laporan modalitas fix

34
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ............................. ............................. ........... 1 BAB I DASAR TEORI ............................. ............................. ........... 2 BAB II HASIL PERCOBAAN ............................. ............................. ........... 7 BAB III PEMBAHASAN ............................. ............................. ........... 1 4 BAB IV KESIMPULAN ............................. ............................. ........... 2 1 DAFTAR PUSTAKA ............................. ............................. ........... 2 2 1 | LAPORAN FISIOLOGI MODALITAS RASA 14-52

Upload: yunita-fatma-citradewi

Post on 20-Dec-2015

296 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

fkg

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Modalitas FIX

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................... 1

BAB I DASAR TEORI ..................................................................... 2

BAB II HASIL PERCOBAAN ..................................................................... 7

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................... 14

BAB IV KESIMPULAN ..................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 22

1 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 2: Laporan Modalitas FIX

BAB I

DASAR TEORI

1.1 Modalitas Rasa di Rongga Mulut

Sel reseptor pengecap terletak dalam taste bud, yaitu kelompok sel

berbentuk sferis yang tersusun seperti segmen-segmen dalam buah jeruk. Pada

permukaannya, taste bud memiliki sebuah pori yang kedalamnya menjulur

mikrovilisel reseptor. Taste bud mempunyai penampakan yang serupa

dimanapun organ tersebut berada. Berbeda dengan sistem olfaktrius, sel

reseptornya bukan neuron primer. Sebaliknya, serabut saraf aferen gustatorius

berhubungan secara individual dengan sel reseptor pengecap.

Indra pengecap dimediasi oleh nervus facialis, glosofaringeus dan vagus.

Sistem gustatorius terdiri atas sedikitnya lima populasi reseptor. Taste bud

terletak dalam papila foliatadi sepanjang margo lateralis lingua, dalm papila

fungi formis  diseluruh dorsum lingua, dalam papila sircumvalata pada bagian

sambungan antara dorsum lingua dan basis lingua, dan di dalam palatum,

epiglotis, laring serta esofagus. Cabang korda timpani dan nervus fasialis

menerima impuls pengecap dari dari dua per tiga anterior lidah. Bagian

sepertiga posterior lidah dinervasi oleh cabang lingualis nervus

glosofaringeus. Serabut aferen dari palatum berjalan bersama nervus potresus

superfisialis mayor ke dalam ganglian genaikulatum dan dari sana lewat

nervus fasialis ke dalam batang otak. Cabang internal nervus laringeus

superior yang berasal dari nervus vagus mengandung serabut saraf aferen

pengecap dari pengecap dari laring yang mencangkup daerah epilotis dan

esofagus.

Menurut penelitian (Kimball, 1983) , terdapat sel pengecap yang berespon

paling baik terhadap rangsang pahit sedangkan yang lain terhadap asin, manis,

atau asam. Sebagian berespon terhadap lebih dari satu modalitas dan sebagian

terhadap keempatnya. MSG sebenarnya bukan merupakan rasa yang dapat muncul

sendiri, MSG merupakan kombinasi dari beberapa rasa, sehingga diduga ada

2 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 3: Laporan Modalitas FIX

pengecap rasa tambahan yaitu umami. Modalitas rasa ini mengindrai rasa

glutamat dan glutamat monosodium yang basah terdapat pada masakan asia varian

reseptor glutamat metatropik (Ganong.2003).

Pengecapan merupakan fungsi utama dari taste buds di dalam rongga

mulut. Reseptor perasa atau taste buds ditemukan pada papila lidah (papila

sircumvalata, fungiformis, foliata, dan viliformis). Taste buds adalah struktur

kecil yang terdapat di permukaan lidah, palatum, epiglotis, laring dan faring. Di

sekitar dari sel perasa terdapat filamen yang mirip rambut. Setiap taste buds

biasanya hanya berespon pada satu dari empat rangsang rasa primer, bila substansi

rasa berada dalam konsentrasi rendah, tetapi pada konsentrasi tinggi, sebagian

besar taste buds dapat dirangsang oleh dua, tiga, atau empat rangsang kecap

primer dan juga oleh beberapa rangsang kecap yang lain (non primer). Sel-sel

pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel-sel epitel

di sekitarnya. Ketahan (umur) setiap sel pengecap ini sekitar 10 hari.

Pada lidah terdapat tiga papil pengecap, yaitu: (Bence, 1990)

a) Papil bentuk benang, merupakan papil peraba dan tersebar di

seluruh permukaan lidah

b) Papil seperti huruf V, tersusun dalam lengkungan yang dilingkari

oleh suatu saluran pada daerah dekat pangkal lidah

c) Papil berbentuk palu, terdapat pada daerah tepi-tepi lidah.

