laporan fome fix

41
BAB I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Alamat lengkap : Kebonromo 005/001 Ngrampal Sragen Bentuk Keluarga : Nuclear Family Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No Nama Keduduk an L/ P Umur Pendidikan Pekerja an Ket 1. Tn. S Kepala Keluarg a L 65 Tidak tamat SD Buruh tani TB Paru 2. Ny. S anggota (istri) P 61 SD Buruh - 3. Tn. A Anggota (anak) L 35 SMP Buruh Pabrik Tidak tinggal 1 rumah 4. Tn. J Anggota (anak) L 33 SMP Buruh Pabrik Tidak tinggal 1 rumah 5. Tn. D Anggota (anak) L 30 SMA Buruh Banguna n Tidak tinggal 1 rumah (Sumber: Data Primer, Desember 2015). Kesimpulan : Keluarga Tn. S termasuk ke dalam nuclear family.Tn. S berstatus sebagai seorang suami dan kepala keluarga. Tn. S mempunyai 3 orang anak. Ketiga orang anak pasien telah berkeluarga dan mempunyai tempat tinggal yang berbeda dari

Upload: ida-ayu-sinthia-pradnyaswari

Post on 08-Jul-2016

240 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

FOME

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Fome Fix

BAB I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Kebonromo 005/001 Ngrampal Sragen

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket

1. Tn. S Kepala Keluarga L 65 Tidak tamat SD Buruh tani TB Paru

2. Ny. S anggota (istri) P 61 SD Buruh -

3. Tn. A Anggota (anak) L 35 SMP Buruh

Pabrik

Tidak tinggal 1 rumah

4. Tn. J Anggota (anak) L 33 SMP Buruh

Pabrik

Tidak tinggal 1 rumah

5. Tn. D Anggota (anak) L 30 SMA Buruh

Bangunan

Tidak tinggal 1 rumah

(Sumber: Data Primer, Desember 2015).

Kesimpulan : Keluarga Tn. S termasuk ke dalam nuclear family.Tn. S berstatus

sebagai seorang suami dan kepala keluarga. Tn. S mempunyai 3

orang anak. Ketiga orang anak pasien telah berkeluarga dan

mempunyai tempat tinggal yang berbeda dari pasien. Namun,Tn.

S masih rutin dikunjungi dan ditelpon oleh ketiga anaknya.

Page 2: Laporan Fome Fix

BAB II

STATUS PASIEN

A. PENDAHULUAN

Laporan ini dibuat berdasarkan kasus seorang laki-laki 65 tahun dengan

diagnosis Tuberkulosis Paru. Pasien tinggal di wilayah kerja Puskesmas

Ngrampal.

B. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Suroto Winarno (65 tahun)

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Tidak tamat SD

Pekerjaan : Buruh tani

Agama : Islam

Alamat : Kebonromo 005/001 Ngrampal Sragen

Tanggal periksa : 15 Desember 2015

C. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Batuk berdarah

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluh batuk sejak tiga bulan yang lalu. Batuk dirasakan

terus menerus sepanjang hari. Keluhan batuk disertai dengan dahak berwarna

kekuningan dan batuk berdarah positif. Batuk darah yang dikeluarkan ± ¼

gelas belimbing setiap hari. Batuk tidak berkurang dengan meminum obat

batuk yang dibeli di warung dan bertambah parah ketika malam hari.

Selain itu, pasien juga mengeluhkan sesak nafas yang hilang timbul

terutama ketika batuk terus menerus.Sesak nafas berkurang dengan istirahat.

Sehari-hari pasien tidur menggunakan 1 bantal. Pasien mengalami penurunan

nafsu makan dan juga penurunan berat badan. Berat badan pasien turun ± 7

kg dalam waktu 3 bulan. Pasien juga mengeluhkan sering berkeringat saat

malam hari dan demam sumer-sumer. Selain itu, pasien juga mengeluhkan

badan sering terasa lemas dan mudah cepat lelah. Pasien kadang-kadang juga

merasakan sakit kepala. Keluhan dirasakan berkurang dengan istirahat.

Page 3: Laporan Fome Fix

Pasien memeriksakan diri ke posyandu, namun keluhan dirasakan tidak

berkurang. Kemudian pasien memeriksakan diri ke Puskesmas Ngrampal.

Pasien menjalani pemeriksaan dahak 2 kali dan dinyatakan menderita Tb Paru

BTA (+) dan telah menjalani pengobatan rutin selama 3 bulan. Pasien setelah

pengobatan selama 2 bulan melakukan pemeriksaan sputum BTA kembali

dengan hasil negatif. Istri pasien yang tinggal satu rumah juga melakukan

pemeriksaan sputum BTA dengan hasil negatif.

