laporan fome fix
DESCRIPTION
FOMETRANSCRIPT
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat lengkap : Kebonromo 005/001 Ngrampal Sragen
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket
1. Tn. S Kepala Keluarga L 65 Tidak tamat SD Buruh tani TB Paru
2. Ny. S anggota (istri) P 61 SD Buruh -
3. Tn. A Anggota (anak) L 35 SMP Buruh
Pabrik
Tidak tinggal 1 rumah
4. Tn. J Anggota (anak) L 33 SMP Buruh
Pabrik
Tidak tinggal 1 rumah
5. Tn. D Anggota (anak) L 30 SMA Buruh
Bangunan
Tidak tinggal 1 rumah
(Sumber: Data Primer, Desember 2015).
Kesimpulan : Keluarga Tn. S termasuk ke dalam nuclear family.Tn. S berstatus
sebagai seorang suami dan kepala keluarga. Tn. S mempunyai 3
orang anak. Ketiga orang anak pasien telah berkeluarga dan
mempunyai tempat tinggal yang berbeda dari pasien. Namun,Tn.
S masih rutin dikunjungi dan ditelpon oleh ketiga anaknya.
BAB II
STATUS PASIEN
A. PENDAHULUAN
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus seorang laki-laki 65 tahun dengan
diagnosis Tuberkulosis Paru. Pasien tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Ngrampal.
B. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Suroto Winarno (65 tahun)
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Tidak tamat SD
Pekerjaan : Buruh tani
Agama : Islam
Alamat : Kebonromo 005/001 Ngrampal Sragen
Tanggal periksa : 15 Desember 2015
C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Batuk berdarah
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh batuk sejak tiga bulan yang lalu. Batuk dirasakan
terus menerus sepanjang hari. Keluhan batuk disertai dengan dahak berwarna
kekuningan dan batuk berdarah positif. Batuk darah yang dikeluarkan ± ¼
gelas belimbing setiap hari. Batuk tidak berkurang dengan meminum obat
batuk yang dibeli di warung dan bertambah parah ketika malam hari.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan sesak nafas yang hilang timbul
terutama ketika batuk terus menerus.Sesak nafas berkurang dengan istirahat.
Sehari-hari pasien tidur menggunakan 1 bantal. Pasien mengalami penurunan
nafsu makan dan juga penurunan berat badan. Berat badan pasien turun ± 7
kg dalam waktu 3 bulan. Pasien juga mengeluhkan sering berkeringat saat
malam hari dan demam sumer-sumer. Selain itu, pasien juga mengeluhkan
badan sering terasa lemas dan mudah cepat lelah. Pasien kadang-kadang juga
merasakan sakit kepala. Keluhan dirasakan berkurang dengan istirahat.
Pasien memeriksakan diri ke posyandu, namun keluhan dirasakan tidak
berkurang. Kemudian pasien memeriksakan diri ke Puskesmas Ngrampal.
Pasien menjalani pemeriksaan dahak 2 kali dan dinyatakan menderita Tb Paru
BTA (+) dan telah menjalani pengobatan rutin selama 3 bulan. Pasien setelah
pengobatan selama 2 bulan melakukan pemeriksaan sputum BTA kembali
dengan hasil negatif. Istri pasien yang tinggal satu rumah juga melakukan
pemeriksaan sputum BTA dengan hasil negatif.
Pasien mengatakan bahwa tetangganya juga ada yang mengalami
keluhan batuk yang lama seperti pasien. Namun, pasien tidak mengetahui
penyakit yang diderita oleh tetangga pasien.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
- R. sakit tekanan darah tinggi : disangkal
- R. sakit gula : disangkal
- R. sakit asma : disangkal
- R. sakit jantung : disangkal
- R. keluhan serupa : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluhan serupa : disangkal
- Riwayat sakit sesak nafas : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
- Riwayat sakit gula : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan
1. Riwayat minum jamu : disangkal
2. Riwayat minum obat : disangkal
3. Riwayat merokok : (+) sejak ± 30 tahun yang lalu, ½ - 1
bungkus perhari
6. Riwayat Gizi
Pasien makan 2-3 kali sehari. Pasien makan nasi dengan tahu
atau teme ditambah dengan sayuran seperti bayam, daun singkong atau
kangkung. Jarang makan telur, ikan, daging sapi atau ayam. Pasien jarang
makan buah-buahan. Pasien tidak memiliki alergi atau pantangan makanan.
