laporan mkt fix

27
LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN KESUBURAN TANAH Disusun oleh: KELOMPOK F1 Dwija Putri Pertiwi 115040200111013 Endal Lisna B 115040200111022 Dita Aprilia Mayasari 115040200111066 Dyan Kusumanin A 115040200111115 Erwansya! Budi " 115040200111124 Dylan #ndra Perdana 11504020011114$ E%i Annisa Pratami 115040200111155 Edina Kusuma & 115040200111161 Edi Kurniawan 1150402001111'1 E%( "a!mat )!(umi 115040201111010 Dian Pra*awati 11504020111106$ Emira Dya! Larasati 1150402011110'0 Dia+ Anarsari 1150402011110'6 Di%a ,!i-matul .ana! 1150402011110/0 Diajen #nda! astiti 1150402011110/1 Dewi )!inta ,ar(lina 1150402011110/4 Dita Lan%awati 115040201111106 Destyarini Puspitasari 115040201111114 D(ddy Kurniawan 11504020111111' Dewi ur #sti-(ma! 115040201111121 KELAS F PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULT AS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAIJA!A MALANG "#1$

Upload: diajeng-indah-nastiti

Post on 12-Oct-2015

175 views

Category:

Documents


39 download

DESCRIPTION

pertanian

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN KESUBURAN TANAH

Disusun oleh:

KELOMPOK F1

Dwija Putri Pertiwi115040200111013

Endal Lisna B115040200111022

Dita Aprilia Mayasari115040200111066

Dyan Kusumaning A115040200111115Erwansyah Budi R115040200111124

Dylan Indra Perdana115040200111148

Eki Annisa Pratami115040200111155

Edina Kusuma W115040200111161

Edi Kurniawan115040200111171Eko Rahmat Shoumi115040201111010Dian Prabawati115040201111068

Emira Dyah Larasati115040201111070

Diaz Anggarsari115040201111076Dika Chiqmatul Janah115040201111090

Diajeng Indah Nastiti115040201111091

Dewi Shinta Carolina115040201111094

Dita Langkawati115040201111106Destyarini Puspitasari115040201111114

Doddy Kurniawan115040201111117Dewi Nur Istiqomah115040201111121KELAS F

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman, salah satunya adalah sebagai penyedia unsur hara, baik unsur makro maupun mikro. Kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap kesuburan tanah. Perbedaan jenis tanah akan turut menentukan jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Kesuburan tanah merupakan mutu tanah yang berkaitan dengan sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Karena bukan sifat melainkan mutu, maka kesuburan tanah tidak dapat diukur, tetapi dapat ditaksir. Kesuburan tanah juga dapat dilihat dari produktivitas yang dihasilkan oleh tanaman di lahan tersebut.

Untuk menentukan nilai kesuburan tanaha, maka perlu dilakukan evaluasi kesuburan tanah. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk melakukan evaluasi, antara lain analisis tanah, mengamati gejala-gejala pada pertumbuhan tanaman, analisis tanaman dan percobaan di lapang. Dari hasil evaluasi kesuburan tanah dapat ditetapkan langkah-langkah untuk mengembalikan kesuburan tanah tersebut, namun teteap disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing tanaman. Untuk mengetahui kesuburan suatu tanah, pada praktikum manajemen kesuburan tanah ini dialakukan pengamatan pertumbuhan tanaman dalam beberapa perbandingan komposisi tanah dengan kompos dan kemudian dilakukan pula analisis tanah di laboratorium, sehingga dapat diketahui kualitas tanah tersebut. Hasil dari pengukuran kualitas tanah dapat digunakan sebagai dasar dalam penilaian keberlanjutan pengelolaan tanah.

1.2 Tujuan

Praktikum manajemen kesuburan tanah ini bertujuan agar kita dapat mengetahui:

prinsip kesuburan suatu tanah

perbandingan perbedaan komposisi media tanam dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman

cara menganalisis kesuburan suatu tanah

teknik pengelolaan untuk mengembalikan kesuburan tanah

1.3 Hipotesis

Perbedaan pemberian kompos mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung karena perbedaan kompos berkaitan dengan kandungan unsur hara yang ada di dalam tanah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Ada akar yang berfungsi menyerap air dan larutan hara, dan ada yang berfungsi sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan habitat akar dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang bersangkutan, dan/atau diimbas (induced) oleh keadaan bagian lain tubuh tanah dan/atau diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari lahan, yaitu bentuk muka lahan, iklim dan musim. Karena bukan sifat, melainkan mutu maka kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati, akan tetapi hanya dapat ditaksir (assessed). Penaksiran kesuburan tanah dapat dilakukan berdasarkan atas sifat dan perilaku fisik, kima dan biologi tanah yang terukur, yang terkorelasikan dengan kemampuan tanaman menurut pengalaman atau hasil pengamatan sebelumnya. Kesuburan tanah dapat ditaksir juga secara langsung berdasarkan keadaan tanaman yang teramati (bioassay). Dengan pengunaan cara penaksiran pertama dapat diketahui sebab-sebab yang menentukan kesuburan tanah, sedangkan dengan penggunaan cara yang kedua dapat diketahui respon tanaman terhadap keadaan tanah yang ada (Notohadiprawiro, dkk., 2006).

Selain itu Notohadiprawiro,dkk (2006) juga menjelaskan bahwa kesuburan tanah dapat diartikan pula sebagai kemampuan tanah menghasilkan bahan tanaman yang dipanen. Maka dengan pengertian tersebut, kesuburan tanah dapat diartikan juga sebagai daya menghasilkan bahan panen atau produktivitas. Tujuan akhir dari kesuburan tanah adalah hasil panen, yang diukur dengan bobot bahan kering per satuan lahan dan per satuan waktu. Hasil panen yang besar dengan variasi musiman yang kecil menandakan status kesuburan tanah yang tinggi, hal ini berarti tanah dapat ditanami sepanjang tahun dan setiap kali menghasilkan hasil panen yang besar. Sedangkan hasil panen yang besar dengan masa panen hanya sekali setahun pada musim yang baik menandakan adanya kesuburan yang kurang baik, karena pada musim lain tanah tidak dapat ditanami. Beberapa hal yang mempengaruhi hal tersebut adalah karena kekahatan (deficiency) lengas tanah, atau sebaliknya karena mengalami tumpat air (waterlogged), yang mengakibatkan garam terlarut meningkat melampaui batas sehingga tanah menjadi sulit diolah untuk memperoleh struktur yang baik.

