isi laporan fix

36
DAFTAR ISI Bab I. ISI Kompetensi yang Akan Dicapai ……………..……………..……………..……………..……………..…………… 2 Skenario……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..… 2 Daftar Unclear Term ……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………. 2 Daftar Cues……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..…………… 3 Daftar Learning Objectives……………..……………..……………..……………..……………..…………….. …… 3 Hasil Brainstorming……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………… 3 Hipotesis……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..………………. 6 Pembahasan Learning Objective……………..……………..……………..……………..……………..…………. 7 Bab II. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..…………. 23 Rekomendasi……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..………. 23 DAFTAR PUSTAKA……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………. 24 TIM PENYUSUN Ketua……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..… 26 Sekretaris……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………. 26 1

Upload: aprinia-dian-nurhayati

Post on 27-Oct-2015

292 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Laporan Fix

DAFTAR ISI

Bab I. ISI

Kompetensi yang Akan Dicapai ……………..……………..……………..……………..……………..…………… 2

Skenario……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..… 2

Daftar Unclear Term ……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………. 2

Daftar Cues……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..…………… 3

Daftar Learning Objectives……………..……………..……………..……………..……………..……………..…… 3

Hasil Brainstorming……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………… 3

Hipotesis……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..………………. 6

Pembahasan Learning Objective……………..……………..……………..……………..……………..…………. 7

Bab II. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..…………. 23

Rekomendasi……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..………. 23

DAFTAR PUSTAKA……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………. 24

TIM PENYUSUN

Ketua……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..… 26

Sekretaris……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………. 26

Anggota……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………… 26

Fasilitator……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..…………… 26

Proses Diskusi……………..……………..……………..……………..……………..……………..……………..…….. 26

1

Page 2: Isi Laporan Fix

BAB I

ISI

A. KOMPETENSI YANG AKAN DICAPAI

COMPETENCIES

CD 30. Mahasiswa mampu mengawasi dan mengkoordinir skrining gizi pasien atau klien (clinical setting)

B. SKENARIO

“Jatuh Bangun Aku di Rumah Sakit”

Kejadian malnutrisi di Rumah Sakit cukup banyak ditemui, yaitu dengan prevalensi 20-60%. Malnutrisi

di RS memberikan berbagai dampak yang cukup serius, diantaranya peningkatan risiko komplikasi dan

mortalitas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kejadian malnutrisi tersebut

adalah melalui skrining gizi sehingga dapat mencegah dampak yang mungkin terjadi.

C. DAFTAR UNCLEAR TERM

No. ISTILAH PENGERTIAN

1. malnutrisi keadaan gizi kurang atau gizi lebih karena asupan zat gizi di bawah atau di atas

kisaran asupan yang dianjurkan dalam waktu yang lama (Kamus Gizi, 2009).

2 Screening pemeriksaan sekelompok individu guna memisahkan individu yang sehat dan

individu yang mengalami kondisi patologik yang belum terdiagnosis atau

beresiko tinggi (Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 28).

3 Nutritional

screening

penapisan gizi, kegiatan memilah dan memillih populasi berdasarkan status gizi.

Biasanya kegiatan ini dilakukan dalam rangka penelitian intervensi (Kamus Gizi,

2009).

4 Prevalensi jumlah total kasus penyakit tertentu yang terjadi pada waktu tertentu di

wilayah tertentu (Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 28).

5 Mortalitas resiko kematian yang terjadi terhadap perkiraan kematian (Kamus Saku

Kedokteran Dorland edisi 28).

6 Komplikasi penyakit yang terjadi bersama- sama dengan penyakit lainnya (Kamus Saku

Kedokteran Dorland edisi 28).

7 Rumah Sakit institusi untuk merawat orang sakit (Kamus Saku Kedokteran Dorland edisi 28).

8 Risiko akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,membahayakan) dari suatu

perbuatan atau tindakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi IV).

2

Page 3: Isi Laporan Fix

D. DAFTAR CUES

Mahasiswa dapat melakukan, mengawasi, dan mengkoordinir skrining gizi yang efektif untuk

mencegah dampak buruk yang mungkin terjadi akibat tingginya prevalensi malnutrisi di Rumah Sakit.

E. DAFTAR LEARNING OBJECTIVE

1. Apa saja indikator seseorang dikatakan malnutrisi?

2. Apa saja Faktor penyebab terjadinya malnutrisi di rumah sakit?

3. Apa sajakah dampak yang ditimbulkan oleh malnutrisi selain komplikasi dan mortalitas pada

pasien?

4. Bagaimana cara menurunkan resiko komplikasi dan mortalitas yang terjadi akibat malnutrisi di RS?

5. Apa sajakah tools dan data yang digunakan dalam skrining gizi?

6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari skrining gizi?

