pengaruh kurkumin terhadap survival pada … filek2 group was a sepsis model given 1,3 mg curcumin...

40
i PENGARUH KURKUMIN TERHADAP SURVIVAL PADA MENCIT Balb/C MODEL SEPSIS PAPARAN CECAL INOCULUM SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran KHUSNIA FUADIYAH G 0006105 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Upload: trinhkhuong

Post on 18-May-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENGARUH KURKUMIN TERHADAP SURVIVAL PADA MENCIT Balb/C

MODEL SEPSIS PAPARAN CECAL INOCULUM

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

KHUSNIA FUADIYAH

G 0006105

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

ii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 3 Juni 2010

Khusnia Fuadiyah

NIM. G0006105

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

iii

ABSTRAK

Khusnia Fuadiyah, G0006105, 2010, PENGARUH KURKUMIN TERHADAP SURVIVAL PADA MENCIT Balb/C MODEL SEPSIS PAPARAN CECAL INOCULUM, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kurkumin terhadap

survival pada mencit Balb/C model sepsis paparan cecal inoculums

Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan post

test only control group design. Hewan uji yang digunakan adalah 32 ekor mencit

Balb/C jantan, dengan berat 15-30 gram dan berumur 4-6 minggu. Mencit Balb/C

dibagi dalam 2 kelompok, yang masing-masing terdiri dari 16 ekor. Kelompok K1

adalah model sepsis, dan kelompok K2 adalah model sepsis dengan pemberian

kurkumin sebesar 1,3 mg peroral. Pada model sepsis digunakan cecal inoculum

dengan dosis 8 mg/mencit secara intraperitoneal. Pada hari ke-0 sampai hari ke-7.

Kemudian dievaluasi efek kurkumin terhadap kondisi fisik secara keseluruhan

dengan melakukan pengamatan serta pencatatan berat badan dan kematian mencit

setiap hari selama 7 hari. Data dianalisis secara statistik dengan Uji Chi-Square

menggunakan program SPSS for Windows Release 16.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan kelompok K1 memiliki tingkat kematian

62,5% dan kehilangan berat badan 3,8 g (12,13%) selama 7 hari. Tetapi kelompok

K2 tingkat kematiannya sama dengan kelompok K1 (62,5%) dan kehilangan berat

badan 4,53 g (14,45%) selama tujuh hari. Tidak terdapat perbedaan yang

signifikan pada survival antara kelompok K1 dan kelompok K2.

Simpulan : Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa kurkumin tidak berpengaruh

terhadap survival pada mencit Balb/C model sepsis paparan cecal inoculum.

Kata kunci : kurkumin, sepsis, survival

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

iv

ABSTRACT

Khusnia Fuadiyah, G0006105, 2010, EFFECT OF CURCUMIN ON

SURVIVAL RATE IN Balb/C MICE INDUCED CECAL INOCULATION,

Medical Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta.

Objective : This research aims for finding out the effect of curcumin on survival

rate in Balb/C mice sepsis induced cecal inoculation.

Methods : The research is a laboratory experimental study using post test only

control group design. The research object is a number of 32 male Balb/C mice,

15-30 grams of weight and aged between 4-6 weeks. They were divided into two

treatment groups, each consisting of 16 mice. K1 group was a sepsis model, and

K2 group was a sepsis model given 1,3 mg curcumin by oral. The mice model of

sepsis induced by an intraperitoneally (i.p) injection 8 mg/mice of cecal inoculum

at 0 to 7 days. We evaluated the effects of curcumin on the overall physical

condition of an animal by determining the body weight and survival of mice each

day for 7 days. Data was analyzed with Chi-Square test and performed with SPSS

for Windows Release 16.

Results : The result showed that group K1 had mortality rate of 62,5% and loss of

body weight 3,8 g (12,13%) for 7 days. But group K2 had same mortality rate

(62,5%) and loss of body weight 4,53 g (14,45) for 7 days. There was no

significant difference among K1 group and K2 group.

Conclusion : This experiment concluded that curcumin can not improve survival

rate in Balb/C mice model sepsis induced cecal inoculation.

Keywords : curcumin, sepsis, survival

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

v

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Pemberian Kurkumin Terhadap Survival Pada Mencit Balb/C Model Sepsis Paparan Cecal Inoculum”. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikannya. Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. AA Subiyanto, dr., MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Sri Wahjono, dr., Mkes., DAFK selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Diding Heri Prasetyo, dr., Msi selaku Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktunya, bimbingan, saran, koreksi dan nasehat kepada penulis.

4. Sri Hartati, Dra., Apt., SU selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan saran, bimbingan, dan koreksi kepada penulis.

5. Sri Sutati, Dra., Apt., SU selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji sekaligus memberikan saran dan juga koreksi bagi penulis.

6. Sarsono, Drs., MSi. selaku Penguji Pendamping yang telah berkenan menguji dan memberikan saran dan juga koreksi yang berarti bagi penulisan skripsi ini.

7. Segenap staf skripsi, staf Laboratorium Kimia dan staf Laboratorium Histologi FK UNS.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu kedokteran pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juni 2010

Penulis

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

vi

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA........................................................................................................ vi

DAFTAR ISI..................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ . 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Perumusan Masalah ................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 4

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 4

1. Sepsis ................................................................................... 4

2. Kurkumin ............................................................................. 7

B. Kerangka Pemikiran .................................................................. 10

1. Kerangka Pemikiran Konseptual .......................................... 10

2. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................. 11

C. Hipotesis...................................................................................... 11

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 12

A. Jenis Penelitian .......................................................................... 12

B. Lokasi Penelitian ........................................................................ 12

C. Subjek Penelitian ........................................................................ 12

D. Teknik Sampling ........................................................................ 12

E. Variabel Penelitian ..................................................................... 13

F. Skala Variabel............................................................................. 13

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian.................................... 13

