bells palsy

28
BAB I PENDAHULUAN Bell’s Palsy (BP) adalah suatu kelumpuhan akut nervus fasialis perifer yang tidak diketahui penyababnya. Sir Charles Bell (1821) adalah orang pertama yang meneliti beberapa penderita dengan wajah asimetrik, sejak itu semua kelumpuhan n. fasialis perifer yang tidak diketahui sebabnya disebut Bell’s palsy. Pengamatan klinik, pemeriksaan neurologi, laboratorium dan patologi anatomi menunjukkan BP bukan penyakit tersendiri tetapi berhubungan erat dengan banyak faktor dan sering merupakan gejala penyakit lain. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa, jarang pada anak di bawah umur 2 tahun. Biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca dingin. Diagnosis BP dapat ditegakkan dengan adanya kelumpuhan n. fasialis perifer diikuti pemeriksaan untuk menyingkirkan penyebab lain kelumpuhan n. fasialis perifer. Biasanya penderita BP mengetahui kelumpuhan n. fasialis dari teman atau keluarga atau pada saat bercermin atau sikat gigi/berkumur. Pada saat penderita menyadari bahwa ia mengalami kelumpuhan pada wajahnya, maka ia mulai merasa takut, malu, rendah diri, mengganggu kosmetik dan kadangkala jiwanya tertekan terutama pada wanita dan pada penderita yang mempunyai profesi yang mengharuskan ia untuk tampil di muka umum. Rehabilitasi Medik pada penderita BP diperlukan dengan tujuan membantu

Upload: injilita-nansi

Post on 13-Sep-2015

23 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Bells Palsy

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Bells Palsy (BP) adalah suatu kelumpuhan akut nervus fasialis perifer yang tidak diketahui penyababnya. Sir Charles Bell (1821) adalah orang pertama yang meneliti beberapa penderita dengan wajah asimetrik, sejak itu semua kelumpuhan n. fasialis perifer yang tidak diketahui sebabnya disebut Bells palsy. Pengamatan klinik, pemeriksaan neurologi, laboratorium dan patologi anatomi menunjukkan BP bukan penyakit tersendiri tetapi berhubungan erat dengan banyak faktor dan sering merupakan gejala penyakit lain. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada usia dewasa, jarang pada anak di bawah umur 2 tahun. Biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas yang erat hubungannya dengan cuaca dingin. Diagnosis BP dapat ditegakkan dengan adanya kelumpuhan n. fasialis perifer diikuti pemeriksaan untuk menyingkirkan penyebab lain kelumpuhan n. fasialis perifer.Biasanya penderita BP mengetahui kelumpuhan n. fasialis dari teman atau keluarga atau pada saat bercermin atau sikat gigi/berkumur. Pada saat penderita menyadari bahwa ia mengalami kelumpuhan pada wajahnya, maka ia mulai merasa takut, malu, rendah diri, mengganggu kosmetik dan kadangkala jiwanya tertekan terutama pada wanita dan pada penderita yang mempunyai profesi yang mengharuskan ia untuk tampil di muka umum. Rehabilitasi Medik pada penderita BP diperlukan dengan tujuan membantu memperlancar vaskularisasi, pemulihan kekuatan otot-otot fasialis dan mengembalikan fungsi yang terganggu akibat kelemahan otot-otot fasialis sehingga penderita dapat kembali melakukan aktivitas kerja sehari-hari dan bersosialisasi dengan masyarakat.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Bells Palsy (BP) adalah kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-supuratif, non-neoplastik, non-degeneratif primer maupun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.

EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat ditemukan 23 penderita BP pada 100.000 penduduk per tahun. Di Indonesia, insiden BP secara pasti sulit ditentukan. Data yang dikumpulkan dari 4 buah Rumah Sakit di Indonesia didapatkan frekuensi BP sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21-30 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Tidak didapati perbedaan insiden antara iklim panas maupun dingin, tetapi pada beberapa penderita didapatkan adanya riwayat terpapar udara dingin atau angin berlebihan.

