laporan wiping fix

12
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA APLIKASI HERBISIDA SECARA WIPING Disusun Oleh Rahayu Novrina Christian Simanjuntak Andrixinata B Hamdayanty Riska Noviana Dyah Wulandari A24080006 A24080064 A34070016 A34080022 A34080088 A34080089 Dosen Dwi Guntoro M.A. Chozin Adolf Pieter Lontoh Is Hidayat Utomo Asisten Dina Mutiara Cokorda Istri Mega

Upload: andrixinata-b

Post on 27-Jun-2015

747 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Wiping Fix

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN GULMA

APLIKASI HERBISIDA SECARA WIPING

Disusun Oleh

Rahayu Novrina

Christian Simanjuntak

Andrixinata B

Hamdayanty

Riska Noviana

Dyah Wulandari

A24080006

A24080064

A34070016

A34080022

A34080088

A34080089

Dosen

Dwi GuntoroM.A. Chozin

Adolf Pieter LontohIs Hidayat Utomo

Asisten

Dina MutiaraCokorda Istri Mega

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 2: Laporan Wiping Fix

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengendalian gulma secara wiping adalah kegiatan mengusap gulma yang

tumbuh secara berkelompok namun terpencar dengan kain yang digunakan di jari.

Kain tersebut telah mengandung herbisida. Gulma yang biasa dikendalikan

dengan teknik wiping adalah ilalang (Imperata cylindrica). Pengendalian ini

dilakukan setelah dilakukan penyemprotan herbisida secara menyeluruh sehingga

gulma yang tersisa dikendalikan dengan wiping. Tujuan utama dari teknik ini

adalah untuk mencegah agar gulma tidak menyebar lagi seperti sebelum

penyemprotan awal (Anonim 2003).

Terdapat bebrapa kelebihan pengaplikasian wiping dalam mengendalikan

gulma diantaranya pengaplikasian langsung pada gulma sasaran, mengurangi atau

menghilangkan kerusakan pada spesies non target (misalnya tanaman budidaya),

penghematan herbisida, mengurangi pengaruh angin yang biasanya menyebabkan

pemborosan herbisida, dan hasil yang diperoleh cukup efektif. Adapun

kelemahannya adalah membutuhkan waktu yang cukup lama (Anonim 2009).

Tujuan

Mengendalikan gulma alang-alang yang masih tersisa di lapang dan

mengamati efektifitas dari herbisida hingga minggu ketiga.

Page 3: Laporan Wiping Fix

ALAT BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang dipakai adalah gulma Imperata cylindrica yang tumbuh di

areal kebun dan Gliphosat 0,2 %. Alat yang digunakan meliputi ember, sarung

tangan, gelas ukur, alat pengaduk.

Metode

Alat dan bahan disiapkan, kemudian diambil dan di ukur larutan gliphosat

0,2 % dan dilarutkan dalam 1 liter air dalam ember serta di aduk sampai rata. Lalu

diaplikasikan pada gulma dengan cara wiping, yaitu dengan cara mengusap

helaian daun gulma serta memberi tanda pada daerah wiping. Hasil wiping

diamati dan dicatat selama 3 minggu

Page 4: Laporan Wiping Fix

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

Data Wiping Kelompok Besar B

Kelompok Jenis Herbisida Dosis KonsentrasiTingkat Kematian

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3B1-B3

IPA GLIFOSAT 2 L/ha 0%

40 50 85B4-B6 80 85 90B7-B9 60 75 90B10-B12 30 50 90

Gambar 1 Gambar 2

Page 5: Laporan Wiping Fix

Gambar 3

Pembahasan

Wiping merupakan kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan

umumnya setelah aplikasi herbisida dengan penyemprotan. Hal ini dilakukan

untuk mengendaliakan gulma-gulma yang tidak mati oleh aplikasi penyemprotan.

Kegiatan ini dilakukan dengan cara yang lebih manual yaitu dengan mengusapkan

herbisida cair ke gulma secara langsung. Hal ini tentu saja dikarenakan jumlah

gulma yang tidak mati setelah penyemprotan umumnya sedikit sehingga akan

berkesan terlalu boros jika dilakukan dengan penyemprotan ulang.

Dari hasil pengamatan, dapat dilihat pada pengamatan persentase kematian

gulma kelompok B1-B3 adalah 40% pada minggu pertama, 50% pada minggu

ke-2 dan 85% pada minggu ke-3. Lalu kelompok B4-B6 80% pada minggu

pertama, 85% pada minggu ke-2 dan 90% pada minggu ke-3. Selanjutnya

pengamatan kelompok B7-B9 menunjukkan persentase kematian sebesar 60%

pada minggu pertama, 75% pada minggu ke-2 dan 90% pada minggu ke-3.

Kemudian hasil pengamatan kelompok B10-B12 terlihat persentase kematian

gulma sebesar 30% pada minggu pertama, 50% pada minggu ke-2 dan 90% pada

minggu ke-3.

Bila kita merujuk pada jenis herbisida yang digunakan sebagai bahan

praktikum kali ini. Glifosat merupakan herbisida yang bersifat sistemik seperti

yang dikemukakan oleh Setyobudi et. al., (1995), berdasarkan cara aplikasi

melalui daun, herbisida dibedakan menjadi yang bersifat kontak contoh Paraquat

(Gramoxone) dan bersifat sistemik contoh glifosat (Round Up).

Lalu bahan aktif glifosat itu sendiri dapat diabsorbsi lewat daun kemudian

ditranslokasikan bersama fotosintat dalam jaringan keseluruh bagian gulma.