H. Pembuatan Mencit Model Sepsis................................................. 14

I. Rancangan Penelitian .................................................................. 15

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

vii

J. Instrumentasi Penelitian ............................................................. 15

K. Cara Kerja .................................................................................. 16

L. Analisis Data............................................................................... 18

BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 19

A. Hasil Penelitian .......................................................................... 19

B. Analisis Hasil ............................................................................. 20

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 21

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 26

A. Simpulan ................................................................................ 26

B. Saran ........................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27

LAMPIRAN

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Kimia Kurkumin

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian

Gambar 3.2 Skema Cara Kerja

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Persentase survival mencit pada hari ke-5

Tabel 4.2. Persentase survival mencit pada hari ke-7

Tabel 4.3. Persentase penurunan berat badan mencit

Tabel 4.4. Data ringkasan hasil perhitungan dengan uji Chi Square antar kelompok

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ethical Klirens

Lampiran 2 Jadwal Penelitian

Lampiran 3 Tabel Hasil Uji Analisis Chi Square

Lampiran 4 Foto Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian

Lampiran 5 Foto Mencit dan Kegiatan Penelitian

Lampiran 6 Tabel Konversi Dosis Manusia dan Hewan

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepsis merupakan penyebab kematian utama pada pasien di

sejumlah Intensive Care Unit (ICU) di seluruh dunia (Hermawan, 2008)

dengan tingkat mortalitas 30-50 % pada berbagai penelitian (Karlsson, 2006).

Insidennya terus meningkat antara 1,5-8 % per tahun (Riedemann et al,

2003). Sedangkan di Indonesia sendiri melalui penelitian yang dilakukan di

bagian PICU/NICU Rumah Sakit Dr. Moewardi selama Desember 2004-

Desember 2005 terdapat angka kematian akibat sepsis 33,5% (229 dari 683

kasus), dengan mortalitas sebesar 50,2% (115 kematian dari 229 sepsis)

(Pudjiastuti, 2008).

Sepsis disebabkan oleh bakteri gram negatif, bakteri gram positif,

jamur, virus, dan parasit (Edwin et al, 2003; James et al, 2005). Patofisiologi

sepsis sangat kompleks akibat dari interaksi antara proses infeksi kuman

patogen, inflamasi dan jalur koagulasi yang dikarakteristikkan sebagai

ketidakseimbangan antara sitokin proinflamasi dengan sitokin antiinflamasi

(Russel, 2006; Kristine et al, 2007). Overproduksi sitokin proinflamasi

sebagai hasil dari aktivasi nuclear factor-κB (NF-κB) akan menyebabkan

aktivasi respon sistemik berupa Systemic Inflammatory Response Syndrome

(SIRS) terutama pada paru-paru, hati, ginjal, usus dan organ lainnya yang

mempengaruhi permeabilitas vaskuler, fungsi jantung dan menginduksi

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xii

perubahan metabolik sehingga terjadi apoptosis maupun nekrosis jaringan,

multiple-organ faillure (MOF), syok septik serta kematian (Elena et al,

2006). Adanya proses apoptosis yang berlanjut pada terjadinya multiple-

organ dysfunction (MOD) dan MOF ini akan menurunkan nafsu makan

sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan. Peningkatan proses

apoptosis yang disertai dengan kejadian MOD dan MOF akan menginduksi

terjadinya syok septik yang berujung pada kematian (Diding & Subijanto,

2008).

Perkembangan terapi sepsis dengan obat-obatan akan berdampak

secara mendasar pada morbiditas dan mortalitas sepsis. Konsep modulasi

respon inflamasi sistemik menuju sepsis berat menyebabkan banyak obat-

obatan antiinflamasi digunakan dalam uji coba klinis. Salah satu yang

mempunyai efek antiinflamasi adalah kurkumin. Kurkumin

(diferuloylmethane) adalah kurkuminoid terpenting pada kunyit (Curcuma

longa L). Merupakan komponen berwarna kuning yang terdapat dalam

tanaman kunyit (Curcuma longa L). Telah lama dikenal mempunyai efek

antiinflamasi, dan selama dua dekade menunjukkan potensi sebagai agen

imunomodulasi yang dapat memodulasi aktifitas T sel, B sel, makrofag,

neutrofil, natural killer cells, dan sel dendrit. Kurkumin juga dapat

menurunkan regulasi ekspresi beberapa sitokin proinflamasi meliputi TNF,

IL-1, IL-2, IL-6, IL-8, IL-12, dan khemokin, lewat inaktivasi transkripsi

faktor NF-κB (Jagetia & Aggarwal, 2007).

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xiii

Diharapkan pemberian kurkumin dapat menekan tingkat inflamasi

melalui penghambatan NF-κB dan memperbaiki keadaan umum penderita

sepsis, sehingga tingkat mortalitas menurun.

B. Perumusan Masalah

Adakah pengaruh kurkumin terhadap survival mencit Balb/C model

sepsis paparan cecal inoculum ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kurkumin

terhadap survival mencit Balb/C model sepsis paparan cecal inoculum.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis :

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan bahwa

kurkumin berpengaruh terhadap survival mencit Balb/C model sepsis

paparan cecal inoculum.

2. Manfaat Praktis :

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk

penelitian lebih lanjut.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xiv

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Sepsis

Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi sebagai

manifestasi proses inflamasi imunologik karena adanya respon tubuh

(imunitas) yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme,

ditandai dengan takipnea (frekuensi respirasi lebih dari 20 kali/menit),

takikardia (frekuensi jantung lebih dari 100 kali/menit), hipertermia atau

hipotermia (temperatur axilar tubuh lebih dari 1010 F/38.30C atau 96.10

F/35.6 0 C), leukositosis atau leukopenia (>12.000/mm3 atau <4000/mm3)

dengan atau tanpa ditemukannya bakteri dalam darah (Hermawan, 2006).