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai buruh tani dan tidak setiap hari bekerja. Pasien
memiliki penghasilan tidak menentu ± Rp. 200.000 – Rp. 300. 000 perbulan.
Pasien jarang mengikuti kegiatan-kegiatan sosial di lingkungan RT seperti
pengajian.
ANAMNESIS SISTEM
1. Keluhan utama : Batuk berdarah
2. Kulit : Kering (-), pucat (-), menebal (-), gatal (-), bercak-bercak
kuning (-), kuning (-)
3. Kepala : Pusing (-), nggliyer (-), kepala terasa berat (-), perasaan
berputar-putar (-), nyeri kepala (-), rambut mudah
rontok (-)
4. Mata : Mata berkunang-kunang (-/-), pandangan kabur(-/-), gatal
(-/-), mata kuning (-/-), mata merah (-/-)
5. Hidung : Tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lendir atau air
berlebihan (-), gatal (-)
6. Telinga : Telinga berdenging (-/-), pendengaran berkurang (-/-),
keluar cairan atau darah (-/-)
7. Mulut : Bibir kering (-), gusi mudah berdarah (-), sariawan (-),
gigi mudah goyah (-)
8. Tenggorokan : Rasa kering dan gatal (-), nyeri untuk menelan (-), sakit
tenggorokan (-), suara serak (-)
9. Sistem respirasi : Sesak nafas (+), batuk (+), dahak (+), darah (+),
nyeri dada (+), mengi (-)
10. Sistem kardiovaskuler: Nyeri dada (-), terasa ada yang menekan (-), sering
pingsan (-), berdebar-debar (-), keringat dingin
(-),bangun malam karena sesak nafas (-)
11. Sistem gastrointestinal: Diare (-), perut mrongkol (-), perut membesar (-), mual
(-), muntah (-), nafsu makan berkurang (+), nyeri ulu
hati (-), BAB seperti petis (-), BAB cair (-), lendir
darah (-), rasa penuh di perut (-), cepat kenyang (-),
sulit BAB (-), nyeri perut setelah makan (-), berat badan
menurun progresif (-)
12. Sistem muskuloskeletal : Lemas (-), leher kaku(-), kaku sendi (-), nyeri sendi
(-), bengkak sendi (-), nyeri otot (-), kaku otot (-),
kejang (-)
13. Sistem genitouterina : BAK 4x/hari@¼ - ½ gelas belimbing, warna kuning
(+),nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-), sering
buang air kecil (-),BAK berbusa (-), BAK darah (-),
nanah (-), anyang-anyangan (-), sering menahan
kencing (-), rasa pegal di pinggang (-), rasa gatal pada
alat kelamin (-).
14. Ekstremitas :
Atas : Ujung jari keriput (-/-), bengkak (-/-), lemah (-/-), luka
(-/-), kesemutan (-/-), tremor (-/-), ujung jari terasa
dingin (-/-), nyeri (-/-), lebam-lebam kulit (-/-)
Bawah : Ujung jari keriput (-/-), bengkak (-/-), lemah (-/-), luka
(-/-), kesemutan (-/-), tremor (-/-), ujung jari terasa
dingin (-/-), nyeri (-/-), lebam-lebam kulit (-/-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 15 Desember 2015:
1. Keadaan Umum
Kesadaran compos mentis, gizi kesan cukup
2. Tanda Vital
Tensi : 120/80mmHg
Nadi : 86 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Denyut jantung : 86 x/menit, irama reguler
Frekuensi nafas : 20 x/menit, pernafasan torakoabdominal
Suhu : 36.7°C per aksiler
3. Status Gizi
BB = 49 kg
TB = 160 cm
BMI = 19.14 kg/m2 (normal = 18,5-22,5 kg/m2)
Kesan : normoweight
4. Kulit
Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-),petechie (-), ikterik (-)
5. Kepala
Mesocephal, rambut warna hitam, uban (+), mudah rontok (-), luka (-)
6. Wajah
Simetris, eritema (-)
7. Mata
Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), perdarahan
subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya
(+/+) normal, edema palpebra (-/-), strabismus (-/-).