ANATOMI NERVUS FASIALIS DAN KINESIOLOGI OTOT FASIALIS

Nervus fasialis sebenarnya adalah saraf motorik, tetapi dalam perjalanannya ke tepi, nervus intermedius bergabung. Nervus intermedius itu tersusun oleh serabut sekretomotorik untuk glandula salivatorius dan serabut sensorik khusus yang menghantarkan impuls pengecapan dari 2/3 bagian depan lidah ke nukleus traktus solitarius. Kelompok dorsal inti n. fasialis mensarafi otot-otot frontalis, zigomatikus, belahan atas orbikularis okuli dan bagian atas otot wajah. Inti ini mempunyai inervasi kortikal secara bilateral. Kelompok ventral inti n. fasialis mensarafi otot-otot belahan bawah oribularis okuli, otot wajah bagian bawah dan platisma. Inti ini mempunyai hubungan hanya dengan korteks motorik sisi kontralateral.

Akar n. fasialis menuju ke dorsomedial kemudian melingkari inti nervus abdusen dan setelah itu berbelok ke ventrolateral kembali untuk meninggalkan permukaan lateral pons. Disitu dia berdampingan dengan nervus intermedius dan nervus oktavus dan akan memasuki meatus akustikus internus untuk melanjutkan perjalanannya di liang os petrosum yang dikenal sebagai akuaduktus follopi atau kanalis fasialis. Sekeluarnya dari situ nervus fasialis merupakan berkas saraf yang mengandung serabut somatomotorik, viseromotorik dan sensorik khusus. Kedua serabut tambahan itu diperoleh dari ganglion genikuli. Cabang pertama yang dikeluarkan oleh nervus fasialis setibanya di kavum timpani adalah nervus stapedus. Cabang kedua adalah korda timpani, sebalum berkas induk membelok ke belakang untuk memasuki os mastoideum, korda timpani memisahkan dirinya untuk menuju ke depan dan fosa pterigoidea dia bergabung dengan nervus lingualis. Induk berkas yang terdiri dari serabut somamotorik dan visero-(sekreto)-motorik akan ke os mastoideum kemudian keluar dari tengkorak melalui foramen stilomastoideum. Dari situ dia berjalan ke depan untuk bercabang-cabang. Sebelum melintasi glandula parotis nervus fasialis memberikan cabang untuk otot-otot telinga dan cabang untuk otot stilohioid dan venter posterior digastrikus.

Nervus fasialis melintasi jaringan glandula parotis bercabang-cabang lagi untuk mensarafi seluruh otot wajah. Otot frontalis/occipitofrontalis yang berfungsi mengangkat alis, mengerutkan dahi, otot corrugators supercilli berfungsi menggerakan kedua alis mata ke medial bawah sehingga terbentuk kerutan vertical diantara keedua alis, otot proserus berfungsi mengangkat tapi lateral cuping hidung sehingga terbentuk kerutan diagonal sepanjang pangkal hidung, otot nasalis berfungsi melebarkan mata, otot orbicularis berfungsi mulut besiul/mencucu/mengecup, otot levator labii superior yang berfungsi untuk mengangkat bibir atas dan melabarkan lubang hidung, otot levator anguli oris berfungsi mengangkat sudut mulut, otot zigomatikus berfungsi meniup dengan kedua pipi dirapatkan, otot levator mentalis berfungsi mengangkat dan menjulurkan bibir bawah, otot depressor anguli oris dan platsyma menarik sudut mulut ke bawah dengan kuat akan tampak kontraksi otot platysma di daerah leher.ETIOLOGI

Banyak kontroversi mengenai etiologi dari Bells palsy, tetapi ada 4 teori yang dihubungkan dengan etiologi Bells palsy yaitu:

Teori Iskemik vaskuler

Nervus fasialis dapat menjadi lumpuh secara tidak langsung karena gangguan regulasi sirkulasi darah di kanalis fasialis.

Teori Infeksi virus

Virus yang dianggap paling banyak bertanggungjawab adalah Herpes Simplex Virus (HSV), yang terjadi karena proses reaktivasi dari HSV (khususnya tipe 1). Teori herediter

Bells palsy terjadi mungkin karena kanalis fasialis yang sempit pada keturunan atau keluarga tersebut, sehingga menyebabkan predisposisi untuk terjadinya paresis fasialis.

