yang disebut kariotipe atau analisis kromosom, analisis komposisi kromosom individu. Ini adalah tes pilihan untuk mendiagnosis sindrom Turner.Untuk analisis kromosom diperlukan paling sedikit 20 sel untuk memastikan diagnosis dan sel yang diambil pun harus dari 2 sel yang berbeda, misalnya sel darah dan sel kulit.

Sindrom Turner Prognosis

Sementara sebagian besar temuan fisik dalam sindrom Turner tidak berbahaya, akan ada masalah medis signifikan yang terkait dengan sindrom.

Kardiovaskular

Price et al. (1986 studi 156 pasien wanita dengan sindrom Turner) menunjukkan jumlah signifikan lebih besar kematian akibat penyakit pada sistem peredaran darah dari yang diharapkan, setengah dari mereka karena penyakit jantung bawaan coarctation-kebanyakan preductal aorta. Ketika pasien dengan penyakit jantung bawaan dihilangkan dari sampel penelitian, tingkat kematian dari gangguan peredaran darah tidak meningkat secara signifikan.

Malformasi kardiovaskular menjadi keprihatinan yang serius karena merupakan penyebab kematian paling umum pada orang dewasa dengan sindrom Turner. Dibutuhkan bagian penting dalam peningkatan 3 kali lipat dalam mortalitas secara keseluruhan dan harapan hidup berkurang (sampai 13 tahun) yang berhubungan dengan sindrom Turner.

Menyebabkan

Menurut Sybert, 1998 data tidak memadai untuk memungkinkan kesimpulan tentang korelasi fenotipe-kariotipe berkenaan dengan malformasi kardiovaskular pada sindrom Turner karena jumlah individu yang dipelajari dalam kelompok-kelompok kariotipe kurang umum terlalu kecil. Studi lain juga menunjukkan adanya mosaicisms tersembunyi yang tidak didiagnosis pada analisis karyotypic biasa pada beberapa pasien dengan 45, kariotipe X.

Sebagai kesimpulan, hubungan antara karakteristik kariotipe dan fenotipik, termasuk malformasi kardiovaskular, tetap dipertanyakan.

Prevalensi malformasi kardiovaskular

Prevalensi malformasi kardiovaskular antara pasien dengan sindrom Turner berkisar dari 17% (Landin-Wilhelmsen et al., 2001) menjadi 45% (Dawson et al-Falk., 1992).

Variasi ditemukan dalam studi yang berbeda terutama disebabkan variasi dalam metode non-invasif yang digunakan untuk skrining dan jenis lesi yang mereka dapat mencirikan (Ho et al., 2004). Namun Sybert, 1998 menunjukkan bahwa itu bisa saja disebabkan oleh sejumlah kecil mata pelajaran dalam studi yang paling.

Kariotipe yang berbeda mungkin memiliki perbedaan prevalensi malformasi kardiovaskular. Dua penelitian menemukan prevalensi malformasi kardiovaskular 30% dalam kelompok murni 45, X monosomi. Namun mengingat kelompok kariotipe lain, mereka melaporkan prevalensi 24,3% yang dapat menyebabkan disfungsi katup progresif sebagaimana dibuktikan oleh stenosis aorta atau regurgitasi.

Dengan prevalensi dari 12,5% menjadi 17,5% (Dawson et al-Falk., 1992), bikuspid katup aorta adalah kelainan bawaan yang paling umum yang mempengaruhi jantung pada sindrom ini. Hal ini biasanya terisolasi namun dapat dilihat dalam kombinasi dengan anomali lain, terutama coarctation dari aorta.

Coarctation dari aorta. Antara 5% dan 10% dari mereka yang lahir dengan sindrom Turner memiliki coarctation dari aorta, penyempitan bawaan dari aorta menurun, biasanya hanya distal asal arteri subklavia kiri dan berlawanan dengan duktus (dan begitu disebut "juxtaductal").

Perkiraan prevalensi ini malformasi pada pasien dengan sindrom Turner berkisar dari 6,9%

Dalam pengelolaan pasien dengan sindrom Turner adalah penting untuk diingat bahwa sisi kiri malformasi kardiovaskular dalam hasil sindrom Turner di peningkatan kerentanan terhadap endokarditis bakteri. Oleh karena itu antibiotik profilaksis harus dipertimbangkan ketika prosedur dengan risiko tinggi endokarditis dilakukan, seperti membersihkan gigi.

Allen et al, 1986. Yang mengevaluasi 28 anak perempuan dengan sindrom Turner, menemukan aorta secara signifikan lebih besar berarti diameter akar pada pasien dengan sindrom Turner dibandingkan dengan kelompok kontrol (cocok untuk daerah permukaan tubuh). Meskipun demikian, diameter akar aorta ditemukan pada pasien sindrom Turner masih baik dalam batas-batas.

Ini telah dikonfirmasi oleh studi Dawson et al-Falk, 1992. Yang mengevaluasi 40 pasien dengan sindrom Turner. Mereka disajikan pada dasarnya temuan yang sama: aorta berarti diameter akar lebih besar, yang tetap masih dalam kisaran normal untuk wilayah permukaan tubuh.

Sybert, 1998 menunjukkan bahwa itu tetap tidak terbukti bahwa diameter akar aorta yang relatif besar untuk daerah permukaan tubuh tetapi masih baik dalam batas normal menyiratkan risiko untuk dilatasi progresif.

Prevalensi kelainan aorta

Prevalensi dilatasi aorta berkisar dari 8,8%

Diseksi aorta mempengaruhi 1% sampai 2% pasien dengan sindrom Turner. Akibatnya setiap dilatasi aorta harus serius diperhitungkan karena bisa menjadi diseksi aorta fatal. Pengawasan rutin sangat dianjurkan.

Reproduksi

Perempuan dengan sindrom Turner hampir secara universal subur. Sementara beberapa wanita dengan sindrom Turner telah berhasil menjadi hamil dan membawa kehamilan mereka untuk istilah, ini sangat langka dan biasanya terbatas pada mereka wanita yang tidak kariotipe 45, X. Bahkan ketika kehamilan seperti itu memang terjadi, ada yang lebih tinggi dari rata-rata risiko keguguran atau cacat lahir, termasuk Sindrom Turner atau Sindrom Down. Beberapa wanita dengan sindrom Turner yang tidak mampu untuk hamil tanpa intervensi medis mungkin dapat menggunakan perawatan kesuburan IVF atau lainnya.

Biasanya terapi pengganti estrogen digunakan untuk memacu pertumbuhan karakteristik seksual sekunder pada saat pubertas harus onset. Sementara perempuan sangat sedikit dengan Sindrom Turner menstruasi spontan, terapi estrogen memerlukan reguler penumpahan lapisan rahim ("perdarahan penarikan") untuk mencegah pertumbuhan berlebih nya. Penarikan perdarahan dapat diinduksi bulanan, seperti menstruasi, atau kurang sering, biasanya setiap tiga bulan, jika keinginan pasien. Terapi estrogen tidak membuat wanita dengan ovarium nonfunctional subur, tetapi memainkan peran penting dalam reproduksi dibantu, kesehatan rahim harus dipertahankan dengan estrogen jika seorang wanita yang memenuhi syarat dengan Sindrom Turner ingin menggunakan IVF.

Sindrom Turner Pengobatan

Sebagai kondisi kromosom, tidak ada obat untuk sindrom Turner. Namun, banyak yang dapat dilakukan untuk meminimalkan gejala. Sebagai contoh:

Hormon pertumbuhan, baik sendiri atau dengan dosis rendah androgen, akan meningkatkan pertumbuhan dan tinggi dewasa mungkin akhir. Hormon pertumbuhan disetujui oleh US Food and Drug Administration untuk pengobatan sindrom Turner dan ditutupi oleh banyak rencana asuransi. Ada bukti bahwa ini efektif, bahkan pada balita.

Terapi penggantian estrogen telah digunakan sejak kondisi digambarkan pada tahun 1938 untuk mempromosikan perkembangan karakteristik seksual sekunder. Estrogen sangat penting untuk menjaga integritas tulang yang baik dan kesehatan jaringan.b. Bagaimana hubungan gejala yang dialami Sulastri dengan kelainan genetik?

