skenario c blok 17 b7

24
Bayu Ardianto 04011181320006 Analisis 1. Amir, a boy, 12 month, was hospitalized due to diarrhea. a. Bagaimana Hubungan jenis kelamin, umur, dengan keluhan? (epidemiologi, data pravelensi) Faktor usia Anak usia di bawah 2 tahun sangat rentan terkena penyakit. Banyak faktor penyebab dan risiko yang berkontribusi terhadap kejadian diare pada anak, terutama pada bayi dimana daya tahan tubuh anak masih rendah sehingga rentan untuk terkena penyakit infeksi seperti diare. Bila ditinjau dari tahapan tumbuh kembang bayi menurut Sigmund Freud, bayi berada pada fase oral dimana kepuasan anak ada pada daerah mulut, sehingga apapun dimasukan kedalam mulut, ini mengakibatkan anak mudah mengalami penyakit infeksi terutama pada saluran pencernaan. Pada tahapan anak toddler, anak berada pada fase anal dimana fase ini diperkenalkan toilet training yaitu anak mulai diperkenalkan dan diajarkan untuk melakukan buang air besar di toilet atau jamban yang benar, kebiasaan anak buang air besar di sembarang tempat dan diarea terbuka seperti digot dan ditanah menyebabkan resiko untuk terjadinya penularan diare. Pada usia toddler anak sangat aktif dan lebih rentan terhadap penyakitpenyakit infeksi terutama yang menyerang saluran pencernaan. Pada masa ini anak banyak mengalami

Upload: bayuardianto

Post on 20-Dec-2015

237 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

b7

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

Analisis

1. Amir, a boy, 12 month, was hospitalized due to diarrhea.

a. Bagaimana Hubungan jenis kelamin, umur, dengan keluhan?(epidemiologi, data

pravelensi)

Faktor usia

Anak usia di bawah 2 tahun sangat rentan terkena penyakit. Banyak faktor penyebab

dan risiko yang berkontribusi terhadap kejadian diare pada anak, terutama pada bayi

dimana daya tahan tubuh anak masih rendah sehingga rentan untuk terkena penyakit

infeksi seperti diare. Bila ditinjau dari tahapan tumbuh kembang bayi menurut

Sigmund Freud, bayi berada pada fase oral dimana kepuasan anak ada pada daerah

mulut, sehingga apapun dimasukan kedalam mulut, ini mengakibatkan anak mudah

mengalami penyakit infeksi terutama pada saluran pencernaan. Pada tahapan anak

toddler, anak berada pada fase anal dimana fase ini diperkenalkan toilet training yaitu

anak mulai diperkenalkan dan diajarkan untuk melakukan buang air besar di toilet

atau jamban yang benar, kebiasaan anak buang air besar di sembarang tempat dan

diarea terbuka seperti digot dan ditanah menyebabkan resiko untuk terjadinya

penularan diare.

Pada usia toddler anak sangat aktif dan lebih rentan terhadap penyakitpenyakit infeksi

terutama yang menyerang saluran pencernaan. Pada masa ini anak banyak mengalami

permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan pola makan, Anak biasanya

mulai bosan dengan menu makanan yang dimasak di rumah sehingga anak cendrung

untuk membeli makanan atau jajanan dari luar rumah yang belum tentu terjamin

kebersihannya.

Page 2: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

Gambar 1. Prevalensi diare menurut kelompok umur

Faktor Jenis Kelamin

Dari beberapa penelitian yang dilakukan bahwa terdapat perbedaan jumlah kasus

anak laki-laki dan perempuan yang menderita diare. Palupi (2009) dalam

penelitiannya tentang status gizi hubungannya dengan kejadian diare pada anak diare,

menjelaskan bahwa pasien laki-laki yang menderita diare lebih banyak dari pada

perempuan dengan perbandingan 1,5:1 (dengan proporsi pada anak laki-laki sebesar

60 % dan anak perempuan sebesar 40%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Santoso (2005) yang menyatakan bahwa risiko kesakitan diare pada

balita perempuan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan balita laki-laki dengan

perbandingan 1 : 1,2, walaupun hingga saat ini belum diketahui penyebab pastinya.