Pasien mengatakan bahwa tetangganya juga ada yang mengalami

keluhan batuk yang lama seperti pasien. Namun, pasien tidak mengetahui

penyakit yang diderita oleh tetangga pasien.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

- R. sakit tekanan darah tinggi : disangkal

- R. sakit gula : disangkal

- R. sakit asma : disangkal

- R. sakit jantung : disangkal

- R. keluhan serupa : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluhan serupa : disangkal

- Riwayat sakit sesak nafas : disangkal

- Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

- Riwayat sakit gula : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan

1. Riwayat minum jamu : disangkal

2. Riwayat minum obat : disangkal

3. Riwayat merokok : (+) sejak ± 30 tahun yang lalu, ½ - 1

bungkus perhari

6. Riwayat Gizi

Pasien makan 2-3 kali sehari. Pasien makan nasi dengan tahu

atau teme ditambah dengan sayuran seperti bayam, daun singkong atau

kangkung. Jarang makan telur, ikan, daging sapi atau ayam. Pasien jarang

makan buah-buahan. Pasien tidak memiliki alergi atau pantangan makanan.

7. Riwayat Sosial Ekonomi

Page 4: Laporan Fome Fix

Pasien bekerja sebagai buruh tani dan tidak setiap hari bekerja. Pasien

memiliki penghasilan tidak menentu ± Rp. 200.000 – Rp. 300. 000 perbulan.

Pasien jarang mengikuti kegiatan-kegiatan sosial di lingkungan RT seperti

pengajian.

Page 5: Laporan Fome Fix

ANAMNESIS SISTEM

1. Keluhan utama : Batuk berdarah

2. Kulit : Kering (-), pucat (-), menebal (-), gatal (-), bercak-bercak

kuning (-), kuning (-)

3. Kepala : Pusing (-), nggliyer (-), kepala terasa berat (-), perasaan

berputar-putar (-), nyeri kepala (-), rambut mudah

rontok (-)

4. Mata : Mata berkunang-kunang (-/-), pandangan kabur(-/-), gatal

(-/-), mata kuning (-/-), mata merah (-/-)

5. Hidung : Tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lendir atau air

berlebihan (-), gatal (-)

6. Telinga : Telinga berdenging (-/-), pendengaran berkurang (-/-),

keluar cairan atau darah (-/-)

7. Mulut : Bibir kering (-), gusi mudah berdarah (-), sariawan (-),

gigi mudah goyah (-)

8. Tenggorokan : Rasa kering dan gatal (-), nyeri untuk menelan (-), sakit

tenggorokan (-), suara serak (-)

9. Sistem respirasi : Sesak nafas (+), batuk (+), dahak (+), darah (+),

nyeri dada (+), mengi (-)

10. Sistem kardiovaskuler: Nyeri dada (-), terasa ada yang menekan (-), sering

pingsan (-), berdebar-debar (-), keringat dingin

(-),bangun malam karena sesak nafas (-)

11. Sistem gastrointestinal: Diare (-), perut mrongkol (-), perut membesar (-), mual

(-), muntah (-), nafsu makan berkurang (+), nyeri ulu

hati (-), BAB seperti petis (-), BAB cair (-), lendir

darah (-), rasa penuh di perut (-), cepat kenyang (-),

sulit BAB (-), nyeri perut setelah makan (-), berat badan

menurun progresif (-)

12. Sistem muskuloskeletal : Lemas (-), leher kaku(-), kaku sendi (-), nyeri sendi

(-), bengkak sendi (-), nyeri otot (-), kaku otot (-),

kejang (-)

13. Sistem genitouterina : BAK 4x/hari@¼ - ½ gelas belimbing, warna kuning

(+),nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-), sering

Page 6: Laporan Fome Fix

buang air kecil (-),BAK berbusa (-), BAK darah (-),

nanah (-), anyang-anyangan (-), sering menahan

kencing (-), rasa pegal di pinggang (-), rasa gatal pada

alat kelamin (-).