7. Kapan dan Berapa lama skrining gizi harus dilakukan?

8. Bagaimana cara melakukan skrining gizi yang tepat pada pasien di rumah sakit?

9. Apakah cukup hanya dilakukan skrining gizi saja untuk mengurangi komplikasi malnutrisi ini?

10. Bagaimana peran serta tenaga medis lain dalam upaya pencegahan malnutrisi di rumah sakit?

11. Apa saja parameter untuk menilai keberhasilan skrining gizi?

F. HASIL BRAINSTORMING

1. Apa saja indikator seseorang dikatakan malnutrisi? (Citra)

IMT< 18,5 kg/m2, IMT > 23 kg/m2, LILA < 23,5, perempuan yang memiliki lingkar pinggang >80

cm dan laki- laki yang memiliki lingkar pinggang >90 cm. (Rachel)

Terjadinya penurunan BB >10 %. (Firdausi)

Indikator untuk bayi: BB/U, PB/U, BB/ PB dengan nilai <- 3 SD atau >3 SD, dan nilai IMT / U

sebesar <-2 SD, >2 SD (Lailatul)

2. Apa saja Faktor penyebab terjadinya malnutrisi di RS? (Firdausi)

Ketidak patuhan pasien, kurangnya edukasi pada keluarga dan pasien. (Olivia)

Pemberian intervensi yang diberikan kurang tepat. (Silvi)

Kerjasama antar tenaga medis kurang. (Firdausi)

Pengetahuan tentang pengolahan BM pada instalasi gizi kurang. (Citra)

Penyakit memperburuk pasien, lama waktu pasien di rumah sakit. (Mita)

Adanya interaksi obat dan makanan. ( Rachel)

Waktu pemberian makan yang kurang tepat berdasarkan terapi yang dijalani oleh pasien.

(Dewi)

Kurangnya pelayanan rumah sakit dalam pemberian makan. (Aprin)

3. Apa sajakah dampak yang ditimbulkan oleh malnutrisi selain komplikasi dan mortalitas pada

pasien? (Dewi)

Dampak psikologi dari pasien (Putri)

3

Page 4: Isi Laporan Fix

4. Bagaimana cara menurunkan resiko komplikasi dan mortalitas yang terjadi akibat malnutrisi di RS?

(Mita)

Dengan intervensi yang tepat sesuai dengan penyakitnya. (Rachel)

Jadi yang tepat harus mulai dari ADIME. (Lega)

Bekerja sama dengan tenaga medis lain. (Lailatul)

5. Apa sajakah tools dan data yang digunakan dalam skrining gizi? (Siti)

Tools : MNA, STAMP, SGA. tools tergantung dari populasi yang diskrining, MNA untuk lansia di

rumah sakit. (Suci)

Data : BB, TB, penurunan BB terakhir, penurunan nafsu makan. (Suci)

Data : biokim. (Siti)

Data: dietary. (Lailatul)

6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari skrining gizi? ( Firdausi)

Kekurangannya yaitu kurang tepat dan akurat. (Mita)

Kelebihan dan kekurangannya tergantung tools yang digunakan. (Siti)

Kelebihan skrining gizi yaitu cepat dan sederhana. (Olivia)

Kekurangannya belum dapat diketahui secara pasti penyebab terjadinya malnutrisi. (Lailatul)

7. Kapan dan Berapa lama skrining gizi hrs dilakukan? (Silvi)

Kalau pasien rawat inap dilakukan secara mingguan dan skrining dilakukan diawal- awal. (Eka)

Skrining gizi dilakukan ketika angka malnutrisi di rumah sakit sudah banyak. (Suci)

Skrining dilakukan sampai terjadinya resiko untuk menjadi lebih buruk itu menurun atau tidak

ada. (Olivia)

Skrining dilakukan setiap adanya studi baru. (Aprin)

Skrining dilakukan setiap hari tergantung kondisi pasien. (Lega)

Skrining dilakukan di awal dan pada kondisi yang mungkin dilakukan skrining. (Putri)

8. Bagaimana cara melakukan skrining gizi yang tepat pada pasien di rumah sakit? (Rachel)

o Menggunakan data BB dan TB yang diambil ketika pasien masuk rumah sakit ( Dewi)

o Kalau pasien dalam keadan khusus bisa menggunakan LiLA, dan panjang badan. (Aprin)

o Pertama mengumpulkan data kemudian melakukan diagnosa gizi. (Suci)

o Adanya sign symptom pada pasien. (Mita)

o Melakukan ABCD. (Citra)

9. Apakah cukup hanya dilakukan skrining gizi saja untuk mengurangi komplikasi malnutrisi ini? (Eka)

Tidak hanya melakukan skrining gizi tapi juga melakukan assessment lanjutan serta intervensi .

(Olivia)

Tidak hanya melakukan skrining gizi tetapi juga melakukan surveillance. (Lailatul)

4

Page 5: Isi Laporan Fix

o Mengumpulkan data yang dibutuhkan, menganalisis status gizi, memisahkan menjadi

kelompok- kelompok kemudian melakukan assessment yang lebih rinci. (Dewi, Lega, Aprin,

Putri)

10. Bagaimana peran serta tenaga medis lain dalam upaya pencegahan malnutrisi di rumah sakit?

(Olivia)

Dari segi pemberian obat harus dikonsultasikan dengan ahli gizi. (Citra)

Adanya pengaturan jadwal yang sesuai. (Silvi)

Peran dokter yaitu memeriksa penyakit pasien, apakah ada komplikasi atau tidak. (Siti)

Peran tenaga medis dalam memeriksa dan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.