Konsensus yang dihasilkan American College of Chest

Physicians and the Society of Critical Care Medicine, pada bulan

Agustus 1991 disepakati standarisasi terminologi di bawah ini :

a. Systemic Inflammatory Response Syndrome (sindroma reaksi

inflamasi sistemik = SIRS), merupakan reaksi inflamasi masif

sebagai akibat dilepasnya berbagai mediator secara sistemik yang

dapat berkembang menjadi disfungsi organ atau Multiple Organ

Disfunction (MOD) dengan tanda klinis:

1) Temperatur <35,6 °C (96,1 °F) atau >38,3 °C (101 °F)

2) Denyut jantung >90 kali/menit

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xv

3) Frekuensi nafas >20 kali /menit atau PaCO2<32 mmHgr (< 4,3

kPa)

4) Hitung leukosit >12.000 sel / mm3 atau <4000 sel / mm3 (<4 ×

109 atau >12 × 109 sel/L) atau ditemukan >10% sel imatur

b. Sepsis, SIRS yang disebabkan oleh infeksi

c. Sepsis berat (severe sepsis), sepsis disertai dengan disfungsi organ,

hipoperfusi atau hipotensi

Syok septik, sepsis dengan hipotensi walaupun sudah dilakukan

resusitasi cairan yang adekuat tetapi masih didapatkan gangguan

perfusi jaringan (Eny, 2004).

Penyebab sepsis didominasi oleh bakteri gram negatif. Namun

pada dua dekade terakhir, infeksi karena bakteri gram positif meningkat

bahkan setengah dari kasus sepsis disebabkan oleh bakteri ini (Bochud &

Chalandra., 2003). Selain itu sepsis juga dapat disebabkan oleh virus,

parasit, dan jamur (Edwin et al, 2003; James et al, 2005). Jamur terutama

Candida hanya menyebabkan sekitar 5 % dari seluruh kasus sepsis berat

(Bochud & Chalandra, 2003).

Patofisiologi sepsis sangat kompleks akibat dari interaksi antara

proses infeksi mikroorganisme, inflamasi dan respon koagulasi (Russel,

2006; Kristine et al, 2007). Sepsis dikarakteristikkan sebagai

ketidakseimbangan antara sitokin proinflamasi seperti tumor necrosis

factor-α (TNF-α), interleukin-1β (IL-1β), interleukin-6 (IL-6) dan

Interferon-γ (IFNγ) dengan antiinflamasi (interleukin-1 reseptor

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xvi

antagonis (IL-1ra), interleukin-4 (IL-4) dan interleukin-10 (IL-10))

endogen (Elena et al, 2006).

Produk yang berperan penting terhadap sepsis adalah

Lipopolisakarida (LPS) terutama kandungan lipid A. LPS atau

endotoksin glikoprotein kompleks merupakan komponen utama

membran terluar dari bakteri gram negatif (Kristine et al, 2007; Oscar et

al, 2006; Pierre & Thierry, 2003; Edwin et al, 2003). LPS merangsang

pengeluaran mediator inflamasi sehingga terjadi peradangan jaringan,

demam dan syok pada penderita yang terinfeksi (Hermawan, 2006).

Endotoksin dapat secara langsung dengan LPS bersama-sama

dengan antibodi dalam serum darah membentuk LPSab

( lipopolysakarida antibodi). Dengan perantara reseptor CD14, LPSab

yang berada dalam darah akan bereaksi dengan makrofag dan kemudian

ditampilkan sebagai antigen presenting cell (APC). Ikatan LPS-LBP

(Lippolysaccaride Binding Protein) komplek menuju CD14 reseptor di

permukaan seluler dan berinteraksi dengan toll-like receptor 4 (TLR4)

untuk menginduksi nuclear factor-κB (NF-κB) sebagai sinyal dan

transkripsi sitokin proinflamasi, khemokin, adhesion dan faktor

koagulasi. Overproduksi sitokin proinflamasi sebagai hasil dari aktivasi

NF-κB akan menyebabkan aktivasi respon sistemik berupa SIRS

terutama pada paru-paru, hati, ginjal, usus dan organ lainnya yang

mempengaruhi permeabilitas vaskuler, fungsi jantung dan menginduksi

perubahan metabolik sehingga terjadi apoptosis maupun nekrosis

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xvii

jaringan, multiple organ failure (MOF), syok septik serta kematian

(Elena et al, 2006).

Pengobatan sepsis gram negatif didasarkan pada pemberian

antimikroba yang adekuat dan support disfungsi organ (Oscar et al,

2006). Pengobatan suportif standard untuk sepsis terdiri dari support

ventilasi, Resusitasi volume darah yang adekuat dan aplikasi obat

vasoaktif, dengan tujuan memelihara pengiriman oksigen yang adekuat

keseluruh organ dan usus (Jürgen et al, 2006). Mulai pada abad ke-21,

pengobatan penyakit sepsis muncul dari sistem imunitas innate terhadap

infeksi. Pengobatan infeksi pada sepsis didasarkan tidak hanya

mengeliminasi kuman patogen tetapi juga mendukung flora normal yang

terdapat pada host (John, 2002).

2. Kurkumin

Kurkumin (diferuloylmethane) adalah kurkuminoid terpenting

pada kunyit (Curcuma longa L) , salah satu tanaman suku temu-temuan

(Zingiberaceae). Dua kurkuminoid yang lain adalah demetoksikurkumin

dan bisdemetoksikurkumin (Joe et al, 2004)

Kurkumin merupakan komponen terbesar dari tiga kurkuminoid

yang terdapat dalam kunyit yakni 77 %. Sedangkan demetoksikurkumin

17% dan bisdemetoksikurkumin 3%. Kandungan kurkumin dalam kunyit

berkisar 3-4 % (Joe et al, 2004). Kurkumin tidak larut dalam air dan eter,

tetapi larut dalam etanol, dimetilsulfoksida (DMSO) dan pelarut organik

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xviii

lain (Aggarwal et al, 2003). Kurkuminoid adalah polifenol dan

merupakan warna kuning pada kunyit.