Hingga saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali yaitu :

1. asin, terletak di ujung lidah;

Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas

rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain karena

garam juga membentuk sensasi rasa yang lain selain rasa asin.

2. manis, terletak di ujung lidah;

Rasa manis tidak dibentuk atas satu golongan kelas substansi kimia

saja. Beberapa tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa ini

mencakup gula, glikol, alcohol aldehid, keton, amida, ester, asam

amino, beberapa protein kecil, asam sulfonat, asam halogenasi dan

3 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 4: Laporan Modalitas FIX

garam-garam dari timah dan berilium. Perubahan yang sangat manis

menjadi pahit.

3. asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;

Rasa asam disebabkan oleh asam. Intensitas dari sensasi rasa ini

hampir sebanding dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen,

makin asam suatu asam makin kuat sensasi yang terbentuk.

4. pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle.

Rasa pahit tidak dibentuk hanya oleh satu tipe substansi kimia,

tetapi substansi rasa pahit hampir seluruhnya dibentuk oleh substansi

organik. Dua golongan substansi tertentu cenderung menimbulkan rasa

pahit adalah (a) substansi rasa organik rantai panjang yang mengandung

nitrogen dan (b) alkaloid, seperti yang terdapat pada banyak zat yang

terkandung dalam obat-obatan, seperti kina, kafein, striknin, dan

nikotin.

5. umami, terletak di ujung lidah;

Rasa umami adalah rasa yang diperoleh karena rangsangan pada

reseptor metabotropic glutamate receptor (mGIuR4) yang sensitive

terhadap monosodium glutamate (MSG). Monosodium glutamate

umumnya ditambahkan pada makanan untuk menguatkan rasa (dan

berbahan dasar saus kedelai), yang mungkin dapat menstimulasi

reseptor umami.

Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan

bentuk rangsang bisa terjadi karena adanya reseptor sensorik yang mengirim

sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem saraf pusat terjadi pengumpulan sinyal dan

akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan bentuk benda. Pengenalan bentuk

benda di lidah ini karena adanya resptor rata (taktil) pada lidah, bentuk paccini

yang merupakan reseptor raba didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan sendi

(Guyton.1983:107).

4 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 5: Laporan Modalitas FIX

1.2 Sensasi di Rongga Mulut

Sel reseptor pengecap adalah kemoreseptor yang berespon terhadap bahan-

bahan dalam cairan mulut yang membasahi reseptor-reseptor tersebut. Reseptor

pengecap (sekunder) dikumpulkan bersama pada tasted bud, terutama pada lidah

dan palatum. Bahan- bahan ini bekerja pada mikrovili yang ada di pori-pori

pengecap untuk mencetuskan potensial generator di sel reseptor yang

menimbulkan potensial aksi di neuron sensorik.

Reseptor dingin definitif telah didefinisikan, ia adalah ujung saraf yang

bermielin kecil jenis A delta yang ujungnya menonjol ke dalam permukaan dasar

sel basal epidermis. Dipihak lain reseptor hangat definitif belum ditemukan.

Mungkin reseptor ini merupakan satu jenis dari ujung saraf bebas

(Guyton.1996:452).

Serat-serat saraf sensorik dari papil-papil pengecap di dua pertiga anterior

lidah berjalan dengan cabang korda timpani, nervous facialis, dan serat-serat saraf

dari sepertiga posterior lidah mencapai batang otak melalui saraf glosoparingeus.

Nukleus traktus solitarius untuk dapat menyatu ke dalam medula oblongata harus

bergabung dengan kedua sarafnya. Di sana mereka bersinaps dengan neuron-

neuron ordo kedua yang aksonnya melintasi garis tengah dan bertemu dengan

lemnikus medialis, berakhir di nukleus-nukleus pemancar sensorik spesifik pada

talamus bersama serat untuk sensasi sentuh nyeri dan suhu. Impuls dipancarkan

dari sini ke daerah proyeksi pengecapan di kortek serebrum di kaki girus pasca

sentralis. Pengecapan tidak memiliki daerah proyeksi yang terpisah tetapi

digambarkan di bagian girus pasca sentralis yang melayani sensasi kulita dan

wajah. (Pearce, 2000)

Impuls pengecapan melintasi saraf otak ketujuh, kesembilan, dan

kesepuluh menuju batang otak, tempat mereka berakhir di dalam traktus solitarius.