14. Ekstremitas :

Atas : Ujung jari keriput (-/-), bengkak (-/-), lemah (-/-), luka

(-/-), kesemutan (-/-), tremor (-/-), ujung jari terasa

dingin (-/-), nyeri (-/-), lebam-lebam kulit (-/-)

Bawah : Ujung jari keriput (-/-), bengkak (-/-), lemah (-/-), luka

(-/-), kesemutan (-/-), tremor (-/-), ujung jari terasa

dingin (-/-), nyeri (-/-), lebam-lebam kulit (-/-)

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 15 Desember 2015:

1. Keadaan Umum

Kesadaran compos mentis, gizi kesan cukup

2. Tanda Vital

Tensi : 120/80mmHg

Nadi : 86 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

Denyut jantung : 86 x/menit, irama reguler

Frekuensi nafas : 20 x/menit, pernafasan torakoabdominal

Suhu : 36.7°C per aksiler

3. Status Gizi

BB = 49 kg

TB = 160 cm

BMI = 19.14 kg/m2 (normal = 18,5-22,5 kg/m2)

Kesan : normoweight

4. Kulit

Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-),petechie (-), ikterik (-)

5. Kepala

Mesocephal, rambut warna hitam, uban (+), mudah rontok (-), luka (-)

6. Wajah

Page 7: Laporan Fome Fix

Simetris, eritema (-)

7. Mata

Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), perdarahan

subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya

(+/+) normal, edema palpebra (-/-), strabismus (-/-).

8. Telinga

Membran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri

tekan tragus (-), gangguan fungsi pendengaran (-).

9. Hidung

Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-),

fungsi pembau baik, foetor ex nasal (-)

10. Mulut

Sianosis (-), papil lidah atrofi (-),gusi berdarah (-), bibir kering (-), stomatitis

(-), pucat (-), lidah tifoid (-), luka pada sudut bibir (-).

11. Leher

JVP tidak meningkat, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-),

pembesaran kelenjar getah bening (-), leher kaku (-), dan distensi vena leher

(-).

12. Thoraks

Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan

thorakoabdominal.

Jantung :

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V 1 cm lateral linea midclavicularis

sinistra, IC cordis tidak kuat angkat, thrill (-)

Perkusi :

kiri atas : SIC II linea sternalis sinistra

kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea midclavicularis sinistra

kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra

kanan bawah : SIC V linea parasternalis dextra

konfigurasi jantung kesan melebar

Auskultasi : HR 86 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,

bising (-), gallop (-)

Pulmo :

Page 8: Laporan Fome Fix

Anterior

Inspeksi :

Statis : normochest, simetris kanan-kiri, retraksi (-),

Dinamis : simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-),

Palpasi :

Statis : simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-), tidak ada yang

tertinggal

Dinamis : pengembangan paru simetris, tidak ada yang tertinggal,

fremitus raba kanan = kiri

Perkusi :

Kanan : sonor hingga SIC III, batas paru – hepar redup.

Kiri : sonor, sesuai batas paru jantung.

Auskultasi :

Kanan : suara dasar vesikuler (↓), suara tambahan wheezing (-),

ronki basah kasar (+) pada apeks, ronki basah halus (-),

krepitasi (-)

Kiri : suara dasar vesikuler (↓), suara tambahan wheezing (-),

ronki basah kasar (+) pada apeks, ronki basah halus (-),

krepitasi (-)

Posterior

Inspeksi

Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak

mendatar

Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak

melebar, retraksi intercostal (-)

Palpasi

Statis : Simetris

Dinamis : Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

Kanan : Sonor.

Kiri : Sonor.

Peranjakan diafragma 5 cm

Auskultasi

Page 9: Laporan Fome Fix

- ---

- ---

- ---

Kanan : Suara dasar vesikuler (+) normal, suara tambahan

wheezing (-), ronkhi basah kasar (+) di apeks,

ronkhi basah halus (-), krepitasi (-)

Kiri : Suara dasar vesikuler (+) normal, suara tambahan

wheezing (-), ronkhi basah kasar (+) di apeks,

ronkhi basah halus (-), krepitasi (-)

13. Punggung

kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-/-)

14. Abdomen

Inspeksi : dinding perut setinggi dinding dada, distended (-)

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : tympani, pekak sisi (-), pekak alih (-)

Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.

15. Genitourinaria

Ulkus (-), secret (-), tanda-tanda radang (-)

16. Ekstremitas:

akral dingin sianosis oedem

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan dahak tiga bulan yang lalu menunjukan BTA (+)

E. RESUME

Pasien mengeluh batuk berdahak disertai darah dimulai sejak tiga bulan

yang lalu. Pasien mengeluh sesak nafas dan nyeri dada disertai penurunan berat

badan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tidak tampak sakit,

compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi baik. Tanda vital: tensi 120/80

mmHg, nadi 86 x/menit (reguler, isi cukup, simetris), pernafasan 20 x/menit,

suhu 36,70C per axiler. Status Gizi, BB : 49 kg, TB : 160 cm, BMI : BB/TB 2 =

49/(1,60)2 = 19,14 kg/m2 , Status gizi : baik. Pada pemeriksaan mata didapatkan

konjungtiva pucat. Pada pemeriksaan paru anterior didapatkan SDV (/), RBK

(+/+). Pemeriksaan paru posterior didapatkan SDV (/), RBK (+/+).

