skenario d blok 16 tahun 2012

50
Skenario D Blok 16 tahun 2012/2013 Ny. AA, 30 tahun, ibu rumah tangga, masuk ke Klinik Jiwa dengan keluhan sering timbul cemas di tempat terbuka yang ramai, takut keluar rumah dan pergi sendirian, juga sangat takut naik kendaraan, sehingga merasa lebih senang di rumah saja, khususnya sejak setahun terakhir. Ny. AA juga sering membayangkan akan menjadi tak berdaya di tempat ramai dan takut akan pingsan tanpa ada yang menolong. Rasa cemas ini timbul dalam segala situasi, tak terbatas hanya pada situasi tertentu saja. Selain itu Ny. AA tampak sering sedih dan kadang menangis tanpa sebab sejak sebulan terakhir ini. Keluarganya menyatakan bahwa mulai terdapat perubahan perilaku sejak 2 tahun yang lalu, ditandai dengan berangsur-angsur lebih sering berada di rumah. Kepribadian premorbid mengarah ke ciri/gambaran mudah cemas/menghindar. Menurut keluarga ada stressor yang memicu perubahan perilaku ini yaitu setelah mendengar kabar tetangganya ada yang kena jambret. Informasi tambahan Terdapat riwayat perkawinan yang baik, tak ada riwayat skizofrenia atau gangguan afektif dalam keluarga dan taraf kecerdasan normal. GAF scale sekitar 90-81 saat pemeriksaan . Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan. 1

Upload: ariyanisukmaputri

Post on 09-Aug-2015

130 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

Skenario D Blok 16 tahun 2012/2013

Ny. AA, 30 tahun, ibu rumah tangga, masuk ke Klinik Jiwa dengan

keluhan sering timbul cemas di tempat terbuka yang ramai, takut keluar rumah

dan pergi sendirian, juga sangat takut naik kendaraan, sehingga merasa lebih

senang di rumah saja, khususnya sejak setahun terakhir. Ny. AA juga sering

membayangkan akan menjadi tak berdaya di tempat ramai dan takut akan pingsan

tanpa ada yang menolong. Rasa cemas ini timbul dalam segala situasi, tak terbatas

hanya pada situasi tertentu saja. Selain itu Ny. AA tampak sering sedih dan

kadang menangis tanpa sebab sejak sebulan terakhir ini. Keluarganya menyatakan

bahwa mulai terdapat perubahan perilaku sejak 2 tahun yang lalu, ditandai dengan

berangsur-angsur lebih sering berada di rumah. Kepribadian premorbid mengarah

ke ciri/gambaran mudah cemas/menghindar. Menurut keluarga ada stressor yang

memicu perubahan perilaku ini yaitu setelah mendengar kabar tetangganya ada

yang kena jambret.

Informasi tambahan

Terdapat riwayat perkawinan yang baik, tak ada riwayat skizofrenia atau

gangguan afektif dalam keluarga dan taraf kecerdasan normal. GAF scale sekitar

90-81 saat pemeriksaan .

Pemeriksaan fisik tidak ada kelainan.

Kesimpulan pemeriksaan Pskiatrik

Ditemukan adanya gejala cemas yang menonjol, discriminative insight

belum terganggu, hemmung, dan afek cenderung kea rah hypotimia, dengan

demikian konklusinya adalah RTA masih baik.

I. Klarifikasi Istilah

1. Cemas :

perasaan prihatin, tidak pasti dan ketakutan tanpa stimulus yang

jelas, di kaitka dengan perubahan fisiologis

1

Page 2: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

2. Pribadi premorbid :

Kepribadian sebelum berkembangnya suatu penyakit

3. Stressor :

Factor yang dapat menyebabkan stress

4. Schizophrenia :

Sekelompok gangguan yang ditandai oleh kekacauan dalam bentuk

isis pikiran.

5. GAF scale :

Skala numeric dari 0-100, penilaian subjektif fungsi social

pekerjaan dan psikologi

6. Discriminative insight :

Pendapat tentang dirinya sendiri apakah dia sakit atau tidak

7. Hemmung :

Proses berfikir yang terhambat

8. RTA (Reality Testing Ability)

Kemampuan untuk menilai realita yang terdiri dari 3 aspek; alam

pikiran, alam perasaan dan perbuatan

9. Hypotimia :

Penurunan emosional secara abnormal

II. Identifikasi Masalah

1. Ny. AA, 30 tahun, ibu rumah tangga, masuk ke Klinik Jiwa dengan

keluhan sering timbul cemas di tempat terbuka yang ramai, takut

keluar rumah dan pergi sendirian, juga sangat takut naik

kendaraan, sehingga merasa lebih senang di rumah saja, khususnya

sejak setahun terakhir.

2. Ny. AA juga sering membayangkan akan menjadi tak berdaya di

tempat ramai dan takut akan pingsan tanpa ada yang menolong.

Rasa cemas ini timbul dalam segala situasi, tak terbatas hanya pada

situasi tertentu saja.

2

Page 3: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

3. Sejak sebulan terakhir Ny. AA tampak sering sedih dan kadang

menangis tanpa sebab.

4. Pendapat keluarga :

- Terdapat perubahan perilaku sejak 2 tahun yang lalu, ditandai

dengan berangsur-angsur lebih sering berada di rumah.

- Menurut keluarga ada stressor yang memicu perubahan

perilaku ini yaitu setelah mendengar kabar tetangganya ada

yang kena jambret.

- Kepribadian premorbid mengarah ke cirri/gambaran mudah

cemas/menghindar.

5. Informasi tambahan : GAF scale sekitar 90-81 saat pemeriksaan

6. Kesimpulan pemeriksaan Pskiatrik :

Ditemukan adanya gejala cemas yang menonjol, discriminative

insight belum terganggu, hemmung, dan afek cenderung kea rah

hypotimia, dengan demikian konklusinya adalah RTA masih baik

III. Analisis Masalah

1. Apa makna klinis dari :

- sering timbul cemas di tempat terbuka yang ramai

- takut keluar rumah dan pergi sendirian

- sangat takut naik kendaraan

- merasa lebih senang di rumah saja dll ?