Notohadiprawiro, dkk (2006) juga menjelaskan bahwa terdapat dua pengertian kesuburan tanah yang harus dibedakan, yaitu kesuburan tanah aktual dan kesuburan tanah potensial. Kesuburan tanah aktual diartikan sebagai kesuburan tanah yang hakiki (asli, alamiah), sedangkan kesuburan tanah potensial merupakan kesuburan tanah maksimum yang dapat dicapai dengan intervensi teknologi yang mengoptimumkan semua faktir. Dalam kesuburan potensial dijelaskan bahwa seberapa banyak intervensi teknologi yang layak diterapkan tergantung dari (1) imbangan antara tambahan hasil panen atau nilai tambah mata dagangan (commodity) yang diharapkan akan dapat dihasilkan, dan tambahan biaya produksi yang harus dikeluarkan, (2) Kemampuan masyarakat membiayai intervensi itu dan (3) keterampilan teknik masyarakat menerapkan intervensi tersebut secara berkesinambungan.

Senada dengan Sutanto (2005), yang menyatakan bahwa kesuburan tanah diukur berdasarkan hasil tanaman (berat kering ton.ha-1) dan kualitas (kandungan gula, pati, protein, dan vitamin), yang variasinya direkam dari tahun ke tahun. Pada prinsipnya tanah yang subur adalah tanah yang secara konsisten memberikan hasil yang baik tanpa penambahan pupuk. Ada tanah yang mempunyai kesuburan asli yang tinggi, tetapi hasil produksinya rendah karena faktor produksi lainnya menghambat pertumbuhan tanaman. Ada dua kesuburan tanah yaitu kesuburan tanah potensial dan aktual. Kesuburan tanah potensial adalah maksimum hasil yang diperoleh dengan cara mengoptimalisasi semua faktor produksi. Kesuburan tanah aktual adalah status kesuburan asli tanah tanpa dilakukan usaha perbaikan atau peningkatan produksi.

2.2 Prinsip Kesuburan Tanah

Pengelolaan kesuburan tanah bertujuan untuk mengoptimumkan kesuburan tanah. Tanah memiliki perbedaan baik itu sifat dan kelakuannya, sehingga memerlukan pengelolaan yang berbeda pula untuk menunjuang kesuburan yang dimiliki tanah-tanah terkait. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka ukuran optimum kesuburan tanah menjadi berbeda-beda pula, sehingga perlu disesuaikan pengelolaan yang tepat pada hal-hal yang membedakan tanah yang satu dengan tanah yang lainnya.

Notohadiprawiro, dkk (2006) menyatakan bahwa kriteria optimum didasarkan atas sejumlah variable tanah yang menentukan produktivitas tanaman. Kesuburan tanah bukan ditentukan oleh sejumlah pengaruh tiap variable secara individu, melainkan oleh daya pengaruh yang timbul dari hubungan interaktif atau kompensatif antar variable. Misalnya, bahan peracunan Al bukan ditentukan oleh kadar Al tertukar, akan tetapi oleh nisbah antar kadar Al tertukar dan kadar basa-basa tertukar yang lain (Ca, Mg, K, Na). Mesikpun Al cukup tinggi, namun bahaya peracunan Al tidak sebesar ketika nisbah kadarnya terhadap kadar basa-basa tertukarkan yang lain kecil. Daya pengaruh pH atas kesuburan tanah pada umumnya bersifat tidak langsung, yaitu melalui daya pengaruhnya atas ketersediaan ion-ion hara. Adapun hubungan tertentu antara pH disuatu pihak dan kejenuhan basa serta tekstur di pihak lain. Secara bersama-sama tekstur, struktur, mineralogi lempung dan bahan organik menentukan dinamika lengas tanah. Struktur sendiri merupakan hasil interaksi antara tekstur, mineralogi lempung, bahan organik dan kation-kation tertukarkan, serta ketersediaan bahan perekat. Jumlah hara dan lengas tersediakan dalam jumlah yang lebih banyak jika kedalaman efektif tanah lebih dalam.

Hampir semua kejadian dalam tanah terjadi karena air sebagai pelaku (agent) atau medium. Proses-proses utama yang menciptakan kesuburan tanah atau sebaliknya mendorong degradasi tanah yaitu hidrolisis, pelarutan, alihrupa, alih tempat, dan reduksi. Maka dari beberapa penjelasan tersebur perlu adanya penanganan yang tepat agar kesuburan tanah dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan. Berikut adalah beberapa prinsip pengelolaan tanah yang baik.Pengelolaan tanah yang baik akan mengacu pada efisiensi pemupukan yang dilakukan.Efisiensi pemupukan dapat ditaksir (assessed) menurut kenaikan bobot kering biomassa berguna oleh pemberian tiap satuan bobot unsur hara dalam bahan pupuk. Efisiensi dapat pula ditaksir berdasarkan jumlah unsur hara yang diserap oleh tanaman dari setiap satuan jumlah unsur hara itu yang ditambahkan. Oleh karena fungsi fisiologis dan kelakuan kimiawi tiap unsur hara berbeda maka ukuran efisiensinya berbeda pula. Efisiensi pemupukan suatu unsur hara akan berubah menurut umur tanaman (kelakuan fisiologi).

Keadaan lingkungan hayati juga mempengaruhi efisiensi pemupukan. Gulma menimbulkan persaingan memperoleh hara, lengas tanah dan sinar matahari sedangkan hama dan penyakit mengganggu atau membahayakan kesehatan tanaman. Dengan demikian semua faktor fisiologi, lingkungan atmosfir dan hayati sangat penting dalam menentukan efisiensi pemupukan. Dari beberapa permasalahan tersebut, beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan efisiensi pemupukan yang dapat ditangani dengan pengelolaan kesuburan tanah yang baik dan benar adalah sebagai berikut.

1. Imbangan Ketersediaan Hara Asli Tanah

Imbangan ketersediaan hara sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara yang lain maupun unsur hara terkait permasalahan dalam tanah. Imbangan yang timpang dalam ketersediaan hara asli tanah harus dibetulkan lebih dahulu untuk menaikkan kadar hara yang menjadi faktor minimum. Tanpa perbaikan ini efisiensi pemupukan akan menjadi rendah karena pemberian pupuk memperkuat ketimpangan neraca hara yang ada.

2. Antagonism, atau Kebalikannya, Sinergisme Ion Dalam Jaringan

Kekahatan hara dalam jaringan tanaman dapat diakibatkan oleh pemupukan berlebihan dengan hara antagonisnya (K atau Ca terhadap Mg atau sebaliknya). Hal ini menyebabkan efisiensi pemupukan menurun. Sinergisitas juga terjalin antar beberapa unsur hara anatara lain usnur hara N dan P, dan antara unsur hara N dengan S, yang berarti keduanya saling mendukung. Percobaan Sholeh (1975) dengan tanaman padi sawah menunjukkan, bahwa semakin tinggi takaran N yang diberikan, maka penyerapan P semakin meningkat. Selain itu juga dibuktikan bahwa efisiensi pemupukan N meningkat dengan menggunakan pupuk Urea berlapis S.