Isyarat mula-mula ke talamus dan kemudian ke area operkulum –insulaparietal

korteks serebri. Area ini terletak pada pinggir lateral girus post sentralis dalam

fisura Sylvii yang erat berhubungan dengan atau malahan bertindihan dengan

daerah lidah area somatik 1.

5 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 6: Laporan Modalitas FIX

Terdapat banyak variasi dalam distribusi keempat papil pengecap dasar

pada berbagai spesies dan dalam suatu spesies tertentu antar individu. Pengecapan

memperlihatkan after -reaction dan fenomena kontras yang serupa dalam

beberapa hal dalam after- image dan kontras penglihatan. Sebagian adalah tipuan

kimia, tetapi sebagian lain mungkin benar-benar merupakan fenomena sentral.

Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang

ekstrim, karena itu bersama reseptor dingin dan reseptor panas bertanggung jawab

terhadap terjadinya sensasi ”sangat dingin” (freezing cold) dan sensasi ”panas

yang menyengat” (burning hot) (Guyton & Hall.1997:774)

Beberapa ahli menambahkan modalitet yang kelima, yaitu rasa alkali.

Diluar kelima rasa, ada kombinasi antara keempat atau kelima macam rasa itu

yang akan menimbulkan rasa yang berbeda-beda. Kemampuan mengecap

seseorang tergantung pada:

a. Faktor individual, seseorang yang sakit, maka kepekaan mengecapnya jadi

berkurang

b. Nilai ambang, nilai ini tergantung kebiasaan seseorang, seseorang yang sudah

terbiasa makan makanan yang asam, akan lebih tinggi toleransinya terhadap

makanan yang asam daripada orang yang tidak terbiasa dengan makanan asam

c. Konsentrasi, seseorang yang makan satu mangkok garam, lama kelamaan tidak

mersakan asin lagi seperti pertama kali dia memakannya.

6 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 7: Laporan Modalitas FIX

BAB II

HASIL PERCOBAAN

A. Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area Wajah

Bentuk SpesimenPersepsi

Orang Coba

Ukuran

(mm)Waktu (s)

Kotak Kotak, 5 mm 7 15

Lonjong Lonjong, 10mm 13 11

Lingkaran Lingkaran, 10 mm 10 24

Segitiga Segitiga, 12 mm 11 12

B. Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah

Lokasi Jarak 1 mm Jarak 2 mm Jarak 3 mm

Anterior Lidah 1 2 2

Samping ka – ki Lidah 1 2 2

Posterior Lidah 1 1 2

Palatum 1 1 2

Mukosa Pipi 1 1 1

Gusi 1 2 2

Dahi 1 2 2

Hidung 1 2 2

Cuping Telinga 1 1 1

Bibir Atas 1 2 2

Bibir Bawah 1 2 2

Leher 1 1 1

Pipi kiri – kanan 1 2 2

Dagu 1 1 2

C. Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah

Lokasi Air Es Air 80°C

7 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 8: Laporan Modalitas FIX

Anterior Lidah -

Samping ka – ki Lidah

Posterior Lidah

Palatum -

Mukosa Pipi

Gusi

Dahi

Hidung

Cuping Telinga - -

Bibir Atas

Bibir Bawah

Leher

Pipi kiri – kanan

Dagu

Keterangan :

D. Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah

Lokasi Garam Air Gula Cuka Kina Umami

1 ++ ++ x + +++

2 +++ ++ + ++ +++

3 +++ ++ + ++ +

4 + + + ++ ++

5 + + + +++ ++

6 + + + x ++

8 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

= Terasa adanya rangsangan termis

- = Tidak terasa adanya rangsangan termis

Page 9: Laporan Modalitas FIX

7 ++ + x + +

8 ++ + + x +

Keterangan : x = Tidak terasa

+ = Sedikit terasa

++ = Terasa

+++ = Sangat terasa

D. Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah

1. Rangsangan Tekan

Lokasi Kedalaman (mm) Area Paling Sensitif

1 3

2 7

3 5

4 2

5 3

6 4

7 3,5

8 6

2. Rangsangan Panas

Lokasi 70° 80° 90°Waktu-nyeri (s)

70° 80° 90°

1 0,9 0,8 0,7

2 1 0,9 1

3 1,6 0,8 0,8

4 4,9 0,8 4

5 2,4 1,3 0,9

6 1,8 1,7 7

9 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 10: Laporan Modalitas FIX

7 5,5 1,2 2,7

8 7,8 2,8 9

Keterangan :

3. Rangsangan Dingim

Lokasi 0° 5° 10°Waktu Nyeri (s)