Jawaban :

Gejala pada pasien Makna klinis Kemungkinan

penyakit

Timbul cemas di

tempat terbuka yang

ramai

anxietas Agorafobia

Takut keluar rumah anxietas Agorafobia

Takut pergi sendiri

dan takut naik

anxietas Agorafobia

3

Page 4: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

kendaraan

Lebih senang di rumah

saja

Isolasi diri Agorafobia

Membayangkan tak

berdaya di tempat

ramai dan takut akan

pingsan tanpa ada

yang menolong

Anxietas,

ketakutan akan

ketidakberdayaan

Agorafobia

Cemas disemua situasi anxietas Agorafobia

Sering sedih dan

menangis tanpa sebab

Depresi,

hypotimia

Agorafobia (pada

kasus), dapat pula

ditemukan pada

pasien schizofrenia

dan pasien dengan

gangguan mood

Lebih senag berada di

rumah

Anxietas, isolasi

diri

Agorafobia

2. Apa saja penyebab seseorang dapat cemas berlebihan ?

Jawaban :

Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang :

- Usia usia yang lebih muda lebih rentan mengalami

kecemasan

- Jenis Kelamin Perempuan lebih cenderung mengalami

kecemasan disbanding laki-laki kaeana lebih sensitive terhadap

permasalahn.

- Tingkat Pendidikan Pendidikan yang rendah lebih mudah

mengalami kecemasan daripada status pendidikan yang lebih

tinggi.

- Status Ekonomi status ekonomi yang rendah lebih mudah

mengalami kecemasan

4

Page 5: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

- Status kesehatan (fisik) pada tubuh yang tidak sehat

( berbagai kondisi patologis seperti myocard infak, sirosis

hepatis, ulkus peptikum,dll) menimbulkan kecemasan pada

penderita

(jiwa) seperti pada neurosis,

- Pengalaman Semakin banyak pengalaman semakin mudah

ia beradaptasi terhadap kondisi yang bisa menimbulkan

kecemasan. Pengalaman ini bisa didapat dari pengalaman

pribadi, keluarga maupun lingkungan sekitar ( misalnya

mendengarkan cerita dari tetangga ttg kejadian yang

dialaminya)

- Respon kemampuan seseorang dalm menelaah rangsangan

- Pengetahuan umum seseorang

- Gangguan Neurotransmitter norephineprin, GABA

- Penyalahgunaan narkotika

3. Apa saja tipe gangguan anxietas ?

Jawaban :

1. Panic Disorder, yang umumnya diawali dengan serangan

panik berulang yang ditandai dengan adanya gejala fisiologis,

seperti pusing, detak jantung yang cepat, gemetar, perasaan

tercekik dan ketakutan ‘menjadi gila’ atau ‘mau mati’.

2. Generalized Anxiety Disorder dikarateristikan dengan

kekhawatiran yang tidak dapat dikuasai dan menetap, biasanya

terhadap hal-hal yang sepele/tidak utama.

3. Phobia yaitu perasan takut dan menghindar terhadap objek

atau situasi yang realitanya atau kenyataannya tidak berbahaya.

4. Obssessive-compulsive disorder ditandai dengan adanya ide-

ide dalam pikiran yang muncul secara berulang-ulang dan

tidak terkendali, serta menimbulkan perilaku yang berulang

atau adanya tindakan mental.

5

Page 6: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

5. Posttraumatic stress disorder merupakan akibat dari

pengalaman traumatik dari suatu kejadian disertai gejala

peningkatan arousal dan dorongan kuat untuk menghindari

stimulus yang berhubungan dengan trauma tersebut.

6. ` Acute stress disorder, gejalanya sama dengan posttraumatic

stress disorder yang terjadi secara langsung dan bertahan

selama 4 minggu atau kurang.

4. Mengapa ny. AA sering tampak sedih dan menagis tanpa sebab

sejak sebulan terakhir ?

Jawaban :

Pada kasus agoraphobia biasanya terjadi gangguan

asosiatif / limbic system (merupakan pusat emosi) yang

menyebabkan keadaan depresif, sehingga pasien sering tampak

sedih dan menangis tanpa sebab

Bisa juga terjadi gangguan neurotransmitter, peningkatan

sejumlah neurotransmitter dapat membuat euphoria, sedangkan

penurunannya akan membuat depresi.

5. Apa saja ciri kepribadian premorbid ?

Jawaban :

Premorbid untuk agoraphobia : orangnya memiliki rasa cemas yang

berlebihan dibanding biasanya

6. Mengapa rasa cemas yang dialami ny. AA semakin berat 2 tahun

terakhir ?

Jawaban :

Adanya kegagalan ego defense mechanism, seharusnya kecemasan

dapat teratasi apalagi dengan stressor yang di ketahui sehingga

membuat penderita tidak mampu menyesuaikan diri, serta tidak

6

Page 7: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

hanya mengalami cemas saja. Jika kondisi ini terus terjadi dapat

meluas menjadi takut, tidak berdaya bahkan depresi.

7. Apa intepretasi dari GAF scale ?

Jawaban :

Berdasarkan PPDGJ-III

GAF Scale 90-81:

Tidak ada atau ada gejala minimal (contohnya anxietas ringan

sebelum ujian), berfungsi baik di semua area, tertarik dan terlibat

dalam berbagai aktivitas, efektif secara sosial, secara umum puas

dengan kehidupannya, hanya memiliki keprihatinan atau masalah

sehari-hari (contohnya kadang-kadang berdebat dengan anggota

keluarga)

8. Apa intepretasi dari pemeriksaan pskiatrik ?

Jawaban :

Gejala cemas yang menonjol anxietas

discriminative insight belum terganggu

hemmung adanya hambatan dalam proses berfikir (berhenti

sejenak), inisiasi pergerakan, dan ide idenya menurun

afek cenderung ke arah hypotimia penurunan mood (murung

depresi) pasien cemas terus sehingga emosinya turun

Dengan demikian konklusinya adalah RTA masih baik

9. Apa diagnosis banding kasus ini ?

Jawaban :