Glifosat juga mempunyai daya brantas yang sangat luas dengan daya racun yang

rendah terhadap hewan dan manusia (Duke, 1988). Glifosat merupakan herbisida

sistemik yang bekerja lebih efektif pada saat pertumbuhan aktif sehingga dapat

Page 6: Laporan Wiping Fix

ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan. Cara bekerja glifosat adalah dengan

menghambat sintesa protein dan metabolism asam amino.

Sehingga secara teknis, proses translokasi bahan aktif tersebut

menyebabkan kematian gulma yang diberi perlakuan tidak langsung atau

bertahap. Dalam kata lain, dapat dikatakan kematian gulma berkorelasi positif

dengan kecepatan penyebaran hasil metabolisme gulma di dalam tubuh gulma.

Oleh sebab itu, bisa saja terjadi perbedaan waktu yang dibutuhkan sampai gulma

mulai menunjukkan tanda-tanda kematian.

Seperti halnya pada hasil pengamatan kelompok B1-B3 dan B10-B12

yang menunjukkan persentase tingkat kematian gulma pada minggu pertama

sebesar 40% dan 30%. Hal yang cukup berbeda nyata dengan pengamatan

kelompok B4-B6 dan B7-B9 yang menunjukkan tingkat kematian gulma sebesar

80% dan 60%. Dalam hal ini, konsentrasi dan dosis herbisida yang digunakan

relatif sama dan diaplikasikan pada lahan dan waktu yang juga relatif sama.

Perbedaan ini lebih jelasnya disebabkan oleh tingkat kecepatan

penyebaran bahan aktif glifosat di dalam tubuh gulma itu sendiri. Tingkat

kecepatan penyebaran bahan aktif tersebut relatif bergantung pada kecepatan

metabolisme atau penyebaran hasil fotosintat gulma ke seluruh bagian tubuh

gulma. Hal ini mungkin karena kecepatan metabolisme gulma yang diberi

perlakuan berbeda sehingga menimbulkan kecepatan kematian gulma yang juga

berbeda.

Hal diatas dapat kita amati pada minggu-minggu berikutnya, dimana pada

minggu ke-3 secara serempak tingkat kematian gulma pada semua lahan

pengamatan mengalami tingkat kematian gulma yang tergolong parah. Secara

umum dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada keempat lokasi

pengaplikasian. Sehingga dapat kita pastikan bahwa herbisida yang diaplikasikan

menimbulkan kerusakan atau kematian pada gulma yang tergolong parah. Oleh

karena itu, tidak ada kesalahan pada efektifitas herbisida seperti yang nampak

pada minggu pertama.

Page 7: Laporan Wiping Fix

Pada pengamatan akhir dapat jelas terlihat bahwa kematian gulma yang

terjadi tergolong parah dan bisa dikatakan berhasil. Dalam hal ini, mungkin tidak

terjadi kesalahan kesalahan praktikan yang menimbulkan kesalahan dalam hasil

pengamatan. Hal ini karena jenis herbisida yang digunakan merupakan herbisida

sistemik. Dimana hal ini, memungkinkan tampaknya gejala kerusakan gulma

tanpa harus mengaplikasikan herbisida secara menyeluruh pada bagian gulma.

Secara umum, teknik pengendalian dengan wiping memungkinkan

efektiftas dalam pengendalian gulma yang optimal. Namun dalam pengaplikasian

di lapang hal ini cukup memakan tenaga kerja tentu saja apabila lahan yang

diaplikasihan cukup luas. Selain itu, apabila kurang hati-hati dapat menimbulkan

pemborosan dalam pemakaian herbisida. Sehingga diperlukan pertimbangan yang

baik dalam perencanaan pengaplikasian ini.

Page 8: Laporan Wiping Fix

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pengendalian gulma dengan wiping baiknya dilakukan terhadap gulma

yang tidak mengalami kematian akibat herbisida dengan penyemprotan.

Pengaplikasian herbsida dengan wiping memiliki tingkat ketelitian yang lebih

baik. Pengaplikasian herbisida dengan teknik wiping juga lebih hemat. Akan

tetapi pengaplikasian ini memerlukan waktu yang lebih lama dan memerlukan

tenaga kerja yang lebih banyak dari penyemprotan. Gulma yang diaplikasikan

herbisida glifosat 0,2 % mengalami kematian yang merata dan maksimum.

Saran

Sebaiknya pengaplikasian herbisida dengan cara wiping dilakukan dengan

lebih hati-hati dan teliti. Sebab petani secara lansung kontak dengan herbisida.

Lalu dalam pengaplikasian, baiknya dilakukan dengan teliti agar tidak

menimbulkan efek berlebihan atau boros.

Page 9: Laporan Wiping Fix

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2003. Wipe Aways Weed. http://www. beefmagazine.com ( diakses )

[Anonim]. 2009. Wide Wiping.

Duke, S. O. 1988. Glyphosate. Pl-7, in Kearney, C. P., and D. D. Kurfman (eds).

1988. Herbicides: Chemistry , Degradation, and Mode of Action. Vol 3.

Marcel Dekker Inc. New York and Bassel.

Setyobudi, H., Subiyantono, dan S. Wanasuria. 1995. Praktek-praktek

pencampuran herbisida pada tanaman perkebunan. Hal: 47-53. Dalam P.

Bangunan, I, U. Sutanto dan R. C. B. Ginting (eds). Prosiding Seminar

Pengembangan Aplikasi Kombinasi Herbisida. Jakarta.