Kalau menurut kelompok kami, semua gejala yang dikeluhkan oleh Sulastri sudah menuju ke arah Turner Syndrome. Namun, bila ia mengalami syndrome Turner tersebut, seharusnya dia memiliki ciri-ciri tubuh yang lebih menyerupai seperti anak laki-laki namun pada nyatanya dia berciri-ciri tubuh seperti wanita normal.

c. Apa hubungan sesak nafas dan bibir kebiruan?Sianosis adalah suatu keadaan dimana kulit dan membran mukosa berwarna kebiruan akibat penumpukan deoksihemoglobin pada pembuluh darah kecil pada area tersebut. Sianosis biasanya paling terlihat pada bibir, kuku, dan telinga. Derajat sianosis ditentukan dari warna dan ketebalan kulit yang terlibat. Sebenarnya, penilaian akurat dari derajat sianosis ini sulit ditentukan, karena tingkat penurunan saturasi oksigen yang dapat berakibat sianosis berbeda pada tiap ras. Selain itu, pemeriksaan sianosis pada membran mukosa, seperti mulut dan konjungtiva, lebih bermakna daripada pemeriksaan pada kulit.Penyebab dari penumpukan hemoglobin tereduksi bisa karena peningkatan darah vena akibat dilatasi venula atau penurunan saturasi oksigen di dalam darah. Sianosis biasanya muncul ketika kadar hemoglobin tereduksi minimal 5g/dL pada daerah arteri. Namun, tidak semua sianosis berhubungan dengan peningkatan kadar hemoglobin tereduksi. Penyebab lain yang mungkin yaitu adanya pigmen abnormal, seperti methemoglobin atau sulfhemoglobin, pada eritrosit.

Gejala utama dari sianosis adalah warna kebiruan yang dapat terlihat pada kulit atau kelenjar mukosa. Beberapa pasien mengalami gejala dispnea, kebingungan, dan hiperventilasi akibat kekurangan oksigen.d. Apa dampak terganggunya pendengaran Sulastri dan sering sesak nafas?

Sulastri mengalami kesulitan bernafas dan bibirnya menjadi warna biru karena kekurangan oksigen sehingga dia mengalami hiperventilasi dan dia harus memompa oksigen lebih banyak dari biasanya.

3. Sulastri belum mendapat haid.

a. Mengapa sampai umur 15 tahun Sulastri belum mendapat haid?

Karena pada faktanya, Sulastri diperiksa tidak mengalami ovarium, oleh karena itu bagaimana bisa seorang perempuan yang beranjak dewasa mengalami masa haid pertama (menarche) tanpa adanya organ reproduksi yang seharusnya dialami oleh semua wanita normal seusianya.b. Apa saja faktor yang menyebabkan cepat lambatnya menarche?

Cepat atau lambat terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain :

- Faktor hormonalb. Faktor genetik : seorang gadis yang mempunyai usia menarche dini kemungkinan ibunya dulu juga mendapat menstruasi pertama pada usia dini.

- Faktor bentuk badan : seorang gadis dengan bentuk tubuh yang pendek dan gemuk biasanya akan lebih cepat mendapat menstruasi dari pada gadis yang tinggi dan kurus.

- Faktor keadaan gizi :keadaan gizi yang baik akan mempercepat terjadinya menarche.

- Faktor lingkungan : gadis yang hidup di kota dengn keadaan sosial dan ekonomi yang sangat kompleks kemungkinan akan mendapat menstruasi lebih cepat daripada gadis yang hidup di desa.

- Faktor aktivitas fisik : aktivitas fisik yang kurang akan mempercepat terjadinya menarche.

- Faktor rangsangan psikis : emosi akan mempengaruhi siklus menstruasi selanjutnya. Gadis yang berasal dari keluarga yang mengalami perceraian kemungkinan akan lebih cepat menarche.

Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya penurunan usia menarche yang diduga berhubungan dengan faktor endogen yaitu genetik dan faktor eksogen, yaitu status sosial ekonomi keluarga, status gizi, keadaan keluarga, tempat tinggal, kegiatan fisik dan keterpaparan terhadap media massa orang dewasa . Sebagian menerangkan bahwa lingkungan rumah tangga; lingkungan pendidikan formal dan lingkungan per kelompok berpengaruh terhadap usia menarche.

c. Bagaimana perkembangan organ reproduksi pada wanita?

Terlihat seperti pada saat seorang wanita mengalami haid. Menstruasi atau haid adalah pendarahan secara periodic dab siklik uterus yang disertai pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus menstruasi pada umumnya berjarak sekitar 15 sampai 45 hari, dengan rata-rata 28 hari. Lamanya berbeda-beda antara 2-8 hari, dengan rata-rata 4-6 hari. Darah menstruasi biasanya tidak membeku. Jumlah kehilangan darah tiap siklus berkisar dari 60-80 ml.

Siklus menstruasi dibagi menjadi dua siklus yaitu : Siklus Ovarium Fase Folikular

Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Umumnya, hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel deGraaf dan yang lainnya berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah ovum dan dua lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam, yaitu sel-sel granulose menyintesis progesteron yang disekresi ke dalam cairan folikular selama paruh pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekursor pada sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Estrogen disintesis dalam sel-sel lutein pada tea interna. Jalur biosintesis estrogen berlangsung dari progesteron dan pregnenolon melalui 17-hidoksilasi turunan dari androstelenedion, testosteron, dan estradiol. Kandungan enzimaronatisasi yang tinggi pada sel-sel ini mempercepat perubahan androgen menjadi estrogen. Di dalam folikel, oosit primer mulai menjalani proses pematangannya. Pada waktu yang sama, folikel yang sedang berkembangmenyekresi estrogen lebih banyak ke dalam system ini. Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH melalui mekanisme umpan balik positif.

Fase LutealLH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi, oosit primer selesai menjalani pembelahan meiosis pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi kini menghambat produksi FSH. Kemudian, kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulose menjadi banyak mengandung pembuluh darah dan sangat terluteinisasi, berubah menjadi korpus luteumyang berwarna kuning pada ovarium. Korpus luteumterus menyekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang makin lama makin meningkat.

Siklus Endometrium

Fase Proliferasi Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam stadium istirahat. Stadium ini berlangsung kira-kira 5 hari. Kadar estrogen yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar menjadi hipertrofi dan berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi banyak sekali. Kelenjar-kelenjar dan stroma berkembang sama cepatnya. Kelenjar makin bertambah panjang tetapi tetap lurus dan berbentuk tubulus. Epitel kelenjar berbentuk toraks dengan sitoplasma eosinofilik yang seragam dengan inti di tengah. Stroma cukup padat pada lapisan basal tetapi makin ke permukaan semakin longgar. Pembuluh darah akan mulai berbentuk spiral dan lebih kecil. Lamanya fase proliferasi sangat berbeda-beda pada tiap orang, dan berakhir pada saat terjadinya ovulasi.

Fase SekresiSetelah ovulasi, di bawah pengaruh progesteron yang meningkat dan terus diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, endometrium menebal dan menjadi seperti beludru. Kelenjar menjadi lebih besar dan berkelok- kelok, dan epitel kelenjar menjadi berlipat-lipat, sehingga memberikan gambaran seperti gigi gergaji. Inti sel bergerak ke bawah, dan permukaan epitel tampak kusut. Stroma menjadi edematosa. Terjadi pula infiltrasi leukosityang banyak, dan pembuluh darah menjadi makin berbentuk spiral dan melebar. Lamanya fase sekresi sama pada setiap perempuan yaitu 14 2 hari.

Fase MenstruasiKorpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke 23 atau 24 pada siklus 28 hari, dan kemudian mulai beregresi. Akibatnya terjadi penurunan progesteron dan esterogen yang tajam sehingga menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan menstruasi.

d. Apa faktor perkembangan organ reproduksi pada wanita?

