model model pengembangan instruksional

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dewasa ini menuntut adanya usaha yang ekstra keras dalam menemukan “teknologi” yang tepat guna memperbaiki proses pembelajaran dan memfasilitasi peserta didik dalam belajar. Pendidik sebagai penangung jawab utama dalam perbaikan proses pembelajaran dan fasilitator peserta didik dalam belajar dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih agar tujuan pembelajaran yang di laksanakan dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Usaha ini dapat dilakukan oleh individu atau kelompok yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam merancang atau mengembangkan sumber belajar. Pembelajaran tidak harus dilakukan oleh seorang teknolog pendidikan atau suatu tim yang terdiri dari ahli media dan ahli materi ajar tertentu. Belajar adalah proses alami yang menyebabkan perubahan apa yang kita ketahui, apa yang bisa kita lakukan, dan bagaimana kita berperilaku. Namun, salah satu fungsi dari suatu sistem pendidikan adalah untuk memfasilitasi pembelajaran yang dalam rangka mencapai tujuan instruksional. 1

Upload: susilo-ilo

Post on 08-Nov-2015

253 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahKemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dewasa ini menuntut adanya usaha yang ekstra keras dalam menemukan teknologi yang tepat guna memperbaiki proses pembelajaran dan memfasilitasi peserta didik dalam belajar. Pendidik sebagai penangung jawab utama dalam perbaikan proses pembelajaran dan fasilitator peserta didik dalam belajar dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih agar tujuan pembelajaran yang di laksanakan dapat tercapai dengan sebaik-baiknya. Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain.Usaha ini dapat dilakukan oleh individu atau kelompok yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam merancang atau mengembangkan sumber belajar. Pembelajaran tidak harus dilakukan oleh seorang teknolog pendidikan atau suatu tim yang terdiri dari ahli media dan ahli materi ajar tertentu. Belajar adalah proses alami yang menyebabkan perubahan apa yang kita ketahui, apa yang bisa kita lakukan, dan bagaimana kita berperilaku. Namun, salah satu fungsi dari suatu sistem pendidikan adalah untuk memfasilitasi pembelajaran yang dalam rangka mencapai tujuan instruksional.Mengajar adalah proses yang dilakukan guru dalam mengadakan interaksi dengan pseserta didik, dengan penekanan pada berbagai macam kegiatan. Seorang pendidik yang memiliki pengetahuan tentang model model pengembangan instruksional memiliki visi yang lebih luas tentang apa yang dibutuhkan untuk membantu peserta didik belajar.Instruksi lebih mungkin menjadi efektif jika direncanakan untuk melibatkan para siswa dalam kegiatan yang memfasilitasi pembelajaran. Dengan menggunakan model-model pengembangan instruksional, guru dapat memilih, atau merencanakan dan mengembangkan kegiatan terbaik untuk membantu siswa belajar.Kualitas proses pembelajaran sangat tergantung dari apa yang direncanakan guru yang dituangkan dalam sebuah Desain Pembelajaran . Dengan demikian sebagai modal untuk kelancaran proses pembelajaran yakni sebuah rencana pembelajaran yang representative yang merupakan panduan seorang guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai penanggung jawab utama dalam perbaikan proses pembelajaran dan fasilitator peserta didik dalam belajar dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Dengan Demikian seorang guru tentunya harus mengetahui model model pengembangan instruksional. B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah didalam makalah ini adalah sebagai berikut :1. Apa itu Pengembangan Instruksional ?2. Apa saja Model model Pengembangan Instruksional ?3. Bagaimana Perbandingan antar model pengembangan instruksional ?

C. Tujuan PembahasanAdapun tujuan dari penulis makalah ini adalah sebagai berikut :1. Mengetahui Pengembangan Instruksional ?2. Mengetahui Model model Pengembangan Instruksional ?3. Mengetahui Perbandingan antar model pengembangan instruksional ?