Gambar 2.1. Struktur Kimia Kurkumin (Chattopadhyay et al., 2004)

Kunyit digunakan oleh orang Indian Ayurveda untuk mengobati

berbagai penyakit. Untuk mengobati infeksi mata, menutup luka, luka

bakar, gigitan, jerawat dan penyakit kulit lainnya. Di India Utara kunyit

digunakan sebagai minuman bagi perempuan yang baru melahirkan

untuk membantu menyembuhkan saluran lahir (Hatcher, 2008).

Penelitian pada pertengahan abad 20, mengenali kurkumin sebagai

komponen yang bertanggung jawab terhadap kebanyakan aktivitas

biologi kunyit. Kurkumin mempunyai efek terapi dan pencegahan yang

luas pada percobaan in vitro dan hewan coba (Aggarwal et al, 2003).

Pada percobaan hewan, kurkumin menunjukkan mempunyai

efek sebagai kemopreventif pada kanker, antitumor, antiinflamasi (Ireson

et al, 2002), antioksidan, antiartritis, antimieloid, antiiskhemik (Shukla et

al, 2008). Kurkumin juga dapat digunakan sebagai terapi pada malaria,

antibiotik, mencegah kanker leher rahim, dapat mengganggu replikasi

virus HIV (Padma, 2005).

Kurkumin menunjukkan potensi sebagai agen imunomodulasi

yang dapat memodulasi aktifitas T sel, B sel, makrofag, neutrofil, natural

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xix

killer cells, dan sel dendrit. Juga dapat menurunkan regulasi ekspresi

beberapa sitokin proinflamasi meliputi TNF-α, IL-1, IL-2, IL-6, IL-8, IL-

12, dan khemokin, lewat inaktivasi faktor transkripsi NF-κB (Jagetia &

Aggarwal, 2007). Efek antikanker berasal dari kemampuannya untuk

mempengaruhi apoptosis sel kanker tanpa bersifat sitotoksik pada sel

sehat (Aggarwal & Shishodia, 2004 ).

Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa kurkumin aman

dan tidak toksik bila dikonsumsi oleh manusia. Jumlah kurkumin yang

aman dikonsumsi oleh manusia adalah 100 mg/ hari sedangkan untuk

tikus 5 g/hari (Commandeur & Vermeulen, 1996).

Pada manusia, kurkumin dengan dosis tinggi ( 2-12 gram)

menunjukkan sedikit efek samping berupa mual ringan atau diarrhea

(Hsu, 2007). Baru-baru ini ditemukan bahwa kurkumin mampu

mengubah metabolisme besi sehingga dapat menyebabkan kekurangan

besi pada pasien yang peka (Jiao, 2009)

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xx

B. Kerangka Pemikiran

1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan

: Memicu

: Menghambat

Cecal Inoculum

NF-κB

SIRS

kurkumin

MOD/MOF

Kematian

Sepsis

Sitokin Proinflamasi TNF-α, IL-1, IL-6, IL-8

APC

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxi

2. Kerangka Berpikir Teoritis

Cecal inoculum merupakan hasil isolasi cecal pada mencit yang

telah dikorbankan dan digunakan sebagai agen penginduksi model sepsis.

Cecal inoculum akan masuk ke dalam tubuh mengaktivasi antigen

presenting cell (APC). APC kemudian menginduksi suatu faktor

transkripsi nuclear factor-κB (NF-κB). Lalu NF-κB mengaktifkan jalur

inflamasi melalui ekspresi sitokin proinflamasi seperti tumor necrosis

factor-α (TNF-α), Interleukin-1 (IL-1), Interleukin-6 (IL-6), Interleukin-8

(IL-8). Inflamasi berlebihan yang timbul sebagai akibat dari pemaparan

cecal inoculum ini akan menginduksi terjadinya SIRS (Systemic

Inflammatory Response Syndrome), yaitu suatu reaksi inflamasi masif

yang dapat berkembang pada terjadinya apoptosis jaringan, Multiple

Organ Dysfunction (MOD) dan Multiple Organ Failure (MOF).

Peningkatan proses apoptosis yang disertai dengan kejadian MOD dan

MOF akan menginduksi terjadinya sepsis dan berujung pada kematian.

Pemberian kurkumin akan menghambat pembentukan sitokin

proinflamasi melalui inhibisi NF-κB, sehingga dapat menghambat

terjadinya MOD dan MOF dan menurunkan angka kematian pada

mencit.

3. Hipotesis

Kurkumin meningkatkan survival pada mencit Balb/C model

sepsis paparan cecal inoculum.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxii

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only

control group design.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian berupa 32 ekor mencit Balb/C jantan dengan berat

badan + 20-30 gram, dan berumur 2-3 bulan. Mencit Balb/C diperoleh dari

Unit Pengembangan Hewan Percobaan Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta. Bahan makanan mencit digunakan pakan mencit BR I.

D. Teknik Sampling

Untuk pengambilan sampel digunakan teknik accidental sampling

sederhana. Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus Federer (Arkeman &

David, 2006) :

Keterangan :

k : jumlah kelompok n : jumlah sampel dalam tiap kelompok

(k-1) (n-1) > 15

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxiii

Dalam penelitian ini, subjek dibagi menjadi 2 kelompok, sehingga

berdasarkan rumus tersebut didapatkan jumlah sampel pada masing-masing

kelompok :

( k-1 ) ( n-1 ) ≥ 15

( 2-1 ) ( n-1 ) ≥ 15

n-1 ≥ 15

n ≥ 16

Jadi tiap kelompok dalam penelitian ini terdiri dari 16 ekor mencit Balb/C

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : kurkumin

2. Variabel Terikat : survival

3. Variabel luar

a. Dapat dikendalikan : genetik , berat badan, makanan , umur,

b. Tidak dapat dikendalikan : Variasi kepekaan mencit terhadap suatu

zat

F. Skala Variabel

1. Kurkumin : skala nominal

2. Survival : skala nominal

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kurkumin

Kurkumin yang digunakan adalah Biocurliv® 500 mg mengandung

ekstrak Curcuma longa rhizome (Curcuminoid complex 95 % I Bio-

Curcumin / BCM-95TM) 150 mg, Sylimarin phytosome 35 mg, ekstrak

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxiv

Schizandrae fructus 135 mg, Liquiritae radix 135 mg, Choline bitartate

150 mg dan vitamin B6 2 mg. Bio-Curcumin adalah ekstrak Curcuma

longa yang mengandung kurkuminoid yang dikombinasi dengan volatile

oil. Kandungan satu tablet Biocurliv® sebesar 500 mg. Dosis obat pada

mencit 0,0026 kali dosis pada manusia (Suhardjono, 1995).