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan organ reproduksi wanita diantaranya yaitu :

- Gen Gen adalah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk kepada anakannya. Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna kulit, warna bunga, warna bulu, rasa buah, dan sebagainya.

- HormonHormon merupakan zat yang dihasilkan makhluk hidup yang berfungsi untuk mengendalikan berbagai fungsi di dalam tubuh. Meskipun kadarnya sedikit, hormon memberikan pengaruh yang nyata dalam pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Hormon pada wanita yaitu hormon estrogen/progresteron, mengatur perkembangan organ reproduksi dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita. C. Ciri-ciri fisik Sulastri bertubuh pendek dan berleher pendek. 4. Ciri-ciri fisik Sulastri bertubuh pendek dan berleher pendek.

a. Apa ciri-ciri fisik wanita normal pada usia 15 tahun?Ciri fisik wanita berusia 15 tahun :

Pinggul yang membesar dan membulat karena berkembangnya lemak bawah kulit. Buah dada dan puting susu tampak menonjol, payudara menjadi lebih besar dan bulat. Tumbuhnya rambut di kemaluan, ketiak, lengan dan kaki dan kulit wajah. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori-pori bertambah besar. Terjadi perubahan suara menjadi lebih merdu. Kelenjar keringat lebih aktif dan klit lebih menjadi kasar dibandingkan kulit anak. Otot semakin kuat dan semakin besar, sehingga memberikan bentuk pada bahu. Lengan dan tungkai kaki.

b. Adakah hubungan ciri-ciri fisik Sulastri terhadap metabolisme tubuh? Jika ada, bagaimana hubungannya?Pasien dengan sistem turner biasanya mengalami gangguan pada jantungnya yaitu malformasi kardiovaskuler. Prevalensi malformasi kardiovaskular antara pasien dengan sindrom Turner berkisar dari 17% (Landin-Wilhelmsen et al., 2001) menjadi 45% (Dawson et al-Falk., 1992). Disfungsi katup progresif sebagaimana dibuktikan oleh stenosis aorta atau regurgitasi.

Dengan prevalensi dari 12,5% menjadi 17,5% (Dawson et al-Falk., 1992), bikuspid katup aorta adalah kelainan bawaan yang paling umum yang mempengaruhi jantung pada sindrom ini. Hal ini biasanya terisolasi namun dapat dilihat dalam kombinasi dengan anomali lain, terutama coarctation dari aorta.

Coarctation dari aorta. Antara 5% dan 10% dari mereka yang lahir dengan sindrom Turner memiliki coarctation dari aorta, penyempitan bawaan dari aorta menurun, biasanya hanya distal asal arteri subklavia kiri dan berlawanan dengan duktus (dan begitu disebut "juxtaductal")

5. Tuan Mularis, 60 tahun bekerja sebagai tukang becak menikah dengan Maryam, 57 tahun dan Maryam hamil anak ketiga pada usia tua (42 tahun)

a. Bagaimana gametogenesis yang normal pada manusia?

Gametogenesis merupakan proses pembentukan gamet (sel kelamin) yang terjadi melalui pembelahan meiosis. Gametogenesis berlangsung pada sel kelamin dalam alat perkembangbiakan.Gametogenesis yang normal pada manusia meliputi spermatogenesis (pembentukan spermatozoa atau sperma) dan Oogenesis (pembentukan ovum).

b. Apa resiko Maryam hamil di usia tua bagi perkembangan embrio?

Gizi IbuGizi makanan ibu berpengaruh pada pertumbuhan janin. Pengaturan gizi yang baik akan berpengaruh positif, sedangkan bila kurang baik maka pengaruhnya negatif. Pengaruh ini tampak jelas pada bayi yang baru lahir dalam hal panjang dan besarnya. Panjang dan besarnya bayi dalam keadaan normal bila gizi juga baik. Gizi yang berlebihan mengakibatkan bayi terlalu panjang dan terlalu besar. Bayi yang terlalu panjang dan terlalu besar bisa menyulitkan proses kelahiran. Sedangkan ibu yang kekurangan gizi, bayinya pendek, kecil, dan kondisi kesehatannya kurang baik.

Menu protein tinggi dibutuhkan oleh ibu hamil. Protein diperlukan untuk pertumbuhan bayi yang dikandungnya. Kelahiran premature lebih banyak terjadi pada ibu yang kekurangan gizi. Bayi premature umumnya berat badannya kurang, cenderung mengalami hambatan dalam perkembangannya, bak hambatan pertumbuhan fisik, hambatan perkembangan gerak, maupun hambatan perkembangan mental. Faktor penyebab utama kekuangan gizi pada ibu hamil adalah kondisi social ekonomi yang rendah.

Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.

a. Terhadap Ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.

b. Terhadap Perslinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.

c. Terhadap Janin

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan kegururan , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

2) Aktifitas FisikPada saat hamil ibu tetap perlu melakukan aktiftas fisik, Tetapi terbatas pada aktifitas ringan. Aktifitas fisik yang berat bisa menyebabkan keguguran kandungan, apalagi bila dilakukan pada bulan-bulan awal kehamilan. Aktifitas fisik yang berat bisa mengakibatkan kelelahan. Ibu hamil yang terlalu sering mengalami kelelahan fisik, besarnya janin akan menyusut atau berkembangnnya tidak baik.

3) Kondisi EmosionalKondisi emosional ibu hamil yang tidak stabil misalnya sering marah-marah atau selalu sedih, bisa berakibat tidak baik terhadap perkembangan kejiwaan bayi yang akan dilahirkan. Dalam perkembangnnya, bayi bisa menjadi cengeng atau terlalu perasa.

Suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain. Trauma, stres, atau tekanan psikologis juga dapat memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, mudah marah, gelisah, pening, mual atau merasa malas.

Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi aspek psikologis dan sebaliknya, maka mudah bagi ibu hamil untuk mengalami trauma. Menurut Shinto, trauma ini ternyata dapat dirasakan juga oleh janin. Bahkan, janin sudah menunjukkan reaksi terhadap stimulasi yang berasal dari luar tubuh ibunya. Sementara dalam masa perkembangan janin, ada masa-masa yang dianggap kritis yang menyangkut pembentukan organ tubuh. Oleh karena itu, mau tidak mau ibu hamil harus menjaga kondisi fisik maupun psikisnya agar bayinya dapat tumbuh sehat.

4) Penyakit yang dihidap IbuPenyakit yang diderita ibu pada saat hamil bias berakibat negative kepada janin yang dikandung. Akibat negatif yang bias ditimbulkan adalah kematian pada saat di dalam kandungan atau terbentuknya organ-organ tubuh jari yang tidak sempurna atau cacat.

Penyakit ibu yang bisa menyebabkan kematian janin di dalam kandungan antara lain : kolera, malaria, influenza, dan sipilis. Sipilis juga mengakibatkan kebutaan atau kecacatan fisik yang lain pada bayi yang dilahirkan.

5) Pengaruh Obat-obatan, narkoba, dan rokokSeperti halnya penyakit, beberapa macam obat-obatan yang diminum atau disuntikkan bisa mengakibatkan pertumbuhan organ-organ tubuh yang tidak sempurna. Pengaruh ini terutama bisa terejadi pada saat awal kehamilan. Obat-obatan yang bisa berpengaruh negatif tersebut antara lain aspirin dan obat-obat malaria.

Penggunaan obat-obatan narkotika, misalnya : heroin, kokain, atau morfin juga berpengaruh tidak baik terhadap pertumbuhan janin dan pengaruh ini terbawa sampai lahir. Pengaruh Narkotika seperti yang dialami oleh ibunya tertular pada bayinya.

Ibu hamil yang perokok juga berpengaruh negatif terhadap janin yang dikandung. Besarnya pengaruh tergantung pada banyak sedikitnya rokok yang dihisap setiap harinya. Pengaruhnya adalah terhadap pertumbuhan janin, yang tampak pada kurangnya berat bai yang dilahirkan.c. Bagaimana proses fertilisasi yang normal?

Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, yang terjadi di daerah ampulla tuba fallopii.Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk kedalam saluran telur.Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Sebelum spermatozoa dapat membuahi oosit, mereka harus mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom (Langman, 1994).

Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita, yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu ini, suatu selubung dari glikoprotein dari protein-protein plasma segmen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom (Langman, 1994).

Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pelusida dan diinduksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin (Langman, 1994).

Fase fertilisasi mencakup fase 3 fase:

- Penembusan korona radiata. Spermatozoa-spermatozoa yang mengalami kapasitasi tidak akan sulit untuk menembusnya (Langman, 1994).

- Penembusan zona pelusida. Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein yang mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi kromosom. Hanya 1 spermatozoa diantara 200-300 juta spermatozoa yang ada di saluran kelamin yang berhasil menembus zona pelusida. Saat spermatozoa masuk ke dalam membrane oosit, spermatozoa lain tidak akan bisa masuk lagi karena aktifasi dari enzim oosit sendiri (Langman, 1994)

- Fusi oosit dan membran plasma.Spermatozoa bergerak masuk ke membrane oosit dan mencapai inti oosit. Perlu diketahui bahwa spermatozoa dan oosit masing-masing memiliki 23 kromosom (haploid), selama masa penyatuan masing- masing pronukleus melakukan sintesis DNA. Segera setelah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk melakukan pembelahan secara mitosis yang normal. Dua puluh tiga kromosom dari ibu dan dua puluh tiga kromosom dari ayah membelah sepanjang sentromer, dan kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling bergerak ke kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai jumlah kromosom yang normal (Langman,1994).

PembelahanK i r a - k ir a 2 4 j a m s e t e la h f e r t i l i s a s i , o o s it ya n g t e la h d i b u a h i m u l a i pembelahan pertamanya (Anonimus, 2010). Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani serangkaian pembelahan mitosis yang mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan cepat. Sel ini dikenal sebagai blastomer yang akan berbentuk seperti gumpalan yang padat (Langman, 1994).

Kira-kira setelah 3 hari setelah pembuahan, sel-sel embrio yang termampatkan tersebut, membelah lagi membentuk morula (Langman, 1994).Morula adalah, kumpulan dari 16-30 sel blastomere. Karena sel-sel ini muncul dari pembelahan (cleavage) dari zigot dan semua terdapat pada zona pelusida yang tidak ias membesar, jadi pertumbuhannya tidak banyak terlihat. Setiap sel yang baru besarnya sama dengan sel awal dan nama morula berarti mulberry, karena mirip seperti kumpulan sel-sel setengah bulat (Anonim, 2010). Sel-sel bagian dari morula merupakan massa sel dalam, sedangkan sel-sel di sekitar membentuk massa sel luar. Massa sel dalam akan membentuk jaringan- jaringan embrio yang sebenarnya, sementara massa sel luar akan membentuk trofoblastt, yang kemudian ikut membentuk plasenta (Langman,1994)..

d. Apa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan embrio?

-FaktoribuKeadaan kesehatan ibu saat hamil Penyakit yang menyertai kehamilan Penyulit kehamilan Kelainan pada uterus Kehamilan tunggal atau ganda atau triplet. Kebiasaan ibu, merokok, alkohol, kecanduan

- Faktor janinJenis kelamin janin Penyimpangan genetik : kelainan kongenital, pertumbuhan abnormal Infeksi intrauterine

-Faktor PlasentaPlasenta adalah akarnya janin untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam rahim. Karena itu plasenta sangat penting artinya untuk menjamin kesehatan janin dalam rahim, yang ditetapkan dengan indeks plasenta Indeks plasenta = Berat plasenta Berat bayi.V. KETERKAITAN MASALAH

VI. LEARNING ISSUES

Pokok BahasanWhat I know What I dont knowWhat I have to proveHow I will learn

Kelainan genetika Definisi

Penyebab dari kelainan genetika Dampak yang terjadi akibat kelainan genetika Macam-macam kelainan genetikaAktivitas yang terjadi saat pembelahan sehingga terjadilah kelainan genetika- Journal

- Text book

- Pakar

- Internet

Embriogenesis Definisi Pembelahan dan tahap-tahap embriogenesis Kaitan usia dan kelainan embriogenesis

Gametogenesis Definisi Nondisjunction spermatogenesis Kaitan usia dan nondisjunktion

Sistem reproduksi wanita Organ reproduksi wanita Siklus menstruasi

Menarche

Ciri fisik wanita

Faktor perkembangan organ reproduksi wanita

Pemeriksaan medis Jenis pemeriksaan Macam pemeriksaan

Pendeteksian sebagai upaya

Terapi dan konseling Pengertian terapi genetik dan konseling genetik Macam terapi genetik untuk Turner Syndrome

Konseling genetika

VII.SINTESIS

KERANGKA KONSEP

A. KELAINAN GENETIK

Kelainan genetik adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan pada materi genetik individu (genom). Kebanyakan penyakit akibat kelainan genetic ini cukup langka dan mempengaruhi satu orang dalam setiap beberapa ribu atau jutaan orang

Terminologi yang harus diketahui:

Gen : segmen kecil dari DNA, yang mengkode sintesis protein yang spesifik, merupakan satuan biologis dari keturunan, dan terletak di lokus tertentu pada kromosom.

Kromosom: suatu struktur dalam nucleus yang mengandung benang linear DNA yang mengantarkan informasi genetic serta berhubungan dengan RNA dan Histon.

Lokus : lokasi atau tempat gen yang tertentu dalam kromosom.

Alel: satu dari dua atau lebih bentuk alternative gen yang menempati lokasi sesuai pada kromosom homolog, dan menentukan sifat alternative yang diturunkan.

Genotif: keseluruhan konstitusi genetic suatu individu; juga alel yang terdapat pada satu atau lebih lokus spesifik

Fenotif: Sifat fisik, biokomiawi, dan fisiologis yang terdapat dalam diri seseorang sebagaimana ditentukan baik secara genetik maupun lingkungan.

Dominan: Gen (alel) yang diekspresikan dalam keadaan heterozigot

Resesif: gen atau alel yang hanya dapat diekspresikan dalam keadaan homozigot.

Jenis-jenis kelainan genetik

1. Monogenic / Single Gene Disorders (Mendelian disorders and non-Mendelian disorders)

2. Multifactorialandpolygenicdisorders

3. Chromosomaldisorder (autosomaldisordersandsexchromosomedisorders)

1. Single Gene Disorders

Tipe ini disebabkan oleh perubahan atau mutasi yang terjadi dalam satu urutan DNA (gen) dan biasanya kelainan tipe ini menunjukkan pola penurunan. Gen mempunyai peran yang sangat penting yaitu untuk mengkode sintesa protein, melakukan sebagian besar proses dalam tubuh, melakukan fungsi hidup, dan bahkan membentuk sebagian besar struktur selular. Ketika di dalam gen terjadi mutasi maka produk protein tidak dapat melaksanakan fungsi secara normal, sehingga akan mengakibatkan gangguan. Terdapat lebih dari 6.000 kelainan gen tunggal yang terjadi pada sekitar 1 dari setiap 200 kelahiran. Single gene disorders biasanya mengikuti pola penurunan Mendelian (Mendelian patterns of inheritance). Kemungkinan terjadinya kelainan ini lebih tinggi pada keluarga yang anggota keluarganya sudah pernah menderita kelainan monogenic ini. Beberapa contoh penyakit akibat monogenetic adalah cystic fibrosis, anemia sel sabit, sindrom Marfan, Penyakit Huntington, dan hemochromatosis .Mendelian inheritance of single-gene disorders

Ada lima pola Mendelian patterns of inheritance, tergantung pada lokasi kromosom pada gen (autosomal atau sex-linked):

a. Autosomal dominant

Gen dominan adalah gen yang secara fenotif di ekspresikan baik dalam keadaan homozigot maupun heterozigot. Pada pola penurunan ini:

Orangtua yang menderita kelainan akan mempunyai anak yang menderita pula keadaan ini sering disebut vertical inheritance.

Anggota keluarga yang tidak menderita kelainan dengan pasangan yang bukan penderita akan mempunyai anak normal (bukan penderita).