Teori imunologi

Dikatakan bahwa Bells palsy terjadi akibat reaksi imunologi terhadap infeksi virus yang timbul sebelumnya atau sebalum pemberian imunisasi.PATOFISIOLOGI

Adapun sebagai etiologi Bells palsy, proses akhir yang dianggap bertanggung jawab atas gejala klinik Bells palsy adalah proses yang selanjutnya menyebabkan kompresi nervus fasialis. Gangguan atau kerusakan pertama adalah endotelium dari kapiler menjadi edema dan permeabilitasi kapiler meningkat, sehingga dapat terjadi kebocoran kapiler kemudian terjadi edema pada jaringan sekitarnya dan akan terjadi gangguan aliran darah sehingga terjadi hipoksia dan asidosis yang mengakibatkan kematian sel. Kerusakan sel ini mengakibatkan hadirnya enzim proteolitik, terbentuknya peptide-peptida toksik dan pengaktifan klinik dan kallikrein sebagai hancurnya nukleus dan lisosom. Jika dibiarkan dapat terjadi kerusakan jaringan yang permanen.

GAMBARAN KLINIS

Biasanya timbul secara mendadak, penderita menyadari adanya kelumpuhan pada salah satu sisi wajahnya pada waktu bangun pagi, bercermin atau saat sikat gigi/berkumur atau diberitahukan oleh orang lain/keluarga bahwa salah satu sidutnya lebih randah. Bells palsy hampir selalu unilateral. Gambaran klinis dapat berupa hilangnya semua gerakan volunter pada kelumpuhan total. Pada sisi wajah yang terkena, ekspresi akan menghilang sehingga lipatan nasolabialis akan menghilang. Bila penderita disuruh untuk memejamkan matanya mata kelopak mata pada sisi yang lumpuh akan tetap terbuka (disebut lagoftalmus) dan bola mata berputar ke atas. Keadaan ini dikenal dengan tanda dari Bells (lagolftalmus disertai dorsorotasi bola mata). Karena kedipan mata berkurang maka akan terjadi iritasi oleh debu dan angin, sehingga menimbulkan epifora. Dalam mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh tidak mengembung. Disamping itu makanan cenderung terkumpil diantara pipi dan gusi yang lumpuh. Selain kelumpuhan seluruh otot wajah sesisi, tidak didapati gangguan lain yang mengiringnya, bila paresisnya benar-benar bersifat Bells palsy.DIAGNOSIS

Diagnose ditegakkan berdasarkan anamnesa serta beberapa pemeriksaan fisik, dalam hal ini yaitu pemeriksaan neurologis.

Anamnesis:

Rasa nyeri

Gangguan atau kehilangan pengecapan.

Riwatyat pekerjaan dan adakah aktivitas yang dilakukan pada malam hari di ruangan terbuka atau di luar ruangan. Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita seperti infeksi saluran pernafasan, otitis, herpes, dan lain-lain.

Pemeriksaan:

Pemeriksaan neurologis ditemukan parese N.VII tipe perifer.

Gerakan volunteer yang diperiksa, dianjurkan minimal:

1. Mengerutkan dahi

2. Memejamkan mata

3. Mengembangkan cuping hidung

4. Tersenyum

5. Bersiul

6. Mengencangkan kedua bibir

Di instalasi rehabilitasi Medik RSU Prof.dr.R.D.Kandou memakai SKALA UGO FISCH untuk mengevaluasi kemajuan motorik penderita Bells palsy.

SKALA UGO FISCHDinilai kondisi simetris atau asimetris antara sisi sehat dan sisi sakit pada 5 posisi:PosisiNilaiPersentase (%)

0, 30, 70, 100Skor

Istirahat20

Mengerutkan dahi10

Menutup mata30

Tersenyum30

Bersiul10

Total

Penilaian presentase:

0% : asimetris komplit, tidak ada gerakan volunter

30% : simetri, poor/jelek, kesembuhan yang ada lebih dekat ke asimetris komplit daripada simetris normal.

70% : simetris, fair/cukup, kesmbuhan parsial yang cenderung kea rah normal.

100% : simetris, normal komplit.

Diagnosa Klinis : Ditegakkan dengan adanya paresis N.VII perifer dan bukan sentral. Umumnya unilateral.