Agorafobia Fobia sosial

Sering timbul cemas di

tempat terbuka yang ramai

√ √

Takut keluar rumah √ √

Takut Pergi sendirian √ -

7

Page 8: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

Takut naik kendaraan √ -

Merasa lebih senang di

rumah saja

√ √

Takut tak berdaya di tempat

ramai

√ -

Takut akan pingsan tanpa

ada yang menolong

√ -

Sering sedih dan kadang

menangis tanpa sebab

√ -

Onset Wanita dewasa

muda

Remaja, Laki-

laki=wanita

10. Apa pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk kasus ini ?

Jawaban :

Pada kasus agoraphobia, tes penunjang seperti laboratorium

dan imaging kurang begitu bermafaat karena tidak membantu

menegakkan diagnosis, meskipun pada pemeriksaan seperti fMRI,

SPECT, dan EEG ditemukan kelainan pada korteks frontal pasien,

namun hal tersebut tidak dapat digunakan sebagai panduan

diagnosis. Hal ini menandakan tidak diperlukan pemeriksaan

penunjang untuk menegakkan diagnosis. Diagnosis hanya dilihat

dari gejala klinis yang ada.

11. Bagaimana cara mendiagnosis kasus ini dan apa diagnosis

kerjanya?

Jawaban :

Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Agorafobia

Catatan: Agorafobia bukanlah gangguan yang dapat diberi kode.

8

Page 9: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

Buatlah kode gangguan spesifik saat terjadinya agoraphobia (cth:

gangguan panic dengan agoraphobia atau agoraphobia tanpa

riwayat gangguan panik)

A. Anxietas saat berada di tempat atau situasi yang jalan

keluarnya sulit (atau memalukan) atau tidak ada

pertolongan saat mengalami serangan panic dengan

predisposisi situsional atau tidak terduga atau gejala mirip

panic. Rasa takut agorafobik secara khas melibatkan

kelompok khas situasi yang mencakup berada jauh dari

rumah sendirian; berada di keramaian atau mengantri;

berada di jembatan; dan berjalan-jalan dengan bus, kereta

atau mobil.

Catatan: Pertimbangkan diagnosis fobia spesifik jika

penghindaran terbatas pada satu atau hanya sedikit situasi

spesifik, atau fobia sosial jika penghindaran terbatas pada

situasi sosial.

B. Situasi tersebut dihindari (cth. Bepergian sangat terbatas)

atau dijalani dengan penderitaan yang jelas atau dengan

anxietas akan mengalami serangan panic atau gejala mirip

panic, atau membutuhkan adanya teman.

C. Ansietas atau penghindaran fobik tidak disebabkan

gangguan jiwa lain, seperti fobia sosial (cth. penghindaran

terbatas pada lingkungan sosial karena rasa takut malu),

fobia spesifik (cth. penghindaran terbatas pada satu situasi

seperti pada lift). Gangguan obsesif kompulsif (cth.

Penghindaran kotoran oleh seseorang dengan obsesi tentang

kontaminasi), gangguan stress pasca trauma (cth.

penghindaran stimulus terkait stressor hebat), atau

gangguan anxietas perpisahan (cth. menghindari

meninggalkan rumah atau kerabat).

Dari American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical

9

Page 10: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

Manual of Mental Disorder. 4th ed. Text rev Washington, DC:

American Psychiatric Association; copyright 2000, dengan izin.

Diagnosis Multiaxial:

Axis 1: F. 40.0 Agorafobia

Axis 2: F.60.6 Gangguan kepribadian cemas (menghindar)

Axis 3: -

Axis 4: Masalah psikososial dan lingkungan lain

Axis 5: GAF Scale 90-81

12. Apa etiologi dan factor resiko dari kasus ini ?

Jawaban :

Etiologi :

Etiologi agorafobia belum diketahui secara pasti tapi pathogenesis

fobia berhubungan dengan faktor biologis, genetik, dan psikososial.

1. Faktor Biologi

Sistem neurotransmiter utama yang terlibat adalah

neuroepinefrin, serotonin, dan gamma-aminobutyric acid

(GABA). Keseluruhan data biologis telah menyebabkan suatu

perhatian kepada batang otak (khususnya neuron noradrenergik

di lokus sereleus dan neuron seretonergik di nucleus raphe

medialis), system limbic (kemungkinan bertanggung jawab

untuk terjadinya kecemasan yang terjadi lebih dahulu

(anticipatory anxiety) dan korteks prafrontalis (kemungkinan

bertanggung jawab untuk terjadinya penghindaran fobik).

2. Faktor genetic

Agorafobia diperkirakan dipicu oleh gangguan panik. Data

penelitian menyimpulkan bahwa gangguan ini memiliki

komponen genetik yang jelas, juga menyatakan bahwa

gangguan panik dengan agorafobia adalah bentuk parah dari

gangguan panik dan lebih mungkin diturunkan. Beberapa

10

Page 11: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

penelitian menemukan bahwa adanya peningkatan resiko

gangguan panik empat hingga delapan kali lipat pada sanak

keluarga derajat pertama pasien dengan gangguan psikiatrik

lainnya.1

3. Faktor Psikososial

Fobia menggambarkan interaksi antara diatesis genetika-

konstitusional dan stressor lingkungan. Penelitian

menyimpulkan bahwa anak-anak tertentu yang ada predisposisi

konstitusional terhadap fobia memiliki temperamen inhibisi

perilaku terhadap yang tak dikenal dengan stres lingkungan

yang kronis akan mencetuskan timbulnya fobia, misalnya

perpisahan dengan orang tua, kekerasan dalam rumah tangga

dapat mengaktivasi diathesis laten pada anak-anak yang

kemudian akan menjadi gejala yang nyata.1

Keberhasilan farmakoterapi dalam mengobati fobia sosial dan

penelitian yang lain yang menunjukkan adanya disfungsi

dopaminergik pada fobia sosial mendukung adanya faktor

biologis. Agorafobia diperkirakan dipicu oleh gangguan panik.