D. Manfaata. Bagi Penulis Sebagai bahan belajar, bagi penulis agar lebih mengetahui model model pengembangan instruksionalb. Bagi AkademisiBagi akademisi sebagai wacana untuk terus menggali ilmu pengetahuan terkait dengan model model pengembangan instruksional.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Pengembangan Instruksional

Penerapan pengembangan instruksional di Indonesia mulai populer dengan penggunaan Prosedur Pengembangan Sistem instruksional yang disingkat PPSI pada tahun 1970, khususnya dalam mengiringi munculnya kurikulum 1975 yang berlaku untuk tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Sejak saat itu perkembangan instruksional menjadi kegiatan yang lebih menonjol, tidak saja ditingkat sekolah dasar dan menengah, tetapi juga diperguruan tinggi dan lembaga pendidikan dan latihan (Diklat). Diperguruan tinggi misalnya kegiatan pengembangan instruksional dilakukan dengan lebih giat melalui penataran Proses Belajar Mengajar tahun 1979. Apakah sebenarnya pengembangan instruksional ? Beberapa ahli mengemukakan defenisi pengembangan instruksional. Twelker, Urbach dan Buck (1972) mendefenisikan sebagai cara yang sistematik untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan mengevaluasi satu set bahan dan strategi belajar dengan maksud mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Reigeluth (1978) mengartikannya sebagai tiga tahap kegiatan : 1. Desain yang bagi seorang pengembang instruksional berfungsi sebagai cetakan biru bagi ahli bangunan2. Produksi yang berarti penggunaan desain untuk membuat program instruksional3. Validasi yang merupakan penentuan kualitas atau validitas dari produk akhir.Sementara Atwi Suparman dalam bukunya Desain Instruksional mendefenisikan bahwa Pengembangan instruksional adalah suatu proses yang sistematik dalam mengidentifikasi masalah, mengembangkan bahan dan strategi instruksional serta mengevaluasi efektifitas dan efesiensi dalam mencapai tujuan instruksional.

B. Model-Model Pengembangan Instruksional Penggunaan pendekatan sistem dalam desain instruksional telah menghasilkan berbagai model. Tidak semua model itu serupa. Sebagian sesuai untuk digunakan untuk memecahkan masalah yang lebih luas, sebagian lagi sesuai untuk pemecahan masalah yang lebih sempit, yaitu di suatu lembaga yang mempunyai kondisi khusus. Berikut ini disampaikan lima model yang tergolong paling awal ( tahun 1960-an ). Perbandingan kelima model ini diturunkan dari karya Twelker, Urbach dan Buck (1972). Judul dan pengarang kelima model yang tergolong sebagi pendahulu tersebut tampak dalam daftar berikut ini : Daftar Lima Model Desain Pendekatan Sistem dalam PendidikanNo JudulPengarang Tahun

1System Aproach for Educational (SAFE) Corrigan 1966

2 Michigan State University Instructional System Development Model Barson 1967

3Project MINERVA Instructional Systems Design Tracey 1967

4 Teaching Research System Hamreus 1968

5 Banathy Instructional Development System Banathy 1968

1. SYSTEM APPROACH FOR EDUCATION (SAFE)

2. INSTRUCTIONAL SYSTEM DEVELOPMENT MODEL

3. Project MINERVA Instructional System Design

4. Desain Teaching Research System

5. THE BANATHY MODEL

Kelima model pendekatan sistem tersebut dapat dibandingkan dari segi penetapan prosesnya. Tiga tahap yang akan digunakan sebagai dasar perbandingan adalah :

1. TAHAP PERTAMA Definisi Masalah dan Organisasi yang meliputi: a. Identifikasi Masalah b. Analisis Setting c. Organisasi Pengelolaan 2. TAHAP KEDUA Analisis dan Pengembangan Sistem, meliputi: a. Identifikasi Tujuan b. Penentuan Metode c. Penentuan Prototipe 3. TAHAP KETIGA Evaluasi, meliputi: a. Melaksanakan tes atau uji coba prototipe b. Menganalisis hasil uji coba c. Implementasi atau uji coba ulang