Page 10: Laporan Fome Fix

Pemeriksaan BTA tiga bulan yang lalu (+). Pasien didiagnosis menderita

Tuberculosis paru sejak 3 bulan yang lalu dan mendapat terapi rifampisin dan

isoniazid 1x300 mg 3x seminggu di puskesmas Ngrampal Sragen.

F. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS

1. Diagnosis Holistik

Tn. S yang berusia 65 tahun dalam nuclear family dengan diagnosis

tuberkulosis paru dalam pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

bulan ketiga. Keluarga cukup harmonis dengan kehidupan sosial kurang

aktif sebagai anggota masyarakat. Berinteraksi dengan tetangga dengan

baik namun kurang aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Tn. S tidak

menjabat sebagai pengurus pemerintahan dalam lingkungan tempat

tinggalnya.

2. Diagnosis Biologis

Tuberkulosis paru dalam pengobatan OAT bulan ketiga dan anemia.

3. Diagnosis Psikologis

Hubungan Tn. S dengan istri, anak, menantu, dan cucu-cucunya cukup

harmonis.

4. Diagnosis Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Pasien kurang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, sehari-hari hanya

melakukan aktivitas bertani di sawah dan berkunjung ke rumah tetangga

apabila ada acara tertentu. Dari segi ekonomi, pendapatan pasien masih

cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan pasien menjadi peserta

Saraswati Melati. Sedanagkan dari segi budaya, pasien belum menerapkan

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Hal ini dapat dilihat dari

kebiasaan pasien yang jarang berolahraga serta kondisi rumah pasien yang

kurang ventilasi dan pencahayaan.

G. FLOW SHEET

Nama : Tn. S

Diagnosis : Tuberculosis paru

Tabel Progress Note Kunjungan

Page 11: Laporan Fome Fix

Tabel 2.1 Progress Note Kunjungan Tn. S

Tanggal Catatanterintegrasi

Desember

2015

S: lemas

O: BB: 50 Kg

TB: 160 cm

BMI: 19.5 kg/m2

Kesadaran :Compos mentis (GCS E4V5M6)

Tanda Vital:

Tensi :120/90 mmHg

Nadi :98 x/menit, reguler, isicukup, simetris

Pernafasan: 20 x/menit, takikardi

Suhu : 36,60C per axiler

Status lokalis

Konjungtivaanemis (+/+)

R. Thoraks

Inspeksi: pengembangan dada kanan=dada kiri

Perkusi :fremitus rabakanan=kiri

Palpasi :sonor/sonor

Auskultasi :suaradasarvesikuler, ronkhibasahkasar (-/-),

wheezing (-/-)

A: TB parukasusbarudan anemia

P: Edukasipadapasienmengenai:

- Edukasipasienrajinkepuskesmasuntukkontrolrutinpengobata

n TB dancekdahakberkala.

- Pemberiam vitamin b6 untukmencegahefeksampingdari

isoniazid

- Pemberiansulfosferosusuntukgejala anemia padapasien

TerapiMedikamentosa

Rifampisin 300 mg

Page 12: Laporan Fome Fix

Isoniazid 300 mg

Sulfosferosus 1x200 mg

Piridoksin 1x10 mg

15 Oktober

2015

S: lemas

O: BB: 50 Kg

TB: 160 cm

BMI: 19.5 kg/m2

Kesadaran :Compos mentis (GCS E4V5M6)

Tanda Vital:

Tensi :120/90 mmHg

Nadi :92 x/menit, reguler, isicukup, simetris

Pernafasan:19 x/menit, takikardi

Suhu : 36,70C per axiler

Status Lokalis:

Konjungtivaanemis (+/+)

R. Thoraks

Inspeksi: pengembangan dada kanan=dada kiri

Perkusi :fremitus rabakanan=kiri

Palpasi :sonor/sonor

Auskultasi :suaradasarvesikuler, ronkhibasahkasar (-/-),

wheezing (-/-)

A: TB parukasusbarudan anemia

P: Edukasipadapasienmengenai:

- Menghindarikonsumsitehdan kopi

- Meningkatkankonsumsidagingdan vitamin C

- Edukasipasienuntukrajinkepuskesmasgunakontrolrutinpeng

obatan TB danjadwalcekdahakrutin

TerapiMedikamentosa

Rifampisin 300mg

Page 13: Laporan Fome Fix

Isoniazid 300mg

Piridoksin 1x10mg

Sulfosferosus 1x200mg

Desember20

15

S: -

O: BB: 50 Kg

TB: 160 cm

BMI: 19.5 kg/m2

Kesadaran :Compos mentis (GCS E4V5M6)

Tanda Vital:

Tensi :120/80 mmHg

Nadi :90 x/menit, reguler, isicukup, simetris

Pernafasan: 20 x/menit, takikardi

Suhu : 36,50C per axiler

Status lokalis

Konjungtivaanemis (+/+)

R. Thoraks

Inspeksi: pengembangan dada kanan=dada kiri

Perkusi :fremitus rabakanan=kiri

Palpasi :sonor/sonor

Auskultasi :suaradasarvesikuler, ronkhibasahkasar (-/-),

wheezing (-/-)

A: TB parukasusbarudan anemia

P: Edukasipadapasienmengenai:

dukasipadapasienmengenai:

- Menghindarikonsumsitehdan kopi

- Meningkatkankonsumsidagingdan vitamin C

- Edukasipasienuntukrajinkepuskesmasgunakontrolrutinpeng

obatan TB danjadwalcekdahakrutin

TerapiMedikamentosa

Page 14: Laporan Fome Fix

Rifampisin 300mg

Isoniazid 300mg

Piridoksin 1x10mg

- Sulfosferosus 1x200mg

Sumber: Data primer, Desember 2015

Page 15: Laporan Fome Fix

BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK

1. Fungsi Biologis

Keluarga terdiri pasien sebagai kepala keluarga (Tn. Suroto, 65 tahun)

dan istri Ny. Sutinem (60) tahun. Kedua orang ini tinggal dalam satu rumah

dan keluarga ini cukup sehat. Pasien memiliki tiga orang anak laki-laki yang

tidak tinggal serumah dengan pasien.

2. Fungsi Psikologis

Pasien tinggal serumah dengan istri. Hubungan pasien dengan anggota

keluarga cukup harmonis. Penyelesaian masalah keluarga yang ada

didiskusikan bersama dengan istri. Pengambil keputusan utama dalam

keluarga diserahkan pada pasien selaku kepala keluarga. Komunikasi dengan

anak pasien yang tinggal berbeda kota berjalan baik.

3. Fungsi Sosial Budaya

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam

masyarakat melainkan hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Pasien jarang

mengikuti kegitana sosial di lingkungannya. Keluarga ini tidak mempunyai

kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Pekerjaan pasien adalah

sebagai buruh tani. Interaksi antara pasien dengan keluarga lain cukup

harmonis. Sedangkan dalam segi budaya, pasien dan keluarga masih

menjunjung budaya setempat, yaitu Budaya Suku Jawa.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan pasien tidak menentu setiap bulannya karena

tergantung oleh hasil panen. Menurut pasien penghasilan setiap panen

berkisar diantara Rp 250.000 – 300.000 per bulan. Untuk biaya

pengobatan pasien menggunakan Jamkesda Kabupaten Sragen yaitu kartu

Saraswati Melati. Sementara istri pasien bekerja serabutan dengan

penghasilan sekitar Rp 250.000 – 300.000 per bulan. Kadang-kadang anak

pasien y6ang bekerja di luar kota juga mengirimkan uang, namun

jumlahnya tidak tentu.

Page 16: Laporan Fome Fix

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Keputusan–keputusan penting dalam keluarga dipegang oleh pasien.

Dalam kesehariannya, pasien dan keluarganya tidak ada masalah dalam

berinteraksi dengan masyarakat. Hubungan antar tetangga sekitar terjalin

dengan baik.

Fungsi holistik keluarga : Cukup baik, karena fungsi biologis, psikologis sosial

budaya, penguasaan masalah dan adaptasi baik.

B. FUNGSI FISIOLOGIS

Fungsi fisiologis diketahui dengan menggunakan alat APGAR.

ADAPTATION

Pasien cukup mendapatkan perhatian dari anggota keluarga yang lain.

Penyakit yang diidap pasien mengganggu aktifitas sehari-hari. Pasien dan istrinya

pernah beberapa kali mendapat penyuluhan tentang penyakitnya.

