laporan pendahuluan fix

53
Page LEMBAR PENGESAHAN NAMA : RONI ARIA PRADIPTA NIM : P07120213074 JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES MILITUS Martapura, 16 Desember 2014 Pembimbing Akademik Kepala Ruangan Agus Rahmadi, S.Pd, S.Kep, M.Si. Med Suriansyah, S.Kep NIP. 19680329 198902 1 001

Upload: elfrita-agustina-harahap

Post on 18-Dec-2015

234 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

baca ja

TRANSCRIPT

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : RONI ARIA PRADIPTANIM: P07120213074JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES MILITUS

Martapura, 16 Desember 2014Pembimbing AkademikKepala Ruangan

Agus Rahmadi, S.Pd, S.Kep, M.Si. MedSuriansyah, S.KepNIP. 19680329 198902 1 001

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIABETES MILITUS BAB IKONSEP DASARA. KONSEP PENYAKIT1. DefinisiDiabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetes merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).Berdasarkan beberapa pengertian Diabetes Melitus diatas maka penulis menyimpulkan penyakit Diabetes Melitus adalah penyakit degeneratif dan merupakan suatu penyakit yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak serta dapat mengancam hidup dan disebabkan oleh defisiensi insulin karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah. 2. Klasifikasia. Diabetes Melitus Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes Militus Tergantung Insulin (DMTI)Defisiensi insulin karena tidak terdapatnya sel-sel langerhans, biasanya berhubungan dengan tipe HLA spesifik, keadaan defisiensi insulin ini biasanya dikatakan absolut karena ketergantungan yang sepenuhnya pada insulin-eksogen. Penderita IDDM cenderung memiliki keadaan intoleransi glukosa yang lebih berat dan tidak stabil. IDDM lebih kas/cenderung terjadi pada semua usia, umumnya usia muda.b. Diabetes Melitus Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) / Diabetes Melitus Tak Tergantung Insulin (DMTTI) Karena suplai insulin berkurang atau tidak cukup efektif sebagaimana mestinya tingkat gula darah naik lebih lamban. Tidak banyak protein dan lemak yang dihancurkan, hingga produksi keton pun tidak banyak, dan rendahnya resiko terkena ketoasidosis koma. Kebanyakan yang menderita diabetes tipe 2 adalah wanita dari pada pria, mungkin karena diabetes munculnya di usia yang lebih lanjut dan wanita umumnya hidup lebih lama. c. Diabetes Melitus Sekunder (diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu)Diabetes yang terjadi karena akibat kerusakan pada pankreas yang menyebabkan sebagian besar kelenjar rusakd. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan MalnutrisiMasih terdapat dua kategori lain yaitu abnormalitas metabolisme glukosa yaitu:1) Kerusakan Toleransi Glukosa (KTG) Konsentrasi glukosa antara normal dan Diabetes Melitus dapat menjadi normal atau tetap tidak bertambah, bahkan dapat melebihi nilai konsentrasi tersebut. 2) Diabetes Melitus Gestasional (DMG) Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau menular diketahui selama keadaan hamil, karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon di sertai pengaruh metabolik terhadap glukosa

B. ETIOLOGIEtiologi/penyebab Diabetes Melitus tergantung dari tiap-tiap tipenya :

1. Tipe I: Insulin Dependen Diabetes Melitus ( IDDM) / Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI)IDDM adalah penyakit hiperglikemia akibat ke tidak absolutan insulin, pengidap penyakit itu harus mendapat insulin pengganti. IDDM disebabkan oleh destruksi auto imun, sel-sel beta pulau langherhans dan terdapat kecenderungan pengaruh genetik. Diabetes tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun. Adapun Faktor yang mempengaruhi Diabetes Militus Tipe I:a.Faktor Genetic:Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA(Human Leucocyte Antigen)tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.b.Faktor Imunologi :Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.c.Faktor Lingkungan:Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel pancreas.