(Lailatul)

11. Apa saja parameter untuk menilai keberhasilan skrining gizi? (Lailatul)

Menurunnya prevalensi dari komplikasi dan mortalitas yang disebabkan oleh malnutrisi .

(Olivia)

Meningkatnya berat badan yang dikarenakan malnutrisi pada status gizi kurang. (Siti)

Tercapainya berat badan ideal. (Eka)

Keberhasilannya dilihat dari data yang lengkap, cara yang tepat sehigga menghasilkan data

yang akurat. (Mita)

5

Page 6: Isi Laporan Fix

G. HIPOTESIS

Skrining berulang

intervensi

monitoring

Melakukan screening gizi

Tidak beresiko malnutrisi

Beresiko malnutrisi malnutrisi

- Diet - pola makan- suplementasi - alergi- konsumsi alcohol- aktifitas fisik- olahraga

Riwayat medis dan oedem

Data Biokimia / data Lab

- Hb- Serum kolesterol- Kadar lemak dalam

darah- Tekanan darah

Antropometri measurement

- BMI- LILA

Mengumpulkan data untuk screening gizi

MNA GNRIPNI MSTSNAQMUSTNRS 2002

Pasien rawat inap di RS

Menentukan screening tools

Pasien masuk RS

6

Page 7: Isi Laporan Fix

H. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE

1. Indikator malnutrisi

a. BB/TB : 70-90% atau antara -2SD dan -3 SD (Z -score). Dalam keadaan darurat, BB/TB adalah

indikator terbaik, karena : mencerminkan situasi saat ini, sensitif terhadap perubahan yang

cepat, prediksi yang baik dari risiko kematian langsung, dapat digunakan untuk memantau

evaluasi status gizi masyarakat (MSF, 1995)

b. TB/U : indikator kekurangan gizi kronis (MSF, 1995)

Derajat

malnutrisi

BB/TB (%)

Malnutrisi akut

TB/U (%)

Malnutrisi kronis

0 > 90 >95

1 (ringan) 81-90 90-95

2 (sedang) 70-80 85-89

3 (berat) < 70 <85

c. BB/U : merupakan indikator komposit dari kedua kekurangan gizi jangka panjang dan

kekurangan gizi saat ini (MSF, 1995)

d. IMT <18,5 atau >23 (depkes RI, 2007)

e. anak- anak dikatakan malnutrisi akut apabila terdapat oedem (MSF, 1995)

f. pada orang dewasa ukuran lingkar pinggang wanita > 80 cm dan laki- laki > 90 cm dikatakan

overnutrition (nutritional assessment, 2005)

g. terjadinya penurunan BB 10%

h. LILA <23,5 (depkes RI, 2007)

i. trisep skinfold thickness > 85 persentil (depkes RI, 2007)

j. Mid arm circumference (cm) : <19,5 cm untuk laki-laki, <15,5 cm untuk perempuan (dikatakan

severe malnutrition) (Dana Hrnciarikova et al, 2006)

k. skin fold above the triceps (mm) : <8 mm untuk laki-laki, <10mm untuk perempuan (dikatakan

severe malnutrition) (Dana Hrnciarikova et al, 2006)

l. circumference of musculature of the arm (cm) : <15,2 cm untuk laki-laki, <13,9 cm untuk

perempuan (dikatakan severe malnutrition) (Dana Hrnciarikova et al, 2006)

2. Faktor penyebab malnutrisi di Rumah Sakit

Faktor-faktor pemicu kejadian malnutrisi pada pasien di Rumah Sakit dibedakan menjadi

3, yaitu : faktor internal pasien, faktor sarana prasarana dari Rumah Sakit, serta faktor tenaga

kesehatan.

Faktor internal pasien

7

Page 8: Isi Laporan Fix

Faktor internal pasien seperti kondisi kronis atau tidaknya penyakit dari pasien, asupan

makanan pasien yang tidak sesuai, adanya penyakit yang menyerang daerah wajah, mulut,

esophagus, atau faring, faktor stress, dan lamanya pasien tinggal di rumah sakit sangat

berpengaruh terhadap status gizi pasien ( Depkes, 2007). Menurut Murphy (2011) jenis

treatment dan perubahan biologis juga berpengaruh terhadap terjadinya malnutrisi. Selain itu

karakteristik pasien misalnya pada lansia, pasien dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah,

serta kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan baru juga berpengaruh (Sidiarta, 2008).

Berdasarkan sebuah penelitan, pasien dengan aktifitas fisik yang kurang lebih berisiko untuk

mengalami obesitas dan mengarah kepada malnutrisi ketika diopname (Burgos et.al, 2012).