Kemungkinan terjadinya hal tersebut dikarenakan pada anak laki-laki lebih aktif

dibandingkan dengan perempuan, sehingga mudah terpapar dengan agen penyebab

diare.

Sedangkan menurut jenis kelamin prevalensi laki-laki dan perempuan hampir sama,

yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan.

Page 3: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

Gambar 2. Prevalensi diare menurut daerah

b. Imunisasi apa saja yang seharusnya sudah didapat untuk anak umur 1 tahun?

Pemerintah:

Imunisasi Hepatitis B sekali untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang

ditularkan dari ibu ke bayi saat persalinan.Sebelum 7 hari.

Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) sekali untuk mencegah penyakit

Tuberkulosis. Diberikan segera setelah bayi lahir di tempat pelayanan

kesehatan atau mulai 1 (satu) bulan di Posyandu.

Imunisasi DPT-HB 3 (tiga) kali untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis

(batuk rejan), Tetanus dan Hepatitis B. Imunisasi ini pertama kali diberikan

saat bayi berusia 2 (dua) bulan. Imunisasi berikutnya berjarak waktu 4

minggu. Pada saat ini pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis B dilakukan

bersamaan dengan vaksin DPT-HB.

Imunisasi polio untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio.

Imunisasi Polio diberikan 4 (empat) kali dengan jelang waktu (jarak) 4

minggu.

Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak. Imunisasi campak

diberikan saat bayi berumur 9 bulan.

Page 4: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

Menurut IDAI

Sumber: http://idai.or.id/wp-content/uploads/2014/04/Jadwal-Imunisasi-2014-

lanscape-Final.pdf

Gambar 3. Imunisasi menurut IDAI

2. Four days before admission, the patient had no projectile vomiting 6 times a day. He

vomited hat he ate.

a. Bagaimana klasifikasi muntah?

Berdasarkan berat ringannya :

a. Muntah Ringan (Mild) : Bila anak muntah 1-2 kali sehari.

b. Muntah Sedang (Moderate) : Bila anak muntah 3-7 kali sehari.

c. Muntah Berat (Severe) : Muntah lebih dari 8 kali sehari.

Page 5: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

Berdasarkan isi dari muntah :

a. Apa yang baru saja dimakan

b. Hematemesis, muntah yang bercampur darah

c. Cairan empedu, bisa ikut termuntah bila kontraksi duedunum yang terjadi pada

muntah yang parah

d. Muntah fekal, terjadi pada obstruksi saluran cerna atau fistula

3. The amount of urination in 8 hours ago was less then usual. Amir’s family lives in slum

area.

a. Bagaimana volume, konsentrasi, warna, frekuensi, bau urin normal per hari pada anak

1 tahun?

Produksi urine Anak : 1 cc/ kg BB/ jam

Bau khas urine amoniak.

Jumlah ekskresi dalam 24 jam + 1500 cc tergantung dari intake

Warnanya kuning bening tanpa ada endapan.

pH normal 4,5-8,0 rata rata 6,4-7

Pola buang air kecil (BAK) setiap bayi berbeda-beda – sangat dipengaruhi

oleh seberapa sering ia makan. Hingga usia 3 bulan, biasanya bayi akan BAK

setiap jam. Selanjutnya, hingga ia berusia 12 bulan, selang waktunya akan

bertambah menjadi setiap 2-3 jam.

Bau

Normal aromatis (bisa juga bau makanan dan minuman yang dikonsumsi)

Amoniak : perombakan ureum oleh bakteri pada infeksi ureter

Bunga layu : ketonuria

Busuk : perombakan protein di ureter

Page 6: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

4. Analisis masalah aspek klinis

a. Apa etiologi pada kasus ini?

Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit,

virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain.

Infeksi

1. Enteral

Bakteri: Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia entero

colytica, Compylobacter jejuni, V.parahaemoliticus, V.NAG., Staphylococcus aureus,

Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus dll.

Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi yang penting yaitu faktor

kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat pada enterosit pada usus halus dan

enterotoksin (heat labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan

dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan

brush border atau menginvasi mukosa.

Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare belum jelas. Didapatinya

proses perlekatan EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari membrane mikro

vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas disakaridase.

Enteroaggregative E.coli (EAggEC). Bakteri ini melekat kuat pada mukosa usus halus

dan menyebabkan perubahan morfologi yang khas. Bagaimana mekanisme timbulnya

diare masih belum jelas, tetapi sitotoksin mungkin memegang peranan.

Enteroinvasive E.coli (EIEC). Secara serologi dan biokimia mirip dengan Shigella.

Seperti Shigella, EIEC melakukan penetrasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon.

Enterohemorrhagic E.coli (EHEC). EHEC memproduksi verocytotoxin (VT) 1 dan 2

yang disebut juga Shiga-like toxin yang menimbulkan edema dan perdarahan diffuse di

kolon. Pada anak sering berlanjut menjadi hemolytic-uremic syndrome.

Shigella spp. Shigella menginvasi dan multiplikasi didalam sel epitel kolon,

menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk

kedalam alian darah. Faktor virulensi termasuk : smooth lipopolysaccharide cell-wall

antigen yang mempunyai aktifitas endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin

Page 7: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

(Shiga toxin dan Shiga-like toxin) yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin

menimbulkan watery diarrhea.

Campylobacter jejuni (helicobacter jejuni). Manusia terinfeksi melalui kontak langsung

dengan hewan (unggas, anjing, kucing, domba dan babi) atau dengan feses hewan

melalui makanan yang terkontaminasi seperti daging ayam dan air. Kadang-kadang

infeksi dapat menyebar melalui kontak langsung person to person. C.jejuni mungkin

menyebabkan diare melalui invasi kedalam usus halus dan usus besar.Ada 2 tipe toksin

yang dihasilkan, yaitu cytotoxin dan heat-labile enterotoxin. Perubahan histopatologi

yang terjadi mirip dengan proses ulcerative colitis.

Vibrio cholerae 01 dan V.choleare 0139. Air atau makanan yang terkontaminasi oleh

bakteri ini akan menularkan kolera. Penularan melalui person to person jarang terjadi.

V.cholerae melekat dan berkembang biak pada mukosa usus halus dan menghasilkan

enterotoksin yang menyebabkan diare. Toksin kolera ini sangat mirip dengan heat-

labile toxin (LT) dari ETEC. Penemuan terakhir adanya enterotoksin yang lain yang

mempunyai karakteristik tersendiri, seperti accessory cholera enterotoxin (ACE) dan

zonular occludens toxin (ZOT). Kedua toksin ini menyebabkan sekresi cairan kedalam

lumen usus.

Salmonella (non thypoid). Salmonella dapat menginvasi sel epitel usus. Enterotoksin

yang dihasilkan menyebabkan diare. Bila terjadi kerusakan mukosa yang menimbulkan

ulkus, akan terjadi bloody diarrhea.

Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, Cytomegalovirus

(CMV), echovirus. Virus-virus tersebut merupakan penyebab diare akut terbanyak pada

anak (70 – 80%).

Rotavirus: yang sering dijumpai adalah serotype 1,2,8,dan 9 : terdapat pada manusia,

Sedangkan serotype 3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia, serta serotype 5,6, dan 7

didapati hanya pada hewan.

Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya akibat food borne atau water borne

transmisi, dan dapat juga terjadi penularan person to person.

Astrovirus, didapati pada anak dan dewasa.

Page 8: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

Parasit: - protozoa: Entemoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum,

Balantidium coli.

Giardia lamblia. Parasit ini menginfeksi usus halus. Mekanisme patogensis masih

belum jelas, tapi dipercayai mempengaruhi absorbsi dan metabolisme asam empedu.