Diagnosa Topis :

Letak LesiKelainan

MotorikGangguan

PengecapanGangguan

PendengaranHiposekresi

SalivaHiposekresi

Lakrimalis

Pons-meatus

Akustikus

Internus+++

Tuli/hiperakusis++

Pons-meatus

Akustikus

Internus+++

Hiperakusis++

Ganglion

Genikulatum-

N.Stapedius+++

Hiperakusis+-

N.Stapedius-Chorda

Tympani++++-

Chorda Tympani++-+-

Infra chordaTympani-

Sekitar foramen stilomastoideus+----

Diagnosa etiologi: Sampai saat ini etiologi Bells palsy yang jelas tidak diketahui.DIAGNOSA BANDING1. Otitis Media Supurativa dan Mastoiditis

2. Herpes Zoster Oticus

3. Trauma kapitis

4. Sindroma Guillain-Barre

5. Miastenia Gravis

6. Tumor Intrakranialis

7. LeukemiaPROGNOSIS

Sembuh spontan pada 75-90% dalam beberapa minggu atau dalam 1-2 bulan. Kira-kira 10-15% sisanya akan memberikan gambaran kerusakan yang permanen.KOMPLIKASI

Crocodile tear phenomenonYaitu keluarnya air mata pada saat penderita makan makanan. Ini timbul beberapa bulan setelah terjadi paresis dan terjadinya akibat dari regenerasi yang salah dari serabut otonom yang seharusnya ke kelenjar saliva tetapi menuju ke kelenjar lakrimalis. Lokasi lesi di sekitar kelenjar ganglion genikulatum.

Synknesis

Dalam hal ini otot-otot tidak dapat digerakan satu per satu atau tersendiri, selalu timbul gerakan (involunter) elevasi sudut mulut, kontraksi platisma, atau berkerutnya dahi. Penyebabnya adalah innervasi yang salah, serabut saraf yang mengalami regenerasi bersambung dengan serabut-serabut otot yang salah.

Hemifacial spasmeTimbul kedutan pada wajah (otot wajah bergerak secara spontan dan tidak terkendali) dan juga spasme otot wajah, biasanya ringan. Pada stadium awal hanya mengenai satu sisi wajah saja, tetapi kemudian dapat mengenai pada sisi lainnya. Kelelahan dan kelainan psikis dapat memperberat spasme ini. Komplikasi ini terjadi bila penyembuhan tidak sempurna, yang tmbul dalam beberapa bulan atau 1-2 tahun kemudian.

Kontraktur

Hal ini dapat terlihat dari tertariknya otot, sehingga lipatan nsolabialis lebih jelas terlihat pada sisi lumpuh disbanding pada sisi yang sehat. Terjadi bila kembalinya fungsi sangat lambat. Kontraktur tidak tampak pada waktu otot wajah istirahat, tetapi menjadi jelas saat otot wajah bergerak.TERAPI

a) Terapi medikamentosa : Golongan kortikosteroid sampai sekarang masih kontroversi juga

dalam diberikan neurotropik.b) Terapi operatif : Tindakan bedah dekompresi masih kontroversi.

c) Rehabilitasi Medik

REHABILITASI MEDIK PADA PENDERITA BELLS PALSY

Sebelum kita membahas mengenai rahabilitasi medik pada Bells plasy maka akan dibicarakan mengenai rehabilitasi secara umum. Rehabilitasi medic menurut WHO adalah semua tindakan yang ditunjukan guna mengurangi dampak cacat handicap serta meningkatkan kemampuan penyandang cacat mengenai intergritas social.

Tujuan rehabilitasi medik adalah:

1. Meniadakan keadaan cacat bila mungkin

2. Mengurangi keadaan cacat sebanyak mungkin3. Melatih orang dengan sisa keadaan cacat badan untuk dapat hidup dan bekerja dengan apa yang tertinggal.Untuk mencapai keberhasilan dalam tujuan rehabilitasi yang efektif dan efisien maka diperlukan tim rehabilitasi medic yang terdiri dari dokter, fisioterapi, okupasi terapis, ortotis prostetis, ahli wicara, psikolog, petugas social medic pada Bells palsy adalah untuk mengurangi/mencegah paresis menjadi bertambah dan membantu mengatasi problem social serta psikologinya agar penderita tetap dapat melaksanakan aktivitas kegiatan sehari-hari. Program-program yang diberikan adalah program fisioterapi, okupasi, social medik, psikolog dan ortotik prostetik, sedang program perawatan pesawat rehabilitasi dan terapi wicara tidak banyak berperan.Program Fisioterapi