8. Telinga
Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri
tekan tragus (-), gangguan fungsi pendengaran (-).
9. Hidung
Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-),
fungsi pembau baik, foetor ex nasal (-)
10. Mulut
Sianosis (-), papil lidah atrofi (-),gusi berdarah (-), bibir kering (-), stomatitis
(-), pucat (-), lidah tifoid (-), luka pada sudut bibir (-).
11. Leher
JVP tidak meningkat, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-),
pembesaran kelenjar getah bening (-), leher kaku (-), dan distensi vena leher
(-).
12. Thoraks
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan
thorakoabdominal.
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 1 cm lateral linea midclavicularis
sinistra, IC cordis tidak kuat angkat, thrill (-)
Perkusi :
kiri atas : SIC II linea sternalis sinistra
kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea midclavicularis sinistra
kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
kanan bawah : SIC V linea parasternalis dextra
konfigurasi jantung kesan melebar
Auskultasi : HR 86 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,
bising (-), gallop (-)
Pulmo :
Anterior
Inspeksi :
Statis : normochest, simetris kanan-kiri, retraksi (-),
Dinamis : simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-),
Palpasi :
Statis : simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-), tidak ada yang
tertinggal
Dinamis : pengembangan paru simetris, tidak ada yang tertinggal,
fremitus raba kanan = kiri
Perkusi :
Kanan : sonor hingga SIC III, batas paru – hepar redup.
Kiri : sonor, sesuai batas paru jantung.
Auskultasi :
Kanan : suara dasar vesikuler (↓), suara tambahan wheezing (-),
ronki basah kasar (+) pada apeks, ronki basah halus (-),
krepitasi (-)
Kiri : suara dasar vesikuler (↓), suara tambahan wheezing (-),
ronki basah kasar (+) pada apeks, ronki basah halus (-),
krepitasi (-)
Posterior
Inspeksi
Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak
mendatar
Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak
melebar, retraksi intercostal (-)
Palpasi
Statis : Simetris
Dinamis : Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
Kanan : Sonor.
Kiri : Sonor.
Peranjakan diafragma 5 cm
Auskultasi
- ---
- ---
- ---
Kanan : Suara dasar vesikuler (+) normal, suara tambahan
wheezing (-), ronkhi basah kasar (+) di apeks,
ronkhi basah halus (-), krepitasi (-)
Kiri : Suara dasar vesikuler (+) normal, suara tambahan
wheezing (-), ronkhi basah kasar (+) di apeks,
ronkhi basah halus (-), krepitasi (-)
13. Punggung
kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-/-)
14. Abdomen
Inspeksi : dinding perut setinggi dinding dada, distended (-)
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani, pekak sisi (-), pekak alih (-)
Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
15. Genitourinaria
Ulkus (-), secret (-), tanda-tanda radang (-)
16. Ekstremitas:
akral dingin sianosis oedem
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan dahak tiga bulan yang lalu menunjukan BTA (+)
E. RESUME
Pasien mengeluh batuk berdahak disertai darah dimulai sejak tiga bulan
yang lalu. Pasien mengeluh sesak nafas dan nyeri dada disertai penurunan berat
badan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tidak tampak sakit,
compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi baik. Tanda vital: tensi 120/80
mmHg, nadi 86 x/menit (reguler, isi cukup, simetris), pernafasan 20 x/menit,
suhu 36,70C per axiler. Status Gizi, BB : 49 kg, TB : 160 cm, BMI : BB/TB 2 =
49/(1,60)2 = 19,14 kg/m2 , Status gizi : baik. Pada pemeriksaan mata didapatkan
konjungtiva pucat. Pada pemeriksaan paru anterior didapatkan SDV (/), RBK
(+/+). Pemeriksaan paru posterior didapatkan SDV (/), RBK (+/+).
Pemeriksaan BTA tiga bulan yang lalu (+). Pasien didiagnosis menderita
Tuberculosis paru sejak 3 bulan yang lalu dan mendapat terapi rifampisin dan
isoniazid 1x300 mg 3x seminggu di puskesmas Ngrampal Sragen.
F. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
1. Diagnosis Holistik
Tn. S yang berusia 65 tahun dalam nuclear family dengan diagnosis
tuberkulosis paru dalam pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
bulan ketiga. Keluarga cukup harmonis dengan kehidupan sosial kurang
aktif sebagai anggota masyarakat. Berinteraksi dengan tetangga dengan
baik namun kurang aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Tn. S tidak
menjabat sebagai pengurus pemerintahan dalam lingkungan tempat
tinggalnya.
2. Diagnosis Biologis
Tuberkulosis paru dalam pengobatan OAT bulan ketiga dan anemia.
3. Diagnosis Psikologis
Hubungan Tn. S dengan istri, anak, menantu, dan cucu-cucunya cukup
harmonis.
4. Diagnosis Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Pasien kurang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, sehari-hari hanya
melakukan aktivitas bertani di sawah dan berkunjung ke rumah tetangga
apabila ada acara tertentu. Dari segi ekonomi, pendapatan pasien masih
cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan pasien menjadi peserta
Saraswati Melati. Sedanagkan dari segi budaya, pasien belum menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Hal ini dapat dilihat dari
kebiasaan pasien yang jarang berolahraga serta kondisi rumah pasien yang
kurang ventilasi dan pencahayaan.
G. FLOW SHEET
Nama : Tn. S
Diagnosis : Tuberculosis paru
Tabel Progress Note Kunjungan
Tabel 2.1 Progress Note Kunjungan Tn. S
Tanggal Catatanterintegrasi
Desember
2015
S: lemas
O: BB: 50 Kg
TB: 160 cm
BMI: 19.5 kg/m2
Kesadaran :Compos mentis (GCS E4V5M6)
Tanda Vital:
Tensi :120/90 mmHg
Nadi :98 x/menit, reguler, isicukup, simetris
Pernafasan: 20 x/menit, takikardi
Suhu : 36,60C per axiler
Status lokalis
Konjungtivaanemis (+/+)
R. Thoraks
Inspeksi: pengembangan dada kanan=dada kiri
Perkusi :fremitus rabakanan=kiri
Palpasi :sonor/sonor
Auskultasi :suaradasarvesikuler, ronkhibasahkasar (-/-),
wheezing (-/-)
A: TB parukasusbarudan anemia
P: Edukasipadapasienmengenai:
- Edukasipasienrajinkepuskesmasuntukkontrolrutinpengobata
n TB dancekdahakberkala.
- Pemberiam vitamin b6 untukmencegahefeksampingdari
isoniazid
- Pemberiansulfosferosusuntukgejala anemia padapasien
TerapiMedikamentosa
Rifampisin 300 mg
Isoniazid 300 mg
Sulfosferosus 1x200 mg
Piridoksin 1x10 mg
15 Oktober
2015
S: lemas
O: BB: 50 Kg
TB: 160 cm
BMI: 19.5 kg/m2
Kesadaran :Compos mentis (GCS E4V5M6)
Tanda Vital:
Tensi :120/90 mmHg
Nadi :92 x/menit, reguler, isicukup, simetris
Pernafasan:19 x/menit, takikardi
Suhu : 36,70C per axiler
Status Lokalis:
Konjungtivaanemis (+/+)
R. Thoraks
Inspeksi: pengembangan dada kanan=dada kiri
Perkusi :fremitus rabakanan=kiri
Palpasi :sonor/sonor
Auskultasi :suaradasarvesikuler, ronkhibasahkasar (-/-),
wheezing (-/-)
A: TB parukasusbarudan anemia
P: Edukasipadapasienmengenai:
- Menghindarikonsumsitehdan kopi
- Meningkatkankonsumsidagingdan vitamin C
- Edukasipasienuntukrajinkepuskesmasgunakontrolrutinpeng
obatan TB danjadwalcekdahakrutin
TerapiMedikamentosa
Rifampisin 300mg
Isoniazid 300mg
Piridoksin 1x10mg
Sulfosferosus 1x200mg
Desember20
15
S: -
O: BB: 50 Kg
TB: 160 cm
BMI: 19.5 kg/m2
Kesadaran :Compos mentis (GCS E4V5M6)
Tanda Vital:
Tensi :120/80 mmHg
Nadi :90 x/menit, reguler, isicukup, simetris
Pernafasan: 20 x/menit, takikardi
Suhu : 36,50C per axiler