Faktor Sarana Prasarana

Yang dimaksud faktor sarana prasarana adalah keadaan dan fasilitas yang ada pada institusi

layanan kesehatan atau Rumah Sakit. Faktor sarana prasarana ini terdiri dari tipe rumah sakit,

di mana pasien yang dirawat di Rumah Sakit kecil lebih berisiko terkena malnutrisi

dibandingkan pasien yang dirawat di Rumah Sakit yang besar yang berlevel tinggi. Hal ini

dihubungkan dengan fasilitas yang diterima oleh pasien (Burgos et.al, 2012). Selain itu waktu

pemberian makan kepada pasien yang tidak sesuai akan membuat pasien tidak mengkonsumsi

dietnya sehingga status gizinya dapat berubah menjadi malnutrisi (Weta dan Wirasamadi,

2009).

Faktor Tenaga kesehatan

Faktor tenaga kesehatan antara lain kurangnya jumlah tenaga kesehatan yang terlatih untuk

menangani malnutrisi dan kurangnya skrining gizi yang dilakukan di awal pasien masuk atau

skrining mingguan ( Barker et.al, 2011). Kurangnya tenaga kesehatan tersebut kemudian akan

menyebabkan kurang diperhatikannya status gizi awal saat pasien masuk Rumah Sakit, kurang

diperhatikannya pasien saat pemberian makan, dan adanya interaksi obat dan makanan

karena kurang diperhatikannya obat yang diberikan serta makanan yang disajikan untuk

pasien ( Saryono, et.al, 2006).

3. Dampak dari malnutrisi selain komplikasi dan mortalitas

1) Ekonomi

a. Memperpanjang masa rawat inap sehingga menambah biaya perawatan dan pengobatan

rumah sakit (Indrawati et.al, 2006)

b. Menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia dengan adanya produktifitas menurun hingga

20-30% (Hernawati Ina, 2007).

2) Psikososial

a. Depresi

b. Minder

8

Page 9: Isi Laporan Fix

c. Apatis

d. Menurunnya hubungan sosial (BAPEN, 2009).

3) Demografi

Tingginya kasus Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akibat kondisi ibu hamil yang

mengalami malnutrisi (Krisnansari Diah, 2010).

4. Cara menurunkan prevalensi komplikasi dan mortalitas yang terjadi akibat malnutrisi di Rumah

Sakit

Untuk menurunkan resiko komplikasi dan mortalitas yang terjadi akibat malnutrisi di rumah

sakit adalah dengan melakukan penilaian status gizi yang secara spesifik (mengukur

anthropometri, pemeriksaan klinik ataupun pemeriksaan biokimia), kemudian dilanjutkan dengan

mendiskusikan dengan tim medis untuk menentukan penanganan terhadap pasien (Depkes RI,

2007), seperti :

1. membuat diagnosis masalah gizi pasien

2. mementukan kebutuhan gizi pasien

3. mempersiapkan makanan atau diet atau zat gizi dalam bentuk obat

4. pemberian makan atau dukungan nutrisi

5. melakukan evaluasi atau pengkajian respon

Ahli gizi dan tenaga medis lain harus mampu menyediakan asuhan gizi yang berkualitas

tinggi, dengan menyediakan asuhan gizi yang berkualitas tinggi akan membuat peningkatan status

gizi dan kondisi pasien (Barker, 2011). Pemberian edukasi dan konseling terhadap pasien dan

keluarga, serta pemberian suplemen yang sesuai dengan kondisi pasien dapat membantu proses

monitoring dan mendokumentasikan perkembangan keadaan pasien. Re-screening dapat

dilakukan per minggu untuk pasien rawat inap dan perbulan untuk pasien rawat jalan(Depkes RI,

2007).

5. Tools dan data untuk skrining gizi

Screening Tools Comprehensive (Neelemat,

2011)

Screening Tools Setting Aplication Lenght Content/data Development

MUST

(Malnutrition

Universal Screening

Tools)

Hospital dan

komunitas

3 question BMI, penurunan

BB 3-6 bulan,

intake nutrisi

(Small, 2010)

9

Page 10: Isi Laporan Fix

NRS-2002 Hospital - Kehilangan BB,

food intake, BMI,

diagnosis

albumin, pre

albumin C reaktif

protein

(Charles, 2011)

Screening Tools quick and easy

Screening Tools Setting Aplication Lenght Content/data Development

MST (Malnutrition

Screening Tool)

Hospital 3 Question Data penurunan

BB, dan

penurunan nafsu

makan, BB actual

(Small, 2010)

SNAQ Hospital - Data dietary

history. Tidak

bias untuk

mengukur BMI

(Lisa, 2011)

MNA-SF Hospital and

Community

6 Question gangguan nafsu

makan,

penurunan BB,

mobility,

psikolgical stress,

neuropsikologica

l problem dan

BMI

(Small, 2010)

BMI All setting Calculation data BB dan TB (Small, 2010)

Nutrition screening

checklist

Community 10 Question kebiasaan

makan,

penurunan BB

yang tidak

diinginkan,

farmasi, social

dan finansial

factor

(Small, 2010)

SGA Hospital 6 multipart

Question

Kondisi fisik,

perub BB, dietary

(Small, 2010)

10

Page 11: Isi Laporan Fix

intake, GI

disorder, dan

penyakit yang

berhubungan

dengan nutrisi

Screening tools untuk kelompok tertentu

Screening Tools Setting Aplication Lenght Content/data Development

GNRI (Geriatric

Nutrition Risk

Index)

Hospital 1 calculation Data serum

albumin, BB

actual, BB ideal.