1. TAHAP PERTAMA, Definisi Masalah dan Organisasi yang meliputi: a. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan proses membandingkan keadaan sekarang dengan keadaan yang seharusnya. Hasilnya akan menunjukkan kesenjangan antara kedua keadaan tersebut. Kesenjangan itu disebut kebutuhan (needs). Bila kesenjangan kedua keadaan tersebut besar, kebutuhan itu perlu diperhatikan atau diselesaikan. Kebutuhan yang besar dan ditetapkan untuk diatasi itu disebut masalah, sedangkan kebutuhan yang lebih kecil mungkin untuk sementara atau seterusnya diabaikan. Ia merupakan kebutuhan yang tidak dianggap sebagai masalah. Hasil akhir dari identifikasi masalah adalah perumusan tujuan umum.

Bila diperhatikan, bahasa yang digunakan kelima desain di atas berbeda, tetapi maksudnya sama. Perbandingan istilah yang diguna- kan oleh kelima desain tersebut tampak sebagai berikut :

b. Analisis Latar

Analisis latar meliputi kegiatan menentukan karakteristik siswa dan sumber belajar yang tersedia untuk digunakan dalam pemecahan masalah. Apa bahasa yang dipergunakan oleh kelima desain di atas ?

MODELKEGIATAN

Teaching Research System1. Mengidentifikasi populasi siswa2. Mengumulkan bahan pelajaran3. Menganalisis context instruksional

Michigan State University Instructional System Development Model Mengumpulkan data masukan

SAFEMengidentifikasi stategi alternatif pemecahan masalah

Project MINERVAMengidentifikasi keperluan training

Banathy1. Menilai kompetensi masukan 2. Tes masukan

c. Organisasi Pengelola

Kegiatan yang termasuk Organisasi Pengelolaan cukup luas yaitu meliputi:1. Pendefinisian tugas dan tanggung jawab yang diperlukan 2. Pembentukan jaringan berkomunikasi untuk mengorganisasikan pengumpulan dan pendistribusi- an informasi kepada tim pengembangan. 3. Pembentukan rencana proyek dan prosedur kontrol Kegiatan pengembangan instruksional untuk skala luas seperti skala nasional, regional, perguruan tinggi atau lembaga, biasanya dilaksanakan oleh suatu tim. Untuk itu, perlu dibentuk suatu organisasi formal yang membagi tugas dan tanggung jawab setiap anggota tim dengan jelas agar kegiatan pengembangan instruksional itu sejauh mungkin terhindar dari hambatan atau kegagalan. Selanjutnya lihat kembali kelima desain yang kemudian bandingkan masing-masing dan terminologi apa yang mereka gunakan untuk menjelaskan pengertian organisasi pengelolaan ini. MODELKEGIATAN

Teaching Research System1. Menentukan dan memilih sifat pendukung 2. Menentukan kontrol pengelolaan

Michigan State University Instructional System Development Model Tidak ada

SAFEMendesain pengelolaan atau rencana pelaksanaan setiap alternatif

Project MINERVATidak ada

BanathyTidak ada

2. TAHAP KEDUA, Analisis, dan Pengembangan Sistem Hasil kegiatan tahap pertama, yaitu Definisi Masalah dan organisasi memberikan arah kepada tim atau mengembangkan instruksional untuk memulai kegiatan tahap kedua, yaitu tahap Analisis dan Pengembangan Sistem. Tahap ini meliputi tiga langkah, yaitu: identifikasi tujuan, penentuan metode, dan pembuatan prototipe. a. Identifikasi Tujuan Tujuan adalah apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah menyelesaikan proses belajar. Tujuan ini harus bermanfaat bagi peserta didik. Ia berbentuk perilaku yang dapat diukur. Tujuan ini kemudian diuraikan menjadi tujuan-tujuan khusus, yaitu tujuan yang lebih rinci dan spesifik. Selanjutnya tujuan khusus ini disusun dalam urutan yang logis. Atas dasar tujuan inilah isi pelajaran dipilih dan disajikan kepada peserta didik kelak. Kelima model yang kita bandingkan menggunakan istilah yang berbeda untuk menggambarkan pengertian tujuan tersebut.