Status lokalis
Konjungtivaanemis (+/+)
R. Thoraks
Inspeksi: pengembangan dada kanan=dada kiri
Perkusi :fremitus rabakanan=kiri
Palpasi :sonor/sonor
Auskultasi :suaradasarvesikuler, ronkhibasahkasar (-/-),
wheezing (-/-)
A: TB parukasusbarudan anemia
P: Edukasipadapasienmengenai:
dukasipadapasienmengenai:
- Menghindarikonsumsitehdan kopi
- Meningkatkankonsumsidagingdan vitamin C
- Edukasipasienuntukrajinkepuskesmasgunakontrolrutinpeng
obatan TB danjadwalcekdahakrutin
TerapiMedikamentosa
Rifampisin 300mg
Isoniazid 300mg
Piridoksin 1x10mg
- Sulfosferosus 1x200mg
Sumber: Data primer, Desember 2015
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri pasien sebagai kepala keluarga (Tn. Suroto, 65 tahun)
dan istri Ny. Sutinem (60) tahun. Kedua orang ini tinggal dalam satu rumah
dan keluarga ini cukup sehat. Pasien memiliki tiga orang anak laki-laki yang
tidak tinggal serumah dengan pasien.
2. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal serumah dengan istri. Hubungan pasien dengan anggota
keluarga cukup harmonis. Penyelesaian masalah keluarga yang ada
didiskusikan bersama dengan istri. Pengambil keputusan utama dalam
keluarga diserahkan pada pasien selaku kepala keluarga. Komunikasi dengan
anak pasien yang tinggal berbeda kota berjalan baik.
3. Fungsi Sosial Budaya
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat melainkan hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Pasien jarang
mengikuti kegitana sosial di lingkungannya. Keluarga ini tidak mempunyai
kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Pekerjaan pasien adalah
sebagai buruh tani. Interaksi antara pasien dengan keluarga lain cukup
harmonis. Sedangkan dalam segi budaya, pasien dan keluarga masih
menjunjung budaya setempat, yaitu Budaya Suku Jawa.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan pasien tidak menentu setiap bulannya karena
tergantung oleh hasil panen. Menurut pasien penghasilan setiap panen
berkisar diantara Rp 250.000 – 300.000 per bulan. Untuk biaya
pengobatan pasien menggunakan Jamkesda Kabupaten Sragen yaitu kartu
Saraswati Melati. Sementara istri pasien bekerja serabutan dengan
penghasilan sekitar Rp 250.000 – 300.000 per bulan. Kadang-kadang anak
pasien y6ang bekerja di luar kota juga mengirimkan uang, namun
jumlahnya tidak tentu.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Keputusan–keputusan penting dalam keluarga dipegang oleh pasien.
Dalam kesehariannya, pasien dan keluarganya tidak ada masalah dalam
berinteraksi dengan masyarakat. Hubungan antar tetangga sekitar terjalin
dengan baik.
Fungsi holistik keluarga : Cukup baik, karena fungsi biologis, psikologis sosial
budaya, penguasaan masalah dan adaptasi baik.
B. FUNGSI FISIOLOGIS
Fungsi fisiologis diketahui dengan menggunakan alat APGAR.
ADAPTATION
Pasien cukup mendapatkan perhatian dari anggota keluarga yang lain.
Penyakit yang diidap pasien mengganggu aktifitas sehari-hari. Pasien dan istrinya
pernah beberapa kali mendapat penyuluhan tentang penyakitnya.
PARTNERSHIP
Pasien sering berkumpul dan bercanda dengan istrinya. Jika sedang tidak
bekerja, pasien dan istri sering berinteraksi dengan tetangga sekitar rumahnya.
Anak pasien yang tinggal di daerah lain sesekali berkunjung ke rumah pasien.
Komunikasi dengan anak pasien yang tinggal di luar kota berjalan baik.