(Small, 2010)

NRI pada pasein pasca

operasi

- data serum

albumin,

antropo,

pengukuran zat

gizi

(naber, et al,

2003)

STAMP Pediatric - BB, TB, nutrisi (British, 2007)

PNI Pasien pasca

operasi

- Konsentrasi

serum albumin

transferrin

(British, 2007)

11

Page 12: Isi Laporan Fix

Contoh Form Screening Tools

1. MNA

12

Page 13: Isi Laporan Fix

2. MST

13

Page 14: Isi Laporan Fix

14

Page 15: Isi Laporan Fix

3. MUST

15

Page 16: Isi Laporan Fix

4. NRS

5. SGA

16

Page 17: Isi Laporan Fix

6. SNAQ

17

Page 18: Isi Laporan Fix

7. Nutrion Cheeclist

8. STAMP

18

Page 19: Isi Laporan Fix

6. Kelebihan dan kekurangan skrining gizi dan masing- masing alat skrining gizi

Kelebihan dan kekurangan Skrining Gizi

Kelebihan (Charney, 2008)

1. Sederhana

2. Efisien

3. Cepat

4. Handal

5. Murah

6. Risikonya rendah pada individu yang diskrining

7. Memiliki level sensitivitas, spesifikasi dan nilai positif dan negatif yang dapat diterima

Kekurangan (NHS, 2007)

19

Page 20: Isi Laporan Fix

1. Peralatan yang terbatas

2. Kekurangan pemimpin

3. Kekurangan penjelasan mengenai skrining dan assessment

4. Tidak ada standar nasional untuk setiap tools yang dipake di Rumah Sakit

5. Dokumentasi yang buruk

6. Ketergantungan pada pasien

7. Kurangnya edukasi dan pelatihan untuk tenaga kesehatan

Kelebihan dan kekurangan dari Tools Screening Gizi

1. MNA

Kelebihan

Cocok untuk lansia, dapat digunakan dimana-mana (rumah sakit dan komunitas), dapat

digunakan sesuai kebutuhan, MNA-SF (MNA Short Form) atau full MNA

Kekurangan

Tidak dapat digunakan untuk semua pasien, terlalu banyak data.

2. MST

Kelebihan

Cocok untuk pasien pada umumnya, hasilnya lebih reliable, dapat mengukur kehilangan BB

tiba-tiba pada pasien luka berat

Kelemahan

Tidak dapat digunakan kepada anak-anak, tidak cocok untuk penderita gagal ginjal.

3. NRS-2002

Kelebihan

Direkomendasikan oleh ESPEN, dapat menggabungkan data yang ada.

Kekurangan

Tidak dapat merefleksikan BMI

4. SNAQ

Kelebihan

Digunakan kebanyakan di Rumah Sakit, merupakan indikator yang tepat, cocok untuk

pasien rawat inap dan rawat jalan.

Kekurangan

Tidak dapat digunakan untuk merefleksikan BMI

5. SGA

Kelebihan

Alat yang paling umum digunakan, cocok untuk diagnosa malnutrisi, simple dan dapat

digunakan untuk nutritional status (Detsky, 1987)

20

Page 21: Isi Laporan Fix

Kekurangan

Tidak cocok untuk beberapa kasus khusus

(Barker, 2011)

6. MUST

Kelebihan

Cepat dan simple, dapat digunakan oleh profesionl, tidak perlu pengukuran antopometry

dan biochemical.

Kekurangan

Sulit digunakan untuk pasien dengan kesulitan komunikasi seperti delirium, dementian, dan

bagi lansia, dan sub acute population.

(Van Veenroij,. Et al, 2007)

7. Waktu untuk skrining gizi

Skrining gizi dilakukan secepat mungkin saat pasien masuk rumah sakit (Kruizenga et all.,

2008) dalam waktu 24 jam pertama untuk pusat perawatan akut (Muller et all, 2011). Adapun

waktu pelaksanaan skrining gizi dibagi menjadi 3 yaitu

1. Untuk pasien rawat inap dilakukan dalam mingguan

2. Untuk pasien rawat jalan dilakukan dalam bulanan

3. Untuk pasien komunitas dilakukan 2-3 bulan (Carney, 2008).

Selain hal tersebut skrining gizi juga dapat dilakukan setelah perawatan pasien dirawat selama 1-3

hari atau mengunjungi klinik untuk mengetahuai apakah pasien membutuhkan asuhan gizi secara

khusus. Skrining gizi ini dilakukan sekali dalam 1 sampai 2 minggu untuk mencegah untuk

mencegah terjadinya keadaan gizi salah (Sunita, 2004).