Data penelitian menyimpulkan bahwa gangguan panik memiliki

komponen genetik yang jelas, juga menyatakan bahwa

gangguan panik dengan agorafobia adalah bentuk parah dari

gangguan panik dan lebih mungkin menurun melalui genetik.2

Faktor risiko yang mempengaruhi:

1. Usia

2. Status kesehatan jiwa dan fisik

3. Nilai-nilai budaya dan spiritual

4. Pendidikan

5. Mekanisme defense

6. Dukungan sosial

7. Tahap perkembangan

11

Page 12: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

8. Pengalaman masa lalu

9. Pengetahuan

13. Bagaimana epidemiologinya ?

Jawaban :

Perempuan lebih muda terkena 2 hingga 3 kali daripada laki-

laki.

Ada sedikit perbedaan antara Hispanik, orang kulit putih dan

orang kulit hitam.

Faktor social yang diidentifikasi turut berperan dalam

timbulnya gangguan panic adalah riwayat perceraian atau

perpisahan baru terjadi.

Gangguan panic dan agorafobia dapat timbul pada usia

berapapun.

Prevalensi seumur hidup agoraphobia dilaporkan berkisar

antara 0,6 persen sampai setinggi 6 persen.

14. Apa saja manifestasi klinis dari kasus ini ?

Jawaban :

Pasien dengan agorafobia menghindari situasi di saat sulit

mendapat bantuan. Lebih suka ditemani kawan atau anggota

keluarga di tempat tertentu, seperti jalan yang ramai, toko yang

padat, ruang tertutup (seperti terowongan, jembatan, lift),

kendaraan tertutup (seperti kereta bawah tanah, bus, dan pesawat

terbang). Mereka menghendaki ditemani setiap kali harus keluar

rumah. Perilaku tersebut sering menyebabkan konflik perkawinan

dan keliru didiagnosis sebagai masalah primer. Pada keadaan parah

mereka menolak keluar rumah dan mungkin ketakutan akan

menjadi gila.

15. Bagaimana tatalaksana kasus ini ?

12

Page 13: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

Jawaban :

Medikamentosa

Pilihan obat tang dapat digunakan

o Benzodiazepine transquilizer

o MAO inhibitor

o Tricyclic antidepresant

o Selective serotonin reuptake inhibitor (SRRI)

Drug Class

Usual

starting

dosage

for

panic

disorde

r

Typical

therapeuti

c daily

dose

range

Maximum

recommende

d daily dose

Citalopram

(Celexa)‡

SSRI 10 mg

once

daily

20 to 40

mg

60 mg

Fluvoxamine

(Luvox)

SSRI 25 mg

once

daily

100 to 200

mg

300 mg

Fluoxetine

(Prozac)‡

SSRI 10 mg

once

daily

20 to 60

mg

80 mg

Paroxetine

(Paxil)‡§

SSRI 10 mg

once

daily

20 to 40

mg

60 mg

Sertraline

(Zoloft)‡§

SSRI 25 mg

once

daily

100 to 200

mg

200 mg

Imipramine

(Tofranil)

TCA 10 to

25 mg

100 to 200 300 mg

13

Page 14: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

Drug Class

Usual

starting

dosage

for

panic

disorde

r

Typical

therapeuti

c daily

dose

range

Maximum

recommende

d daily dose

once

daily

mg

Clomipramin

e (Anafranil)

TCA 25 mg

once

daily

100 to 250

mg

250 mg

Alprazolam

(Xanax)§

Benzodiazepin

e

0.25

mg

three

times

daily

2 to 9 mg 10 mg

Clonazepam

(Klonopin)§

Benzodiazepin

e

0.25 to

0.5 mg

once

daily or

twice

daily

1 to 4 mg 20 mg

Venlafaxine

(Effexor)

Serotonin-

norepinephrine

reuptake

inhibitor

37.5

mg

once

daily

150 to 225

mg

225 mg

Nefazodone

(Serzone)

Serotonin

agonist/

antagonist

100 mg

twice

daily

300 to 600

mg

600 mg

Mirtazapine Adrenergic 7.5 mg 15 to 30 45 mg

14

Page 15: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

Drug Class

Usual

starting

dosage

for

panic

disorde

r

Typical

therapeuti

c daily

dose

range

Maximum

recommende

d daily dose

(Remeron) and

serotonergic

antagonist

once

daily

mg

Phenelzine

(Nardil)

MAOI 15 mg

twice

daily

45 to 90

mg

90 mg

Pilihan obat untuk kasus Ny. AA sebaiknya diberikan

SRRI. SRRI merupakan lini pertama terapi untuk agoraphobia.

SRRI memberikan efek samping obat yang lebih kecil/ sedikit

dibandingkan yang lain. Pada pemberian obat ini sebaiknya

dimulai dari dosis kecil (starting dosage) yang secara perlahan

dinaikkan hingga mencapai dosis optimal terapi. Biasanya

peningkatan dosis dilakukan selama 7 hari. Begitu pula pada saat

obat akan dihentikan perlu tappering off kira-kira selama 3-4

minggu.

Psikoterapi

Beberapa jenis psikoterapi atau konseling dapat membantu

agoraphobia. Salah satu terapi yang umum yang digunakan adalah

terapi perilaku kognitif.

15

Page 16: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

Terapi perilaku kognitif memiliki dua bagian. Bagian

kognitif melibatkan belajar lebih banyak tentang agoraphobia dan

serangan panik dan bagaimana mengontrol mereka. Anda

mempelajari apa faktor dapat memicu serangan panik atau panik

seperti gejala dan apa yang membuat mereka lebih buruk. Anda

juga belajar bagaimana untuk mengatasi gejala-gejala, seperti

menggunakan pernapasan dan teknik relaksasi.

- Terapi alternatif lainnya, seperti:

Hipnoterapi, Music therapy, Yoga, Pendidikan religious.

16. Bagaimana prognosis kasus ini ?

Jawaban :

Quo ad vitam : bonam

Quo ad fungsionam : dubia et bonam

17. Apa komplikasi kasus ini ?

Jawaban :

Jika tidak diobati, agoraphobia sangat dapat mengurangi kualitas

hidup seseorang. Sebagai contoh:

- Kegiatan di luar rumah seperti bekerja, sekolah, bersosialisasi,

hobi, dan berbagai bentuk latihan berada di luar jangkauan.