3. Penempatan (Fixation) atau Imobilisasi (Penyematan Biologi) Ion Hara

Fosfat dapat disemat oleh oksida atau hidroksida besi dan K oleh mineral lempung montmorilonit. N dapat mengalami imobilisasi oleh kegiatan jasad renik. Kegiatan ini terpacu oleh ketersediaan bahan organik sebagai sumber energi, akan tetapi miskin N. Maka makin banyak diberikan bahan organik, makin besar gangguan terhadap penyerapan N oleh tanaman padi (dampak Imobilisasi). Sehingga pemberian bahan organik juga perlu mementingkan keseimbangan dengan status hara N dalam tanah.4. Ekonomi Hara Dalam Hubungannya dengan pH dan Eh Tanah

Perubahan pH atau potensial redoks (Eh) membawa perubahan ketersediaan unsur hara untuk tanaman. Perubahan ketersediaan ini berkaitan dengan perubahan kimiawi atau sidiko-kimiawi atas unsur hara. Banyak reaksi penyematan dan pertukaran ion bergantung pada pH atau Eh. PH dan Eh juga menentukan suatu senyawa atau ion itu akan mengendap atau larut. Misalnya ketersediaan N,P,K dan S rendah pada pH 4 atau kurang. PH rendah meningkatkan kegiatan Al sehingga berdaya racun bagi tanaman. Potensial redoks rendah (tanah kahat O2 bebas) menghidupkan proses denitrifikasi yang menghilangkan nitrat karena terbang dalam bentuk gas N2. Eh rendah menyebabkan menyebabkan keracunan tanaman karena akan menimbulkan larutnya Fe dan Mn secara berlebihan, terbentuk asam butirat dari dekomposisi bahan organik yang tidak sempurna dan terbentuk H2S. H2S menghambat pernafasan akar dan mengganggu penyebaran hara sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Permasalahan efisiensi pemupukan akibat Eh yang rendah dapat ditanggulangi dengan pengatusan.5. Kekahatan Lengas Tanah

Air tanah berperan sangat penting dalam aktivitas hara dalam tanah. Air tanah berperan untuk melarutkan unsur hara agar dapat diserap oleh tanaman. Kekurangan air tanah akan menghambat pelarutan pupuk dan pelepasan ion hara serta aliran massa dan difusi larutan hara dari tanah ke akar. Kekeringan tanah sebagai dampak kekurangan air juga memekatkan larutan pupuk yang dapat merusak jaringan tanaman karena plasmolisis. Pemberian hara (pemupukan) yang diberikan pada tanah yang mengalami kekurangan lengas akan menimbulkan kegentingan fisiologi pada tanaman karena peningkatan kekentalan larutan tanah, akibatnya penyerapan air dan larutan hara oleh akar terhambat atau jika kekentalannya melewati batas sehingga melebihi kekentalan larutan sel, akibatnya akan terjadi aliran balik dari tubuh tanaman ke tanah (serapan negative). Jika proses ini tidak dapat dikendalikan akhirnya sel-sel tanaman akan mengalami plasmolisis yang mematikan. Hal ini dapat ditanggulangi dengan irigasi, irigasi akan mengisi lengas tanah dan selain itu dengan dilakukan pengatusan, pengatusan yang dilakukan akan membuang kelebihan lengas tanah sehingga status lengas menjadi optimum.6. Sifat Fisik Tanah dan Aliran Permukaan (Runoff) yang MelindiHara

Perkolasi sebagai salah satu penciri fisik tanah dengan daya yang cepat dalam jumlah banyak akan melindi (leach) banyak bahan pupuk yang terlarutkan. Sedangkan perkolasi buruk (infiltrasi dan porositas rendah) dan konsistensi yang terlalu padat akan mengakibatkan pupuk hilang karena terbawa aliran permukaan. Pelindian unsur hara pupuk meningkat dalam tanah bertekstur kasar karena daya tambat lengas tanah dan hara kecil. Daya tambat juga ditentukan oleh struktur dan konsistesi tanah. Pada dasarnya struktur dan konsistensi tanah menentukan kerapatan akar dan jangkauan penjalaran akar. Dengan kata lain struktur yang padat atau konsistensi berat menyebabkan kerapatan akar rendah dan jangkauan penjalarannya terbatas, akibatnya kemampuan akar menyerap lengas dan hara menjadi kecil. Beberapa penjelasan tersebut merupakan pertimbangan agar pemupukan mampu dilakukan secara efisien.

Sedangkan pendapat lain menerangkan adanya 9 prinsip pengelolaan tanah yang harus dilakukan untuk mempertahan kesuburan tanah, berikut adalah ulasan sembilan prinsip pengelolaan tanah menurut Tim Dosen Tanah (2012).

1. Meningkatkan Penutupan Tanah

Meningkatkan penutupan tanah mampu mengurangi erosi karena aliran air dan angin, meningkatkan laju infiltrasi, mengurangi kehilangan air akibat evaporasi dan meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman, mengurangi kenaikan suhu permukaan tanah, memperbaiki kondisi permukaan tanah sehingga mendukung perkecambahan biji, meningkatkan kandungan bahan organik di lapisan permukaan, memperbaiki kemantapan agregat, khususnya struktur lapisan atas, mendorong kehidupan dan kegiatan biologi dalam tanah serta meningkatkan porositas tanah dan menekan pertumbuhan gulma pada tanah.

2. Meningkatkan Kandungan Bahan Organik

Meningkatnya kandungan bahan organik dalam tanah maka kemantapan agregat di lapisan atas akan meningkat, selain itu kapasitas menahan air meningkat, kapasitas menahan unsur hara meningkat serta mampu mendorong kehidupan dan kegiatan biologi dalam tanah melalui suplai bahan organik dalam berbagai bentuk.

3. Meningkatkan Kapasitas Infiltrasi dan Kemampuan Menahan Air

Meningkatkan kapasitas infiltrasi dan kemampuan menahan air dapat dilakukan dengan jalan pemberian bahan organik mampu menjadi pemicu peningkatan kapasitas dan kemampuan menahan air melalui pengurangan kemungkinan tanaman kekurangan air akibat pengurangan terjadinya limpasan permukaan. Mekanisme untuk meningkatkan kapasitas infiltrasi dapat ditempuh dengan jalan menjaga permukaan tanah dengan membiarkan adanya sisa tanaman dan mencegah terbentuknya crust. Selain itu dengan cara mengurangi penguapan tanah dengan tanaman penghalang angin, membuat permukaan tanah tidak rata atau dengan kata lain meningkatkan kekasaran permukaan, khususnya antar barisan tanaman. Jalan lain dapat dilakukan dengan carapencangkulan ringan pasca hujan dan pengadaan masa istirahat atau bero agar ada kesempatan terjadi infiltrasi. Selain itu dilakukan penghalangan aliran permukaan air dengan pemberdayaan penghambat seperti barisan kontur tanaman dan rorak. Kemudian dengan peningkatan permeabilitas, melalui penambahan bahan organik serta pematahan lereng lahan tanaman agar tidak terjadi aliran keluar air yang telah masuk.