PARTNERSHIP

Pasien sering berkumpul dan bercanda dengan istrinya. Jika sedang tidak

bekerja, pasien dan istri sering berinteraksi dengan tetangga sekitar rumahnya.

Anak pasien yang tinggal di daerah lain sesekali berkunjung ke rumah pasien.

Komunikasi dengan anak pasien yang tinggal di luar kota berjalan baik.

GROWTH

Perkembangan penyakit pasien dirasakan oleh keluarganya membaik

setelah pemberian medikamentosa dari dokter Puskesmas. Pasien sudah menjalani

pengobatan selama tiga bulan dan mendapat semangat untuk terus meminum obat

dari istri yang juga berperan sebagai pengawas minum obat.

AFFECTION

Hubungan kasih sayang antara pasien dengan anggota keluarga yang lain

cukup baik.

RESOLVE

Pasien tampak puas dan gembira dengan kebersamaan dan waktu yang

dihabiskan dengan keluarganya. Sejak sakit pasien mendapat kasih sayang dan

kepedulian dari keluarga.

Page 17: Laporan Fome Fix

Tabel 3. APGAR Score keluargaTn. S

Tn. S

APGAR Sering

/selalu

Kadang-

kadang

Jarang/

tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Ny. S

APGAR Sering

/selalu

Kadang-

kadang

Jarang/

tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah dengan

saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

Page 18: Laporan Fome Fix

A Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Fungsi fisiologis keluarga = (9+9)/2 = 18/2 = 9 (BAIK)

C. FUNGSI PATOLOGIS

Fungsi patologis diketahui dengan menggunakan alat SCREEM.

Tabel 4.Fungsi Patologis KeluargaTn. S

Sumber Patologi Keterangan Patologis

Social Interaksi sosial keluarga pasien baik.

Partisipasi keluarga pasien dalam

masyarakat baik.

-

Cultural Belum mengerti kebudayaan daerah

dengan baik. Namun banyak tradisi

budaya yang masih diikuti. Saat hari

raya, tahun baru, ulang tahun, ada

perayaan khusus meskipun sederhana.

+

Religius Pemahaman agama baik ditandai

dengan penerapan ajaran agama yang

baik, kelurga pasien menjalankan sholat

lima waktu dan berpuasa.

+

Economic Ekonomi keluarga kurang stabil.

Pemasukan relatif kurang untuk

mencukupi kebutuhan sehari-hari

seluruh anggota keluarga. Tidak ada

sisa uang untuk ditabung.

+

Page 19: Laporan Fome Fix

Education Pendidikan anggota keluarga tidak

memadai. Tingkat pendidikan dan

pengetahuan pasien dan keluarga masih

rendah. Keinginan untuk memiliki

fasilitas pendidikan seperti buku-buku,

koran rendah.

+

Medical Pasien selalu memeriksakan diri ke

Puskesmas dan menjalani pengobatan

dengan menggunakan kartu Saraswati

Melati sehingga tidak mengeluarkan

uang.

-

Kesimpulan :

Fungsi patologis keluarga : cukup baik, karena fungsi social, cultural, religius,

dan medical baik sementara untuk fungsi economic

dan education kurang.

D. GENOGRAM

Alamat lengkap : RT 005 RW 001 Kebonromo, Sragen

Bentuk Keluarga :Nuclear Family

Page 20: Laporan Fome Fix

Laki-laki Perempuan

Pasien Tuberkulosis Paru

Tn. S

Ny.S

Gambar 1. Genogram Keluarga Tn. S

Keterangan:

Sumber : Data Primer, Desember 2015

Kesimpulan :

Tidak terdapat anggota keluarga dalam satu rumah yang memiliki penyakit

yang sama.

E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

Sumber : Data Primer, Desember 2015

Gambar 2. Pola interaksi keluarga Tn. P

Keterangan:

: Harmonis

: Tidak harmonis

Kesimpulan : Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain harmonis,

hubungan anggota keluarga yang satu dengan yang lain harmonis.

Page 21: Laporan Fome Fix

F. FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU KELUARGA

1. Faktor Perilaku Keluarga

Perilaku keluarga ini untuk hidup sehat sudah cukup baik karena jika

ada anggota keluarga sakit segera diperiksakan ke Puskesmas. Keluarga ini

sudah menyadari bahwa sakit dari pasien merupakan suatu penyakit medis dan

bukan karena hal-hal mitos maupun takhayul.