0° 5° 10°

1 0,7 0,23 0,62

2 0,57 0,71 1,01

3 0,68 0,92 1,24

4 1,17 0,38 1,07

5 1,03 0,80 0,87

6 1,14 0,67 0,79

7 0,94 1,06 1,03

8 0,88 1,53 1,2

Urutan tingkat sensitivitas : 1 2 3 6 5 4 7 8

E. Pemeriksaan Vitalitas Gigi

1. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Dingin

Lokasi Respon yang Dirasakan

Labial 1/3 incisa insisiv Gigi 41 = Terasa dingin

Mesio bukal cups molar Gigi 46 = Terasa dingin

2. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Panas

Lokasi Air Panas Suhu kamar Guttap Burnisher

Labial 1/3 incisa insisiv + x + x

Mesio bukal cups molar X x ++ x

10 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

= Terasa Nyeri

Page 11: Laporan Modalitas FIX

3. Test Vitalitas Gigi Dengan Tekan

Lokasi Respon yang Dirasakan

Labial 1/3 incisa insisiv Gigi 41 = Tidak terasa sakit

Mesio bukal cups molar Gigi 46 = Tidak terasa sakit

4. Test Perkusi Gigi dan Palpasi

Lokasi Respon yang Dirasakan

Labial 1/3 incisa insisivGigi 41 = Tidak terasa sakit, Gusi pada

bagian Gigi 41 = Terasa sedikit sakit

Mesio bukal cups molarGigi 46 = Terasa Sakit, Gusi pada

bagian Gigi 46 = Terasa sedikit sakit

PERTANYAAN

1. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap

pengenalan bentuk benda?

Bagian mulut yang sensitive terhadap pengenalan bentuk benda yaitu

ujung lidah (bagian lidah anterior) karena disana terdapat lebih banyak

serabut saraf sensoris dan taste bud, sedangkan bagian wajah yang

sensitive terhadap pengenalan bentuk benda yaitu bibir atas, hidung, pipi

kanan, dan pipi kiri.

2. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitiv mengenali

jarak antara dua titik? Jelaskan mengapa?

Dari hasil percobaan didapatkan pada daerah ujung lidah, bibir atas,

hidung, pipi kanan, dan pipi kiri. Hal ini dikarenakan lapisan terluar dari

bagian tersebut tipis dan dekat dengan daerah persyarafan sehingga tingkat

kesensitivannya lebih tinggi dibanding daerah lain terhadap adanya

sentuhan.

11 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 12: Laporan Modalitas FIX

3. Bagian lidah yang lebih sensitive terhadap suhu adalah, jelaskan

mengapa!

dari percobaan yang kita lakukan bagian lidah yang peka terhadap suhu

baik suhu panas ataupun dingin adalah lidah bagian samping dan lidah

bagian posterior. Hal ini dikarenakan pada daerah samping lidah dan

posterior lidah terdapat papila yang lebih banyak dibandingkan daerah

lain. Papila merupakan ujung saraf pengecapan. Semakin banyak papila di

daerah tersebut maka semakin sensitive pula terhadap adanya suatu

rangsangan terutama suhu.

4. Bagian lidah yang lebih sensitive terhadap nyeri adalah, jelaskan

mengapa!

Dorsum lidah. Hal ini dikarenakan karena kontur dari dorsum lidah yang

berlipat dan banyak papil sehingga lebih sensitive, selain itu bagian

dorsum lidah juga banyak dilalui persarafan.

5. Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?

Percobaan yang kami lakukan sesuai dengan teori yang kami peroleh.

6. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin,

pahit, asam, dan umami?

Rasa manis dapat dirasakan di lidah bagian ujung, rasa asin di lidah bagian

tepi depan, asam di lidah bagian tepi belakang, dan pahit di lidah bagian

pangkal. Sedangkan rasa umami merupakan kombinasi dari berbagai rasa

manis, asin, asam, dan pahit. Oleh karena itu, rasa umami dapat dirasakan

pada semua bagian lidah

7. Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?

Test vitalitas gigi sangat penting karena untuk mengetahui seberapa kuat

gigi kita terhadap rangsangan baik rangsangan suhu dan tekanan. Dan juga

untuk mengetahui kondisi gigi dalam keadaan baik ataupun tidak baik.Test

vitalitas gigi perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan atau status

kesehatan gigi tersebut. Sejauh mana tingkat kesehatan gigi dan sejauh

mana kerusakan gigi apabila memang atau telau terjadi gangguan maupun

kerusakan pada gigi. Dengan dilakukannya test vitalitas gigi ini, kita

12 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 13: Laporan Modalitas FIX

sebagai calon dokter gigi dapat belajar tentang bagaimana untuk melihat

vitalitas gigi tersebut, yang mana berguna untuk menegakkan diagnosa

pada pasien nantinya.