4. Mengurangi Limpasan Air Dipermukaan

Mengurangi limpasan air dipermukaan dapat dikaitkan dengan mengurangi kemungkinan kehilangan material tanah, air, unsur hara, pupuk dan pestisida. Mengurangi limpasan permukaan juga akan meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman, sehingga meningkatkan hasil dan produksi biomassa. Penekanan limpasan permukaan dapat dilakukan dengan cara pembuatan bangunan penampung air limpasan, sehingga air mengalami infiltrasi ke dalam tanah. Kemudian dapat juga dilakukan dengan cara pendirian bangunan yang menampung dan mengendalikan arah aliran permukaan, serta membuat penghalang sepanjang garis kontur untuk mengurangi kecepatan air aliran permukaan (vegetative barriers).

5. Memperbaiki Kondisi Perakaran

Dengan memperbaiki kondisi perakaran, manfaat yang diperoleh adalah mampu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan akar, sehingga memperbaiki penyerapan air dan unsur hara oleh tanaman. Perbaikan perakaran juga mampu mengurangi peluang terjadinya kekeringan karena kekurangan air. Perbaikan kondisi perakaran dapat dilakukan dengan cara pengolahan tanah dalam jika ada lapisan keras dalam profil tanah, dengan begitu secara langsung akan meningkatkan kedalaman efektif tanah yang baik untuk perakaran tanaman. Kemudian dengan cara membangun sistem drainasi, dengan acuan jika terjadi hambatan drainase dalam tanah. Selanjutnya dengan cara koreksi unsur hara jika ada lapisan yang kekurangan, ketidakseimbangan hara atau adanya unsur yang beracun.6. Memperbaiki Kesuburan dan Produktivitas Tanah

Dengan memperbaiki kesuburan tanah maka secara tidak langsung juga akan meningkatkan hasil produksi tanaman, serta meningkatkan produksi biomassa. Perbaikan kesuburan tanah dapat diawali dengan cara penilaian status hara dari hasil analisis kandungan unsur tanah dan tanaman, untuk kemudian dilakukan rekomendasi. Perbaikan kesuburan selanjutnya dapat dilakukan dengan penambahan bahan organik yang tersedia bagi tanaman, pergiliran tanaman dalam sistem tanam, dan pemberian hara sesuai takaran, pemanfaatan tanaman legume (penambat N) serta pengendalian keracunan hara oleh tanaman.

7. Mengurangi Biaya Produksi

Hal ini berarti akan meningkatkan keuntungan netto. Selain itu juga akan lebih menjamin sistem produksi yang berkelanjutan dengan menggunakan bahan baku lokal. Mekanisme untuk mengatur biaya produksi dapat dilakukan dengan penerapan pengendalian hama dan penyakit secara hayati, pengurangan pupuk dan pemanfaatan legumenosa, pemberian pupuk sesuai dosis, pemanfaatan bahan organik untuk menekan pupuk kimia, penggunaan alat yang efisien serta mengusahakan adanya daur ulang dalam sistem pertanian.

8. Melindungi Lahan

Melindungi lahan artinya perlindungan lahan dari kerusakan akibat terjadinya banjir, erosi, longsor, angin kencang dan erosi angin. Terdapat beberapa prinsip perlindungan lahan, yaitu dengan membangun saluran pembagi untuk melindungi dari banjir, mengembangan penutup tanah maksimum untuk melindungi erosi air. Melindungi lahan dari longsor dengan cara penanaman tanaman berakar dalam dan pembangunan saluran pengelak untuk mencegah aliran air masuk permukaan dan bawah tanah. Kemudian dengan melindungi dari angin kencang (erosi angin) dengan cara pembengunan penghalang angin (wind-break) untuk mengurangi daya rusak angin, peningkatan tutupan lahan dan kekasaran permukaan.

9. Mengurangi Pencemar Tanah dan Lingkungan

Mengurangi pencemar tanah dan lingkungan dilakukan dengan cara penerapan pemberantasan gulma, hama dan penyakit terpadu, kemudian memberikan pelatihan pemakaian agrokimia yang baik dan benar kepada stakeholder di lahan, pemberian pupuk terbagi sesuai kebutuhan, penerapan kaidah-kaidah konservasi tanah agar tidak terjadi erosi dan pengangkutan unsur hara serta pemantauan terhadap kualitas air di permukaan dan bawah permukaan. Dengan penerapan sembilan prinsip tersebut maka lahan yang dikelolah akan terjaga baik dalam segi fisik, kimia dan biologinya.

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Fieldtrip manajemen kesuburan tanah dilakukan di Ngijo, Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang pada tanggal 26 September 2013.

3.2 Kondisi Umum Wilayah

Kondisi umum wilayah di Ngijo yang menjadi lokasi survey kesuburan tanah pada awalnya merupakan lahan sawah milik penduduk setempat yang biasa digunakan untuk penanaman komoditas pangan dan tanaman hortikultura.Kemudian lahan tersebut dibeli oleh pihak Universitas Brawijaya untuk digunakan lahan percobaan serta praktikum para mahasiswanya, khususnya pertanian. Kemudian baru pada tahun 2012, sebagian dari lahan tersebut dialihfungsikan oleh pihak Universitas Brawijaya untuk dibangun rumah kaca (Glass House) yang nantinya akan dijadikan tempat praktikum.

3.3 Metode Praktikum

3.3.1 Metodologi di Lapang

Pada saat melakukan fieldtrip lapang, kami melakukan survey dengan melakukan wawancara petani yang ada di Ngijo untuk menemukan isu permasalahan yang mempengaruhi kesuburan tanah pada wilayah setempat serta pengambilan sampel tanah untuk kemudian dilakukan pengujian dengan beberapa perlakuan, sehingga kita tahu keadaan kesuburan pada tanah di Ngijo serta hubungannya dengan permasalahan yang sedang terjadi. Setelah menemukan isu permasalahan, kami menentukan perlakuan yang akan kita gunakan untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah yang ada di Ngijo.