GROWTH
Perkembangan penyakit pasien dirasakan oleh keluarganya membaik
setelah pemberian medikamentosa dari dokter Puskesmas. Pasien sudah menjalani
pengobatan selama tiga bulan dan mendapat semangat untuk terus meminum obat
dari istri yang juga berperan sebagai pengawas minum obat.
AFFECTION
Hubungan kasih sayang antara pasien dengan anggota keluarga yang lain
cukup baik.
RESOLVE
Pasien tampak puas dan gembira dengan kebersamaan dan waktu yang
dihabiskan dengan keluarganya. Sejak sakit pasien mendapat kasih sayang dan
kepedulian dari keluarga.
Tabel 3. APGAR Score keluargaTn. S
Tn. S
APGAR Sering
/selalu
Kadang-
kadang
Jarang/
tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik
Ny. S
APGAR Sering
/selalu
Kadang-
kadang
Jarang/
tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik
Fungsi fisiologis keluarga = (9+9)/2 = 18/2 = 9 (BAIK)
C. FUNGSI PATOLOGIS
Fungsi patologis diketahui dengan menggunakan alat SCREEM.
Tabel 4.Fungsi Patologis KeluargaTn. S
Sumber Patologi Keterangan Patologis
Social Interaksi sosial keluarga pasien baik.
Partisipasi keluarga pasien dalam
masyarakat baik.
-
Cultural Belum mengerti kebudayaan daerah
dengan baik. Namun banyak tradisi
budaya yang masih diikuti. Saat hari
raya, tahun baru, ulang tahun, ada
perayaan khusus meskipun sederhana.
+
Religius Pemahaman agama baik ditandai
dengan penerapan ajaran agama yang
baik, kelurga pasien menjalankan sholat
lima waktu dan berpuasa.
+
Economic Ekonomi keluarga kurang stabil.
Pemasukan relatif kurang untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari
seluruh anggota keluarga. Tidak ada
sisa uang untuk ditabung.
+
Education Pendidikan anggota keluarga tidak
memadai. Tingkat pendidikan dan
pengetahuan pasien dan keluarga masih
rendah. Keinginan untuk memiliki
fasilitas pendidikan seperti buku-buku,
koran rendah.
+
Medical Pasien selalu memeriksakan diri ke
Puskesmas dan menjalani pengobatan
dengan menggunakan kartu Saraswati
Melati sehingga tidak mengeluarkan
uang.
-
Kesimpulan :
Fungsi patologis keluarga : cukup baik, karena fungsi social, cultural, religius,
dan medical baik sementara untuk fungsi economic
dan education kurang.
D. GENOGRAM
Alamat lengkap : RT 005 RW 001 Kebonromo, Sragen
Bentuk Keluarga :Nuclear Family
Laki-laki Perempuan
Pasien Tuberkulosis Paru
Tn. S
Ny.S
Gambar 1. Genogram Keluarga Tn. S
Keterangan:
Sumber : Data Primer, Desember 2015
Kesimpulan :
Tidak terdapat anggota keluarga dalam satu rumah yang memiliki penyakit
yang sama.
E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA
Sumber : Data Primer, Desember 2015
Gambar 2. Pola interaksi keluarga Tn. P
Keterangan:
: Harmonis
: Tidak harmonis
Kesimpulan : Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain harmonis,
hubungan anggota keluarga yang satu dengan yang lain harmonis.
F. FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU KELUARGA
1. Faktor Perilaku Keluarga
Perilaku keluarga ini untuk hidup sehat sudah cukup baik karena jika
ada anggota keluarga sakit segera diperiksakan ke Puskesmas. Keluarga ini
sudah menyadari bahwa sakit dari pasien merupakan suatu penyakit medis dan
bukan karena hal-hal mitos maupun takhayul.
2. Faktor Non Perilaku
Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai. Lantai rumah masih
tanah, dinding dari bata yang tidak dilapisi semen, pencahayaan ruangan
cukup, ventilasi kurang. Sumber air berasal dari sumur, listrik sudah ada,
kamar mandi berjamban. Pembuangan limbah keluarga sudah memenuhi
sanitasi lingkungan. Sampah keluarga dibuang ke kebun dan dibakar.