8. Untuk apa test perkusi dan palpasi?

Test perkusi berfungsi untuk mengetahui ada atau tidaknya periodontitis

dan inflamasi periapikal pada gigi, biasanya pasien akan merasakan sakit

atau tidaknya dan ada atau tidaknya sensasi ngilu pada saat dilakukan test

perkusi. Bila positif sakit, maka memang adanya kelainan pada jaringan di

sekitarnya. Sementara itu, test palpasi berfungsi untuk mengecek ada atau

tidaknya oedema / pembengkakan, fluktuasi / pergerakan jaringan, ada

atau tidaknya kelainan periapikal, dan juga limfa denopati.

BAB III

13 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 14: Laporan Modalitas FIX

PEMBAHASAN

3.1 Pengenalan bentuk berbagai benda di rongga mulut

Percobaan ini dilakukan oleh satu orang coba dengan empat variasi bentuk

spesimen. Dari hasil percobaan didapatkan waktu bervariasi oleh orang coba

dalam mengenali berbagai bentuk benda. Hasil yang didapat dari percobaan ini

yaitu, pada percobaan pertama, orang coba dapat mengenali bentuk permen kotak

berukuran sedang yang diberikan praktikan pada detik ke-15.

Selanjutnya, pada percobaan kedua, orang coba dapa mengenali bentuk

permen oval/elips yang berukuran besar pada detik ke-11. Pada percobaan ketiga,

orang coba pun dapat mengenal bentuk permen lingkaran pada detik ke-24 dan

pada percobaan keempat, orang coba juga berhasil mengenali bentuk permen

segitiga berukuran sedang pada detik ke-12.

Pengenalan bentuk ini dapat mempengaruhi kepekaan rongga mulut,

terutama lidah, untuk mengenali bentuk dan tekstur dari makanan. Ukuran dan

tekstur makanan sangat mempengaruhi dalam pengecapan dan pengenalan bentuk

makanan, karena dapat mempermudah taste bud untuk menjalankan tugasnya

sebagai reseptor rasa Kecepatan mengenali beberapa bentuk benda ini tergantung

pada seberapa luas permukaan benda tersebut yang bersentuhan pada permukaan

lidah. Semakin besar luas permukaan bendah yang bersentuhan dengan

permukaan lidah maka semakin cepat pula benda tersebut mudah dikenali. Hal ini

dikarenakan semakin besar luas permukaan benda tersebut maka rangsangan yang

diberi pada lidah akan semakin kuat dan reseptor yang terangsan akan semakin

banyak sehingga intrepetasi dari SSP juga semakin cepat.

Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan

bentuk rangsang bisa terjadi karena adanya reseptor sensorik yang mengirim

sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem saraf pusat terjadi pengumpulan sinyal dan

akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan bentuk benda. Pengenalan bentuk

benda di lidah ini karena adanya resptor rata (taktil) pada lidah, bentuk paccini

yang merupakan reseptor raba didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan sendi

(Guyton.1983:107)

3.2 Two point Discrimination di rongga mulut dan area wajah.

14 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 15: Laporan Modalitas FIX

Pada hasil percoban yang didapatkan, pada orang coba didapatkan bahwa

daerah yang paling sensitif adalah bagian bibir atas, bibir bawah, pipi kanan dan

kiri, hidung, dan anterior lidah . Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung

pada reseptor dari rangsangan tekan ini. Rangsangan tekan tekan umumnya

disebabkan oleh adanya perubahan pada jaringan yang lebih dalam

(Guyton.1996:430). Reseptor dari rangsangan tekan adalah reseptor taktil ujung

saraf bebas. Pada daerah yang lebih sensitif seperti pada bagian lidah, wajah dan

leher memiliki reseptor yang lebih banyak pada daerah lain.

3.3 Pengenalan suhu di rongga mulut dan area wajah

Berdasarkan hasil percobaan dapat memperlihatkan bahwa terdapat daerah

peka-dingin dan daerah peka-panas yang terpisah di rongga mulut dan area wajah.

Organ indera suhu adalah ujung-ujung saraf bebas yang berespon terhadap suhu

mutlak, bukan terhadap gradien suhu di rongga mulut. Reseptor dingin berespon

terhadap suhu 10° - 38° C, dan reseptor panas berespon terhadap suhu dari 30° -

45° C.