2. Diabetes Militus Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) / Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) NIDDM disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangkum pengambilan glukosa oleh gangguan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya. Kefosis resisten lebih sering pada orang dewasa, tapi dapat juga terjadi pada semua umur, kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familial, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres. Factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price, 1995citIndriastuti 2008). Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atauNon Insulin Dependent Diabetes Melitus(NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:a.Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)b.Obesitasc.Riwayat keluargad.Kelompok etnik

3. Diabetes Melitus Sekunder (Diabetes Yang Berhubungan Dengan Keadaan Tertentu)Hiperglikemik terjadi karena penganut lain seperti: kerusakan pankreas, obat-obatan kimia, kelainan insulin, sindrom genetik tertentu.

4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan malnutrisi a. Kerusakan toleransi glukosa (KTG) Konsentrasi glukosa antara normal dan Diabetes Melitus dan dapat menjadi normal atau tetap tidak berubah bahkan dapat melebihi nilai konsentrasi tersebut. b. Diabetes Melitus gastosional (DMG) Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan ini adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau menular diketahui selama keadaan hamil, karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon di sertai pengaruh metabolik terhadap glukosa, maka kehamilan merupakan keadaan peningkatan metabolik tubuh.

C. PATOFISIOLOGIDiabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).

PathwayDiabetes Melitus

D. Tanda dan GejalaAdanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari\oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian adalah:1. Keluhan Klasika. Banyak Kencing (Poliuria)Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari. b. Banyak Minum (polidipsia)Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum. c. Banyak makan (polifagia) Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita Diabetes Melitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan. d. Penurunan Berat Badan dan Rasa Lemah Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat yang menyebabkan penurunan prestasi dan lapangan olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus. 2. Keluhan Laina. Gangguan Saraf Tepi/KesemutanPenderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam hari, sehingga menggangu tidur.

b. Gangguan PenglihatanPada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar tetap dapat melihat dengan baik.c. Gatal/BisulKelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan dan daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul karena akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti. d. Gangguan Ereksi Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang. e. Keputihan Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan. Gejala-gelaja menurut tipe DIABETES MILITUS:Diabetes Tipe I1) Hiperglikemia berpuasa2) Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia3) Keletihan dan kelemahan4) Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)Diabetes Tipe II1) Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif2) Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan kabur3) Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

KAKI DIABETES

A. PengertianKaki diabetes adalah kelainan pada ekstrimitas bawah yang merupakan komplikasi kronik DM. manifestasi kelaianan kaki diabetes dapat berupa: dermopati, selulitis, ulkus, osteomilitis dan gangrene.B. Faktor Penyebab Kaki DM1. Faktor endogen: Neuropati:Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi trauma dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah, produksi keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskulerAngiopatiDapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.Iskemia Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah) pada pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan penurunan aliran darah ke tungkai, bila terdapat thrombus akan memperberat timbulnya gangrene yang luas.Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor: Adanya hormone aterogenik Merokok HiperlipidemiaManifestasi kaki diabetes iskemia: Kaki dingin Nyeri nocturnal Tidak terabanya denyut nadi Adanya pemucatan ekstrimitas inferior Kulit mengkilap Hilangnya rambut dari jari kaki Penebalan kuku Gangrene kecil atau luas.2. Faktor eksogenTraumaInfeksiTerdapat lima grade ulkus diabetikum/kaki diabetes antara lain:1. Grade 0 : tidak ada luka2. Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit3. Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang4. Grade III : terjadi abses5. Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal6. Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distalC. Pedoman evaluasi kaki diabetes1. evaluasi vaskuler, meliputi: palpasi pulsus perifer ukur waktu pengisian pembuluh darah vena dengan cara mengangkat kaki kemudian diturunkan, waktu lebih dari 20 detik berarti terdapat iskemia atau kaki pucat waktu diangkat. Ukur capillary reffile normal 3 detik atau kurang.2. evaluasi neurologik, meliputi pemeriksaan sensorik dan motorik3. evaluasi muskuloskeletal, meliputi pengukuran luas pergerakan pergelangan kaki dan abnormalitas tulang.D. Pendidikan kesehatan perawatan kaki1. Hiegene kaki: Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara menekan, jangan digosok Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik dan gesekan yang berlebih Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempitGunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempitBila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok dengan handuk atau dikikir jangan dikelupas.2. alas kaki yang tepat3. mencegah trauma kaki4. berhenti merokok5. segera bertindak jika ada masalahE. prinsip Penanganan Ulkus Kaki Diabetes1. perawatan luka2. antibiotika3. pemeriksaan radiologis4. perbaikan sirkulasi dan nutrisi5. Meminimalkan berat badan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Glukosa darah sewaktu2. Kadar glukosa darah (puasa)3. Tes toleransi glukosaKadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)Bukan DMBelum pasti DMDM