Salah satu orangtua adalah normal sedang pasangannya adalah penderita maka rasio anak normal dan anak penderita adalah 1:1

b. Autosomal recessive

Gen Autosomal recessive adalah gen yang diekspresikan (fenotif) dalam keadaan homozigot saja. Pada pola penurunan ini:

Seorang penderita biasanya memiliki orang tua yang secara fenotif normal.keadaan ini biasanya disebut horizontal inheritance.

Penderita dengan pasangan yang normal, maka semua anaknya akan menjadi carrier

Jika seorang carrier memiliki pasangan normal, maka ada kemungkinan 50 % anak mereka akan menjadi carrier.

Jika kedua orang tua bersifat heterozigot, maka ada kemungkinan anak lahir dengan kelainan dengan frekuensi 1 dari 4

c. X-linked dominant

Pola penurunan X-linked dominant jarang terjadi dan susah dibedakan dengan pola autosomal dominan, kecuali bahwa jika penderita adalah pria, maka ia akan memiliki anak laki-laki normal sedangkan semua anak perempuannya adalah penderita.

d. X-linked recessive

Pola penurunan pada gen X-linked recessive adalah sebagai berikut:

Pria menunjukkan lebih banyak fenotif recessive dari pada wanita

Kelainan biasanya diturunkan dari wanita carrier yang biasanya asymptomatic (tidak menunjukkan gejala atau kelainan dari penyakit tertentu).

Jika ibu seorang carrier, maka anak laki-lakinya memiliki kemungkinan 50% untuk menjadi penderita, sedangkan anak perempuannya memiliki kemungkinan 50% untuk menjadi carrier.

Jika ayah adalah penderita, maka tidak ada anak laki-laki yang menderita kelainan, tapi semua anak perempuan akan menjadi carrier.e. Y-linked/holandric.

Karena hanya pria yang memiliki kromosom Y, maka hanya pria yang bisa menurunkan kelainan akibat Y-linked dan hanya pria pula yang bisa menjadi penderitanya.

Kromosom Y mengandung beberapa gen yaitu:

SRY sex-determining region

TDF testis determining factor

DAZ deleted in azoospermia.

Terjadinya mutasi pada salah satu gen tersebut akan menyebabkan azoospermia atau masalah fertilitas pada pria. Non-Mendelian inheritance of single-gene disorders

Beberapa kelainan diketahui tidak mengikuti pola Mendelian inheritance. Ada beberapa mekanisme yang mendasari non-Mendelian inheritance ini, diantaranya:

a. Imprinting

Imprinting merupakan perbedaan ekspresi material genetic pada tingkat kromosom atau alel, tergantung orang tua yang membawa pola penurunan (ayah atau ibu). Imprinting ini merupakan akibat dari terjadinya inaktivasi selektif gen dengan pola yang berbeda pada saat gametogenesis (baik pria maupun wanita). Imprinting penting untuk aetiology Prader-Willi (PW)dan Angelman Syndrom (AS), dimana kedua kelainan tersebut merupakan akibat dari mikrodelesi chromosome 15q1113, yang dikenal sebagai critical region. Variasi fenotif pada PW dan AS tergantung pada kromosom yang dihapus pada critical region merupakan penurunan dari paternal atau maternal.

b. Uniparental disomy

Uniparental disomy diakibatkan karena terjadinya duplikasi kromosom dari salah satu orang tua dan hilangnya corresponding homolog dari pasangan yang lain. Misalnya uniparental disomy kromosom 15 pada ibu, dapat menyebabkan fenotif yang sama dengan PW, tetapi tanpa delesi karena tidak ada kontribusi kromosom 15 dari ayah. BeckwithWiedemann syndrome merupakan duplikasi pada kromosom 11p15.

c. Mitochondrial inheritance

Mitochondrial DNA (MtDNA) diturunkan dari ibu karena sperma tidak mengkontribusikan mitokondria kepada zigot. Sehingga, pria penderita tidak dapat mentransmisikan kelainan kepada anaknya, atau dengan kata lain pria penderita dengan wanita normal akan mempunyai anak yang seluruhnya normal. Mosaicism Mosaic adalah individu dengan multiple cells

Beberapa contoh kelainan monogenic adalah:

a. Huntington'sdisease(autosomaldominant)

Penyakit Huntington (korea Huntington) adalah suatu penyakit dimana sentakan atau kejang dan hilangnya sel-sel otak secara bertahap mulai timbul pada usia pertangahan dan kemudian berkembang menjadi korea, atetosis serta kemunduran mental. Gejala biasanya mulai muncul pada usia 35-40 tahun.

b. Marfansyndrome(autosomaldominant)

Sindrom Marfan adalah gangguan pada jaringan ikat. Fungsi utama dari jaringan ikat adalah untuk menahan tubuh bersama-sama dan menyediakan arahan bagi pertumbuhan dan perkembangan. Dalam sindrom Marfan, jaringan ikat rusak dan tidak bertindak sebagaimana mestinya. Karena jaringan penghubung ditemukan di seluruh tubuh, sindrom Marfan dapat mempengaruhi banyak sistem tubuh, termasuk kerangka, mata, jantung dan pembuluh darah, sistem saraf, kulit, dan paru-paru. Sindrom Marfan mempengaruhi pria, wanita, dan anak-anak, dan telah ditemukan di antara orang-orang dari semua ras dan latar belakang etnis.Sindrom Marfan disebabkan oleh kerusakan (mutasi) pada gen yang menentukan struktur fibrillin, protein yang merupakan bagian penting dari jaringan ikat.

Gejala dari sindrom ini dapat diketahui dalam jangka lama. Sindrom ini mempengaruhi kerangka, mata, jantung dan pemubuluh darah, sistem saraf, kulit, dan paru-paru.c. Sicklecelldisease(autosomalrecessive)

Penyakit sel sabit (sickle cell disease) adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit dan anemia hemolitik kronik.

Pada penyakit sel sabit, eritrosit memiliki hemoglobin yang berntuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit. Sel yang berbentuk sabit merusak dan menyumbat pembuluh darah terkecil dalam limpa, ginjal, otak, tulang, dan organ lainnya; menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke organ tersebut, dan dapat menyebabkan ischemia pada jaringan yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian/kerusakan organ.

Sel sabit ini sangat rapuh dan akan pecah saat melewati pembuluh darah, menyebabkan anemia berat, penyumbatan aliran darah, kerusakan organ, dan mungkin kematian.

d. Cysticfibrosis(autosomalrecessive)

Fibrosis kistik adalah suatu penyakit keturunan yang menyebabkan kelenjar tertentu menghasilkan secret abnormal, sehingga timbul beberapa gejala, yang terpenting adalah yang mempengaruhi saluran pencernaan dan paru-paru.

Fibrosis kistik menyerang hampir seluruh kelenjar endokrin, sehingga menyebabkan gannguan pada sekresi kelenjar endokrin yang pada akhirnya akan menyababkan gangguan fungsi kelenjar tersebut. Pada beberapa kelenjar (misalnya kelenjar pancreas dan usus), secret menjadi kental atau padat sehingga menyumbat kelenjar dan menyebabkan banyak penyakit komplikasi.

e. Aicardisyndrome(Xlinkeddominant)

Sindrom Aicardi adalah kelainan yang ditandai oleh kerusakan sebagian atau keseluruhan corpus callosum, struktur otak yang menghubungkan dua belahan otak di dalamnya. Sindrom Aicardi sering menyebabkan kejang pada masa anak-anak (spasme intantile), kelainan mata atau lesi retina, dan retardasi logam. Sindrom Aicardi ini juga terkait dengan mikrosefali, cacat otak; microgyria, di mana benjolan di dalam otak cenderung menjadi sempit, atau kista porecenphalic. Penelitian lebih lanjut juga menunjukkan bahwa beberapa kelainan mungkin termasuk bibir sumbing dan kerusakan tubuh vertebral.