Kemampuan seseorang untuk dapat menentukan perbedaan gradasi sensasi

suhu didapat dengan perangsangan relatif terhadap bemacam-macam tipe ujung

saraf. Secara khusus hendaknya diperhatikan bahwa respon yang dikeluarkan

sesuai dengan tingkat tingginya suhu.

Dari percobaan yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa tubuh berespon

lebih sensitif terhadap dingin dari pada panas. Hal ini dikarenakan jumlah reseptor

dingin kira-kira tiga sampai sepuluh kali reseptor hangat, dan pada berbagai

daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi, 15 sampai 25 titik dingin per sentimeter

persegi pada daerah permukaan dada yang luas. Sedangkan jumlah titik hangatnya

lebih sedikit. (Guyton & Hall,1997 : 774)

Untuk mengetahui sensitifitas terhadap rangsang dingin dan panas

dengan menggunakansonde yang telah di rendam air es dan air 80°C. Orang coba

merasa dingin pada hampir setiap titik yang ditetesi air 5 C. Ketika ditetesi air

panas 80 c pada bagian cuping telinga dan palatum orang coba tidak merasakan

panas. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya bagian tersebut

15 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 16: Laporan Modalitas FIX

masih merasakan sensasi dingin atau disebabkan karena bagian tersebut telah

terkena tetesan air pada saat penetesan air pada daerah lain sehingga daerah

tersebut telah kebal terhadap sensasi panas yang diberikan.

Berdasarkan hasil percobaan daerah paling sensitif terhadap rangsang

dingin adalah bibir bawah. Sedangkan area paling sensitif terhadap rangsang

panas adalah bibir atas san bibir bawah. Sensitifitas terhadap rangsang dingin dan

panas dipengaruhi oleh jumlah reseptor saraf dan ketebalan jaringan.

3.4 Persepsi rasa pada beberapa lidah.

Lidah adalah organ pengecap, berbagai macam rasa ini dapat dideteksi oleh

lidah. Hal ini disebabkan karena pada lidah terdapat reseptor rasa. Reseptor ini

peka terhadap stimulus dari berbagai bahan-bahan yang masuk ke dalam rongga

mulut dan terkena oleh lidah itu sendiri. Reseptor tersebut dapat berupa kuncu-

kuncup pengecap (taste bud).

Dari percobaan ini orang coba diminta untuk merasakan dan menyebutkan

apa yang dirasakan pada setiap bagian lidah. Sehingga didapatkan hasil yaitu pada

persepsi rasa manis, hampir semua lidah dapat merasakan rasa manis sehingga

bagian yang paling sensitif terhadap rasa manis adalah bagian 1 atau anterior lidah

dan bagian yang tidak dapat merasakan rasa manis adalah bagian 4 atau posterior

lidah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa manis lebih dominan dirasakan

pada bagian ujung lidah dan ½ dorsal anterior lidah. Dan pada persepsi rasa asin,

semua bagian lidah dapat merasakan rasa asin. Rasa asin lebih dominan dirasakan

pada daerah ujung, samping kanan dan kiri. Sedang bagian yang tidak berespon

sedikit terhadap rasa asin adalah bagian 4 atau posterior lidah Pada persepsi rasa

pahit, semua bagian lidah dapat merasakan rasa pahit tetapi rasa pahit lebih

dominan pada bagian ½ dorsal posterior lidah. Pada persepsi rasa asam semua

bagian lidah dapat merasakan rasa asam, tetapi rasa asam ini lebih dominan pada

lidah bagian samping. Sedangkan pada persepsi rasa umami semua bagian lidah

juga dapat merasakannya dan lebih dominan pada lidah bagian anterior.

Berdasarkan teori dapat diketahui bahwa rasa tertentu dapat dirasakan dibeberapa

bagian lidah.

16 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 17: Laporan Modalitas FIX

4.5 Rasa Nyeri pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah

4.5.1. Rangsangan tekanan

Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya rasa nyeri

pada jaringan rongga mulut dan area wajah. Sonde besar ditekan pada

bagian beberapa daerah lidah. Kemudian sonde ditekan sampai

menimbulkan rasa nyeri kemudian dilakukan pengukuran seberapa dalam

sonde dapat menekan beberapa jaringan rongga mulut dan area wajah

sampai menimbulkan rasa sakit. Didapatkan bahwa daerah-daerah tersebut

mempunyai kedalaman yang berbeda sampai dapat merasakan nyeri.