8. Cara melakukan skrining gizi yang tepat

Cara melakukan skrining gizi yang tepat pada pasien di Rumah Sakit adalah dengan

mengidentifikasi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan yang mempunyai nutritional risk

dan memungkinkan mendapatkan nutrition intervention. Skrining tersebut dilakukan dengan

dibantu oleh tenaga kesehatan lain, seperti perawat atau dokter untuk memeriksa pasien

(Marinus, dkk, 2003). Jika pasien mengalami malnutrisi, maka dilakukan assessment lanjutan

bersama tenaga kesehatan lainnya dan juga dilakukan skrining berulang setiap periode waktu

tertentu (Partial Agreement, 2008). Salah satu cara melakukan skirining yang baik dengan

menggunakan metode MUST adalah sebagai berikut.

1. Penimbangan BB dan TB untuk mendapatkan kondisi pasien saat itu juga (status gizi)

21

Page 22: Isi Laporan Fix

2. Mencatat setiap kehilangan BB dari pasien berdasarkan tabel dalam rentang waktu 3 sampai

6 bulan terakhir

3. Menentukan keadaan pasien dalam kondisi stabil atau tidak stabil

4. Menjumlahkan total skor kemudian dibandingkan dengan cut off

5. Menggunakan buku pedoman atau kebijakan lokal yang bias diberikan kepada pasien. Bila

skor 0 dapat dikatakan low risk, skor 1 dapat dikatakan medium risk dan jika skor 2 atau lebih

dapoat dikatakan high risk (BAPEN, 2009)

9. Tahap selanjutnya setelah skrining

Tidak cukup hanya dilakukan skrining gizi saja untuk menurunkan kejadian komplikasi

malnutrisi. Tahap selanjutnya setelah screening yaitu :

Assessment dalam waktu 24 jam (Kondrup, 2003).

Dilanjutkan dengan pendokumentasian semua pengukuran yang dilakukan secara berkala

dari screening maupun assessment sehingga tenaga kesehatan bisa memonitor

perkembangan pasien ( Murphy,2011).

Setelah didokumentasikan tahap selanjutnya yaitu dikomunikasikan hasil pengukuran kepada

tenaga kesehatan lain ( Kondrup, 2002).

Selanjutnya yaitu pemberian dukungan gizi optimal yang merupakan perlakuan medis untuk

penyembuhan pasien yang dilakukan secara terpadu dengan tenaga medis yang lain sebagai

upaya pelayanan gizi promotif, preventif, dan rehabilitative.

Kemudian akan dilanjutkan dengan mengaudit hasil intervensi yang diberikan kepada pasien

( Kondrup, 2002).

10. Peran serta tenaga medis lain dalam upaya pencegahan malnutrisi di Rumah Sakit

Tenaga medis yang terlibat dalam upaya pencegahan malnutrisi di rumah sakit adalah dokter,

perawat, dietisien, farmakolog, dan ahli patologi klinik. Berikut ini adalah peran masing-masing

tenaga medis tersebut :

a. Dokter

Berperan sebagai tim asuhan gizi yang melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan evaluasi

terhadap pelayan gizi yang diberikian bersama perawat dan dietisien. Selain itu, dokter juga

berperan dalam menetapkan status gizi, terapi gizi, dan preskripsi terapi gizi (Nurparida,

2013). Dokter mengirimkan pasien ke dietisien untuk penyuluhan dan konsultasi gizi

(Almatsier 2010).

b. Perawat

Peran perawat adalah melakukan skrining gizi, pemantauan tanda vital, status gizi, intake

output cairan, perkembangan penyakit dan keluhan pasien, tanda infeksi, dan membuat

22

Page 23: Isi Laporan Fix

surat control. Selain itu, perawat juga berperan dalam melakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisik bersama dokter dan dietisien (Nurparida,2013). Pemesanan makanan atau

diet ke dapur sesuai preskripsi diet yang sudah ditetapkan juga dilakukan oleh perawat

(Almatsier, 2010).

c. Dietisien

Dietisien bersama dokter dan perawat berperan dalam melakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisik (Nurparida, 2013). Kemudian dietisien mengkaji status gizi pasien dan

memberi masukan kepada dokter tentang kemungkinan terapi diet yang perlu diberikan.

Dietisien menerjemahkan preskripsi diet ke dalam menu makanan yang memenuhi syarat

diet dan selera makan agar dapat diterima pasien. Setelah itu, dietisien melakukan

monitoring dan evaluasi dari efek diet yang diberikannya kepada tenaga medis lainnya dalam

tim. Dietisien juga member konsultasi dan penyuluhan diet kepada pasien dan keluarganya

(Almatsier, 2010).

d. Farmakolog

Berperan dalam mempersiapkan obat-obatan dan zat terkait, vitamin, mineral, elektrolit, dan

nutrisi parenteral (Nurparida, 2013). Selain itu ia memberikan masukan tentang sifat-sifat

farmakokinetik obat, metabolism obat, interaksi obat dengan obat dan obat dengan zat gizi,

dan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cairan parenteral pendukung yang

digunakan (Almatsier, 2010).

e. Ahli patologi klinik

Memberi masukan tentang jenis pemeriksaan yang perlu dilakukan, kebijakan monitoring,

dan evaluasi terhadap hasil pameriksaan biokimia (Almatsier, 2010).