- Kesulitan keuangan, isolasi, kesepian dan kebosanan dapat

menyebabkan perasaan menderita yang lebih besar dan

meningkatkan risiko depresi.

- depresi dan kecemasan dan ketakutan lainnya.

- penyalahgunaan obat-obatan, alcohol yang dapat menyebabkan

atau memberikan kontribusi terhadap masalah kesehatan lebih

lanjut.

18. Bagaimana tindakan preventif dari kasus ini ?

16

Page 17: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

Jawaban :

Tindakan pencegahan ini hanya untuk menjauhkan diri dari stres

dan kecemasan.

Mempertahankan gaya hidup sehat adalah awal yang baik.

Jaga pola makan, makan jenis makanan yang tepat,

Lakukan olahraga secara teratur,

Menjaga diri dengan tidak merokok dan minum alkohol.

Jika hal ini diatur, rasa takut seperti agoraphobia akan teratasi.

19. Apa KDU untuk kasus ini ?

Jawaban :

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang

diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan laboratorium

sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi

terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesilais yang relevan (bukan

kasus gawat darurat).

IV. Hipotesis

Ny. AA (30 tahun) Ibu rumah tangga menderita goraphobia

V. Kerangka Konsep

17

Teori biologi (ggn. Neurotransmitter)

Teori psikososial

Genetic

Ny. AA (30 tahun) mudah cemas dan

menghindar

Page 18: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

VI. Sintesis

Gangguan Neurotik

a. Pengertian Neurotik

18

Cemas di tempat terbuka

Takut keluar rumah dan pergi

sendiri, lebih sering di rumah

Takut naik kendaraan

Takut pingsan dan tidak ada yang

menolong

Agoraphobia

Depresi : sering sedih dan menangis tanpa sebab

Page 19: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

Neurotik merupakan jenis gangguan mental yang paling ringan (Yudono,

1985), individu sadar kalau bermasalah namun tidak tahu bagaimana

mengatasinya.

Gangguan neurotik dalam Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan

Jiwa (PPDGJ) adalah gangguan mental yang tidak mempunyai dasar

organik, individu mempunyai insight, dan hubungan dengan realitanya

tidak terganggu.

Maramis (1990) menerangkan bahwa neurotik ialah suatu kesalahan

penyesuaian diri secara emosional, karena tidak dapat diselesaikannya

suatu konflik tak sadar. Gejalanya yaitu kecemasan yang dirasakan secra

langsung atau diubah oleh berbagai mekanisme pertahanan psikologis

dan kemudian munculah gejala-gejala subyektif yang mengganggu.

Psikoneurosa atau lebih populer disingkat dengan neurosa adalah

sekelompok reaksi psikis yang ditandai secara khas dengan unsur

kecemasan dan secara sadar diekspresikan dengan jalan menggunakan

mekanisme pertahanan diri (Kartono,1980). Pada psikoneurosa tidak

terjadi disorganisasi kepribadian yang serius dalam kaitannya dengan

realitas eksternal dan biasanya penderita memiliki sejarah

hidup penuh kesulitan dan tekanan-tekanan batin dan peristiwa yang luar

biasa (Kartono, 1986). Gangguan neurotik dilatarbelakangi oleh tekanan

emosi, konflik, dan frustrasi (Page, 1980). Hal ini sesuai dengan

pendapat Warga (1983) bahwa neurotik merupakan suatu bentuk

perilaku maladaptif karena adanya tekanan-tekanan psikologik sebagai

faktor penyebab yang mendasar.

Kartono (1986) menambahkan bahwa psikoneurosa adalah bentuk

gangguan atau penyakit fungsional pada sistem syaraf, mencakup pula

desintegrasi sebagian dari kepribadian, khususnya terdapat berkurang

atau tidaknya kontak antara pribadi dengan sekitar, walaupun orangnya

masih memiliki wawasan atau insight. Menurut Chaplin (2002) neurotik

merupakan suatu penyakit mental yang lunak, dicirikan dengan tanda-

tanda: (a) wawasan yang tidak lengkap mengenai sifatsifat kesukarannya

19

Page 20: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

(b) konflik-konflik batin (c) reaksi-reaksi kecemasan (d) kerusakan

parsial atau sebagian pada struktur kepribadiannya (e) seringkali, tetapi

tidak selalu ada, disertai pobia, gangguan pencernaan, dan tingkah laku

obsesif kompulsif.

Schneiders (dalam Widjaya, 1998) mengatakan bahwa neurotik

merupakan bentuk gangguan kepribadian yang relatif ringan dan

ditandai oleh kecemasan yang cukup dominan sebagai wujud dari

penyesuaian diri yang tidak adekuat, tidak efisien dan tidak sehat, yang

disebabkan karena tekanan yang terus menerus, konflik, frustrasi, dan

keterbukaan individu dalam mengatasi masalahnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa kecenderungan

neurotik adalah kecenderungan prilaku yang maladaptif yang ditandai

dengan gejala-gejala kecemasan, depresi, adanya konflik-konflik batin

dan frustrasi, yangdisebabkan karena indvidu tidak dapat menyesuaikan

diri dengan baik dan tidak dapat menyelesaikan masalahnya

b. Faktor-faktor Penyebab Neurotik

Kartono (1980) menyebutkan bahwa sebab-sebab timbulnya gangguan

neurotik, adalah:

1. Tekanan-tekanan sosial dan tekanan kultural yang sangat kuat, yang

menyebabkan ketakutan yang disertai dengan kecemasan dan

keteganganketegangan dalam batin sendiri yang kronis berat sifatnya.

Sehingga orang yang bersangkutan mengalami mental breakdown.

2. Individu mengalami banyak frustrasi, konflik-konflik emosionil dan

konflik internal yang serius, yang sudah dimulai sejak kanak-kanak.

3. Individu sering tidak rasionil sebab sering memakai defence

mechanism yang negatif dan lemahnya pertahanan diri secara fisik dan

mental.