Seperti pada ½ dorsal anterior lidah sudah terasa nyeri pada kedalaman 3

mm sedangkan pada lidah bagian samping pada kedalaman hingga 4 mm.

Yang paling sensitif terhadap rangsang tekanan adalah dorsum lidah. Hal

ini dikarenakan karena kontur dari dorsum lidah yang berlipat dan banyak

papil sehingga lebih sensitive, selain itu bagian dorsum lidah juga banyak

dilalui persarafan.

Timbulnya rasa nyeri ini akibat rangsangan mekanis reseptor berupa

tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih

dalam. (Guyton, 1996 : 430)

4.5.2. Rangsangan panas

Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin

yang ekstrim, karena itu bersama reseptor dingin dan reseptor panas bertanggung

jawab terhadap terjadinya sensasi ”sangat dingin” (freezing cold) dan sensasi

”panas yang menyengat” (burning hot) (Guyton & Hall.1997:774).

Dari hasil yang dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu, maka

rangsangan nyeri juga semakin bertambah. Pada suhu sekitar 70°C, serabut nyeri

mulai terangsang oleh panas, dan rasa nyeri itu bertambah seiring kenaikan suhu.

Adapun tingkat perbedaan dalam penerimaan panas tergantung dari banyaknya

reseptor kecap yang terdapat pada daerah tersebut. Berdasarkan hasil percobaan

17 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 18: Laporan Modalitas FIX

yang dilakukan diketahui bahwa tingkat sensivitas terhadap nyeri akibat panas

adalah pada ujung lidah dan ½ dorsal anterior lidah.

4.5.3. Rangsangan dingin

Pada percobaan ini menggunakan air dengan suhu 0°C,5°C dan 10°C.

Pada Percobaan ini semakin dingin suhunya maka reseptor semakin cepat dalam

menerima rangsang. Pada percobaan tersebut dapat diketahui pada beberapa

bagian lidah tidak sama dalam tingkat kecepatan menerima rangsang dingin.

Misalnya pada suhu 0°C, Daerah anterior lidah lebih cepat dibandingkan pada

daerah posterior lidah. Hal ini disebabkan oleh perbedaaan reseptor kecap pada

beberapa daerah di lidah sehingga terdapat perbedaan dalam menerima rangsang

dingin.

Pada suhu yang terlalu dingin (0°C) yang terangsang hanyalah serabut

saraf rasa nyeri. Bila suhu meningkat hingga 10°C sampai 15°C maka rasa

sakitnya akan menghilang, namun pada saat itu reseptor dingin mulai terangsang.

Pada percobaan ini urutan tingkat sensitivitasny adalah yang pertama ujung lidah

(1), samping kanan kiri lidah (2 dan 3), setengah anterior lidah (6 dan 5), dan yang

terakhir adalah posterior lidah (4,7, dan 8)

4.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi.

4.6.1 Pemeriksaan vitalitas gigi dengan suhu dingin

Tes vitalitas dengan suhu ini dilakukan pada gigi incisive pertama

kanan rahang bawah dan gigi molar pertama kanan rahang bawah. Test pada gigi

incisive pertama kanan rahang bawah dilakukan pada permukaan labial 1/3

incical. Sedangkan pada gigi molar pertama dilakukan pada permukaan mesio

bukal cups. Dilakukan pada bagian ini karena bagian ini mendekati tanduk pulpa

dimana inervasi saraf pulpa lebih banyak sehingga rangsangan akan diterima lebih

cepat. Suhu dingin diperoleh dengan cotton pellet yang diberi chlor-ethyl (suhu -

5º C ).

Pada test vitalitas dengan suhu dingin ini, didapatkan hasil bahwa gigi

orang coba merasakan sensasi dingin dan lama-kelamaan menjadi ngilu. Hal ini

18 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 19: Laporan Modalitas FIX

menunjukkan gigi masih bisa menghantarkan rasa dingin. Respon ini

menunjukkan bahwa gigi yang di test masih vital. Stimulus yang diaplikasikan

pada pulpa vital biasanya menimbulkan nyeri tajam dan sebentar jika material

pengetesnya diangkat. (Waltan.1997:80)

4.6.2 Tes Vitalitas dengan suhu panas

Pada test vitalitas dengan suhu panas ini, dilakukan empat kali

perlakuan, yaitu menggunakan air suhu kamar, menggunakan air panas,

menggunakan guttap, dan menggunakan burnisher . Dari percobaan dilakukan

dengan cara menyemprotkan air panas pada seluruh permukaan gigi insisiv yang

ditest kemudian didapatkan hasil bahwa orang coba merasa hangat, dan dari

percobaan yang dilakukan dengan menyemprotkan air dengan suhu kamar orang

coba merasakan lebih dingin dari air sebelumnya. Hal ini memperlihatkan dari

gigi tersebut masih bisa menghantarkan sensasi panas meski tidak terlalu sensitiv.