1. Pemanasan

1. Pemanasan superficial denagn infra red.2. Pemanasan dalam berupa Shortwave Diathermy atau Microwave Diathermy

2. Stimulasi listrik

Tujuan pemberian stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot untuk mencegah/memperlambat terjadi atrofi sambil menunggu proses regenerasi dan memperkuat otot yang masih lemah. Misalnya denagn faradisasi yang tujuannya adalah untuk menstimulasi otot, redukasi dari aksi otot, melatih fungsi otot baru, meningkatkan sirkulasi serta mencegah/meregangkan perlengketan. Diberikan 2 minggu setelah onset.3. Latihan otot-otot wajah dan massage wajah

Latihan gerak volunter diberikan setelah fase akut, latihan berupa mengangkat alis tahan 5 detik, mengerutkan dahi, menutup mata dan mengangkat sudut mulut, tersenyum, bersiul/meniup (dilakukan didepan kaca dengan konsentrasi penuh).

Massage adalah manipulasi sitemik dan ilmiah dari jaringan tubuh dengan maksud untuk perbaikan/pemulihan. Pada fase akut, Bells palsy diberi gentle massage secara perlahan dan berirama. Gentle massage memberikan efek mengurangi edema, memberikan relaksasi otot dan mempertahankan tonus otot. Setelah lewat fase akut diberi Deep Kneading Massage sebelum latihan gerakan volunteer otot wajah. Deep Kneading Massage memberikan efek mekanik terhadap pembuluh darah vena dan limfe, melancarkan pembuangan sisa metabolic, asam laktat, mengurangi edema, meningkatkan nutrisi serabut-serabut otot dan meningkatkan gerakan intramuskuler sehingga melepaskan perlengketan. Massage daerah wajah dibagi 4 area yaitu dagu, mulut, hidung dan dahi. Semua gerakan diarahkan keatas, lamanya 5-10 menit.

Program Terapi Okupasi

Pada dasarnya terapi disini memberikan latihan gerakan pada oto wajah. Latihan diberikan dalam bentuk aktivitas sehari-hari atau dalam bentuk permainan. Perlu diingat bahwa latihan sevara bertahap dan melihat kondisi penderita, jangan sampai melelahkan penderita. Latihan dapat berupa latihan berkumur, latihan minum dengan menggunakan sedotan, latihan meniup lilin, latihan menutup mata dan mengerutkan dahi di depan cermin.

Program Sosial Medik

Penderita Bells palsy sering merasa malu dan menarik dir dari pergaulan social. Problem soaial biasanya berhubungan dengan tempat kerja dan biaya. Petugas social medic dapat membantu mengatasi dengan menghubungi tempat kerja, mungkin untuk sementara waktu bekerja pada bangian yang tidak banyak berhubungan dengan umum. Untuk masalah biaya, dibantu dengan mencairkan fasilitas kesehatn di tempat kerja atau melalui keluarga. Selain itu memberikan penyuluhan bahwa kerja sama penderita dengan petugas yang merawat sangat penting untuk kesembuhan penderita.

Program Psikologik

Untuk kasus-kasus tertentu dimana ada gangguan psikis amat menonjol, rasa cemas sering menyertai penderita terutama pada penderita muda wanita atau penderita yang mempunyai profesi yang mengharuskan ia sering tampil di depan umum, maka bantuan seorang psikolog sangat diperlukan.Program Ortotik Prostetik

Dapat dilakukan pemasangan Y plester dengan tujuan agar sudut mulut yang sakit tidak jatuh. Dianjurkan agar plester diganti tiap 8 jam. Perlu diperhatikan reaksi intoleransi kulit yang sering terjadi. Pemasangan Y plester dilakukan jika dalam waktu 3 bulan belum ada perubahan Zygomaticus selama parase dan mencegah terjadinya kontaktur.