4. Pribadinya sangat labil tidak imbang dan kemauannya sangat lemah.

Schneider ( dalam Prasetya, 1990) berpendapat bahwa neurotik

disebabkan oleh keterbatasan individu dalam menghadapi masalahnya.

20

Page 21: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

Winarno (1960) mengemukakan bahwa perilaku neurotik dapat

disebabkan oleh gagalnya usaha pemecahan langsung yang dilakukan

individu terhadap masalahnya, sedangkan Muchlas (dalam Yudiati,1995)

mengatakan bahwa neurotik disebabkan pada diri individu terdapat

konstitusi mental yang lemah dan adanya pengaruh lingkungan yang

buruk yang akan mengakibatkan timbulnya gangguan mental dan

kepribadian yang tidak normal.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab gangguan

neurotik bisa berasal dari indryidii itujsendiri, seperti keterbatasan

individu dalam menghadapi masalahnya, gagalnya individu untuk

memecahkan persoalan yang dihadapi. Penyebab lainnya berasal dari

luar individu, seperti adanya tekanantekanan sosial dan tekanan kultural

yang sangat kuat, adanya pengaruh lingkungan yang buruk. Semua itu

bisa menyebabkan ketakutan yang disertai dengan kecemasan,

ketegangan batin, frustrasi, konflik-konflik emosional, individu

menggunakan mekanisme pertahanan diri yang negatif, yang bisa

mengakibatkan gangguan mental. Gangguan mental itu adalah perilaku

individu yang neurotik

c. Gejala-gejala Neurotik

Menurut Tallent (dalam Widjaja, 1998) walaupun penderita neurotik

menujukkan berbagai gejala, namun pada umumnya ditunjukkan oleh

adanya gambaran diri yang negatif, cenderung merasa kurang mampu

dan merasa rendah diri. Gejala utamanya adalah kecemasan, selain itu

perasaan depresi juga dapat ditemui pada penderita neurotik, pada

umumnya sering terlihat murung. Gejala lain dari neurotik adalah

individu menjadi sangat perasa, penyesuaian diri yang salah, kesulitan

konsentrasi atau dalam mengambil keputusan.

Manson (dalam Meichati, 1975) mengemukakan bahwa orang yang

mengalami gangguan neurotik ditandai oleh:

21

Page 22: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

a. Anxiety, sebagai simbol rasa takut, gelisah, rasa tidak aman, tidak

mampu, mudah lelah, dan kurang sehat.

b. Depressive FluctuationsJ tanda mudah tertekan, susah, suasana hati

muram, mudah kecewa.

c. Emosional Sensitivity, sangat perasa, tidak mampu menyesuaikan

secara baik emosi dan sosialnya, labil. Mudah tersinggung dan banyak

melakukan mekanisme pertahanan diri.

Menurut Page (1980) keluhan-keluhan yang biasanya muncul pada

penderita neurotik dapat dibedakan antara keluhan psikis dan fisik.

Keluhan-keluhan psikis yang muncul antara lain kecemasan, perasaan

tertekan, ketidakmampuan konsentrasi, sulit memutuskan sesuatu,

adanya kepekaan emosi, ragu-ragu, obsesif, ketakutan yang tidak

rasional, sedangkan keluhan fisik yang muncul seperti kurangnya sensori

motorik, sesak nafas, tekanan darah meningkat, kepala pusing, gangguan

pada fungsi jantung, panas dingin.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gejala-

gejala kecenderungan neurotik ditunjukkan oleh individu yang

mempunyai gambaran diri atau persepsi terhadap diri sendiri yang selalu

negatif, sehingga menimbulkan kecemasan, kegelisahan, yang akhirnya

sulit untuk menyesuaikan diri dan tidak berkonsentrasi dalam

mengambil keputusan.

d. Aspek-aspek Kecenderungan Neurotik

Scheier dan Cattel (1961) membuat alat ukur untuk mengukur

kecenderungan neurotik pada orang dewasa dan remaja baik normal

maupun abnormal, yang mengandung aspek-aspek yang merupakan ciri

gejala gangguan neurotik. Aspek-aspek tersebut adalah:

a. Tender-Mindedness. Adanya keinginan yang berlebihan untuk

mendapat perlindungan, menyukai kelembutan, ramah, sangat sensitif,

sentimentil, artistik, imajinatif, suka berkhayal, sering bertindak yang

22

Page 23: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

tidak praktis serta berpenlaku yang tujuannya menarik perhatian dengan

mencari pertolongan.

b. Depressiveness. Adanya gejala depresi, mudah merasa tertekan,

menarik diri, muram, pemalu, tidak komunikatif, sering terlihat diam,

cenderung pesimis dan sulit beradaptasi dengan situasi baru.

c. Submissivenes. Sangat patuh, pasrah, mudah dipengaruhi dan sangat

tergantung. Tidak ada dorongan untuk menonjolkan diri atau menarik

perhatian serta takut membuat masalah dengan orang lain.

d. Anxiety. Mudah cemas, takut dan tegang, mudah merasa bersalah,

mudah distimulasi, emosinya tidak matang dan tidak stabil, daya tahan

terhadap frustrasi rendah, sering merasa kesepian dan sering

menunjukkan perilaku hipokondriasis. Aspek-aspek kepribadian inilah

yang kemudian diacu oleh peneliti untuk mengukur kecenderungan

neurotik pada istri.

Penderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala

yang khas dan terbagi dalam beberapa fase, yaitu :

a. Fase 1

Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh

mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-

cepatnya).Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari

peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin.

Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa

tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan

punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot

akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan

spasme di otot dada, leher dan punggung. Ketegangan dari kelompok

agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang

dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada

fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem

syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai

23

Page 24: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).

b. Fase 2 (dua)

Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah,

ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga

mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri

(Wilkie, 1985).

Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab,

yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa.Mudah menangis yang

berkaitan dengan stres mudah diketahui.Akan tetapi kadang-kadang dari

cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya

gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri

bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang

ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya

melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).

c. Fase 3

Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan

stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan

fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan

dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala

kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah

laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada

fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsang

sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang

sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu

yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).