Kadar glukosa darah sewaktu Plasma vena Darah kapilerKadar glukosa darah puasa Plasma vena Darah kapiler

< 100126>110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus Pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

F. KOMPLIKASIKomplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus)digolongkan sebagai akut dan kronik(Mansjoer dkk, 2007)1. Komplikasi akutKomplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah

a. HIPOGLIKEMIA/ KOMA HIPOGLIKEMIAHipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.Penatalaksanaan kegawat daruratan:Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan biasanya kembali sadar pada pasien dengan tipe 1.Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam waktu 3-5 menit dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W bergantung pada tingkat hipoglikemiaPada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting insulin dan pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse yang berkelanjutan.Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis yang terjadi pada penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus diatasi factor penyebab kegagalan ketiga organ ini.

b. SINDROM HIPERGLIKEMIK HIPEROSMOLAR NON KETOTIK (HHNC/HONK).HONKadalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN banding kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100 150 mEq per liter kalium bervariasi.Penatalaksanan kegawat daruratan:Terapi sama dengan KAD (Ketoasidosis Diabetic) dengan skemaIV Cairan

1 sampai 12 jamNaCl 0,9% bila natrium 130 mEq/liter atau osmolitas plasma 330 mOsm/literNaCl 0.45% bila diatas 145 mEq/liter

Dibutuhkan 8 sampai 12 liter dari cairan selama 24 jam menggantikan air yang hilang selama 12 jam

Bila gula darah 250 sampai 300 mg/dl berikan 5% dekstrose

InsulinPermulaan Jam berikutnyaIV bolus 0.15 unit/kg RI5 sampai 7 unit/jam RI

ElektrolitPermulaan

Jam kedua dan jam berikutnyaBila serum K+lebih besar dari 3.5mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara secara intravena untuk mempertahankan kadar cairan setengahdari KCl dan setengah dari KPO4

Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium kurang dari 5.5 mEq/liter, berikan 20-30 mEq/liter K+

Untuk mengatasi dehidrasi diberikan cairan 2 jam pertama 1 - 2 liter NaCl 0,2 %. Sesudah inisial ini diberikan 6 8 liter per 12 jam. Untuk mengatasi hipokalemi dapat diberikan kalium. Insulin lebih sensitive dibandingkan ketoasidosis diabetic dan harus dicegah kemungkinan hipoglikemi. Oleh karena itu, harus dimonitoring dengan hati hati yang diberikan adalah insulin regular, tidak ada standar tertentu, hanya dapat diberikan 1 5 unit per jam dan bergantung pada reaksi. Pengobatan tidak hanya dengan insulin saja akan tetapi diberikan infuse untuk menyeimbangkan pemberian cairan dari ekstraseluler keintraseluler.

c. KETOASIDOSIS DIABETIC (KAD)1) PengertianDM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.2) EtiologiTidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :1)Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi2)Keadaan sakit atau infeksi3)Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.3) PatofisiologiApabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang juga. disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diurisis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium serta klorida selam periode waktu 24 jam.Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulais darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolik.Skema patofisiologi ketoasidosis diabetik