MODELKEGIATAN

Teaching Research System1. Mengidentifikasi tujuan perilaku 2. Menentukan tujuan-tujuan khusus

Michigan State University Instructional System Development Model Menentukan secara spesifik perilaku awal dan akhir

SAFEMenentukan tujuan misi

Project MINERVAMerumuskan tujuan penampilan

BanathySpesifikasi tujuan

b. Penentuan Metode Penentuan metode dan media instruksional sangat penting untuk memungkinkan peserta didik mencapai tujuan instruksional. Metode yang diidentifikasi dapat lebih dari satu atau beberapa alternatif metode, karena dalam uji coba ada kemungkinan metode yang digunakan tidak efektif sehingga perlu diganti dengan metode lain.Istilah yang digunakan para ahli bervariasi. Ada yang menggunakan istilah metode instruksional untuk pengertian cara dan alatalat yang digunakan dalam kegiatan instruksional, ada pula yang memisahkan pengertian metode dan media sebagai cara dan alat transmisi. Sebagian lagi menggunakan istilah strategi instruksional untuk menggantikan kedua kata metode dan media tersebut. MODELKEGIATAN

Teaching Research System1. Mengidentifikasi tipe belajar 2. Menentukan kondisi belajar 3. Menentukan penyesuaian terhadap perbedaan individual4. Mengidentifikasi bentuk; kegiatan instruksional

MODELKEGIATAN

Michigan State University Instructional System Development Model 1. Merencanakan strategi 2. Mengembangkan contoh pengajaran untuk isi pelajaran tertentu 3. Memilih bentuk informasi yang representatif 4. Menentukan alat transmisi

MODELKEGIATAN

SAFE1. Memilih rencana pengelolaan dan pelaksanaan yang mempunyai keefektifan biaya optimal. 2. Menganalisis alternatif dari segi keefektifan biaya optimal3. Menganalisis alternatif dari segi keefektifan dan keuntungan biaya 4. Memilih pengelolaan atau rencana pelaksanaan yang mempunyai efektifitas biaya yang paling optimal

MODELKEGIATAN

Project MINERVA1. Memilih isi mata pelajaran 2. Memilih strategi instruksional

MODELKEGIATAN

Banathy 1. Menemukan tugas-tugas belajar 2. Mengidentifikasi dan karakterisasi tugas-tugas belajar yang aktual 3. Menganalisis fungsi 4. Menganalisis komponen 5. Pendistribusian 6. Penjadwalan

c. Pembuatan Prototipe

Pembuatan prototipe merupakan permulaan produksi untuk menghasilkan barang yang sesungguhnya. Di samping itu, pada materi ini pula dimulai pengembangan desain evaluasi dan permulaan review teknis terhadap sistem tersebut oleh para ahli serta penyusunan tes yang akan digunakan untuk mengukur perilaku siswa, baik sebelum maupun setelah uji coba.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelima desain yang dibandingkan tampak dalam tabel di bawah ini:

MODELKEGIATAN

Teaching Research System1. Mengembangkan prototipe instruksional 2. Menyusun alat pengukur penampilan 3. Menyusun alat pengukur penampilan khsus 4. Review teknis dan komunikasi

MODELKEGIATAN

Michigan State University Instructional System Development Model1. Mengumpulkan, mendesain, dan memproduksi media yang telah ditentukan. 2. Mengembangkan rasional untuk tes awal dan akhir 3. Mengembangkan instrumen evaluasi dengan informasi tentang mahasiwa dan media