2. Faktor Non Perilaku

Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai. Lantai rumah masih

tanah, dinding dari bata yang tidak dilapisi semen, pencahayaan ruangan

cukup, ventilasi kurang. Sumber air berasal dari sumur, listrik sudah ada,

kamar mandi berjamban. Pembuangan limbah keluarga sudah memenuhi

sanitasi lingkungan. Sampah keluarga dibuang ke kebun dan dibakar.

G.IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH

1. Gambaran Lingkungan

a. Indoor

Rumah terdiri dari tiga kamar tidur, semuanya bisa digunakan untuk

tidur. Ruang tamu dan ruang keluarga menyatu. Dapur menyambung

dengan ruang penyimpanan kayu. Lantai rumah masih tanah, ventilasi

rumah kurang, penerangan kurang, dinding dari bata yang tidak dilapisi

semen, atap dari genteng tanpa langit-langit. Kamar mandi milik sendiri

dan tidak bercampur dengan tetangga. Kamar mandi sudah berjamban.

b. Outdoor

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 8 m x 10 m dengan

total luas tanah 100m2 menghadap ke selatan, dalam lingkungan

pemukiman biasa di jalan desa. Pekarangan terdapat pada bagian depan

dan belakang dengan kandang ayam dan tempat berjemur dibagian depan

Page 22: Laporan Fome Fix

Kamar mandi dan jamban

Gudang

Kamar TidurKamar Tidur

Kamar Tidur

2. Denah Rumah

Dapur

Ruang TV

Gambar 3. Denah RumahTn S

Kesimpulan : Lingkungan indoor kurang baik, Tempat tinggal kurang

memadai, lingkungan outdoor cukup baik.

Page 23: Laporan Fome Fix

Tabel 5. Kesimpulan Fungsi Keluarga Tn S

No. Fungsi Keterangan

1. Holistik Baik,

2. Fisiologis Baik

3. Patologis (+) pada faktor economic

daneducation

4. Genogram Baik

5. Pola interaksi Baik, interaksi antar

anggota keluarga

berlangsung harmonis

6. Perilaku Baik

7 Non Perilaku Kurang Baik

8 Indoor Kurang Baik

9 Outdoor Baik

Sumber: Data Primer, Desember 2015

Secara keseluruhan, fungsi keluarga Tn.S Baik.

Page 24: Laporan Fome Fix

BAB IV

PEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

A. Pembahasan

Tuberkulosis paru adalah penyakit paru yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis yang menyerang jaringan paru-paru manusia.

Bakteri M. tuberculosis ini tidak hanya menyerang paru, tetapi bisa juga

mengenai organ lain seperti otak, ginjal, maupun tulang. Namun, kejadian paling

banyak adalah menyerang paru. Penyakit ini tergolong penyakit menular dan

memiliki proses penyembuhan yang sangat lama.

Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita TB paru yaitu

gizi kurang, lingkungan rumah kurang yang memadai, gaya hidup yang tidak

sehat, dan lain-lain. Beberapa faktor risiko tersebut terdapat pada Tn. Suroto.

Lingkungan rumah yang kurang memadai di mana lantai masih berupa tanah,

pencahayaan yang kurang, serta beberapa kamar yang terbiarkan tidak terurus

dapat membuat bakteri M. tuberculosis ini bertahan lama di udara, bahkan bisa

mencapai satu bulan. Gaya hidup yang masih kurang sehat dengan memasak

menggunakan kayu bakar pun ikut berperan dalam penyakit TB Paru ini.

Keadaan sosioekonomi dan pengetahuan yang kurang menyebabkan pasien dan

keluarga kurang memerhatikan hal-hal tersebut.

Fungsi holistik dan fungsi fisiologis keluarga Tn. Suroto secara umum

sudah baik. Namun, pada fungsi patologis terdapat permasalahan dalam hal

edukasi yaitu pasien yang mempunyai pendidikan tidak tamat SD dan istri pasien

lulusan SD. Hal ini memengaruhi perilaku keluarga dalam menerapkan gaya

hidup sehat. Dari segi ekonomi keluarga ini tergolong kurang mampu.

Pemenuhan kebutuhan sehari-hari relatif kurang, sehingga tidak ada sisa uang

untuk ditabung. Keterbatasan dari segi ekonomi tersebut berimbas pada segi

medis. Karena keterbatasan dana tersebut, untuk berobat ke rumah sakit pasien

mendapat bantuan dari jamkesmas.

TB Paru adalah penyakit yang sangat menular, di mana seseorang dapat

menularkan kepada sepuluh sampai lima belas orang dalam tiga tahun. Hal ini

sangat ditakutkan terjadi pada keluarga Tn Suroto. Pengobatan penyakit TB Paru

tidaklah mudah. Pasien harus menjalani pengobatan selama enam bulan berturut-

turut dengan dua bulan pertama pasien mengonsumsi obat setiap hari dan empat

Page 25: Laporan Fome Fix

bulan berikutnya dua hari sekali. Hal ini menjadi kendala besar bagi pasien.