Dosis kurkumin pada mencit = 500 x 0,0026

= 1,3 mg/20 gBB mencit

Volume Biocurliv® yang diberikan untuk tiap mencit sebesar 0,1 ml,

sehingga Biocurliv® seberat 500 mg akan diencerkan dengan aquades

sebanyak 38,5 ml.

2. Survival

Dilakukan pengamatan dan penghitungan mencit yang hidup

dan mati setiap hari serta pengukuran berat badan dengan menggunakan

timbangan selama tujuh hari.

H. Pembuatan Mencit Model Sepsis

Untuk membuat model sepsis pada hewan coba digunakan injeksi

cecal inoculum 8 mg/mencit secara intraperitoneal (i.p.) (Diding & Subijanto,

2008).

Cecal inoculum dibuat dengan mensuspensikan 200 mg material dari

cecal yang masih baru pada 5 mL dextrose water 5% (D5W) steril. Material

cecal diperoleh dari mencit donor yang sehat yang dikorbankan dengan

cervical dislocation. Cecal inoculum dibuat baru setiap hari dan diberikan

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxv

dalam waktu dua jam. Volume yang diberikan pada tiap mencit 0,2 ml/per

oral/per hari

I. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1. Skema Rancangan Penelitian

Keterangan :

S : Jumlah mencit yang digunakan K1 : Kelompok sepsis K2 : Kelompok sepsis + kurkumin 1,3 mg/20gBB/hari SR1 : Survival K1

SR2 : Survival K2

J. Instrumentasi Penelitian

1. Alat penelitian

a. Kandang hewan percobaan ukuran 20x30x15 cm

b. Timbangan Mettler Toledo

c. Spuit injeksi Terumo® 1 ml

d. Sonde

e. Pipet ukur

f. Labu takar

g. Beaker glass Pyrex® 100 ml

h. Minor set Tajimco®

2. Bahan penelitian

a. Mencit Balb/C 32 ekor

b. Tablet Biocurliv®

S K

KUji

Chi-Square

SR

SR

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxvi

c. Aquadest

d. Material cecal mencit Balb/C

e. Dextrose water 5 % (D5W) steril

f. Makanan hewan uji

g. Alkohol

K. Cara Kerja

1. Sebelum perlakuan

a. Hewan uji diadaptasi dengan kondisi laboratorium tempat penelitian

dilakukan selama kurang lebih 1 minggu.

b. Hewan uji dikelompokkan secara acak menjadi 2 kelompok. Masing

masing kelompok terdiri dari 16 ekor mencit.

2. Perlakuan

Hewan coba dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing

kelompok 16 ekor. Kelompok I (n=16) mencit model sepsis, dan

kelompok II (n=16) adalah mencit model sepsis yang diberi kurkumin

peroral 1,3 g/20gBB/mencit. Kemudian dievaluasi kondisi fisik secara

keseluruhan dengan melakukan pengamatan serta pencatatan berat badan

setiap dua hari sekali dan menghitung mencit yang hidup dan mati setiap

hari selama tujuh hari.

Berikut adalah skema alur penelitian mulai dari penimbangan

mencit, adaptasi mencit, pemberian perlakuan sampai tahap setelah

perlakuan yaitu menganalisis hasil dengan menggunakan uji Chi-Square.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxvii

Alur penelitian secara umum :

Gambar 3.2. Skema Cara Kerja

Random sampling sederhana

Mencit 32 ekor

Kelompok 1

Mencit 16 ekor

HARI KE 1-7

+ Kurkumin 1,3 mg /20gBB/hari

HARI KE 1-7 Dilakukan penghitungan mencit yang hidup dan mati setiap hari dan

pengukuran berat badan setiap dua hari sekali

HARI KE 1-7

Induksi sepsis Cecal

inoculum 8 mg/i.p./mencit

Adaptasi 7 hari

Kelompok 2

Mencit 16 ekor

Uji Chi-Square

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxviii

L. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji Chi-Square

menggunakan program SPSS for Windows Release 16 dan p <0,05 dipilih

sebagai tingkat minimal signifikansinya.

Uji Chi-Square merupakan uji hipotesis komparatif untuk variabel

katagorik tidak berpasangan. Rumus uji Chi-Square :

Keterangan : X2 = Nilai Chi-Square ∑ = Jumlah total E = Nilai expected, dihitung dengan :

O =Nilai observed atau nilai yang didapatkan pada subjek penelitian

Uji Chi-Square digunakan jika memenuhi syarat. Syarat uji Chi-

Square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal 20

% dari jumlah sel (Budiarto, 2001).

E = Total Baris x Total Kolom

Total Sampel

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxix

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian, pada hari kelima didapatkan mencit

yang hidup berjumlah delapan ekor pada kelompok sepsis dan pada kelompok

sepsis dengan kurkumin berjumlah sembilan ekor. Data survival masing-

masing kelompok, pada hari kelima disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Persentase survival mencit pada hari ke-5