Gangguan neurologis pertama kali didiagnosis lebih dari tiga puluh tahun yang lalu, ketika dokter Perancis, Dr Jean Dennis Aicardi, mengidentifikasi delapan anak yang terus-menerus mengalami kejang infantil. Dokter percaya sindrom itu disebabkan oleh kekurangan kromosom X. Oleh karena itu, gangguan tersebut hanya mempengaruhi sebagian besar bayi perempuan, meskipun ada laporan kasus seorang bayi laki-laki yang didiagnosis dengan sindrom ini. Saat ini, ada sekitar 500 kasus yang dilaporkan di seluruh dunia, dengan hanya satu kasus saudara menderita kondisi yang sama. Oleh karena itu diyakini bahwa gangguan tersebut adalah mutasi baru dan tidak semua anggota keluarga bisa membawa gen yang cacat ini.f. Colorblindness(Xlinkedrecessive)

Buta warna adalah kondisi yang diturunkan secara genetic dimana sel-sel retina tidak mampu merespon warna dengan semestinya. Sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami pelemahan atau kerusakan secara permanen. Saraf sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut.g. Leber'shereditaryopticneuropathy(Mitochondrialinheritance)Leber's Hereditary Optic Neuropathy (LHON) merupakan penyakit yang diturunkan secara maternal, dengan gejala klinik yang khas berupa kebutaan pada kedua mata akibat atrofi saraf optik. Mutasi utama pada LHON adalah DNA mitokondria nt 1778G>A, yang mengakibatkangen yang menyandi peptidaND4 pada kodon 340, asam amino arginin berubah menjadi histidin.

2. Multifactorialandpolygenicdisorders

Tipe ini disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor lingkungan dan mutasi pada beberapa gen. Misalnya, perbedaan gen yang mempengaruhi kerentanan terhadap kanker payudara telah ditemukan pada kromosom 6, 11, 13, 14, 15, 17, dan 22. Kondisi ini membuat rumit untuk menganalisis dari satu-gen atau kelainan kromosom. Contoh yang termasuk pada kelainan ini adalah penyakit jantung, tekanan darah tinggi, Penyakit Alzheimer, arthritis, diabetes, kanker, dan obesitas. Pewarisan multifaktorial juga dikaitkan dengan sifat-sifat diwariskan seperti pola sidik jari, tinggi badan, warna mata, dan warna kulit.

Kelainan multifactorial ini biasanya cenderung terjadi berulang dalam keluarga dan lebih umum dari single gene disorders. Penurunan multifactorial ini melibatkan aetiology dari beberapa kondisi umum seperti:

Kelaianan/cacat yang dibawa sejak lahir (congenital malformation),

Penyakit umum, biasanya diderita orang dewasa seperti obesitas, diabetes mellitus, dll

Karakter/ciri orang normal, seperti intelegensi, dermatoglifi, dll

Kelainan multifactorial terjadi ketika factor resiko genetic dan lingkungan berkombinasi dan menyebabkan seseorang menjadi penderita. Misalnya pada kasus atherosclerosis, dimana factor keturunan memberikan peluang terjadinya kelainan sebesar 65 %, sedang yang 45% lagi merupakan pengaruh dari factor lingkungan. Beberapa factor lingkungan yang mempengaruhi kelainan ini misalnya, pola makan, kebiasaan merokok, dan pola olahraga.

Beberapa contoh kelainan multifaktorial adalah:

a. Type 1 diabetes mellitus

Penyakit diabetes tipe 1 sering disebutInsulin Dependent Diabetes MellitusatauDiabetes Mellitus yang Bergantung pada Insulin. Jadi diabetes tipe 1 berkaitan dengan ketidaksanggupan pankreas untuk membuat insulin dan berkaitan dengan kerusakan atau gangguan fungsi pankreas menghasilkan insulin.

Penderita penyakit diabetes tipe 1 sebagian besar terjadi pada orang di bawah umur 30 tahun. Itu sebabnya penyakit ini sering dijulukidiabetes anak-anakkarena penderitanya lebih banyak terjadi pada anak-anak dan remaja. Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin akibat kelainan sistem imun tubuh yang menghancurkan sel yang menghasilkan insulin atau karena infeksi virus sehingga hormon insulin dalam tubuh berkurang dan mengakibatkan timbunan gula pada aliran darah.

b. Essential (primary) hypertension

Hipertensi essensial/primer. Jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat

diketahui. Sekitar 90% penderita hipertensi menderita jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan pengobatan lebih banyak ditujukan bagi penderita hipertensi essensial ini. Namun salah satu factor resiko terjadinya hipertensi ini adalah faktor keturunan (Genetik). Apabila riwayat hipertensi didapat pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur) apabila salah satunya adalah penderita hipertensi.

c. Schizophrenia

Schizophrenia adalah jenis penyakit jiwa yang dapat diturunkan. Penyebab lainnya adalah karena adanya tekanan jiwa yang tak tertahankan atau fisiologi otak. Orang yang menderita schizophrenia tidak bisa mengekspresikan emosinya dengan baik, cenderung menutup diri dari pergaulan, dan tidak responsive. Penyakit jiwa ini bersifat kronis dan dapt menyerang siapa saja. Melihat kehebatan dampaknya, penyakit ini dapat dikatakan penyakit jiwa yang paling destruktif.

d. Asthma

Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang mengalami sesak nafas. Penyakit Asma paling banyak ditemukan di negara maju, terutama yang tingkat polusi udaranya tinggi baik dari asap kendaraan maupun debu padang pasir.

Penyakit ini merupakan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua, kakek atau nenek anak menderita penyakit asma maka bisa diturunkan ke anak. Prof Dr. dr Heru Sundaru, Sp.PD, KAI, Guru Besar Tetap FKUI menjelaskan, "penyakit asma bukan penyakit menular tapi penyakit keturunan."e. Alzheimers disease

Penyakit alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang secara epidemiologi terbagi 2 kelompok yaitu kelompok yang menderita pada usia kurang 58 tahun disebut sebagai early onset sedangkan kelompok yang menderita pada usia lebih dari 58 tahun disebut sebagai late onset.

Beberapa peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini diturunkan melalui gen autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama pada keluarga penderita alzheimer mempunyai resiko menderita demensia 6 kali lebih besar dibandingkan kelompok kontrol normal. Pemeriksaan genetika DNA pada penderita alzheimer dengan familial early onset terdapat kelainan lokus pada kromosom 21 diregio proximal log arm, sedangkan pada familial late onset didapatkan kelainan lokus pada kromosom 19. Setelah berumur 40 tahun terdapat neurofibrillary tangles (NFT), senile plaque dan penurunan Marker kolinergik pada jaringan otaknya yang menggambarkan kelainan histopatologi pada penderita alzheimer.

f. Rheumatoid arthritis

Rheumatoid arthritis (RA) adalah suatu penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan kronis sendi-sendi. Rheumatoid arthritis dapat juga menyebabkan peradangan dari jaringan sekitar sendi-sendi dan organ-organ lain dalam tubuh. Penyakit autoimun adalah penyakit yang terjadi ketika jaringan-jaringan tubuh dengan sembarangan (salah mengira) diserang oleh sistim imunnya sendiri. Sistim imun adalah suatu organisasi yang kompleks dari sel-sel dan antibodi-antibodi yang diciptakan secara normal untuk mencari dan membasmi penyerbu-penyerbu tubuh, terutama infeksi-infeksi. Pasien-pasien dengan penyakit autoimun mempunyai antibodi-antibodi didalam darahnya yang menargetkan jaringan-jaringan tubuhnya sendiri, dimana mereka dapat berkaitan dengan peradangan. Karena ia dapat mempengaruhi beragam organ-organ tubuh lain, rheumatoid arthritis dirujuk sebagai suatu penyakit sistemik dan adakalanya disebut penyakitrheumatoid. Arthritis berarti peradangan sendi. Peradangan sendi dari rheumatoid arthritis menyebabkan pembengkakan, nyeri, kekakuan, dan kemerahan pada sendi-sendi. Peradangan dari penyakit rheumatoid dapat juga terjadi pada jaringan-jaringan sekitar sendi-sendi, seperti tendon-tendon, ligamen-ligamen, dan otot-otot.