Selain fase-fase diatas, terdapat juga respon fisologi dan psikologi yang

terjadi pada gejala gangguan kecemasan diantaranya sebagai berikut :

a.Respon Fisiologi terhadap Kecemasan

1.Kardio vaskuler; Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung

berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan

lain-lain.

24

Page 25: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

2.Respirasi; napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa

tercekik.

3.Kulit: perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat

seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat,

gatal-gatal.

4.Gastro intestinal; Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa

terbakar di epigastrium, nausea, diare.

5.Neuromuskuler; Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-

kedip, insomnia, tremor, kejang, , wajah tegang, gerakan lambat.

b.Respon Psikologis terhadap Kecemasan

1.Perilaku; Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada

koordinasi, menarik diri, menghindar.

2.Kognitif; Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah

tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri

yang berlebihan, kawatir yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut

kecelakaan, takut mati dan lain-lain.

3.Afektif; tidak sabar, tegang, neurosis,tremor, gugup yang luar

biasanya, sangat gelisah, dan lain-lain.

ANSIETAS

A. PENGERTIAN

Ansietas adalah suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi

cemas, takut dan terkadang panik akan suatu bencana yang

mengancam dan tidak terelakkan yang dapat atau tidak berhubungan

dengan rangsang eksternal (Fracchione, 2004).

Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut yaitu

adanya obyek dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh

individu.

Kecemasan adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik dialami, di

komunikasi secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan,

kekhawatiran yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan

25

Page 26: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

di hubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya

(Kaplan dan sadock, 1997).

B. ETIOLOGI

1. Ancaman terhadap intregitas biologi ; Kebutuhan dasar ( makan ,

minum ), Kehangatan (sex).

2. Ancaman terhadap keselamatan diri : Tidak menemukan status dan

prestise, tidak memperoleh pengakuan dari orang lain, ketidaksesuaian

pandangan diri dengan lingkungan nyata.

3. Stresor Predisposisi

Adalah semua keteganggan dalam kehidupan yang dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan. Contoh ;

Konsep diri yg terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan

individu berpikir secara realistis sehingga menimbulkan kecemasan.

Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan

ancaman terhadap intregitas fisik yang dapat mempengaruhi konsep

diri.

Frustasi.

4. Stresor Presipitasi

Adalah semua ketenggangan dalam kehidupan yang dapat

mencetuskan timbulnya kecemasan.

a) Ancaman terhadap intregitas fisik meliputi :

Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis,

perubahan biologis normal (hamil).

Sumber ekternal, ancaman infeksi virus, kecelakaan, kekurangan

nutrisi,tidak adekuatnya tempat tinggal (Cameroon, 2004).

b) Ancaman terhadap harga diri meliputi :

Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan interpersonal,

penyesuaian peran baru, berbagai ancaman terhadap harga diri.

Sumber ekternal, kehilangan orang yang sangat dicintai, perceraian,

perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok.

c) Sumber dan Mekanisme Koping

26

Page 27: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan scr konstruktip

merupakan factor utama yang membuat klien berprilaku adaptip atau

mal adaptip. Individu yg mengalami kecemasan akan mencoba

menetralisasi, mengikari atau meniadakan kecemasan dengan pola

koping.

Mekanisme koping kecemasan ringan : Menangis , tidur, makan,

tertawa, berkhayal, memaki, merokok, minum beralkohol, olah raga,

berlibur.

Mekanisme koping pada kecemasan , Sedang, Berat dan panic:

- Task Oriented Reaktion (reaksi orientasi pada tugas)

- Tujuan yg ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah

individu mencoba menghadapi kenyataan dan menilai realita untuk

mengatasi masalah, memulihkan konflik dan tuntutan.

- Ego Oriented Reaction (orientasi pada ego), koping ini tidak slalu

sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme sering di gunakan

melindungi diri dan tidak membantu menyelesaikan masalah (devens

mekanisme Contoh ; Menyerang (rasa marah, bermusuhan); Menarik

diri (menjauhi sumber); Kompromi (mengubah cara, cari cara

penyelesaian , mengganti tujuan)

C. GAMBARAN KLINIS

Ditinjau dari aspek klinis, dikenal 5 jenis gangguan ansietas :

Gangguan panik, gangguan fobik, gangguan ansietas menyeluruh,

obsesif-kompulsif, dan stress paska trauma(House cit Stark, 2002)

Ansietas dapat timbul primer disebut gangguan ansietas umum,

sedangkan ansietas sekunder dapat timbul dari gangguan fisik atau

timbul dari depresi. Ansietas patologis ditunjukkan dengan gejala-

gejala dan tingkah laku disfungsi yang nyata atau gangguan kehidupan

sehari-hari.

Gambaran klinis bervariasi, namun dapat berkembang menjadi gejala-

gejala panik, histeria, fobia, somatisasi, hipokondriasis, dan obsesif

kompulsif. Diagnosis gangguan ansietas ditegakkan apabila dijumpai

27

Page 28: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

gejala-gejala antara lain keluhan cemas, khawatir, was-was, ragu

untuk bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah, takut mati,

takut menjadi gila, yang mana perasaan-perasaan tersebut

mempengaruhi hampir diseluruh aspek kehidupannya, sehingga fungsi

pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu

dijumpai pula keluhan atau gejala-gejala fisik atau fisiologis tubuh.

D. TINGKAT KECEMASAN

Tingkat kecemasan ada 4 yaitu : Ringan , Sedang, Berat dan Panik

1. Kecemasan Ringan adalah ketegangan yang dialami sehari – hari,

individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas. Dapat

memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah

secara efektip.

Contoh : Seseorang yg menghadapi ujian akhir, Pasangan dewasa

yang mau menikah, Individu yang mau melanjutkan kuliah.