11. Parameter keberhasilan skrining gizi

Parameter keberhasilan skrining dapat dilihat dari proses yang efektif, data yang diperlukan

oleh tools lengkap dan pengisiannya tepat sehingga akan mempengaruhi keakuratan hasil

interpretasi. Selain itu outcome juga dapat mengukur keberhasilan dari proses skrining. Menurut

Kruizenga dalam Robyn P cant, skrining gizi dianggap berhasil jika mampu menghasilkan dampak

yang baik dan skrining tersebut harus dapat dihubungkan dengan tindakan selanjutnya, yaitu

a. Jika tidak terdapat resiko malnutrisi, maka perlu dilakukan re-skrining dalam jeda waktu

satu minggu

b. Jika pasien beresiko malnutrisi, maka rencana asuhan gizi segera dilaksanakan

c. Jika pasien beresiko tetapi problem metabolic dapat dicegah, maka dilakukan penanganan

yang standar

d. Jika terdapat keraguan hasil pada pasien, maka dilakukan skrining ulang

Outcome yang dapat dilihat dari proses skrining ini adalah,

23

Page 24: Isi Laporan Fix

1. Perbaikan atau setidaknya pencegahan dari penurunan fungsi mental dan fisik

2. Mengurangi jumlah dan keparahan dari komplikasi penyakit atau pengobatannya

3. Mempercepat penyembuhan penyakit dan mempersingkat masa pemulihan

4. Mengurangi lama perawatan di rumah sakit, dan konsumsi obat-obatan

(Kondrup. J et all, 2003)

BAB II

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari kasus diskusi kelompok ini adalah skrining gizi harus dilakukan sedini mungkin, tetapi

juga disesuaikan dengan jumlah, kemampuan tenaga medis serta ketersediaan peralatan. Selain itu, perlu

diperhatikan juga penyebab malnutrisi di rumah sakit sehingga dapat mencegah dampak tersebut sebelum

terjadi. Untuk melakukan skrining, dapat menggunakan tools antara lain :

a. MNA (Mini Nutritional Assessment)

b. MST (Malnutrition Screening Tools)

c. NRS 2002 (Nutrition Risk Screening)

d. SNAQ (Short Nutrition Assessment Quisioner)

e. SGA (Subjective Global Assessment)

f. STAMP (Screening Tool Assessment of Malnutrition in Pediatric)

g. PNI (Prognostik Nutritional Indeks)

h. NRI (Nutritional Risk Index)

i. GNRI (Geriatric Nutritional Risk Index)

j. NSC (Nutrition Screening Checklist)

3.2 Rekomendasi

Sebaiknya kasus pemicu/scenario dibuat lebih focus terhadap satu permasalahan sehingga dapat

membuat diskusi kelompok berjalan lebih baik.

24

Page 25: Isi Laporan Fix

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2010. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.BAPEN. 2009. Improving Nutritional Care and Treatment Perspectives and Recommendations from Population

Groups, Patients and Carers Barker et.al. 2011. Hospital Malnutrition : Prevalence, Identification, and Impact on Patients and the

Healthcare System. Int J. Environ Res Public Health. Diakses pada 14 September 2013 pukul 09.30 WIB. British. 2007. STAMP Instruction to be read before using stamp. https://www.stampscreeningtool.org. Diakses

Tanggal 14 September 2013 Pukul 19.00 WIB. Burgos et.al. 2012. Prevalence of Malnutrition and Its Etiological Factors in Hospital. J Nutrition Hospital.

Diakses pada 14 September 2013 pukul 11.00 WIB.Cant Robyn P. 2011. Investing in Patients nutrition: Nutrition Risk Screening in Hospital. Australian Journal of

Advanced Nursing Vol 28 Number 2Carney, Pamela; Mary Marian. 2008. Nutrition Screening and Nutrition assessment.Depkes RI.2007.Skrining Malnutrisi pada Anak yang Dirawat di Rumah SakitDetsky et al. What is Subjective Global Assessment of Nutritional Status?. JPEN 1987. 11:8.Health Technology Assessment Indonesia. 2007. SKRINING MALNUTRISI PADA ANAK YANG DIRAWAT

DIRUMAH SAKIT. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Hernawati Ina. 2007. Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk.Hrnciarikova, Dana et al.2006.Present State of Evaluating Malnutrition in the Elderly Analysing Indicators Indrawati, Nur L, Novi M dan Andani E P. Malnutrisi dan Asupan Kalori Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit.