Kami menentukan meodologi penelitian dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan menentukan 3 perlakuan dan 3 ulangan.Perlakuan yang pertama adalah perlakuan control, yaitu penggunaan media tanam 100% tanah. Perlakuan yang kedua adalah penggunaan media tanam dengan perbandingan tanah dan pupuk kompos 2 : 1 dan perlakuan yang ketiga adalah perbadingan tanah dan pupuk kompos 1 : 2. Pengamatan dilakukan seminggu sekali selama 6 minggu dengan parameter pengamatan adalah jumlah daun dan tinggi tanaman.Pada minggu ketiga, baru dilakukan pemupukan dengan pupuk organik, yaitu pupuk kompos.

Kemudian pada saat penanaman di lahan erosi belakang mushola, hal pertama yang kami lakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan antara lain polybag ukuran 50 x 25 cm sebanyak 3 polibag, sampel tanah yang telah diambil dari Ngijo. Kemudian tanah tersebut dihancurkan dengan grinder.Namun, sebelum tanah dihancurkan, tanah dihitung terlebih dahulu nilai BI dan BJ tanah.

Setelah semua siap, perlakuan yang telah ditentukan untuk pengamatan kesuburan tanah diaplikasikan.Berikut ini merupakan diagram alir dari metodologi penanaman jagung di lahan erosi belakang mushola Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Diagram alir praktikum di lapang:

Persiapan alat dan bahan

Hitung jumlah tanah dalam 1 polibag (BI dan BJ)

Tanah digrinder

Ayak tanah dengan 0,2 mm dan 0,5 mm

Masukkan dalam polybag

tanam benih jagung

Pemupukan dilakukan 3 bulan setelah tanam

Pengamatan

Berikut ini merupakan alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum beserta kegunaannya:AlatJumlah Kegunaan

Polybag ukuran 50 x 25 cm3Sebagai tempat penanaman jagung

Ring sampel1Untuk mengambil sampel tanah

grinder1Untuk menghancurkan tanah

Ayakan 0,2 mm dan 0,5 mmUntuk menghaluskan tanah

Karung 4 buah @25kgSebagai tempat wadah tanah pada saat dipindahkan ke lokasi tempat praktikum

Cangkul3Untuk mengambil tanah

Berikut ini merupakan tabel daftar bahan yang digunakan dalam metodolgi praktikum lapang:

BahanJumlahKegunaan

Tanah100 kgSebagai media tanam

Benih jagung36 benihSebagai obyek praktikum untuk mengetahui kesuburan tanah

kompos4 karung @ 10 kgSebagai obyek perlakuan pada praktikum

3.3.2 Metodologi Analisis Uji pH dan Redoks

Pada metodologi praktikum pengukuran pH tanah dan redoks dapat diketahui langsung dalam alat pH meter, yang pertama dilakukan adalah dengan mengambil sampel tanah secukupnya pada masing-masing perlakuan.Kemudian tanah diayak dengan alat pengayak ukuran 0,5 mm. Setelah itu ambil tanah sebanyak 10 gr dengan timbangan analitik. Lalu larutkan tanah dengan menambahkan aquades sebanyak 10 ml dalam fial film dan kocok selama 30 menit agar tanah menjadi homogen.Setelah dikocok, endapkan larutan selama 10 menit dan ukur dengan menggunakan pH meter. Berikut ini merupakan diagram alir metodologi uji pH tanah.

Diagram alir analisis pH dan redoks:Mengambil sampel tanah pada masing-masing perlakuan

ayak tanah dengan ayakan 0,5 mm

Timbang 10 gr tanah

Tambahkan aquades 10 ml

Kocok selama 30 menit

Endapkan selama 10 menit

Ukur dengan pH meter

Mendapatkan hasil pH dan eH (redoks)

Berikut ini merupakan tabel daftar alat yang digunakan pada saat melakukan uji analisis pH tanah:

Alat JumlahKegunaan

Kertas1Sebagai wadah tanah pada saat dilakukan penimbangan

Ayakan 0,5 mm1Untuk menghaluskan sampel tanah

Fial film1Sebagai wadah pada saat tanah dikocok dengan aquades

Timbangan analitik1Untuk menimbang tanah yang diperlukan pada saat analisis pH

pH meter1Untuk mengukur pH tanah

Gelas ukur1Untuk mengukur larutan yang akan dilarutkan dengan tanah pada saat analisis pH

Pisau1Untuk mengambil tanah

Alat pengocok1Untuk mengocok tanah bersama dengan aquades

Tissue1Untuk membersihkan elektroda setelaah digunakan untuk mengukur pH

Tabel berikut ini adalah daftar bahan yang digunakan pada saat uji analisis pH tanah beserta kegunaannya:

BahanJumlahKegunaan

Sampel tanah10 grSebagai obyek pengamatan praktikum

Aquades10 mlUntuk menghomogenkan sampel tanah dan untuk membersihkan elektroda dari tanah

Larutan Buffer

3.3.3 Metodologi Analisis Uji P

Pada metodologi praktikum analisis P yang pertama kali dilakukan adalah mengambil sampel tanah secukupnya lalu mengayak tanah dengan ayakan 0,5 mm, kemudian ambil tanah halus yang sudah diayak dengan timbangan analitik sebanyak 2 gr. Sebelumnya telah dilakukan analisis pH tanah dan diketahui hasil pH tanah menunjukkan bahwa pH < 6,5. Maka tanah tersebut ditambahkan larutan bray-1 sebanyak 20 ml dan dikocok selama 5 menit dalam fial film.Penambahan bray ini berguna untuk melepaskan unsur P dari koloid tanah. Kemudian saring, ambil 5 ml hasil larutannya. Setelah itu tambahkan aquades sebanyak 20 ml dan 8 ml reagen dan diamkan selama 30 menitlalutambahkan aquades lagi sampai volume mencapai 50 ml. Kemudian ukur dengan spektrofotometer.Baru kita mendapat hasil analisis kandungan P dalam tanah.Diagram alir analisis uji P:

Mengambil sampel tanah

ayak tanah dengan ayakan 0,5 mm

Timbang 2 gr

Kocok 5 menit

Saring

Ambil 5 ml

Tambahkan 20 ml Aquades

Tambahkan 8 ml reagen

Diamkan 30 menit

Tambahkan Aquades sampai volume 50 ml

Ukur dengan spektrofotometer

Mendapatkan hasil kandungan P dalam tanahBerikut ini merupakan tabel daftar alat-alat yang digunakan pada saat praktikum uji analisis kandungan P dalam tanah:

AlatJumlahKegunaan

Ayakan 0,5 mm1Untuk menghaluskan tanah

Kertas1Sebagai wadah pada saat dilakukan penimbangan tanah

Fial film1Sebagai wadah pada saat tanah dikocok dengan bray

Saringan1Untuk menyaring tanah yang sudah dikocok dengan bray

Tabung ukur1Untuk mengukur larutan yang akan digunakan pada saat praktikum

Spektrofotometer1Untuk uji P

Timbangan analitik1Untuk menimbang tanah yang diperlukan pada saat praktikum

Pisau1Untuk mengambil tanah

Berikut ini merupakan tabel daftar bahan-bahan yang perlukan pada saat melakukan praktikum uji analisis P:

BahanJumlahKegunaan

Tanah2 grSebagai obyek peneletian

Bray-120 mlUntuk melepaskan Phosfor yang terjerap oleh koloid tanah

Aquades37 mlUntuk melarutkan tanah

Reagen8 mlUntuk memisahkan unsur hara P dalam tanah

3.3.4. Metodologi Analisis Uji K

Hal pertama yang dilakukan dalam metodologi peneletian analisis uji K ini adalah menyiapkan alat dan bahan kemudian ambil sampel tanah secukupnya dan ayak dengan ayakan sebesar 0,5 mm. setelah itu ambil tanah yang telah diayak tersebut sebanyak 1 gr. Kemudian tambahkan NH4OAc 1 N pH 7 sebanyak 20 ml dan kocok selama 30 menit agar larutan homogen. Setelah itu saring dan ukur kandungan unsur K dalam tanah.Diagram alir analisis uji K:Ambil sampel tanah secukupnya

Ayak dengan ayakan 0,5 mm

Timbang 1 gr

Tambahkan NH4OAc 1 N pH 7 20 ml

Kocok 30 menit

Saring

Ukur kandungan K

Berikut ini merupakan tabel daftar alat-alat yang digunakan pada saat melakukan uji analisis kandungan unsur K dalam tanah:

AlatJumlahKegunaan

Ayakan 0,5 mm1Untuk menghaluskan tanah

Timbangan analitik1Untuk menimbang tanah

Erlenmeyer1Sebagai wadah pada saat pengocokan dilakukan

Kertas1Untuk wadah pada saat tanah ditimbang

Saringan1Untuk menyaring larutan

Gelas ukur1Untuk mengukur larutan

Pisau1Untuk mengambil tanah

Berikut ini merupakan tabel daftar bahan yang digunakan pada saat praktikum uji analisis kandungan unsur K dalam tanah:

BahanJumlahkegunaan

Tanah1 grSebagai obyek praktikum

NH4OAc 1 N pH 720 ml

3.3.5 Metodologi Analisis Uji N

Pada metodologi praktikum analisis uji N ini yang pertama dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan. Kemudian, sama seperti pada metodologi sebelumnya, yaitu mengambil sampel tanah secukupnya dan ayak dengan ayakan 0,5 mm kemudian ambil 5 gr dan masukkan kedalam tabung reaksi. Setelah itu tambahkan selen setengah sendok. Lalu ditambah larutan H2SO4 0,5 M sebanyak 4,95 ml. Kemudian campuran larutan tersebut didistruksi sampai larutan berwarna hijau. Distruksi adalah perusakan susunan molekul larutan. Dalam hal ini, perusakan molekul larutan dilakukan dengan cara dibakar dengan menggunakan alat distruktor.Setelah berwarna hijau, larutan didinginkan sampai berwarna keputihan, dan kemudian di encerkan dengan aquades sebanyak 60 ml.

Kemudian larutan ditambahkan dengan NaOH sebanyak 30 ml, penambahan NaOH ini bertujuan untuk menjaga N agar tidak terurai.Kemudian didestilasi larutan tersebut bersama dengan biuret sebanyak 20 ml yang berada pada gelas beker.Proses destilasi ini mengakibatkan laruran kita amatitersebut menguap dan masuk serta bercampur dengan larutan biuret. Proses destilasi tersebut berlangsung sampai dengan volume biuret yang kita amati mencapai 50 60 ml.Setelah larutan mencapai volume 50 60 ml, dilakukan titrasi dengan NaOH sampai berubah warna lagi menjadi kecoklatan.Setelah larutan berwarna kecoklatan, baru dihitung hasil kandungan unsur N dalam tanah tersebut.

Diagram alir analisis uji N:Ambil sampel tanah secukupnya

Ayak dengan ayakan 0,5 mm

Timbang 5 gr

Tambahkan selen setengah sendok

Tambahkan H2SO4 0,5 M 4,95 ml

Bakar sampai warna hijau (distruksi)

Dinginkan

Encerkan dengan aquades 60 ml

Tambahkan NaOH 30 ml

Destilasi dengan biuret 20 ml sampai volume 50 60 ml

Titrasi dengan NaOH

Hitung hasil N

Berikut ini merupakan tabel daftar alat-alat yang digunakan pada saat praktikum uji analisis kandungan unsur N:

AlatJumlahKegunaan

Kresek1Sebagai wadah pada saat dilakukan penimbangan pengambilan sampel tanah yang diperlukan untuk praktikum

Timbangan analitik1Untuk menimbang banyaknya tanah yang diperlukan untuk kegiatan praktikum dengan akurat

Gelas ukur1Untuk mengukur larutan

Sendok1Untuk mengambil selen

Destruktor1Alat untuk destruksi

Destilator1Alat untuk destilasi

Gelas beker1Sebagai tempat biuret pada saat destilasi

Alat untuk titrasi1Alat untuk mentitrasi larutan yang diamati dengan NaOH

Erlenmeyer1Sebagai tempat biuret

Berikut ini merupakan tabel daftar bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum uji analisis kandungan unsur N dalam tanah:

BahanJumlahKegunaan

Tanah5 grSebagai obyek praktikum

SelenSetengah sendok

H2SO4 0,5 M4,95 ml

Aquades60 mlUntuk mengencerkan larutan

NaOH30 ml

Biuret

3.3.6 Metodologi Analisis Uji C Organik

Pada metode analisis uji C-organik, yang pertama dilakukan adalah pengambilan sampel tanah sebanyak 0,5 gr. Kemudian ditambahkan K2Cr2O7sebanyak 10 ml. penambahan K2Cr2O7 bertujuan untuk mengikat rantai karbon dalam tanah. Kemudian ditambahkan 20 ml H2SO4 agar rantai karbon yang sudah diikat oleh K2Cr2O7terpisah.Setelah itu diamkan selama 30 menit terlebih dahulu baru kemudian tambahkan Aquades sebanyak 200 ml. Aquades di sini berfungsi untuk menghentikan reaksi H2SO4.Setelah itu ditambahkan H3PO4 35% sebanyak 10 ml. H3PO4 35% berfungsi untuk menghilangkan pengaruh Fe3+.Kemudian difenilamina sebanyak 30 tetes, lalu dtitrasi dengan FeSO4 sampai berwarna hijau, baru didapatkan hasil C-organik tanah.