Transmisi melalui fecal-oral route. Interaksi host-parasite dipengaruhi oleh umur, status

nutrisi,endemisitas, dan status imun. Didaerah dengan endemisitas yang tinggi,

giardiasis dapat berupa asimtomatis, kronik, diare persisten dengan atau tanpa

malabsorbsi. Di daerah dengan endemisitas rendah, dapat terjadi wabah dalam 5 – 8 hari

setelah terpapar dengan manifestasi diare akut yang disertai mual, nyeri epigastrik dan

anoreksia. Kadang-kadang dijumpai malabsorbsi dengan faty stools,nyeri perut dan

gembung.

Entamoeba histolytica. Prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi,namun penyebarannya

di seluruh dunia. Insiden nya mningkat dengan bertambahnya umur,dan teranak pada

laki-laki dewasa. Kira-kira 90% infksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica

non patogenik (E.dispar). Amebiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan

dan persisten sampai disentri yang fulminant.

Cryptosporidium. Dinegara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 – 15% dari kasus

diare pada anak. Infeksi biasanya siomtomatik pada bayi dan asimtomatik pada anak

yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis berupa diare akut dengan tipe watery

diarrhea, ringan dan biasanya self-limited. Pada penderita dengan gangguan sistim

kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging

disease dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik.

Worm: A.lumbrocoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.strercoralis,

cestodiasis dll.

Strongyloides stercoralis. Kelainan pada mucosa usus akibat cacing dewasa dan larva,

menimbulkan diare.

Schistosoma spp. Cacing darah ini menimbulkan kelainan pada berbagai organ termasuk

intestinal dengan berbagai manifestasi, termasuk diare dan perdarahan usus..

Page 9: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

Capilaria philippinensis. Cacing ini ditemukan di usus halus, terutama jejunu,

menyebabkan inflamasi dan atrofi vili dengan gejala klinis watery diarrhea dan nyeri

abdomen.

Trichuris trichuria. Cacing dewasa hidup di kolon, caecum, dan appendix. Infeksi berat

dapat menimbulkan bloody diarrhea dan nyeri abdomen.

Fungus: Kandida/moniliasis

2. Parenteral: Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, Traveler’s diarrhea: E.coli,

Giardia lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica dll.

Makanan: intoksikasi makanan: makanan beracun atau mengandung logam berat,

makanan mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B.cereus, S.aureus,

Streptococcus anhaemoliticus lyticus dll.

Alergi: susu sapi, makanan tertentu.

Malabsorbsi/maldigesti: karbohidrat: monosakarida (glukosa, laktosa, galaktosa),

disakarida (sakarosa, laktosa), lemak: rantai panjang trigliserida protein: asma amino

tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein intolerance, cows milk, vitamin dan

mineral.

Imunodefisiensi: hipogmaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton), penyakit

grnaulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA heavycombinationa.

Terapi obat, antibiotic, kemoterapi, antacid dll.

Tindakan tertentu seperti gastektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi.

Lain-lain: Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomic (neuropati diabetic)

Secara etiologi, diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi (poisoning), alergi,

reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis

b. Apa komplikasi pada kasus ini?

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik).

b. Renjatan hipovolemik.

Page 10: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

c. Hipotokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektrokardiogram).

d. Hipoglikemi.

e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena

kerusakan villi mukosa usus halus.

f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga

mengalami kelaparan

c. Apa prognosis pada kasus ini?

Dubia et bonam bila ditangani dengan baik. Diare akut dengan dehidrasi berat bisa

menyebabkan kematian.

Learning Issuue

Diare

Definisi

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih

cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk

bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam,

sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam.

Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja

berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak

dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.

Sedangkan menurut Boyle (2000), diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang

hebat. Pada bayi, volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3

tahun, yang volume tinjanya sudah sama dengan orang dewasa, volume >200 g/kg/24

jam disebut diare. Frekuensi dan konsistensi bukan merupakan indikator untuk

volume tinja.

Etiologi

Page 11: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines 2005, etiologi diare

akut dibagi atas empat penyebab:

1. Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium

perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas

2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus

3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli,

Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis

4. Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,

imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.

Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman

yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak langsung

melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).

Faktor risiko terjadinya diare adalah:

1. Faktor perilaku

2. Faktor lingkungan

Faktor perilaku antara lain:

a. Tidak memberikan Air Susu Ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan Makanan

Pendamping/MP ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman

b. Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare

karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu

c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum memberi

ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak

d. Penyimpanan makanan yang tidak higienis

Page 12: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

Faktor lingkungan antara lain:

a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan Mandi Cuci

Kakus (MCK)

b. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk

Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita yang dapat

meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang gizi/malnutrisi terutama

anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak

(Kemenkes RI, 2011).

Klasifikasi

Terdapat beberapa pembagian diare:

1. Berdasarkan lamanya diare:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.

b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan

berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare

tersebut.

2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:

a. Diare sekresi (secretory diarrhea)

b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)

Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme dibawah ini:

1. Diare sekretorik

Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,

menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan

Page 13: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap

berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum (Simadibrata, 2006).

2. Diare osmotik

Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus

halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain

MgSO4, Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus

missal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi glukosa/galaktosa (Simadibrata,

2006).

3. Malabsorpsi asam empedu dan lemak

Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu

dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (Simadibrata, 2006).

4. Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit

Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif

NA+K+ATPase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal

(Simadibrata, 2006).

5. Motilitas dan waktu transit usus yang abnormal

Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga

menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain:

diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid (Simadibrata, 2006).

6. Gangguan permeabilitas usus

Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya

kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (Simadibrata, 2006).

7. Diare inflamasi

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa

keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan

Page 14: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit,

mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk

dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare

lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik (Juffrie, 2010).

8. Diare infeksi

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut kelainan

usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak mukosa).

Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan oleh

bakteri tersebut (Simadibrata, 2006).

Manifestasi klinis

Infeksi usus menimbulkan gejala gastrointestinal serta gejala lainnya bila terjadi

komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal

bisa berupa diare, kram perut, dan muntah. Sedangkan manifestasi sistemik

bervariasi tergantung pada penyebabnya.

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion

natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada

muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat

menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan

keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps

kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi

menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik

(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa

dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).

Diagnosis

1. Anamnesis

Page 15: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung penyebab

penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare karena

penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering berhubungan

dengan malabsorpsi dan dehidrasi sering didapatkan. Diare karena kelainan kolon

seringkali berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering, bercampur darah

dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif datang dengan

keluhan khas, yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering,

malabsorptif, atau berdarah tergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum,

pathogen usus halus tidak invasif, dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif.

Muntah yang mulai beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada

keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan (Simadibrata, 2006).

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut

jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda

utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda

tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada

atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah (Juffrie,

2010).

Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus

yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu

karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi

(Juffrie, 2010).

Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu

dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan

menggunakan criteria WHO, Skor Maurice King, dan lain-lain (Juffrie, 2010).

3. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan,

Hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan, misalnya penyebab dasarnya tidak

Page 16: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan

dehidrasi berat (Juffrie, 2010).

Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik dapat dilakukan untuk

menentukan diagnosa yang pasti. Secara makroskopik harus diperhatikan bentuk,

warna tinja, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan lain-lain. Pemeriksaan

mikroskopik melihat ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri, dan

lain-lain (Hadi, 2002).

Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS

DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak

Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk

mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat

penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare

juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

4. Antibiotik Selektif

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

Daftar Pustaka

http://idai.or.id/wp-content/uploads/2014/04/Jadwal-Imunisasi-2014-lanscape-Final.pdf diakses

pada 21 april 2015

http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi diakses pada 21 april 2015

http://eprints.undip.ac.id/37538/1/Festy_G2A008082_Lap_kti.pdf diakses pada 21 april 2015

http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdfb

diakses pada 21 april 2015

Page 17: Skenario c Blok 17 B7

Bayu Ardianto04011181320006

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBA). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta:

2008

Rani, Aziz, et al. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi ed.1. Jakarta: InternaPublishing