Majalah Kedokteran Indonesia, vol 56 No 11 : 2006. http://www.repository.unand.ac.id/26/1/konsumsi_kalori-bb_imt.pdf. Diakses pada tanggal 14 September 2013 pukul 19.00 wib

Kondrup J, Allison SP, Elia M. 2003. ESPEN Guidelines for Nutrition Screening 2002. Clinical Nutrition 2003; 22(4): 415-421

Kruizenga et all.2005. development and validation of hospital screening tool for malnutrion: the short nutritional assessment qustionnaire (SNAQ). Clinical Nutritional 24: 75-82.

Krisnansari Diah. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health, vol 4 No 1 : 2010. Diakses pada tanggal 16 September 2013 pukul 13.00 wib

Marinus, dkk. 2003. Screening for malnutrition: A multidisciplinary Responsibility. Development and use of the Malnutrition Universal Screening Tools (MUST) for adult. Malnutrition Advisory Group (MAG). Diakses pada tanggal 14 September 2013 pukul 18.00 WIB.

MSF.1995.Measuring Malnutrition Nutritional assessment.2005Muller et all. 2011. Nutrition screening Assessment, and Intervention in Adults. ASPEN clinical Guidelines vol

35: 16-24.

25

Page 26: Isi Laporan Fix

Murphy, Katherine. 2011. Malnutrition in the community and hospital setting. http://www.patients-association.com/Portals/0/Public/Files/AdvicePublications/Malnutrition%20in%20the%20community%20and%20hosptial%20settting.pdf. Dikases pada tanggal 15 September 2013 pukul 19.00.

Naber Ton et al., 2003. Specificity of Index of Malnutrion When Applied to Apparently Healthy The Effect of Age. American Society for Clinical Nutrion 65: 1721-1725

Neelemant., Floor., Meijer. 2010. Comparison Of Malnutrion Screening Tools In One Hospital In patient Sample. JLN

NHS. Nutritional Screening Structured Investigation Project. 2007. National Patient Safety AgencyNurparida, Ida Siti, DH, Dewi Marhaeni, Arisanti, Nita. ___. Peran Tim Terapi Gizi (TTG) dalam Mengatasi

Malnutrisi Pasien Selama Dirawat di Rumah Sakit: Suatu Kajian Literatur. Bandung: Universitas Padjajaran.

Partial Agreement in The Social and Public Health Field Accord Partiel dans le domaine social et de la snte publique, 2008. Nutirition in Care Homes and Home Care Report and Recommendations: From Recommendation to Action. Diakses pada tanggal 15 September 2013 pukul 15.15 WIB.

Rose A et al. 2012. Assesing Nutrion In older Adult. http://consulgerin.org/upload/files/trythus/try-this.9.pdf . Diakses Tanggal 14 September 2013 Pukul 18.00 WIB.

Saryono, dkk. 2006. Perbedaan Kadar Albumin Plasma pda Pasien Sebelum dan Setelah Menjalani Rawat Inap di RSUD Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Diakses pada 15 September 2013 pukul 13.17 WIB.

Sidiarta, I Gusti Lanang. 2008. Insiden Malnutrisi Rawat Inap pada Anak Balita di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Sari Pediatri vol. 9 (6). 381-385.

Small, Sarah Rose. 2010. Dietitian Use and preception of Nutrion screening tools for the older adult. https://uknowladge.uk.edu/cg/viewcontent.cgi?article=1069&context=gradschool_theses . Diakses Tanggal 14 September 2013 Pukul 18.00 WIB.

Van Veenroij et al. Quick and Easy Nutrition Screening Tools to detect disease related Undernutrition in Hopital and Out Patient Setting. A sysmatic a review sensitivity and spesificity. Clinical nutrition. 2007. Vol 2 21-37.

Weta, I Wayan dan Wirasamadi, NL Pratiwi. 2009. Kecukupan Zat Gizi dan Perubahan Status Gizi Pasien Selama Dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Diakses pada 15 September 2013 pukul 18.00 WIB.

26

Page 27: Isi Laporan Fix

TIM PENYUSUN

A. KETUA

Putri Kusuma Wardhani 115070300111026

B. SEKRETARIS

Sekretaris 1 : Lega Satya Puspita 115070301111025

Sekretaris 2 : Eka Lutfiana 115070307111001

C. ANGGOTA

D. FASILITATOR

Izza Azizi

E. PROSES DISKUSI

1. KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI

Fasilitator dinilai cukup professional dan juga mengerti terkait topic pembahasan yang dibahas

dalam Diskusi Kelompok 1. Namun, dalam proses diskusi, fasilitator kurang dapat menstimulasi

kelompok untuk lebih mengembangkan hasil analisis sesuai kasus yang telah diberikan.

2. KOMPETENSI / HASIL BELAJAR YANG DICAPAI OLEH ANGGOTA DISKUSI

Anggota diskusi telah mampu mencapai kompetensi hasil belajar, yaitu mampu mengawasi dan

mengkoordinir skrining gizi pasien atau klien (clinical setting) dengan kemampuan mengidentifikasi

masalah sebesar 90%.

27