terapi awal dalam penatalaksanaan sepsis berat dan syok sepsis

23
R The New England Journal of Medicine TERAPI AWAL TERARAH DALAM PENATALAKSANAAN SEPSIS BERAT DAN SYOK SEPSIS EMANUEL RIVERS, M.D., M.P.H., BRYANT NGUYEN, M.D., SUZANNE HABANDINGTAD, M.A., JULIE RESSLER, B.S., ALEXANDRIA MUZZIN, B.S., BERNHARD KNOBLICH, M.D.,EDWARD PETERSON, PH.D., & MICHAEL TOMLANOVICH, M.D., ABSTRAK Latar Belakang. Terapi awal terarah telah digunakan untuk sepsis berat dan syok sepsis di unit perawatn intensif (internsive care unit – ICU). Pendekatan ini mencakpup pengaturan preload, afterload, dan kontraktilitas jantung ntuk menyeimbangkan penghantaran oksigen pada organ yang membutuhkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas Goal- directed therapy sebelum memasukkan pasien ke ICU Metode Kami memasukkan sampel pasien dengan sepsis atau syok sepsis yang masuk ke unit gawat darurat secara acak untuk menerima setidak 6 jam terapi awal terarah atau terapi standar (sebagai kontrol) sebelum memasukkan pasien ke ICU. Klinisi yang bertanggung jawab terhadap perawatan pasien tidak mengetahui apa-apa mengenai penelitian ini. Mortalitas dalam rumah sakit (hasil akhir efektivitas primer), titik akhir dari resusitasi, dan skor APACHE II (Acute Physiology and Chronic Health Evaluation) diperoleh erturut-turut dalam 72 jam lalu dibandingkan di kelompok-kelompok dalam penelitian ini. Hasil Dari 263 pasien yang masuk, 130 pasien secara acak menerima terapi awal terarah dan 133 pasien menerima terapi standar; tidak ada perbedaan signifikan kaakterisitik dasar pada kedua kelompok. Mortalitas dalam rumah sakit terhitung 30.5% pada kelompok yang menerima terapi awal terarah dibandingkan 46.5% pada kelompok yang menerima terapi standar (p = 0.009). selama interval 7 – 72 jam pasien yang menerima terapi awal terarah memiliki rata-rata saturasi oksigen vena sentral lebih tinggi (70.4±10.7% banding 65.3±11.4%), konsentrasi laktat yang lebih rendah (3.0±4.4 banding. 3.9±4.4 mmol per liter), deficit basal yang lebih rendah ((2.0±6.6 banding. 5.1±6.7 mmol per liter) dan pH yang lebih tinggi (7.40±0.12 banding. 7.36±0.12) dibandingkan pasien yang menerima terapi standar (p ≤ 0.02 untuk semua perbandingan). Selama periode ini, skor rata-rata APACHE II lebih rendah secara signifikan, yang mengindikasikan disfungsi organ yang tidak terlalu berat pada pasien yang menerima terapi awal terarah daripada yang hanya dengan terapi standar saja (13.0±6.3 banding. 15.9±6.4, P<0.001). Kesimpulan terapi awal terarah memiliki manfaat hasil akhir yang signifikan pada pasien dengan sepsis dan syok sepsis TERAPI AWAL TERARAH IN THE TREATMENT OF SEVERE SEPSIS AND SEPTIC SHOCK 1 N Engl J Med, Vol. 345, No. 19 · November 8, 2001 · www.nejm.org

Upload: truly-graceva

Post on 09-Nov-2015

43 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Terapi Awal Dalam Penatalaksanaan Sepsis Berat Dan Syok Sepsis

TRANSCRIPT

TERAPI AWAL TERARAH DALAM PENATALAKSANAAN SEPSIS BERAT DAN SYOK SEPSISEMANUEL RIVERS, M.D., M.P.H., BRYANT NGUYEN, M.D., SUZANNE HABANDINGTAD, M.A., JULIE RESSLER, B.S., ALEXANDRIA MUZZIN, B.S., BERNHARD KNOBLICH, M.D.,EDWARD PETERSON, PH.D., & MICHAEL TOMLANOVICH, M.D.,

The New England Journal of Medicine

TERAPI AWAL TERARAH IN THE TREATMENT OF SEVERE SEPSIS AND SEPTIC SHOCK6N Engl J Med, Vol. 345, No. 19 November 8, 2001 www.nejm.org