Dan ketika di test menggunakan guttap terasa nyeri adanya rasa nyeri ini

disebabkan karena ekspansi isi pulpa.

Sedangkan ketika dilakukan pada mesio bukal cusp mular rahang

bawah, orang coba tidak merasakan apapun meski di test menggunakan air panas,

air suhu kamar dan burnisher. Hal ini memperlihatkan dari gigi tersebut tidak bisa

menghantarkan sensasi panas.

4.6.3. Tes vitalitas gigi dengan tekan

Test tekan ini digunakan untuk mengetahui keradangan jaringan

periodontal. Test tekan dilakukan dengan menekankan handel kaca mulut pada

gigi yang ditest yaitu gigi insisive pertama kanan rahang bawah dan gigi molar

kanan rahang bawah. Test tekan ini dilakukan 3 kali. Dari percobaan yang

dilakukan didapatkan orang coba merasakana adanya tekanan pada gigi. Pada gigi

insisiv pertama rahang bawah tidak teasa sakit begitupula pada gigi molar rahang

bawah. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya keradangan jaringan

periodontal pada gigi insisiv pertama rahang bawah dan juga molar rahang bawah.

19 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 20: Laporan Modalitas FIX

4.6.4. Tes perkusi gigi dan palpasi

Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler positif yang

jelas menandakan adanya inflamasi periodontium. Perkusi merupakan indikator

paling baik yang dapat menunjukkan dengan tepat adanya penyakit periapeks

(Walton.1997:79).

Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses

inflamasi telah meluas kearah periapeks. Respon positif pada palpasi menandakan

adanya inflamasi periradikuler (Walton & Torabinejad.1997:79)

Pada percobaan ini test perkusi dan palpasi dilakukan pada gigi

insisive pertama rahang bawah dengan mengetuk-ngetukkan handel kaca mulut

pada gigi yang ditest. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan bahwa gigi

insisive pertama rahang bawah merasa ada ketukan tetapi tidak sakit. Pada gigi

molar pertama rahang bawah teras adaa ketukan dan terjadi sakit yang sedang. Hal

ini dimungkinkan terdapat keradangan pada jaringan periodontal pada gigi molar

tersebut. Dari pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa tidak ada

pembengkakan pada gingiva. Hal ini menunjukkan jaringan periodontal normal.

BAB IV

KESIMPULAN

20 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 21: Laporan Modalitas FIX

1. Kecepatan mengenali suatu benda mempengaruhi kepekaan rongga mulut,

terutama lidah, untuk mengenali bentuk dan tekstur dari makanan.

2. Rangsangan tekan disebabkan perubahan jaringan yang lebih dalam.

Sensitivitas terhadap rangsangan ini tergantung pada reseptor dari

rangsangan tekan ini (reseptor taktil ujung saraf bebas).

3. Tubuh lebih sensitif terhadap rangsangan suhu dingin dari pada suhu

panas. Dikarenakan jumlah reseptor dingin 4-10 kali reseptor panas.

4. Persepsi rasa terdapat pada beberapa bagian lidah. Rasa asin terletak pada

bagian ujung lidah, rasa manis terlatak pada ujung lidah, rasa asam terletak

pada dua pertiga bagian samping lidah, rasa pahit terletak pada bagian

posterior lidah dan palatum mole, umami terletak pada bagian ujung lidah.

5. Timbulnya rasa nyeri merupakan akibat rangsangan mekanis reseptor

berupa tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh perubahan bentuk

jaringan yang lebih dalam.

6. Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang

ekstrim.

7. Test vitalitas gigi digunakan untuk mengetahui derajat vitalitas gigi.

8. Test perkusi, tekan dan palpasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

keradangan pada jaringan periodontal.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

21 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2

Page 22: Laporan Modalitas FIX

Bence, Richard.1990. Endodontik Klinik. Jakarta : UI Press.

Brossman, Louis.1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta: EGC

Ganong, W. F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC :

Jakarta

Gayton & Hall., 1997 , Fisiologi Kedokteran , Penerbit Buku Kedokteran EGC :

Jakarta

Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 3 edisi kelima. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Pearce, E.C, 2000, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia: Jakarta

22 | L A P O R A N F I S I O L O G I M O D A L I T A S R A S A 1 4 - 5 2