Diagram alir analisis uji C-organik:0,5 gr sampel tanah

K2Cr2O7 10 ml

H2SO4 20 ml

Didiamkan 30 menit

Aquades 200 ml

H3PO4 35% 10 ml

Difenilamina 30 tetes

Dititrasi dengan FeSO4 sampai berwarna hijau

Hasil

Tabel alat yang digunakan pada saat analisis uji C-organik

AlatJumlahKegunaan

Ayakan 0,5 mm1Menghaluskan sampel tanah yang akan diamati

Timbangan analitik

Tabel bahan yang digunakan pada saat analisis uji C-organik

BahanJumlahKegunaan

Sampel tanah0,5 grSebagai obyek pengamatan pada saat praktikum

K2Cr2O710 mlMengikat rantai karbon

H2SO420 mlMemisahkan rantai karbon

Aquades200 mlMenghentikan reaksi H2SO4

H3PO435%10 mlMenghilangkan pengaruh Fe3+

FeSO4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil Pengamatan

a) Tabel pengamatanMinggu kePerlakuanUlanganPengamatan

Tinggi tanamanRata-rata TinggiJumlah daunRata-rata Jumlah Daun

Minggu 1Kontrol (tanah)11311,322

2102

3112

Tanah : Kompos (2:1)11712,332

2132

371

Tanah : Kompos (1:2)11214,322

2142

3173

Minggu 2Kontrol (tanah)13734,755

2335

3345

Tanah : Kompos (2:1)14137,064

2384

3323

Tanah : Kompos (1:2)13538,755

2394

3426

Minggu 3Kontrol (tanah)17266,076

2616

3656

Tanah : Kompos (2:1)17267,077

2697

3607

Tanah : Kompos (1:2)17072,377

2727

3757

Minggu 4Kontrol (tanah)19593,088

2918

3938

Tanah : Kompos (2:1)19693,788

2947

3918

Tanah : Kompos (1:2)19295,088

2958

3988

Minggu 5Kontrol (tanah)1125111,798

21088

31028

Tanah : Kompos (2:1)1128124,388

21258

31208

Tanah : Kompos (1:2)1128128,388

21288

31298

Minggu 6Kontrol (tanah)1144131,7109

21319

31208

Tanah : Kompos (2:1)1140131,0109

21289

31259

Tanah : Kompos (1:2)1137150,31010

215510

315910

b) Grafik Pengamatan

Grafik tinggi tanaman rata-rata tiap minggu

Grafik jumlah daun rata-rata tiap minggu

4.1.2 Hasil analisis kimia

a) Tabel Analisis Tanah

Analisa TanahData Hasil

AwalAkhir

% C-Organik1,21%K

T1 : 2P

T2 : 1P

% N Total0,056%K0,118%

T1 : 2P0,546%

T2 : 1P0,354%

pH6,332K5,902

T1 : 2P6,489

T2 : 1P6,244

Redoks44,8K57,4

T1 : 2P20

T2 : 1P31

% P0,51 %K1,99 %

T1 : 2P1,73 %

T2 : 1P1,36 %

% K0,14 %K0,13 %

T1 : 2P0,44 %

T2 : 1P0,31 %

Keterangan : K = Tanah Kontrol

T1 : 2P = Tanah 1 : 2 Pupuk

T2 : 1P = Tanah 2 : 1 Pupuk

b) Grafik Analisis Kimia

4.1.3 Tabel AnovaTabel Anova Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung Pada Minggu Pertama:

SKJKKTF HitungF Tabel 5%F Tabel 1%

Perlakuan1470,476,9418,00

Ulangan8,674,3350,296,9418,00

Galat59,3314,83

Total82

Tabel Anova Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung Pada Minggu Kedua:

SKJKKTF HitungF Tabel 5%F Tabel 1%

Perlakuan24,2312,1150,686,9418,00

Ulangan4,232,1150,126,9418,00

Galat71,117,775

Total99,56

Tabel Anova Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung Pada Minggu Ketiga:

SKJKKTF HitungF Tabel 5%F Tabel 1%

Perlakuan69,5534,7750,0266,9418,00

Ulangan38,2219,110,0146,9418,00

Galat5298,451324,61

Total5406,22

Tabel Anova Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung Pada Minggu Keempat:

SKJKKTF HitungF Tabel 5%F Tabel 1%

Perlakuan6,223,110,346,9418,00

Ulangan1,560,780,086,9418,00

Galat37,119,28

Total44,89

Tabel Anova Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung Pada Minggu Kelima:

SKJKKTF HitungF Tabel 5%F Tabel 1%

Perlakuan454,22227,115,596,9418,00

Ulangan155,5577,7751,926,9418,00

Galat162,4540,61

Total772,22

Tabel Anova Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung Pada Minggu Keenam:

SKJKKTF HitungF Tabel 5%F Tabel 1%

Perlakuan722,67361,3352,266,9418,00

Ulangan48,6724,3350,156,9418,00

Galat640,66160,165

Total1412

Tabel Anova Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Jagung Pada Minggu Pertama:

SKJKKTF HitungF Tabel 5%F Tabel 1%

Perlakuan0,220,110,176,9418,00

Ulangan0,220,110,176,9418,00

Galat2,670,67

Total3,11

Tabel Anova Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Jagung Pada Minggu Kedua:

SKJKKTF HitungF Tabel 5%F Tabel 1%

Perlakuan0,890,440,346,9418,00

Ulangan1,560,780,606,9418,00

Galat5,221,31

Total7,67

Tabel Anova Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Jagung Pada Minggu Ketiga:

SKJKKTF HitungF Tabel 5%F Tabel 1%

Perlakuan0,220,110,996,9418,00

Ulangan0,890,453,986,9418,00

Galat0,450,12

Total1,56

Tabel Anova Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Jagung Pada Minggu Keempat:

SKJKKTF HitungF Tabel 5%F Tabel 1%

Perlakuan0,220,110,996,9418,00

Ulangan0,220,110,996,9418,00

Galat0,450,111

Total0,89

Tabel Anova Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Jagung Pada Minggu Kelima:

SKJKKTF HitungF Tabel 5%F Tabel 1%

Perlakuan0,220,110,996,9418,00

Ulangan0,220,110,996,9418,00

Galat0,450,111

Total0,89

Tabel Anova Hasil Pengamatan Jumlah Daun Tanaman Jagung Pada Minggu Keenam:

SKJKKTF HitungF Tabel 5%F Tabel 1%

Perlakuan1,560,782,86,9418,00

Ulangan1,560,782,86,9418,00

Galat1,110,28

Total4,23

4.2 Pembahasan4.2.1 Pembahasan Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Jagung

Dari data hasil pengamatan yang dilakukan terhadap percobaan dengan perlakuan perbedaan pemberian kompos pada tanah yang diambil dari lahan Ngijo dengan 3 perlakuan, yaitu kontrol (tanah), tanah : kompos (1:2), dan tanah : kompos (2:1) dengan 3 kali ulangan. Pengamatan yang dilakukan pada tanaman jagung dengan 2 indikator pertumbuhan tanaman yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun. Metode percobaan ini dengan mengamati satu tanaman yang terbaik dalam satu polibag.