G.IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
1. Gambaran Lingkungan
a. Indoor
Rumah terdiri dari tiga kamar tidur, semuanya bisa digunakan untuk
tidur. Ruang tamu dan ruang keluarga menyatu. Dapur menyambung
dengan ruang penyimpanan kayu. Lantai rumah masih tanah, ventilasi
rumah kurang, penerangan kurang, dinding dari bata yang tidak dilapisi
semen, atap dari genteng tanpa langit-langit. Kamar mandi milik sendiri
dan tidak bercampur dengan tetangga. Kamar mandi sudah berjamban.
b. Outdoor
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 8 m x 10 m dengan
total luas tanah 100m2 menghadap ke selatan, dalam lingkungan
pemukiman biasa di jalan desa. Pekarangan terdapat pada bagian depan
dan belakang dengan kandang ayam dan tempat berjemur dibagian depan
Kamar mandi dan jamban
Gudang
Kamar TidurKamar Tidur
Kamar Tidur
2. Denah Rumah
Dapur
Ruang TV
Gambar 3. Denah RumahTn S
Kesimpulan : Lingkungan indoor kurang baik, Tempat tinggal kurang
memadai, lingkungan outdoor cukup baik.
Tabel 5. Kesimpulan Fungsi Keluarga Tn S
No. Fungsi Keterangan
1. Holistik Baik,
2. Fisiologis Baik
3. Patologis (+) pada faktor economic
daneducation
4. Genogram Baik
5. Pola interaksi Baik, interaksi antar
anggota keluarga
berlangsung harmonis
6. Perilaku Baik
7 Non Perilaku Kurang Baik
8 Indoor Kurang Baik
9 Outdoor Baik
Sumber: Data Primer, Desember 2015
Secara keseluruhan, fungsi keluarga Tn.S Baik.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF
A. Pembahasan
Tuberkulosis paru adalah penyakit paru yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang jaringan paru-paru manusia.
Bakteri M. tuberculosis ini tidak hanya menyerang paru, tetapi bisa juga
mengenai organ lain seperti otak, ginjal, maupun tulang. Namun, kejadian paling
banyak adalah menyerang paru. Penyakit ini tergolong penyakit menular dan
memiliki proses penyembuhan yang sangat lama.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita TB paru yaitu
gizi kurang, lingkungan rumah kurang yang memadai, gaya hidup yang tidak
sehat, dan lain-lain. Beberapa faktor risiko tersebut terdapat pada Tn. Suroto.
Lingkungan rumah yang kurang memadai di mana lantai masih berupa tanah,
pencahayaan yang kurang, serta beberapa kamar yang terbiarkan tidak terurus
dapat membuat bakteri M. tuberculosis ini bertahan lama di udara, bahkan bisa
mencapai satu bulan. Gaya hidup yang masih kurang sehat dengan memasak
menggunakan kayu bakar pun ikut berperan dalam penyakit TB Paru ini.
Keadaan sosioekonomi dan pengetahuan yang kurang menyebabkan pasien dan
keluarga kurang memerhatikan hal-hal tersebut.
Fungsi holistik dan fungsi fisiologis keluarga Tn. Suroto secara umum
sudah baik. Namun, pada fungsi patologis terdapat permasalahan dalam hal
edukasi yaitu pasien yang mempunyai pendidikan tidak tamat SD dan istri pasien
lulusan SD. Hal ini memengaruhi perilaku keluarga dalam menerapkan gaya
hidup sehat. Dari segi ekonomi keluarga ini tergolong kurang mampu.
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari relatif kurang, sehingga tidak ada sisa uang
untuk ditabung. Keterbatasan dari segi ekonomi tersebut berimbas pada segi
medis. Karena keterbatasan dana tersebut, untuk berobat ke rumah sakit pasien
mendapat bantuan dari jamkesmas.
TB Paru adalah penyakit yang sangat menular, di mana seseorang dapat
menularkan kepada sepuluh sampai lima belas orang dalam tiga tahun. Hal ini
sangat ditakutkan terjadi pada keluarga Tn Suroto. Pengobatan penyakit TB Paru
tidaklah mudah. Pasien harus menjalani pengobatan selama enam bulan berturut-
turut dengan dua bulan pertama pasien mengonsumsi obat setiap hari dan empat
bulan berikutnya dua hari sekali. Hal ini menjadi kendala besar bagi pasien.