Survival pada

hari ke-5

Hidup Mati

Jumlah % Jumlah %

Sepsis 8 50 8 50

Sepsis+Kurkumin 9 56,25 7 43,75

Sumber : Data Primer, 2009

Sedangkan pada hari ketujuh pada kelompok sepsis dan pada

kelompok sepsis dengan kurkumin sama-sama berjumlah enam ekor. Data

survival masing-masing kelompok, pada hari ketujuh disajikan pada tabel 4.2

Tabel 4.2. Persentase survival mencit pada hari ke-7

Survival pada hari

ke-7

Hidup Mati

Jumlah % Jumlah %

Sepsis 6 37,50 10 62,50

Sepsis+Kurkumin 6 37,50 10 62,50

Sumber : Data Primer, 2009

Pada pengukuran berat badan mencit pada hari pertama didapatkan

rata-rata berat badan mencit adalah 31,33 gram dan kelompok sepsis dengan

pemberian kurkumin adalah 31.35 gram. Sedangkan pengukuran pada hari

ketujuh didapatkan rata-rata 27,53 gram pada kelompok sepsis dan 26,82

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxx

gram pada kelompok sepsis dengan pemberian kurkumin. Secara keseluruhan

terlihat mencit sepsis menunjukan kehilangan berat badan sebesar 12,13%

selama tujuh hari perlakuan, sedangkan kelompok sepsis yang diberi

kurkumin kehilangan berat badan 14,45%. Data hasil pengamatan berat badan

mencit untuk masing-masing kelompok disajikan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Persentase penurunan berat badan mencit

Hari ke- Rata-rata berat badan mencit model

Sepsis (gr) Sepsis+Kurkumin (gr)

1 31,33 31,35 7 27,53 26,82

Penurunan berat badan (%) 12,13 14,45

Sumber : Data Primer, 2009

B. Analisis Hasil

Analisis statistik terhadap data survival mencit dilakukan dengan

menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis survival antara kelompok sepsis

dengan kelompok sepsis yang diberikan kurkumin menunjukkan tidak ada

perbedaan bermakna dengan p >0.05. Baik pada early sepsis yakni pada hari

kelima maupun pada late sepsis pada hari ketujuh. Data ringkasan hasil

perhitungan dengan uji Chi-Square disajikan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Data ringkasan hasil perhitungan dengan uji Chi Square antar kelompok

Sumber : Data Primer, 2009

Data selengkapnya mengenai perhitungan uji Chi Square dengan

program SPSS For Windows Release 16 dapat dilihat pada lampiran 4.

Hari Ke- p Keterangan

5 (early sepsis) 0,723 Tidak bermakna

7 (late sepsis) 1 Tidak bermakna

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxxi

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan

bermakna antara kelompok sepsis dengan kelompok sepsis yang diberi kurkumin.

Hasil ini membuktikan bahwa pemberian kurkumin pada sepsis tidak dapat

meningkatkan survival pada mencit, baik pada tahap early sepsis maupun late

sepsis.

Pemberian material cecal inoculum dapat menginduksi terjadinya

inflamasi pada mukosa usus (Diding & Subijanto, 2008). Hal ini sesuai dengan

teori bahwa untuk membuat model sepsis pada hewan coba digunakan injeksi

cecal inoculum (Brahmbhatt et al, 2005).

Kejadian sepsis dibagi dalam dua fase utama yaitu fase dini dan fase

lanjut. Tahap early sepsis pada mencit model sepsis yang diinduksi cecal terjadi

pada lima hari pertama, sedangkan tahap late sepsis terjadi pada hari 6-7 (Xiao et

al, 2006). Pada fase dini (24 jam pertama setelah induksi sepsis dengan pemberian

cecal inoculum) terjadi kenaikan sitokin proinflamasi antara lain TNF, IL-1, IL-6

dan Interferon yang mengiindikasikan stimulasi sistem imun dan menimbulkan

keadaan inflamasi berlebih ( Chopra & Sharma, 2007). Sedang pada fase lanjut

(≥ hari 3 setelah pemberian cecal inoculum) terjadi penurunan sistem imun

terutama akibat apotosis limfosit.

Peningkatan apoptosis saluran pencernaan yang sering terjadi pada sepsis

dan kematian sel mukosa yang berlebihan akan mendukung adanya atrofi,

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxxii

perusakan dan gangguan fungsi pertahanan mukosa saluran pencernaan.

Peningkatan apoptosis saluran pencernaan tersebut dapat berakibat pada

penurunan nafsu makan (Diding & Subijanto, 2008). Hal tersebut dapat dilihat

pada hasil penelitian ini, mencit menunjukan kehilangan berat badannya.

Apoptosis sel ini dapat diinduksi antara lain oleh sitokin (TNF-α, IL-1,

dan IL-6), Fas ligand (FasL), radikal bebas oksigen, nitric oxide (NO). Mediator-

mediator tersebut terutama akan menyebabkan apoptosis sel dendritic, Gut

associated lymphoid tissue (GALT) dan limfosit. Apoptosis ini berlangsung

melalui tiga jalur utama yaitu jalur reseptor kematian sel (caspase 8-dependent

pathway), jalur mitokondria (caspase 9-dependent pathway), dan melalui jalur

yang diinduksi stress (endoplasmic reticulum pathway). Apoptosis limfosit ini

akan menyebabkan supresi sistem imun yang akhirnya dapat menyebabkan

kegagalan fungsi sistem organ hingga berujung pada kematian (Wesche et al,

2005)

Pada kelompok sepsis dan sepsis dengan pemberian kurkumin tidak ada

perbedaan yang signifikan. Hasil ini berbeda dengan teori bahwa kurkumin dapat

menurunkan regulasi ekspresi beberapa sitokin proinflamasi meliputi TNF-α,

IL-1, IL-2, IL-6, IL-8, IL-12, dan khemokin, lewat inaktivasi faktor transkripsi

NF-κB (Jagetia & Aggarwal, 2007).

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxxiii

Dari hasil analisis data pada survival tidak diperoleh hasil yang

signifikan. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian menjadi

tidak signifikan dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Kerentanan mencit

Kerentanan mencit dipengaruhi oleh faktor lingkungan, misalnya

kepadatan populasi dan kebersihan lingkungan, stress psikologis, dan

makanan yang dikonsumsi. Beberapa makanan mencit seperti BR1

mengandung banyak lemak sehingga lipid dalam darah meningkat dan

produksi sitokin inflamasi juga makin meningkat.