Dari hasil yang ada pada tabel dan grafik pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan rata-rata tinggi tanaman dari yang paling tinggi hingga yang terendah berturut-turut adalah pada perlakuan tanah : kompos (1:2), kemudian perlakuan tanah : kompos (2:1) dan yang terendah adalah pada perlakuan kontrol (tanah). Dari hasil tersebut dan dilihat dari grafik, perlakuan pemberian kompos sangat berpengaruh pada kesuburan tanah,dan pada perlakuan Tanah : Kompos (2:1) merupakan perlakuan yang terbaik dalam hal kesuburan tanah.Menurut Darmosarkoro et al. (2000) yang meneliti pengaruh kompos terhadap sifat tanah dan pertumbuhan tanaman jagung dan mendapatkan bahwa aplikasi kompos dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, mampu meningkatkan tinggi dan berat tanaman secara nyata.

4.2.2 Pembahasan Tabel Anova

Hipotesis:

Perbedaan pemberian kompos mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung karena perbedaan kompos berkaitan dengan kandungan unsur hara yang ada di dalam tanah.

Kesimpulan:

F hitung < F tabel maka Ho diterima (tidak berbeda nyata).

Keragaman yang disebabkan oleh pemberian kompos lebih besar daripada keragaman oleh faktor lain.

Intepretasi:

Perbedaan genetik pemberian kompos pada tanaman jagung menyebabkan perbedaan pertumbuhan tanaman jagung.

4.2.3 Pembahasan Analisis Kimia

Dari data hasil analisis tanah di atas dapat diketahui bahwa hasil awal dan hasil akhir berbeda. Pada akhir perhitungan analisis dilakukan pada 3 perlakuan komposisi media tanam, yaitu tanah kontrol, tanah 1 : 2 pupuk, dan tanah 2 : 1 pupuk. N total pada analisis awal didapatkan hasil 0,056 % ml dan hasil akhir meningkat dari ketiga perlakuan yaitu 0,118 % ml; 0,546 % ml; dan 0,354 % ml. Dari semua hasil analisis berbagai perlakuan, peningkatan hasil analisis tanah tetinggi terdapat pada komposisi media tanam tanah 1 : 2 pupuk karena jumlah pupuk yang ditambahkan 2 kali jumlah tanah pada polybag.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian kompos memberi pengaruh terhadap peningkatan C-organik dan N-total. Menurut Zulkarnain (2013) bahwa bahan organik yang terdekomposisi akan menghasilkan sejumlah protein dan

asam-asam amino yang terurai menjadi ammonium (NH4+) atau nitrat (NO3-) yang merupakan penyumbang terbesar nitrogen (N) dalam tanah. Hal ini sesuai dengan Zulkarnain (2013), yang menjelaskan bahwa aplikasi kompos dapat meningkatkan kandungan C-organik dan N-total. Kandungan C-organik dan N-total pada komposisi media tanam tanah 1 : 2 kompos memberikan pengaruh pada pertumbuhan jagung. Terbukti bahwa jagung tertinggi didapatkan pada media tanam tersebut.Pemberian kompos tidak memberikan banyak pengaruh pada pH tanah. Dapat dilihat dari hasil analisis diatas, pH awal dan akhir tidak berbeda jauh yaitu 6,332 pada awal dan 5,902; 6,489; 6,244 pada akhir. Menurut Simbolon (2008), perlakuan pemberian kompos tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pH yang diduga karena buffer tanah yang tinggi.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa pemberian kompos pada tanah yang diambil dari lahan Ngijo memberikan hasil yang berbeda pada 3 perlakuan yaitu kontrol (tanah) , tanah : kompos (1:2), tanah : kompos (2:1) dengan 3 kali ulangan berpengaruh terhadap tinggi dan jumlah daun tanaman jagung. Berdasarkan hasil pengamatan, penggunaan media tanam tanah 1:2kompos memberikan hasil tanaman yang terbaik dibandingkan dengan penggunaan media tanam yang lain. Hal ini disebabkan karena penambahan kompos menyebabkan kandungan unsur hara bertambah juga. Sehingga kebutuhan unsur hara dapat terpenuhi. Dari tabel anova dapat disimpulkan bahwa perbedaan genetik pemberian kompos pada tanaman jagung menyebabkan perbedaan pertumbuhan tanaman jagung.

Untuk analisis kimia dapat diketahui bahwa hasil awal dan hasil akhir analisis tanah berbeda yang ditunjukkan oleh hasil N total. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa organik yang terdekomposisi akan menghasilkan sejumlah asam amino dan protein yang merupakan sumber terbesar nitrogen dalam tanah. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh jumlah pupuk yang diberikan akan mempengaruhi peningkatan C-organik dan N total. Namun, untuk analisis pH, pemberian kompos tidak memberikan pengaruh pada pH tanah karena buffer tanah yang tinggi.5.2 Saran

Praktikum harus lebih jelas serta untuk pengamatan dan analisis di laboratorium semua praktikan dapat ikut serta, tidak hanya perwakilannya saja.DAFTAR PUSTAKA

Afandie, Rosmarkam dan Nasih,Widya Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kanisius.Darmosarkoro W., E. S. Sutarta dan Erwinsyah. 2000. Pengaruh Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit terhadap Sifat Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. J. Penelitian Kelapa Sawit Vol 8 (2). PPKS. Medan.

Notohadiprawiro, T., dkk. 2006. Pengelolaan Kesuburan Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

Simbolon, I. G. 2008. Pengaruh Kompos dan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan serapan N, P, K Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Tanah Alluvial Karawang. IPB. Bogor.

Tim Dosen Tanah. 2012. Manajemen Tanah Terpadu Prinsip-prinsip Pengelolaan Tanah Terpadu. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya: Malang.Zulkarnain, M. 2013. Pengaruh Kompos, Pupuk Kandang, dan Custom-bio terhadap sifat Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Tebu (Saccharum officinarum L.) pada entisol di Kebun Ngrangkah-Pawon, Kediri. Indonesia Green Technology Jurnal, vol. 2, No. 1.

pH> 6,5 tambahkan olsen dan kocok selama 2 jam

pH< 6,5 tambahkan bray-1 sebanyak 20 ml