Penyakitnya dapat mulai pada segala umur, namun ia paling sering mulai setelah umur 40 tahun dan sebelun umur 60 tahun. Pada beberapa keluarga-keluarga, beragam anggota-anggota dapat dipengaruhi, menyarankan suatu dasar genetik untuk kelainan ini.

3. Chromosomal Disorders

Secara garis besar, kelainan kromosom dapat dibedakan menjadi dua, kelainan

numerik dan kelainan struktural.

Kelainan kromosom numerikal

Yaitu hilangnya atau bertambahnya satu kromosom atau secara keseluruhan. Terjadi karena kesalahan dalam pemisahan kromosom homolog atau non disjunction pada fase meiosis I dan II.

1) Monosomi : hilangnya satu kromosom pada sepasang kromosom. Monosomi dapat terjadi akibat non-disjunction atau anaphase lag.

2) Trisomi : bertambahnya satu kromosom pada sepasang kromosom. Trisomi biasanya dikarenakan terjadinya non-disjunction atau gagal berpisah pada kromosom homolog saat meiosis I atau non-disjunction pada kromatid saat meiosis II.

3) Polyploidi : dalam satu sel terdapat banyak kromosom haploid, seperti 69, triploidi, atau 92, tetraploidi. Poliploidi dapat merupakan sebab dari: 1) fertilisasi oleh dua sperma, 2)sperma yang diploid akibat non-disjunction pada meiosis; ovum yang diploid akibat non-disjunction pada meiosis.

4) Mosaik : adanya dua/lebih macam sel pada individu atau jaringan yang berbeda aturan genetiknya namun tetap diturunkan dari zygote yang sama, jadi memiliki asal genetik yang sama.

Ada 4 tipe penyebab kelainan kromosom, yaitu

1) Nondisjunction: ada gangguan dalam pelepasan sepasang kromosom, entah terjadi pada sebagian atau seluruhnya.

2) Translokasi : terjadi penukaran 2 kromosom yang berasal dari pasangan berbeda.

3) Mosaik : terjadi salah mutasi pada mitosis/pembelahan di tingkat zigot.

4) Reduplikasi atau hilangnya sebagian kromosom.

Trisomi 21 SINDROM DOWN

Pada Sindrom Down terdapat sebuah salinan ekstra dari kromosom 21 di dalam genom (47,XX+21 or 47,XY+21). Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan Secara sitogenetik, terdapat 3 jenis kasus sindrom down yaitu, trisomi, robertsonian translokasi, dan mosaik. Yang paling banyak ditemukan adalah keadaan trisomi (95%), translokasi (4%), dan keadaan mosaik (1%).

Sindroma down pertama kali dideskripsikan dan dipublikasikan oleh John Langdon Down pada1866. Penderita kelainan kromosom ini pada umumnya memiliki karakteristik fisik yang khas. Ciri fisik ini penting digunakan dokter untuk membuat diagnosis klinis. Beberapa ciri fisik penyandang kelainan ini di antaranya, bagian belakang kepala rata (Flattening of the back of the head), alis mata miring (slanting of the eyelids), telinga lebih kecil, mulut yang mungil, otot lunak, persendian longgar (loose ligament), tangan kaki yang mungi, bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds). Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar

Faktor Penyebab

1) Non-disjunction

Terjadinya non-disjunction pada kasus Sindrom Down sering dihubungkan dengan usia ibu (maternal age). Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang hamil pada usia beresiko ( 35 tahun) memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mempunyai anak dengan kelainan sindrom down. Hubungan antara usia ibu dengan peristiwa non-disjunction dapat disebabkan karena: 1) efek dari toksik yang terakumulasi dalam tubuh (daerah ovarium) selama oosit primer berada di dalam folikel. Semakin lama oosit tersebut diovulasikan maka semakin besar kemungkinan oosit tersebut terkena efek toksik. 2) terjadinya perubahan secara fungsional pada ovarium akibat pengaruh signal hormonal. 3) terjadinya degradasi dari meiotic machinery seiring denga bertambahnya usia, dan memungkinkan terjadinya kelainan pada saat peristiwa meiosis I dan II.

2) Faktor translokasi

Varian translokasi terdapat pada 4% kasus, yaitu adanya bahan kromosomal ekstra yang diwariskan dari kromosom parental dengan translokasi lengan panjang kromosom 21 ke kromosom 22 atau 14. Karena ovum yang dibuahi sudah memiliki dua autosom 21 normal, maka fragmen kromosom yang mengalami translokasi mengakibatkan gen tripel yang jumlahnya sama dengan trisomi 21.

Jenis-jenis Syndrome Down

1) Tipe penuh/Classic (full trisomi 21)

Mayoritas sel mempunyai ekstra kromosom 21. Umumnya 94% penderita Syndrom Down ini adalah anak-anak.

2) Tipe translokasi

Ada dua macam translokasi, yaitu

a) Translokasi resiprok

Pada translokasi resiprok, ada dua kromosom yang bertukar materi genetik.

b) Translokasi non-resiprok (Robertsonian).

Sementara pada translokasi Robertsonian, kedua lengan pendek kromosom hilang dan lengan panjangnya membentuk kromosom baru. Translokasi Robertsonian biasanya terjadi pada kromosom dengan bentuk akrosentrik (kromosom yang letak sentromernya berada mendekati ujung).

3) Tipe mosaik

Apabila terdapat sel yang mempunyai kromosom 47 dan mayoritas sel yang berkromosom 46. Jadi, bentuk mosaik merupakan suatu jenis dari kelainan antara Syndrom Down dan normal.

Trisomi 13 SINDROM PATAU

Trisomi 13 atau Sindrom Patau disebabkan oleh adanya 3 untai kromosom 13 pada tiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap selnya adalah 47. Kelainan ini dapat menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung, ginjal, bibir dan rongga mulut (bibir sumbing), juga pertumbuhan jari tangan dan kaki. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000 sampai 10.000 bayi yang lahir dan biasanya jika gejalanya sangat berat dapat menyebabkan kematian beberapa jam atau beberapa minggu setelah kelahiran.

Trisomi 18 SINDROM EDWARD

Trisomi 18 atau sindrom Edward disebabkan oleh adanya 3 untai kromosom 18 pada tiap sel penderita. Berlebihnya jumlah kromosom 28 ini jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 5000 bayi lahir dan gejalanya adalah retardasi mental berat, gangguan pertumbuhan ukuran kepala dan pinggul yang kecil, dan kelainan pada tangan dan kaki.

Separuh penderita sindrom ini meninggal pada minggu pertama kelahiran, 45 persen lainnya meninggal sebelum usia setahun, dan mereka yang bertahan melebihi 12 bulan mengalami retardasi berat. Hampir semua sistem organ dapat terkena oleh trisomi 18. Hampir 95 persen bayi yang terkena memperlihatkan cacat jantung. Kelainan lain yang sering dijumpai adalah anomali ginjal, obstruksi saluran cerna, dan cacat tulang rangka.Kelainan kromosom sex

A. Klinefelter syndrome

Biasanya kariotip menunjukkan adanya penambahan kromosom X. Pada sebagian kasus dapat ditemukan adanya keadaan mosaik (46, XY/47, XXY). Kasus ini dapat pula dijumpai pada laki-laki (48, XXXY atau 49, XXXXY), namun jarang sekali terjadi.

Tampilan klinis pada penderita saat lahir: Jari-jari tangan yang menggembung (puffy hand and feet), selaput leher (webbed neck), dada seperti perisai (shield chest), dada lebar, perawakan tinggi, garis batas rambut letak rendah (low hairline), valgus pada cubitus, kelainan jantung dan ginjal.

B. Turner syndrome

Merupakan monosomi kromosom X. Terdapat beberapa variasi sindrom Turner ini, sindrom Turner klasik (45, X), mosaik (46, XX/46, X), dan isokromosom X atau delesi sebagian kecil lengan kromosom X. Tampilan klinis pada penderita saat lahir: Pada bayi tampak kecil, kaki dan tangan bengkak karena edema limfe, pterygium colli (kelebihan kulit leher), batas rambut belakang rendah, pada dewasa bentuk badan pendek, dan amenorrhea karena ovarium yang sangat kecil.