Glukagon meningkatInsulin menurun

Ketoasidosis

Asidosis metabolikGlukoneogenesis

Hiperglikemia

Diuresis osmotik

Hipovolemik

Dehidrasi

4) Tanda dan GejalaHiperglikemi pada ketoasidosis diabetik akan menimbulkan poliuri dan polidipsi (peningktan rasa haus). Disamping itu pasien dapat mengalami penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala. Pasien dengan penurunann volume intravaskuler yang nyata mungkin akan menderita hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau lebih pada saat berdiri). Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang nyata disertai denyut nadi lemah dan cepat.Ketosisis dan asidosis yang merupakan ciri khas diabetes ketoasidosis menimbulkan gejala gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah dan nyeri abdomen. Nyeri abdomen dan gejala-gejala fisik pada pemeriksaan dapat begitu berat sehingga tampaknya terjadi sesuatu proses intrabdominal yang memerlukan tindakan pembedahan. Nafas pasien mungkin berbau aseton (bau manis seperti buah) sebagai akibat dari meningkatnya kadar badan keton. Selain itu hiperventilasi (didertai pernapasan yang sangat dalam tetapi tidak berat/sulit) dapat terjadi. Pernapasan Kussmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis guna melawan efek dari pembentukan badan keton.Perubahan status mental bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya. Pasien dapat sadar, mengantuk (letargik) atau koma, hal ini biasanya tergantung pada osmolaritas plasma (konsentrasi partikel aktif-osmosis).

5) Pemeriksaan PenunjangKadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin memperlihatkan kadar guka darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memeliki kadar sdampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih (yang biasanya bernagtung pada derajat dehidrasi)Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu berhubungan dengan kadar glukosa darah.Sebagian pasien dapat mengalami asidosi berat disertai kadar glukosa yang berkisar dari 100 200 mg/dl, sementara sebagia lainnya mungkin tidak memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya mencapai 400-500 mg/dl.Bukti adanya ketosidosis dicerminkan oleh kadar bikarbonat serum yang rendah ( 0- 15 mEq/L) dan pH yang rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan keton (yang mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam darah dan urin.

6) Penatalaksanaana) Rehidrasi1.Jam pertama beri infuse 200 1000 cc/ jam dengan NaCl 0,9 % bergantung pada tingkat dehidrasi2.Jam kedua dan jam berikutnya 200 1000 cc NaCl 0,45 % bergantung pada tingkat dehidrasi3.12 jam pertama berikan dekstrosa 5 % bila kadar gula darah antara 200 300 mg/ 100 cc, ganti dengan dextrose 10 % bila kadar gula darah sampai 150 mg/ 100 cc.Kehilangan elektrolitPemberian Kalium lewat infus harus dilakukan meskipun konsentrasi kalium dalam plasma normal.

ElektrolitPermulaan

Jam kedua dan jam berikutnyaBila serum K+lebih besar dari 3.5mEq/liter berikan 40 mEq/liter secara secara intravena untuk mempertahankan kadar cairan setengahdari KCl dan setengah dari KPO4

Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium kurang dari 5.5 mEq/liter, berikan 20-30 mEq/liter K+

b) InsulinSkema pemberian insulin adalahsebagai berikut:

AlgoritmaDiabetes Melitus

2. Komplikasi kronikUmumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.1.Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.2.Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.3.Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.4.Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih5.Ulkus/gangren/ kaki diabetik

G. PENATALAKSANAAN1.MedisTujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :a. DietSyarat diet DM hendaknya dapat :a.Memperbaiki kesehatan umum penderitab.Mengarahkan pada berat badan normalc.Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetikd.Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderitae.Menarik dan mudah diberikanPrinsip diet DM, adalah :-Jumlah sesuai kebutuhan-Jadwal diet ketat-Jenis : boleh dimakan / tidakDalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah2) Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya3) Jenis makanan yang manis harus dihindariPenentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitungPercentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus : 1) Kurus (underweight) BBR < 90 %2) Normal (ideal) BBR 90% - 110%3) Gemuk (overweight) BBR > 110%4) Obesitas apabila BBR > 120%5) Obesitas ringan BBR 120 % - 130%6) Obesitas sedang BBR 130% - 140%7) Obesitas berat BBR 140% - 200%8) Morbid BBR >200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah :Kurus (underweight)BB X 40-60 kalori sehariNormal (ideal)BB X 30 kalori sehariGemuk (overweight)BB X 20 kalori sehariObesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari

2. LatihanBeberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :a) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 11/2 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.b) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sorec) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigend) Meningkatkan kadar kolesterol high density lipoproteine) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru.f) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.3. PenyuluhanPenyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.4. Obata. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)1) Mekanisme kerja sulfanilureaObat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit lebih.2) Mekanisme kerja BiguanidaBiguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :a) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatikMenghambat absorpsi karbohidratMenghambat glukoneogenesis di hatiMeningkatkan afinitas pada reseptor insulinb) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulinc) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler2. InsulinIndikasi penggunaan insulina) DM tipe Ib) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OADc) DM kehamiland) DM dan gangguan faal hati yang berate) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)f) DM dan TBC paru akutg) DM dan koma lain pada DMh) DM operasii) DM patah tulangj) DM dan underweightk) DM dan penyakit GravesBeberapa cara pemberian insulina) Suntikan insulin subkutanInsulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa faktor antara lain :Cangkok pankreasPendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara kembar identik.

Bab IIKonsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes MilitusA. Pengkajian

Fokus utama pengkajian pada klien Diabetes Mellitus adalah melakukan pengkajian dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Pengkajian secara rinci adalah sebagai berikut :a) PENGKAJIAN PRIMERPengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :3) Airway+cervical control1)AirwayLidah jatuh kebelakang (coma hipoglikemik),Benda asing/ darah pada rongga mulut2)CervicalControl: -4) Breathing + Oxygenation1)Breathing :Ekspos dada,Evaluasi pernafasanKAD : Pernafasan KussmaulHONK :Tidak ada pernafasan Kussmaul (cepat dan dalam)2)Oxygenation: Kanula,Tube,Mask5) Circulation + Hemorrhage Control1)Circulation:Tanda dan gejala schokResusitasi: Kristaloid, koloid,akses vena.2)Hemorrhage control: -6) Disability: Pemeriksaan Neurologis GCSA :Allert :Sadar penuh, respon bagusV :Voice Respon :Kesadaran menurun, berespon thd suaraP :Pain Respons:Kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd rangsangan nyeriU :Unresponsive :Kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon thd nyeri

b) PENGKAJIAN SEKUNDERPemeriksaansekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan ataupenenganan pada pemeriksaan primer.Pemeriksaansekundermeliputi :1.AMPLE :alergi, medication,pastillness,last meal,event2.Pemeriksaan seluruh tubuh :Head to toe3.Pemeriksaan penunjang : Lebih detail,Evaluasi UlangPemeriksaan Diagnostik1)Tes Toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat dibawah kondisi stress.2)Gula darah puasa normal atau diatas normal.3)Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.4)Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.5)Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.Format pengkajian

Identitas klien Riwayat kesehatan Riwayat pengobatan Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