MODELKEGIATAN

SAFETidak spesifik

Project MINERVA1. Memproduksi bahan instruksional2. Menyusun tes penampilan

Banathy1. Tes Acuan Patokan

2. TAHAP KETIGA

EvaluasiTahap akhir dari suatu proses pengembangan instruksional adalah evaluasi. Hasilnya akan menjadi dasar pengambilan keputusan tentang dua hal, yatitu: seberapa baik prototipe instruksional dalam mencapai tujuan, dan bagian mana yang masih lemah sehingga perlu direvisi serta bagaimana merevisinya. Banyak ahli pengembangan instruksional berpendapat bahwa evaluasi merupakan dasar dalam pendekatan sistem, sehingga tanpa evaluasi yang memadai seluruh proses pengembangan instruksional itu kehilangan maknanya.Tahap evaluasi meliputi tiga langkah, yaitu: pelaksanaan uji coba prototipe, analisis hasil dan implementasi/penggunaannya kembali a. Uji Coba Prototipe Instruksional Uji coba prototipe biasanya mengambil bentuk-bentuk di bawah ini: 1. Uji coba pengembangan untuk melihat komponen yang perlu direvisi 2. Uji coba validasi untuk melihat seberapa jauh peserta didik mencapai tujuan instruksional. 3. Uji coba lapangan untuk menentukan apakah pengajar dan peserta didik lain dapat menggunakan bahan-bahan tersebut. Berbagai istilah dan langkah digunakan oleh pengembangan instruksional untuk melaksanakan uji coba prototipe ini.

MODELKEGIATAN

Teaching Research System1. 1. Uji coba prototipe 2. 2. Menyelenggarakan tes penampilan

MODELKEGIATAN

Michigan State University Instructional System Development ModelTes lapangan dengan kelompok peserta didik

MODELKEGIATAN

SAFE1. Menyusun Rencana validasi atau Tes Lapangan (metode/alat/media) seperti yang diperlukan 2. Implementasi/memantau pengelolaan dan rencana pelaksanaan 3. Mengevaluasi penampilan

MODELKEGIATAN

Project MINERVA1. Melaksanakan kegiatan instruksional 2. Melaksanakan dan menganalisis tes

Banathy1. Latihan sistem 2. Tes sistem

b. Analisis Hasil

Analisis hasil melibatkan tiga jenis kegiatan, yaitu: pertama, tabulasi dan memproses data evaluasi. Kedua, menentukan hubungan antara metode yang digunakan, hasil yang dicapai dan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, menafsirkan data. Kualitas revisi yang akan dibuat tergantung kepada interpretasi ini.Kelima desain yang diperbandingkan menggunakan istilah yang berbeda seperti tampak dalam tabel berikut:

MODELKEGIATAN

Teaching Research System1. Menganalisis hasil uji coba 2. Menganalisis tes

Michigan State University Instructional System Development ModelTidak spesifik artinya dapat menggunakan berbagai cara tes

MODELKEGIATAN

SAFEEvaluasi penampilan (proses dan produk)

Project MINERVAMengevaluasi kegiatan instruksional

BanathyMengevaluasi

c. Implementasi/Uji Coba Ulang

Berdasarkan interpretasi data hasil uji coba, revisi dilakukan dari revisi kecil sampai revisi total. Akhirnya, keputusan harus diambil untuk mengakhiri uji coba ulang dan kemudian mengimplementasikan ke dalam pembelajaran. Kelima model yang diperbandingkan menggunakan beraneka ragam istilah untuk menyatakan revisi tersebut.

MODELKEGIATAN

Teaching Research SystemMemodifikasi Sistem Instruksional

MODELKEGIATAN

Michigan State University Instructional System Development Model1. Mengidentifikasi letak dan mengoreksi kelemahan 2. Mengevaluasi dan mengulang kembali untuk memperbaiki sebagaimana diperlukan.