2. Proses imunosupresi pada peristiwa sepsis.

Pada sepsis fase dini terjadi peningkatan terjadi kenaikan jumlah

sitokin proinflamasi antara lain TNF, IL-1, IL-6 dan Interferon. Seiring

dengan perkembangan sepsis menjadi fase lanjut terjadi penurunan sistem

imun, terutama akibat apoptosis limfosit. Disregulasi apoptosis limfosit yang

terjadi pada sepsis akan menyebabkan imunosupresi. Proses imunosupresi ini

akan mempersulit terapi sepsis dan dapat menyebabkan kegagalan organ yang

berujung pada kematian.

3. Waktu kurkumin mencapai kadar optimal dalam darah lebih lambat daripada

waktu terjadinya apoptosis

Jacob et al (2007) menyebutkan pemberian kurkumin melalui oral

hanya sekitar 60 % dari kurkumin yang diabsorbsi dan kurang dari 5 μg/ml

yang ditemukan pada darah. Konsentrasi kurkumin dalam darah sangat

dipengaruhi oleh komposisi makanan yang dikonsumsi. Sedangkan menurut

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxxiv

Wesche et al. (2007) apoptosis limfosit terlihat setelah 12 jam dari mulainya

peristiwa sepsis.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa kelemahan. Di antaranya adalah

sebagai berikut :

1. Menurut World Health Organization (2003) penggunaan obat herbal terutama

ditujukan untuk penyakit kronis. Oleh karena itu, obat herbal biasanya

diberikan dalam jangka waktu yang lama bahkan dapat mencapai hitungan

bulan. Pada penelitian ini kurkumin hanya diberikan dalam jangka waktu satu

minggu. Kemungkinan efek kurkumin terhadap sepsis belum terlihat pada

mencit.

2. Dosis kurkumin yang diberikan pada tiap mencit hanya 1,3 mg/20gBB/hari.

Karena kurkumin tidak larut dalam air dan absorbsinya kurang baik, perlu

dilakukan variasi dosis untuk mengetahui dosis paling efektif pada hewan

coba.

3. Dalam penelitian ini kurkumin yang digunakan mengandung 5 % zat-zat lain

seperti Sylimarin phytosome, ekstrak Schizandrae fructus, Liquiritae radix,

Choline bitartate serta vitamin B6 yang mungkin mempengaruhi hasil

penelitian.

4. Pemberian kurkumin hanya diberikan melalui jalur oral. Absorbsi kurkumin

melalui jalur oral membutuhkan waktu lama untuk mencapai kadar optimal

dalam darah. Selain itu, kurkumin yang diserap hanya 60 % jika melalui jalur

oral. Jadi perlu dilakukan variasi pemberian kurkumin melalui jalur lain

misalnya melalui jalur intravena.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxxv

5. Dalam penelitian ini pengaruh kurkumin pada sepsis tidak diukur

menggunakan parameter lain. Misalnya C-reactive protein (CRP) sebagai

marker infeksi, Procalcitonin (PCT) dan Lipo Binding Protein (LBP)

merupakan marker yang sensitif dan spesifik pada sepsis (Shahin et al, 2006).

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxxvi

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kurkumin dosis 1,3 mg

per oral tidak dapat meningkatkan survival mencit Balb/C model sepsis

paparan cecal inoculum.

B. Saran

1. Dilakukan penelitian serupa dengan jangka waktu yang lebih lama.

2. Menggunakan kurkumin yang tidak mengandung zat-zat lain

3. Dilakukan variasi dosis kurkumin untuk mengetahui dosis yang paling

efektif pada hewan coba.

4. Dilakukan variasi jalur pemberian kurkumin pada hewan coba.

5. Penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh kurkumin pada sepsis

menggunakan parameter lain misalnya biomarker sepsis, sitokin-

sitokin proinflamasi dan antiinflamasi, serta marker-marker apoptosis

lain.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxxvii

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal BB, Kumar A, and Bharti AC. 2003. Anticancer Potential of Kurkumin : Preclinical and Clinical Studies. Anticancer Research. 23:363-398

Aggarwal BB and Shishodia S. 2004. Suppression of the Nuclear Factor-

kappa B Activation Pathway by Spice-Derived Phytochemicals: Reasoning for Seasoning. Ann N Y Acad Sci. Dec;1030:434-41.

Arbiser JL, N Klauber, R Rohan, R Van Leewen, MT Huang, C Fisher, E

Flynn, and HR Byers. 1998. Curcumin is an in vivo inhibitor of angiogenesis. Mol Med. June; 4(6): 376–383

Arkeman H dan David. 2006. Efek Vitamin C dan E Terhadap Sel Goblet

Saluran Napas pada Tikus Akibat Pajanan Asap Rokok. Universa. Vol. 25, No. 2

Bochud PY and Chalandra T. 2003. Pathogenesis of Sepsis : New Concept

and Implications for Future Treatment. BMJ. 326:262-6 Budiarto E. 2001. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan

Masyarakat. EGC. Jakarta Brahmbhatt S, Gupta A, and Sharma AC. 2005. Bigendothelin-1 (1-21)

fragment during Early Sepsis Modulates tau, p38-MAPK phosphorylation and Nitric Oxide Synthase Activation. Molecular and Cellular Biochemistry. 271:225–237

Chattopadhyay I, Kaushik B, Uday B, and Ranajit K.B. 2004. Turmeric

and curcumin: Biological actions and medicinal applications. Current Science, July; 87:1-10

Chopra M and Sharma AC. 2007. Distinct cardiodynamic and molecular

characteristics during early and late stages of sepsis-induced myocardial dysfunction. Life Sci. July; 81(4): 306–316

Commandeur JN and Vermeulen NP. 1996. Cytotoxicity and

Cytoprotective Activities of Natural Compounds. The Case of Curcumin. Xenobiotica 26 : 667 - 680.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxxviii

Diding HP dan Subijanto AA. 2008. Efek Probiotik Terhadap Kelangsungan Hidup dan Hitung Limfosit pada Mencit Model Sepsis. Jurnal Kedokteran Medicina. Mei; 39(2):149-152

Edwin SVA, Theo JCVB, and Johan K. 2003. Receptors, Mediators, and

Mechanisms Involved in Bacterial Sepsis and Septic Shock. Clin Microbiol Rev. July; 16(3): 379–414.