RABSTRAK Latar Belakang. Terapi awal terarah telah digunakan untuk sepsis berat dan syok sepsis di unit perawatn intensif (internsive care unit ICU). Pendekatan ini mencakpup pengaturan preload, afterload, dan kontraktilitas jantung ntuk menyeimbangkan penghantaran oksigen pada organ yang membutuhkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas Goal-directed therapy sebelum memasukkan pasien ke ICU Metode Kami memasukkan sampel pasien dengan sepsis atau syok sepsis yang masuk ke unit gawat darurat secara acak untuk menerima setidak 6 jam terapi awal terarah atau terapi standar (sebagai kontrol) sebelum memasukkan pasien ke ICU. Klinisi yang bertanggung jawab terhadap perawatan pasien tidak mengetahui apa-apa mengenai penelitian ini. Mortalitas dalam rumah sakit (hasil akhir efektivitas primer), titik akhir dari resusitasi, dan skor APACHE II (Acute Physiology and Chronic Health Evaluation) diperoleh erturut-turut dalam 72 jam lalu dibandingkan di kelompok-kelompok dalam penelitian ini. Hasil Dari 263 pasien yang masuk, 130 pasien secara acak menerima terapi awal terarah dan 133 pasien menerima terapi standar; tidak ada perbedaan signifikan kaakterisitik dasar pada kedua kelompok. Mortalitas dalam rumah sakit terhitung 30.5% pada kelompok yang menerima terapi awal terarah dibandingkan 46.5% pada kelompok yang menerima terapi standar (p = 0.009). selama interval 7 72 jam pasien yang menerima terapi awal terarah memiliki rata-rata saturasi oksigen vena sentral lebih tinggi (70.410.7% banding 65.311.4%), konsentrasi laktat yang lebih rendah (3.04.4 banding. 3.94.4 mmol per liter), deficit basal yang lebih rendah ((2.06.6 banding. 5.16.7 mmol per liter) dan pH yang lebih tinggi (7.400.12 banding. 7.360.12) dibandingkan pasien yang menerima terapi standar (p 0.02 untuk semua perbandingan). Selama periode ini, skor rata-rata APACHE II lebih rendah secara signifikan, yang mengindikasikan disfungsi organ yang tidak terlalu berat pada pasien yang menerima terapi awal terarah daripada yang hanya dengan terapi standar saja (13.06.3 banding. 15.96.4, P 20x/menit atau tekanan parsial CO2 arteri < 32 mmHg, hitung jenis leukosit >12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau adanya bentuk sel imatur >10%

TerapiPasien kemudian dirawat di unit gawat darurat oleh dokter kegawatdaruratan medis, dua residen, dan tiga perawat. 3 Penelitian ini dilaksanakan selama terapi rutin pasien lain di UGD. Setelah kateterisasi arteri dan vena sentral, psien pada kelompok terapi standar dirawat dengan petunjuk klinisi berdasarkan protocol penunjang hemodinamik (Gambar 1). 21 , dengan konsul perawatan kritis, dan dimasukkan dalam perawatan cito segera. Darah, urin, dan specimen relevanlain untuk kultur dikumpulkan sejak di UGD sebelum pemberian antibiotic. Antibiotic yang diberikan tergantung kebijaksanaan klinisi yang merawat. Terapi antimikroba dianggap adekuat jika sensitivitas in vutro dari mikroorganisme yang teridentifikasi sesuai dengan antibiotic tertentu yang berada di UGD. 22 Pasien yang menerima terapi awal terarah kemudian dilakukan kateter vena sentral yang dapat mengukus saturasi oksigen vena sentral (Edwards Lifesciences, Irvine, Calif); yang terhubung dengan spektrofotometer terkomputerisasi agar dapat terus dimonitor selalu. Pasien yang dirawat di UGD berdasarkan protocol untuk terapi awal terarah (Gambar 2) setidaknya selama 6 jam dan kemudian dipindahkan ke ranjang pasien yang tersedia. Monitor saturasi oksigen vena sentral kemudian diberhentikan. Klinisi pelayanan keadaan kritis (semua anggota pelayanan medis yang siap sedia 24 jam) bertanggung jawab pada seluruhpasien; semua klinisi ini tidak mengetahui mengenai rancangan penelitian kelompok pasien ini. Pengawas penelitian tidak mempengaruhi perawatan pasien pada ICU Berikut protocol terapi. Kristaloid 500 ml kemudian dibolus dan diberikan setiap 30 menit untuk mencapai tekanan vena sentral 8 12 mmHg. Jika tekanan arteri rata-rata < 65 mmHg, diberikan vasopresor untuk mempertahankan tekanan arteri setidaknya 65 mmHg. Jika tekanan arteri rat-rata > 90 mmHg, diberikan vasodilator hingga tekanan 90 mmHg. Jika saturasi oksigen vena sentral