Namun, pasien memiliki istri yang mendukung kesembuhan pasien sehingga

selalu mendukung dan mengawasi pasien meminum obatnya.

B. Saran Komprehensif

Saran yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarganya adalah:

Promotif dan preventif

Edukasi kepada keluarga pasien untuk:

1. Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai pencegahan, faktor risiko

penyakit, komplikasi, dan penatalaksanaan TB.

2. Pemeriksaan dahak satu keluarga serumah

3. Menutup mulut ketika batuk atau menggunakan masker.

4. Tidak meludah di sembarang tempat. Ludah bisa dibuang pada pot khusus

kemudian dibakar.

5. Meninggalkan kebiasan gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan

memasak menggunakan kayu.

6. Makan makanan bergizi dan olah raga teratur.

7. Membiarkan matahari masuk dengan membuka jendela dan pintu secara

teratur terutama pagi hari.

8. Tetap menjaga kebersihan rumah jika belum mampu memperbaiki keadaan

rumah agar memadai.

9. Memeriksa kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter

Kuratif

1. Non Medikamentosa

a. Makan makanan yang bergizi

b. Olahraga teratur

2. Medikamentosa

OAT dari Puskesmas

a. Rifampisin 1 x 300 mg (3 kali seminggu)

b. Isoniazid 1 x 300 mg (3 kali seminggu)

Rehabilitatif

Bagi penderita TB paru yang tidak memiliki komplikasi, tidak ada

rehabilitasi medis yang perlu dilakukan.

Page 26: Laporan Fome Fix

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Pelaksanaan kunjungan rumah pasien (home visit) di Puskesmas Ngrampal

Kabupaten Sragen pada tanggal 15 Desember 2015 pada pasien rawat jalan

Puskesmas Ngrampal Kabupaten Sragen, dengan kasus TB paru. Dalam

pelaksanaan kunjungan rumah, kami melakukan tanya jawab kepada pasien di

keluarga yang dikunjungi beserta melakukan pengamatan seputar lingkungan

tempat tinggal pasien. Berdasarkan tanya jawab kepada pasien dan pengamatan

seputar lingkungan pasien didapatkan:

1. Tidak diketahui secara pasti sumber penyakit TB paru pasien, karena ada

berbagai faktor yang memungkinkan pasien terkena TB paru, seperti

lingkungan rumah yang kurang ventilasi, penerangan dan lembab,

lingkungan kerja pasien sebagai buruh tani, dan tidak kalah pentingnya

sistim imun tubuh pasien.

2. Pasien tinggal bersama istri dimana fungsi holistik keluarga, fungsi fisiologis

keluarga baik, fungsi patologis keluarga dari segi fungsi social, cultural,

religius, dan medical baik sementara untuk fungsi economic dan education

kurang, genogram baik, pola interaksi baik, dimana interaksi antar anggota

keluarga berlangsung harmonis, perilaku baik, non perilaku kurang baik,

lingkungan rumah indoor kurang baik, lingkungan rumah outdoor baik.

3. Peran istri pasien sebagai pengawas minum obat (PMO) dalam mendukung

kesembuhan pasien baik.

B. Saran

1. Untuk puskesmas:

Perlu meningkatkan program surveillance terhadap kejadian TB paru di

wilayah kerja puskesmas sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

Mengadakan penyuluhan mengenai pencegahan, deteksi dini, dan

pengobatan TB paru di wilayah kerja puskesmas.

Page 27: Laporan Fome Fix

2. Untuk pasien

Melakukan pengobatan teratur dan kontrol rutin dalam rangka

mengembalikan fungsi kesehatan.

Menjaga kebersihan baik diri sendiri maupun lingkungan untuk

mendukung kesembuhan pasien dan mencegah terjadinya kejadian serupa di

kemudian hari.

Page 28: Laporan Fome Fix

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan

RI, 2009.

Dinkes Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2008.

Semarang: Dinkes, 2009.

Isbaniyah F. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di

Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2011.

Suliastomo A. Penerapan pelayanan dokter keluarga, kedokteran okupasi, dan

kedokteran lingkungan masa kini. Kuliah Modul Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: FKUI, 2010.

WHO. Guidance for National Tuberculosis Programme on the Management

of Tuberculosis. WHO, 2010.