Elena GR, Alejo C, Gema R, and Mario D. 2006. Cortistatin, a New

Antiinflammatory Peptide with Therapeutic Effect on Lethal Endotoxemia. J Exp Med. March; 203(3): 563–571.

Eny DW. 2004. Sepsis di Ruang Rawat Inap Tipe Kelas dan Paviliun

Bangsal Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2002. Skripsi FK-UNS. Surakarta

Hermawan GA. 2006. Penyakit Tropik dan Infeksi: Sepsis. In: Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Hal:1840-1843.

Hermawan GA. 2008. SIRS, SEPSIS dan SYOK SEPTIK (Imunologi,

Diagnosis dan Penatalaksanaan). Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Hatcher H, Planalp R, Cho, Torti FM, and Torti SV. 2008. Kurkumin :

From Ancient Medicine To Current Clinical Trials. Cell. Mol. Life Sci. 65:1631-1652

Hsu CH and Cheng AL. 2007. "Clinical studies with kurkumin". Adv. Exp.

Med. Biol. 595: 471-80 Ireson CR, Jones DJL, Orr S, Coughtrie MWH, Boocock DJ, Williams

ML et al. 2002. Metabolism of the Cancer Chemopreventive Agent Curcumin in Human and Rat Intestine. Cancer Epidemiology Biomarkers & Prevention. January. 11:105-111

Jacob A, Rongqian Wu, Mian Zhou, and Ping Wang. 2007. Mechanism of

the Anti-inflammatory Effect of Curcumin: PPAR-γ Activation. Hindawi Publishing Corporation PPAR Research. Volume 2007.

Jagetia G and Aggarwal BB. 2007.“Spicing Up” of the Immune System by

Kurkumin. Journal of Clinical Immunology. January; 27: 1. James MJ, Naeem AA, and Edward A. 2005. Year in review in Critical

Care, 2004: Sepsis and Multi-Organ Failure. Crit Care. 9(4): 409–413.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xxxix

Jiao Y, Wilkinson J, and Di X. 2009. "Kurkumin, a Cancer

Chemopreventive and Chemotherapeutic Agent, is a Biologically Active Iron Chelator". Blood 113 (2): 462-9.

Joe B, M Vijaykumar, and BR Lokesh. 2004. Biological Properties of

Curcumin - Cellular and Molecular Mechanisms of Action. Critical Review in Food Science and Nutrition. 44 (2) : 97-112.

John CM. 2002. The International Sepsis Forum’s controversies in sepsis:

how will sepsis be treated in 2051?. Critical Care , 6:465-467 Jones DO. 2007. Crash course pathology.2thed. St Louis: C.V.Mosby

Co.,p:17. Jürgen B, Edda K, Claudia DS, Björn L, Patrick S, Ortrud V et al. 2006.

Effects of dopexamine on the intestinal microvascular blood flow and leucocyte activation in a sepsis model in rats. Crit Care.10(4): R117.

Karlsson S, Varpula M, Ruokonen E, Petila V, Parviainen I, Ala-kokko T.

I, Kolho E, and Rintala EM. 2007. Incidence, treatment, and outcome of severe sepsis in ICU-treated adults in Finland: the Finnsepsis study. Intensive Care Med. 33:435-443.

Kristine MJ, Sarah BL, Anncatrine LP, Jesper EO, and Thomas B. 2007.

Common TNF-α, IL-1β, PAI-1, uPA, CD14 and TLR4 polymorphisms are not associated with disease severity or outcome from Gram negative sepsis. BMC Infect Dis. 7: 108.

Oscar C, Andrea G, Roberto G, Cristina B, Fiorenza O, Carmela S et al.

2006. LL-37 Protects Rats against Lethal Sepsis Caused by Gram-Negative Bacteria. Antimicrob Agents Chemother. May; 50(5): 1672–1679.

Padma, TV. 2005. "Turmeric Can Combat Malaria, Cancer Virus and

HIV".SciDev.net. http://www.scidev.net/News/index.cfm?fuseaction=readNews&itemid=1987&language=1. (7 September 2009).

Pudjiastuti. 2008. Imunoglobulin Intravena pada Anak dan Bayi dengan

Sepsis. Kumpulan Makalah. National Symposium: the 2nd Indonesian Sepsis Forum. Surakarta, March 7th–9th; pp:100

Pierre YB and Thierry C. 2003. Pathogenesis of sepsis: new concepts and

implications for future treatment. BMJ ;326:262–6.

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

xl

Riedemann NC, Guo RF, and Ward PA. 2003. The Enigma of Sepsis. J.

Clin. Invest. August 15th;112(4): 460-467 Russel JA. 2006. Management of Sepsis. N Engl J Med. October 19th;

355:1699-1713 Shahin G, Ole GK, Court P, and Svend SP. 2006. Procalcitonin,

lipopolysaccharide-binding protein,interleukin-6 and C-reactive protein in community-acquired infectios and sepsis: a prospective study. Critical care, 10:R53

Shukla PK, Khanna VK, Ali MM, Khan MY and Srimal RC. 2008. Anti-

ischemic effect of kurkumin in rat brain, Neurochem Res. Epub. Jun;33(6):1036-43.

Suhardjono D. 1995. Percobaan Hewan Laboratorium. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, hal: 207. Wesche DE, Joanne LLN, Perl M, Chung CS and Ayala A. 2005.

Leukocyte Apoptosis And Its Significance In Sepsis And Shock. Journal of Leukocyte Biology.78:325-337

World Health Organization. 2003. Traditional medicine,

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/ ( 03 juni 2010)

Xiao H, Siddiqui J, and Remick DG. 2006. Mechanisms of Mortality in

Early and Late Sepsis. J Infection And Immunity, Sept;74(9):5227–5235

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Softwarehttp://www.foxitsoftware.com For evaluation only.