MODELKEGIATAN

SAFEMerevisi untuk mencapai prestasi yang diinginkan

Project MINERVATertuang dalam bentuk garis umpan balik

BanathyMengubah untuk memperbaiki

Bila anda perhatikan perbandingan kelima desain di atas, ternyata di samping istilah-istilah yang mereka gunakan tidak sama, urutan langkah-langkah yang mereka tempuh juga tidak selalu sama. Ini menunjukkan bahwa proses pengembangan instruksional itu tidak terdiri atas urutan langkah-langkah yang baku, atau yang tidak dapat ditawar lagi. Yang ada dan sudah baku adalah desain dasar untuk pengembangan instruksional, yaitu: mengidentifikasi mengembangkan, dan mengevaluasi atau merevisi

C. DESAIN YANG TERBAIK Mengikuti perbandingan kelima model pendekatan sistem yang diterapkan dalam desain instruksional mungkin ada orang yang ingin memilih salah satu yang terbaik dan menganggapnya sebagai desain standar untuk semua macam kegiatan instruksional. Keinginan seperti itu sebaiknya dibatalkan, sebab setiap model itu baik dan sesuai untuk kondisi tertentu. Kondisi yang dimaksud adalah besar-kecilnya atau kompleks tidaknya suatu lembaga pendidikan, ruang lingkup tugas lembaga pendidikan, serta kemampuan pengelola. Setiap desain itu dimaksudkan untuk menghasilkan suatu sistem instruksional. Prosedur yang mirip digunakan antara satu dengan yang lain, tetapi mereka menggunakan penjelasan urutan dan bahasa yang tidak selalu sama. Seorang pengembang instruksional dapat memilih salah satu diantaranya yang dianggapnya sesuai, atau mungkin pula mengkombinasikan beberapa diantaranya untuk menyusun suatu model baru.

Di dunia pendidikan masih banyak lagi desain pengembangan instruksional lain di luar yang telah diperbandingkan di atas. Lima diantaranya adalah: 1. Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1975)2. Instructional Sistem Design, karangan Gagne (1979)3. AT & T Instructional Development Model (1985)4. A Model of Steps in the Instruksional Proses (Rothwell and Kazanas, 2004 )5. Systems Approach Model for Designing Instruction karangan Dick and Carey (2009)6. Instructional Desain : The ADDIE Approach (Branch, 20097. Motivasional Design for Learning and Performance (ARCS Model-Keller,2010)

BAB IIIPENUTUP

1. SIMPULAN

Model-model pengembangan instruksional semangkin lama semangkin banyak, karena setiap ahli, setiap institusi cenderung menciptakan model sendiri sesuai dengan kebutuhan institusi yang akan menggunakannya dan kebutuhan populasi sasaran. Tetapi pada garis besarnya setiap model dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap definisi, tahap analisis dan pengembangan system dan tahap evaluasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa langkah.Perbedaan antara model yang satu dengan yang lain terletak pada empat factor yaitu :1. Tingkat penggunaannya seperti tingkat institusi dan tingkat mata pelaqjaran2. Penggunaan istilah dalam setiap tahap dan langkah3. Jumlah langkah pada setiap tahap4. Lengkap tidaknya konsep dan prinsip yang digunakan

2. IMPLIKASIUntuk keberhasilan pembelajaran disarankan dalam mendesain pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan instruksional

3. SARANSalah satu cara untuk meningkatkan profesionalitas guru adalah dengan membuat model model pengembangan yang disesuaikan dengan konsep, prinsip-prinsip dan prosedur penyusunan desain instruksional

DAFTAR PUSTAKA

Atwi Suparman, (1995) Desain Instruksional, Pusat Antar Kulia Dirjen Dikti Departemen P dan K, Jakarta : Universitas TerbukaAtwi Suparman, (2012) Desain Instruksional Modern, Jakarta : Erlangga

1

MODELKEGIATANTeaching Research SystemMendefinisikan masalah instruksionalMichigan State University Instructional System Development Model Menentukan tujuan pendidikan umum: Perguruan Tinggi, Fakultas, Jurusan, Mata KuliahSAFE1. Menilai kebutuhan2. Menentukan tujuan misi3. Menentukan persyaratan, penampilan (performance) misi4. Menetukan hambatan5. Menentukan profil misi6. Melakukan analisis fungsional7. Melakukan analisis tugas8. Melakukan analisis metode dan alat9. Membuat keputusan kelayakan final (terus atau berhenti)Project MINERVAMengumpulkan data pekerjaanBanathyMaksud sistem