a. Aktivitas / istirahatGejala :Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur.Tanda:Takikardia dan takipneu, letargi dan disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.b. SirkulasiGejala:Adanya riwayat hipertensi, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.Tanda:Takikardia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, mata cekungc. Integritas EgoGejala:Stress, tergantung pada orang lain, masalah keuangan.Tanda :Ansietas, peka rangsang.d. EliminasiGejala:Perubahan pola berkemih (poliuria/nokturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih, ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.Tanda :Urine encer, pucat, kuning, poluria dapat berkembang menjadi oligouria/anuria jika terjadi hipovolemia berat, urine berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun : hiperaktif (diare)e. Makanan/CairanGejala :Hilang nafsu makan, mual/muntah, peningkatan masukkan glukosa dan karbohidrat, penurunan BB, haus, penggunaan diuretik.Tanda:Kulit kering, bersisik, turgor jelek, muntah, bau halitosis, nafas bau aseton.f. NeurosensoriGejala :Pusing, sakit kepala, kesemutan, parastesia, ganguan penglihatan.Tanda :Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor, gangguan memori, aktifitas kejang.g. Nyeri/ketidaknyamananGejala :Abdomen tegang/nyeri.Tanda :Wajah meringis.h. PernapasanGejala :Merasa kekuranagn oksigen, batukTanda :Lapar udara, batuk

i. Keamanan Gejala :Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda :Demam, diaforesis, kulit rusak / ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak, parestesia / paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam.j. SeksualitasGejala :Impotensi, kesulitan orgasme pada wanita, luka / lecet pada vagina.

B. RENCANA KEPERAWATANRENCANA KEPERAWATAN

NO DXDIANGOSA KEPERAWATAN DAN KOLABORASIINTERVENSI (NIC)TUJUAN (NOC)

1.Resiko infeksi berhubung dengan resiko terserang organisme patogenikFaktor-faktor resiko : Prosedur Infasif Ketidak cukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogenTrauma Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan Ruptur membran amnionAgen farmasi (imunosupresan)Malnutrisi Peningkatan paparan lingkungan patogen ImonusupresiKetidakadekuatan imum buatan Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb,Leukopenia, penekanan respon inflamasi)Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik)Penyakit kronik

NIC:Infection Control (Kontrol infeksi):Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lainPertahankan teknik isolasiBatasi pengunjung bila perluInstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasienGunakan sabun antimikrobia untuk cuci tanganCuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtanGunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindungPertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alatGanti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umumGunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencingTingktkan intake nutrisiBerikan terapi antibiotik bila perluInfection Protection (proteksi terhadap infeksi)Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokalMonitor hitung granulosit, WBCMonitor kerentanan terhadap infeksiBatasi pengunjungSaring pengunjung terhadap penyakit menularPartahankan teknik aspesis pada pasien yang beresikoPertahankan teknik isolasi k/pBerikan perawatan kuliat pada area epidemaInspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainaseIspeksi kondisi luka / insisi bedahDorong masukkan nutrisi yang cukupDorong masukan cairanDorong istirahatInstruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resepAjarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksiAjarkan cara menghindari infeksiLaporkan kecurigaan infeksiLaporkan kultur positif

NOC: Immune StatusKnowledge: Infection controlRisk controlKriteria Hasil :v Klien bebas dari tanda dangejala infeksiMenunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksiJumlah leukosit dalam batas normalMenunjukkan perilaku hidup sehat

2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kerusakan mobilitas fisikNIC :Energy ManagementObservasi adanya pembatatasan klien dalam melakukan aktivitasDorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasanKaji adanya factor yang menyebabkan kelelahanMonitor nutrisi dan sumber energi yang adekuatMonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihanMonitor respon kardiovaskkuler terhadapa aktivitasMonitor pola tidur dan lamnya tidur/istirahat pasienActivity TherapyKolaborasi dengan Tenaga Rehbilitasi Medik dalam merencanakan program terapi yang tepatBantu klien untuk mengindentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan socialBantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkanBantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krekBantu untuk mengindetifikasi aktivitas yang disukaiBantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitasSediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas Bantu pasienuntuk mengembangkan motivasi diri dan penguatanMonitor respon fisik, emosi,, social dan spiritual NOC :Energy conservation Self Care : ADLs Kriteria Hasil :Berpatisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RRMampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiriTanda-tanda vital normalEnergi psikomotorLevel kelemahanMampu berpindah:dengan atau tanpa bantuanalat