2. Kecemasan Sedang adalah Individu terfokus pada pikiran yang

menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapang persepsi, masih

dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Contoh : Pasangan

suami/istri yg menghadapi kelahiran anak pertama dengan resiko

tinggi, keluarga yg menghadapi perpecahan, indivgidu yg mengalami

konflik dalam pekerjaan

3. Kecemasan Berat adalah Persepsi semakin sempit, perhatian pada

detail semakin kecil, tidak dapat berfikir tentang hal hal lain. Seluruh

prilaku dimaksudkan mengurangi kecemasan perlu banyak perintah

dan arahan. Contoh : Individu yg mengalami kebakaran atau

kehilangan orang yang dicintai, Individu dalam kondisi penyanderaan.

4. Panik adalah Individu kehilangan kendali diri, hilang control diri,

perhatiannya hilang, tidak mampu melakukan apapun walaupun

dengan perintah. Peningkatan aktivitas motorik, penyimpangan

persepsi, hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfikir secara

efektip (Brust, 2007).

28

Page 29: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

E. TERAPI

Terapi pada ansietas pada umumnya dapat dilakukan dengan 2 cara

yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan

(farmakoterapi). Angka-angka keberhasilan terapi yang tinggi

dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini. Psikoterapi

sederhana sangat efektif, khususnya dalam konteks hubungan pasien

dan dokter yang baik, sehingga dapat membantu mengurangi

farmakoterapi yang tidak perlu.

1. Terapi Psikologis

Penyuluhan psikiatrik atau psikologis dan manipulasi lingkungan

tidak jarang pula dibutuhkan. Biasanya terapi-terapi psikologis pada

ansietas tersebut merupakan bagian dari manajemen untuk mengatasi

kebanyakan kondisi medis. Namun untuk melakukan psikoterapi

semacam itu tidak selalu mungkin dapat dilakukan, khususnya yang

ada dalam rumah sakit. Jangkauan dari ketersediaan pelayanan

seringkali terbatas, dan tidak semua pasien siap untuk menyetujui

sebuah skenario tertentu.

Terapi pada ansietas tidak harus dilakukan oleh seorang psikiatri,

namun seharusnya dapat diterapkan oleh semua dokter yang

berkompeten, sehingga keterbatasan pelayanan dapat diatasi(House cit

Stark, 2002). Memberikan informasi selalu menjadi langkah awal

dalam menolong pasien ansietas, yang mana informasi yang diberikan

harus sesuai dengan kadarnya dan selalu memberikan harapan yang

besar bagi setiap individu untuk sembuh. Kebanyakan pasien

menginginkan sebuah kejelasan dan informasi mengenai kondisi yang

sedang ia alami, dengan melakukan tindakan tadi, menunjukkan

kepada pasien bahwa mereka benar-benar diperdulikan dan dirawat.

Komunikasi yang efektif adalah esensial dalam pemberian informasi,

dokter-dokter terlatih dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan

terbuka dari pasien, mampu memahami kondisi psikis, dan

kemampuan memberikan nasehat-nasehat yang baik sangat

29

Page 30: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

dibutuhkan, sehingga akan tercipta komunikasi yang efektif. Yang

mana akan mampu membantu pasien dalam mengurangi beban

psikisnya(House cit Stark, 2002)

2. Terapi Religi

Terapi ini sering digolongkan sebagai sebuah terapi psikis, namun

sayangnya tidak semua dokter berkompeten mampu melakukannya,

dan terapi ini biasanya hanya dapat dilakukan oleh seorang yang

memang ahli dalam bidang spiritual. Terapi religi biasanya membantu

pasien untuk lebih tenang dan memberi waktu pasien untuk

memahami dirinya sendiri, sehingga menciptakan sebuah kesadaran

dalam diri sendiri. Hal ini cenderung lebih efektif karena kesadaran

tersebut muncul dari diri sang pasien sendiri.

Terapi ini dilakukan melalui sharing kepada ahli religi yang dipercaya

oleh penderita, dan kemudian ahli religi tersebut memberi nasehat-

nasehat untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, namun tak jarang

juga terapi semacam ini dilakukan secara invidual tanpa seorang

agamawan yang membimbing. Terapi semacam ini terkadang pada

akhirnya juga membentuk sebuah karakteristik atau watak yang baru

dari penderita.

3. Terapi farmakologi

Beberapa jenis obat-obatan biasanya dapat digunakan untuk mengatasi

dan mengurangi ansietas, dan masing-masing obat memiliki

keuntungan dan kekurangan masing-masing. Penggunaan suatu zat

dalam jangka waktu yang lama pun tidak akan membuahkan hasil

yang baik untuk kesehatan fisik sang pasien sendiri

Obat-obatan yang paling sering digunakan dalam mengatasi ansietas

adalah benzodiazepine(BDPs)(Fracchione, 2004). Adapun beberapa

jenis obat yang lazim digunakan adalah :

- Diazepam

- Lorazepam

- Alprazolam

30

Page 31: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

- Propanolol

- Amitriptilin

Penghentian suatu konsumsi zat tertentu juga dapat membantu

mengurangi ansietas, biasanya penggunaan beberapa zat yang

mengandung analgesik dan alkohol yang mana telah disinggung diatas

tadi, bahwa konsumsi zat-zat tersebut sebenarnya merupakan sebuah

pelarian dari gejala-gejala ansietas namun pada akhirnya pada situasi

tertentu, penghentian zat-zat tersebut malah menjadi bagian yang

penting untuk program manajemen ansietas. Karena ketergantungan

terhadap zat-zat tersebut dapat memicu timbulnya ansietas yang lebih,

meskipun pada awal penggunaannya terasa membantu meringankan

gejala-gejala ansietas penderita.

Daftar Pustaka

31

Page 32: Skenario D Blok 16 Tahun 2012

1. Elvira, SD.; Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta:2010. 242-249

2. Nolen-Hoeksema, Susan. Abnormal Psychology,4th ed. McGraw-Hill, New

York: 2007. 232-233

3. Sadock BJ; Sadock VA. Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2nd ed.EGC, Jakarta:2004.

237-241

4. Kaplan HI,Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II. Binarupa

Aksara. Tangerang: 2010. 33-46

5. Halgin RP, Whitbourne SK. Abnormal Psychology Clinical Perspectives on

Psychological Disorders. McGraw-Hill, New York:2009. 144-148

6. Maslim, Rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III.

FK Unika Atmajaya. Jakarta:2001. 72

32