HOME PROGRAM1. Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20 menit

2. Massage wajah yang sakit kea rah atas dengan menggunakn tangan dari sisi wajah yang sehat

3. Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah disisi yang sakit, minum dengan sedotan, mengunyah permen karet

4. Perawatan mata:

a) Beri obat tetes mata (golongan artifal tears) 3x sehari

b) Memakai kacamata gelap sewaktu berpergian siang hari

c) Biasakan menutup kelopak mata secara pasif sebelum tidur

Berikut ini adalah kasus seorang pasien perempuan, 45 tahun, yang datang berobat di poliklinik Rehabilitasi Medik BLU RSUP Prof.dr.R.D. Kandou tanggal 22 Mei 2012 dengan mulut mencong ke kiri.

BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama

: Ny. D. T

Umur

: 45 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Tompaso

Pekerjaan

: PNS (Guru)

Agama

: Kristen Protestan

Tanggal Pemeriksaan: 22 Mei 2012

ANAMNESIS

Keluhan Utama: Mulut mencong ke kiri

Riwayat Penyakit Sekarang

Penderita dating dengan keluhan mulut mencong ke kiri. Mulut mencong dialami penderita sejak berumur 8 tahun. Saat itu penderita pergi ke acara pernikahan, kemudian sore hari penderita tidur di lantai. Di pagi hari saat bangun pagi , mulut penderita mencong ke kiri, mata kanan tidak menutup sempurna sehingga terasa perih dan berair jika makan makanan pedas, pipi terasa kencang. Sisi wajah sebelah kanan terasa tebal dan kaku. Makan baik, bila minum air sering keluar dari sisi mulut sebelah kanan. Sebelumnya penderita sempat berobat ke dukun tetapi tidak sembuh. Sampai saat ini penderita sudah terbiasa dengan keadaan wajah seperti ini.

Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi + ( sudah lama, terkontrol dengan minum obat antihipertensi amlodipin

ISK + ( sejak 3 bulan yang lalu

Asam Urat + ( sejak 1 tahun yang lalu

Post Op. Mioma uteri ( 1 bulan yang lalu Kolesterol, sakit jantung, sakit ginjal, DM ( disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Hanya penderita yang sakit seperti ini.Riwayat Kebiasaan

Sehari-hari penderita ke sekolah dengan menggunakan angkutan umum.

Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita tinggal di Tompaso, tapi ada keluarga di Manado, tinggal sendiri. Jaminan Askes.

PEMERIKSAAN FISIK

Status GeneralisKeadaan umum: BaikKesadaran

: Compos mentis

GCS

: E4V5M6Tanda vital

: T 130/90 mmHg; N 64x/m; R 20x/m; S 36.3CKepala

: Konjungta anemis -/-, sclera ikterik -/-Leher

: Trakea di tengah, pembesaran kelenjar (-)

Thorax

: Cor/Pulmo dbn, Rhonki -/-, Wheezing -/-Abdomen

: Datar, Lemas BU (+) normalEkstremitas

: Akral hangatStatus Neurologis: Dalam batas normalStatus Otonom

: BAB/BAK normalSKALA UGO FISCH

POSISINILAIPERSENTASE (%)

0,30,70,100SKOR

Istirahat20306

Mengerutkan Dahi10303

Menutup Mata3010030

Tersenyum30309

Bersiul10303

TOTAL51

Lagoftalmus

: (+)MMT Otot Wajah:

SKOR

DS

M. Frontalis13

M. Corrgurator supercilii13

M. Proserus13

M. Nasalis13

M. Businator13

M. Orbicularis oculi23

M. Zygomaticus mayor13

M. Orbicularis oris13

Seorang perempuan 45 tahun, datang ke Bagian Rehabilitasi Medik dengan keluhan utama mulut mencong ke kiri. Mata kanan tidak menutup sempurna sehingga terasa perih dan berair jika makan makanan pedas, pipi terasa kencang. Sisi wajah sebelah kanan terasa tebal dan kaku. Bila minum, air sering keluar dari sisi mulut sebelah kanan. Riwayat penyakit dahulu, hipertensi sudah lama tapi terkontrol dengan obat antihipertensi amlodipin, ISK sejak 3 bulan yang lalu, asam urat sejak 1 tahun yang lalu, post operasi mioma uteri 1 bulan yang lalu. Riwayat kebiasaan sehari-hari, penderita ke sekolah dengan menggunakan angkutan umum. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, GCS E4V5M6, tanda vital T 130/90 mmHg, N 64x/m, R 20x/m, S 36,3C. Pemeriksaan Nn. Cranialis: Parese N. VII dekstra tipe perifer. Motorik: gerakan ekstremitas normal, Skala UGO FISCH skor 51, lagoftalmus (+). MMT otot wajah frontalis skor 1, Corrgurator supercilii skor 1, Proserus skor 1, Nasalis skor 1, Businator skor 1, Orbicularis oculi skor 2, Zygomaticus mayor skor 1, Orbicularis oris skor 1.DIAGNOSISDiagnosa klinis: Bells Palsy Dekstra

Diagnosa topis

: Sekitar foramen stilomastoideusDiagnosa etiologi: IdiopatikFungsional

: Penurunan kemampuan fungsional dalam melakukan aktivitas sehari-hari (makan/mengunyah, minum/berkumur, tersenyum)PROBLEM REHABILITASI MEDIK

Kelumpuhan otot wajah

Sudut mulut jatuh ke kanan. Kelopak mata kanan tidak bisa menutup rapat dengan baik. Gangguan pada otot-otot wajah

Pada saat minum/berkumur, air keluar menetes dari sudut mulut kanan. Sulit untuk tersenyum. Gangguan psikologis, penderita kadang merasa malu dengan keadaan ini.PROGRAM REHABILITASI MEDIK

1. Fisioterapi

Evaluasi:

Angkat alis (-/+), mata kanan tidak bisa menutup rapat dengan baik. Sudut mulut jatuh ke kanan.

Program:

Faradisasi wajah sebelah kanan. Infra red pada wajah sebelah kanan selama 10 menit. Deep Kneading Massage wajah sebelah kanan lamanya 5-10 menit. Latihan gerak volunteer wajah sisi kanan di depan cermin dengan gerakan mengerutkan dahi, menutup mata, tersenyum, bersiul/meniup, mengangkat sudut mulut.

2. Okupasi TerapiEvaluasi:

Mata kanan tidak bisa menutup rapat. Sudut mulut jatuh ke kanan. Pada saat minum/berkumur, air keluar menetes dari sudut kanan mulut.

Program:

Latihan penguat otot wajah dengan memberikan latihan menutup mata, mengerutkan dahi, meniup lilin, tersenyum, meringis.

Latihan meningkatkan aktivitas kerja sehari-hari dengan berkumur, latihan makan dengan mengunyah di sisi kiri, minum dengan sedotan.

3. Psikologi

Evaluasi: Penderita kadang merasa cemas dan malu. Keinginan penderita untuk sembuh sangat besar. Penderita menjalankan aturan rehabilitas medic.

Program:

Memberikan dorongan mental supaya penderita tidak merasa cemas dan malu dengan penyakitnya. Memberikan dorongan mental agar penderita rajin menjalankan program rehabilitasi dan melakukan home program yang diberikan agar penyakitnya cepat sembuh.4. Sosial Medik

Evaluasi:

Penderita adalah seorang guru SMP yang kadang merasa malu saat beraktivitas diluar rumah.

Biaya pengobatan ditanggung oleh Askes. Penderita tinggal seorang diri.

Program:

Dapat kesekolah dan tidak merasa malu saat mengajar.5. Ortotik Prostetik

Evaluasi:

Wajah tidak simetris. Kelopak mata kanan tidak bisa menutup rapat. Sudut mulut jatuh disebelah kanan.

Program:

Menggunakan Y plester selama parese. Diganti setiap 8 jam.

Perlu diperhatikan reaksi intoleransi kulit.

Home Program:

1. Perawatan mata:

Memakai kacamata hitam saat bepergian siang hari. Artificial tears. Sebelum tidur, kelopak mata ditutup secara pasif.2. Kompres dengan air hangat pada sisi wajah sebelah kanan selama 5-10 menit.3. Massage wajah sebelah kanan ke arah atas dengan menggunakan tangan dari sebelah kanan.

4. Latihan meniup lilin dengan jarak semakin dijauhkan, makan dengan mengunyah di sisi kiri, minum dengan sedotan dan mengunyah permen karet.