3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi metabolisme tubuh.Batasan karakteristik : Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance) Membran mukosa dan konjungtiva pucat Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyahLuka, inflamasi pada rongga mulut Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan Miskonsepsi Kehilangan BB dengan makanan cukup Keengganan untuk makan Kram pada abdomen Tonus otot jelek Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi Kurang berminat terhadap makananPembuluh darah kapiler mulai rapuh Diare dan atau steatorrhea Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok) Suara usus hiperaktifKurangnya informasi, misinformasiFaktor-faktor yang berhubungan :Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

NIC :Nutrition ManagementKaji adanya alergi makananKolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake FeAnjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin CBerikan substansi gulaYakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasiBerikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kaloriBerikan informasi tentang kebutuhan nutrisiKaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkanNutrition MonitoringBB pasien dalam batas normalMonitor adanya penurunan berat badanMonitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukanMonitor interaksi anak atau orangtua selama makanMonitor lingkungan selama makanJadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makanMonitor kulit kering dan perubahan pigmentasiMonitor turgor kulitMonitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patahMonitor mual dan muntahMonitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar HtMonitor makanan kesukaanMonitor pertumbuhan dan perkembanganMonitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtivaMonitor kalori dan intake nuntrisiCatat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

NOC :Nutritional Status : food and Fluid IntakeNutritional Status : nutrient IntakKriteria Hasil :Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuanBeratbadan ideal sesuai dengan tinggi badanMampumengidentifikasi kebutuhan nutrisiTidk ada tanda tanda malnutrisiMenunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelanTidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

4.Gangguan rasa nyamanDefinisi: merasa kurang senang, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosialBatasan karakteristik:AnsitesMenagisGangguan pola tidurTakutKetidak mampuan untuk rileksIritabilitasMerintihMelapor merasa dinginMelapor merasa panasMelapor perasaan tidak nyamanMelaporkan gejala distressMelaporkan rasa laparMelaporkan rasa gatalMelaporkan kurang puas dengan keadaanMelaporkan kurang senang dengan situasi tersebutGelisahBerkeluh kesahFaktor yang berhubungan:Gejala terkait penyakitSumber yang adekuatKurang pengendalian lingkunganKurang privasiKurang kontrol situasionalStimulasi lingkungan yang menggangguEfek samping terkait terapi NIC:Anxiety Reduction ( penurunan kecemasan ):Gunakan pendekatan yang menenangkanNyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasienJelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedurPahami prespektif pasien terhadap situasi stres Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takutDengarkan dengan menuh perhatian identifikasi tingkat kecemasan Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasanDorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsiIntruksikan pasien untuk menggunakan relaksasiBerikan obat untuk mengurangi kecemasanNOC:AnsietyFear LeavelSleep DeprivationComfort, Readingnes for EnchancedKereteria hasil:Paisen mampu mengontrol kecemasanStatus lingkungan yang nyamanPasien mampu mengontrol nyeriKualitas tidur dan istirahat adekuatAgresi pengendalian diriRespon terhadap pengobatanControl gejalaStatus kenyamanan meningkatPasien dapat mengontrol ketakutanSupport socialKeinginan untuk hidup

5.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakitNIC :Teaching : disease ProcessBerikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepatIdentifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat Hindari harapan yang kosongSediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakitDiskusikan pilihan terapi atau penangananDukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepatInstruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

NOC :Kowlwdge : disease processKowledge : health BehaviorKriteria Hasil :Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatanPasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benarPasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA1. Smeltzer Suzanne C, Bare Brendo G Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner, Suddart, Edisi 8, vol 2, Jakarta: EGC 2002.2. Brunner & Suddarth. 2002.Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC3. Corwin, EJ. 2009.Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC4. Indriastuti, Na. 2008. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Efusi Pleura dan Diabetes Mellitus Di Bougenvil 4 RSUP dr Sardjito Yogyakarta.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

LEMBAR KONSULTASINama : Roni Aria PradiptaNIM: P07120213074NOHari / TanggalJudul LaporanPesan PembimbingParafPembimbing

[DIABETES MILITUS]Page 14