Namun, pasien memiliki istri yang mendukung kesembuhan pasien sehingga
selalu mendukung dan mengawasi pasien meminum obatnya.
B. Saran Komprehensif
Saran yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarganya adalah:
Promotif dan preventif
Edukasi kepada keluarga pasien untuk:
1. Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai pencegahan, faktor risiko
penyakit, komplikasi, dan penatalaksanaan TB.
2. Pemeriksaan dahak satu keluarga serumah
3. Menutup mulut ketika batuk atau menggunakan masker.
4. Tidak meludah di sembarang tempat. Ludah bisa dibuang pada pot khusus
kemudian dibakar.
5. Meninggalkan kebiasan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan
memasak menggunakan kayu.
6. Makan makanan bergizi dan olah raga teratur.
7. Membiarkan matahari masuk dengan membuka jendela dan pintu secara
teratur terutama pagi hari.
8. Tetap menjaga kebersihan rumah jika belum mampu memperbaiki keadaan
rumah agar memadai.
9. Memeriksa kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter
Kuratif
1. Non Medikamentosa
a. Makan makanan yang bergizi
b. Olahraga teratur
2. Medikamentosa
OAT dari Puskesmas
a. Rifampisin 1 x 300 mg (3 kali seminggu)
b. Isoniazid 1 x 300 mg (3 kali seminggu)
Rehabilitatif
Bagi penderita TB paru yang tidak memiliki komplikasi, tidak ada
rehabilitasi medis yang perlu dilakukan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Pelaksanaan kunjungan rumah pasien (home visit) di Puskesmas Ngrampal
Kabupaten Sragen pada tanggal 15 Desember 2015 pada pasien rawat jalan
Puskesmas Ngrampal Kabupaten Sragen, dengan kasus TB paru. Dalam
pelaksanaan kunjungan rumah, kami melakukan tanya jawab kepada pasien di
keluarga yang dikunjungi beserta melakukan pengamatan seputar lingkungan
tempat tinggal pasien. Berdasarkan tanya jawab kepada pasien dan pengamatan
seputar lingkungan pasien didapatkan:
1. Tidak diketahui secara pasti sumber penyakit TB paru pasien, karena ada
berbagai faktor yang memungkinkan pasien terkena TB paru, seperti
lingkungan rumah yang kurang ventilasi, penerangan dan lembab,
lingkungan kerja pasien sebagai buruh tani, dan tidak kalah pentingnya
sistim imun tubuh pasien.
2. Pasien tinggal bersama istri dimana fungsi holistik keluarga, fungsi fisiologis
keluarga baik, fungsi patologis keluarga dari segi fungsi social, cultural,
religius, dan medical baik sementara untuk fungsi economic dan education
kurang, genogram baik, pola interaksi baik, dimana interaksi antar anggota
keluarga berlangsung harmonis, perilaku baik, non perilaku kurang baik,
lingkungan rumah indoor kurang baik, lingkungan rumah outdoor baik.
3. Peran istri pasien sebagai pengawas minum obat (PMO) dalam mendukung
kesembuhan pasien baik.
B. Saran
1. Untuk puskesmas:
Perlu meningkatkan program surveillance terhadap kejadian TB paru di
wilayah kerja puskesmas sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
Mengadakan penyuluhan mengenai pencegahan, deteksi dini, dan
pengobatan TB paru di wilayah kerja puskesmas.
2. Untuk pasien
Melakukan pengobatan teratur dan kontrol rutin dalam rangka
mengembalikan fungsi kesehatan.
Menjaga kebersihan baik diri sendiri maupun lingkungan untuk
mendukung kesembuhan pasien dan mencegah terjadinya kejadian serupa di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI, 2009.
Dinkes Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2008.
Semarang: Dinkes, 2009.
Isbaniyah F. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2011.
Suliastomo A. Penerapan pelayanan dokter keluarga, kedokteran okupasi, dan
kedokteran lingkungan masa kini. Kuliah Modul Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: FKUI, 2010.
WHO. Guidance for National Tuberculosis Programme on the Management
of Tuberculosis. WHO, 2010.