C. XXX females

Survei menunjukkan bahwa 0,1% dari seluruh perempuan memiliki kariotipe 47, XXX. Kasus ini biasanya terjadi karena kesalahan pada meiosis I. Tampilan klinis pada penderita saat lahir:

D. XYY males

Penambahan kromosom Y dapat kebayakan dikarenakan non-disjunction meiosis II yang bersifat paternal atau post-zygotic event. Tampilan klinis pada penderita saat lahir:

E. Fragile X syndrome

Disebut juga dengan sindrom Martin Bell. Penyakit diturunkan mengikuti hukum mendel (X linked). Kasus ini biasanya diderita oleh laki-laki, dan perempuan hanya sebagai pembawa sifat. Secara sitogenetik ampak adanya fragile site pada ujung lengan kromosom X. Carrier wanita secara molekuler pada promoterregion gen FMR-1 Mempunyai CGG repeat lebih dari 200 disebut mutasi penuh, sedang yang CGG repeat 50-200 disebut premutasi. Tampilan klinis pada penderita saat lahir: Wajah memanjang, jidat lebar, bibir tebal, testis besar, retardasi mental.

B. KONSELING GENETIKKonseling genetik merupakan proses komunikasi yang berkaitan dengan masalah-masalah manusia yang berhubungan dengan kejadian atau resiko terjadinya kelainan genetik dalam keluarga.Prinsip dasar dari konseling genetik adalah seorang konselor hendaknya memberikan informasi kepada pasien yang mendatanginya, bukanlah nasehat. Secara universal telah disepakati bahwa konseling genetik sifatnya jangan memaksa dan tidak mengarahkan pasien terhadap tindakan khusus tertentu. Selain itu, konselor genetika hendaknya dapat melakukan pendekatan yang sifatnya bukan mengajukan pendapat.Tujuan dari konseling genetik adalah memberikan informasi dan support kepada keluarga yang memiliki risiko atau sudah memiliki anggota keluarga dengan kelainan genetik. Proses ini melibatkan upaya konselor dalam membantu sebuah keluarga untuk:

Memahami fakta medis, termasuk diagnosis.

Memahami bahwa adanya keterkaitan penyakit tersebut dengan pewarisan keturunan dan risiko terjadinya penyakit berulang pada keluarga.

Memahamipilihan-pilihandalammangangani penyakit.

hal-hal yang dilakukan dalam konseling genetik, yakni: Reaching accurate diagnosisHal-hal yang dilakukan adalah mencari tahu tentang sejarah keluarga pasien. Hal tersebut berguna untukuntuk menegakkan diagnosis.Kemudian, melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang dilakukan berguna untuk mencari tahu adanya penyakit lainnya pada pasien. Selain itu, pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan radiologi, dan analisis DNA. Analisis DNA digunakan untuk memastikan penyakit yang diderita pasien merupakan kelainan genetik.

Estimation of recurrence riskHal yang dilakukan meliputi pembuatan pedigree dan menerapkan perhitungan risiko terjadinya penyakit. Pembuatan pedigree berguna untuk mengetahui tentang kelainan genetik lain yang pernah diderita keluarga pasien. Selain itu, dengan adanya pedigree, dapat dilihat pula apakah adanya kemungkinan pernikahan saudara.

Genetic counselingPada konseling genetik, konselor memberikan alternatif-alternatif yang dapat diambil oleh keluarga pasien untuk menghindari terulangnya kasus yang sama. Selain itu, konselor juga melakukan kalkulasi risiko.

Desicion makingKonselor hanya memberikan pilihan-pilihan kepada keluarga pasien, sehingga harus menghormati semua keputusan yang akan diambilnya.

Dalam memastikan diagnosis, tes genetik yang dapat dilakukan adalah:4 Carrier Testing: tes yang dilakukan untuk menentukan apakah seseorang membawa satu salinan mutasi gen untuk suatu penyakit resesif tertentu. Cara yang dilakukan pada tes ini adalah dengan analisis langsung dari gen, gen yang telah diekstrasi dari sel darah akan diuji untuk melihat adanya mutasi. Jenis tes ini ditawarkan kepada seseorang yang memiliki sejarah keluarga dengan kelainan genetik.

Preimplementation Genetic Diagnosis (PGD): teknik khusus yang dapat mengurangi risiko memiliki anak dengan kelainan genetik. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi perubahan genetik pada embrio yang dibuat dengan fertilisasi in vitro.

Prenatal Testing: tes ini digunakan untuk mendeteksi perubahan dalam gen atau kromosom pada janin.Tes ini ditawarkan selama kehamilan jika ada peningkatan risiko bayi yang akan dilahirkan memiliki kelainan genetik.

Newborn Screening: tes ini dilakukan hanya setelah kelahiran anak untuk mengidentifikasi gangguan genetik yang dapat diobati sedini mungkin.

Diagnostic/confirmatory Testing: tes yang digunakan untuk mengidentifikasi atau mengkonfirmasi diagnosis suatu penyakit berdasarkan tanda-tanda fisik dan gejala. Selain itu berguna untuk memprediksi perjalanan penyakit dan penentuan pemilihan pengobatan. Tes ini dapat dilakukan sebelum kelahiran atau selama pasien hidup.

Predictive Testing: tes untuk menentukan kemungkinan bahwa seseorang yang sehat dengan memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tertentu atau tidak, mungkin akan menderita penyakit tersebut.

Adapula pilihan yang dapat diberikan oleh seorang konselor genetika kepada keluarga pasien yang memiliki risiko anaknya mengalami kelainan genetik jika ingin menambah keturunan, yakni:

Menerima risiko yang akan terjadi dan tetap mengandung anaknya.

Melakukanprenatal diagnosis. Melakukanpreimplantasi diagnosis. Mendapatkan anak melalui gamete donation.

Mengadopsi anak.

Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan, ada baiknya pasangan yang belum menikah untuk melakukan pemeriksaan pranikah. Pemeriksaan tersebut berguna untuk mengetahui kondisi pasangan serta proyeksi masa depan pernikahan, terutama berkaitan dengan genetika.VIII. Kesimpulan

Usia Tua Tuan Mularis dan Ny. Maryam memungkinkan meningkatnya kelainan gametogenesis dan kelainanan embriogenesis saat memiliki anak bungsu, bernama Sulastri. Sulastri menderita Sindrom Turner yang menyebabkan ia mengalami sesak nafas dengan sianosis, gangguan pendengaran, belum mengalami ciri seks sekunder, dan tubuh serta leher pendek.

VIII. Daftar Pustaka

http://www.blogdokter.net/2007/07/20/penyebab-abortus/http://botefilia.com/index.php/archives/2009/10/22/sindroma-down-deteksi-dalam-kehamilan/

http://kesehatan.kompas.com/read/2010/03/29/11191896/Teori.Baru.Penyebab.Down.Syndrome

(http://www.slideshare.net/ronaldbasten/bab-i-aborsi)Kumar, Vinay; Cotran, Ramzi S.; Robbins, Stanley L. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7, Volume 1. Jakarta: EGC.

http://turunberatbadan.com/2459/mengenal-variasi-penyebab-sindrom-down/Anggraini, Merry Tiyas. 2008. Hubungan Antara Usia Saat Timbulnya Menarche dengan Usia Saat Timbulnya Menopause pada Wanita di Kecamatan Kartasura. (Online). (Dalam www.jurnal.unimus.ac.id, diakses 28 Oktober 2013).Campbell, Neihl., Reece, Jane B. 2008. Biologi Edisi Kedelepan Jilid 1. Terjemahan Oleh Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.

Daneswari, Prita. 2011. Kenali Keistimewaan Syndrom Turner. (Online). (Dalam http://www.mediaindonesia.com/, diakses 28 Oktober 2013)

Harnowo, Putro Agus. 2012. 3.500 Kelainan Genetik Bisa Diketahui Sejak Dalam Kandung